Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia, terutama
menyerang di wilayah perkotaan (urban), namun tidak menutup kemungkinan juga
menyerang di wilayah pedesaan (rural). Penyebaran DBD semakin lama semakin meluas,
hingga saat ini tahun 2013 sebanyak 498 Kabupaten/Kota telah endemis DBD.
Peran serta masyarakat merupakan komponen utama dalam pengendalian DBD, mengingat
vektor DBD nyamuk Aedes jentiknya ada di sekitar permukiman dan tempat istirahat nyamuk
dewasa sebagian besar ada di dalam rumah.
Peran serta masyarakat dalam hal ini adalah peran serta sebagai kader juru pemantau jentik
(Jumantik) yang melaksanakan pemantauan jentik dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
yang dilakukan secara rutin seminggu sekali, meliputi kegiatan menguras, menutup dan
mengubur atau memanfaatkan kembali barang-barang yang bernilai ekonomis (3M). PSN 3M
secara rutin dapat membantu menurunkan kepadatan vektor, berdampak pada menurunnya
kontak antara manusia dengan vektor, akhirnya terjadinya penurunan kasus DBD.
Kelompok anak sekolah merupakan bagian kelompok masyarakat yang dapat berperan
strategis, mengingat jumlahnya sangat banyak sekitar 20% dari jumlah penduduk Indonesia
adalah anak sekolah SD, SLTP dan SLTA. Anak sekolah tersebar di semua wilayah
Indonesia, baik daerah perkotaan maupun pedesaan.
Peran serta anak sekolah sebagai Jumantik dapat digunakan untuk menanamkan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) pada usia dini, yang akan digunakan sebagai dasar pemikiran
dan perilakunya dimasa yang akan datang. Selain itu, menggerakan anak sekolah lebih mudah
dibandingkan dengan orang dewasa dalam pelaksanaan PSN.
SAMBUTAN DIREKTUR
Assalamualaikum, Wr.Wb.
Salam sejahtera bagi Kita semua
Puji syukur kehadiran Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenan -Nya
Buku Petunjuk Teknis (Juknis) Jumantik-PSN Anak Sekolah dapat diselesaikan dengan baik.
Demam Berdarah Dengue adalah masalah kita bersama, oleh karena itu penting kiranya peran
serta berbagai sektor dalam rangka pengendalian DBD di Indonesia, termaksuk peran serta
Anak Sekolah.
Anak sekolah dapat berperan penting dalam pengendalian DBD di Indonesia, antara lain
sebagai juru pemantau jentik (Jumantik) dan sebagai pelaksana pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) di lingkungan sekolah dan rumahnya masing-masing. Anak sekolah SD, SLTP, SLTA
jumlahnya sangat banyak hingga 20% penduduk Indonesia, tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Sehingga, apabila dapat berperan dalam pengendalian DBD maka akan berdampak
signifikan terhadap penurunan kasus dan kematian DBD.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlah berperan dalam penyusunan
Juknis ini, semoga semua yang diberikan dapat bernilai amal ibadah. Semoga Juknis ini akan
bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi para pengelola program kesehatan, tenaga
pendidik/ guru, pembina pramuka dan lain sebagainya sebagai panduan dalam pembentukan,
pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan serta evaluasi kegiatan PSN Anak Sekolah.
Wassalamualaikum, Wr.Wb.
Salam sejahtera bagi Kita semua,
Direktur PPBB,
Anggota :
1. Dr. Gertrudis Tandy, MKM
2. Rohani Simanjuntak, SKM, MKM
3. Dr. Galuh Budhi Leksono Adhi
4. Erliana Setiani, SKM, MPH
5. Subahagio, SKM
6. Dr. Sri Hartoyo
7. Dr. Dauries Ariyanti Muslikhah
8. Rita Ariyati, SKM
9. Shelvia Nova, SKM
10. Suratno
Mitra Bestari :
1. DR. Drs. Tri Krianto, M.Kes
2. DR. Dra. Dewi Susanna, M.Kes
3. Drs. Acep Sukirman
4. Rudi Sulaeman, SE
5. Dra. Fitri Riyanti, M.Si
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) hingga saat ini masih menjadi problem utama di
Indonesia. Sekalipun angka kematian DBD dapat ditekan hingga di bawah 1 per 100 orang
penderita, namun jumlah dan sebaran kasusnya semakin meningkat. Tahun 2013 jumlah
penderita sebanyak 112.511 orang dengan area penyebaran hingga 498 Kabupaten/Kota.
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (Dit
PPBB) Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP
dan PL) telah menetapkan tujuh kegiatan pokok dalam pengendalian DBD antara lain
pengobatan dan tatalaksana penderita, pengendalian vektor, peningkatan peran serta
masyarakat, jejaring kemitraan, pendidikan dan pelatihan, monitoring dan evaluasi serta
penelitian dan pengembangan.
Dalam mewujudkan tujuh kegiatan pokok pengendalian DBD, ditentukan lima rencana
pengembangan program antara lain meningkatkan peran serta masyarakat, mengaktifkan
kembali kelompok kerja operasional (Pokjanal) DBD diberbagai tingkat administrasi,
mendorong kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) oleh anak sekolah dan Pramuka,
mendukung pengembangan vaksin serta meningkatkan kemampuan sumber daya manusia
(SDM) pengendalian penyakit bersumber arbovirosis.
Peran serta masyarakat merupakan komponen utama dalam pengendalian DBD, mengingat
vektor DBD nyamuk Aedes aegypti jentiknya ada di sekitar permukiman dan tempat istirahat
nyamuk dewasa sebagian besar ada di dalam rumah. Peran serta masyarakat dalam hal ini
adalah peran serta dalam pelaksanaan PSN secara rutin seminggu sekali. PSN secara rutin
dapat membantu menurunkan kepadatan vektor, berdampak pada menurunnya kontak antara
manusia dengan vektor, akhirnya terjadinya penurunan kasus DBD.
Hingga saat ini peran serta masyarakat dalam pelaksanaan PSN belum optimal, masih banyak
masyarakat yang belum melakukan PSN secara rutin. Banyak faktor yang menjadi penyebab
rendahnya peran masyarakat dalam PSN, di antaranya adalah terbatasnya biaya kampanye
PSN. Langkah awal dari kegiatan kampanye PSN adalah penyusunan pentunjuk teknsis
(Juknis) tentang pelaksanaan PSN, salah satunya adalah Juknis Jumantik-PSN Anak Sekolah.
Kelompok anak sekolah merupakan bagian kelompok masyarakat yang dapat berperan
strategis, mengingat jumlahnya sangat banyak sekitar 20% dari jumlah penduduk Indonesia
adalah anak sekolah SD, SLTP dan SLTA. Anak sekolah tersebar di semua wilayah
Indonesia, baik daerah perkotaan maupun pedesaan. Pemahaman PSN bagi anak sekolah
berperan untuk menanamkan perilaku PSN pada usia sedini mungkin, yang akan digunakan
sebagai dasar pemikiran dan perilakunya dimasa yang akan datang. Selain itu, menggerakan
anak sekolah lebih mudah dibandingkan dengan orang dewasa dalam pelaksanaan PSN.
2. Tujuan
a. Meningkatkan peran serta anak sekolah sebagai Jumantik dalam pelaksanaan PSN
b. Sebagai salah satu upaya pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak
usia dini.
c. Sebagai panduan bagi pengelola program kesehatan/ petugas kesehatan dan tenaga
pendidik (guru) dalam membentuk/ menggerakan Jumantik-PSN anak sekolah.
d. Mendukung upaya penurunan kasus DBD di Indonesia
3. Sasaran
a. Pengelola program kesehatan/ petugas kesehatan
b. Kepala sekolah dan guru-guru
c. Para pembina gerakan pramuka
d. Anak sekolah dari SD/sederajat, SLTP/sederajat, SLTA/sederajat
e. Pramuka
BAB II
PENGORGANISASIAN
1. Struktur
Jumantik Anak Sekolah adalah anak sekolah dari berbagai jenjang pendidikan dasar dan
menengah yang telah dibina dan dilatih sebagai juru pemantau jentik (Jumantik) di
sekolahnya. Pembentukan dan pelaksanaan Jumantik-PSN Anak Sekolah dimaksudkan
untuk ikut serta mendukung program pemerintah dalam upaya pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) penular demam berdarah dengue dan chikungunya serta sebagai salah satu
upaya pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak usia dini. Mekanisme
pembentukan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatannya menjadi hak dan
tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota dengan mempertimbangkan kebijakan,
peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.
Adapun susunan organisasinya adalah sebagai berikut:
Bupati/Walikota
Dari bagan diatas menunjukan bahwa Bupati/ Walikota melalui sekretaris darah
merupakan koordinator utama yang membangun kerjasama di antara instansi terkait antara
lain dinas kesehatan, dinas pendidikan dan kantor kementerian agama kabupaten/kota.
Kerjasama tersebut diwujudkan dalam wadah kelompok kerja (Pokja) PSN Anak Sekolah.
Daerah yang telah memiliki wadah kelompok kerja operasional (Pokjanal) DBD maka
Pokja PSN anak sekolah dapat dimasukan sebagai bagian dari Pokjanal DBD yang sudah
ada.
Bupati/Walikota berwenang dan bertanggungjawab dalam mengeluarkan ketetapan
pembentukan Pokja Jumantik-PSN Anak Sekolah di wilayahnya melalui sebuah surat
keputusan.
Peran dan tanggungjawab Pokja Jumantik-PSN Anak Sekolah antara lain yaitu:
a. Membentuk kegiatan PSN/ Jumantik anak sekolah di tiap-tiap sekolah di wilayahnya.
b. Memberikan dukungan operasional dalam rangka pelaksanaan PSN anak sekolah.
c. Menjalin koordinasi antara puskesmas, sekolah, madrasah dan pondok pesantren
dalam upaya pembentukan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan PSN
anak sekolah di wilayahnya.
d. Memastikan bahwa pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan PSN/ Jumantik anak
sekolah di wilayahnya berjalan dengan baik dalam rangka mencapai usaha kesehatan
sekolah (UKS) yang optimal dan mewujudkan “Sekolah Bebas Jentik”.
e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan PSN anak
sekolah di wilayahnya.
f. Memberikan penghargaan terhadap sekolah, madrasah dan pondok pesantren yang
memiliki kinerja dan prestasi yang baik dalam pelaksanaan PSN anak sekolah dan
berhasil mewujudkan “Sekolah Bebas Jentik”.
g. Memberikan laporan pelaksanaan PSN anak sekolah kepada Pokjanal DBD tingkat
provinsi (jika Pokjanal DBD tingkat provinsi belum terbentuk, maka laporan ditujukan
kepada Gubernur dengan tembusan kepada kepala dinas kesehatan provinsi).
4. Perekrutan
Perekrutan kader jumantik anak sekolah dan penunjukan guru penanggungjawab dilaksanakan
sesuai dengan tata cara yang telah diatur oleh masing-masing sekolah. Semakin banyak anak
sekolah yang dilibatkan akan semakin baik, bila perlu seluruh anak sekolah dilibatkan sebagai
Jumantik-PSN Anak Sekolah.
Peran dan tanggung jawab pelaksanaan Jumantik-PSN disesuaikan dengan fungsi masing-
masing, yaitu:
5.1. Jumantik Anak Sekolah
a. Melakukan kegiatan pemantauan jentik dan PSN di lingkungan sekolah secara rutin
seminggu sekali.
b. Melakukan kegiatan pemantauan jentik dan PSN di lingkungan tempat tinggalnya secara
rutin seminggu sekali.
c. Membuat catatan/laporan hasil pemantauan jentik dan PSN di sekolah dan tempat
tinggalnya.
d. Melaporkan hasil pemantauan jentik kepada Guru Penanggung Jawab Jumantik-PSN
sekolah seminggu sekali menggunakan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di
Rumah/Tempat Tinggal (lampiran 1) dan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di
Sekolah (lampiran 2)
e. Melakukan sosialisasi PSN 3M dan pengenalan DBD kepada rekan-rekan siswa-siswi
lainnya.
f. Berperan sebagai penggerak dan motivator siswa-siswi lainnya agar mau melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk terutama di lingkungan sekolah dan tempat tinggalnya.
g. Berperan sebagai penggerak dan motivator bagi keluarga dan masyarakat agar mau
melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama di lingkungan tempat tinggalnya.
a. Membina dan memantau pelaksanaan kegiatan PSN anak sekolah serta melaksanakan
koordinasi dengan pemerintah daerah setempat (Pokja PSN Anak Sekolah).
b. Memberikan pembinaan teknis kepada guru-guru dan Jumantik anak sekolah.
c. Menganalisa laporan hasil pemantauan jentik oleh Jumantik anak sekolah.
d. Melaporkan rekapitulasi hasil pemantauan jentik oleh Jumantik anak sekolah di wilayah
kerjanya kepada Pokja PSN Anak Sekolah melalui kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
a. Melalui instansi atau SKPD terkait melakukan pembinaan dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan PSN Anak Sekolah di masing-masing kabupaten/kota di wilayahnya.
b. Menganalisa dan membuat laporan rekapitulasi hasil kegiatan PSN anak sekolah dari
wilayah kabupaten/kota kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL), Kementerian Kesehatan RI.
c. Memberikan dukungan operasional kepada Pokja tingkat Kabupaten/Kota.
6. Dukungan Operasional
Agar Jumantik-PSN Anak Sekolah dapat bertugas dan berfungsi sebagaimana yang
diharapkan maka diperlukan dukungan biaya operasional. Dukungan dana tersebut dapat
berasal dari beberapa sumber misalnya APBD, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dan
lain sebagainya. Adapun komponen pembiayaan yang diperlukan antara lain adalah:
a. Transport/insentif bagi petugas pembina teknis di lapangan.
b. Penyediaan PSN kit berupa topi, rompi, tas kerja, formulir hasil pemeriksaan jentik, alat
tulis, senter, pipet dan plastik tempat jentik dan larvasida.
c. Penyediaan alat lainnya misalnya media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
seperti leaflet, stiker, lembar balik (flipchart), buku saku, juknis/juklak dll.
d. Biaya pelatihan/pembinaan guru-guru sekolah/ guru penanggung jawab PSN anak
sekolah oleh Pokja PSN anak sekolah.
e. Biaya pelatihan bagi jumantik anak sekolah oleh puskesmas/ dinas kesehatan/ Pokja
PSN anak sekolah.
f. Biaya monitoring dan evaluasi.
BAB III
PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) ANAK SEKOLAH
PSN adalah tindakan pemberantasan sarang nyamuk melalui kegiatan menutup, menguras dan
memanfaatkan barang bekas yang masih berniai (yang dikenal dengan istiah 3M). Kegiatan
PSN anak sekolah meliputi pengamatan jentik dan kegiatan 3M (menutup, menguras,
memanfaatkan barang-barang bekas yang masih bernilai ekonomis). PSN 3M merupakan
kegiatan terencana secara terus menerus dan berkesinambungan. Gerakan ini merupakan
kegiatan yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyakit DBD serta mewujudkan
kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat.
1. Mekanisme Pelaksanaan
Kegiatan pemantauan jentik merupakan bagian penting dalam PSN, hal ini untuk mengetahui
keberadaan jentik.
Pengamatan jentik dapat dilakukan sebagai berikut :
- Mencari semua tempat perkembangbiakan jentik nyamuk yang ada di dalam maupun di
lingkungan rumah.
- Setelah didapatkan, maka dilakukan penyenteran untuk mengetahui ada tidaknya jentik
- Mencatat ada tidaknya jentik dan jenis kontainer yang diperiksa pada Formulir Hasil
Pemantauan Jentik Mingguan di Rumah/Tempat Tinggal (lampiran 1) dan Formulir Hasil
Pemantauan Jentik Mingguan di Sekolah (lampiran 2)
Tempat perkembangbiakan nyamuk di dalam rumah, misalnya tatakan pot bunga, tatakan
dispenser, tatakan kulkas, bak mandi/WC, vas bunga, tempat minum burung, dan lain-lain.
Gambar 3.2. Tempat-tempat potensial perkembangbiakan nyamuk di dalam rumah
Tempat perkembangbiakan nyamuk di luar rumah, misalnya tempayan, drum, talang air,
tempat penampungan air hujan/air AC, kaleng bekas, botol plastik, ban bekas, pelepah tales,
pelepah pisang, potongan bambu, plastik, dan lain-lain.
Gambar 3.3. Tempat-tempat potensial perkembangbiakan nyamuk di luar rumah
3. Menguras
Menguras tempat penampungan air secara rutin dan terus menerus. Menguras harus dilakukan
setiap minggu dengan pertimbangan nyamuk harus dibunuh sebelum menjadi nyamuk
dewasa, karena periode pertumbuhan telur, jentik dan kepompong selama 8-12 hari, sehingga
sebelum 8 hari harus sudah dikuras supaya mati sebelum menjadi nyamuk dewasa.
Gambar 3.4. Menguras Tempat Penyimpanan Air
4. Menutup
Menutup adalah kegiatan menutup semua tempat penyimpanan air yang diperkirakan air akan
disimpan dalam waktu lama (lebih dari satu minggu). Namun apabila tetap ditemukan jentik,
maka air harus dikuras dan dapat diisi kembali kemudian ditutup rapat.
Gambar 3.5. Menutup Tempat Penampungan Air
Banyak barang-barang bekas yang dapat digunakan kembali dan benilai ekonomis, dengan
cara mengolah kembali bahan-bahan media penampungan air menjadi produk atau barang-
barang yang telah diperbaharui menjadi bernilai ekonomis.
Gambar 3.6. Menfaatkan kembali barang bekas yang bernilai ekonomis atau mendaur ulang
Kegiatan pencatatan dan pelaporan berfungsi untuk menilai keberhasilan PSN 3M oleh anak
sekolah, serta sebagai informasi penting dalam rangka menghadapi terjadi serangan DBD.
Pencatatan dan pelaporan PSN anak sekolah dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
Pencatatan dilakukan sesuai dengan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di
Rumah/Tempat Tinggal (lampiran 1) dan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di
Sekolah (lampiran 2).
- Seminggu sekali siswa melakukan pemantauan jentik dan PSN di rumahnya masing-
masing melakukan pencatatan hasil pemantauan jentik, jenis tempat perkembangbiakan
nyamuk/ penampungan air (kontainer), ada tidaknya jentik dan kegiatan PSN 3M yang
dilakukan dengan menggunakan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di
Rumah/Tempat Tinggal (lampiran 1)
- Seminggu sekali siswa juga melakukan pemantauan jentik dan PSN di lingkungan
sekolahnya, melakukan pencatatan hasil pemantauan jentik, jenis ruangan yang dipantau,
jenis tempat perkembangbiakan nyamuk/ penampungan air (kontainer), ada tidaknya
jentik dan kegiatan PSN 3M yang dilakukan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan
di Sekolah (lampiran 2).
- Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan Anak Sekolah dilaporkan setiap minggu ke
guru penanggung jawab dan diparaf oleh guru penanggung jawab.
- Guru penanggungjawab memeriksa Formulir Hasil Pemantauan Jentik dan PSN Sekolah
dan Formulir Hasil Pemantauan Jentik dan PSN Rumah, apabila laporan ditemukan jentik
maka guru wajib memberikan arahan kepada siwa untuk meningkatkan kegiatan PSN 3M,
serta diharapkan dapat melaporkan ke Puskesmas setempat untuk mendapatkan
pengendalian lebih lanjut.
- Guru Penanggung jawab merekap hasil pemantauan siswa di rumah dan di sekolah ke
dalam form Rekapitulasi Laporan Mingguan Jumantik-PSN Anak Sekolah (lampiran 3)
kepada kepala puskesmas setempat selaku pembina UKS wilayahnya.
BAB 1V
PENGENALAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Salah satu penyebab kematian penderita DBD adalah karena keterlambatan dibawa ke rumah
sakit. Hal ini disebabkan karena keluarga penderita kurang mengenali tanda dan gejala
penyakit DBD baik tanda/gejala awal maupun tanda/gejala lanjut maupun cara-cara
memberikan pertolongan pertama kepada penderita DBD.
2. Gejala/Tanda DBD
- Kadang-kadang terjadi
pendarahan di hidung
(mimisan) dan atau di gusi
- Anjurkan segera
untuk periksa ke
dokter, poliklinik,
Puskesmas atau
rumah sakit untuk
memastikan
penyakitnya dan
mendapat
pertolongan yang
tepat
Penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes, terdiri dari Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Nyamuk jenis ini lebih banyak hidup di air bersih dan menghisap darah pada siang
hari.
2.1. Telur
Telur diletakkan satu persatu di atas permukaan air, biasanya pada dinding bagian dalam
kontainer di permukaan air. Jumlah telur nyamuk untuk sekali bertelur dapat mencapai 300
butir dengan ukuran ± 5 mm. Telurnya berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu
dengan yang lain. Pada kondisi yang buruk (dalam kondisi musim kering yang lama), telur
dapat bertahan hingga lebih dari satu tahun. Telur akan menetas menjadi jentik setelah 1-3
hari terendam air.
2.2. Jentik
Setelah telur terendam 2-3 hari, selanjutnya menetas menjadi jentik. Jentik mengalami 4
tingkatan atau stadium yang disebut instar, yaitu instar I, II, III dan IV. Waktu pertumbuhan
dari masing-masing stadium adalah jentik instar I selama 1 hari, jentik instar II selama 1-2
hari, jentik instar III selama 2 hari, jentik instar IV selama 2-3 hari. Jentik Aedes di dalam air
dapat dikenali dengan ciri–ciri berukuran 0,5–1 cm dan selalu bergerak aktif dalam air. Pada
waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air untuk bernapas
(mendapatkan oksigen). Selanjutnya jentik berkembang menjadi kepompong.
Gambar 5.3. Jentik Nyamuk Aedes
2.3. Kepompong
Kepompong adalah periode puasa, membutuhkan waktu 1-2 hari. Kepompong berbentuk
seperti koma dan lebih pendek dibandingkan jentik, aktif bergerak dalam air terutama bila
terganggu. Pada tingkat kepompong ini tidak memerlukan makan, tetapi perlu udara. Dalam
waktu 1-2 hari perkembangan kepompong sudah sempurna, maka kulit kepompong pecah dan
nyamuk dewasa muda segera keluar dan terbang. Pada umumnya nyamuk jantan menetas
lebih dahulu dari nyamuk betina.
3.1. Buatan
Tempat perkembangbiakan jentik buatan adalah segala sesuatu yang dibuat oleh manusia
dapat berfungsi menampung air dan jernih, yang kemudian digunakan oleh nyamuk Aedes
untuk tempat berkembangbiak, seperti bak mandi, ember, dispenser, kulkas, ban bekas,
pot/vas bunga, kaleng, plastik, dan lain-lain. Tempat penampungan air tersebut berada di
sekitar pemukiman penduduk. Tempat nyamuk berkembangbiak yang dibuat/disediakan oleh
manusia, seperti tempat penampungan air bersih (bak mandi, ember, dispenser, kulkas, dan
lain-lain), maupun tempat-tempat penampungan air lainnya yang ada disekitar pemukiman
penduduk.
Gambar 5.6. Tempat perkembangbiakan buatan.
3.2. Alamiah
Tempat perkembangbiakan jentik alamiah adalah segala suatu yang telah tersedia di
lingkungan pemukiman berupa tanaman yang dapat menampung air jernih sebagai tempat
perindukan nyamuk pada tempat alami, seperti , ketiak daun, tempurung kelapa, lubang
bambu, ataupun pada pelepah daun.
Nyamuk Aedes setelah mengisap darah akan beristirahat untuk proses pematangan telur,
setelah bertelur nyamuk beristirahat untuk kemudian menghisap darah kembali. Nyamuk
Aedes aegypti lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap, lembab, tempat tersembunyi
di dalam rumah atau bangunan, termasuk kolong tempat tidur, kloset, kamar mandi dan dapur.
Selain itu juga bersembunyi pada benda-benda yang digantungkan seperti baju, tirai dan
dinding. Walaupun jarang, bisa ditemukan di luar rumah, di tanaman atau tempat terlindung
lainnya.
Sedangkan nyamuk Aedes albopictus jarang ditemukan beristirahat di dalam rumah.
Kebiasaan istirahat nyamuk Aedes albopictus beristirahat di luar rumah, seperti di tanaman,
rerumputan, tanaman kering, dan lain-lain.
Lampiran 1
Bulan :
Minggu ke :
Mengetahui
Orang Tua Siswa
(.........................................................)
Lampiran 2
Bulan :
Minggu ke :
Mengetahui
Guru Penanggung Jawab
(.........................................................)
Lampiran 3
Yth
Kepala Puskesmas ................................
Bersama ini kami sampaikan laporan hasil pelaksanaan Jumantik-PSN Anak Sekolah,
sebagai berikut:
Nama Sekolah :
Alamat Sekolah :
Bulan :
Minggu ke :
Mengetahui
(............................................... ) (.................................................)