Anda di halaman 1dari 6

PERMAINAN KOTAK POS BELUM DI ISI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pembelajaran


Permainan Tradisional Semester Ganjil Tahun Akademik 2021/2022 Dengan
Dosen Pengampu Drs. H. Anin Rukmana, M.Pd.

Disusun Oleh:

Samsul Rizal Nurtauhid

2006266

3C PGSD PENJAS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLA DASAR


PENDIDIKAN JASMANI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG

2021
Nama : Permainan Kotak Pos :

Genre : Permainan Rakyat

Provinsi : Jawa Barat Indonesia

A. Pengertian permainan tradisional

Permainan tradisional menurut Danandjaja (1978) adalah salah satu bentuk yang
berupa permainan anak anak, yang turun temurun secara lisan diantara anggota
kolektif tertentu. Dalam proses pemebelajaran, guru seringkali menggunakan
permainan tradisional agar siswa mengenal dan melestarikan permainan
tradisional yang jarang dimainkan karena siswa sekarang lebih sering cenderung
menghabiskan waktu luang bermain handphone.

B. Pengertian Permainan Kotak Pos

Di era kejayaan surat-menyurat, kotak pos adalah benda yang penting. Di kala
telepon pintar belum lahir dan internet hanyalah bayang-bayang, dialah kotak
kecil di tepi jalan yang dituju orang untuk berkirim surat. Barangkali terinspirasi
oleh kotak pos tersebut, pada suatu masa sebuah permainan anak berjudul “Kotak
Pos” tercipta. kotak pos mengandung makna adalah sebuah kotak yang berisikan
surat-surat penting yang terdapat di kantor pos. Tetapi dalam permainan
tradisional, permainan Kotak Pos ini mengandung arti bahwa suatu permainan
tebak kata secara bergiliran sesuai dengan tema yang telah disepakati. Permainan
ini minimal dilakukan oleh 2 orang anak dan memerlukan tempat yang cukup
luas. Karena permainan ini dibutuhkan ruang gerak yang anak akan merasa
nyaman untuk bermain. Permainan ini tidak membutuhkan peralatan khusus,
tetapi hanya membutuhkan anggota badan saja yaitu tangan. Tangan pemain
membentuk kepalan tangan yang mengarah ke atas dan diletakkan di atas paha.
Kepalan tangan ini diibaratkan sebagai kotak pos yang berisi kata-kata, yang akan
disalurkan atau diinformasikan ke temannya dengan meletakkan kepalan tangan
kanannya ke kepalan tangan kiri teman sebelahnya(sebelah kanannya) secara
bergiliran sampai batas waktu tertentu. Permainan ini berjalan dengan diiringi
lagu kotak pos. Permainan ini berakhir dengan tebak kata sesuai tema yang yang
disepakati sebelum permainan dimulai dan sesuai dengan huruf awalan yang
disepakati selama permainan. Permainan kotak pos ini dapat dilakukan minimal 2
orang anak. Tetapi semakin banyak pesertanya semakin seru permainannya.
Misalnya 10 anak. Dapat dilakukan dengan membuat lingkaran. Sebelum
permainan ini dimulai, para pemain membuat kesepakatan untuk menentukan
terlebih dahulu tema-tema atau jenis apa saja yang ingin dijadikan bahan tebak
kata. Misalnya nama binatang. Selanjutnya menentukan siapa yang kalah dengan
cara suit atau hom pimpa. Permainan dimulai dari yang kalah. Setelah ditentukan
siapa yang kalah, saatnya pemain mengatur posisi duduk membentuk lingkaran
dengan duduk bersila, dan posisi tangan berada di atas pahanya masing-masing.
Tangan kanan berada dipaha kanan, begitu sebaliknya tangan kiri berada dipaha
sebelah kiri. Posisi tangan mengepal dengan posisis tegak ke atas. Permainan
pertama dimulai dari yang kalah dengan diiringi lagu kotak pos, selanjutnya
bergiliran kearah teman kanannya dengan meletakkan kepalan tangan kanannya
ke kepalan tangan kiri temannya.

C. Sejarah Permainan Engklek

Permainan Kotak Pos ini berasal dari Indonesia. Permainan ini sudah ada sejak
dahulu kala bahkan ketika masa penjajahan kolonial Belanda, untuk awal mula
ditemukannya permainan ini sendiri belum diketahui secara pasti karena
permainan ini muncul begitu saja dikalangan masyarakat Indonesia, serta belum
diketahui juga bahwa permainan ini berasal dari mana dan di daerah mana.
Permainan kotak pos ini juga sangat familiar dikalangan masyarakat Indonesia
khususnya anak – anak.
D. Cara Bermain Engklek

Babak awal permainan ini adalah sesi tepuk-tepukan seraya berbaris melingkar
diiringi nyanyian khusus seperti pada permainan “Do Mi Ka Do”. Kira-kira begini
: Sambil mulai bernyanyi, seorang pemain akan mulai menepuk telapak tangan
teman di sebelah kirinya. Setelah tertepuk, si teman pun menepuk teman di
sebelah kirinya lagi. Demikian sehingga tepukan menjalari barisan melingkar.
Merambat dari telapak tangan satu ke telapak tangan lain hingga nyanyian
berhenti.

Inti babak tepuk-tepukan adalah memberikan nama samaran ke setiap pemain satu
demi satu. Ada dua urutan tahap tepuk-tepukan. Tahap pertama adalah untuk
menentukan siapa yang mengusulkan nama samaran. Tahap kedua adalah untuk
menentukan siapa yang mendapatkan nama samaran tersebut. Nama samaran bisa
diambil dari nama tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, atau apa pun sesuai
kesepakatan.

Beginilah lirik nyanyian yang mengiringi tepukan tahap pertama :

Kotak pos belum diisi

Mari kita isi…. dengan isi-isian

Mbak Kokom minta huruf apa?

Sekali lagi minta huruf apa?

Sedangkan lirik nyanyian tepukan tahap kedua bergantung pada jawaban tahap
pertama. Seumpama pemain yang menjawab bernama Unyil, dan ia memilih huruf
S untuk “semangka”, jadilah liriknya begini :

Siii…. Unyil minta huruf S

Lama-lamaaa menjadiii Se..mang..ka…

Semua pemain yang telah memperoleh nama samaran harus keluar barisan. Pada
saat itu mereka diibaratkan menjelma menjadi huruf-huruf yang masuk mengisi
kotak pos. Tepat seperti lirik yang mereka lantunkan.

Tepuk-tepukan untuk membagikan nama samaran terus berlangsung hingga


menyisakan satu pemain yang tak kebagian nama. Dialah satu pemain yang akan
menjadi pusat permainan di babak berikutnya. Supaya mudah diingat, kita sebut
saja satu orang pemain yang tak kebagian nama sebagai Si Tanpa Nama.
Sedangkan bagi para pemain yang memperoleh nama, karena nama mereka
diambil dari nama bebuahan, kita sebut saja mereka para “Buah”. Setuju? Mari
lanjut~

Babak Puncak : “Siapakah dia?”

Babak puncak permainan ini adalah semacam sesi “mencari dan menduga”. Si
Tanpa Nama mencari dan menduga. Para Buah dicari dan diduga.

Begini lebih kurangnya : Mula-mula para Buah mengenalkan nama samaran


mereka kepada Si Tanpa Nama. Si Tanpa Nama harus menghafal nama mereka.
Itu penting karena setelah berkenalan, ia akan ikut “masuk” ke kotak pos. Untuk
apa? Untuk menemukan satu saja buah dan menerka nama samarannya.

Sebagai catatan, mata Si Tanpa Nama harus ditutup. Ia mesti mencari dan
menebak para Buah dalam kondisi gelap. Agaknya saat itu ia ibarat sebelah
tangan tukang pos yang menyempil ke dalam kotak, mencari-cari surat.
Sedangkan para buah tidak boleh berpindah tempat. Sekali memilih posisi,
mereka harus tetap di sana hingga ujung sesi. Ingat mereka bagaikan sehimpunan
huruf dalam kotak yang tak mampu berpindah sendiri.

Jika Si Tanpa Nama berhasil menangkap satu buah dan menyebut nama
samarannya dengan benar, maka mereka bertukar peran. Jika nama yang disebut
salah, Si Tanpa Nama melanjutkan pencarian. Begitu seterusnya hingga semua
pemain sepakat menyudahi permainan.

Dibanding aneka games kekinian yang dimainkan anak-anak di gawai mereka,


kotak pos ini rasa-rasanya punya keunggulan. Begitu juga banyak permainan
tradisional lainnya. Alih-alih membuat anak-anak mendekam di layar gawai,
kotak pos mendorong mereka melangkah ke luar rumah lalu berinteraksi langsung
dengan teman sebaya. Hal tersebut tentu lebih mereka butuhkan ketimbang belajar
ber-narsis-ria di social media.

Lebih-lebih, permainan ini seolah mengandung serangkaian pelajaran sederhana.


Tadi ketika pemain diminta memberikan nama samaran, ia menyebut nama
tumbuhan, buah-buahan, atau apapun sesuai kesepakatan. Takah-takahnya ada
nuansa uji wawasan tipis-tipis di sana. Lalu ketika Si Tanpa Nama mencari para
Buah, ia berjuang melakukannya dengan mata tertutup seraya berlaga
mengerahkan daya ingat. Seolah ia sedang belajar menjadi pribadi yang pantang
menyerah. Pun tadi ketika para Buah mengatur posisi supaya aman dari sergapan,
mereka bisa

belajar melakukannya sebagai tim. Seolah mereka sedang belajar tentang strategi
dan kerja sama. Tetapi, bukankah Si Tanpa Nama yang matanya ditutup bisa
mengintip melalui celah-celah penutup matanya? Lagi pula bukankah para Buah
bisa berbohong tentang nama samaran mereka yang sesungguhnya?

Agaknya di sanalah kita berharap. Semoga ketika kesempatan untuk berbohong


dan berbuat curang justru terbuka, anak-anak memilih belajar berlaku jujur lagi
bersikap apa adanya. Ya mungkin dimulai dari hal-hal kecil nan sederhana.
Seperti apa misalnya? Ya seperti kotak pos ini.

Anda mungkin juga menyukai