Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HIV AIDS

Monitoring dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk


menilaikeberhasilan pelaksanaan program. Monitoring dilaksanakan secara berkala danterus-
menerus, agar dapat segera mengetahui apabila ada ketidaksesuaian dalampelaksanaan kegiatan
program yang telah direncanakan, sehingga dapat dilakukantindakan perbaikan sesegera
mungkin. Evaluasi dilaksanakan pada akhir pelaksanaan kegiatan /program, dengan tujuan untuk
mengetahui hasil yang dicapai,apakah telah sesuai dengan target indikator yang telah ditetapkan
atau belum.Pada program pengendalian HIV AIDS dan IMSmonitoring dan evaluasi atau monev,
tujuan terpenting seluruh upaya monev adalah untukmemperbaiki dan meningkatkan kinerja
program pencegahan dan pengendalian HIV AIDS dan IMS, menyuguhkan laporan yang
akuntabel, serta berbagi informasi dengan pemangku kepentingan yangrelevan.Untuk itu, penting
bagi pengelola/ penanggungjawab program di fasyankes,kabupaten-kota dan provinsi untuk
mampu melakukan monitoring dan evaluas iprogram pengendalian HIV dan IMS berdasarkan
situasi dan kondisi di wilayah masing – masing .
Pembahasan modul ini meliputi: Konsep Monev Program;Perencanaan Monev, Pengumpulan
data; Analisis data dan laporan serta Umpan balik
BAB II
TUJUAN

Monev HIV/AIDS ini adalah untuk memonitor capaian program penanggulangan HIV&AIDS
pada pencegahan, dukungan, perawtaan dan pengobatan, mitigasi dampak, lingkungan kondusif
dan program lainnya. Sebagai tambahan, juga memberikan gambaran tentang kondisi
penanggulangan HIV/AIDS di RS Sawerigading Palopo.
1. Tujuan Umum
Monitor pencapaian program VCT dalam penanggulangan HIV/ AIDS
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Mengevaluasi pelaksanaan program di Poli VCT
2. Monitor penjaringan kasus baru di Poli VCT
3. Monitor penggunaan ART di Poli VCT
4. Monitor dan evaluasi data PMTC
BAB III
MATERI MONEV

Pelaksanaan monev ini terdiri dair penyusunan tools monitoring untuk memantau capain
indicator monev, bentuknya berupa form kegiatan dan form kunjungan lapangan. Pengambilan
data capain monev: angket monev dibagikan yang dinilai terlibat dalam program
penanggulangan HIV&AIDS di DIY. Capaian program yang dilaporkan than 2016.
Ditambahakan laporan kegiatan di unit layanan. Dilengkapi dengan data sekunder dan dianalisis
dengan deskriptif kuantitatif dan kualitatf. Sebagai tahap akhir, dibuat penyusunan laporan
monev. .
Berdasarkan data dari POLI VCT RSU Sawerigading Palopo tahun 2016, di ketahui jumlah
penderita HIV/AIDS adalah 23 Orang,. Sedangkan jumlah estimasi populasi dewasa rawan
terinfeksi HIV tahun 2016, sebanyak 60 orang. Beberapa hasil temuan kuantitatif dari berbagai
sumber laporan:

 Capaian kegiatan penjangkauan LSM Spritia di palopo. Dari 225 WPS sebagai
target, 113 yang dicapai.

 Gap yang paling cukup jauh adalah jumlah kondom yan didistribusi melalui fasilitas
kesehatan. Dari 33.667 sebagai target, hanya 9.241 yang terdistribusi (27%).

 Jumlah ODHA yang dirujuk ke LSM untuk mendapat dukungan psikososial baru
mencapai 14 orang

 Sedangkan jumlah dan penasun yang sedang mendapat pengobatan terapi rumatan
metadon 6 orang

 Jumlah ODHA yang sedang mendapat pengobatan ARV yakni 23 orang.

 Prevalensi HIV paling tinggi di lelaki seks lelaki (LSL): 20,3% termasuk LSL
memiliki prevalensi paling tinggi terkena sifilis yakni 19.8%. Sedangkan prevalensi
HIV dan prevalensi paling rendah pada kelompok wanita pekreja seks (WPS) Tidak
langsung.
 .

Hasil temuan kendala dari kunjungan lapangan dan FGD


 Kegiatan yang belum dilaksanakan adalah ruukan layanan VCT perawatan dan
kesehatan bagi TKI dan pekerja migran.

 Terdapat kendala dalam memberikan materi HIV & AIDS untuk kegiatan
pendidikan remaja. Sehingga diperlukan materi pokok dan juklak.

 Koordinasi dengan penjangkau untuk layanan alat suntik steril (LASS) dan
administrasi LASS dirasa masih lemah

 Beberapa petugas belum melakukan prinsip 3C (Counseling, consent, confidential)


secara optimal. Missal beberap aksus PITC tidak didahului dengan konseling

 Sistem monev yang belum berjalan baik, yakni dokumen rujukan yang belum
lengkap dan standar.

 Pemantuan pasien-pasien yang mangkir masih menemui beberapa kendala. Fungsi


manajer kasus belum optimal. Sistem pencatatan pasien ARV belum terpantau
dengan baik. Meksipun sudah dilakuan pelatihan untuk manajer kasus, manajer
kasus belum berfungsi optimal, karena melakukan double job, jejaring antar case
manajer belum terjalin dengan baik, buku kontak person tidak ada.

 Sangat dibutuhkan indicator mutu yang jelas dan transparan untuk menilai quality
assurance, saat ini indiaktor mutu layanan HIV di rumah sakit belum jelas.
BAB V
KESIMPULAN

 Pelaksanaan kegiatan penanggulangan HIV&AIDS di Poli VCT sudah dilakukan


secara komprehensif. Kegiatan penanggulangan HIV&AIDS di DIY sudah mengacu
pada 4 fokus area strategi yaitu pencegahan, dukungan, perawtaan dan pengobatan,
mitigasi dampak serta lingkungan kondusif.

 Kegiatan yang dianggarkan SKPD juga sudah ada yang mengacu pada RAD MDGs
serta SRAD penanggulangan HIV&AIDS

Diskusi
 Bagaimana kita bisa menyambungkan antar layanan, mungkin tidak perlu sama.
Tapi bagiaaman mendekatkan layanan antara VCT dan CST, dan siapa saja yang
melayani nya? Karena banyak layanan yang bisa memberi layanan VCT, tapi apakah
benar-benar dirujuk dan sampai ke layanan CST?

 PPIA/ PMTCT, sudah harus menjadi tulang punggung, karena epidemic ada di
perempuan. Sudah ada di permenkes 21. Seluruh ibu hamil yang memiliki risiko dan
IMS harus diberikan penawaran. Tapi menurut beliau ini menjadi sulit, karena
Menurut beliau, semua ibu hamil harus ditawari testing. Hal ini sudah terbukti
berhasil di Kamboja.

 Perlu dianalisis lebih lanjut apa arti jumlah kondom yang didistribusi melalui
fasilitas kesheatan –puskesmas ketika bertemu pasien- dengan distribusi kondom
melalui KPA –di lokasi-lokasi kelompok kunci-. Apa arti data
ini? Response: mungkin akan lebih baik jika kita bisa membandingkannya dengan
target kebutuhan kondom dan kesediaannya kondom. Tapi setelah dulu pernah
dicoba, kebutuhannya sangat tinggi dan penydiaan menjadi tidak bisa mencukupi,
sehingga sekarang hanya berdasarkan permintaan outlet. Ke depan, seharusnya
dilakukan integrasi program dengan PKBI, yang saat ini banyak menumpuk. Dan
tentu saja banyak yang mandiri dalam membeli nya, sehingga juga dimasukkan.
 5C yang sekarang diterapkan, bukan 3 C lagi.

 Target dan capaian pengobatan jumlahnya tidak apple to apple. Perlu ada pelatihan
untuk menyamakan persepsi data sehingga hasil dapat dibandingkan.

 Survey penggunaan kondom ingin dilakukan, tapi metodenya masih sulit, dan tools
nya belum ada. Paling mungkin hanya berdasarkan pengakuan. Hanya ada 1 losmen
yang mau memeriksa sampah kondom dari penampungan sampah.

 Ada masukan untuk penyediaan kondom di tempat-tempat berisiko untuk tahun


baru. Karena memang berdasarkan penelitian, penjualan kondom di apotek
meningkat terutama tahun baru dan valentine. Bu Yanri, juga bisa mengusulkan
untuk menyebar kondom dan informasi HIV/AIDS ketika malam tahun baru di
losmen-losmen.

 Sudah banyak pasien baru dengan umur 19 tahun, yang berarti sudah terkena ketika
5-6 tahun yang lalu (masa SMP). Hal ini cukup menyedihkan.

 Diperlukan daftar istilah/ singkatan untuk masyarakat awam.

 Beberapa kegiatan strategi yang akan dilaksanakan untuk memberikan informasi


adalah ABAT (aku bangga aku tau), dan memasukkan dalam kurikulum penjaskes.

 Diperlukan survey kepuasan pelanggan untuk mengetahui evaluasi pelayanan


kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai