Monev Hiv
Monev Hiv
PENDAHULUAN
Monev HIV/AIDS ini adalah untuk memonitor capaian program penanggulangan HIV&AIDS
pada pencegahan, dukungan, perawtaan dan pengobatan, mitigasi dampak, lingkungan kondusif
dan program lainnya. Sebagai tambahan, juga memberikan gambaran tentang kondisi
penanggulangan HIV/AIDS di RS Sawerigading Palopo.
1. Tujuan Umum
Monitor pencapaian program VCT dalam penanggulangan HIV/ AIDS
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Mengevaluasi pelaksanaan program di Poli VCT
2. Monitor penjaringan kasus baru di Poli VCT
3. Monitor penggunaan ART di Poli VCT
4. Monitor dan evaluasi data PMTC
BAB III
MATERI MONEV
Pelaksanaan monev ini terdiri dair penyusunan tools monitoring untuk memantau capain
indicator monev, bentuknya berupa form kegiatan dan form kunjungan lapangan. Pengambilan
data capain monev: angket monev dibagikan yang dinilai terlibat dalam program
penanggulangan HIV&AIDS di DIY. Capaian program yang dilaporkan than 2016.
Ditambahakan laporan kegiatan di unit layanan. Dilengkapi dengan data sekunder dan dianalisis
dengan deskriptif kuantitatif dan kualitatf. Sebagai tahap akhir, dibuat penyusunan laporan
monev. .
Berdasarkan data dari POLI VCT RSU Sawerigading Palopo tahun 2016, di ketahui jumlah
penderita HIV/AIDS adalah 23 Orang,. Sedangkan jumlah estimasi populasi dewasa rawan
terinfeksi HIV tahun 2016, sebanyak 60 orang. Beberapa hasil temuan kuantitatif dari berbagai
sumber laporan:
Capaian kegiatan penjangkauan LSM Spritia di palopo. Dari 225 WPS sebagai
target, 113 yang dicapai.
Gap yang paling cukup jauh adalah jumlah kondom yan didistribusi melalui fasilitas
kesehatan. Dari 33.667 sebagai target, hanya 9.241 yang terdistribusi (27%).
Jumlah ODHA yang dirujuk ke LSM untuk mendapat dukungan psikososial baru
mencapai 14 orang
Sedangkan jumlah dan penasun yang sedang mendapat pengobatan terapi rumatan
metadon 6 orang
Prevalensi HIV paling tinggi di lelaki seks lelaki (LSL): 20,3% termasuk LSL
memiliki prevalensi paling tinggi terkena sifilis yakni 19.8%. Sedangkan prevalensi
HIV dan prevalensi paling rendah pada kelompok wanita pekreja seks (WPS) Tidak
langsung.
.
Terdapat kendala dalam memberikan materi HIV & AIDS untuk kegiatan
pendidikan remaja. Sehingga diperlukan materi pokok dan juklak.
Koordinasi dengan penjangkau untuk layanan alat suntik steril (LASS) dan
administrasi LASS dirasa masih lemah
Sistem monev yang belum berjalan baik, yakni dokumen rujukan yang belum
lengkap dan standar.
Sangat dibutuhkan indicator mutu yang jelas dan transparan untuk menilai quality
assurance, saat ini indiaktor mutu layanan HIV di rumah sakit belum jelas.
BAB V
KESIMPULAN
Kegiatan yang dianggarkan SKPD juga sudah ada yang mengacu pada RAD MDGs
serta SRAD penanggulangan HIV&AIDS
Diskusi
Bagaimana kita bisa menyambungkan antar layanan, mungkin tidak perlu sama.
Tapi bagiaaman mendekatkan layanan antara VCT dan CST, dan siapa saja yang
melayani nya? Karena banyak layanan yang bisa memberi layanan VCT, tapi apakah
benar-benar dirujuk dan sampai ke layanan CST?
PPIA/ PMTCT, sudah harus menjadi tulang punggung, karena epidemic ada di
perempuan. Sudah ada di permenkes 21. Seluruh ibu hamil yang memiliki risiko dan
IMS harus diberikan penawaran. Tapi menurut beliau ini menjadi sulit, karena
Menurut beliau, semua ibu hamil harus ditawari testing. Hal ini sudah terbukti
berhasil di Kamboja.
Perlu dianalisis lebih lanjut apa arti jumlah kondom yang didistribusi melalui
fasilitas kesheatan –puskesmas ketika bertemu pasien- dengan distribusi kondom
melalui KPA –di lokasi-lokasi kelompok kunci-. Apa arti data
ini? Response: mungkin akan lebih baik jika kita bisa membandingkannya dengan
target kebutuhan kondom dan kesediaannya kondom. Tapi setelah dulu pernah
dicoba, kebutuhannya sangat tinggi dan penydiaan menjadi tidak bisa mencukupi,
sehingga sekarang hanya berdasarkan permintaan outlet. Ke depan, seharusnya
dilakukan integrasi program dengan PKBI, yang saat ini banyak menumpuk. Dan
tentu saja banyak yang mandiri dalam membeli nya, sehingga juga dimasukkan.
5C yang sekarang diterapkan, bukan 3 C lagi.
Target dan capaian pengobatan jumlahnya tidak apple to apple. Perlu ada pelatihan
untuk menyamakan persepsi data sehingga hasil dapat dibandingkan.
Survey penggunaan kondom ingin dilakukan, tapi metodenya masih sulit, dan tools
nya belum ada. Paling mungkin hanya berdasarkan pengakuan. Hanya ada 1 losmen
yang mau memeriksa sampah kondom dari penampungan sampah.
Sudah banyak pasien baru dengan umur 19 tahun, yang berarti sudah terkena ketika
5-6 tahun yang lalu (masa SMP). Hal ini cukup menyedihkan.