Anda di halaman 1dari 20

BAB III

DASAR TEORI

3.1 Cost Volume Profit Analysis

3.1.1 Pengertian Cost Volume Profit

Analisis Cost Volume Profit atau analisis biaya volume laba adalah sebuah
teknik akuntansi yang digunakan untuk membantu mengidentifikasikan
pengaruh volume penjualan dan biaya produk terhadap laba operasi bisnis.
Analisis CVP mendeskripsikan hubungan antara unit yang dijual, harga jual, biaya
dan profit. Analisis ini dapat menjelaskan beberapa isu penting dalam
pengambilan keputusan manajemen, diantaranya yaitu dampak pengurangan
biaya tetap dan kenaikan harga jual terhadap profit.
Dengan menggunakan analisis CVP atau analisis biaya volume laba, para
manajer atau manajemen perusahaan dapat memahami bagaimana pengaruh
perubahan volume penjualan, harga dan biaya variabel terhadap laba
perusahaannya. Tujuannya adalah agar mereka dapat mengambil keputusan
yang tepat dalam mengelola bisnis.

3.1.2 Fungsi Analisis CVP

Berikut ini adalah beberapa fungsi analisis CVP untuk sebuah bisnis :
a. Fungsi analisis CVP yang pertama yaitu membantu manajemen perusahaan
untuk memahami perbedaan biaya pada berbagai tingkat volume produksi
atau penjualan. Analisis CVP dapat membantu dalam memperkirakan biaya
dan laba yang diakibatkan oleh perubahan volume.
b. Analisis ini juga berfungsi dalam membantu manajemen perusahaan untuk
menganalisis eksistensi sebuah bisnis. Hasil analisis yang diberikan misalnya
lebih baik menghentikan kegiatan usaha atau tetap melanjutkan usaha
tersebut dengan kondisi rugi pada periode tertentu.
c. Fungsi analisis CVP yang selanjutnya adalah bisa memberikan pemahaman
yang jelas dan sederhana tentang volume penjualan yang diperlukan untuk
mencapai Break Even Point (BEP) atau untuk mencapai laba yang telah
ditargetkan.
d. Fungsi analisis CVP yang lain yaitu untuk menganalisis pengaruh perubahan
dalam biaya variabel dan tetap untuk membantu manajemen menentukan
tingkat produksi yang optimal.

Adapun penerapan analisis cost volume profit untuk pengambilan keputusan


manajemen antara lain  :
 Untuk menentukan jumlah penjualan minimal agar perusahaan tidak rugi
atau BEP.
 Untuk menentukan jumlah unit yang harus dijual agar perusahaan tidak
rugi atau BEP.
 Untuk menentukan unit yang harus dijual atau berapa jumlah penjualan
agar perusahaan mencapai target laba operasi yang diinginkan.
 Untuk menganalisis sensitivitas atas risiko ketidakpastian harga jual,
market dan biaya.
 Agar bisa memilih alternatif skenario kebijakan iklan, otomasi mesin
pabrik, menaikkan harga jual produk atau jasa, dan lain-lain, dengan
pilihan skenario yang dapat memberikan profit maksimal.

Secara prinsip model CVP dibangun berdasarkan asumsi sebagai berikut :


 Harga jual, biaya variabel per unit, dan biaya tetap total dapat
diidentifikasi secara akurat dan tidak ada perubahan
sepanjang range yang masih relevan.
 Semua unit yang diproduksi habis terjual.
 Fungsi CVP merupakan fungsi linear.
 Harga jual dan biaya diketahui dan nilainya pasti atau tidak berubah
3.1.3 Komponen Analisis CVP

Ada beberapa komponen berbeda yang bersama-sama membentuk analisis


CVP. Komponen-komponen ini melibatkan berbagai perhitungan dan rasio, yang
akan diuraikan lebih rinci dalam panduan ini.

Komponen utama analisis CVP adalah:

 Rasio CM dan rasio biaya variabel


 Break-even point (dalam satuan atau dolar)
 Margin keamanan
 Perubahan laba bersih
 Tingkat leverage operasi

a. Rasio CM dan Rasio Beban Variabel

Rasio CM dan rasio biaya variabel adalah angka yang umumnya ingin dilihat
perusahaan untuk mendapatkan gambaran tentang seberapa signifikan biaya
variabel.

Rasio CM = Margin Kontribusi / Penjualan


Rasio Biaya Variabel = Total Biaya Variabel / Penjualan

Rasio CM yang tinggi dan rasio biaya variabel yang rendah menunjukkan
rendahnya tingkat biaya variabel yang dikeluarkan.

b. Titik Impas

Titik impas (BEP), dalam satuan, adalah jumlah produk yang harus dijual
perusahaan untuk menutupi semua biaya produksi. Demikian pula, titik impas
dalam dolar adalah jumlah penjualan yang harus dihasilkan perusahaan untuk
menutupi semua biaya produksi (biaya variabel dan tetap).

Rumus break-even point (BEP) adalah:


BEP = Total Biaya Tetap / CM per Unit

c. Perubahan Laba Bersih (What-if Analysis)

Sangat umum bagi perusahaan untuk memperkirakan bagaimana


pendapatan bersih mereka akan berubah dengan perubahan perilaku penjualan.
Misalnya, perusahaan dapat menggunakan target kinerja penjualan atau target
laba bersih untuk menentukan pengaruhnya terhadap satu sama lain.

Rumus : Jumlah unit = (Biaya Tetap + Target Laba) / Rasio CM

d. Margin Keamanan

Selain itu, perusahaan mungkin juga ingin menghitung magin keamanan


atau margin of safety. Ini biasanya disebut sebagai “ruang gerak” perusahaan
dan ditunjukkan oleh seberapa banyak penjualan dapat turun namun masih
mencapai titik impas.

Rumus margin of safety adalah:

Margin of Safety = Penjualan Aktual – Break-even Sales

e. Degree of Operating Leverage (DOL)

Terakhir, tingkat leverage operasi atau Degree of Operating Leverage (DOL)


yang dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

DOL = CM / Penghasilan Bersih

3.2.4 Penggunaan Analisis CVP

Penerapan analisis CVP untuk pengambilan keputusan manajemen:

 Menentukan unit yang harus dijual agar perusahaan tidak rugi atau profit
sama dengan nol.
 Menentukan jumlah penjualan minimal agar perusahaan tidak rugi atau
profit sama dengan nol.
 Menentukan unit yang harus dijual atau berapa jumlah penjualan agar
perusahaan mencapai target laba operasi (operating income) yang
diinginkan.
 Memilih alternatif skenario kebijakan iklan, otomasi mesin pabrik,
menaikkan harga jual produk atau jasa, dan lain-lain, dengan pilihan
skenario yang dapat memberikan profit maksimal.
 Menganalisis sensitivitas atas risiko ketidakpastian harga jual, biaya, dan
market.
 Menganalisis margin of safety dan leverage.

Model CVP dibangun berdasarkan asumsi sebagai berikut:

 Fungsi CVP merupakan fungsi linear.


 Harga jual, biaya variabel per unit, dan biaya tetap total dapat
diidentifikasi secara akurat dan tidak ada perubahan
sepanjang range yang relevan.
 Unit yang diproduksi semuanya terjual.
 Tidak ada perubahan dalam komposisi sales-mix untuk analisis CVP
multiple produk.

3.2 Pricing and Profitability Analysis


3.2.1 Pricing Analysis
Secara umum, harga adalah suatu mekanisme pengendalian suatu jumlah
besaran mata uang yang harus dibayarkan atau dikeluarkan oleh konsumen
sebagai pelaku dalam mendapatkan produk atau jasa. Dan untuk penentuan
besaran harga yang tepat tentunya diperlukan strategi penetapan harga yang
baik. Dalam praktiknya strategi penetapan harga, pasti berbeda-beda,
tergantung produsen yang mengelolanya. Berikut adalah beberapa cara dalam
menetapkan harga:

1. Skim The Cream

Cara yang satu ini dianjurkan jika dalam penerapannya tidak memiliki pesaing,
atau tidak ada produk atau jasa yang sejenis. Sehingga bisa dikatakan, cara yang
satu ini adalah cara yang digunakan jika keadaannya longgar, atau nyaris tanpa
pesaing. Langkahnya adalah dengan menetapkan harga yang paling tinggi,
sehingga laba yang diperoleh akan sangat maksimal.

2. Penetration

Strategi atau langkah ini adalah penentuan harga yang cukup berani. Dalam
praktiknya langkah yang satu ini adalah dengan mematok harga yang paling
rendah, sehingga segmen pasar akan beralih terhadap harga pasar yang paling
rendah. Cara yang satu ini digunakan jika keadaan pasar dalam mode persaingan
ketat, atau telah berada pada titik jenuh.

Metode penetapan harga

1. Menetapkan Biaya Harga Plus

Pada hakikatnya, penetapan harga biaya plus adalah sebuah metode yang lazim
digunakan oleh setiap perusahaan atau produsen. Penerapan metode atau cara
yang satu ini adalah dengan menentukan harga jual dengan berpedoman kepada
hitungan jumlah keseluruhan biaya yang digunakan. Setelah itu ditambah dengan
satuan jumlah tertentu guna menutupi laba atau kerap disebut dengan margin.

Sehingga dalam menetapkan harga dengan cara ini, perusahaan akan selalu
berpedoman kepada biaya keseluruhan produksi. Tentu saja fungsi utamanya
adalah sebagai langkah untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya.

2. Mark Up
Metode yang satu ini cukup sederhana yaitu dengan menetapkan harga jual
suatu unit dengan berpedoman pada harga pokok di awal pembelian yang
kemudian dikalkulasikan dengan beberapa jumlah tertentu atau disini disebut
dengan mark-up.

Dengan metode mark up, perusahaan atau produsen terkait akan selalu melihat
harga awal suatu produk, dengan begitu langkah menetapkan harga selanjutnya
adalah dengan menaikkannya sebesar beberapa persen dari harga awal.

Penetapan harga tersebut juga telah berdasarkan dengan biaya-biaya tambahan


lainnya, dengan begitu keadaan harga akan tetap standar tanpa ada kenaikan
harga secara berlebihan.

3.  Penetapan Harga BEP

Break Even Point, yaitu dengan menetapkan harga jual dengan berdasarkan
kepada total biaya pengeluaran dan hasil yang diterima secara keseluruhan. Jika
dilihat dari pengertiannya tentunya produsen atau perusahaan yang menerapkan
cara ini tidak akan mendapat keuntungan, namun di lain sisi juga tidak mendapat
kerugian dan menemukan keseimbangan pasar.

4. Berdasarkan Pesaing

Tentu saja tidak hanya berpedoman dari lingkup personal, dalam menetapkan
harga jual, bisa juga dengan berpedoman atau menetapkannya dengan harga
dari pesaing. Dengan adanya kompetitor tentu saja dapat memepertimbangkan
untuk memberikan harga dibawah harga pasar, tujuan utamanya adalah untuk
mendapat mangsa pasaran.

Dalam menetapkan harga dengan patokan kompetitor bukan  berarti perusahan


atau produsen tertentu ingin menjatuhkan lawannya. Walaupun kesannya
terlihat begitu namun pada kenyataannya, yang dilakukan adalah sebagai
patokan, dimana penetapan harga terjadi dengan langkah mengawasi harga jual
para pesaing.

Yang perlu diperhatikan adalah jangan terlalu mematok harga paling rendah,
karena dampaknya bisa merusak harga pasar, dan juga dapat membuat
perusahaan atau produsen terkait malah mendapat kerugian. Hal tersebut bisa
saja terjadi jika terlalu mengedepankan untuk mendapat banyak konsumen atau
pelanggan.

5. Berdasarkan Permintaan Pasar

Konsumen adalah raja, tentu pengandaian tersebut adalah benar faktanya.


Dalam menetapkan harga jual pun produsen atau perusahaan juga selalu
mendengarkan apa yang diinginkan konsumen. Sehingga dalam menetapkan
harga jual tentu saja memperhatikan keluh kesah konsumen. Strategi
menetapkan suatu harga ini merupakan umum digunakan bagi para pelaku
produksi maupun jasa.

Tujuan utama dari mendengarkan konsumen adalah untuk memikat hati


konsumen, sehingga tidak akan beralih ke produk lain. Tentu saja saat
mendengarkan apa yang diinginkan konsumen, produsen atau pihak perusahaan
terkait tidak boleh asal-asalan memberikan produk.

Harus tetap berikan kualitas serta kuantitas yang terjamin dan terjaga untuk
menghindari ketidakpuasan konsumen. Sekali saja konsumen merasa tidak puas,
maka bisa dipastikan konsumen tersebut tidak akan kembali bahkan hal terburuk
adalah tidak mendapatkan pelanggan atau konsumen sama sekali.

Dalam strategi menetapkan suatu harga, tentu ada beberapa faktor yang turut
berpengaruh. Faktor-faktor tersebut merupakan hasil cipta atau daya cipta
konsumen yang melakukan transaksi. Sehingga harga pasar akan berkutat pada
tingkat keinginan konsumen.

Fungsi Strategi Penetapan Harga

Strategi penetapan harga mempunyai beberapa fungsi penting, sebagai


penunjang segala aktivitas transaksi dengan tetap memperhatikan standar
kemampuan konsumen dalam melakukan transaksi. Menetapkan suatu harga
produk juga menjadi wadah produsen dalam menentukan target banyak
sedikitnya jumlah transaksi yang dilakukan oleh konsumen.

Lalu, penetapan harga suatu produk tertentu juga menjadi acuan bagi
perusahaan dalam proses produksi sehingga bisa ditentukan besaran jumlah
barang yang akan diproduksi oleh sebuah perusahaan. Dengan adanya strategi
penetapan harga, maka seorang konsumen tentunya juga dapat melihat faktor
yang mempengaruhi besaran nilai harga tersebut.

Strategi penetapan harga juga dapat berperan sebagai alat penentu kualitas.
Karena dengan adanya hal tersebut konsumen lah yang akan memberikan
penilaian tentang manfaat dari atau pantas tidaknya harga yang ditetapkan
terhadap barang tersebut. Hal ini tentu juga sangat penting bagi kelangsungan
pamor perusahan, sehingga tidak boleh salah dalam mematok strategi
penetapan harga.

3.2.2 Profitability Analysis


Menurut (Harahap, 2001:226) return of equity atau profitabilitas adalah
suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik
perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.
Committe or terminologi mendefinisikan profitabilitas adalah jumlah yang
berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari
penghasilan operasi. Sedangkan menurut APB statement mengartikan
profitabilitas adalah kelebihan penghasilan di atas biaya selama satu
periode akutansi.

Profitabilitas adalah kemampan suatu perusahaan untuk mengetahui


besar kecilnya tingkat keuntungan Selama periode tertentu, dan juga
memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam
melaksanakan kegiatan operasinya Profitabilitas menggambarkan kemampuan
badan usaha untuk menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh modal yang
dimiliki.

Tujuan dan Manfaat Profitabilitas

Menurut Kasmir (2008:197) Tujuan penggunaan profitabilitas bagi perusahaan


maupun bagi pihak luar perusahaan adalah :

a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam


satu periode tertentu.
b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan,
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Sementara itu manfaat yang diperoleh adalah :

a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu


periode.
b. Mengetahui posisi laba tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
e. Mengetahui produktivitas dari seluruhdana perusahaan yangdigunakan, baik

baik modal sendiri maupun modal pinjaman

Analisis profitabilitas (Profitability analysis) berdasarkan jenis produk


Menurut Mulyadi, 2001:58) analisi profitabilitas adalah kemampuan
menghasilakan laba dapat diterabkan pada jenis produk, Analisis ini
ditujukan untuk mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang
dihasilkan oleh setiap jenis produk dalam periode tertentu.

Dalam menganalisis profitabilitas setiap jenis produk dapat digunakan dua


konseb biaya sebagai berikut:

a. konsep harga pokok penuh (full costing)


Pada konseb ini setiap pusat laba dihitung besarnya laba bersih dengan
mempertemukan penghasilan setiab laba dikurangi semua biaya pada pusat
laba yang bersangkutan baik biaya tetap maupun biaya variabel.
b. b. Konsep harga pokok variabel (variabel costing)
Pengunaan konsep ini di dorong oleh pemilihan alternatif didalam
pengambilan keputusan dengan jalan menyajikan besarnya batas
kontribusi setiap pusat laba untuk dapat menutup biaya tetap dan
menghasikan laba

3.3 Activity Resource Usage Model and Tactical Decision Making


3.3.1 Pengertian
Pengambilan keputusan taktis (tactical decision making) terdiri dari
pemilihan di antara berbagai alternatif dengan hasil yang langsung atau terbatas
yang dapat dilihat. Menerima pesanan khusus dengan harga yang lebih rendah
dari harga jual normal untuk memanfaatkan kapasitas menganggur dan
meningkatkan laba tahun ini merupakan suatu contoh. Jadi, beberapa keputusan
taktis cenderung bersifat jangka pendek seringkali mengandung konsekuensi
jangka panjang. Mari kita pertimbangkan contoh kedua. Misalkan suatu
perusaahaan sedang mempertimbangkan untuk memproduksi suatu komponen
daripada membelinya dari para pemasok. Tujuannya adalah untuk menekan
biaya pembuatan produk utama dengan segera. Namun keputusan taktis ini
merupakan sebagian kecil dari keseluruhan strategi perusahaan dalam meraih
keunggunlan biaya. Jadi, keputusan taktis seringkali berupa tindakan berskala
kecil yang bermanfaat untuk tujuan jangka panjang.

Tujuan keseluruhan dari pengambilan keputusan strategis (strategic


decision making) adalah untuk memilih strategi alternatif sehingga keunggulan
kompetitif jangka panjang dapat tercapai. Pengambilan keputusan taktis harus
mendukung tujuan keseluruhan ini, meskipun tujuan langsungnya berjangka
pendek (menerima satu pesanan khusus untuk meningkatkan laba) atau berskala
kecil (memproduksi sendiri daripada membeli komponen). Jadi, pengambilan
keputusan taktis yang tepat berarti bahwa keputusan yang dibuat mencapai
tidak hanya tujuan terbatas tetapi juga berguna untuk jangka panjang.
Sesungguhnya, tidak ada keputusan taktis yang harus dibuat apabila keputusan
tersebut tidak mendukung sasaran strategis perusahaan secara keseluruhan.
Suatu contoh jelas dari perusahaan yang membuat keputusan taktis yang sesuai
dengan tujuan strategisnya adalah Hyaat Hotel Corporation. Pada awal tahun
1990-an, biaya yang tinggi telah menggangu sejumlah kontrak manajemen Hyatt.
Karena itu, perlu mengurangi struktur biaya dengan segera. Namun, Hyaat hanya
memangkas biaya yang tidak terlalu menjadi perhatian para tamu (misalnya,
layanan kamar tidur, dimana penutup tempat tidur diturunkan pada malam hari,
dan sebutir permen ditaruh di atas bantal). Pelayanan yang menjadi perhatian
para tamu bisnis diperluas (misalnya, menyediakan mesin faksimil dalam kamar).

Pengambilan keputusan taktis yang tepat adalah keputusan yang dibuat


tidak hanya mencapai tujuan terbatas, tetapi juga berguna untuk jangka panjang
(Hansen dan Mowen, 2009). Tujuan dari pengambilan keputusan strategis adalah
memilih strategi alternatif sehingga keunggulan bersaing jangka panjang dapat
tercapai. Enam Langkah pengambilan keputusan taktis menurut Hansen dan
Mowen adalah sebagai berikut:
a. Definisikan Masalah
b. Identifikasi Beberapa Alternatif
c. Identifikasi Biaya dan Manfaat yang Berkaitan Dengan Setiap Alternatif yang
Layak
d. Hitung Total Biaya dan Manfaat yang Relevan untuk Setiap Alternatif yang
Layak
e. Nilai Faktor-Faktor Kualitatif
f. Membuat Keputusan

Baik keputusan taktis maupun keputusan stratejik, manajer menerapkan


langkah-langkah dalam pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Memahami konteks situasi dan masalah.


2. Mengidentifikasi alternatif solusi masalah.
3. Mengidentifikasi dan mengestimasi manfaat dan biaya relevan atas setiap
alternatif.
4. Membandingkan manfaat dan biaya relavan atas setiap alternatif.
5. Mempertimbangkan aspek kualitatif dari setiap alternatif.
6. Memilih alternatif yang memberikan manfaat secara keseluruhan paling
besar.
Proses Pengambilan Keputusan
a. Mengenali dan mendefinisikan masalah.
b. Mengidentifikasi alternatif sebagai solusi yang mungkin untuk masalah
ini, dan menghilangkan alternatif yang tidak layak.
c. Mengidentifikasi biaya diprediksi dan manfaat yang terkait dengan setiap
alternatif yang layak dan menghilangkan biaya dan manfaat yang tidak
relevan dengan keputusan.
d. Membandingkan biaya yang relevan dan manfaat untuk setiap alternatif,
dan kemudian berhubungan setiap alternatif dengan tujuan strategis
keseluruhan perusahaan dan faktor-faktor kualitatif penting lainnya.
e. Pilih alternatif dengan manfaat terbesar yang juga mendukung tujuan
strategis organisasi.

3.3.2 Penerapan Keputusan Taktis


Penggunaan informasi biaya relevan untuk pengambilan keputusan taktis:
 Make-or-buy – membuat sendiri atau membeli dari pemasok
(outsourcing).
 Keep-or-drop – memertahankan atau menghentikan produk atau divisi
bisnis.
 Special order – menerima atau menolak pesanan khusus.
 Sell or process further – menjual atau memproses lebih lanjut.

a. Keputusan make-or-buy
Perusahaan seringkali menghadapi permasalahan keputusan make-or-
buy yaitu keputusan apakah membuat atau membeli komponen yang
digunakan dalam pembuatan suatu produk. Contoh: pabrik PC dapat
membuat sendiri disk drives atau membeli dari pemasok eksternal. Dalam
memutuskan make-or-buy, manajer harus memfokuskan pada identifikasi
dan estimasi biaya relevan dan benefit dari setiap alternatif. Contoh biaya
produksi relevan: direct material, direct labor, dan variable
overhead. Biaya fixed overhead bukan biaya relavan. Selanjutnya setelah
identifikasi dan estimasi biaya relevan, maka manajer membandingkan
perbedaan biaya relevan antara keputusan make dengan buy untuk
menentukan keputusan apakah lebih menguntungkan make or buy.
b. Keputusan keep-or-drop
Seringkali manajer harus memutuskan apakah suatu lini produk atau
divisi bisnis tertentu dipertahankan atau dihentikan. General Motor,
misalnya, harus memutuskan untuk menghentikan produksi lini produk
mobil, seperti Oldsmobile, Hummer, Saab, dan Buick. Manajer
menggunakan informasi biaya relevan dalam memutuskan apakah suatu
lini produk atau segmen lini bisnis dipertahankan atau dihentikan.
Dalam traditional costing, manajer menyusun laporan laba rugi per
segmen untuk menentukan margin setiap lini produk. Berdasarkan
margin produk ini, manajer dapat mengetahui margin lini produk sebagai
dasar pertimbangan keputusan dalam memertahankan atau
menghentikan suatu lini produk. Dalam menghitung margin lini
produk, contribution margin lini produk dikurangi dengan direct fixed
cost. Direct fixed cost merupakan biaya tetap yang dapat ditelusuri atau
dialokasikan secara langsung ke lini produk. Dari margin produk total
selanjutnya dikurangi dengan common fixed expenses diperoleh
total operating income.
c. Keputusan special order
Adakalanya manajer manerima pesan khusus order penjualan dengan
harga jual lebih rendah daripada harga jual regular. Keputusan manajer
untuk menerima atau menolak pesanan khusus dengan harga lebih
rendah ini didasarkan pada dampak profit atas biaya relevan dan
kapasitas yang tersedia.
d. Keputusan sell or process further.
Suatu produk dapat dijual langsung ke pasar atau dapat diolah lagi
menjadi produk dengan nilai jual lebih tinggi. Produk susu misalnya, susu
dapat dijual langsung sebagai produk susu segar atau diproses lebih lanjut
menjadi produk lain seperti susu bubuk, susu kental, keju, dan produk-
produk olahan susu. Proses pengolahan lanjutan ini memerlukan biaya
tambahan. Manajer dapat memutuskan apakah produk lebih
menguntungkan dijual langsung atau diolah lebih lanjut untuk dijual
dengan harga lebih tinggi sehingga profit meningkat.
Pertimbangan keputusan menjual atau memproses lebih lanjut suatu
produk didasarkan pada informasi biaya sebagai berikut:

 Biaya bersama (joint costs). Biaya ini terjadi sebelum split-off


point. Joint costs merupakan sunk cost, sehingga bukan biaya relevan
dalam menentukan keputusan menjual atau memproses lebih lanjut
suatu produk.
 Hanya biaya pemrosesan lebih lanjut dan nilai penjualan produk
setelah pemrosesan lebih lanjut yang menjadi dasar pertimbangan
dalam keputusan menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk.

3.4 Inventory Management


3.4.1 Pengertian
Manajemen persediaan adalah sebuah bagian dari perusahaan yang
memiliki tugas untuk mengatur persediaan barang serta biaya terkait yang
dimiliki oleh perusahaan. Hal-hal seperti cara memperoleh persediaan,
penyimpanan hingga persediaan itu dapat dimanfaatkan. Lebih jauh kita akan
membahas seberapa penting manajemen persediaan itu penting untuk jalannya
sebuah perusahaan. Mulai dari cara mengaturnya hingga biaya yang dapat
muncul bahkan hingga hubungannya dengan manajemen lainnya.
Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan
digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam
proses produksi atau distribusi. Sedangkan manajemen persediaan adalah proses
untuk mengatur persediaan barang yang dimiliki oleh suatun instansi atau
perusahaan. faktor-faktor yang memengaruhi tingkat persediaan seperti:

1. Jumlah dana yang tersedia akan memengaruhi pembelian persediaan.


2. Lead time, waktu tunggu barang yang dipesan
3. Frekuensi penggunaan, semakin sering digunakan maka jumlah persediaan
semakin kecil.
4. Daya tahan persediaan, persediaan dengan daya tahan pendek seperti buah
dan sayur harus segera dijual.
5. Bencana, persediaan juga dipengaruhi dengan bencana misalnya bencana
alam, wabah, atau bencana yang disebabkan oleh manusia seperti:
kebakaran.
6. Tingkat Penawaran dan juga tingkat permintaan.

3.4.2 Fungsi
Manajemen persediaan sangat penting bagi perusahaan. Hal ini karena
fungsi dari aktivitas tersebut cukup beragam. Berikut fungsi dari manajemen
persediaan antara lain:

1. Mengantisipasi Kekurangan Persediaan


Hal ini harus diperhatikan terutama bagi perusahaan yang berfokus dalam
memproduksi barang. Meskipun pada umumnya supply bahan memang sudah
pasti datang sesuai jadwal, langkah antisipasi tetap penting untuk dilakukan.
Untuk berjaga-jaga jika seumpama persediaan datang terlambat dan akan
berpotensi mengganggu proses produksi.

2. Mengantisipasi Pesanan Persediaan Ternyata Tidak Sesuai Dengan Kebutuhan


Kondisi seperti pesanan yang tidak sesuai mungkin jarang terjadi. Namun bukan
tidak mungkin bisa terjadi. Perusahaan selalu harus memastikan pesanan
persediaan yang diterima apakah sudah sesuai yang dibutuhkan untuk proses
produksi.

3. Berjaga-jaga Jika Persediaan Yang Dibutuhkan Ternyata Tidak Ada Di Pasaran


Fungsi utama dilakukan manajemen persediaan adalah untuk memastikan
persediaan bahan selalu tersedia. Langkah ini untuk mengantisipasi jikalau bahan
yang biasa digunakan tidak ditemukan di pasaran. Bisa karena stok habis, atau
hal lain

4. Menjamin Lancarnya Proses Produksi


Terutama bagi perusahaan yang berfokus dalam memproduksi barang, proses
produksi harus dipastikan tetap berjalan. Hal ini dilakukan supaya tetap bisa
meraih keuntungan dan menyediakan kebutuhan bagi konsumen. Oleh karena
itu inventory management ini sangat penting demi menjaga ketersediaan
persediaan supaya tetap bisa produksi.

3.4.3 Metode Manajemen Persediaan


Dalam hal pengelolaan persediaan, umumnya perusahaan menggunakan
beberapa metode. Setidaknya ada 5 metode inventory manajemen yang biasa
dipergunakan oleh perusahaan untuk mengelola persediaan. Berikut penjelasan
masing-masing metode

1. Metode EOQ (Economic Order Quantity)


Biasa disebut dengan metode kuantitas pesanan ekonomi. Merupakan salah
satu metode pengelolaan persediaan dengan cara membeli persediaan sesuai
dengan pesanan yang diterima. Misalnya perusahaan mendapatkan pesanan.
Sudah ditentukan oleh pemesan berapa jumlah pesanan, spesifikasi, serta waktu
kapan harus selesai. Dengan begitu perusahaan akan memperhitungkan berbagai
hal.
Termasuk tentang berapa kebutuhan bahan, spesifikasi, serta berapa harga
bahan baku untuk memenuhi pesanan tersebut. Jadi nanti sudah jelas berapa
kebutuhan dan nominalnya. Tidak akan sampai terjadi bahan sisa alias pas. Cara
ini banyak membawa manfaat. Mulai dari tidak ada biaya pemeliharaan, serta
biaya gudang untuk menyimpan sisa bahan.

2. Metode MRP (Material Requirement Planning)


Lebih dikenal dengan metode perencanaan kebutuhan material, merupakan
metode pengendalian serta perencanaan persediaan untuk menjamin bahan
baku selalu tersedia. Selain untuk menjaga supaya bahan baku tetap ada untuk
digunakan, metode ini pun berguna untuk memastikan persediaan berjumlah
sedikit.
Semakin sedikit jumlah persediaan otomatis biaya untuk menjaga persediaan
tersebut juga makin sedikit. Dalam metode ini akan dilakukan beberapa
perencanaan. Mulai dari penjadwalan pembelian, jadwal produksi, hingga waktu
pengiriman persediaan bahan baku.

3. Metode JIT (Just In Time)


Metode ini punya istilah lain yaitu metode tepat waktu. Memungkinkan
perusahaan sebisa mungkin dibuat tidak menyetok atau memiliki persediaan.
Sehingga perusahaan diusahakan memiliki persediaan 0 atau mendekati nol. Hal
ini karena jika posisi perusahaan seperti itu biaya persediaan juga tidak akan
dikeluarkan.
Tapi jika tidak punya persediaan bagaimana bisa melakukan produksi? Inilah
keuntungan metode ini. Perusahaan akan mengusahakan untuk membeli
persediaan hanya saat sedang dibutuhkan saja. Sehingga jumlahnya bisa
disesuaikan dengan kebutuhan, dan tidak akan ada sisa. Lalu bagaimana
caranya?
Dengan membina hubungan baik dengan para pemasok bahan baku. Membuat
mereka seolah-olah bagian dari perusahaan. Sehingga kapan pun dan berapa pun
pemasok akan selalu siap menyuplai persediaan.
4. Metode Analisa ABC
Dalam metode ini dilakukan penggolongan persediaan di mana dasar
penggolongan tersebut adalah nilai serta persediaan. Yang dimaksud nilai di sini
adalah nilai total dari persediaan, bukan harga persediaan per unit. Setiap item
persediaan akan diberikan label sesuai kelasnya masing-masing. Ini dilakukan
karena setiap item persediaan diperlakukan berbeda.
Misalnya ada persediaan kayu, paku, dan cat. Kayu bisa dilabeli dengan grade
A, karena paku perlu perlakuan khusus untuk penyimpanan dalam gudang
supaya tidak rusak. Lalu cat bisa dikategorikan golongan B, karena
penyimpanannya mungkin lebih mudah dibanding kayu. Untuk paku bisa diberi
kode C karena meskipun jumlahnya banyak, namun penyimpannya jauh lebih
mudah dibanding 2 persediaan sebelumnya.

5. Metode Periodic Review


Dalam metode ini memungkinkan dilakukan pemesanan persediaan bahan
dalam jarak waktu yang sama. Jadwal pesan barang sudah terjadwal secara rutin,
jadi manajer keuangan dapat memperkirakan berapa pengeluaran untuk
pembelian bahan baku tersebut. Metode ini punya keunggulan tersendiri. Salah
satunya mampu meredam fluktuasi permintaan kebutuhan bahan baku. Metode
ini juga sangat mudah dilakukan karena tidak perlu melewati proses administrasi
yang panjang. Hal tersebut karena proses pembelian persediaan sudah terjadwal
rutin.
Namun metode ini mengharuskan perusahaan memperbanyak stok untuk
mengantisipasi saat tiba-tiba pesanan produksi membludak. Itulah beberapa
penjelasan singkat seputar manajemen persediaan. Mulai dari pengertian, fungsi,
hingga metode yang umum digunakan. Bisa menjadi referensi bagi yang belum
terlalu paham dengan istilah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai