Anda di halaman 1dari 46

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA PADA


BIAWAK AIR (Varanus Salvator) YANG AKAN
DIKONSUMSI

Oleh :

ANDHIKA YUDHANTAMA SUBROTO


NIM. 061511133161

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RINGKASAN

IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA PADA BIAWAK AIR

(Varanus salvator) YANG AKAN DIKONSUMSI

Pentastomida dapat menginfeksi manusia, penyakit yang diketahui adalah.

Visceral pentastomiasis. Banyak kasus yang telah dilaporkan diberbagai negara

terkait pentastomiasis. Sekitar 70% host definitif dari pentastomida adalah reptil.

Parasit yang menyerang pada biawak adalah salah satunya pentastomida yang

berasal dari pemotongan biawak di Kabupaten Sidoarjo berdasarkan morfologi

parasit tersebut. Parasit hasil koleksi dibawa ke laboratorium Parasitologi

Universitas Airlangga untuk diidentifikasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 38 sampel biawak air yang

dipotong, ditemukan 3 biawak yang terinfeksi parasit. Dilakukan pengamatan

mikroskopis untuk dilakukan indentifikasi tentang parasit yang telah dikoleksi.

Dari ciri-ciri secara morfologi parasit tersebut adalah pentastomida betina.

Pentastomida betina memiliki leher yang memisahkan antara bagian kepala

dengan abdomen, bagian tubuhnya berbentuk spiral, mempunya spermatheca yang

berada dianterior tubuh dan memiliki uterus yang panjang. Pada pemeriksaan

mikroskopi menggunakan pewarnaan Carmine, terdapat mulut pentastomida yang

berbentuk oval dan diantara mulut terdapat hook. Betina terdapat spermatheca

pada anterior tubuh.

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT

Monitor lizard (Varanus salvator) are animals that use their skin as handicraft,
meat fo consumption, and bile for traditional medicine. The purpose of this
research was to identify pentastomide worms found in monitor lizard taken from
monitor lizard in Tulangan, Sidoarjo. Thrity-eight monitor lizard were decropped
and their lungs were taken to be extracted and there were three positive sampels
obtained by pentastomide. The sampels was taken to the Parasitic Laboratory
Veterinary Medicine University of Airlangga to be stained with Semichen Acetic
Carmine. The result coloring extract obtained by infected paarasites is female
pentastomide. This pentastomid is female because it has a long oval shape, the
mouth forms an oval, between the mouth there are hooks, a tapered tail, and an
anal opening.
Keyword: Varanus salvator, pentastomide, Tulangan, Sidoarjo, parasite.

vi

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang telah

dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi dengan

judul “Identifikasi Parasit Pentastomida pada Biawak Air (Varanus salvator)

yang akan dikonsumsi”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof. Dr. Pudji

Srianto., drh, M.Kes. atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Bapak Prof. Dr. I Komang Wiarsa Sardjana., drh. Selaku dosen

pembimbing utama dan Bapak Moh. Sukmanadi., M.Kes, drh. Selaku dosen

pembimbing serta atas saran dan bimbingan kepada penulis hingga selesainya

penelitian dan skripsi ini.

Dr. E. Djoko Poetranto, MS., drh selaku ketua penguji, Dr. Kusnoto, drh.,

M.Si., selaku sekretaris penguji, Agus Sunarso, M.Sc., drh, selaku anggota

penguji.

Dr. Rahmi Sugihartuti, M.Kes., drh selaku dosen wali yang selama ini

banyak meluangkan waktu kepada penulis serta memberikan bimbingan dan

dukungan untuk terus dapat berprestasi dan bermanfaat baik dalam prestasi

akademik, non akademik maupun berorganisasi.

Seluruh bapak dan ibu dosen pengajar atas wawasan keilmuan serta

pengalaman belajar selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga. Bapak dan ibu staff kependidikan, Bagian

vii

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
viii

Kemahasiswaan, Bagian Akademik, serta Bagian Sistem Informasi yang telah

banyak membantu penulis belajar di Fakulas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga Surabaya.

Orang tua saya tercinta Edi Subroto dan Toening Goestiati yang selalu

memberikan semangat, motivasi, doa serta dukungan materi maupun non materi,

kakak penulis Ramadhani Kurniawan Subroto S.T., M.T. yang selalu memberi

motivasi dan inspirasi hingga terselesaikannya skripsi penulis.

Sahabat setia penulis Ryan Bagaskara, Faried Satrio, Yusuf Anzory, M.

Irfan Aditya, dan Mayreta Doti yang selalu mendukung serta memberi semangat,

motivasi, dan hiburan kepada saya.

Kelompok penelitian Herdianto, Faiq Maulidin, dan Rizky Aldiansyah

terima kasih telah membantu penulis dalam melakukan penelitian dan

memberikan dukungan secara moral.

Seluruh teman seperjuangan saya di Delphinus dan Kelas D yang selalu

memberikan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan

sehingga saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan demi

kesempurnaan penyusunan makalah penelitian selanjutnya. Semoga makalah ini

dapat dijadikan referensi dan menambah pengetahuan bagi pembaca skripsi yang

memanfaatkannya.

Surabaya, 5 November 2019

Penulis

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i
HALAMAN IDENTITAS ...................................................................................... ii
RINGKASAN ......................................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................. vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG ............................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Landasan Teori ................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4


2.1 Pentastomida ...................................................................................... 4
2.1.1 Klasifikasi ................................................................................ 4
2.1.1 Morfologi ................................................................................. 4
2.1.2 Siklus Hidup Pentastomida ...................................................... 7
2.1.4 Pengobatan Pentastomiasis ...................................................... 8
2.2 Biawak Air (Varanus salvator) .......................................................... 9
2.2.1 Klasifikasi ................................................................................ 9
2.2.2 Morfologi ................................................................................. 9
2.2.3 Pola Aktivitas Harian ............................................................. 11
2.2.4 Makanan ................................................................................. 12

ix

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
x

2.2.5 Habitat .................................................................................... 13

BAB 3 MATERI DAN METODE ........................................................................ 14


3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................... 14
3.2 Sampel .............................................................................................. 14
3.3 Definisi Operasional ......................................................................... 14
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 14
3.5 Materi Penelitian .............................................................................. 15
3.5.1 Alat Penelitian ........................................................................ 15
3.5.2 Bahan Penelitian..................................................................... 15
3.6 Metode Penelitian ............................................................................. 15
3.6.1 Sampel Penelitian ................................................................... 15
3.6.2 Koleksi Pentastomida pada Paru-paru ................................... 15
3.6.3 Pewarnaan Semichen-Acetic Carmine.................................... 16
3.7 Analisis Data .................................................................................... 17
3.8 Kerangka Operasional Penelitian ..................................................... 18

BAB 4 HASIL PENELITIAN .............................................................................. 19

BAB 5 PEMBAHASAN ....................................................................................... 22

BAB 6 KESIMPULAN ......................................................................................... 26


6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 26
6.2 Saran ............................................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27


LAMPIRAN .......................................................................................................... 30

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Gambar cacing pentastomida ............................................................................ 5
2.2 Gambar Linguatula serrata ............................................................................... 6
2.3 Gambar Armillifer sp......................................................................................... 6
2.4 Gambar siklus hidup cacing pentastomida ........................................................ 8
2.5 Gambar anatomi dan organ pencernaan biawak ............................................. 11
3.1 Gambar Kerangka Operasional Penelitian ..................................................... 18
4.1 Gambar Predileksi Pentastomida pada paru-paru ........................................... 19
4.2 Gambar Makroskopik pentastomida ............................................................... 20
4.2 Gambar Bagian anterior Pentastomida............................................................ 20
4.2 Gambar Annuli ................................................................................................ 21
4.1 Gambar Spermatheca ...................................................................................... 21

xi

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Sampel Biawak Air ................................... 30
2. Dokumentasi Penelitian .................................................................................. 31

xii

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG


Cm = Centimeter
Mm = Milimeter
et al = et alii
HCl = Hidrogen klorida
NaCl = Natrium klorida
NaOH = Natrium hidroksida
% = Persen
C = Derajat celcius

xiii

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pentastomida dapat menginfeksi manusia, penyakit yang diketahui adalah

visceral pentastomiasis. Sebagian besar kasus pentastomiasis telah dilaporkan dari

negara Afrika, Malaysia, dan Timur Tengah dan beberapa dari Cina dan Amerika

Latin (Tappe and Büttner 2009; Chen et al. 2010). Kasus pentastomiasis telah

banyak dilaporkan diberbagai negara. Seperti kasus yang ditulis oleh (Cho et al,

2017), dilaporkan kasus pentastomiasis pada tulang kiri maksila pada pasien

kanker tiroid. Tappe, 2009 juga menulis terdapat manusia yang terkena

pentastomiasis pada organ viseral. Infeksi ini disebabkan oleh tertelannya telur

imfektif pentastomida kedalam tubuh manusia, selain itu juga disebabkan oleh

larva pentastomida spesies L. serrata, Armillifer armilatus, A. moniliformis, A.

grandis, dan Porocephalus crotali. Kasus yang dilaporkan oleh Koehsler, 2011

terdapat Linguatula serrata pada mata manusia dia negara Austria.

Berdasarkan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa penyakit

pentastomiasis yang telah dilaporkan bersifat zoonosis. Reservoir pembawa dari

penyakit ini berasal dari satwa liar khususnya reptil. Hal ini menjadi latar

belakang beberapa peneliti di beberapa negara untuk melakukan identifikasi

terhadap parasit biawak air. Selain itu yang melatar belakangi penelitian ini

karena beberapa orang juga mengkonsumsi satwa liar salah satunya biawak,

seperti di daerah Sidoarjo adanya satu tempat khusus yang menjual daging biawak

untuk dikonsumsi. Di Indonesia penelitian mengenai parasit pada biawak air

masih sedikit. Sulitnya mencari referensi yang membahas mengenai parasit yang

1
SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

menginfeksi biawak air menjadikan zoonosis yang ditularkan oleh reptil menjadi

kurang diwaspadai.

Dari permasalah tersebut, perlunya dilakukan identifikasi mengenai

pentastomida yang terdapat pada biawak air khususnya yang menyerang bagian

paru-paru. Hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang

pentastomida yang terdapat pada biawak air siap konsumsi yang diperoleh dari

dari Kabupaten Sidoarjo.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah bisa ditemukan Pentastomida pada paru-paru biawak air (Varanus

salvator) yang akan siap dikonsumsi?

1.3 Landasan Teori

Beberapa jenis parasit cacing dan pentastomida yang terdapat pada reptil

merupakan zoonosis. Pentastomida menyerang bagian bawah dan seringkali

bagian atas dari sistem respirasi hewan vertebrata (Paré 2008). Habitat utama

pentastomida umumnya kawasan tropis dan subtropis. Sekitar 70% host definitif

dari pentastomida host dari parasit untuk tumbuh dewasa adalah biawak, beberapa

spesies yang menginfeksi buaya dan kadal dan beberapa diketahui menginfeksi

amfibi khususnya katak dan kodok, kura-kura, burung, dan mamalia. Host

intermediet dari pentastomida adalah ikan, amfibi, kadal, ular, insekta, dan

mamalia beberapa spesies tampaknya memiliki direct life cycle. (Abele et al. 1989

and references therein, Riley and Henderson 1999 and references therein; Paré

2008 and references therein).

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

Pentastomiasis merupakan infestasi klinis yang disebabkan oleh stadium

larva pentastomid yang menginfestasi jaringan tubuh manusia seperti mata,

system pernafasan, pencernaan, dan jarigan lunak seperti paru, rongga hidung, dan

organ tubuh lainnya (Cho et al, 2017).

Terdapat dua tipe pentastomiasis pada manusia; visceral pentastomiasis,

kasus ini terjadi karena manusia menelan telur yang infektif dari pentastomida dan

masuk ke dalam tubuh manusia dan manusia menjadi host perantara bagi parasit

ini. Nasopharyngeal pentastomiasis, kasus ini terjadi karena manusia menelan

larva dari L. serrata dan manusia ini manjadi definitive host bagi parasit ini (K.C

Ma et al, 2002).

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui dan identifikasi adanya Pentastomida pada paru-paru yang

menginfeksi biawak air.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai parait yang menginfeksi pada biawak air, membantu studi lanjutan

mengenai spesies parasit pada populasi biawak air yang hidup di Indonesia dan

dapat digunakan sebagai pembelajaran lebih lanjut mengenai spesies parasit yang

menyerang satwa liar yang tersebar di seluruh belahan Indonesia serta sebagai

informasi untuk dokter hewan satwa liar agar dilakukan pengobatan penyakit

parasitik atau tidakan preventif agar tidak menginfeksi manusia.

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pentastomida

2.1.1 Klasifikasi

Menurut Diesling (1836), klasifikasi Pentastomida adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Filum : Athropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Maxillopoda

Subkelas : Pentastomida

2.1.1 Morfologi

Morfologi dari pentastomida bervariasi dalam ukuran dan bentuk sesuai

dengan spesies mereka. Pentastomida biasanya tidak berwarna atau kekuning-

kuningan. Tubuh pentastomida memanjang silinder, kutikula tipis dan cukup

lunak untuk memungkinkan untuk bergerak peristaltik, secara kasat mata

pentastomida akan mirip dengan belatung. Ciri khas dari pentastomida yaitu

adanya annuli pada sepanjang tubuhnya (Paré, 2008). Pentastomida hanya

memiliki satu mulut namun memiliki dua pasang kait disekitar kepala mereka.

Kait tersebut digunakan untuk menempel pada jaringan paru-paru yang

mengakibatkan perforasi, pendarahan dan menyebabkan pneumonia yang berat

pada inang. Pada semua jenis pentastomida, betina lebih besar daripada jantan,

dengan fase dewasa ukuran tubuh mencapai 8 cm. Pada betina terdapat

spermatheca yang berfungsi menyimpan sperma. Spermatheca terletak pada

4
SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

anterior tubuh betina (Esslinger, 1962; Sundar et al., 2015). Morfologi

Pentastomida dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Pentastomida sumber: (Brock, et al 2012)

Menurut taxonomi, terdapat dua ordo pentastomida yaitu Cephalobaenida

dan Porochepalida. Cephalobaenida tubuhnya lebih sederhana daripada

Porochepalida. Pada betina Cephalobaenida memiliki uterus lurus dan utuh,

vagina terdapat pada anterior tubuh. Berbeda dengan Porochepalida memiliki

uterus panjang dan melingkar-lingkar pada seluruh bagian tubuhnya, genital pore

dan vagina terdapat pada posterior tubuh disekitar anus. Pada jantan

Cephalobaenida hanya memiliki satu testis dan satu seminal vesikel, sedangkan

pada Porochepalida memiliki satu testis dan sepasang vesikula seminalis

berbentuk Y. Kopulasi pada betina hanya terjadi sekali ketika jantan dan betina

memiliki ukuran tubuh yang sama serta jarak antara spermatheca dan vagina tidak

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6

terlalu jauh (Riley, 1983 dan 2001). Contoh lain spesies Pentastomida dapat

dilihat pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

Gambar 2.2 Linguatula serrata sumber: (Tappe and Buttner, 2009)

Gambar 2.3 Armillifer sp. sumber: (Tappe and Buttner, 2009)

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7

2.1.2 Siklus Hidup Pentastomida

Pentastomida memiliki siklus hidup tidak langsung setidaknya

menggunakan dua hospes perantara. Pentastomida berkembangbiak dengan cara

generatif yaitu fertilisasi secara internal dan melibatkan kopulasi. Pentastomida

betina dewasa mengeluarkan telurnya ketika berada pada saluran pernafasan inang

definitif. Kemudian telur tersebut dikeluarkan melalui juluran lidah dan tertelan,

lalu keluar bersama feses. Telur pentastomida kemudian tertelan oleh inang

perantara yang biasanya adalah ikan, mamalia kecil, dan rodentia. Setelah telur

tertelan di dalam tubuh inang perantara, telur menetas menjadi nimfa. Nimfa

bermigrasi melalui gerakan peristaltik, menembus dinding usus untuk menuju ke

organ visera secara luas (endocyst), kemudian menjadi nimfa infektif. Pada fase

ini, nimfa pentastomida dapat menyebabkan infeksi viseral yang luas terhadap

inang perantara. Ketika inang perantara dikonsumsi oleh inang definitif, nimfa

kemudian keluar dari sistem pencernaan menuju paru-paru (exocyst) inang

definitif untuk tumbuh dewasa (Paré, 2008). Siklus hidup Pentastomida dapat

dilihat pada Gambar 2.4.

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8

Gambar 2.4. Siklus hidup pentastomida sumber : (Lin, 2010)

2.1.3 Pengobatan Pentastomiasis

Pada pasien asimptomatik tidak diperlukan pengobatan karena parasit

tersebut degenerasi setelah kira-kira dua tahun. Hanya pada pasien simptomatik

yang terinfeksi oleh banyak parasit yang mungkin dipertimbangkan untuk

melakukan tindakan operasi (Lazo RF et al, 1999). Data untuk pengobatan secara

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9

farmakologis sangat terbatas. Dalam suatau studi yang dilakukan oleh Haugerud

et al (1993), ivermectin ditemukan berhasil mengobati rusa yang terkena

Linguatula serrata dewasa yang ditemukan pada paru-paru. Bahkan jika

pengobatan antihelmintik berhasil, komplikasi diakibatkan oleh parasit yang mati

pada paru-paru inang tersebut tetap menjadi perhatian. Dengan itu pembedahan

akan tetap dilakukan untuk mengambil parasit yang mati didalam tubuh tersebut

(Nilssen et al, 2002).

2.2 Biawak Air (Varanus salvator)


2.2.1 Klasifikasi

Menurut Laurenti (1768), klasifikasi biawak air (Varanus salvator) adalah

sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Sauropsido

Ordo : Squamata

Famili : Varanidae

Genus : Varanus

Spesies : Varanus salvator

2.2.2 Morfologi

Bentuk sisik dorsal pada bagian kepala berbentuk segi lima, yang terdapat

pada bagian moncong lebih besar daripada bagian di pelipis. Bentuk sisik pada

bagian punggung berbentuk oval, ukurannya agak besar, bertekstur lunak, serta

menyebar secara merata. Sisik pada bagian perut agak kecil, berbentuk oval,

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10

teksturnya lunak dan licin. Bentuk sisik sisik pada bagian ekor oval, ukurannya

kecil dan licin.

Warna dan pola pada bagian kepada, badan, punggung, perut, dan ekor

dominan dengan warna hitam dan bintik-bintik kuning menyebar secara merata.

Pada bagian perut berwarna putih kekuning-kuningan. Sedangkan warna ekor

sama dengan warna badan. Bentuk lubang hidung bulat. Lebih dekat dengan

moncong dibandingkan jaraknya ke mata. Bentuk lubang hidung oval, maka

spesies biawak dapat diklasifikasikan kedalam Varanus salvator dan Varanus

toglanus.

Bentuk ekor pipih, pada sisi bagian atasnya keras, sangat kokoh, dan

panjangnya melebihi dari panjang kepada dan badan. Perbedaan jenis kelamin

biawak terletak pada ada tidaknya hemipenis pada biawak saat dilakukan

pemijahan disekitar kloaka. Alat senggama pada biawak jantan berbentuk

sepasang hemipenis, tetapi hanya satu yang dimasukkan kedalam liang kloaka

yang melintang pada betina. Morfologi Biawak air (Varanus salvator) dapat

dilihat pada Gambar 2.5

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11

Gambar 2.5. Mahfud et al, 2016. Gambar anatomi biawak dan organ pencernaan biawak;
1. Lidah; 2. Esofagus; 3. Trakea; 4. Jantung; 5. Lambung; 6. Hati; 7. Duodenum; 8.
Yeyenum; 9. Ilium; 10. Usus besar; 11. Kloaka; 12. Testis; 13. Ginjal; 14. Hemipenis; 15.
Jaringan adiposa.

2.2.3 Pola Aktivitas Harian

Pola aktivitas harian tiap individu pada kelas umur memiliki kecenderungan

frekuensi yang sama, Begitu pula pada tiap jenis kelamin, baik jantan maupun

betina, keduanya memiliki pola aktivitas yang tidak jauh berbeda. Kecenderungan

yang sama ini ditunjukkan pada aktivitas makan dan berjemur, sedangkan pada

aktivitas bergerak dan istirahat cenderung fluktuatif. Pola aktivitas makan,

istirahat dan berjemur tertinggi dilakukan biawak dewasa, sedangkan pola

aktivitas bergerak tertinggi dilakukan biawak anak. Pada biawak anak dan muda

aktivitas makan, bergerak dan istirahat banyak dilakukan di tengah hutan,

sedangkan pada biawak dewasa baik jantan maupun betina lebih banyak bergerak

mengikuti wilayah teritorinya.

Pada kelas umur muda aktif bergerak untuk menjelajah dan mencari sumber

pakan yang kemudian dijadikan wilayah teritorinya nanti diusia dewasa. Pada

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12

biawak dewasa jenis kelamin jantan, melakukan aktivitas bergerak untuk mencari

makan dan menjaga teritorinya dari biawak lainnya, sedangkan pada jenis kelamin

betina melakukan aktivitas bergerak untuk mencari persarangan dan bertelur.

Perilaku istirahat ditunjukkan dengan merebahkan atau menempelkan seluruh

bagian tubuh biawak ke permukaan tanah. Perilaku istirahat dilakukan setelah

melakukan aktivitas bergerak, makan, atau berjemur dan dilakukan dengan tidur.

Pola istirahat yang stabil dilakukan oleh semua kelas adalah melakukan tidur di

siang dan malam hari. Periode aktif bergerak biawak dilakukan pada pagi dan sore

hari hal ini dilakukan selain untuk mencari makan, biawak bergerak untuk

menghindari ancaman dari biawak lainnya dan mencari tempat untuk beristirahat.

Aktivitas makan biawak dilakukan sepanjang hari dan frekuensi yang rendah.

Periode aktif makan lebih banyak dilakukan di pagi dan sore. Aktivitas sosial

biawak jarang terjadi, hal ini dikarenakan biawak merupakan satwa soliter yang

jarang berkomunikasi dengan biawak lain (Bennet, 1998).

2.2.4 Makanan

Biawak air memangsa aneka serangga, ketam atau yuyu, berbagai jenis

katak, ikan, kadal, burung, serta mamalia kecil seperti tikus dan cecurut. Biawak

air juga memakan telur kura-kura, telur penyu atau telur buaya (Uyeda dan

Iskandar, 2014). Biawak air juga memakan seperti burung-burungan dan telurnya.

Selain pakan yang segar biawak air juga suka memakan makanan seperti bangkai

atau daging yang busuk.

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

2.2.5 Habitat

Habitat adalah suatu daerah yang merupakan kawasan yang terdiri dari berbagai

komponen fisik, biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai

tempat hidup dan berkembangbiak (Alikodra, 1990). Beberapa tipe habitat yang

disukai oleh biawak air untuk melakukan aktifitas hariannya terdiri dari hutan

rawa, hutan kelapa dan persarangan burung. Biawak yang melakukan aktifitas di

hutan rawa karena pada tipe ini habitat ini biawak lebih mudah menjumpai

mangsa yang sedang melakukan aktifitas makan dan minum. Pada habitat ini pula

dijumpai beberapa insek yang terbang dan berjalan ditepi perairan yang menjadi

sumber pakan dari biawak.

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3 MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif laboratorik yang bertujuan

untuk mengetahui Pentastomida pada paru-paru biawak air siap konsumsi yang

diambil di Kabupaten Sidoarjo.

3.2 Sampel

Sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah parasit yang

ditemukan pada biawak air yang siap konsumsi hasil tangkapan pengepul di

Kabupaten Sidoarjo, yang telah disimpan dan akan didistribusikan untuk

dikonsumsi. Dalam penelitian ini diambil 38 sampel biawak yang dikumpulkan

oleh pengepul.

3.3 Definisi Operasional

1) Varanus salvator : biawak air (Varanus salvator) yang dipotong di

tempat pemotongan reptil di Kabupaten Sidoarjo.

2) Parasit : Parasit yang ditemukan pada biawak air dalam stadium dewasa.

3) Pentastomida : parasit yang secara kasat mata berbentuk gilik, terdapat

annuli di tubuhnya dan predileksinya di saluran pernafasan.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan sampel berada di Kabupaten Sidoarjo dan penelitian

dilaksanakan di Departemen Parasitologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Surabaya pada bulan Juni-Juli 2019.

14
SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

3.5 Materi Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

Alat yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah alat-alat berupa alat bedah

minor (seperti pinset anatomis, pisau scalpel, gunting bedah), gunting, pot salep

untuk tempat sampel yang ditemukan. Untuk pewarnaan preparat dengan

pewarnaan Semichen-Acetic Carmine dibutuhkan alat : stainning jar, object glass,

petridisk, cover glass, dan mikroskop untuk mengamati preparat.

3.5.2 Bahan Penelitian

Bahan penelitian adalah parasit yang ditemukan di paru-paru biawak. Untuk

pewarnaan Semichen-Acetic Carmine bahan-bahan yang dibutuhkan adalah NaCl

fisiologis, larutan Carmine, alkohol absolut, HCl, NaOH, aquadest, alkohol

gliserin 5%, larutan Hung’s.

3.6 Metode Penelitian

3.6.1 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini berupa biawak air yang akan dikonsumsi.

Setelah sampel telah melalui proses nekropsi, parasit yang ditemukan akan

dimasukkan ke dalam pot yang berisi larutan NaCl sebagai bahan pengawet

sampel kemudian diberi label tanggal pengambilan sampel.

3.6.2 Koleksi Pentastomida pada Paru-paru

Biawak diposisikan berbaring pada bagian dorsalnya. Dengan menggunakan

alat potong yang sesuai (scalpel, gunting, pisau), buatlah sebuah potongan di

sepanjang garis tengah ventral atau tepat pada garis perut dari lubang kloaka

sampai tepat di bawah mandibula. Vena terbesar pada bagian itu, yaitu vena

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

ventral abdominal, terletak tepat dibawah garis tengah ventral pada tubuh hewan

tersebut. Geser potongan sedikit ke kiri atau ke kanan menjauhi vena ini untuk

menghindari kucuran darah yang berlebihan (Jacobson, 1978).

Paru-paru terletak di sebelah kanan dan kiri dari esofagus dan biasanya

berwarna merah muda. Jika euthanasia dilakukan menggunakan alat captive bolt,

maka paru-paru akan berubah warna menjadi merah gelap dan dapat ditemui

kongesti pada pembuluh darah. Palpasi harus dilakukan secara seksama untuk

merasakan ada tidaknya nodul atau abnormalitas. Sebagai tambahan, sebuah

potongan kecil dibuat untuk melihat apakah terdapat parasit atau eksudat pada

paru-paru. Ciri khas paru-paru yang sehat ditandai dengan bagian dalam paru-paru

yang berbentuk seperti rumah lebah (Jacobson, 2007)

3.6.3 Pewarnaan Semichen-Acetic Carmine

Pentastomida yang sudah ditemukan difiksir diantara gelas objek

menggunakan benang yang diikat tidak terlalu kencang pada bagian ujung kiri dan

kanan gelas obyek. Parasit direndam dalam larutan alkohol gliserin 5% selama 24

jam lalu dimasukkan kedalam alkohol 70% selama lima menit. Gelas obyek yang

berisi parasit dimasukkan ke dalam larutan carmine yang telah diencerkan dan

dibiarkan kering selama kurang lebih delapan jam bergantung pada tebal tipis

kutikula parasit. Parasit dilepas dari gelas obyek dan dimasukkan ke dalam

alkohol asam selama dua menit lalu ke dalam alkohol basa selama 20 menit.

Kemudian dilakukan dehidrasi bertingkat dengan alkohol dimulai dari alkohol

70% sampai alkohol 95% masing-masing selama lima menit, selanjutnya

dilakukan dengan mounting dalam larutan Hung’s I selama 20 menit lalu diambil

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

dan diletakkan pada object glass yang baru dan diteteskan larutan Hung’s II

secukupnya diatas cacing lalu ditutup dengan cover glass. Tahap terakhir dari

pewarnaan yaitu preparat dikeringkan dalam inkubator suhu 37°C, lalu

didinginkan pada suhu ruangan. Pewarnaan menggunakan metode Semichen-

Acetic Carmine mengacu pada (Kuhlmann, 2006).

3.7 Analisis Data

Data hasil identifikasi parasit cacing pada paru-paru biawak air yang

dikonsumsi di Kabupaten Sidoarjo disajikan secara deskriptif.

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

3.8 Kerangka Operasional Penelitian

Pengambilan Sampel Biawak Air di


pengepul Kabupaten Sidoarjo

Nekropsi Biawak Air

1.
Pentastomida ditemukan pada Pentastomida tidak Ditemukan
Paru-paru pada Paru-paru
2.

PemeriksaanMakroskopik dari Pentastomida dan koleksi


menggunakan pot salep berisi larutan NaCl

Pembuatan preparat parasit dan pewarnaan menggunakan


Semichen-Acetic Carmine

Pemeriksaan Mikroskopik di Laboratorium Departmen


Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Uiversitas
Airlangga

Identifikasi Pentastomida

Analisis Data

Gambar 3.1 Kerangka Operasional Penelitian

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Berdasarkan 38 sampel paru-paru biawak air yang diteliti terdapat 3

sampel yang positif terkena parasit Pentastomida, untuk daftar sampel dapat

dilihat pada lampiran 1. Predileksi Pentastomida pada paru-paru dapat dilihat pada

Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Predileksi pentastomida pada paru-paru biawak

Pentastomida ini mempunyai tubuh panjang gilik, berwarna putih

kekuning-kuningan, memiliki dua sel lapisan lunak, kutikula tidak berwarna

cenderung transparan sehingga organ dalam tubuh akan tampak, pada bagian

tubuhnya terdapat annuli hingga ke posterior, pada cephalothorax lebih besar

daripada tubuhnya, datar pada bagian ventral, melengkung pada bagian dorsal dan

meruncing pada bagian ekor. Makroskopik petastomida dapat dilihat pada gambar

4.2.

19

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

Gambar 4.2. Gambaran makroskopik pentastomida

Pentastomida diwarnai dengan menggunakan Semichen Acetic Carmine

dan dilakukan pemeriksaan menggunakan mikroskop. Hasil indentifikasi

menunjukkan, Pentastomida memiliki dua kait disekitar kepala yang digunakan

untuk menempel pada jaringan paru-paru, terdapat mulut berbentuk oval yang

terdapat pada bagian tengah.

Gambar 4.3. Bagian anterior pentastomida, A. 2 pasang hooks B. Mulut

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

Ditemukan annuli pada pentastomida yang diperiksa. Annuli ini terbentuk

karena tubuh pentastomida yang berbentuk dorsal yang melengkung dan ventral

yang datar.

Gambar 4.4. Annuli

Pentastomida yang ditemukan pada sampel lain memiliki bentukan

spermatheca yang menunjukkan bahwa pentastomida tersebut berjenis kelamin

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

betina. Sprematheca dapat dilihat pada gambar 4.5

Gambar 4.5. Sprematheca

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 5 PEMBAHASAN

Pentastomida dalam penelitian ini ditemukan pada paru-paru. Biawak yang

dinekropsi adalah biawak yang digunakan untuk konsumsi. Pengepul tidak hanya

mengumpulkan biawak dari Kabupaten Sidoarjo saja, melainkan biawak yang

dikumpulkan berasal dari Krian, Mojokerto, dan Pasuruan.

Berdasarkan identifikasi yang dilakukan jenis kelamin pentastomida yang

ditemukan, pentastomida ini berjenis kelamin betina. Menurut Riley and Self

(1980), pentastomida memiliki tubuh gilik panjang, terdapat mulut yang

berbentuk ovoid kecil, diantara mulut terdapat hook, ekor meruncing, dan terdapat

lubang anus. Tubuh betina lebih besar daripada tubuh jantan (Paré, 2008). Pada

betina bentuk kepala globular lebih besar dari tubuhnya, terdapat lekukan leher,

dan badan yang berbentuk spiral, sedangkan pada jantan tubuhnya lebih

sederhana, lurus tanpa lekukan leher (Riley and Self, 1980). Bentukan spiral pada

betina kemungkinan untuk mempermudah dalam pergerakannya masuk ke dalam

jaringan paru-paru inang definitif (John and Nadakal, 1988).

Pada Pentastomida betina yang diteliti, terdapat spermatheca pada bagian

anterior tubuhnya kemudian dari anterior hingga posterior terdapat uterus yang

panjang dan berlipat-lipat, dan pada posterior terdapat vagina dan anus dari

Pentastomida. Pada fase dewasa betina mempuyai spermatheca yang terletak pada

bagian anterior. Spermatheca pada betina berfungsi sebagai tempat untuk

menyimpan sperma.

Panjang kait pada pentastomida dapat digunakan sebagai indikator usia

pada suatu spesimen. Pada ukuran keseluruhan panjang kait biasanya meningkat

22

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

bersama dengan umur pentastomida. Namun untuk ukuran tubuh pentastomida.

Beberapa pentastomida memiliki kait yang pendek tetapi memiliki tubuh yang

panjang (Riley and Self, 1979).

Jenis makanan Varanus salvator adalah tikus, katak, ikan, dan kadal

(Sidik, 2006). Jenis makanan tersebut merupakan inang perantara dari cacing

pentastomida (Esslinger, 1962). Inang definitif dari pentastomida 90% adalah

reptil, sedangkan 10% sisanya adalah burung dan mamalia (Esslinger, 1962;

Sundar et al., 2015). Pentastomiasis pada reptil terjadi secara subklinis, meskipun

infeksi pentastomida dalam jumlah besar (Pare, 2008). Kematian inang biasanya

akibat dari pneumonia yang berat.

Pentastomiasis adalah penyakit zoonosis yang endemik, porocephalosis

diketahui pada negara tropis (Chirstoffersen, 2013). Penyakit ini disebabkan oleh

obligat parasit pentastomida. Pentastomiasis tidak diketahui gejala dan infeksinya,

tetapi pentastomiasis sering didiagnosis secara tidak sengaja ketika melakukan

pemeriksaan. Visceral dan nasopharyngeal pentastomiasis yang sering diamati

(Leicontre, 2006).

Pentastomida dapat menyebabkan zoonosis. Kasus yang telah dilaporkan

seorang imigran dari Kazakhstan masuk ke dalam salah satu rumah sakit di

Jerman dengan gejala batuk yang terus menerus dan keringat di malam hari. Pada

pemeriksaan sel darah putih pasien dinyatakan normal, tetapi pada pemeriksaan

radiologi menggunakan X ray terdapat lesi pada bagian paru-paru. Untuk langkah

yang dilakukan selanjutnya ada penangan dengan cara thoracotomy. Pasien ini

didiagnosa mengalami visceral pentastomiasis (Tappe D et al, 2002).

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

Pentastomiasis visceral adalah parasite zoonosis yang tidak biasa penyakit

ini disebabkan oleh nimfa dari beberapa spesies dari pentastomida. Jenis yang

menginfeksi manusia termasuk dalam family Linguatulidae, Armilliferidae, dan

Porocephalidae. Pada saluran pencernaan pada manusia yang dijadikan host,

setelah beberapa menit larva primer menetas dan menginvasi bagian dari viscera.

Setelah enkapitulasi oleh jaringan host, larva infektif segera berkembang (Tappe.

D et al, 2002).

Prevalensi tertinggi pentastomida visceral telah dilaporkan dari Timur

Tengah, dimana infeksi pentastomida terjadi oleh anjing peliharaan di rumah.

Laporan telah diajukan juga dari negara Malaysia, China, dan Amerika Latin. Di

Eropa dan Amerika Utara, kasus pentastomiasis jarang terjadi pada imigran dan

wisatawan. Penyakit yang disebabkan oleh pentastomida ini susah untuk diketahui

dan membutuhkan waktu yang cukup lama agar mendapat diagnosa yang tepat

(Chen et al, 2010).

Manusia yang terinfeksi oleh pentastomida disebabkan karena

mengkonsumsi makanan yang tidak matang dan dapat terinfeksi dari kontak

langsung pada reptil yang terinfeksi. Peningkatan angka infeksi dilaporkan di

Congo, Nigeria, dan Cameroon (Vanhecke et al., 2016).

Jumlah nimfa pentastomida yang menginfeksi pada pencernaan manusia

cukup banyak, tetapi infeksi dari nimfa ini bersifat simpomatik dan didiagnosa

secara tidak sengaja ketika melakukan pemeriksaan X-ray dan melakukan operasi.

Gejala klinik dari pentastomiasis ini cukup banyak dan bervariasi, tergantung pada

jaringan yang terinfeksi oleh nimfa pentastomida. Organ-organ yang sering

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

terinfeksi oleh pentastomida antara lain adalah paru-paru, trakea, dan hati

(Vanhecke et al., 2016).

Pentastomiasis dapat dicegah dengan cara menghindari air liur dari hewan

yang terinfeksi tersebut dan reptil yang menjadi bahan konsumsi agar dimasak

dengan baik (Tappe. D et al 2002). Pengobatan yang dilakukan ketika terkena

pentastomida adalah dengan cara diberikan invermectin (Nelssen et al., 2002).

Meskipun treatmen antihelmintik berhasil dilakukan, komplikasi yang dapat

terjadi karena disebabkan oleh parasit yang mati. Melakukan operasi adalah jalan

terbaik untuk pengobatan pentastomiasis (Brock, 2012).

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat Pentastomida pada paru-paru biawak air (Varanus salvator).

2. Parasit yang ditemukan dalam fase dewasa dan berjenis kelamin betina.

Morfologi dari cacing pentastomida memiliki tubuh gilik panjang, terdapat

mulut yang berbentuk ovoid kecil, diantara mulut terdapat hook, ekor

meruncing, dan terdapat lubang anus.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjut tentang pentastomida yang menginfeksi

pada biawak air (Varanaus salvator), dikarenakan penelitian tentang

pentastomida pada biawak air sangat terbatas.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode molekuler untuk

mengidentifikasi pentastomida yang menginfeksi biawak air.

26

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Abele, L. G., Kim W., & Felgenhauer B. E. 1989. Molecular Evidence for
Inclusion of the Phylum Pentastomida in the Crustacea. Molecular Biology
and Evolution. 6, 685-691.

Alikodra H.S. 1990. Pengelolaan Satwa liar (I). Pusat Antar Universitas. Institut
Pertanian Bogor.

Bennet D. 1998. Monitor Lizard: Natural History,Biologyand Husbandry. Second


Edition. Frankfurt.

Chen, S., Liu Q., Zhang Y., Chen J., Li H., Chen Y., et al. 2010. Multi-host
Model-Based Identification of Armillifer agkistrodontis (Pentastomida), a
New Zoonotic Parasite from China. PLoS Neglected Tropical Diseases. 4(4),
e647.

Chomel BB, Belotto A, Meslin FXE. Wildlife, exotic pets, and emerging
zoonoses, Infect Dis. 2007;13:6-11.

Cho, E.S, Jung, S.W, Jung, H.D, Lee, I.Y, Yong, T.S, Jeong, S.J, and Kim, H.S.
2017. A Case of Pentastomiasis at the Left Maxilla Bone in a Patient with
Thyroid Cancer. Korean J Parasitol. 55(4):433-437.

Freedy, P., and Deny, A. I. 2006. Diversitas dan Ekologi Biawak di Pulau Pepaya
Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Irian Jaya Barat.

Haugerud RE, Nilssen AC, Rognmo A. 1993. On the efficacy of invermectin


against the reindeer sinus worm Linguatula artica (Pentastomida), with a
review on invermectin treatment in reindeer. Rangifer. 13(3):157-162.

Hunter, W. S. and Higgins, R. P. 1960 : An unsual case of human porocophaliasis.


J. Parasitol. 46, 68.

Jacobson, E. R. 1978. “Reptile Necropsy Protocol.” The Journal of Zoo Animal


Medicine Vol. 9, No. 1: pp. 7–13

Jacobson, E. R. 2007. Infectious Diseases and Pathology of Reptiles: Color Atlas


and Text. Boca Raton: CRC Press. 219–235 and 304–305.

Jenkins, M., and Broad, S. 1994. „International Trade in Reptile Skins: A Review
and Analysis of the Main Consumer Markets, 1983-91. (TRAFFIC
International Cambridge).

27

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28

John, M.V, and Nadakal, A.M., 1988. Juvenille Precocity in a Pentastome,


Kiricephalus pattoni in the Reptilian Intermediate Host, Tropidonotus
piscator. J. Parasitol. 72,194.

K. M. Diesling (1835). “Versuch einer Monographie der Gattung Pentastoma”.


Annalen des Wiener Museums der NAturgeschiechte. 1: 1-32.

Koch, A., M. Auliya, A. Schmitz, U Kuch & W Böhme. 2007. Morphological


Studies on the Systematics of South East Asian Water Monitors (Varanus
salvator Complex): Nominotypic Populations and Taxonomic Overview.
Advances in Monitor Research III. 109-180.

Koehsler M, Walochnik J, Georgopoulos M, Pruente C, et al. 2011. Linguatula


serrata Tongue Worm in Human Eye, Austria.

Lurenti, JN. 1768. Specimen Medicum Exhibens Synopsin Repitilium Emen


datum cum Experiments etwa Venena et Antidota Repitilium Austriacorum.
Wien. 56p.

Lazo RF, Hidalgo E, Lazo JE, Berneo A, Llaguno M, et al. 1999. Ocular
linguatuliasis in Ecuador: Case report and morphometric study of the larva of
Linguatula serrata. Am J Trop Med Hyg 60: 405-409.

Liu Q, Jia-Xu Chen, Peter Steinmann, Xiao-Nong Zhou. 2010. Multi-host Model-
Based Identification of Armillifer agkistrodontis (Pentastomida), a New
Zoonotic Parasite from China.

Luxmoore, R., and Groombridge, B. 1990. „Asian Monitor Lizard. A Review od


Distribution, Status, Exploitation and Trade in Four Selected Species.
(CITIES Secretariat, World Conservation Monitoring Centre: Cambridge,
UK).

Nielssen AC, Hemmingsen W, Haugerud RE. 2002. Failure of two consecutive


annual treatments with invermectin to eradicate the reindeer parasite
(Hypoderma tarandi, Cephenemyia trompe and Linguatula artica) from an
islan in nirthen Norway. Rangifer. 22(2):115-122.

Nursahid, Rosek. 2004. Mengapa Satwa Liar Punah Pro Fauna Indonesia. Penerbit
Pro Fauna Ma, K.C, Qiu, M.H, and Rong, Y.L. 2002. Pathological
Differentiation of Suspected Cases of Pentatomiasis in China. Tro[ical
Medicine and International Health. 7(2):166-177.
Indonesia. Jakarta.

Paré, J. A. 2008. An Overview of Pentastomiasis in Reptiles and Other


Vertebrates. Journal of Exotic Pet Medicine. 17, 285-294.

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

Riley, J. 1983. Recent Advances In Our Understanding Of Pentastomid


Reproductive Biology. Parasitology. 86(04):59-83

Riley, J., & Henderson R. J. 1999. Pentastomids and the tetrapod


lung. Parasitology. 119, S89-S105.

Shine, R., P.S. Harlow, J.S. Keogh, and Boeadi. 1996. Commercial Harvesting
of Giant Lizards: The Biology of Water Monitors Varanus salvator in
Southern Sumatra. Biological Conservation. 77(2-3):125-134.

Sundar, S, B., Palanivelrajan, M., Kavitha, K, T., Azhahianambi, P., Jeyathilakan,


N., Gomathinayagam, S., Latha, B. R. 2015. Occurrence Of The Pentastomid
Porocephalus Crotali

Tappe, D., & Büttner D. W. 2009. Diagnosis of Human Visceral Pentastomiasis.


PLoS Neglected Tropical Diseases. 3(2), e320.

Uyeda, L. and E. Iskandar. 2014. Juvenile Varanus salvator Predation on a


Common Skink (Sphenomorphus sp.). International Varanid Interest Group.
University of Washington Seattle. USA.

Von Vaupel Klein, J.C., Charmantier – Daures, M, and Schram, F.R. 2015.
Treatise on Zoology – Anatomy, Taxonomy, Biology. Netherlands. Bill
Academy Publisher Leiden University. 5: 51-5

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Sampel Biawak Air
Kode Sampel Hasil Pemeriksaan
Subcutan Paru-paru
Sampel 1 - -
Sampel 2 - -
Sampel 3 - -
Sampel 4 - -
Sampel 5 - -
Sampel 6 - -
Sampel 7 - -
Sampel 8 - -
Sampel 9 - -
Sampel 10 - -
Sampel 11 - -
Sampel 12 - -
Sampel 13 - Positif
Sampel 14 - -
Sampel 15 - -
Sampel 16 - -
Sampel 17 - -
Sampel 18 - -
Sampel 19 - -
Sampel 20 - -
Sampel 21 - -
Sampel 22 - -
Sampel 23 - -
Sampel 24 - -
Sampel 25 - Positif
Sampel 26 - -
Sampel 27 - -
Sampel 28 - Positif
Sampel 29 - -
Sampel 30 - -
Sampel 31 - -
Sampel 32 - -
Sampel 33 - -
Sampel 34 - -
Sampel 35 - -
Sampel 36 - -
Sampel 37 - -
Sampel 38 - -

30

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1 Bahan pewarnaan preparat

Gambar 2 Semichen Acetic Carmine

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

Gambar 3 Gambaran makroskopis Pentastomida pada paru-paru

Gambar 4. Anatomi biawak

SKRIPSI IDENTIFIKASI PARASIT PENTASTOMIDA... ANDHIKA Y. S.

Anda mungkin juga menyukai