Anda di halaman 1dari 6

Yang Menggerakan Lempeng?

Dari bukti-bukti geofisika, gempa, dan percobaan laboratorium, para ilmuwan


secara umum setuju dengan teori Harry Hess yang menyatakan bahwa gaya
yang menggerakkan lempeng adalah gerakan lambat mantel yang panas dan
lunak yang berada tepat di bawah lempeng-lempeng. Ide  ini pertama sekali
ditemukan oleh geologis Inggris, Arthur Holmes pada tahun 1930, dan
kemudian mengilhami Harry Hess untuk berpikir tentang pergerakan dasar
samudera.
Holmes berspekulasi bahwa gerakan melingkar dari mantel yang mendukung
benua-benua mirip demgan sabuk konveyor. Akan tetapi, pada masa Wagener
mengusulkan teori Pergeseran Benua (Continental drift), kebanyakan ilmuwan
masih percaya bahwa bumi terdiri dari material padat dan tidak bergerak.
Sekarang, pengetahuan kita lebih baik. Pada tahun 1968, J. Tuzo Wilson
mengatakan dengan sangat jelas, “Bumi, – alih-alih kelihatan seperti patung
yang diam-, adalah benda yang hidup dan mobil”. Permukaan dan interior terus
bergerak. Di bawah lempeng litosfer, pada kedalaman tertentu mantel bumi
meleleh dan dapat mengalir, meskipun lambat, sebagai reaksi terhadap gaya-
gaya tunak yang diderita untuk jangka waktu yang lama. Layaknya materi padat
lain seperti baja, jika terekspos terhadap panas dan tekanan, dan bisa menjadi
melunak dan berubah  bentuk,  demikian juga yang terjadi dengan dengan
batuan padat dalam mantel bumi ketika mengalami panas dan tekanan di dalam
interior bumi dalam jangka jutaan tahun.

Atas: Gambar konseptual asumsi sel konveksi di dalam mantel. Di kedalam 700
km mantel bumi, lempeng yang tertekan ke dalam mantel akan melunak dan
meleleh, dan kehilangan bentuknya. Bawah: Sketsa yang menunjukkan sel
konveksi dapat dilihat waktu mendidihkan air atau sup. Analogi ini tentu saja
tidak memperhitungkan perbedaan yang sangat jauh dalam ukuran dan rasio
aliran dari sel-sel tersebut.

Batuan di bawah lempeng yang kaku dipercaya bergerak melingkar seperti


gerakan air atau soup ketika dipanaskan hingga mendidih. Soup yang panas naik
ke permukaan, menyebar hingga turun panasnya, dan akibatnya bergerak lagi ke
bawah, dan setelah memanas, naik lagi ke permukaan. Proses ini terjadi
berulang-ulang dan ilmuwan menyebutnya sel konveksi atau aliran konveksi.
Jika aliran konveksi di dalam pot mudah dilihat dan diteliti, proses yang sama di
dalam interior bumi sulit untuk diperlihatkan. Kita mengetahui bahwa konveksi
di dalam bumi berlangsung sangat, sangat lambat dibanding proses
mendidihkan soup, beberapa pertanyaan tidak terjawab muncul: Berapa sel
konveksi yang terjadi? Dimana dan bagaimana munculnya? Bagaimana
strukturnya?
Konveksi tak akan terjadi tanpa ada sumber panas. Panas di dalam bumi datang
dari dua sumber: uraian radio-aktif dan sisa-sisa panas. Penguraian radio-aktif,
proses spontan yang dipakai sebagai ”jam isotop” untuk menghitung umur
batuan, akan mengeluarkan energi dalam bentuk panas ketika inti sel dari
sebuah isotop (parent) kehilangan partikel-partikel untuk membentuk sebuah
isotop baru(daughter). Panas ini dengan lambat berpindah ke permukaan bumi.
Sisa-sisa panas (residual heat) adalah energi gravitasi yang tertinggal pada
masa-masa pembentukan bumi sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu. Bagaimana
dan mengapa pelepasan panas interior dan menjadi terkonsentrasi di daerah
tertentu untuk menghasilkam sel konveksi tetap menjadi misteri.
Hingga pada tahun 1990, penjelasan yang diterima untuk jawaban apa yang
menggerakkan lempeng tektonik menekankan konveksi di mantel, dan
kebanyakan ilmuwan tentang bumi percaya bahwa pergerakan dasar samudera
adalah mekanisme primer. Material dingin dan padat terkonveksi ke bawah dan
memanas, sedang material ringan naik karena gravitasi; pergerakan material ini
adalah bagian penting dari konveksi. Para ilmuwan menganggap intrusi magma
ke bubungan  menambah gaya-gaya konveksi dan ikut mendorong dan
memelihara pergerakan lempeng.Karenanya, proses subduksi dianggap
mekanisme sekunder, konsekuensi logis dari pergerakan dasar samudera.
Akan tetapi saat ini keadaan seolah berbalik. Ilmuwan lebih condong ke
pemikiran bahwa proses subduksi lebih penting dibanding pergerakan dasar
samudera. Professor Seiya Ueda (Universitas Tokai, Jepang), seorang pakar
terkemuka dunia di bidang lempeng tektonik, menyimpulkan dalam sebuah
seminar pada tahun 1994 bahwa “ subduksi….memainkan peranan yang sangat
fundamental dalam pembentukan fitur permukaan bumi” dan “menjalankan
mesin lempeng tektonik”. Tenggelamnya lempeng samudera yang dingin dan
lebih padat akibat gravitasi ke dalam zona subduksi – menarik keseluruhan sisa
lempeng—saat ini dianggap sebagai gaya penggerak lempeng tektonik.
Kita telah mengetahui gaya-gaya yang bekerja pada kedalaman interior bumi
menggerakkan lempeng, akan tetapi kita mungkin tidak akan mengerti tentang
detailnya. Saat ini, belum ada usulan  mekanisme yang menjelaskan faktor-
faktor pergerakan lempeng; dikarenakan gaya-gaya ini terkubur di sangat jauh
di dalam bumi, dan tidak ada mekanisme yang dapat menguji secara langsung. 
Fakta bahwa lempeng tektonik sudah bergerak di masa lalu dan terus bergerak
hingga hari ini sudah tidak diperdebatkan lagi, akan tetapi rincian mengapa dan
bagaimana mereka  bergerak akan terus menjadi tantangan bagi para ilmuwan di
masa depan.

Nama-Nama Benua : Benua Sekarang ( benua Asia,


Amerika, Afrika, Eropa, Australia.

Teori yang mendukung pergeseran benua:


ZetaTalk menjelaskan bahwa yang terjadi dalam proses pemisahan benua-benua
bukanlah pergeseran benua (Continental Drift), melainkan perobekan benua
(Continental Rip).

Penjelasan ZetaTalk, 2001 (Terjemahan bebas)


"Pergeseran benua (Continental rip)--dan bukannya pergeseran benua
(continental drift)--lah yang terjadi selama pergeseran-pergeseran kutub, yang
terjadi di sepanjang Laut Atlantik.
 Jejak perobekan (sesar) Laut Atlantik--yang meliuk seperti huruf S--
menuju ke daratan (membagi daratan-daratan). Liukan sesar itu adalah
wilayah yang tengah ditarik-tarik (dicengkeram) oleh medan magnet Planet
X/Nibiru.
Sebelum pergeseran itu terjadi, ada ketegangan dan penarikan pesisir pantai ke
bawah ke kedua sisinya. Pantai Timur AS di wilayah selatan New England akan
menderita selama pergeseran kutub, bukan hanya karena populasinya yang
padat tapi juga akibat pelebaran umum ini yang dialami lempeng-lempeng di
bawah Samudera Atlantik, selama ketegangan kerak bumi (lempeng tektonik -
pen.) yang terjadi jauh sebelum pergeseran kutub. Dengan kerak bumi yang
menolak terbelah, daratan di tepian-tepian Samudera Atlantik ditarik ke bawah. 

Semakin dekat (wilayah itu) ke garis khatulistiwa, gerakannya semakin kuat. Ini


akan membenamkan kepulauan Inggris ke bawah air, juga di sepanjang
tenggara AS, di tingkat penganjlokan kedalaman yang luar biasa yang tak
mungkin terbayangkan oleh para penduduknya. 
Negara-negara bagian New England akan terlontar ke atas selama pergeseran
kutub, akibat perobekan cepat di St. Lawrence Seaway, yang telah terbelah
sebelum pergeseran kutub, dimana negara-negara bagiannya di bagian selatan
akan ditarik ke bawah air laut sebelum pergeseran kutub. Seluruh
semenanjungnya, dari Pennsylvania tengah ke arah utara, akan terlontar, namun,
karena berada di tepian drama ini, Pennsylvania akan mendapati jari-jari
kakinya di dalam air sedangkan kepalanya di atas air." 
New England

Mengenai rotasi Bumi :

Anda mungkin juga menyukai