Anda di halaman 1dari 67

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN TEKNOLOGI

DALAM PEMBELAJARAN ONLINE PAUD SELAMA PANDEMI

TRINITA ANGGRAINI
9909817026

Tesis yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


untuk Mendapatkan Gelar Magister

MAGISTER PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
IMPLEMENTASI PENGGUNAAN TEKNOLOGI
DALAM PEMBELAJARAN ONLINE PAUD SELAMA PANDEMI

TRINITA ANGGRAINI
9909817026

MAGISTER PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING
DI PERSYARATKAN UNTUK SEMINAR PROPOSAL

Pembimbing I Pembimbing II

Ade Dwi Utami, M.Pd., Ph.D Dr. Phil. Zarina Akbar, M.Psi.
Tanggal : Tanggal :

Mengetahui,
Koordinator Program S2 PAUD
Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

Dr. Nurbiana Dhieni, M.Psi


Tanggal :

Nama : Trinita Anggraini


No.Registrasi : 9909817026
Angkatan : 2017
8
9
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................5
A. Latar Belakang.......................................................................................................5
B. Fokus Penelitian..................................................................................................10
C. Pertanyaan Penelitian...........................................................................................10
D. Tujuan Penelitian.................................................................................................11
E. Manfaat Penelitian...............................................................................................11
F. Kebaruan Penelitian.............................................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................17
A. Penggunaan Teknologi pada Anak Usia Dini.....................................................17
B. Pembelajaran Jarak Jauh Sebelum Pandemi........................................................19
C. Pembelajaran Online............................................................................................24
1. Definisi Pembelajaran Online......................................................................24
2. Jenis Pembelajaran Online...........................................................................26
3. Kelebihan Pembelajaran Online...................................................................27
4. Kekurangan Pembelajaran Online................................................................28
D. Kesiapan Melaksanakan Pembelajaran Online....................................................30
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................35
A. Waktu dan Partisipan Penelitian..........................................................................35
B. Metode Penelitian................................................................................................35
C. Sumber Data Penelitian.......................................................................................37
D. Metode Pengumpulan Data..................................................................................38
E. Teknik Analisis Data...........................................................................................40
F. Keabsahan Data...................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................45
LAMPIRAN...................................................................................................................53

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data: Model Interaktif..........................41

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian Relevan Terdahulu 12


Tabel 2.1 Model Generasi Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pendidikan 23
Tabel 3.1 Perbedaan Pembelajaran Online Berdasarkan Jenisnya 26

iii
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyebaran covid-19 yang begitu cepat telah membawa perubahan yang

signifikan bagi seluruh aspek kehidupan manusia di seluruh dunia, salah satunya

adalah aspek pendidikan. UNESCO menyebutkan bahwa untuk meminimalisir

penyebarannya virus ini negara-negara yang telah membuat kebijakan untuk

menghentikan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di sekolah sejak

februari 2020. Data UNESCO menunjukkan bahwa 2 April 2020 merupakan

puncak masalah pendidikan akibat covid-19 ini. Terdapat setidaknya 169 negara

dengan 1.598.099.008 (91,3%) siswa dari seluruh dunia pada tingkat pendidikan

anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah atas (SMA) yang terkena

dampak pandemi ini. Data tersebut mengalami penurunan sebesar 30% pada 2

Agustus 2020 atau sekitar 106 negara dengan 1.058.824.335 (60,5%) siswa dari

seluruh dunia yang masih merasakan dampaknya (UNESCO, 2020).

Indonesia pun merasakan hal yang sama, Mendikbud mengatakan kondisi

pandemi COVID-19 tidak memungkinkan kegiatan belajar mengajar berlangsung

secara normal. Terdapat ratusan ribu sekolah ditutup untuk mencegah

penyebaran, sekitar 68 juta siswa melakukan kegiatan belajar dari rumah, dan

sekitar empat juta guru melakukan kegiatan mengajar jarak jauh (Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2020).

Keputusan bersama 4 Menteri (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri) tentang

“Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tahun Ajaran 2020/2021 di Masa

1
2

Pandemi Covid-19” menjelaskan bahwa wilayah dengan zona hijau dapat kembali

melakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka mulai tahun ajaran baru

2020/2021 mulai senin 13 Juli 2020 sacara bertahap dengan menjaga jarak dan

penerapan protokol kesehatan yang ketat. Adapun ketentuan “Pembelajaran tatap

muka pada jenjang PAUD formal (TK, RA, dan satuan pendidikan sederajat

lainnya) dapat memulai masa transisi paling cepat bulan November atau 2 bulan

setelah tahap kedua (pelaksanaan daring untuk SD) (Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2020). Meskipun pada kenyataannya dan sekolah tidak di

perbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka hingga Juni 2021 ini karena

COVID-19 hingga saat ini terus menyebar, bahkan muncul varian baru yang di

klaim WHO sebagai varian yang semakin kuat.

Penutupan sekolah yang tidak mengizinkan kontak langsung ini membawa

perubahan dan tantangan baru bagi dunia pendidikan di Indonesia, dimana

seluruh jenjang pendidikan dipaksakan melaksanaan pembelajaran dari rumah

secara online. Beberapa upaya telah pemerintah lakukan, diantaranya adalah

dengan diterbitkannya Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan

Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease

2019 sejak 24 Maret 2020 (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020).

Namun, ketentuan-ketentuan proses belajar dari rumah yang ditetapkan

kemendikbud untuk puluhan juta anak yang tersebar dari sabang sampai marauke

ini menjadi polemik. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh

merupakan tugas raksasa yang sangat kompleks dan sulit untuk pemerintah

Indonesia, melihat banyaknya keluhan baik dari guru, siswa, dan juga orangtua

diantaranya:
3

1. Pembelajaran. Siswa lebih sulit memahami materi karena hanya diberikan

video atau tugas secara online, tidak ada interaksi antara guru dengan siswa

ataupun siswa dengan siswa selama pembelajaran jarak jauh ini (Sadikin &

Hamidah, 2020);

2. Alat penunjang. Tidak semua guru dan siswa memiliki alat penunjang

seperti computer, laptop, dan gadget;

3. Kuota. Meski sudah terjangkau jaringan internet, tingginya biaya yang

harus dikeluarkan untuk membeli kuota pun banyak di keluhkan siswa dan

orangtua;

4. Jaringan internet. Masih banyaknya daerah yang belum terjangkau oleh

jaringan internet yang mendukung (Dwiputra, 2020; Iswinarno, 2020;

Sadikin & Hamidah, 2020);

5. Guru. Perubahan cara belajar yang mendadak membuat banyak guru

mengaku belum mampu mengkoordinasi jalannya PJJ secara efektif karena

tidak adanya pengalaman dan pelatihan tentang ini sebelumnya (Ramayanti,

2020; Saubani, 2020);

6. Anak. Siswa mengaku sulit berkonsentrasi, mudah bosan, dan sulit

memahami pembelajaran. Penggunaan gadget tanpa pendampingan juga

sangat besar kemungkinanan nya membuat anak usia dini terdistraksi untuk

bermain game atau menonton video (Puspita Sari & Asma Mitsalia, 2016),

7. Orangtua. Belajar dari rumah menuntut orang tua untuk ikut berpartisipasi

aktif dalam proses belajar anak, dan ini nyatanya membuat orangtua cukup

stress dengan anak pun tidak dapat dihindari. Keluhan terkait anak terlalu

santai atau bahkan tidak mau mengerjakan tugas, orangtua yang tidak

paham pelajaran anak, tugas yang diberikan guru terlalu banyak, dan masih
4

banyak lagi (Saubani, 2020), karena anak usia dini memang membutuhkan

pendampingan lebih dari orangtua (Dwiputra, 2020).

Penelitian pendahuluan skala kecil yang telah dilakukan penulis dikota

Bandar Lampung (zona hijau) menemukan adanya pro dan kontra terkait

penutupan beberapa sekolah PAUD. Hasil penelitian skala kecil yang peneliti

lakunkan menunjukkan bahwa: 1) para orangtua menengah kebawah (pendapatan

rendah) dan para orangtua yang keduanya bekerja masih banyak yang meminta

sekolah untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Sehingga tidak heran, saat ini

sudah cukup banyak sekolah PAUD di Bandar Lampung yang tetap melakukan

pembelajaran tatap muka seminggu sekali sampai dua kali sejak Juli 2020.

Bahkan dinas pendidikan dan kebudayaan Kota Bandar Lampung pada bulan Juni

2021 ini sedang melakukan survey kesiapan PAUD dalam Kegiatan Belajar

Mengajar Tatap Muka.

Hasil wawancara penulis dengan para guru dalam penelitian pendahuluan

skala kecil sebelumnya juga mendapati bahwa pelaksanaan pembelajaran tatap

muka dilakukan karena kurangnya fasilitas pendukung dan tuntutan oleh para

orangtua, adapun beberapa alasan orangtua meminta dibukanya sekolah PAUD

ini adalah sebagai berikut: 1) Orangtua merasa tidak sabar saat mengajari anak,

dimana beberapa merasa cukup stress harus mengurus rumah tangga sekaligus

mendampingi anak mengerjakan tugas; 2) Orangtua dan guru belum terbiasa

dengan penggunaan gadget untuk kegiatan belajar mengajar anak; 3) Orangtua

dan guru beranggapan bahwa “harusnya tidak masalah sekolah dibuka kembali,

buktinya perkantoran dan tempat umum saja sudah dibuka pemerintah”; 4)

Orangtua pekerja merasa tidak bisa mendampingi pembelajaran jarak jauh anak
5

karena mereka harus masuk kerja secara fulltime di kantor setiap hari; 5)

Orangtua dan guru beranggapan bahwa “pembelajaran daring ini tidak tepat untuk

PAUD karena anak usia dini perlu belajar di sekolah, bermain dan bersosialisasi

bersama teman-temannya secara tatap muka langsung langsung”; 6) Orangtua dan

guru beranggapan bahwa “penggunaangadget banyak memberikan dampak buruk

pada anak”.

Berdasarkan 6 point diatas, peneliti tertarik untuk meneliti point 2 dengan

alasan perkembangan teknologi yang begitu pesat di era revolusi industri 4.0 ini

telah memberikan banyak dampak positif yang mempermudah segala aktivitas

kehidupan manusia dan menjadi penikmat teknologi. Survei terakhir APJII

(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) juga menjelaskan bahwa

sepanjang tahun 2017 pengguna internet di Indonesia (di atas 13 tahun)

mengalami pertumbuhan, dari total 262 juta jiwa, sebanyak 143,26 juta (54,68%)

orang dari populasi Indonesia saat ini sudah dapat mengakses internet. Data

tersebut mengalami peningkatan sekitar 9,5juta pada tahun 2018, pada akhir

tahun 2019 ini pengguna internet di Indonesia menembus angka 175,4 juta (64%)

dari total penduduk 272 juta (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia,

2019). Di pastikan akan terus meningkat pada 2020, khususnya karena wabah

virus covid-19 ini yang menuntut kita untuk tetap menjaga jarak.

Mendukung hal tersebut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem

Makarim mengatakan "Teknologi dari hari ke hari semakin tidak bisa dipisahkan

dari dunia pendidikan, sehingga mengembangkan platform pendidikan

nasionalberbasis teknologi dan menjadikan digitalisasi sekolah adalah salah satu

prioritas dari Merdeka Belajar” (Tribunnews, 2021).


6

Dengan demikian, berdasarkan latar belakang di atas peneliti merasa

penggunaan teknologi di PAUD sangatlah penting untuk anak usia dini

menyambut era digital 4.0, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan kajian

secara mendalam dan spesifik tentang “Implementasi Penggunaan Teknologi

dalam Pembelajaran Online PAUD Selama Pandemi”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka pernyataan

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi pembelajaran online di PAUD selama pandemi?

2. Bagaimana implementasi penggunaan teknologi untuk pembelajaran online

di PAUD?

3. Apa sajakah teknologi yang digunakan guru selama mengajar PAUD

sebelum masa pandemi?

4. Apa sajakah teknologi yang digunakan guru selama mengajar PAUD

selama masa pandemi?

5. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

pembelajaran daring pada anak usia dini di masa pandemi ini?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka

yang menjadi tujuan umum penelitian ini adalah untuk melihat persepsi guru

tentang penggunaan TIK dari sudut pandang dan pengalaman guru selama

melakukan pembelajaran daring di masa, sedangkan tujuan khususnya adalah:


7

1. Mengetahui cara guru mengimplementasi pembelajaran online di PAUD

selama pandemi

2. Mengetahui cara guru mengimplementasi penggunaan teknologi untuk

pembelajaran online di PAUD

3. Mengetahui macam-macam teknologi yang digunakan guru selama mengajar

PAUD sebelum masa pandemi.

4. Mengetahui macam-macam teknologi yang digunakan guru selama mengajar

PAUD selama masa pandemi.

5. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

pembelajaran online pada anak usia dini di masa pandemi ini.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka

manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Kegunaan Teoritis

Berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu pendidikan

khususnya tentang penggunaan teknologi dan pembelajaran daring pada

anak usia dini.

b. Kegunaan Praktis

a. Bagi Guru dan Sekolah PAUD.

Dapat menjadi bahan pertimbangan tentang positif dan negatif

pelaksanaan pembelajaran jarak jauh pada anak usia dini.

b. Bagi Orangtua dan Masyarakat Umum.


8

Dapat menambah pengetahuan orang tua selaku pendidik pertama bagi

anak tentang pentingnya memperhatikan pendidikan anak kapanpun,

termasuk di masa pandemi seperti saat ini.

c. Bagi Peneliti dan Pemerintah

Dapat menjadi data awal untuk melakukan penelitian lanjutan atau

membuat kebijakan terkait pembelajaran jarak jauh.

E. Kebaruan Penelitian

Penelitian ini ingin mengeksplorasi tentang implementasi guru dalam

menggunakan teknologi dalam pembelajaran online di masa pandemi. Berikut

adalah beberapa penelitian terdahulu terkait penggunaan teknologi pada anak usia

dini dan pembelajaran daring di yang mendukung penelitian “Penggunaan

teknologi dalam pembelajaran online Sebelum, Selama, dan Setelah Masa

Pandemi” ini:

Tabel 1.1 Penelitian Relevan Terdahulu


(Nama
Penulis Judul
Negara Sample Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
Terbit)
(Brown, Examining Amerika 20 Guru Guru menganggap iPad
Englehardt, preservice Serikat dan aplikasinya
& Mathers, teachers' merupakan hal yang
2016) conceptual menarik, namun sumber
and practical daya dan pengalaman
understandin pelatihan guru yang
gs of berbeda merupakan
adopting penghambat untuk
iPads into mengadaptasi iPad ke
their teaching dalam pembelajaran.
of young Guru yang terbiasa
children mengajar siswa
pasifmasih ragu untuk
menggunakan iPad
dalam pembelajarandan
sebagian besar guru
cukup kesulitan
9

menentukan apakah
aspek permainan dalam
ipad mengarah pada
pembelajaran.
(Neumann, Young Inggris 4 Orang tua dan guru
Merchant, & children and Utara, Orangtua memiliki perspektif positif
Burnett, tablets: the Inggris dan 2 tentang penggunaan tablet
2018) views of Guru pada anak nya sebagai
parents pendidikan yang penting.
and teachers Para orang tua dan guru
sangat ingin agar anak
mereka tidak ketinggalan
dalam
perkembanganteknologi
(Mertala, Teachers’ Dunia 35 1) Kepercayaan guru
2019) beliefs about (Banyak Penelitian dalam penggunaan
technology Negara) Empiris teknologi menimbulkan
integration in pro dan kontra
early dalamPAUD; 2)
childhood kepercayaan guru dalam
education: penggunaan teknologi
A meta- dipengaruhi oleh
ethnographic pendidikan, status sosial,
al synthesis pelatihan yang didapat,
of qualitative serta lingkungan budaya,
research dan pengalaman pribadi.
(Peas, 2019) Positive and Georgia, 84 Siswa 1) Efek positifnya adalah
Negative Amerika kemampuan untuk belajar
Influences of Serikat tentang budaya dan
Technology praktik lain yang berbeda
in Early dari lingkungan
Childhood terdekatnya, dan persiapan
Classrooms: untuk beradaptasi dengan
A Qualitative teknologi, karena kita
Study semakin bergantung pada
teknologi. 2) Efek
negatifnya adalah
kurangnya keterampilan
sosial untuk berinteraksi
dengan orang lain, dan
obesitas karena gaya
hidup seperti bermain di
dalam rumah yang
membuat anak kurang
melakukan gerak fisik.
(Alea, Teachers’ Filipina 2300 Korelasi antara lokasi
Fabrea, Covid-19 Guru dan geografis guru dan
Roldan, & Awareness, Dosen kesadaran terhadap
Farooqi, Distance COVID-19 tidak
2020) Learning menunjukkan adanya
10

Education hubungan. Namun, lokasi


Experiences geografis guru sangat
and berkorelasi dengan
Perceptions kesiapan untuk
towards beradaptasi dengan
Institutional pembelajaran jarak jauh
Readiness (PJJ). Lamanya
and pengalaman mengajar
Challenges dan profesionalisme
sangat erat kaitannya
dengan kesiapan PJJ.
Selain itu, jenis kelamin
guru, lama pengalaman
mengajar, dan lokasi
geografis memiliki
perbedaan yang
signifikan dengan
kesiapan mereka untuk
PJJ.
(Novianti & Penggunaan Riau, 254 Tujuan orang tua
Garzia, Gadget pada Indonesia Orangtua memberikan gadget pada
2020) Anak Usia dasarnya positif (supaya
Dini; pintar dan tidak rewel),
Tantangan namun 40% anak
Baru menurut orangtua
Orang Tua menjadi ketergantungan
Milenial dan mengamuk jika tidak
diberikan gadget.
(Rahmawati Penggunaan Bogor, 122 Hasil menunjukkan
& Latifah, Gawai, Indonesia Keluarga bahwa tingginya
2020) Interaksi Ibu ketergantungan pada
Anak, dan gawai dapat menurunkan
Perkembangan perkembangan sosial
Sosial emosional anak,
Emosional sedangkan tingginya
Anak interaksi ibu-anak dapat
Prasekolah meningkatkan
perkembangan sosial
emosional anak.
(Satrianingr Persepsi Guru Padang, 7 Guru Tantangan pelaksanaan
um & Dampak Indonesia pembelajaran daring di
Prasetyo, Pandemi rumah akibat dampak
2021) Covid-19 dari pandemi COVID-19
terhadap adalah kurang
Pelaksanaan memadainya sarana dan
Pembelajaran prasarana, kurang
Daring di maksimalnya
PAUD penyampaian materi,
beban pembelian kuota
internet, koneksi internet
11

yang tidak stabil, gaya


belajar yang cenderung
visual, serta kurangnya
kontrol oleh guru.
(Wulandari Pencapaian Surakarta, 46 Guru Hampir sebagian besar
& Purwanta, Perkembangan Indonesia pencapaian
2021) Anak Usia perkembangan anak pada
Dini di TK beberapa aspek selama
selama pembelajaran daring
Pembelajaran mengalami penurunan
Daring saat selama pembelajaran
Pandemi daring di masa pandemi.

Berdasarkan sintesis di atas, diketahui bahwa penelitian tentang topik

pelaksanaan pembelajaran online di jenjang PAUD merupakan topik update yang

sudah banyak dilakukan di masa pandemi ini. Penelitian terdahulu sudah banyak

yang membahas pembelajaran daring terkait jenis, model, tantangan guru

melaksanakan pembelajaran daring, studi kasus ataupun evaluasi terkait proses

pembelajaran, serta pengaruh atau hasil dari pembelajaran daring terhadap

perkembangan anak. Namun saya belum menemukan penelitian yang fokus

terhadap penggunaan teknologi dalam pembelajaran online pada guru PAUD.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

peneliti memfokuskan pada penggunaan teknologi sebagai alat, dimana “di era

yang berbeda, alat yang digunakanpun akan berbeda. Penelitian ini penting

dilakukan, mengingat pesatnya perkembangan teknologi saat ini hampir

membantu seluruh aspek kehidupan manusia. Setelah membaca jurnal

internasional, penggunaan teknologi yg tepat dan terfasilitasi seharusnya

membantu dan memudahkan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti

ingin melihat apakah guru PAUD lulusan S1 PAUD di Bandar Lampung yang

sudah merasakan pembelajaran online dan pembelajaran tatap muka secara


12

terbatas juga merasakan bahwa lebih mudah mengajar menggunakan teknologi?

atau malah merasa kesulitan.


13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Manusia pada hakikatnya selalu ingin berkembang, hal ini dibuktikan dengan

terciptanya teknologi-teknologi baru yang bertujuan untuk mempermudah segala

aktivitas manusia. Tidak diragukan lagi, teknologi memainkan peran penting dalam

setiap bidang kehidupan manusia hingga menjadi lebih mudah, murah, dan cepat

(Anggraini & Maulidya, 2020; Raja & Nagasubramani, 2018). 

Sejarah teknologi dan Pendidikan mencatat bahwa peran teknologi dalam

pendidikan sudah ada sejak 2500 tahun yang lalu, dimana sebelum ada teknologi

seseorang belajar dengan cara mendengarkan pidato, ceramah, atau komunikasi lisan

kemudian menghafalkannya. Perkembangan tulisan berbentuk symbol awalnya di

lakukan di atas batu, hingga akhirnya manusia menemukan kertas dan pena untuk

menulis aksara dan angka (Bates, 2015). Belum puas sampai disitu, untuk lebih

mempermudah kegiatan belajar mengajar manusia terus mengembangkan teknologi

untuk membuat kegiatan belajar lebih mudah dengan di ciptakannya komputer, printer,

proyektor, robot, internet, dan beberapa aplikasi pembelajaran jarak jauh (Oppen

Colleges, 2020).

A. Penggunaan Teknologi pada Anak Usia Dini

Pada era revolusi industri 4.0, anak usia dini saat ini sudah terbiasa dengan

penggunaan teknologi. Pada anak usia 0-2 tahun, gadget sebenarnya sudah tidak

memiliki fungsi penting dan berdampak positif bagi mereka (Srinahyanti, Wau,

Free, Manurung, & Arjani, 2019). Survey yang dilakukan Northwestern

University pada orangtua anak usia 0-8 tahun menunjukkan bahwa masih banyak

orang tua tidak keberatan, bahkan mendukung penggunaan gadget. Survei ini juga
14

menjelaskan bahwa orangtua percaya bahwa penggunaan media gadget memiliki

dampak negatif dan positif, yaitu dampak negatif terhadap kemampuan fisik,

sosial, focus, dan tingkah laku, namun juga memiliki dampak positif yang

terhadap kemampuan membaca, matematika, dan kreatifitas (Wartella, Rideout,

Lauicella, & Connell, 2014). Berbeda dengan pernyataan di atas, penelitian lain

meneliti pandangan dari 109 orang tua anak pra-sekolah Australia berusia 3–5

tahun dan menemukan bahwa hanya 35% orang tua percaya bahwa anak-anak

harus memiliki akses ke tablet di rumah tetapi lebih banyak orang tua (53%)

percaya bahwa tablet harus tersedia di prasekolah. Meskipun bersifat spekulatif,

ada dugaan bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh persepsi orang tua bahwa

rumah harus menjadi tempat untuk kegiatan yang lebih tradisional seperti

bermain di luar ruangan dan fisik dan sekolah harus mendukung pembelajaran

anak-anak di dunia digital (Neumann, 2014).

Penelitian lain di Skotlandia Tengah juga menunjukkan bahwa orang tua

dari anak usia dini umumnya memiliki pandangan positif dalam penggunaan

teknologi dalam mendukung pembelajaran, bahkan orangtua tidak sabar melihat

perkembangan kompetensi anak-anak mereka dalam menggunakan teknologi

yang diperlukan untuk masa depan (Plowman, Stevenson, McPake, Stephen, &

Adey, 2011). Mendukung pernyataan di atas, beberapa penlitian menjelaskan

bahwa TIK dalam pendidikan kontemporer juga menawarkan potensi untuk

memberikan kegiatan kreatif dan komunikatif bagi anak-anak. Oleh karena itu,

penting untuk menarik perhatian pendidik ke masalah ini tentang cara

menyediakan lingkungan online yang aman dan sehat yang sesuai untuk anak-

anak, untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan pemahaman mereka

tentang teknologi untuk pembelajaran di abad ke-21 (Edwards et al., 2018; Kim,
15

2020; Manches & Plowman, 2017). Meskipun masih banyak penelitian terkini

yang menunjukkan bahwa orangtua di negara maju yang saat ini mendukung

penggunaan teknologi pada anak usia dini, namun American Academy of

Pediatrics (AAP) sejak 2011 telah mengeluarkan Policy Statement tentang

penggunaan media pada anak. Policy Statement tersebut merekomendasikan agar

para orang tua mempertimbangkan penggunaan teknologi untuk anak karena di

lihat secara potensial memiliki dampak negatif yang cukup besar (American

Academy of Pediatrics, 2011). Rekomendasi APP di atas bisa menjadi bahan

pertimbangan orang tua pada masa pandemi seperti saat ini, mengingat interaksi

langsung antar individu sangat di batasi sehingga para orangtua tidak dapat

menjauhkan anak usia dini dari teknologi-teknologi untuk dapat belajar.

B. Pembelajaran Jarak Jauh Sebelum Pandemi

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) sendiri merupakan sistem yang sudah ada

sejak pertengan abad 18 dengan menggunakan teknologi untuk pelaksanaan

pembelajarannya, mulai dari teknologi paling sederhana hingga terkini. Dimulai

dengan konferensi audio melalui telpon yang telah ditemukan pada akhir tahun

1870-an, tapi sistem konferensi audio tidak pernah menjadi alat pendidikan utama

dalam pendidikan jarak jauh karena tingginya biaya panggilan telepon analog

untuk banyak pengguna, meskipun konferensi audio telah banyak digunakan

untuk hal diluar sekolah. Seiring berkembangnya teknologi, konferensi video

menggunakan sistem kabel telah digunakan sejak tahun 1980-an. Perkembangan

video compression technology dan pertimbangan biaya sistem video yang relatif

rendah di awal tahun 2000-an menyebabkan munculnya sistem pengambilan


16

rekam untuk perkuliahan secara lokal pada tahun 2008 (Chen, He, Jin, & Wu,

2020).

Pembelajaran jarak jauh menggunakan video di masa pandemi saat ini terus

berkembang menjadi pembelajaran online yang dapat dilakukan dengan adanya

akses internet, khususnya karena dapat menampilkan kelas yang semakin luas dan

secara nyata tidak terhalang oleh jarak dan waktu. Taylor (Belawati, 2019)

membedakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam

pembelajaran jarak jauh terbagi menjadi lima model generasi, yaitu: Model

Korespondensi, Model Multi Media, Model Telekonferensi, Model Pembelajaran

Fleksibel, dan Model Pembelajaran Fleksibel yang Cerdas.

Generasi pertama adalah Model Korespondensi. Teknologi generasi

pertama yang dimanfaatkan dalam pendidikan jarak jauh adalah teknologi cetak

(print). Pemanfaatan teknologi cetak ini telah melahirkan banyak buku dan bahan

pembelajaran lainnya. Generasi ini juga melahirkan model pendidikan jarak jauh

model korespondensi yang telah berlangsung sejak pertengahan abad 18. Model

pendidikan jarak jauh dengan menggunakan model korespondensi ini dilakukan

dengan cara mengirimkan bahan belajar tercetak melalui pos. Sesuai dengan

namanya, interaksi antara pengajar dan pembelajar dilakukan secara

korespondensi (Belawati, 2019).

Generasi kedua adalah Model Multi Media. Penggunaan multi media dalam

pendidikan jarak jauh dimulai pada akhir era tahun 1960-an hingga tahun 1980-

an. Pengertian multi media disini adalah kombinasi pemanfaatan berbagai jenis

media untuk menyampaikan materi pembelajaran, yang meliputi bahan tercetak

dan audio-visual (kaset audio dan video), serta bentuk media belajar berbasis

komputer. Pada era ini interaksi antara guru dan siswa dilakukan terbatas melalui
17

surat ataupun melalui telepon. Pada generasi inilah terlahir model pendidikan

terbuka pada jenjang perguruan tinggi yang kemudian dikenal dengan istilah

universitas terbuka (open university) pertama, yaitu the British atau the United

Kingdom Open University (dikenal dengan sebutan the Open University) di

Milton Keynes Inggris pada tahun 1969 (Belawati, 2019).

Generasi ketiga adalah Model Telekonferensi. Pada era ini, teknologi telah

lebih maju sehingga pendidikan jarak jauh telah dilakukan dengan menggunakan

interaksi langsung baik melalui audio maupun video konferensi. Selain itu, pada

generasi ini juga mulai dilakukan penyampaian materi ajar melalui siaran radio

dan televisi. Tentu saja pemanfaatan media telekonferensi dan siaran ini

dikombinasikan juga dengan pemanfaatan media belajar generasi sebelumnya,

baik yang tercetak maupun terekam (Belawati, 2019).

Generasi keempat adalah Model Pembelajaran Fleksibel. Penggunaan

model ini pada dasarnya memanfaatkan berbagai media yang telah dimanfaatkan

pada era-era sebelumnya tetapi dilengkapi dengan pemanfaatan internet (kita

kenal www atau world-wide-web). Interaksi pembelajaran sudah dilakukan secara

fleksibel baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan

media komunikasi online. Model ini memungkinkan desain pembelajaran yang

lebih fleksibel karena tidak selalu terkendala dengan masalah waktu, tempat, serta

juga kecepatan individu dalam belajar. Pada generasi pemanfaatan teknologi

generasi inilah lahir berbagai istilah pembelajaran berbasis teknologi seperti e-

Learning, online learning, ubiquitous learning, distributed learning, cyber

learning, virtual learning dan sejenisnya. Dan ketika teknologi bergerak (mobile

technology) kemudian juga berkembang dan melahirkan berbagai perangkat yang

bersifat mobile seperti komputer tablet dan smartphone(Belawati, 2019).


18

Generasi kelima adalah Model Pembelajaran Fleksibel yang Cerdas. Hal

yang membedakan model ini dengan model sebelumnya adalah sistem online

yang di dalamnya melibatkan basis data serta otomatisasi respon terhadap

pembelajar. Pemanfaatan teknologi dengan basis data dan otomatisasi respon ini

sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan admistrasi pendidikan dan secara

langsung berdampak pada berkurangnya biaya penyelenggaraan pendidikan.

Dalam implementasinya, generasi kelima terus mberkembang sejalan dengan

perkembangan TIK yang luar biasa pesatnya, khususnya terkait dengan

perkembangan aplikasi, perangkat lunak, maupun perangkat kerasnya (Belawati,

2019).

F.Pembelajaran Online

1. Definisi Pembelajaran Online

Dalam Bahasa Indonesia pembelajaran online diterjemahkan sebagai

“pembelajaran dalam jaringan” atau “pembelajaran daring”. Pembelajaran

online pada dasarnya adalah merupakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang

proses belajar mengajarnya dilakukan dalam dan dengan bantuan jaringan

internet (Belawati, 2019). Pembelajaran online merupakan pembelajaran

yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas,

fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi

pembelajaran (Firman & Rahman, 2020).

Pembelajaran online adalah proses pendidikan yang berlangsung

melalui Internet sebagai bentuk pendidikan jarak jauh (Kim, 2020).

Pembelajaran online ini adalah bentuk pendidikan jarak jauh untuk

memberikan pengalaman belajar bagi siswa (baik anak-anak maupun orang


19

dewasa) untuk tetap mengakses pembelajaran dari manapun disaat siswa

memiliki berbagai alasan untuk tidak dapat menghadiri sekolah, pelatihan,

perguruan tinggi atau universitas secara tatap muka (Singh & Thurman,

2019; Watts, 2016; Yilmaz, 2019).

Pembelajaran online adalah pembelajaran yang dapat dilakukan dari

jarak jauh sehingga tidak bergantung pada lokasi fisik yang harus sama dan

dengan demikian pembelajaran online dinilai dapat meningkatkan

kesempatan tingkat partisipasi belajar bagi siswa yang terkendala jarak

(Yildiz & İşman, 2016; Yilmaz, 2019). Pendapat lain menjelaskan bahwa

pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran yang dilakukan secara

online atau tanpa bertatap muka secara langsung dimanapun dan kapanpun

menggunakan platform yang dapat membantu proses belajar mengajar

(Handarini & Wulandari, 2020). Berikut adalah beberapa karakteristik

pempelajaran online (Sri Anita, 2020), diantaranya:

a. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik;

b. Memanfaatkan media komputer, seperti jaringan komputer (computer

network) atau digital media;

c. Menggunakan materi pembelajaran untuk dipelajari secara mandiri

(Self learning materials);

d. Materi pembelajaran dapat disimpan di komputer sehingga dapat

diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang

bersangkutan memerlukannya;

e. Memanfaatkan komputer untuk proses pembelajaran dan juga untuk

mengetahui hasil kemajuan belajar, atau administrasi pendidikan serta


20

untuk memperoleh informasi yang banyak melalui berbagai sumber

informasi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran online

adalah proses belajar mengajar jarak jauh yang dapat dilakukan secara

fleksibel oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja menggunakan TIK

(teknologi, informasi dan komunikasi) dalam pelaksanaannya.

2. Jenis Pembelajaran Online

Pendidikan jarak jauh melalui online terbagi menjadi 2, yaitu

asynchronous dan synchronous. Berikut adalah beberapa perbedaan antara

pembelajaran asynchronous dan synchronous:

Tabel 3. 1 Perbedaan Pembelajaran Online Berdasarkan Jenisnya


Asynchronous Synchronous
Pengaturan Disesuaikan dengan tiap Dilakukan hanya sekali
Waktu individu dengan waktu dan waktu sesuai jadwal.
fleksibel.
Penyampaia Pemberian tugas, video, Interaksi tatap muka
n audio atau podcast yang secara langsung.
perlu di tanggapi.
Peran Guru Siapkan materi Mengajar dan berinteraksi
pembelajaran, web atau secara langsung dengan
aplikasi untuk berdiskusi, siswa.
dan menjadi fasilitator
antar siswa.
Contoh Email, Google Classroom, Zoom Meeting, Skype,
Platform Google Doc. Blackboard, Google Hangout, dll.
dll
Sumber : Kim, 2020
21

Pembelajaran sinkron terjadi melalui konferensi audio atau video

dengan umpan balik langsung. Pembelajaran jenis ini sama seperti kelas

tatap muka secara nyata, namun dapat dilakukan oleh siswa yang tidak

dapat hadir di sekolah karena terhalang jarak, waktu, dan hal lainnya.

Sedangkan pembelajaran asinkron terjadi ketika siswa dapat memilih waktu

mereka sendiri untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Materi juga dapat

diulang berkali-kali, sehingga anak dapat belajar sesuai dengan

kecepatannya masing-masing. Pada pembelajaran ini, siswa dapat log-in

untuk absen, berkomunikasi dengan guru, dan menyelesaikan aktivitas

sesuai jangka waktu yang telah guru tentukan.

3. Kelebihan Pembelajaran Online

Sejak merebaknya pandemi yang disebabkan oleh virus corona, salah

satu alternatif pengganti pembelajaan tatap muka di sekolah yang paling

cocok untuk mendukung pelaksanaan social distancing adalah dengan

pelaksanaan pembelajaran secara daring atau online.

Berikut adalah kelebihan-kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran online

(Yildiz & İşman, 2016), diataranya:

a. Fleksibel.

Pembelajaran online membuat siswa dapat menyelesaikan tugasnya

kapan saja dan dari mana saja, asalkan terhubung dengan koneksi

internet dan memiliki perangkat komputer atau smartphone. Hal ini

memungkinkan bagi siswa untuk mengatur jadwal belajarnya tanpa

harus terjebak dalam kelas yang dijadwalkan sehingga anak dapat

belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing.

b. Hemat waktu dan tenaga.


22

Pembelajaran jarak jauh biasanya dapat diselesaikan sesuai jadwal

peserta didik sendiri. Waktu yang digunakanpun relatif lebih cepat

karena siswa tidak perlu menghabiskan waktu dan tenaga untuk

perjalanan pulang dan pergi dari rumah ke sekolah. Sehingga siswa

dapat menggunakan waktunya untuk menyelesaikan pembelajaran

online sambil melakukan kegiatan atau belajar hal lain diluar

akademik untuk meningkatkan keterampilan dan menunjang

pengalaman siswa.

c. Hemat Biaya.

Pembelajaran online umumnya lebih hemat biaya daripada

pelaksanaan pembelajaran secara tatap muka di sekolah. Karena

hanya membutuhkan kuota internet, maka pembelajaran online dapat

menjadi salah satu cara untuk mengurangi biaya dan tenaga bensin

atau transportasi umum untuk perjalanan pulang dan pergi dari rumah

ke sekolah. Selain itu juga pembelajaran online juga dapat

mengurangi biaya pembelian buku dan alat tulis untuk, serta

menghemat biaya makan di luar rumah yang cukup mahal.

d. Jangkauan Luas.

Masih banyak tempat tinggal yang memiliki sedikit atau tidak

memiliki sekolah atau perguruan tinggi sama sekali. Pembelajaran

jarak jauh secara online ini sangat luas sehingga memungkinkan

siswa untuk dapat belajar atau mendapatkan ilmu dari tempat yang

jauh. Siswa dapat menemukan sekolah daring yang mengajarkan

pendidikan umum yang bagus atau hanya suatu bidang khusus

tertentu saja.
23

4. Kekurangan Pembelajaran Online

Seperti program-program pendidikan yang baru diterapkan lainnya,

pembelajaran jarak jauh hadir dengan sejumlah pro dan kontra. Adapun

kontra terjadi karena pembelajaran online dinilai memiliki beberapa

kekurang, diantaranya (Wedenoja, 2020; Yildiz & İşman, 2016) adalah:

a. Kurangnya interaksi sosial secara langsung.

Pembelajaran online sangat berbeda dengan kursus tradisional,

mesipun siswa dan pengajar masih mampu dapat berinteraksi di ruang

obrolan, platform, dan melalui email ataupun konferensi video tetapi

pengalamannya akan sangat berbeda dengan pembelajaran tradisional

yang berinteraksi secara langsung.

b. Adanya kecurangan

Penilaian dinilai kurang objektif, karena dalam pembelajaran online

siswa sangat mungkin dibantu oleh orang lain atau melakukan

kecurangan lainnya.

c. Fokus dan motivasi kurang

Tidak semua orang merasa ideal untuk pembelajaran online,

khususnya yang memiliki masalah dengan motivasi, suka menunda

dan membutuhkan banyak perhatian individu dari seorang instruktur.

Sebuah studi di universitas nirlaba besar menemukan bahwa siswa

yang mengambil kursus online memiliki nilai yang lebih rendah

dibandingkan dengan siswa yang mengambil kursus yang sama secara

langsung.

d. Perlunya adaptasi dengan teknologi baru.


24

Masih banyak masyarakat di daerah yang kesulitan untuk

mendapatkan akses internet dan belum memiliki computer atau

smartphone. Selain itu anak kecil juga memiliki keterbatasan untuk

menggunakan fitur-fitur platform sehingga memerlukan keterlibatan

dan pengawasan dari orang dewasa.

e. Bersifat terbatas

Tidak semua dapat dilakukan secara online, khususnya pelajaran yang

lebih bersifat kelompok atau kolaborasi dan praktik. Seperti saat

mengajarkan anak usia dini berenang atau melakukan percobaan di

laboraturium, tata boga yang perlu percobaan memasak secara

langsung, atau bidang keperawatan dan kedokteran yang perlu bekerja

langsung dengan pasien.

f. Kebijakan tidak mendukung

Di Indonesia sendiri masih banyak pimpinan sekolah yang kurang

mendukung pembelajaran onlineproses kegiatan belajar dan ekstra

kurikuler yang diwajibkan bagi siswa.

C. Kesiapan Melaksanakan Pembelajaran Online

Kedatangan COVID-19 yang tidak terduga dan kebutuhan yang hampir

dalam semalam untuk memindahkan pengiriman program secara online di setiap

tingkat sekolah telah memperburuk penerapan teknologi digital yang sudah tidak

merata (McQuirter, 2020). Sebuah jurnal menyebutkan bahwa terlalu sedikit

dukungan yang di dapat guru dalam mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan yang dibutuhkan untuk menerapkan strategi baru (Siegel, Acharya,

& Sivo, 2017) dalam pembelajaran online karena kemungkinan dibatasi oleh
25

perbedaan lingkungan sosial dan keterbatasan material setiap sekolah, guru, dan

orang tua siswa.

Hasil sebuah penelitian mendapatkan para guru terpaksa melaksanakan

pembelajaran online dan mencoba platform-platform yang paling nyaman.

Eksperimen-eksperimen dilakukan dengan segala kekurangan dan kelebihan

dengan penyesuaian kurikulumnya (Zakariyah & Hamid, 2020). Penelitian lain

mendapati bahwa guru dan instruktur dalam pendidikan pasca sekolah menengah

memiliki sedikit atau tidak pernah mengikuti pelatihan terkait pengajaran,

pedagogi, atau penelitian tentang pembelajaran sebelum pandemi. Bahkan banyak

guru sekolah kekurangan pelatihan yang memadai untuk menghadapi teknologi

yang berubah dengan cepat . Senada dengan pernyataan di atas penelitian lain

(Syafi’i, Sa’diyah, Wakhidah, & Umah, 2020) menyebutkan bahwa:

“Guru saat ini dihadapkan dengan berbagai platform dan alat digital yang
selalu berubah dalam menyampaikan konten baru mereka. Guru melakukan
peralihan dari kegiatan model tatap muka ke platform online tanpa adanya
dukungan yang mudah diakses, pemodelan praktik terbaik, serta pelatihan
sebelumnya”.

Di negara maju, teknologi di era revolusi industri tentu lebih mempermudah

para pengajar untuk memberikan pembelajaran yang lebih menarik dengan

adanya berbagai variasi bentuk file (dokumen, audio, video). Guru juga dapat

melakukan interaksi melalui chat, dan melakukan evaluasi pembelajaran dengan

lebih mudah dimana pun dan kapan pun (Asmi, 2019). Berbeda dengan negara

yang sudah terbiasa menggunaakan teknologi dalam pembelajaran sehari-harinya,

peran teknologi dalam pendidikan di Indonesia mengalami banyak permasalahan

dan memiliki banyak hal yang perlu untuk di kaji terutama dalam

pemanfaatannya sebagai pembelajaran yang diterapkan saat ini.


26

Sebuah penelitian mendapati bahwa tantangan yang dirasakan oleh guru

dalam pelaksanaan pembelajaran daring ialah belum adanya kurikulum yang tepat

dalam situasi seperti saat ini, ketersediaan sarana dan prasarana yang belum

memadai teknologi dan jaringan internet serta kesiapan sumber daya manusia itu

sendiri, salah satunya pendidik. Sehingga dengan kondisi yang sedang dihadapi

mengharuskan tenaga pendidik dan guru untuk lebih adaptif serta inovatif.

Namun ditribusi guru yang tidak merata. membuat para guru di pedesaan yang

memiliki banyak keterbatasan lebih banyak menghadapi kendala (Satrianingrum

& Prasetyo, 2021).

NAEYC menjelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran online adalah

pembaruan utama dalam pendidikan anak usia dini. Pengambilan keputusan

dalam pelaksanaan pembelajaran online memerlukan pertimbangan inti, seperti

kesamaan pandangan bahwa mendapatkan pendidikan adalah hak seluruh

individu. Sehingga pembelajaran online perlu memperhatikan faktor-faktor tradisi

dan nilai budaya tiap keluarga yang berbeda-beda serta berbagai aspek yang lebih

luas, seperti sosial, ras, ekonomi, sejarah, dan politik budaya di lingkungan

tempat tinggal individu (NAEYC, n.d.). NAEYC juga menyatakan bahwa perlu

adanya buku panduan yang di siapkan terkait berbagai alat teknologi yang dapat

dimanfaatkan untuk pembelajaran dan pengembangan. Lebih lanjut, NAEYC

menyatakan bahwa tanpa panduan, penggunaan teknologi bisa menjadi tidak

pantas atau bahkan mengganggu pembelajaran dan pengembangan (NAEYC &

the Fred Rogers Center for Early Learning and Children’s Media at Saint Vincent

College, 2012).

Terkait dengan pernyataan di atas, sebuah jurnal menyebutkan bahwa

berikut adalah hal-hal yang perlu dipahami dan disadari oleh pemangku
27

kepentingan pendidikan dalam pelaksanaan pembelajaran online (Zakariyah &

Hamid, 2020) antara lain:

1. Guru

Guru harus sadar bahwa peran guru untuk mentransfer pengetahuan dapat

di gantikan oleh teknologi mesin yang lebih canggih, karena saat ini ilmu

pengetahuan apapun sudah bisa dicari melalui internet. Peran lain harus

diambil guru untuk mengimbangi teknologi yang tidak mengetahui nilai

baik dan buruk saat transfer pengetahuan tanpa filter ini.

2. Sekolah

Sekolah harus siap menghadapi tantangan dari perubahan beradaban,

dimana manusia saat ini cenderung tidak bisa lepas dari teknologi dalam

segala aktifitasnya. Terbukti, dampak covid-19 saat ini membuat guru dan

siswa cukup diam di rumah memainkan laptop atau gadget untuk

melaksanakan pembelajaran dari jarak jauh. Sekolah perlu merombak

manajemen pegelolaan pendidikan untuk mengimbangi perubahan yang

sangat cepat ini.

3. Pemerintah

Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan

kebijakan yang berkaitan dengan sistem pendidikan nasional. Semua

lembaga pendidikan harus taat dan patuh terhadap aturan yang ditetapkan,

untuk tetap dapat mencapai tujuan yang sama dalam upaya membangun

bangsa.

Kesiapan seluruh elemen memang di perlukan dalam masa transisi ke

pembelajaran daring ini, namun guru merupakan pelaku utama yang memiliki
28

peranan penting untuk memastikan seluruh anak memiliki HP dan akses internet

agar pembelajaran jarak jauh yang efektif dan menyenang di masa pandemi ini

berhasil dan berjalan dengan lancar. Adapun peran penting guru dalam

pelaksanaan daring diantaranya:

1. Secara aktif berkomunikasi dan melibatkan orangtua atau pengasuh anak;

2. Memberikan pelatihan terkait mekanisme pelaksanaan daring(baik

menggunakan e-mail, Whatsapp, Google classroom, panggilan telepon atau,

video konferensi, dll);

3. Memberikan informasi tugas dengan rinci dan jelas,

4. Menyediakan materi pembelajaran interaktif dengan topik yang dekat

dengan cara yang mudah diterima oleh anak; 5) menyediakan produk dan

sumber daya yang dapat dikerjakan anak sendiri ataupun bersama orangtua;

5. Memberikan orang tua atau pengasuh parenting secara bertahap tentang

kesehatan, perkembangan anak, psikologi anak, dll (Australian Institute for

Teaching and School Leadership, 2020).


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Partisipan Penelitian

Penelitian ini akan dilasanakan akan dilaksanakan selama empat bulan

(dengan rincian satu bulan masa persiapan, dua bulan turun lapangan, satu bulan

pengolahan atau pelaporan) di Kota Bandar Lampung dengan partisipan adalah

alumni laki-laki lulusan S1 Pendidikan Guru PAUD salah satu universitas negeri

di Lampung yang saat ini mengajar di PAUD guru PAUD di Bandar Lampung

yang sudah merasakan pembelajaran online dan pembelajaran tatap muka secara

terbatas

Alasan pemilihan partisipan ini adalah karena para lulusan S1 khususnya

jurusan Pendidikan Guru PAUD karena di nilai sudah memenuhi kualifikasi

akademik dan menguasai konsep dan metode keilmuan, teknologi, atau seni yang

relevan dengan pembelajaran untuk PAUD.

G. Metode Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman guru

dalam melaksanaan pembelajaran daring dan menghadapi tantangan yang di

hadapi. Selain itu, penelitian ini juga ingin melihat persepsi guru di masa

mendatang tentang penggunaan TIK dari sudut pandang dan pengalaman guru

selama melakukan pembelajaran daring di masa pandemi ini. Oleh karena itu

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan

metode narative inquiry karena beberapa alasan.

Pertama, metode penelitian naratif ini dapat mengeksplorasi perasaan, ide,

persepsi, pendapat, atau kepercayaan responden dalam bentuk naratif yang sulit
30

untuk diukur, dinilai, atau dianalisis menggunakan angka atau metode penelitian

kuantitatif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2016) mengatakan bahwa penelitian

kualitatif juga sangat berguna dalam mengumpulkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Kedua, pertanyaan penelitian kualitatif seringkali dimulai dengan

bagaimana atau apa, sehingga metode penelitian kualitatif dengan metode naratif

adalah pendekatan terbaik ketika mengkaji pengalaman seseorang karena

penelitian kualitatif bersifat tentatif, dimana fokus dan pertanyaan penelitian

dapat berubah dan disempurnakan selama peneliti di lapangan (Anggraini,

Riswandi, & Sofia, 2017).

Ketiga, Penelitian ini membutuhkan eksplorasi, kajian, dan gambaran utuh

yang faktual dan mendalam terhadap kisah atau pengalaman hidup seseorang

guna memperoleh pemahaman tentang apa yang terjadi, mengapa terjadi, dan apa

akibat yang terjadi untuk individu guru ataupun pembelajaran. Creswell

mengatakan bahwa “The narrative approach attempts to capture “the detailed

stories or life experiences” and gather “personal reflections of events and their

causes and effects from a single individual or a small number of individuals”

(Creswell, 2007; Malisa Komolthiti, 2016).

Berdasarkan beberapa alasan di atas, peneliti ingin mengkaji dan

memperoleh gambaran seutuhnya secara faktual dan mendalam tentang

kepercayaan guru terhadap penggunaan teknologi dalam pembelajaran PAUD,

maka penelitian ini dilakukan dengan metode narative inquiry tanpa melakukan

manipulasi data yang diperoleh.


31

H. Sumber Data Penelitian

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data

yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, yaitu:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer penelitian ini berupa data-data dan informasi

yang diperoleh langsung dari subjek penelitian atau disebut para informan

kunci, yaitu guru dengan kode G1, G2, G3, G4 dan seterusnya.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder penelitian ini berupa data-data dan informasi

penunjang tambahan yang berasal dari berbagai sumber atau literatur,

seperti teori dari buku teks, majalah atau publikasi ilmiah, serta hasil

penelitian dari penelitian terdahulu. Data sekunder pendukung yang

digunakan pada penelitian ini adalah rekaman audio wawancara, serta foto

atau video implementasi pembelajaran online (baik zoom, google meet),

serta dokumen pribadi guru atau dokumen resmi sekolah yang dapat

memperkaya data.

I. Metode Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran.

Data tersebut bisa berasal dari naskah wawancara (kode W), catatan lapangan

(kode CL), foto, video, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi

lainnya (kode D). Dan untuk mendapatkan data yang terpercaya, penelitian

kualitatif ini menggunakan data wawancara sebagai data utama. Wawancara

sendiri adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua
32

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan

yang diwawancara (interviewee) yang menjawab pertanyaan. Patton membagi

wawancara menjadi tiga bentuk, yaitu a) wawancara pembicaraan informal, b)

wawancara dengan petunjuk umum, dan c) wawancara baku terbuka (Moleong,

2016).

Bentuk wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara semi terstruktur, yaitu menggunakan pertanyaan terstruktur yang

disajikan dengan urutan dan isi pertanyaan yang sama untuk setiap responden

namun bersifat fleksibel yang memungkinkan adanya pertanyaan tambahan.

Bentuk ini digunakan untuk memfokuskan topik wawancara dan mengurangi

kemungkinan variasi pertanyaan saat peneliti mengumpulkan informasi mengenai

dampak teknologi dalam pelaksanaan pembelajaran daring sehari-hari di PAUD.

Peneliti selama penelitian ini akan mengumpulkan data untuk membuat

suatu gambaran kompleks dengan meneliti kata-kata dari para responden dengan

menggunakan teknik bola salju (snowball sampling) untuk menggali informasi

secara mendalam. Identifikasi awal dengan teknik ini dimulai dari seseorang atau

kasus yang masuk dalam kriteria penelitian. Kemudian berdasarkan hubungan

keterkaitan langsung maupun tidak langsung dalam suatu jaringan, dapat

ditemukan responden berikutnya atau unit sampel berikutnya. Demikian

seterusnya proses sampling ini berjalan sampai didapatkan informasi yang cukup

dan jumlah sampel yang memadai dan akurat untuk dapat dianalisis guna menarik

kesimpulan penelitian (Nurdiani, 2014)

Data-data atau fakta pendukung lainnya yang juga akan peneliti kumpulkan

adalah berupa surat, foto ataupun video pelaksanaan daring, serta dokumen resmi

pendukung lainnya yang dimiliki sekolah baik yang telah berlalu ataupun yang
33

baru terjadi. Surat, foto ataupun video pelaksanaan daring, serta dokumen resmi

ini akan peneliti dokumentasikan sebagai bukti pendukung pernyataan responden,

atau jika data belum bisa diperoleh peneliti melalui metode wawancara.

Peneliti pada penelitian kualitatif ini merupakan instrumen penelitian,

dimana kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, dimana

peneliti harus menjadi perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis,

penafsir data, sekaligus menjadi pelapor hasil penelitiannya (Moleong, 2016).

Kehadiran dan keterlibatan peneliti diketahui secara terbuka oleh partisipan

dengan mempertimbangkan beberapa persyaratan terkait kode etis penelitian,

diantaranya:

1. Persyaratan Informasi: Sebelum wawancara berlangsung, responden sudah

diberitahu terkait tujuan wawancara dan informasi yang mereka berikan

hanya akan digunakan dalam laporan penelitian ini.

2. Persyaratan Persetujuan: Semua informasi yang dilaporkan sudah

mendapatkan persetujuan dari pihak terkait. Responden bersifat sukarela, dan

peserta sudah diberitahu bahwa setiap saat mereka memiliki hak untuk

membatalkan atau mengakhiri partisipasi, dan data dari wawancara akan

dihancurkan jika responden tidak berkenan.

3. Persyaratan Kerahasiaan: Seluruh nama responden dan identitasnya akan

dijaga kerahasiaannya dan tidak akan di sebarkan, sehingga laporan akan

bersifat anonim dan hanya menggunakan kode untuk mengenali pendapat

dari orang yang berbeda.


34

J. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistimatis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dengan mudah untuk dipahami,

dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan

dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan

sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, serta membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain

(Bogdan & Biklen, 2007). Sedangkan menurut Moloeng, analisis data dalam

penelitian kualitatif adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Ia juga

menjelaskan bahwa kegiatan analisis data adalah mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberi kode, dan mengategorikan. Pengorganisasian dan

pengelolaan data tersebut bertujuan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja

yang selanjutnya dapat diangkat menjadi teori substantif (Moleong, 2016).

Berdasarkan pandangan teoritis di atas, dalam penelitian ini yang dimaksud

analisis data adalah proses mencari, mengolah, mengurutkan, menjabarkan dan

menyimpulkan hasil pengumpulan data (seperti wawancara, catatan lapangan, dan

bahan lainnya) agar hasil penelitian mudah dipahami dan diharapkan dapat

menghasilkan teori baru.

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan konsep yang

dikembangkan oleh Miles dan Huberman, yaitu analisis data yang terdiri dari tiga

alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan. Ketiga alur tersebut adalah: 1)

Reduksi data, 2) Penyajian data, dan 3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi


35

(Miles & Huberman, 2014). Ketiga rangkaian kegiatan analisis data ini

merupakan model interaktif seperti dalam skema berikut:

Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data: Model Interaktif

Penjelasan dari ketiga kegiatan dalam analisis data model Miles dan

Hubermen (Miles & Huberman, 2014), diringkas sebagai beriktu:

1. Reduksi Data.

Reduksi data adalah proses pemilahan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini dilakukan selama

pengumpulan data berlangsung, berlanjut sampai sesudah penelitian

lapangan, bahkan sampai penyusunan laporan penelitian. Reduksi data

merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data

dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya

dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi data dapat membantu memberikan

kode kepada aspek-aspek tertentu, sehingga reduksi data sama dengan

kategorisasi, yaitu kegiatan melakukan pengkodean atau koding.

2. Penyajian Data.
36

Penyajian data adalah kegiatan yang mencakup penyajian matriks atau

tabel, networks atau peta konsep, flowchart, diagram, dan berbagai bentuk

representasi visual lainnya. Melalui penyajian atau display, gagasan dan

interpretasi peneliti menjadi lebih jelas dan permanen sehingga

memudahkan berpikir. Display data memiliki tiga fungsi, yaitu:

menyederhanakan data, menyimpulkan interpretasi peneliti terhadap data,

dan menyajikan data tampil secara menyeluruh. Display data maksudnya

adalah sekumpulan informasi sistematis yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat

penyajian data akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang

harus dilakukan lebih jauh menganalisis atau mengambil tindakan

berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian

tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi.

Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah upaya untuk mencari makna

terhadap data yang dikumpulkan. Kegiatan ini dilakukan dengan mencari

pola, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya.

Dalam proses penarikan kesimpulan, rumusan kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila didukung

oleh bukti-bukti baru yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.


37

K. Keabsahan Data

Moleong mengatakan bahwa keabsahan data adalah konsep penting yang

diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibitas) menurut

versi “positivisme” dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria, dan

paradigmanya sendiri. Dan untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data

diperlukan teknik pemeriksaan. Lebih lanjut, Moleong menjelaskan bahwa

pelaksanaan teknik pemeriksaan dan pengecekan keabsahan data didasarkan pada

kriteria, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (tranferability),

kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2016).

Peneliti melakukan pemeriksaan dan pengecekan keabsahan data yang

diperoleh guna memelihara tingkat kepercayaan hasil penelitian. Sebagaimana

dijelaskan dalam prosedur penelitian, bahwa proses analisis data telah

berlangsung sejak awal, yaitu sejak pengamatan dan pencatan di lapangan,

bahkan sampai pada tingkat perumusan kesimpulan-kesimpulan atau verifikasi

yang bersifat deskriptif maupun proposional-pun masih terikat pada data awal.

Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

 Triangulasi Sumber Data.

Triangulasi dengan sumber berarti mengecek kembali data yang telah

terkumpul di waktu berbeda dalam metode kualitatif. Hasil triangulasi

sumber ini bukanlah kesamaan pendapat para responden, karena yang

terpenting disini adalah mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan adanya

perbedaan (Moleong, 2016). Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah

guru laki-laki yang merupakan alumni S1 Pendidikan Guru PAUD di salah

satu universitas negeri di Lampung.


38

 Triangulasi Teori.

Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis
statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif
teori dan penelitan terdahulu yang relevan untuk menghindari bias individual
peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Triangulasi teori dapat
meningkatkan kedalaman pemahaman dengan cara menggali teori secara
mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

Alea, L. A., Fabrea, M. F., Roldan, R. D. A., & Farooqi, A. Z. (2020). Teachers’
Covid-19 Awareness, Distance Learning Education Experiences and
Perceptions towards Institutional Readiness and Challenges. International
Journal of Learning, Teaching and Educational Research, 19(6), 127–144.
https://doi.org/10.26803/ijlter.19.6.8
American Academy of Pediatrics. (2011). Media Use by Children Younger Than
2 Years. https://doi.org/10.1542/peds.2011-1753
Anggraini, T., & Maulidya, E. N. (2020). Dampak Paparan Pornografi Pada Anak
Usia Dini. Al-Athfaal: Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 45–
55. https://doi.org/https://doi.org/10.24042/ajipaud.v3i1.6546
Anggraini, T., Riswandi, & Sofia, A. (2017). Pendidikan Seksual Anak Usia
Dini : Aku dan Diriku. Jurnal Pendidikan Anak, 3(2). Retrieved from
jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PAUD
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2017). Infografis Penetrasi &
Perilaku Pengguna Internet Indonesia: Survey 2017.
Australian Institute for Teaching and School Leadership. (2020). What Works in
Online Distance Teaching and Learning. Retrieved September 15, 2020,
from Australian Institute for Teaching and School Leadership website:
https://www.aitsl.edu.au/research/spotlight/what-works-in-online-distance-
teaching-and-learning#nav-pt7
Bates, A. W. (2015). Teaching in a Digital Age: Guidelines for Design Teaching
and Learning. In Quarterly Review of Distance Education. Ontario: BC
Campus.
Belawati, T. (2019). Pembelajaran Online (1st ed.). Banten: Universitas Terbuka.
Bogdan, R., & Biklen, S. K. (2007). Qualitative Research for Education: An
Introduction to Theories and Methods (5th ed.). Pearson.
Brown, C. P., Englehardt, J., & Mathers, H. (2016). Examining preservice
teachers’ conceptual and practical understandings of adopting iPads into their
teaching of young children. Teaching and Teacher Education, 60, 179–190.
https://doi.org/10.1016/j.tate.2016.08.018
40

Chen, Z., He, T., Jin, X., & Wu, F. (2020). Learning for Video Compression.
IEEE Transactions on Circuits and Systems for Video Technology, 30(2),
566–576. https://doi.org/10.1109/TCSVT.2019.2892608
Creswell, J. W. (2007). Qualitative inquiry & research design: Choosing among
five approaches (2nd ed.). Thousand Oaks, California: Sage Publications.
Dwiputra, K. O. (2020). Dampingi Anak yang Belajar Online Memang Penuh
Tantangan. Retrieved August 3, 2020, from
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3641505/penuh-tantangan-ini-
alasan-ortu-harus-dampingi-anak-belajar-online
Edwards, S., Benitez, A. M., Henderson, M., Nolan, A., Skouteris, H., &
Plowman, L. (2018). Teacher Practices for Building Young Children’s
Concepts of The Internet Through Play-Based Learning. Educational
Practice and Theory, 40(1), 29–50. https://doi.org/10.7459/ept/40.1.03
Firman, & Rahman, S. R. (2020). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi
Covid-19. Indonesian Journal of Educational Science, 2(2). Retrieved from
https://doi.org/10.31605/ijes.v2i2.659
Handarini, O. I., & Wulandari, S. S. (2020). Pembelajaran Daring Sebagai Upaya
Study From Home (SFH) Selama Pandemi Covid 19. Jurnal Pendidikan
Administrasi Perkantoran, 8(3), 496–503.
Iswinarno, C. (2020). Guru dan Murid Tak Punya Smartphone, Belajar Daring
Terkendala di Siberut - Bagian 1. Retrieved August 2, 2020, from Suara.com
website: https://www.suara.com/news/2020/06/05/230553/guru-dan-murid-
tak-punya-smartphone-belajar-daring-terkendala-di-siberut?page=all
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Surat Edaran Nomor 4 Tahun
2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat
Penyebaran Coronavirus Disease (Covid- 19). Indonesia.
Kim, J. (2020). Learning and Teaching Online During Covid-19: Experiences of
Student Teachers in an Early Childhood Education Practicum. International
Journal of Early Childhood, 52(2), 145–158. https://doi.org/10.1007/s13158-
020-00272-6
Malisa Komolthiti. (2016). Leadership Journeys: A Narrative Research Study
Exploring Women School Superintendent’s Meaning-Making Of Leadership

40
41

Development Experiences (Northeastern University). Retrieved from


https://docplayer.net/59331580-Leadership-journeys-a-narrative-research-
study-exploring-women-school-superintendent-s-meaning-making-of-
leadership-development-experiences.html
Manches, A., & Plowman, L. (2017). Computing Education in Children’s Early
Years: A Call for Debate. British Journal of Educational Technology, 48(1),
191–201. https://doi.org/10.1111/bjet.12355
McQuirter, R. L. (2020). Lessons on Change: Shifting to Online Teaching during
COVID-19. Brock Education: A Journal of Education Research and
Practice, 29(2), 47. https://doi.org/10.26522/brocked.v29i2.840
Mertala, P. (2019). Teachers’ beliefs about technology integration in early
childhood education: A meta-ethnographical synthesis of qualitative
research. Computers in Human Behavior, 101(August), 334–349.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2019.08.003
Miles, M. B., & Huberman, M. (2014). Analisis data kulitatif. Jakarta: UI Press.
Moleong, L. J. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
NAEYC. (n.d.). Core Considerations to Inform Decision Making. Retrieved
February 22, 2021, from NAEYC website:
https://www.naeyc.org/resources/position-statements/dap/core-considerations
NAEYC, & the Fred Rogers Center for Early Learning and Children’s Media at
Saint Vincent College. (2012). Technology and Interactive Media as Tools in
Early Childhood Programs Serving Children from Birth through Age 8.
Children, (January), 1–15. Retrieved from
http://www.naeyc.org/positionstatements
Neumann, M. M. (2014). An examination of touch screen tablets and emergent
literacy in Australian pre-school children. Australian Journal of Education,
58(2), 109–122. https://doi.org/10.1177/0004944114523368
Neumann, M. M., Merchant, G., & Burnett, C. (2018). Young children and
tablets: the views of parents and teachers. Early Child Development and
Care, 1–12. https://doi.org/10.1080/03004430.2018.1550083
Novianti, R., & Garzia, M. (2020). Penggunaan Gadget pada Anak; Tantangan

41
42

Baru Orang Tua Milenial. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, 4(2), 1000. https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i2.490
Nurdiani, N. (2014). Teknik Sampling Snowball Dalam Penelitian Lapangan
(Vol. 5).
Oppen Colleges. (2020). The Evolution of Learning Technologies. Retrieved
November 19, 2020, from Oppen Colleges website:
https://www.opencolleges.edu.au/informed/evolution-of-learning-
technologies#
Peas, J. S. (2019). Positive and Negative Influences of Technology in Early
Childhood Classrooms : A Qualitative Study. Northcentral University.
Plowman, L., Stevenson, O., McPake, J., Stephen, C., & Adey, C. (2011). Parents,
preschoolers, and learning with technology at home: some implecations for
policy. Journal of Computer Assisted Learning, 27(4), 1–12.
https://doi.org/10.1111/j.1365
Puspita Sari, T., & Asma Mitsalia, A. (2016). Pengaruh Penggunaan Gadget
terhadap Personal Sosial Anak Usia Pra Sekolah di TKIT Al Mukmin .
Jurnal Pofesional Islam, 13(2). https://doi.org/10.26576/PROFESI.124
Rahmawati, M., & Latifah, M. (2020). Penggunaan Gawai, Interaksi Ibu-Anak,
Dan Perkembangan Sosial-Emosional Anak Prasekolah. Junal Ilmu
Keluarga & Konsumen, 13(1), 75–86.
Raja, R., & Nagasubramani, P. C. (2018). Impact of Modern Technology. Journal
of Applied and Advanced Research, 3(1), 33–35.
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.21839/jaar.2018.v3S1.165 ISSN
Ramayanti, F. (2020). Guru Minta Kemdikbud Benahi Masalah Pembelajaran
Jarak Jauh. Retrieved August 2, 2020, from cnnindonesia.com website:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200509095010-20-501561/guru-
minta-kemdikbud-benahi-masalah-pembelajaran-jarak-jauh
Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah
Covid-19. Biodik: Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, 6(2), 109–119.
https://doi.org/10.22437/bio.v6i2.9759
Satrianingrum, A. P., & Prasetyo, I. (2021). Persepsi Guru Dampak Pandemi
Covid-19 terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Daring di PAUD. Jurnal

42
43

Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini , 5(1), 633–640.


https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.574
Saubani, A. (2020). Murid Belajar di Rumah: Stres Orang Tua dan Kendala
Lainnya. Retrieved August 4, 2020, from republika.co.id website:
https://republika.co.id/berita/q7dlrn409/murid-belajar-di-rumah-stres-orang-
tua-dan-kendala-lainnya
Siegel, D., Acharya, P., & Sivo, S. (2017). Extending the Technology Acceptance
Model to Improve Usage & Decrease Resistance toward a New Technology
by Faculty in Higher Education. Journal of Technology Studies, 43(1), 58–
69. https://doi.org/10.21061/jots.v43i2.a.1
Singh, V., & Thurman, A. (2019). How Many Ways Can We Define Online
Learning? A Systematic Literature Review of Definitions of Online Learning
(1988-2018). American Journal of Distance Education, 33(4), 289–306.
https://doi.org/10.1080/08923647.2019.1663082
Sri Anita. (2020). Penerapan Pembelajaran dalam Jaringan (Daring) pada Anak
Usia Dini Selama Pandemi Virus Covid-19 di Kelompok A BA Aisyiyah
Timbang Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga. IAIN Purwokerto,
Purwokerto.
Srinahyanti, Wau, Y., Free, I., Manurung, U., & Arjani, N. (2019). Influence of
Gadget : A Positive and Negative Impact of Smartphone Usage for Early
Child. https://doi.org/10.4108/eai.3-11-2018.2285692
Syafi’i, I., Sa’diyah, C., Wakhidah, E. W., & Umah, F. M. (2020). Penerapan
Video Pembelajaran Daring Anak Usia Dini Pada Masa Pandemi COVID-19.
Al-Athfaal: Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak USia Dini, 3(2), 140–160.
UNESCO. (2020). Data School closures caused by Coronavirus (Covid-19).
Retrieved August 2, 2020, from
https://en.unesco.org/covid19/educationresponse
Wartella, E., Rideout, V., Lauicella, A. R., & Connell, S. L. (2014). Revised
Parenting in the Age of Digital Technology: A National Survey. Retrieved
from
http://static1.1.sqspcdn.com/static/f/1083077/22839022/1370380073813/PA
RENTING_IN_THE_AGE_OF_DIGITAL_TECHNOLOGY.pdf?

43
44

token5iO5vMItReCqjiGoPeIDR9eNAmOs%3D.
Watts, L. (2016). Synchronous and Asynchronous Communication in Distance
Learning: A Review of the Literature. Quarterly Review of Distance
Education, 17(1). Retrieved from https://eric.ed.gov/?id=EJ1142962
Wedenoja, L. (2020, April 29). What To Expect When You Weren’t Expecting
Online Classes. Retrieved December 6, 2020, from Rockefeller Institute of
Government website: https://rockinst.org/blog/what-to-expect-when-you-
werent-expecting-online-classes/
Wulandari, H., & Purwanta, E. (2021). Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini
di TK selama Pembelajaran Daring saat Pandemi COVID-19. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 452–462.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.626
Yildiz, E. P., & İşman, A. (2016). Quality Content in Distance Education.
Universal Journal of Educational Research, 4(12), 2857–2862.
https://doi.org/10.13189/ujer.2016.041220
Yilmaz, A. B. (2019). Distance and Face-To-Face Students’ Perceptions Towards
Distance Education: A Comparative Metaphorical Study. Turkish Online
Journal of Distance Education, 20(1). Retrieved from https://orcid.org/0000-
0002-9971-2440
Zakariyah, A., & Hamid, A. (2020). Kolaborasi Peran Orang Tua dan Guru dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Online di Rumah. Intizar,
26(1). Retrieved from http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar

44
45

45
LAMPIRAN
47

Link Lembar Persetujuan Online: https://cutt.ly/6uruPAUD

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sadar menyatakan bahwa bersedia atau
tidak bersedia terlibat dalam pengambilan data penelitian yang berjudul “Penggunaan
teknologi dalam pembelajaran online Sebelum, Selama, dan Sesudah Pandemi” ini.

No Jenis Keterlibatan Bersedia Tidak


Bersedia
1 Menjadi peserta studi dengan memberikan
informasi dengan sebenar-benarnya.
2 Difoto

3 Di rekam suara atau video

4 Bersedia memberikan dokumentasi pendukung


penelitian berupa dokumen, foto, atau video
pembelajaran daring bersama anak selama
pandemi

Sebagai bukti kebersediaan, berikut adalah data dan tanda tangan saya:
Nama Lengkap :
Tahun Lahir :
No. HP :
Pendidikan Terakhir :
Tahun Lahir :
Kategori Usia :

Tanda Tangan Responden

47
48

Link Lembar Persetujuan Online: https://cutt.ly/angket6uruPAUD

PEDOMAN WAWANCARA

Nama Responden:

Salam / Assalamualaikum Wr.Wb.

Selamat Pagi/Siang Bapak Guru.

Perkenalkan saya Trinita Anggraini, Mahasiswi S2 PAUD UNJ yg sedang melakukan


pengambilan data penelitian.

Sebelumnya bapak, sudah mengisi lembar persetujuan yang saya kirimkan dan bersedia
untuk menjadi responden penelitian ini ya pak?

Baik, sebelumnya saya akan jelaskan sedikit tentang penelitian ini, adapun tujuan
pengambilan data ini adalah untuk melihat persepsi guru tentang penggunaan TIK
selama pembelajaran daring di masa pandemi.

Saya sangat menghargai kesediaan Bapak untuk menjadi responden dalam penelitian
ini.

Semua informasi yang Bapak berikan, inshallah akan dijaga kerahasiaannya dan
sepenuhnya hanya akan digunakan hanya untuk pelaporan studi nantinya.

Oleh sebab itu, saya mengharapkan kesediaan bapak untuk menjawab pertanyaan
dengan spontan, jujur, dan apa adanya.

Baik, kita mulai ya pak?

Pertanyaan Wawancara:
(Umum)
1. Mengapa anda menjadi guru PAUD?
2. Sudah berapa lamakah anda mengajar di sekolah saat ini?
3. Sudah berapa lamakah anda menjadi guru PAUD secara keseluruhan?

(Pandangan guru tentang pembelajaran daring di masa pandemi)


4. Saat pertama kali ada keputusan pemerintah untuk melakukan pembelajaran daring,
apakah anda merasa kesulitan melaksanakannya?

48
49

5. Apakah saat ini anda dapat melaksanakan pembelajaran daring dengan nyaman
atau tanpa kendala?
6. Berapa lama anda membutuhkan waktu untuk dapat melaksanakan pembelajaran
daring dengan nyaman atau tanpa kendala?
7. Apakah pembelajaran daring mengubah cara guru mengajar?
Jika, iya apa yang berubah?
8. Menurut anda dengan di laksanakan nya pembelajaran daring ini, adakah peran
guru yang menjadi berkurang? Sebutkan!
9. Menurut anda dengan di laksanakan nya pembelajaran daring ini, adakah peran
guru yang menjadi bertambah? Sebutkan!
10. Berikutnya, saya akan membacakan keterampilan anak yang mungkin mengalami
perubahan selama proses pembelajaran secara daring. Tolong bapak guru jawab
dengan “Positif”, “Biasa Saja” atau “Negatif”.
Pertanyaan Positi Biasa Negatif
f Saja
21a Kemampuan Membaca
21 Kemampuan Menulis
b
21c Kemampuan Berbicara
21 Kemampuan Matematika
d
21e Kemampuan Sosial
21f Kemampuan Emosional
21 Kemampuan Fisik
g
21 Kemampuan Fokus/Konsentrasi
h
21i Kreatifitas / Seni
21j Tingkah Laku / Sopan Santun
Lainnya, sebutkan …

(Penggunaan teknologi dalam pembelajaran online sebelum masa pandemi)


11. Sebelum pandemi apakah anda memiliki pengalaman terkait pelaksanaan
pembelajaran online dalam pembelajaran PAUD?
12. Sebelum pandemi, perangkat teknologi apa sajakah yang anda gunakan di kelas?
o Handphone Android Tablet
o Kamera
o Laptop / PC
o Printer

49
50

o Proyektor
o TV
o Lainnya, sebutkan ….
13. Sebelum pandemi, aplikasi atau software apa yang anda gunakan selama
melaksanakan pembelajaran?
o Google Classroom
o Google Meet
o Telegram
o Web dari Pemerintah Daerah/Pusat, sebutkan …
o Whatsapp
o Youtube
o Zoom
o Lainnya, sebutkan …

(Penggunaan teknologi dalam pembelajaran online selama masa pandemi)


14. Selama pandemi, perangkat teknologi apa yang anda gunakan selama
melaksanakan pembelajaran?
o Handphone Android Tablet
o Kamera
o Laptop / PC
o Printer
o Proyektor
o TV
o Lainnya, sebutkan ….
15. Selama pandemi, aplikasi atau software apa yang anda gunakan selama
melaksanakan pembelajaran?
o Google Classroom
o Google Meet
o Telegram
o Web dari Pemerintah Daerah/Pusat, sebutkan …
o Whatsapp
o Youtube

50
51

o Zoom
o Lainnya, sebutkan …

(Faktor pendukung atau penghambat pembelajaran daring di masa pandemi)


[A. Pengembangan Profesional]
16. Apakah anda berpartisipasi dalam jaringan atau organisasi yang bertujuan
mengembangkan profesi (misal: Kelompok Kerja Guru, Pertemuan Gugus, IGTK,
HIMPAUD, dll)? Sebutkan …
17. Pernahkah anda berpatisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang saya sebutkan berikut
ini selama pandemi:
Pertanyaan Y Tidak
a
a Studi banding atau kunjungan ke lembaga PAUD lain
b Kursus atau Seminar terkait pembelajaran daring
c Pelatihan formal oleh rekan kerja atau orang luar terkait
pembelajaran daring
d Membaca materi professional (misal: hasil penelitian
atau buku terkait pembelajaran daring pada PAUD)
e Program perkenalan atau mentoring pendampingan
secara khusus terkait pembelajaran daring
f Apakah ada program lainnya (misal pelatihan online e-
guru.id), sebutkan
g Lainnya, sebutkan …

(B. Fasilitas/Penunjang Pembelajaran Daring)


18. Apakah fasilitas internet yang anda gunakan untuk pembelajaran daring? (Wifi
apa? Atau data selular mengguakan operator apa?)
19. Apakah jaringan internet yang anda gunakan selama pembelajaran daring pernah
memiliki kendala (seperti tidak ada sinyal, sinyal tidak stabil, dll)?
20. Apakah anda mendapatkan kuota belajar dari pemerintah?
21. Apakah anda perlu membeli kuota tambahan selama melakukan pembelajaran
daring (diluar kuota belajar dari pemerintah)? Berapa biaya yang anda keluarkan
untuk membeli kuota dalam sebulan?
22. Apakah biaya tersebut meningkat dr sebelum melaksanakan pembelajaran daring?

[C. Kerjasama Guru dan Orangtua]

51
52

23. Berapa jumlah siswa anda bu?


24. Dari seluruh siswa, berapa jumlah orang tua yang aktif terlibat dalam pembelajaran
daring anak?
25. Apakah ada orang tua yang mengajukan keluhan selama pelaksanaan pembelajaran
daring?
Pertanyaan Y Tidak
a
a Mahalnya biaya internet yang di butuhkan
b Orangtua tidak memiliki waktu
c Orangtua tidak pembelajaran yang di berikan
d Orangtua tidak sanggup mengajari anaknya, karena anak
tidak mau belajar atau hanya mau bermain
e Tidak memiliki perangkat teknologi
f Tugas yang diberikan guru terlalu banyak
g Lainnya, sebutkan …

(Pandangan Guru terhadap Penggunaan Teknologi di Masa Mendatang)


26. Apakah mengajar jauh lebih mudah saat menggunakan TIK? Kenapa?
27. Apakah anda membuat sendiri materi untuk pembelajaran daring?
27a. Jika iya, apakah mudah membuat materi sendiri?
27b. Jika tidak, dari manakah anda mendapatkan materi atau bahan ajar
pembelajaran daring?
28. Setelah melaksanakan pembelajaran daring selama setahun lebih, menurut bapak,
apakah kedepannya anak penting untuk di perkenalkan teknologi sejak PAUD?
Kenapa?
29. Sebuah penelitian tahun 2017 menunjukkan bahwa tunjukkan 71% anak usia 3-4
tahun dan 63% anak usia 5-7 tahun di Inggris sudah dapat menggunakan tabletnya
untuk online. Menurut anda sebagai seorang pendidik apakah anak PAUD di
sekolah anda di perboleh kan untuk menggunakan tablet untuk online?
29a. Jika iya, apakah anda punya beberapa aplikasi atau web yang cocok untuk
anak?
30. Masih dengan penelitian yang sama, hasil lain menunjukkan bahwa 22% anak usia
3-4 tahun dan 40% anak berusia 5-7 tahun di Inggris sudah memiliki gadgetnya
sendiri. Menurut anda sebagai seorang pendidik apakah anda mendukung jika anak
PAUD di sekolah anda memiliki gadgetnya sendiri di rumah? Kenapa?
31. Sebelum adanya pandemi ini masih banyak orangtua atau sekolah yang
menyatakan bahwa “gadget itu berbahaya untuk anak karena memiliki cukup

52
53

banyak dampak negatif”. Setelah pelaksanaan pembelajaran daring selama ini,


apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut?
31a. Jika iya, sebutkan dampak negatif dari penggunaan gadget pada anak yang
anda ketahui!
32. Apakah anda tahu cara untuk meminimalisir dampak negatif dari penggunaan
gadget apa anak?
33. Melihat belum adanya kepastian kapan akan hilangnya wabah corona, menurut
anda apakah anak-anak akan lebih baik perkembangannya jika di perbolehkan tatap
muka saat ini?

Masyaallah, ternyata pertanyaan tadi adalah pertanyaan terakhir dalam wawancara ini.
Saya ucapkan terima kasih atas kerjasama dan kesediaan bapak untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Karena ini penelitian kualitatif, jadi mohon
kesediaannya jika ternyata masih ada data yang saya perlukan untuk memperkuat
penelitian ini ya pak.

Baik, sekali lagi saya ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

53

Anda mungkin juga menyukai