PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Mutasi merupakan mekanisme human resource management yang sering
muncul di dunia industri dan organisasi. Menurut Hasibuan (Putri, 2016), mutasi
adalah suatu perubahan posisi / jabatan / tempat / pekerjaan yang dilakukan baik
Mutasi tidak dapat dilakukan tanpa adanya alasan yang sesuai , sebab bagi pekerja
yang telah menanda-tangani perjanjian kerja tertulis, telah disebutkan jabatan atau
Undang Nomor 13 Tahun 2003, yang hanya dapat diubah apabila disetujui oleh
haruslah dibuat secara terbuka, agar tidak ada pihak yang dirugikan.
dari suatu bagian ke bagian lain, atau dari suatu jabatan ke jabatan lain, atau dari
suatu tempat kerja ke tempat kerja lain, dengan syarat umum yang biasa diatur
1
2
Ada beberapa kasus mengenai mutasi yang terjadi seperti terjadi Puluhan
pekerja PT. Aneka Timber Furniture yang bergerak di bidang pengolahan kayu,
Kabupaten Gresik ini, Kamis (01/11/2018) melakukan unjuk rasa akibat mutasi
hanya itu senin, 11 maret 2019 sebanyak 1125 pejabat eselon IV, III, II pada
Kecemasan bisa jadi berupa perasaan gelisah yang bersifat subjektif, sejumlah
perilaku yang tampak seperti perasaan khawatir dan gelisah atau resah, maupun
pada karyawan maka semakin rendah prestasi kerja, dan sebaliknya semakin
rendah kecemasan pada karyawan maka semakin tinggi prestasi kerja karyawan.
3
Oleh karena itu untuk menjaga dan meningkatkan prestasi kerja dan kinerja
terhadap stress. (Robinson dalam Hartono 2012). Sependapat dengan itu menurut
Batteson et, al, (2011) mengemukakan kecemasan merupakan suatu sinyal yang
bahwa peningkatan level kecemasan normal dan nonklinis yang meningkat dapat
melemahkan sikap, perilaku, dan bahkan kinerja karyawan. Orang yang cemas
ketidakpuasan itu dapat memacu orang untuk mencari pekerjaan lain dan akhirnya
pekerjaannya. Orang yang cemas cenderung kurang percaya diri bahwa mereka
memiliki keterampilan yang efektif. Mereka lebih pesimis tentang apa yang
mereka lakukan akan membuat perbedaan dan cenderung melakukan hal-hal yang
kurang produktif seperti dalam hal menetapkan tujuan dan membandingkan diri
sendiri dengan orang lain. Hal tersebut memberikan kemungkinan hasil yang tidak
melakukan hal yang benar karena mereka percaya itu tidak masalah.
isu-isu mengenai adanya mutasi. Isu mutasi tersebut semakin jelas kebenarannya,
mereka bekerja. Mereka merasa gelisah, tertekan, khawatir, dan tegang mengenai
isu-isu yang sudah mulai terbukti kebenarannya terkait berita akan adanya mutasi.
menyelasaikan tugas yang baru dan sebagian lainnya merasa cemas dikarenakan
kecemasan seperti menurut Bandura (Safaria & Saputra, 2009) yaitu efikasi diri
ketakutan tanpa adanya objek yang jelas. Tanda-tanda kecemasan adalah dalam
bentuk rasa khawatir dan perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya
Perasaan tidak percaya diri dalam menghadapi suatu masalah membuat seseorang
menjadi cemas dengan apa yang akan dihadapinya sehingga patut diduga bahwa
Begitu juga menurut Nevid, Rathus, & Greene (2005) faktor yang
memengaruhi kecemasan antara lain faktor kognitif dan faktor biologi. Faktor
5
sensitivitas kecemasan, salah mengatribusikan sinyal sinyal tubuh, dan efikasi diri
yang rendah. Efikasi diri yang rendah disebabkan karena seseorang percaya
tantangan penuh stres yang seseorang hadapi dalam hidup, seseorang akan merasa
Sebaliknya orang yang mampu melakukan tugas tugasnya, seseorang itu tidak
akan dihantui oleh kecemasan, atau rasa takut bila seseorang itu berusaha
melakukannya. Orang dengan efikasi diri yang rendah (kurang yakin pada
2005).
Gomez (2014), menjelaskan dimana interaksi antara komponen evaluasi diri inti
dari harga diri dan efikasi diri dan stresor ambiguitas peran dan konflik peran di
kecemasan, dan stres. Tingkat depresi, stres dan kecemasan yang lebih tinggi
harga diri rendah dan efikasi diri, tetapi efek ini akan berkurang untuk orang-
orang dengan harga diri tinggi dan / atau efikasi diri tinggi. Sependapat dengan
kecemasan yang dialami seseorang pada situasi yang mengancam. Semakin tinggi
efikasi diri yang dimiliki individu, maka akan semakin percaya bahwa dirinya
mampu mengatasi situasi yang mengancam sehingga tidak merasa cemas dan
sebaliknya, jika individu tidak yakin dapat mengatasi situasi yang menurutnya
kecemasan tinggi.
terdapat hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan. Karyawan atau pekerja
yang mempunyai efikasi diri yang tinggi, akan mempunyai kesadaran mengenai
kecemasan yang jauh lebih besar dari pada orang yang memiliki efikasi diri yang
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa efikasi diri juga berkaitan dengan kondisi
emosional seseorang ketika menghadapi suatu hal atau permasalahan. Orang yang
mempunyai efikasi diri tinggi akan membangun suatu kondisi emosional yang
baik dan kondusif bagi dirinya untuk menghadapi permasalahan yang sedang
dihadapinya. Kondisi emosional yang baik akan membuat orang tersebut lebih
mendekati tugas dan kegiatan yang sulit. Sebaliknya, orang yang meragukan
kemampuan dirinya, mereka bisa percaya bahwa sesuatu itu lebih sulit daripada
sebenarnya (dalam Mukhid, 2009). Baron dan Byrne (2004) mengungkapkan bila
7
kecemasan, tubuh akan menghasilkan obat alami dan aman, yang dapat
yang sedang dihadapi menekan individu tersebut, individu akan merasa tenang
dan tidak khawatir, serta dapat berfikir jernih (Baron & Byrne, 2004).
harus memiliki keyakinan bahwa dirinya akan mampu melaksanakan tingkah laku
besar usaha yang akan dicurahkan dan seberapa lama individu akan tetap bertahan
akan dapat membangkitkan kepercayaan diri (self efficacy) atau keyakinan dirinya
tujuan tertentu. Efikasi diri menekankan pada komponen kepercayaan diri yang di
miliki oleh seorang dalam menghadapi situasi yang akan datang yang
mengandung kekaburan, tidak dapat di ramalkan, atau sering kali penuh tekanan
8
(Fadlilah, 2010). Efikasi diri yang kuat dalam diri individu mendasari pola pikir,
juga memberikan pijakan yang kuat bagi individu untuk pengevaluasian dirinya
untuk menghasilkan pencapaian dan hasil yang diinginkan. Efikasi diri adalah
kepercayaan diri yang dimiliki oleh seorang dalam menghadapi situasi yang akan
datang yang mengandung kekaburan, tidak dapat di ramalkan, atau sering kali
negatif antara efikasi diri dengan kecemasan. Individu dengan efikasi diri yang
mencoba untuk menyelesaikan suatu tugas. Karyawan yang memiliki efikasi diri
dengan baik, sedangkan mereka memiliki efikasi diri rendah merasa tidak yakin
variabel dan hasil dari wawancara yang peneliti lakukan, maka muncul pertanyaan
dalam penelitian ini yaitu: “Apakah ada hubungan antara efikasi diri dan
untuk menguji korelasi antara efikasi diri dan kecemasan dengan melibatkan
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji bagaimana
hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan dalam menghadapi mutasi pada
karyawan.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
D. Keaslian Penelitian
Sampel termasuk 266 siswa perempuan dan 283 siswa sekolah menengah dari
Anak-anak dan Penghindaran Sosial & Skala Kesulitan dan juga skala yang
membedakan bahwa ada hubungan yang signifikan dan negatif antara efikasi
diri total, efikasi diri fisik dan efikasi diri akademik dan depresi. Juga
hubungan yang signifikan dan negatif ditemukan antara efikasi diri total,
efikasi diri fisik dan efikasi diri emosional dan kecemasan. Self-efficacy
dengan rasa khawatir. Di sisi lain, self-efficacy sosial dan self-efficacy fisik
Penelitian Halat dan Ates (2016) dengan judul The Impacts Of Anxiety
kelas delapan pada tingkat prestasi tentang membaca dan interpretasi dari
poligon frekuensi dan histogram. Ada total 388 siswa kelas delapan yang
terlibat dalam penelitian ini. Mereka menghadiri studi dari empat sekolah
dalam pengumpulan data. Salah satu instrumen adalah tes statistik pilihan
grafik dan temuan ukuran kecenderungan dan penyebaran pusat. Tes ini
nilai alpha Cronbach sebagai 0,80. Para peneliti juga menggunakan skala
uji-t berpasangan sampel, uji-t sampel independen dan ANOVA dua arah
dalam analisis data. Studi ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan dan self-
efficacy siswa kelas 8 dalam matematika memiliki efek yang cukup besar pada
dan histogram. Studi ini juga menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara
12
tingkat prestasi siswa pada tes ditemukan berturut-turut sedang, rendah dan
tinggi. Interaksi tingkat kecemasan dan efikasi diri siswa tidak mempengaruhi
Provinsi Aceh, Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini adalah 102 siswa
Qudsyi (2014) yang didasarkan pada teori Bucklew dan variabel self-efficacy
Cronbach untuk setiap skala adalah 0,804 untuk Examination Anxiety Scale
dan 0,797 untuk MJSES versi Indonesia. Hasil analisis data menunjukkan
bahwa ada korelasi negatif yang signifikan antara self-efficacy dan kecemasan
Berdasarkan analisis ini, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang
yang dimiliki oleh siswa sekolah menengah, semakin sedikit kecemasan yang
Ujian Nasional.
penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh terapi dzikir pada tingkat
menerima intervensi apa pun. Penelitian ini menggunakan skala Beck Anxiety
1. Keaslian Topik
kecemasan.
2. Keaslian Teori
Adapun teori efikasi diri dalam penelitian ini menggunakan teori dari
Juwita (2017) dan teori kecemasan dalam penelitian ini dari teori
Gunawan (2007)
Robinson (1991) untuk mengukur kecemasan. Alat ukur efikasi diri yang