Anda di halaman 1dari 21

SILSILAH TERJEMAH (1)

PELIPUR LARA BUNDA DAN AYAH


SAAT KEHILANGAN BUAH HATINYA
Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali - rahimahullah -

Alih Bahasa:
Rachmat Badani, Lc., M.A.
Bismillahirrahmanirrahim

Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pemurah, Permudahlah

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, salawat dan salam semoga
tercurahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, amma ba’ad:

Di dalam Sahihain diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudry


radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

‫ فَوَاعَ َدهُن يَوْمًا‬.َ‫ فَاجْعَل لََنا يَوْمًا مِنْ نَفسِّك‬،ُ‫ك الرِّجَال‬


َ ْ‫ غَلَبَنَا َعلَي‬:َ‫قَالَ النِّسَاء لِلنبِيِّ صَلى اللهُ عَلَيْ ِه وَسَلم‬
‫ إِلا كَا َن لهََا‬،‫ مَا مِنْكُن اِمْرَأَةٌ تَقَدمَ ثَلاَثَ ٌة مِنْ وَلَ ِدهَا‬:‫ فَكَا َن فِْيمَا َقالَ لَهُن‬،‫ فَوَعَظَهُن وَأَمَرَهُن‬،ِ‫لَقِيَهُن فِيْه‬
.ِ‫ وَاِثنَيْن‬:َ‫ وَاِثنَْينِ؟ قَال‬:ٌ‫ت اِمْرَأَة‬
ْ َ‫ فَقَال‬.ِ‫حِجَاباً مِنَ النار‬

Artinya:

Kaum wanita berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Kaum


laki-laki telah mengalahkan kami untuk bertemu dengan engkau, maka berilah
kami satu hari untuk bermajelis dengan engkau. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam berjanji kepada mereka satu hari untuk bertemu mereka, lalu Nabi
memberikan pelajaran dan memerintahkan kepada mereka, di antara yang
disampaikannya adalah: “Tidak seorangpun dari kalian yang didahului oleh
tiga orang dari anaknya kecuali mereka akan menjadi tabir bagi dirinya dari
Neraka.” Berkata seseorang: Bagaimana kalau dua orang? Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: “Ya dua orang juga.” 1

Hadis ini menjelaskan bahwa majelis-majelis Nabi shallallahu ‘alaihi


wa sallam - untuk mengajarkan pelajaran agama, nasihat dan semisalnya –
tidak dihadiri oleh kalangan sahabat wanita, namun mereka hanya menghadiri
salat-salat berjamaah di bagian belakang masjid Nabawi pada waktu malam,
kemudian mereka segera pulang apabila salat telah selesai. Mereka juga
menghadiri salat idul fitri dan idul adha bersama kaum muslimin dengan posisi
terpisah dari kalangan laki-laki di belakang mereka. Olehnya, ketika Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah pada hari ied, beliau mendapati
kalangan wanita tidak mendengarkan khutbah beliau. Maka tatkala Nabi

1 HR. Bukhari nomor 101 dan Muslim nomor 152.


selesai khutbah, beliau bersama Bilal mendatangi kaum wanita kemudian
menasihati, mengingatkan dan memerintahkan mereka untuk bersedekah,
sembari beliau memerintahkan kaum laki-laki untuk tetap duduk menunggu
hingga beliau selesai dari nasihat beliau kepada kalangan wanita.

Hal ini disebabkan karena bercampurnya wanita dan laki-laki dalam


majelis-majelis adalah sebuah bid’ah sebagaimana dikatakan oleh Al-Hasan
Al-Basri rahimahullah. Karena itu para sahabiyyat berkata kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, kaum laki-laki telah
mengalahkan kami untuk bertemu dengan engkau.” Telah diriwayatkan pula
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa kalangan sahabiyyat berkata:
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami tidak bisa ikut bermajelis bersamamu
layaknya kaum laki-laki, maka luangkanlah satu hari agar kami bisa
mendatangimu untuk bermajelis.” Beliau bersabda: “Tempat untuk majelis
kalian adalah rumah fulan.” Maka pada hari yang telah ditentukan beliau pun
mendatangi dan menyampaikan pelajaran kepada mereka.2

Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan kepada Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyampaikan kepada laki-laki dan wanita
tentang apa yang Dia turunkan, dan agar seluruh sahabat mengetahuinya,
sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ahzab ayat 59:

.‫يَاأَيهَا النبِي قُل لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِّ المُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عََليْهِن ِم ْن َجلَابِيبِهِن‬

Artinya:

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak


perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.”

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman dalam QS. Al-Nuur ayat 31:

2HR. Ahmad nomor 7357, dan disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Al-Ta’liqat Al-Hisan
nomor 2930.
‫ضنَ مِ ْن َأبْصَارِهِن وَيَحْفَظ َن فُرُوجَهُن وَلَا ُيبْدِي َن زِينَتَهُن إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَليَضْرِْب َن‬
ْ ُ‫ت يَغْض‬
ِ ‫َوقُل لِلمُؤْمِنَا‬
.‫بِخُمُرِهِن َعلَى جُيُوبِهِن‬

Artinya:

Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka


menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan apa yang


Allah perintahkan ini, dan beliau menjanjikan majelis khusus untuk kalangan
wanita di rumah salah seorang sahabiyah, dan boleh jadi wanita yang
dimaksud adalah salah seorang isteri atau keluarga beliau – wallahu a’lam -
kemudian Rasulullah menunaikan janjinya dengan mendatangi mereka pada
hari yang telah dijanjikan untuk menasihati, memerintahkan, melarang,
memotivasi, dan memperingatkan mereka. Di antara perkara yang beliau
sampaikan kepada mereka sebagai kabar gembira adalah: “Tidak seorangpun
dari kalian yang didahului oleh tiga orang dari anaknya yang belum mencapai
usia baligh kecuali akan menjadi tabir bagi dirinya dari Neraka.” Berkata
seseorang: Bagaimana kalau dua orang? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab: “Ya dua orang juga.” Tidak ada batasan usia yang diriwayatkan
secara sahih dalam masalah ini, dan secara umum termasuk di dalamnya anak
yang telah mencapai usia baligh dan yang belum, namun musibah
meninggalnya anak yang telah baligh lebih besar atas jiwa seseorang,
dibandingkan musibah meninggalnya anak yang belum baligh yang justru
terasa lebih ringan.

Telah diriwayatkan pula dari hadis Anas bin Malik bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

.ْ‫جنةَ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ إِيا ُهم‬


َ ‫ ِإلا أَدْخَلَهُ اللهُ ال‬،َ‫مَا مِنَ الناسِ مُسْلِمٍ َيمُوْتُ لَهُ ثَلاَثَةٌ مِنَ الوَلَدِ لَمْ يَبْلُغُوْا الحِنْث‬
Artinya:

“Tidak seorang muslim pun yang ditinggal wafat oleh tiga orang
anaknya yang belum baligh kecuali akan Allah masukkan dia ke dalam Syurga
karena limpahan rahmat-Nya kepada mereka” hadis ini diriwayatkan dalam
Sahihain.3

Makna Al-Hints dalam hadis ini adalah dosa, artinya bahwa dosa
belum ditetapkan atasnya karena belum sampainya usia dicatatnya dosa atas
seseorang yaitu dengan sampainya usia ihtilam, alasannya karena limpahan
rahmat Allah kepada mereka. Makna hadis ini bahwa Allah subhanahu wa
ta’ala merahmati anak-anak kaum muslimin dengan rahmat-Nya yang
sempurna, dan Dia tambahkan karunia-Nya dengan memasukkan orang tua
mereka pula dalam rahmat-Nya. Dan hadis ini menjadi dalil pula bahwa anak-
anak kaum muslimin berada di dalam Syurga.

Berkata Imam Ahmad: Tidak ada khilaf bahwasanya anak-anak kaum


muslimin berada di dalam Syurga 4 – dan beliau melemahkan riwayat yang
menyelisihi hal ini – dan tidak seorang pun yang meragukan bahwa mereka
akan masuk Syurga. Adapun yang diperselisihkan adalah tempat kembali
anak-anak kaum musyrikin.5

Beliau (Imam Ahmad) juga mengatakan: Seorang anak diharapkan


untuk kedua orang tuanya maka bagaimana mungkin diragukan untuk sang
anak!!6 Artinya apabila seorang anak diharapkan untuk kedua orang tuanya
memasuki Syurga karenanya, maka bagaimana mungkin sang anak diragukan
memasuki Syurga!

Olehnya, Imam Syafii rahimahullah menyebutkan bahwa tempat


anak-anak kaum mukminin adalah ke dalam Syurga. Hal ini diriwayatkan dari
‘Ali, Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, dan Ka’ab radhiyallahu ‘anhum.

3 HR. Bukhari nomor 1381, namun hadis ini tidak diriwayatkan oleh Muslim dari Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, Wallahu a’lam.
4 Disebutkan oleh Imam Ibnu Rajab pula dalam kitabnya yang lain: Ahwal Qubur Wa Ahwal Ahliha

Ila Al-Nusyur, h. 105.


5 Ahwal Qubur Wa Ahwal Ahliha Ila Al-Nusyur, h. 104.
6 Ahwal Qubur Wa Ahwal Ahliha Ila Al-Nusyur, h. 106.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa beliau
berkata: Ruh anak-anak kaum mukminin akan berada di dalam tembolok
burung, mereka akan beterbangan dengan bebas di dalam Syurga kemanapun
mereka inginkan, kemudian akan hinggap di lampu-lampu yang tergantung di
‘Arsy.7 Riwayat seperti ini juga disebutkan oleh Al-Baihaqi dari Ibnu ‘Abbas
dari Ka’ab. 8

Di dalam Sahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa


seseorang berkata kepadanya:

.‫ت مُحَدِّثِ ْي عَ ْن رَسُوْلِ اللهِ صَلى الل ُه عََليْهِ وَسَل َم بِحَدِيْث تَ ِطيْبُ بِ ِه أَنْفُسُنَا عَ ْن مَوْتَانَا‬
َ ْ‫مَاتَ لِ ْي اِبَْنانِ فَمَا أَن‬
‫ بِيَدِهِ كَ َما آخُ ُذ‬:َ‫ أَبَوَيْهِ فَيَأ ُخذَ بِثَوِْبهِ أَوْ قَال‬:َ‫ يَتَلَقى أَ َحدُ ُهمْ أَبَاهُ أَوْ قَال‬،ِ‫ صِغَارُهُمْ دَعَامِيْصُ الجَنة‬،‫ نَعَم‬:َ‫فَقَال‬
.َ‫ يَْنتَهِيْ حَتى يُدْخِلَهُ اللهُ وَِإياهُ الجَنة‬:َ‫ فَلاَ يَتَنَاهَى أَوْ َقال‬،َ‫أَنَا بِصِنْفَةِ ثَوْبِك‬

Artinya:

Dua orang anak saya telah meninggal dunia, maka apakah kamu
mendengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebuah hadis yang
dapat engkau bacakan untuk kami, dengannya kami dapat menenangkan hati
kami dari kesedihan atas sepeninggalnya anak-anak kami? Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu berkata: Iya, anak-anak kaum mukminin adalah anak-anak
kecil Syurga, setiap anak akan menyambut ayahnya atau kedua orang tuanya,
kemudian dia akan menarik baju atau tangan ayahnya sebagaimana aku
menarik ujung pakaianmu, dia tidak akan melepaskan tarikannya hingga Allah
memasukkannya dan ayahnya ke dalam Syurga. 9

Al-Nasai meriwayatkan dari hadis Abu Hurairah dari Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda:

7 Ahwal Qubur Wa Ahwal Ahliha Ila Al-Nusyur, h. 103.


8 Al-Ba’ts Wa Al-Nusyur nomor 199.
9 HR. Muslim nomor 154.
:‫ قَا َل‬.َ‫مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَمُوْتُ لَهُمَا ثَلَاثَةُ أَوْلَاد لَمْ يَْبلُغُوْا الحِنْثَ ِإلا أَدْخَلَهُمَا اللهُ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ إِيا ُهمْ الجَنة‬
‫ اُدْخُلُوْا الجَنةَ أَنُْت ْم‬:ْ‫ فَيُقَالُ لَهُم‬. .‫جتَبَى آبَاؤُنَا‬
ْ ُ‫ حَتى يَدْخُلَ أَبْوَانَا فِيْ الم‬:َ‫ فَيَقُوْلُوْن‬.َ‫ اُدْخُلُوْا الجَنة‬:ْ‫يُقَالُ لَهُم‬
.ْ‫وَآباَؤُكُم‬

Artinya:

Tidaklah dua orang muslim (ayah dan ibu) meninggal dunia tiga orang
anaknya yang belum baligh, kecuali Allah akan memasukkan keduanya ke
dalam Syurga dengan keutamaan rahmat-Nya kepada mereka. Beliau
bersabda: Dikatakan kepada mereka: Masuklah kalian ke dalam Syurga. Lalu
mereka menjawab: Kami tidak akan masuk hingga bapak-bapak kami masuk.
Kemudian dikatakan: Masuklah kalian dan bapak-bapak kalian ke dalam
Syurga.10

Imam Ahmad dan Ibnu Majah meriwayatkan dari hadis Mu’adz bin
Jabal radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

.ُ‫ إِذَا احْتَسََبتْه‬،ِ‫ إِن السِّقطَ لَيَجُر أُمهُ بِسَرَرِهِ إِلَى الجَنة‬،ِ‫وَالذِيْ نَفسِّيْ بِيَدِه‬

Artinya:

Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh anak


yang meninggal dalam kandungan ibunya akan menarik ibunya dengan tali
pusarnya ke dalam Syurga jika (sang ibu) bersabar. 11

Imam Ahmad dan Ibnu Majah juga meriwayatkan dari hadis ‘Utbah
bin ‘Abd Al-Sulami berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

10 HR. Al-Nasai nomor 1876, dan disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Sahih Al-Targhib
dan Al-Tarhib nomor 1997.
11 HR. Ahmad nomor 22090 dan Ibnu Majah nomor 1609, dan dihukumi Sahih Lighairihi oleh

Syaikh Al-Albani dalam kitab Sahih Al-Targhib dan Al-Tarhib nomor 2008.
‫ث ِإلا تَلَقوْهُ مِنْ َأبْوَابِ الجَنةِ الثمَاِنيَةِ مِنْ أَيِّهَا َشاء‬
َ ْ‫مَا مِنْ مُسْلِ ٍم يَمُوْتُ لَهُ َثلاَثَ ٌة مِنْ الوَلَ ِد لَ ْم يَبْلُغُوْا الحِن‬
.َ‫دَخَل‬

Artinya:

Tidaklah seorang muslim yang ditinggal mati tiga anak laki-lakinya


yang belum berumur baligh, melainkan mereka akan menyambutnya di pintu-
pintu Syurga yang delapan, lewat pintu mana saja dia bebas masuk. 12

Di dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan:

:َ‫ قَال‬.‫ يَا رَبِّ حَتى يَدْخُلَ آبَاؤُنَا وَأُمهَاتُنَا‬:َ‫ فَيَقُوْلُوْن‬.َ‫ اُدْخُلُوْا الجَنة‬:ِ‫أَن اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ لِلوِلدَانِ يَوْمَ القَِيامَة‬
:ُ‫ فَيَقُوْل‬.‫ يَا رَبِّ آبَاؤُنَا‬:َ‫ َفيَقُوْلُوْن‬.َ‫ مَالِ ْي أَرَاهُمْ مُحْبَنْ ِطيِّيْنَ؟ اُدْخُلُوْا الجَنة‬:‫ فَيَقُوْلُ اللهُ عَز وَجَل‬.َ‫فَيَأتُوْن‬
.ْ‫اُدْخُلُوْا الجَنةَ َأنْتُ ْم وَآبَاؤُكُم‬

Artinya:

Allah ta’ala akan berfirman kepada anak-anak kecil pada hari kiamat:
Masuklah kalian ke dalam Syurga. Mereka berkata: Wahai Rabbku, kami tidak
akan masuk Syurga sampai bapak-bapak dan ibu-ibu kami memasuki Syurga.
Bapak dan ibu mereka kemudian datang, lalu Allah ‘azza wa jalla berfirman:
Kenapa saya melihat mereka tidak juga segera memasukinya, masuklah kalian
ke dalam Syurga! Mereka berkata lagi: Wahai Rabbku, bapak-bapak dan ibu-
ibu kami? Allah berfirman: Masuklah kalian dan orang tua kalian.13

Al-Thabrani juga meriwayatkan hadis yang serupa dari Anas bin


Malik radhiyallahu ‘anhu dan terdapat tambahan:

،‫ب كُل طِفلٍ إِلَى أَبَوَيْهِ فَيَأخُذُوْنَ بَِأيْدِيْهِ ْم‬


ُ ِ‫ فَيَث‬،ْ‫ اُدْخُلُوْا وَوَالِدِيْكُمْ مَعَكُم‬:ِ‫أَن يُقَا َل لَهُمْ فِيْ المَرةِ الرابِعَة‬
.ْ‫ فَهُمْ َأعْرَفُ بِآَبائِهِ ْم وَأُمهَاتِهِمْ يَوْمَئِذ مِنْ أَوْلاَدِكُمْ الذِيْ َن فِيْ بُُيوْتِكُم‬.َ‫فَيُدْخِلُوْنَهُمْ الجَنة‬

12 HR. Ahmad nomor 17639 dan Ibnu Majah nomor 1604, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani
dalam kitab Sahih Al-Jami’ Al-Shagir nomor 5772.
13 HR. Ahmad nomor 16971, dan dikuatkan oleh Syaikh Al-Arnatuh dalam tahqiq kitab Musnad

Ahmad.
Artinya:

Dikatakan kepada mereka (anak-anak) keempat kalinya: Masuklah


kalian bersama orang tua kalian. Maka setiap anak segera lompat ke orang
tuanya kemudian mereka memegang tangan bapak ibunya dan memasukkan
mereka ke dalam Syurga. Pada hari kiamat anak-anak tersebut lebih mengenal
bapak-bapak dan ibu-ibu mereka dibandingkan anak-anak kalian yang berada
di rumah kalian.14

Imam Ahmad dan Al-Nasai meriwayatkan dari Qurrah bin Iyas Al-
Muzani:

.ُ‫ أَحَبكَ اللهُ كَ َما أُحِبه‬:َ‫ أَتُحِبهُ؟ قَال‬:ُ‫ فَقَالَ لَه‬.ُ‫ وَمَعَهُ اِبْنٌ لَه‬،َ‫أَن رَجُلاً كاَنَ يَأتِيْ النبِي صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلم‬
‫ أَمَا يَسُركَ أَن لاَ تَأتِيَ بَاًبا مِنْ أَبْوَابِ الجَنةِ ِإلا وَجَدْتَهُ عِنْ َدهَا يَسْعَى لِيَفَت َح‬:َ‫ فَقَال‬،ُ‫فَمَاتَ فَفَقَدَهُ فَسَأَلَ عَنْه‬
.ْ‫ َبل لِكُلِّ ُكم‬:َ‫ لَهُ خَاصةً أَمْ لِكُلَِّنا؟ قَال‬:ٌ‫ فَقَالَ رَجُل‬- ُ‫ زَادَ الإِمَامُ أَ ْحمَد‬- َ‫لَك‬

Artinya:

Bahwa seseorang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan


membawa anaknya, maka beliau bertanya kepadanya: Apakah engkau
mencintainya? Dia menjawab: Kiranya Allah mencintaimu sebagaimana aku
mencintainya. Kemudian anak itu meninggal dunia dan dia pun merasa
kehilangan. Lantas dia bertanya tentang keadaan anaknya kepada Nabi, lalu
beliau menjawab: Tidakkah engkau ingin mendatangi pintu Syurga kecuali
engkau dapati anakmu berada di pintu itu sedang berusaha membukanya
untukmu? – Imam Ahmad menambahkan dalam riwayatnya – maka salah
seorang sahabat bertanya: Apakah ini khusus untuknya atau untuk kami
semua? Beliau menjawab: Untuk kalian semua. 15

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Thabrani dari hadis Ibnu ‘Umar
namun dengan lafaz sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

14 Tambahan riwayat ini tidak saya temukan di dalam kitab-kitab Al-Thabrani atau pun pada kitab-
kitab hadis lainnya, Wallahu a’lam.
15 HR. Ahmad nomor 20365 dan Al-Nasai nomor 1870, dan disahihkan oleh Syaikh Al-Albani

dalam kitab Sahih Al-Targhib dan Al-Tarhib nomor 2007.


.ِ‫ بَلَى يَا رَسُوْلَ الله‬:َ‫أَوَ مَا تَرْضَى أَن يَكُوْنَ اِبُْنكَ مَعَ ِابْنِيْ إِبْرَا ِهيْمَ ُيلاَ ِعبُهُ تَحْتَ ظِ ِّل العَرْشِ؟ قَال‬

Artinya:

Tidak ridakah engkau jika anakmu dan anakku Ibrahim bermain


bersama-sama di bawah naungan ‘Arsy Allah? Sahabat menjawab: Saya mau
wahai Rasulullah. 16

Telah diriwayatkan sejumlah hadis yang menerangkan tentang makna


riwayat-riwayat ini. Dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum sangat
mengharapkan keutamaan ini ketika mereka akan meninggal dunia.
Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu bahwasanya
ketika beliau menghadapi sakaratul maut, maka Ummu Dzar menangis, Abu
Dzar berkata kepadanya: Bergembiralah dan jangan menangis, karena
sesungguhnya aku telah mendengarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Tidak ada dua orang muslim (suami istri) yang ditinggal mati oleh
dua atau tiga orang anaknya, kemudian orang tuanya bersabar dan
mengharapkan pahala lantas mereka melihat Neraka”, padahal tiga orang anak
kita telah meninggal dunia.17

Pada hadis sebelumnya dijelaskan bahwa anak-anak kaum muslimin


yang telah meninggal dunia akan bermain-main di bawah naungan ‘Arsy,
sedangkan pada hadis Abu Hurairah diterangkan bahwa mereka adalah
Da’amish di dalam Syurga. Da’mush dalam bahasa Arab adalah hewan yang
sangat kecil yang hidup di laut. Maknanya bahwa anak-anak kecil akan
bermain-main di dalam sungai-sungai Syurga, di dalam sebuah riwayat
disebutkan mereka akan menyelam di dalam sungai-sungai Syurga.

Disebutkan bahwasanya anak-anak kaum mukminin di Syurga akan


diasuh oleh Nabi Ibrahim dan Sarah ‘alaihimassalam. Sebagaimana

16HR. Al-Thabrani nomor 14096, riwayat ini disebutkan oleh Al-Haitsami dalam Majma’ Al-Zawaid
nomor 3996 dan beliau melemahkannya karena pada sanadnya terdapat rawi bernama Ibrahim bin
‘Ubaid bin Rifa’ah yang lemah. Adapun Al-Hafidz Ibn Hajr maka beliau menghukuminya dalam
Taqrib Tahdzib nomor 214 sebagai Soduq.
17 HR. Ahmad nomor 21373, hadis ini dihasankan sanadnya oleh Syaikh Al-Arnauth dalam

Tahqiqnya.
diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Sahihnya dan Al-Hakim dari hadis Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

.ِ‫ذَرَارِي المُؤْمِنِيْنَ يَكفُلُهُمْ إِبْرَاهِيْ ُم فِيْ الجَنة‬

Artinya:

Anak-anak kecil kaum mukminin akan diasuh oleh Nabi Ibrahim di


dalam Syurga.18

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad namun dengan riwayat
syak apakah ia hadis marfu’ kepada Nabi ataukah mauquf dari perkataan Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu.19

Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah secara marfu’ dan mauquf:

‫ َفإِذَا كَانَ يَوْمُ القِيَامَةِ دُفِعُوْا ِإلَى‬،ُ‫ يَكفُلُهُمْ إِبْرَا ِهيْمُ وَسَارَةُ عَلَيْهِمَا السلاَم‬،ِ‫أَوْلاَدُ المُسِْلمِيْنَ فِ ْي جَبَلٍ فِيْ الجَنة‬
.ْ‫آبَائِهِم‬

Artinya:

Anak-anak kaum muslimin (yang telah meninggal) akan berada di


sebuah gunung di dalam Syurga, mereka diasuh oleh Nabi Ibrahim dan Sarah
‘alaihimassalam, sampai apabila hari kiamat tiba maka mereka diserahkan
kepada orang tua mereka. 20

Hadis ini diriwayatkan secara marfu’ oleh Al-Baihaqi dan selainnya. 21


Riwayat ini dikuatkan oleh hadis yang diriwayatkan dalam Sahih Bukhari dari
Samurah bin Jundub bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

18 HR. Ibnu Hibban nomor 7446 dan Al-Hakim nomor 3399, hadis ini disahihkan oleh Syaikh Al-
Albani dalam kitab Sahih Al-Jami’ Al-Shagir nomor 3428.
19 HR. Ahmad nomor 8324.
20 HR. Al-Hakim nomor 1418, hadis ini disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Silsilah

Ahadits Sahihah nomor 1467.


21 Lihat: Kitab Al-Ba’ts Wa Al-Nusyur karya Al-Baihaqi, nomor 210, dan Amali Ibnu Basyran

nomor 925.
‫ وَأَن ُه مِ ْن‬،ُ‫ وَأَنهُمَا ِجبْرِيْلُ وَمِيْكاَئِيْل‬،ُ‫ إِن المَلَكَيْ ِن فَسرَاهُ لَه‬،ِ‫ فَذَكَرَ َحدِيْثًا طَوِيْلًا وَفِيْه‬- ،ِ‫أَتَانِ ْي الليْلَ َة آتِيَان‬
‫ وَالوِل َدا ُن‬،ُ‫ الرجُلُ الطوِيْلُ فِيْ الروْضَةِ إِبْرَاهِيْم‬:ُ‫ رَجُلًا طَوِيْلاً فِيْ رَوْضَة وَحَوْلَهُ وِلدَانٌ وَقَالاَ لَه‬- ‫جُمْلَةِ مَا رَأَى‬
.َ‫ وَأَوْلاَدُ المُشْرِكِيْن‬:َ‫ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَأَوْلاَدُ المُشْرِكِيْنَ؟ قَال‬:ٌ‫ فَقَالَ رَجُل‬.ِ‫حَوْلَهُ كُل مَوْلُوْد مَاتَ عَلَى الفِطرَة‬

Artinya:

Semalam aku telah didatangi oleh dua orang – kemudian beliau


menyebutkan hadis panjang yang menceritakan tentang dua malaikat yang
menafsirkan apa yang dilihat oleh Nabi dan keduanya adalah malaikat Jibril
dan Mikail, dan di antara perkara yang dilihat oleh Nabi – seorang pria tinggi
pada sebuah taman dan disekelilingnya ada anak-anak kecil. Maka Jibril dan
Mikail berkata kepada Nabi: Pria tinggi di taman itu adalah Ibrahim, dan anak-
anak di sekelilingnya adalah setiap anak yang meninggal di atas fitrah. Berkata
seseorang: Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan anak-anak kaum
musyrikin? Beliau menjawab: Demikian pula dengan anak-anak kaum
musyrikin.22

Diriwayatkan bahwa mereka akan menyusu kepada pohon Tuba.


Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanadnya dari Khalid bin Ma’dan,
beliau berkata: Sesungguhnya di dalam Syurga terdapat sebuah pohon disebut
Tuba yang seluruhnya adalah ambing untuk menyusui anak-anak penghuni
Syurga. Dan apabila seorang wanita mengalami keguguran maka anaknya akan
berada di sebuah sungai dari sungai-sungai Syurga Allah, berenang-renang di
dalamnya hingga datangnya hari kiamat, kemudian dia akan dibangkitkan
dalam usia 40 tahun. 23

Dan di dalam hadis Al-Miqdam bin Ma’di Karib radhiyallahu ‘anhu


yang marfu’: Sesungguhnya anak yang keguguran hingga mereka yang
meninggal dalam keadaan tua akan dibangkitkan dalam usia 30 tahun. Di
dalam riwayat lainnya disebutkan akan dibangkitkan dalam usia 33 tahun. 24

Ibnu Abi Dunya meriwayatkan dengan sanadnya dari Khalid bin


Ma’dan berkata: Sesungguhnya di dalam Syurga terdapat sebuah pohon yang

22 HR. Bukhari nomor 7047.


23 Riwayat ini disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya 4/395.
24 HR. Al-Baihaqi dalam Al-Ba’ts Wa Al-Nusyur nomor 422, hadis ini dihasankan oleh Syaikh Al-

Albani dalam kitab Sahih Al-Targhib dan Al-Tarhib nomor 3701.


disebut Tuba, seluruhnya adalah ambing. Maka anak kecil yang meninggal
dalam keadaan masih menyusu niscaya dia akan menyusu dari pohon Tuba,
dan yang mengasuhnya adalah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. 25 Al-Khallal juga
meriwayatkan dari ‘Ubaid bin ‘Umair: Sesungguhnya di dalam Syurga terdapat
sebuah pohon, ia memiliki ambing yang banyak seperti ambing seekor sapi,
anak-anak penghuni Syurga akan menyusu kepadanya, sampai gigi mereka
tumbuh seperti tumbuhnya gigi anak-anak kecil.26

Sebahagian anak-anak kecil juga akan disediakan baginya yang


menyusuinya di dalam Syurga, seperti Ibrahim putra Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam; karena ketika Ibrahim meninggal beliau masih menyusu,
maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

.‫إِن لَهُ مُرْضِعًا فِيْ الجَنةِ تُكمِلُ رَضَاعَهُ ِفيْهَا‬

Artinya:

Sesungguhnya bagi Ibrahim akan ada yang menyusuinya di Syurga


yang akan menyempurnakan susuannya di sana. 27

Di dalam riwayat lainnya disebutkan dengan lafaz: Al-Dzi’r28, di


dalam riwayat lainnya pula: Sesungguhnya bagi Ibrahim akan ada dua orang
yang menyusuinya yang akan menyempurnakan susuannya di dalam Syurga,
dan adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui putranya Ibrahim saat
dia menghadapi kematiannya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menangis mengucurkan air mata, dan berkata:

.َ‫ وَاللهِ يَا إِبْرَاهِيمُ إِنا بِكَ َلمَحْزُونُون‬،‫ وَلَا نَقُولُ إِلا مَا يَرْضَى رَبنَا‬،ُ‫تَدْمَعُ العَْينُ وَيَحْزَنُ القَلب‬

Artinya:

25 Riwayat ini disebutkan oleh Al-Suyuthi dalam Al-Dur Ak-Mantsur 4/650.


26 Disebutkan pula oleh Ibnu Rajab dalam kitab lainnya Ahwal Al-Qubur hal. 103.
27 Hadis dengan lafaz ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf nomor 12054,

dan diriwayatkan pula oleh Bukhari nomor 1382 dengan lafaz yang lebih ringkas.
28 Riwayat ini disebutkan oleh Ibnu Sa’ad dalam Al-Tabaqat Al-Kubra, 1/112. Makna Al-Dzi’r

adalah seorang wanita yang menyusui anak orang lain, lihat: Al-Nihayah Fi Gharib Al-Hadis Wa Al-
Atsar karya Ibnul Atsir, 3/154.
Air mata boleh mengalir, hati boleh menangis, namun kita tidak boleh
mengatakan apa-apa kecuali yang diridhai oleh Allah. Demi Allah wahai
Ibrahim, kami sungguh sedih karenamu. 29

Di dalam riwayat lainnya pula: Seandainya kematian bukanlah perkara


yang hak, janji yang hak, jalan yang pasti datang, dan bahwa orang yang paling
terakhir di antara kami akan menyusul mereka yang terlebih dahulu
meninggal, niscaya kami akan bersedih melebihi kesedihan kami saat ini. 30

Ibnu Abi Dunya meriwayatkan di dalam kitab Al-‘Azaa dari hadis


Zurarah bin Aufa bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam turut berduka
kepada seseorang atas meninggalnya salah seorang anaknya, maka orang itu
berkata:

‫ب‬
ِ ‫ أَوْ يَتَلَقاكَ مِنْ أَبْوَا‬،َ‫ قَدْ نُشِرَ َلك‬،َ‫ َأيَسُرك‬:َ‫ فَقَال‬.‫ َأنَا شَيْخٌ كَبِيْرٌ وَكَانَ اِبْنِيْ َقدْ أَجْزََا عَنا‬،ِ‫يَا رَسُوْلَ الله‬
.ِ‫ اللهُ لَكَ بِهِن وَلِكُلِّ مُسْلِمٍ مَاتَ لَهُ وَلَدٌ فِيْ الإِسْلاَم‬:َ‫ مَنْ لِيْ بِذَاكَ َيا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَال‬:َ‫الجَنةِ بِالكَأسِ؟ قَال‬

Artinya:

Wahai Rasulullah, saya adalah seorang yang telah tua sedangkan


anakku telah meninggalkan kami. Nabi bersabda: Apakah engkau menyukai
apabila anakmu dibangkitkan untukmu atau dia menyambutmu dengan
sebuah gelas di depan pintu-pintu Syurga? Dia berkata: siapakah saya sehingga
pantas menerima hal itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Allah subhanahu
wa ta’ala yang mengaruniakannya kepadamu dan kepada setiap muslim yang
anaknya meninggal dalam agama Islam.31

Diriwayatkan pula dari sanad Ibnu Abi Dunya dari ‘Ubaid bin ‘Umair
berkata:

29 HR. Muslim nomor 2315.


30 HR. Al-Baihaqi dalam kitab Syu’ab Al-Iman nomor 9684, hadis ini disebutkan oleh Al-Suyuthi
dalam Jami’ Al-Ushul nomor 9448 dan beliau menukil bahwa Al-Tirmidzi menghasankan hadis ini
dari jalur ‘Abdurrahman bin ‘Auf.
31 Riwayat ini belum saya temukan, Wallohu a’lam.
.‫ اسْقُوْنَا اسْقُوْنَا‬:ُ‫ فَيَقُ ْولُ الناس‬،ُ‫إِذَا كَانَ يَوْمُ القِيَامَةِ خَرَجَ وِل َدا ُن المُسْلِمِيْ َن مِنَ الجَنةِ بِأَيْدِيْهِ ْم الشرَاب‬
.‫ لاَ أَدْخُلُ حَتى َيدْخُلَ أَبَوَاي‬:ُ‫جنةِ يَقُوْل‬
َ ‫ حَتى السِّقطُ مُحْبَنْطِيًا بِبَابِ ال‬.‫ أَبَوَيْنَا أَبَوَيْنَا‬:َ‫فَيَقُوْلُوْن‬

Artinya:

Apabila hari kiamat telah tiba maka anak-anak kaum muslimin akan
keluar dari Syurga dengan membawa minuman di tangan mereka. Maka umat
manusia akan berkata: Berilah kami minum, berilah kami minum. Maka anak-
anak itu mengatakan: Orang tua kami, orang tua kami. Hingga anak yang
keguguran akan berada di pintu Syurga dengan perut yang kenyang akan
berkata: Saya tidak akan masuk Syurga sampai kedua orang tuaku masuk.32

Makna riwayat ini juga dijelaskan oleh hadis marfu’ dari Ibnu ‘Umar
radhiyallahu ‘anhuma akan tetapi sanadnya tidak sahih bahkan ia batil,
sebagaimana disebutkan oleh Abu Hatim Al-Razi. Juga disebutkan mimpi
Ibrahim Al-Harbi33 yang sangat masyhur sampai dia mengharapkan anaknya
meninggal dunia, dan akhirnya dia meninggal sebelum baligh. 34

Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Syaudzab


bahwasanya seorang pria memiliki anak yang belum baligh, kemudian dia
kepada kaumnya: Saya memiliki hajat kepada kalian, saya ingin mendoakan
atas anak saya agar Allah mematikannya, kemudian aminkanlah doa saya ini.
Mereka kemudian bertanya kepadanya tentang apa alasannya? Maka dia
mengabarkan bahwa dia melihat dalam mimpinya bahwa umat manusia telah
berkumpul pada hari kiamat, maka mereka sangat kehausan. Tiba-tiba
keluarlah anak-anak kecil dari Syurga dengan membawa teko-teko air. Saat itu
saya melihat keponakanku maka saya katakan kepadanya: Wahai fulan, berilah
saya minum. Dia berkata: Wahai pamanku, sesungguhnya kami tidak
dibolehkan memberi minum kecuali kepada orang tua kami. Olehnya, saya
ingin agar anakku ini menunggu saya kelak pada hari kiamat. Dia kemudian

32 Riwayat ini belum saya temukan, Wallohu a’lam.


33 Abu Ishaq, salah seorang murid Imam Ahmad, lihat Tabaqat Al-Hanabilah 1/86.
34 Disebutkan oleh Ibnu Nashiruddin dalam Bard Al-Akbad hal. 29.
mendoakan anaknya dan kaumnya mengaminkannya, maka anaknya
meninggal dunia dalam waktu yang tidak beberapa lama. 35

Pada mayoritas hadis disebutkan tiga dan dua orang anak 36, dan pada
sebahagian riwayat pula: Kalau seandainya kami bertanya kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang satu orang anak yang meninggal, niscaya
Nabi akan mengatakan: Satu orang juga. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari
hadis Jabir. 37

Dan telah datang pula penyebutan untuk satu orang di dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi dan selainnya dari hadis Ibnu Mas’ud
secara marfu’:

‫ فَقَالَ أُبَ ي‬.ِ‫ وَاِثنَيْن‬:َ‫ فَقَال‬.‫ قَدمْتُ اِثنَيْ ِن‬:ٍّ‫ فَقَا َل أَبُوْ ذَر‬.‫مَنْ قَدمَ ثَلاَثَ ًة لَمْ يَبْلُغُوْا الحِنْثَ كَاُنوْا لَهُ حِصْنُا حَصِيْنًا‬
.‫ وَلَكِنْ ِإنمَا ذَا َك عِْندَ الصدْمَةِ الأُوْلَى‬،‫ َووَاحِ ًدا‬:َ‫ قَال‬.‫ قَدمْتُ وَاحِ ًدا‬:ٍ‫بْنُ كَعْب‬

Artinya:

Barangsiapa yang tiga anaknya meninggal ketika belum baligh maka


mereka akan menjadi benteng yang kokoh dari Neraka. Abu Dzar berkata:
Saya telah kehilangan dua anak. Nabi bersabda: Walaupun dua anak. Ubay bin
Ka’ab berkata: Saya telah kehilangan satu anak. Nabi bersabda: Walaupun
satu, namun itu pada saat pertama kali tertimpa musibah. 38

Di dalam Sunan Al-Tirmidzi dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

35 Disebutkan oleh Ibnu Nashiruddin dalam Bard Al-Akbad hal. 28, namun kisah ini dinisbatkan
kepada Ibnu Syaudzab sendiri. Hal ini tentu saja menyelisihi petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, sahabat dan tabiin serta para ulama salaf, bahkan telah datang larangannya untuk mendoakan
keburukan atas anak.
36 Maksudnya hadis-hadis yang telah disebutkan sebelumnya tentang keutamaan bagi orang tua yang

meninggal tiga atau dua orang anaknya.


37 HR. Ahmad nomor 14285, hadis ini disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Sahih Al-

Targhib dan Al-Tarhib nomor 2006.


38 HR. Tirmidzi nomor 1061, hadis ini dilemahkan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Dhaif Al-

Jami’ Al-Shagir nomor 5754.


ْ‫ وَ َمن‬:َ‫ فَ َمنْ كَانَ لَهُ َفرٌٌَ ِمنْ أُمتِكَ؟ قَال‬:ُ‫ فَقَاَلتْ عَائِشَة‬،َ‫َمنْ كَانَ لَهُ فَرَطَانِ ِمنْ أُمتِي أَدْخَلَ ُه اللهُ بِهِمَا الجَنة‬
.‫ فَأَنَا فَرٌَُ أُمتِي َلنْ يُصَابُوا بِمِثلِي‬:َ‫ فَمَ ْن لَ ْم يَ ُكنْ لَهُ فَرٌٌَ ِمنْ أُمتِكَ؟ قَال‬:ْ‫ قَاَلت‬،ُ‫كَانَ لَهُ فَرٌٌَ يَا مُوَفقَة‬

Artinya:

Barang siapa yang memiliki dua anak yang belum baligh dan
meninggal dunia, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam Syurga.
‘Aisyah bertanya: Bagaimana kalau hanya satu saja dari umatmu? Beliau
menjawab: Walau hanya satu saja, wahai orang yang mendapatkan taufik
Allah. ‘Aisyah bertanya: Bagaimana jika ada dari umatmu yang tidak
mempunyai anak yang meninggal? Beliau menjawab: Maka sayalah yang akan
menunggu mereka dan tidak akan menimpa atas mereka seperti apa yang
menimpaku.39

Hadis ini dikuatkan oleh sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
beliau sampaikan di akhir salah satu khutbahnya: “Sesungguhnya saya akan
menunggu kalian di telaga saya” 40, yang menunjukkan bahwasanya beliau
akan mendahului dan menunggu umatnya di telaganya.

Di dalam sebuah hadis mursal yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi


Dunya:

‫ الوَلَدُ وَوََل ُد‬:َ‫ وَمَا الفَرٌَُ؟ قَال‬،ِ‫ يَا رَسُوْلَ الله‬:َ‫ فَقِيْل‬.‫مَنْ مَاتَ وَلَمْ يُقَدِّمْ فَرَطاً لَمْ يَدْخُل الجَنةَ ِإلا تَصْرِيْ ًدا‬
.ٌٌَ‫ فَأَنَا لَهُ فَر‬،ٌٌَ‫ فَمَنْ َلمْ يَكُنْ لَهُ فَر‬.‫الوَلَدِ وَالأَخُ يُؤَاخِيْهِ فِيْ اللهِ عَز وَجَل‬

Artinya:

Barang siapa yang meninggal namun tidak memiliki Al-Farath, maka


dia tidak akan masuk Syurga kecuali sedikit (dari mereka). Dikatakan: Wahai
Rasulullah, apakah makna Al-Farath? Beliau menjawab: Anak dan anak dari
anak (cucu), serta saudara yang dipersaudarakan karena Allah ‘azza wa jalla.

39 HR. Tirmidzi nomor 1062, hadis ini dihukumi gharib oleh Imam Tirmidzi, dan dilemahkan oleh
Syaikh Al-Albani dalam Dhaif Al-Jami’ Al-Shagir nomor 5801.
40 HR. Bukhari nomor 6575 dan Muslim nomor 2289.
Maka barang siapa yang tidak memiliki anak, maka saya yang akan
menunggunya (di akhirat kelak). 41

Di dalam hadis ‘Abdul Rahman bin Samurah radhiyallahu ‘anhu


tentang mimpi yang panjang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

.ُ‫جاءتْهُ أَفرَاطُهُ الصِّغَارُ فَثَقُلُوْا ِميْزَانَه‬


َ َ‫ ف‬،ُ‫وَرَأَيْتُ رَجُلاً مِنْ أُمتِيْ خَف مِيْزَانُه‬

Artinya:

Dan saya melihat seorang pria dari umatku dan timbangan


kebaikannya ringan, maka anak-anaknya yang masih kecil mendatanginya
sehingga mereka memperberat timbangan kebaikannya. 42

Dawud bin Abi Hind berkata: Saya bermimpi seakan-akan hari kiamat
telah tiba dan umat manusia dipanggil untuk hari perhitungan kemudian saya
dihadapkan kepada Al-Mizan. Kebaikan-kebaikanku diletakkan pada salah
satu sisi dan keburukan-keburukanku di sisi lainnya. Maka keburukan-
keburukanku lebih berat daripada kebaikanku. Di saat saya merasa payah,
tiba-tiba didatangkan kepada saya secarik tissue atau kain putih, kemudian ia
diletakkan di kebaikan-kebaikanku maka ia menjadi lebih berat dari pada
keburukan-keburukanku. Dikatakan kepada saya: Apakah engkau tahu apakah
ini? Saya menjawab: Tidak. Dia berkata: Ia merupakan anakmu yang
mengalami keguguran. Saya berkata: Sesungguhnya saya memiliki seorang
anak perempuan. Maka dikatakan: Adapun itu maka dia bukanlah milikmu;
karena engkau mengharapkan kematiannya dahulu.43

Dari kisah ini terdapat isyarat bahwa berat ringannya timbangan


Mizan seseorang berdasarkan beratnya amalan pada jiwa seseorang dari
musibah-musibah yang menimpanya. Adapun jika ia tidak berat baginya

41 Hadis ini disebutkan pula oleh Ibrahim bin Muhammad Al-Naji di ‘Ujalah Al-Imla 4/819, dan
dinisbatkan kepada riwayat Ibnu Abi Dunya.
42 Hadis ini disebutkan oleh Ibnu Syahin dalam kitab Al-Targhib Fi Fadhail Al-A’mal, hal. 151, dan

dilemahkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Dhaif Al-Jami’ Al-Shagir nomor 2086.
43 Disebutkan oleh ‘Abdul Rahman bin Abi Hatim sebagaimana disebutkan dalam kitab Tasliyah

Ahli Al-Masaib karya Syamsuddin Al-Mayabji, hal. 92.


seperti orang yang mengharapkan matinya anak-anaknya maka tidak akan
memperberat timbangan kebaikannya.

Berkata Ibnu Aslam 44: Nabi Dawud ‘alaihissalam sangat sedih


dengan kematian putranya, maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
kepadanya: Apa yang engkau akan korbankan untuk putramu? Beliau berkata:
Emas sepenuh bumi. Allah berfirman: Bagimu ganjaran pahala sebanyak itu
pula. Di dalam riwayat lainnya, Allah berfirman: Wahai Dawud, seberharga
apakah putramu di sisimu? Dawud berkata: Seperti emas sepenuh bumi. Allah
berfirman: Maka bagimu ganjaran pahala sebanyak itu pula pada hari kiamat.

Maha suci Allah yang tak seorang pun dari hamba-Nya yang mampu
menghitung nikmat-nikmat-Nya, bahkan boleh jadi nikmat-nikmat-Nya
dalam keburukan lebih banyak dari nikmat-nikmat-Nya dalam kebaikan,
sebagaimana dikatakan:

Apabila Allah memberikan kebahagiaan maka seseorang akan merasakannya


pada seluruh urusannya…

Dan apabila Allah memberikan kesengsaraan maka Dia akan mengganjarnya


dengan pahala…

Dan tidaklah pada keduanya melainkan nikmat bagi seorang hamba…

Yang tidak terbayangkan dan tergambarkan di darat dan lautan…

Ketika seorang mukmin memiliki dua tempat tinggal: tempat yang


akan dia tinggalkan dan tempat yang akan dia datangi, sedang dia pasti
berpindah dari tempat yang akan dia tinggalkan menuju tempat yang akan dia
tuju agar seyogyanya dia memakmurkan tempat yang akan dia tuju tersebut
dengan mengorbankan sebahagian dari apa yang dia miliki dari tempat yang
dia tinggalkan.

Boleh jadi seorang mukmin mengorbankan sesuatu secara terpaksa


untuk memakmurkan tempat tinggalnya kelak, dan menyempurnakannya
serta memperbaikinya. Bahkan dengan mempersembahkan apa yang dia cintai

44 Abu ‘Abdillah Zaid bin Aslam Al-‘Adawi Maula ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu.
dari keluarga, harta, dan anaknya, dia mendahulukan semua yang dia cintai
untuk kehidupan akhiratnya, meskipun seorang mukmin terkadang tidak
merasakannya.

Maka seorang mukmin hakikatnya tidak memisahkan (dirinya dari


keluarganya) melainkan untuk mengumpulkan mereka kembali di akhirat, dia
tidak mengambil sesuatu melainkan untuk mengembalikannya, dia tidak
mengurangi sesuatu melainkan untuk menambah apa yang hendak diberikan,
dan dia tidak mengambil kembali dari orang-orang yang membutuhkan
melainkan untuk diberikan kepada mereka sebagai bentuk hak milik yang
penuh yang tidak akan lagi dikembalikan selama-lamanya.

Di dalam hadis mursal dari Al-Hasan Al-Basri bahwasanya Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengarkan seseorang mengatakan:
Matinya saya sebelum saudaraku lebih saya cintai. Nabi bersabda: Karena
apabila saudaramu menjadi milikmu lebih engkau cintai dari pada engkau
menjadi miliknya.

Berkata Al-Hasan: Mereka mengetahui bahwa apa yang akan menjadi


milik mereka dari keluarga-keluarga mereka adalah apa yang mereka
persembahkan sebelumnya. Hal yang serupa juga disebutkan oleh ‘Umar bin
‘Abdul ‘Aziz dan selainnya, yang dikuatkan oleh hadis: Al-Raqub atau orang
yang mandul adalah orang yang tidak dapat memberikan apa-apa kepada
anaknya.45

Maha Suci Allah yang mengaruniakan kepada hamba-hamba-Nya


nikmat harta dan anak, kemudian Dia mengambil sebahagian dari harta dan
anak itu dengan penuh rasa berat hati, namun Dia menggantinya dengan
pemuliaan, rahmat, dan petunjuk-Nya, dan itu semua jauh lebih afdal dari
pada apa yang Dia ambil dari hamba-Nya, sebagaimana dikatakan:

Karunia Allah itu apabila Dia memberikan kebahagiaan…

Apabila Dia mengambil apa yang diberi-Nya Dia akan memberi pahala…

45 HR. Muslim nomor 2608.


Manakah nikmat terbesar dari dua karunia-Nya…

Dan yang lebih terpuji akibatnya…

Apakah rahmat-Nya yang menyapa disertai rasa benci pada (musibah)…

Ataukah nikmat lainnya yang mengundang pahala…

Bahkan nikmat terbesar adalah musibah yang turun…

Lebih agung untuk dia yang kehilangan jika bersabar dan mengharap
pahala…

Akhirnya, segala puji bagi Allah semata dan semoga salam dan salawat
senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad, keluarga dan
sahabatnya.

Anda mungkin juga menyukai