Anda di halaman 1dari 4

Persepsi menjadi hal penting yang mesti diperhatikan dalam mengelola

organisasi baik pada tingkatan individu, kelompok, organisasi itu sendiri hingga
dalam masyarakat. Namun tantangannya adalah setiap orang / kelompok sangat
mungkin memahami fenomena/kejadian dengan cara mereka masing masing dan
berbeda satu sama. Berikan pendapat saudara bagaimana hal ini dapat
mempengaruhi jalannya organisasi baik pada tingkat individu maupun kelompok.
1.Apakah persepsi pada tingkatan individu dapat menjadi sumber lahirnya
stress?
*hindari plagiasi dan kerjakan menurut pendapat Anda.
Mohon ditambahkan :

1. Mengapa persepsi dapat mempengaruhi jalannya organisasi baik pada tingkat


individu maupun kelompok?

2. Apakah persepsi pada tingkatan individu dapat menjadi sumber lahirnya stress?
bagaimana cara mengatasinya ?

3. Sertakan daftar Literatur/refrensi

1. Persepsi menjadi hal penting yang musti diperhatikan dalam mengelola organisasi. Setiap orang/
kelompok sangat mungkin memahami fenomena/ kejadian dengan cara mereka masing masing dan
berbeda satu sama lain. Berikan pendpat saudara bagaimana hal ini dapat mempengaruhi jalannya
prganisasi..?

Persepsi (perception) dalam arti yang sempit menurut Leavitt (1997) adalah penglihatan, bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti yang luas persepsi didefinisikan sebagai pandangan atau
pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Didalam ilmu psikologi
persepsi didefinisikan sebagai proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu.
Kartono (1989) mendefinisikan persepsi sebagai suatu pengamatan secara
global dan belum disertai kesadaran, sedangkan subyek dan obyeknya belum
terbedakan dari yang satu ke yang lainnya atau baru proses memiliki tanggapan
Atkinson (1997) mengemukakan persepsi merupakan suatu proses dimana
individu mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan
disekitar individu. Terjadinya persepsi pada individu itu melalui 3 proses yaitu,
proses fisik, proses fisiologik, dan proses psikologik. Didalam persepsi selalu
terjadi proses penginderaan dan proses pemberian arti terhadap obyek persepsi
yang dapat berupa obyek-obyek fisik, maupun sosial.
Walgito (1997) mengemukakan persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh pengindraan, yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat reseptornya.
Persepsi menunjukkan pada pengetahuan, pemberian nilai, makna, arti terhadap objyek tertentu yang
diamati (Yusuf, 1992).
Moskowit dan Orgell (Walgito,1994) mengatakan bahwa factor factor yang mempengaruhi persepsi
adalah
a. Adanya obyek yang dipersepsi, yaitu obyek yang dapat dirasa menimbulkan stimulus yang mengenai
alat indra
b. Alat indra, yaitu alat untuk menerima stimulus
c. Perhatian, yaitu langkah pertama untuk mengadakan persepsi.

Lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab dari keberhasilan dalam melaksanakan suatu pekerjaan,
tetapi juga dapat menyebabkan suatu kegagalan
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi pekerja, terutama
lingkungan kerja yang bersifat psikologis. Sedangkan pengaruhnya itu sendiri dapat bersifat positif dan
dapat bersifat negatif.
Leavitt (1997) mendefinisikan lingkungan sebagai sebuah dunia tempat
tinggal kita yang relatif masih lapang, yang masih jarang baik penduduknya
maupun organisasi yang ada didalamnya. Lingkungan kerja organisasi adalah tempat karyawan
menghabiskan sebagian waktunya setiap hari untuk menampilkan karyawan secara langsung atau tidak
langsung, lingkungan kerja berpengaruh pada diri karyawan (Freser, 1986).
Mc Cormick dan Tiffin (Lamidi 1994) mengatakan bahwa lingkungan kerja adalah lingkungan yang
bersifat fisik yaitu penerangan, ventilasi, kebersihan,keamanan dan kebisingan,
Menurut The Liang Gie (1996) bahwa lingkungan fisik kerja dipengaruhi factor udara, cahaya, warna dan
suara. Persepsi kondisi fisik lingkungan kerja adalah pandangan, pengamatan dan pemberian arti dalam
kaitannya dengan baik atau tidaknya kondisitempat kerjanya yang meiputi factor penerangan warna, suara
dan udara
Berdasarkan teori diatas maka Persepsi terhadap kondisi lingkungan kerja
merupakan suatu proses kognitif baik secara positif maupun secara negatif yang
digunakan untuk memahami segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang
meliputi kondisi fisik dan non fisik, baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan maupun dengan penciuman.
Lingkungan kerja dan sikap kerja yang kondusif dalam bekerja dapat meningkatkan semangat dan etos
karyawan. Faktor lingkungan kerja, diantaranya kesempatan untuk maju, komunikasi, fasilitas, kejelasan
pekerjaan, kondisi kerja, rekan kerja, atasan, gaji, keamanan kerja. fasilitas yang mendukung, adanya
komunikasi yang baik antara sesame rekan kerja serta keamanan dalam bekerja akan meningkatkan
semangat dan etos kerja karyawan.
Lingkungan kerja serta sikap kerja karyawan dapat mempengaruhi prestasi kerja, motivasi dan kepuasan
kerja karyawan. Apabila lingkungan kerja dan sikap kerja karyawan baik para karyawan akan termotivasi
mencapai tujuan tujuan organisasi namun jika lingkungan kerja dan sikap kerja tidak memadai atau tidak
mendudkunh maka prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan akan menurun.
Jadi terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tentang kondisi fisik lingkungan kerja organisasi
dengan sikap kerja dan etos kerja karyawan. Karyawan yang memiliki persepsi yang positif terhadap
lingkungan kerjanya akan memandang lingkungan kerja tersebut bukan sebagai suatu
ancaman, maupun tekanan, dan begitu sebaliknya. Kejadian atau lingkungan yang
menimbulkan perasaan-perasaan tegang,akan menyebabkan individu stress/ tegang.

2. Apakah persepsi di tingkat individu dapat menjadi sumber lahirnya stress ?

Semua orang pasti pernah mengalami yang namanya stres, baik yang berasal karena lingkungan kerja
yang tidak sesuai maupun lingkungan social dimana individu tersebut tinggal dan melakukan aktivitas
sehari-hari. Pada dasarnya segala macam bentuk stres itu disebabkan oleh kekurangmengertian manusia
akan keterbatasan-keterbatasannya sendiri. Stres merupakan transaksi antara individu dengan
lingkungannya. Tak jarang orang menganggap bahwa kerja merupakan sumber stres yang paling relevan
sehingga disebut dengan stres
kerja.
Schuller (Rini, 2002) mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan
yang berpengaruh pada organisasi. Menurut peneliti ini, stres yang dihadapi oleh
karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja, serta tendensi
mengalami kecelakaan. Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya stres kerja, seperti yang dikatakan
Cary Cooper (Rini, 2002) salah satu yang menjadi sumber stres kerja adalah kondisi pekerjaan yang
meliputi lingkungan kerja, baik secara fisik maupun non fisik. As’ad (1999) mengungkapkan bahwa
lingkungan kerja itu ada yang fisik maupun non fisik. Lingkungan kerja menurut Anorogo dan Widiyanti
(1993) adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankannya.
Menurut Cary Cooper (Rini, 2002) sumber stres kerja ada lima yaitu:
a. kondisi pekerjaan (lingkungan kerja, overload, deprivational Stress, pekerjaan beresiko tinggi),
b. konflik peran,
c. hubungan interpersonal,
d. pengembangan karier,dan
e. struktur organisasi.

Berdasar uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi


lingkungan kerja mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat stres kerja. Akan tetapi semua itu
tergantung pada bagaimana seseorang mempersepsikan lingkungan kerjanya.
Apabila lingkungan kerjanya dipersepsikan positif, maka
individu akan memandang lingkungan kerja tersebut bukan sebagai suatu
ancaman, maupun tekanan, dan apabila lingkungan kerjanya dipandang secara
negatif maka individu akan memandang lingkungan tempat dia bekerja sebagai
suatu ancaman maupun tekanan.
Jadi semakin baik persepsi karyawan terhadap lingkungan kerjanya maka kecenderungan mengalami stres
kerja semakin rendah, tapi sebaliknya jika semakin jelek atau negatif persepsi karyawan terhadap
lingkungan kerjanya maka semakin tinggi pula stres kerja yang akan dialami oleh karyawan.

Mohon Izin menjawab,


Setiap individu yang terlahir dengan karakteristik yang berbeda-beda tentu memeliki persepsi yang
berbeda pula dalam hidupnya.
Achmad Sobirin (2015) mengatakan bahwa persepsi sering didefinisikan sebagai proses kognitif yang
memungkinkan seseorang menerima, menyeleksi, menginterpretasikan, memahami dan memaknai
stimulus yang bersal dari lingkungan sekitar. Dan proses persepsi terdiri atas tiga komponen utama, yaitu
menangkap sensasi, memberi atensi, dan mengorganisasi persepsi. Kepribadian dan sikap seseorang
adalah konsep yang berbeda, dalam hal ini, keduanya diperlakukan sebagai prilaku individu yang
menjadikan seorang memeiliki keunikan sehingga dalam kaitannya dengan persepsi, keduanya disebut
konsep diri (Self concept)
Dalam fenomena yang terjadi khususnya dalam lindungan pekerjaan, persepsi seseorang dapat memberi
dapak yang positif ataupun negatif bagi organisasi/ perusahannya. Jikan persepsi dari sesorang bernilai
positif dan dapat diterima oleh seluruh elemen/komponen organisasi, maka hal itu bisa berdampak baik
ataupun memajuhkan organisasi tersebut. Sebagai contoh dalam kehidupan pekerjaan saya di salah satu
organisasi swasta, pandemi menjadi masalah baru dalam organisasi kami mengubah sistem, namun
ketikan kami bersama manager melakukan pertemuan online dan membahas isu pandemi ini secara
mendalam, beberapa karyawan memberiakan persepsi yang baik yang bisa membaharui sistem kerja kami
di masa pandemi agar tetap berjalan maksimal.
Namun jika persepsi seseorang bernilai negatif, dan persepsi ini distujui dan didukung oleh atasan, maka
hal ini bisa menimbulkan hal yang buruk dan mungkin saja bisa berdampak buruk pada
organisasi/perusahaan tersebut.
Menurut Achmad Sobirin(2015) Sters adalah respon adaptif yang dimediasi oleh perbedaan individuatau
proses psikologis sebagai akibat dari tindakan, situasi, atau kejadian eksternal yang memberi tekanan
berlibihan, baik secara psikologis maupun fisik,terhadap seseorang.
Perbedaan persepsi dalm suatu organisasi menurut saya bisa menjadi sumber terjadinya stres.
ketika kita dihadapkan pada perkumpulan diskusi, kemudian diberikan sebuah masalah dihadapan kita,
maka kita pun punya pandangan dan persepsi yang berbeda-beda mengenai masalah tersebut dalam hal
menanggapi dan memberikan solusi. Ketika persepsi kita tidak diterima, sikap ego kita muncul dan
kemudian mencoba mengedili orang lain yang diterima pendaptnya dan hal ini jika dibiarkan berlanjut
maka akan mengakibatkan stres pada kita sendiri apalagi kalau kita mengkaitkan dengan budaya dan
tradisi organisasi jika dan juga faktor kedekatan antara karyawan dan atasan, itu akan menambah stres.

Anda mungkin juga menyukai