Gaya komunikasi memiliki kaitan dengan efektifitas komunikasi yang dijalankan. Bagaimana
menurut pendapat saudara tentang penggunaan gaya komunikasi tersebut ? Apa yang harus
diperhatikan agar komunikasi dapat menjadi efektif?
Karakteristik Komunikasi yang Efektifyang saya kutip dari Fisipol (2020) adalah sebagai berikut
:
Dalam komunikasi yang efektif, penyampaian pesan saja tidak cukup tapi juga harus memenuhi
tujuan dari pengirim pengirim. Berikut ini elemen-elemen yang membuat komunikasi efektif:
Pesan yang Jelas : Pesan yang ingin disampaikan pengirim harus sederhana, mudah dipahami
dan disusun secara sistematis untuk mempertahankan kebermaknaannya.
Pesan yang Benar : Informasi yang dikomunikasikan tidak boleh samar atau salah dalam arti
apa pun; itu harus bebas dari kesalahan dan kesalahan tata bahasa.
Pesan Lengkap : Komunikasi adalah dasar pengambilan keputusan. Jika informasinya tidak
lengkap, dapat menyebabkan keputusan yang salah.
Pesan Tepat : Pesan yang dikirim harus pendek dan ringkas untuk memfasilitasi interpretasi
langsung dan mengambil langkah yang diinginkan.
Keandalan : Pengirim harus yakin dari ujungnya bahwa apa pun yang dia sampaikan benar
menurut pengetahuannya. Bahkan penerima harus memiliki kepercayaan pada pengirimnya
dan dapat mengandalkan pesan yang dikirim.
Pertimbangan Penerima : Media komunikasi dan pengaturan fisik lainnya harus
direncanakan, dengan memperhatikan sikap, bahasa, pengetahuan, tingkat pendidikan dan
posisi penerima.
Sender’s Courtesy : Pesan yang disusun harus mencerminkan kesopanan, kerendahan hati
dan rasa hormat pengirim terhadap penerima.
Referensi;
Sobirin, Achmad.(2021). Perilaku Organisasi. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
3. Apa yang harus diperhatikan agar komunikasi dapat menjadi efektif ? ketika
anda berkomunikasi baik komunikasi personal, kelompok maupun dalam
organisasi ?
Sedikitnya ada lima aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang
efektif:
1. Kejelasan (Clarity) : bahasa maupun informasi yang disampaikan harus jelas. Dalam
kehidupan kita sehari-hari, seringkali kita mendengar ucapan-ucapan seperti ini :
”Masalahnya ininya belum dianu” Apa yang di maksudkan dengan ini dan anu? Akan lebih
mudah dipahami maknanya bila, misalnya, kata ini diganti dengan buku dan
kata anu diganti dengan beri. Jadi kalimatnya akan berbunyi: ”Masalahnya bukunya belum
diberika.”
2. 2. Ketepatan (accuracy) : bahasa dan informasi yang disampaikan harus betul-betul
akurat atau tepat. Bahasa yang digunakan harus sesuai dengan informasi yang
disampaikan harus benar. Benar disini artinya bahwa sesuai dengan apa yang
sesungguhnya ingin disampaikan. Bisa saja informasi yang disampaikan belum pasti
kebenarannya, tetapi apa yang kita sampaikan adalah benar-benar apa yang kita ketahui.
Itulah yang dimaksud dengan akurasi disini.
3. Konteks (contex) : bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan
danlingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Bisa saja kita menggunakan bahasa dan
akurasi yang tepat tetapi karena konteksnya tidak tepat, reaksi yang kita dapatkan tidak
sesuai dengan yang di harapkan. Contohnya, sepulang dari kantor seorang suami berkata
pada istrinya: ”Dindaku, tolong kanda diberikan segelas air nan jernih, kanda haus
sekali.” Dari segi kejelasan dan keakuratan bahasa dan informasi tidak ada masalah. Tetapi
konteksnya tidak tepat, sehingga reaksinya sang istri mungkin tidak segera mengambilkan
air melainkan bertanya tentang keadaan suami.
4. Alur (Flow) : keruntutan alur bahasa dan informasi akan sangat berarti dalam menjalin
komunikasi yang efektif. Sewaktu kita meminjam uang, misalnya, kita cenderung
mengemukakan kesulitan-kesulitan kita terlebih dahulu sebelum kita menyampaikan
maksud kita untuk meminjam uang. Mungkin begitu juga pada saat kita pertama kali
menyampaikan perasaan jatuh cinta pada seseorang.
5. Budaya (culture) : aspek ini tidak hanya menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga
tata karama atau etika. Bersalaman dengan satu tangan bagi orang Sunda mungkin
terkesan kurang sopan, tetapi bagi etnis lain mungkin suatu hal yang biasa.
Strategi Membangun Komunikasi yang Efektif
1. Ketahui mitra bicara (audience). Kita harus sangat mengenal dan memahami dengan siapa kita
berbicara. Apakah dengan orang tua, anak-anak, laki-laki atau perempuan, status sosialnya
seperti apa, pangkat, jabatan dan semacamnya. Dengan mengetahui audinece kita harus cerdik di
dalam memilih kata-kata yang digunakan dalam menyampaikan informasi atau buah fikiran kita.
Artinya, bahasa yang dipakai harus sesuai dengan bahasa yang mudah dipahami oleh audience
kita. Berbicara dengan orang dewasa tentunya akan sangat berbeda dibandingkan kita berbicara
dengan anak-anak. Begitu pula berbicara dengan atasan tentunya akan sangat berbeda ketika kita
berbicara dengan bawahan atau teman sejawat. Pengetahuan mitra bicara kita pun harus
diperhatikan. Informasi yang disampaikan mungkin saja bukan hal baru bagi mitra kita, tetapi
kalau penyampaiannya dengan menggunakan jargon jargon atau istilah-istilah khusus yang tidak
dipahami oleh mitra, informasi atau gagasan yang kita sampaikan bisa saja tidak bisa dipahami.
Jadi, dengan memperhatikan mitra bicara kita, kita akan dapat menyesuaikan diri dalam
bekomunikasi dengannya.
2. Ketahui tujuan . Tujuan kita berkomunikasi akan sangat menentukan cara kita menyampaikan
informasi. Bila kita bermaksud sekedar menyampaikan informasi, tentu komunikasi bersifat
pengumuman. Tetapi bila kita bermaksud membeli atau menjual barang komunikasi kita akan
bersifat negosiasi. Kalau tujuan kita untuk menghibur akan pula bahasa yang kita gunakan.
3. Perhatikan konteks. Konteks disini berarti keadaan atau lingkungan pada saat berkomunikasi.
Pada saat berkomunikasi, konteks sangat berperan dalam memperjelas informasi yang
disampaikan. Dalam hal pemakaian kata, misalnya. Kata ’hemat’ dalam kalimat : ”Kita harus
menghemat uang, waktu dan tenaga kita”, sangat berbeda artinya dalam kata hemat pada kalimat
berikut ini: ” Menurut hemat saya, kita harus lebih jujur dan terbuka dalam berkomunikasi
dengan semua rekan sekerja.” Tidak hanya kata dalam konteks kalimat, akan tetapi cara
mengucapkan dan kepada siapa kata itu diucapkan akan membuat makna yang disampaikan akan
berbeda pula. ”Ah….dasar gila.” Kalimat ini bisa bermakna cacian atau bisa juga bermakna
kekaguman, tergantung bagaimana kita mengucapkannya. Bila diucapkan dengan nada tinggi
berarti cacian, tetapi bila diucapkan dengan nada datar apalagi dibarengi dengan gelengan kepala
, kalimat ini bisa berarti kekaguman. Ungkapan ”Gila Lu!” kepada teman dekat , pasti dipahami
sebagai ungkapan biasa yang tidak bermakna negatif. Tetapi apabila kita sampaikan kepada
orang yang belum atau baru saja kita kenal ungkapan ini tentu dipahami sebagai ungkapan yang
memiliki makna negatif. Formalitas dalam konteks tertentu juga dapat mempengaruhi cara
berkomunikasi seseorang. Coba perhatikan gaya berkomunikasi anatar atasan dan bawahan di
lingkungan dunia kerja, bahkan komunikasi antar sesama atasan maupun sesama bawahan pasti
berbeda. Apabila orang-orang ini bertemu di mall atau di undangan (tempat resepsi) gaya
komunikasi dantara mereka akan sangat lain dengan gaya pada saat mereka berada di
kantor.Mengirim bunga pada orang yang berulang tahun atau kepada orang yang kita kasihi akan
memiliki makna yang berbeda apabila kita mengirimkan bunga kepada orang yang sedang
berduka. Bahkan jenis bunga yang dikirimkan pun akan membawa pesan atau kesan tersendiri.
Dengan ilustrasi singkat di atas, maka jelaslah bahwa konteks sangat mempengaruhi makan
apapun yang disampaikan.
4. Pelajari Kultur. Kultur atau budaya, habit atau kebiasaan orang atau masyarakat juga perlu
diperhatikan dalam berkomunikasi. Orang Jawa atau Sunda pada umunya dikenal kelembutannya
dalam bertutur kata. Kelembutan bertutur kata akan sangat baik bila diimbangi dengan cara
serupa. Akan tetapi tentu tidak berarti mutlak. Atau orang Batak yang dikenal bernada tinggi
dalam bertutur kata. Apakah ketika orang Jawa dan orang Sunda bertemu dalam satu bentuk
komunikasi, lantas mereka harus saling merubah budaya, bahasa dan kebiasaan? Tentu saja tidak
demikian. Yang penting adalah pelaku komunikasi harus memahami kultur mitra berbicaranya
sehingga timbul saling pengertian dan penyesuaian gaya komunikasi dapat terjadi. ”When in
Rome, do as the Romans do.”
5. Pahami Bahasa. Bahasa menunjukkan bangsa, artinya bahasa dapat menjadi ciri atau identitas
suatu bangsa. Berbicara identitas berarti berbicara harga diri atau kebanggaan. Dengan
memahami bahasa orang lain berarti berusaha menghargai orang lain. Tetapi memahami
bahasa`di sini tidak berarti harus memahami semua bahasa yang diapakai oleh mitra bicara kita.
Dalam hal ini kita harus memahami gaya masing-masing audience dalam berbahasa. Anak muda
dengan gayanya sendiri, orang kantoran, pedagang dan atau seniman. Masing-masing kelompok
dan jenis pekerjaan atau usia orang tersebut memiliki gaya dalam berbahasa.
Menyampaikan pesan secara efektif adalah seni serta keterampilan yang dikembangkan setelah
latihan dan pengalaman berkelanjutan. Serangkaian keterampilan yang telah ditentukan
sebelumnya yang diperlukan untuk proses komunikasi yang berpengaruh adalah sebagai berikut:
Peran komunikasi efektif dalam bisnis ? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita pahami
pentingnya komunikasi bisnis yang efektif berikut ini :
Manajemen Karyawan : Komunikasi yang efektif memastikan disiplin diri dan manajemen
yang efisien karena karyawan didengarkan oleh manajemen puncak, dan ada komunikasi
terbuka dalam organisasi.
Membangun Tim : Orang-orang dalam organisasi bekerja sebagai tim untuk mencapai tujuan
bersama, sehingga komunikasi yang efektif meningkatkan moral seluruh tim.
Pertumbuhan Organisasi : Ini memastikan pengambilan keputusan yang lebih baik,
mengintensifkan hubungan masyarakat dan meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah. Semua ini mengarah pada pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.
Bangun Hubungan yang Kuat : Interaksi sering kali menyederhanakan banyak hal; mereka
secara positif memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik dan memelihara hubungan
jangka panjang dengan orang lain dalam organisasi.
Pastikan Transparansi dan Kembangkan Kepercayaan : Komunikasi yang efektif
dianggap sebagai dasar untuk membangun kepercayaan dan memastikan berbagi informasi
yang lengkap.
Memfasilitasi Kreativitas dan Inovasi : Ini menciptakan lingkungan di mana karyawan
bebas untuk berbagi ide dengan mengeksplorasi sisi kreatif dan inovatif mereka.
Mengurangi Kesalahpahaman : Komunikasi yang efektif menghilangkan kemungkinan
kebingungan dan kesalahpahaman dengan menyampaikan pesan secara jelas dan tepat.
Pertumbuhan Organisasi : Dengan menjaga hubungan baik antara karyawan dan
manajemen, itu meningkatkan fungsi dan mengarah pada pencapaian tujuan dan sasaran
perusahaan.
Terdapat kendala tertentu yang terkadang menghambat proses komunikasi sehingga kurang
bermanfaat bagi pengirim maupun penerima. Hambatan ini dikategorikan dalam tiga
kelompok. Mari kita pahami secara detail di bawah ini:
Kata-kata memainkan peran penting dalam proses komunikasi. Setiap gangguan atau gangguan
dalam cara pesan disajikan dapat menyebabkan miskomunikasi. Berikut adalah berbagai jenis
hambatan komunikasi yang terkait dengan kata-kata:
Bahasa : Ini adalah media komunikasi. Jika pengirim menggunakan istilah teknis secara
berlebihan, penerima akan kesulitan untuk memahami pesan dengan jelas.
Ambiguitas dan Penggunaan Abstraksi yang Berlebihan : Meskipun pesan disajikan
dalam konteks yang tidak realistis atau tidak jelas yang melibatkan banyak pengertian,
penerima tidak akan dapat terhubung dengan gagasan dengan benar.
Pesan Tidak Terorganisir: Ketika kata-kata tidak diatur secara sistematis untuk membentuk
pesan yang kuat, itu kehilangan efisiensi dan maknanya.
Kelebihan Informasi : Efektivitas komunikasi berkurang ketika seseorang terus berbicara
untuk waktu yang lama.
Orang-orang memiliki latar belakang yang berbeda, misalnya budaya, tingkat pendidikan, jenis
kelamin, dll. Atribut-atribut ini sangat mempengaruhi efisiensi proses komunikasi. Ini
melibatkan hambatan terkait berikut:
Perbedaan Sikap : Terkadang, orang menolak untuk memahami atau berubah pikiran ketika
mereka telah menetapkan pandangan mereka tentang topik tertentu. Sikap mereka
menghalangi tujuan komunikasi.
Perbedaan Demografis : Perbedaan usia, generasi, jenis kelamin, status, tradisi, dll
Kurangnya Pengalaman atau Perspektif Umum : Pengalaman seseorang mengembangkan
perspektif mereka dalam melihat sesuatu dengan cara tertentu. Perspektif ini bervariasi dari
orang ke orang.
Melompat ke Kesimpulan : Beberapa orang kurang sabar dalam mendengarkan orang lain
dan sering melompat ke kesimpulan di antara komunikasi, sehingga mengabaikan motif
pesan.
Hambatan Fisik
Hambatan ini dapat dialami secara langsung tetapi menantang untuk diatasi. Ini termasuk:
Jarak Fisik : Ketika orang berkomunikasi dalam jarak jauh, mereka kehilangan aspek
komunikasi non-verbal, karena gerakan dan ekspresi penerima tidak dapat ditafsirkan.
Kebisingan : Lingkungan atau sistem komunikasi terkadang melibatkan kebisingan yang
tidak diinginkan yang mengganggu proses komunikasi sehingga tidak efisien.
Hambatan Fisiologis : Salah satu hambatan paling umum untuk komunikasi yang efektif
adalah kecacatan fisik orang yang terlibat. Beberapa di antaranya adalah gangguan
pendengaran, penglihatan yang buruk, gagap, dll.
https://ilmukomunikasi.uma.ac.id/2020/12/23/komunikasi-yang-efektif/
Mohon izin menjawab lanjutan pertanyaan diskusi:
1.Bagaimana pendapat anda dan berikan contoh bahwa Gaya komunikasi memiliki kaitan
dengan efektifitas komunikasi yang dijalankan.
Menyampaikan pesan secara efektif adalah seni serta keterampilan yang dikembangkan setelah
latihan dan pengalaman berkelanjutan. Serangkaian keterampilan yang telah ditentukan
diperlukan untuk proses komunikasi yang berpengaruh kepada penerima informasi atau lawan
bicara kita. Pada saat ingin menyampaikan informasi kepada lawan bicara melalui komunikasi,
maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan khusunya dalam gaya bahasa yang akan kita
gunakan dalam berkominikasi seperti melihat siapa lawan bicara kita, apakah lebih tua atau lebih
muda, jika lebih tua maka kita harus memilih gaya bahasa yang sopan dan terkesan formal
sementara jika lebih mudah kita akan membawakannya dengan santai agar lawan bicara tidak
merasa tertekan atau canggung dan informasi yang kita sampaikan bisa sampai ke mereka
dengan baik. Kemudian pastikan memperhatikan budaya dari lawan bicara saat kita
berkomunikasi. Gaya komunikasi yang lembut biasanya akan kita pakai pada lawan biacara yang
berasal dari budaya Jawa, Bali dan sekitarnya, sementara akan berbeda jika lawan bicara berasal
dari budaya Indonesia bagian Timur yang terkesan santai dengan sedikit nada suara yang tinggi.
Membuat komunikasi dengan nyaman merupakan kunci komunikasi kita menjadi efektif dan
bisa diterima, maka menjadi hal terpenting bagi kita saat berkomunikasi yaitu mengetahui siapa
yang akan jadi lawan bicara kita untuk diajak koumunikasi agar pesan yang ingin kita sampaikan
bisa tersampaikan dengan baik tanpa adanya makna ganda dari lawan bicara yang kita ajak
komunikasi.
3. Apa yang harus diperhatikan agar komunikasi dapat menjadi efektif ? ketika anda
berkomunikasi baik komunikasi personal, kelompok maupun dalam organisasi ?
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan sebuah komunikasi yang efektif
yang saya kutip dari Fisipol (Komunikasi yang Efektif) Yaitu:
:
2. Ketahui mitra bicara (audience). Kita harus sangat mengenal dan memahami dengan siapa kita
berbicara. Apakah dengan orang tua, anak-anak, laki-laki atau perempuan, status sosialnya
seperti apa, pangkat, jabatan dan semacamnya. Dengan mengetahui audinece kita harus cerdik di
dalam memilih kata-kata yang digunakan dalam menyampaikan informasi atau buah fikiran kita.
Artinya, bahasa yang dipakai harus sesuai dengan bahasa yang mudah dipahami oleh audience
kita. Berbicara dengan orang dewasa tentunya akan sangat berbeda dibandingkan kita berbicara
dengan anak-anak. Begitu pula berbicara dengan atasan tentunya akan sangat berbeda ketika kita
berbicara dengan bawahan atau teman sejawat. Pengetahuan mitra bicara kita pun harus
diperhatikan. Informasi yang disampaikan mungkin saja bukan hal baru bagi mitra kita, tetapi
kalau penyampaiannya dengan menggunakan jargon jargon atau istilah-istilah khusus yang tidak
dipahami oleh mitra, informasi atau gagasan yang kita sampaikan bisa saja tidak bisa dipahami.
Jadi, dengan memperhatikan mitra bicara kita, kita akan dapat menyesuaikan diri dalam
bekomunikasi dengannya.
3. Ketahui tujuan . Tujuan kita berkomunikasi akan sangat menentukan cara kita menyampaikan
informasi. Bila kita bermaksud sekedar menyampaikan informasi, tentu komunikasi bersifat
pengumuman. Tetapi bila kita bermaksud membeli atau menjual barang komunikasi kita akan
bersifat negosiasi. Kalau tujuan kita untuk menghibur akan pula bahasa yang kita gunakan.
4. Perhatikan konteks. Konteks disini berarti keadaan atau lingkungan pada saat berkomunikasi.
Pada saat berkomunikasi, konteks sangat berperan dalam memperjelas informasi yang
disampaikan. Dalam hal pemakaian kata, misalnya. Kata ’hemat’ dalam kalimat : ”Kita harus
menghemat uang, waktu dan tenaga kita”, sangat berbeda artinya dalam kata hemat pada kalimat
berikut ini: ” Menurut hemat saya, kita harus lebih jujur dan terbuka dalam berkomunikasi
dengan semua rekan sekerja.” Tidak hanya kata dalam konteks kalimat, akan tetapi cara
mengucapkan dan kepada siapa kata itu diucapkan akan membuat makna yang disampaikan akan
berbeda pula. ”Ah….dasar gila.” Kalimat ini bisa bermakna cacian atau bisa juga bermakna
kekaguman, tergantung bagaimana kita mengucapkannya. Bila diucapkan dengan nada tinggi
berarti cacian, tetapi bila diucapkan dengan nada datar apalagi dibarengi dengan gelengan kepala
, kalimat ini bisa berarti kekaguman. Ungkapan ”Gila Lu!” kepada teman dekat , pasti dipahami
sebagai ungkapan biasa yang tidak bermakna negatif. Tetapi apabila kita sampaikan kepada
orang yang belum atau baru saja kita kenal ungkapan ini tentu dipahami sebagai ungkapan yang
memiliki makna negatif. Formalitas dalam konteks tertentu juga dapat mempengaruhi cara
berkomunikasi seseorang. Gaya berkomunikasi anatar atasan dan bawahan di lingkungan dunia
kerja, bahkan komunikasi antar sesama atasan maupun sesama bawahan pasti berbeda.
5. Pelajari Kultur. Kultur atau budaya, habit atau kebiasaan orang atau masyarakat juga perlu
diperhatikan dalam berkomunikasi. Orang Jawa atau Sunda pada umunya dikenal kelembutannya
dalam bertutur kata. Kelembutan bertutur kata akan sangat baik bila diimbangi dengan cara
serupa. Akan tetapi tentu tidak berarti mutlak. Atau orang Batak yang dikenal bernada tinggi
dalam bertutur kata. Apakah ketika orang Jawa dan orang Sunda bertemu dalam satu bentuk
komunikasi, lantas mereka harus saling merubah budaya, bahasa dan kebiasaan? Tentu saja tidak
demikian. Yang penting adalah pelaku komunikasi harus memahami kultur mitra berbicaranya
sehingga timbul saling pengertian dan penyesuaian gaya komunikasi dapat terjadi. ”When in
Rome, do as the Romans do.”
6. Pahami Bahasa. Bahasa menunjukkan bangsa, artinya bahasa dapat menjadi ciri atau identitas
suatu bangsa. Berbicara identitas berarti berbicara harga diri atau kebanggaan. Dengan
memahami bahasa orang lain berarti berusaha menghargai orang lain. Tetapi memahami
bahasa`di sini tidak berarti harus memahami semua bahasa yang diapakai oleh mitra bicara kita.
Dalam hal ini kita harus memahami gaya masing-masing audience dalam berbahasa. Anak muda
dengan gayanya sendiri, orang kantoran, pedagang dan atau seniman. Masing-masing kelompok
dan jenis pekerjaan atau usia orang tersebut memiliki gaya dalam berbahasa.
Referensi:
Referensi;