Anda di halaman 1dari 15

PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL I (HSKB 631)

BAB IV
ANALISIS BEBAN GEMPA

Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung


atau SNI 1726 tahun 2002 merupakan peraturan gempa yang berlaku di Indonesia,
menggantikan peraturan sebelumnya SNI 1726-1989. Dalam SNI 03-1726-2002,
ditentukan jenis struktur gedung beraturan dan tidak beraturan. Struktur gedung
ditetapkan sebagai struktur gedung beraturan, karena memenuhi ketentuan antara
lain sebagai berikut :
a. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih
dari 10 tingkat atau 40 m. Dalam perancangan ini tinggi struktur
gedung setinggi 18,5 m
b. Denah gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan. Dalam
perancangan ini bangunan simetris
c. Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut. Denah
struktur gedung tidak ada coakan sudut
d. Sistem struktur gedung terbentuk oleh subsistem penahan beban lateral
yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu
utama orthogonal denah struktur gedung secara keseluruhan
e. Sistem struktur gedung memiliki berat tingkat yang beraturan
Untuk struktur gedung beraturan, pengaruh gempa rencana dapat ditinjau
sebagai pengaruh beban gempa static ekuivalen. Analisis static ekuivalen
merupakan penyederhanaan dari perhitungan beban gempa yang sebenarnya.
Berdasarkan data tugas perancangan, untuk gempa wilayah 5-6,
diketahui:
1. Percepatan puncak batuan dasar (‘g’)
Tabel 4.1 Percepatan Puncak Batuan Dasar Dan Percepatan Puncak Muka
Tanah Untuk Masing-Masing Wilayah Gempa Indonesia

KELOMPOK 9 21
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL I (HSKB 631)

Dari tabel diatas maka didapat nilai percepatan puncak batuan dasar ‘g’ =
0,25 Percepatan puncak muka tanah Ao (‘g’)
Dari tabel 4.1 diketahui data wilayah gempa 5 dengan tanah keras, maka
didapat nilai percepatan puncak muka tanah Ao (‘g’) = 0,28

2. Koefisien gempa (C)


Koefisien gempa (C) = 0,2

3. Koefisien pembatas waktu getar fundamental (ҫ)


Tabel 4.2 Koefisien (Yang Membatasi Waktu Getar Alami Fundamental
Struktur Gedung)

Dari tabel diatas maka didapat nilai koefisien pembatas waktu getar
fundamental (ҫ) = 0,16

4. Nilai parameter periode pendekatan Ct dan x


Tabel 4.3 Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct Dan X

KELOMPOK 9 22
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL I (HSKB 631)

Dari tabel diatas diambil tipe struktur rangka beton pemikul momen, maka
didapat nilai Ct = 0,0466 dan x = 0,9.

5. Tinggi gedung (hn)


hn = 4 + 3,8 + 3,5 + 3,5 = 14,8 m

6. Waktu getar alami fundamental (T)


T = Ct (hn)x
= 0,0466 (14,8)0,9
= 0,526
7. Faktor respons gempa (C1)

Gambar 4.1 Respons Spektrum Gempa Rencana


0,35
Dari grafik diatas didapat nilai (C1 tanah keras) = =0,665
0,526

KELOMPOK 9 23
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL I (HSKB 631)

8. Faktor keutamaan (I)


Tabel 4.4 Faktor Keutamaan I Untuk Berbagai Kategori Gedung dan
Bangunan

Dari tabel diatas untuk gedung penting didapat nilai I = 1,0.

9. Panjang total struktur (B)


B = 6,5 + 6,5 + 6,5 = 19,5 m

10. Faktor modifikasi respons (R)


Tabel 4.5 Faktor Daktilitas Maksimum, Faktor Reduksi Gempa
Maksimum, Faktor Tahanan Lebih Struktur Dan Faktor
Tahanan Lebih Total Beberapa Jenis Sistem Dan Subsistem
Struktur Gedung

KELOMPOK 9 24
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL I (HSKB 631)

Dari tabel diatas untuk rangka pemikul momen khusus beton (SRPMB)
didapat nilai R = 3,5.

 Perhitungan Berat Bangunan


( Karena dibab sebelumnya belum ada dihitung berat sendiri bangunan, maka
perhitungan dilakukan pada bab ini )

 Lantai 1
Berat balok = (((panjang balok induk melintang x dimensi balok induk
melintang)+(panjang balok induk memanjang x dimensi
balok induk memanjang))+((panjang balok anak melintang
x dimensi balok anakmelintang)+(panjang balok anak
memanjang x dimensi balok anak memanjang)) x berat jenis
beton
= (((96m x 0,4m x 0,5m)+(78m x 0,3m x 0,4m)) + ((96m x
0,15m x 0,2m)+(78m x 0,15m x 0,2m))) x 2400 kg/m3
= 81072 Kg

Berat pelat = tebal pelat x panjang pelat x lebar pelat x berat jenis beton

KELOMPOK 9 25
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL I (HSKB 631)

= 0,12m x 24m x 19.5m x 2400 kg/m3


= 134784 Kg

30% reduksi beban hidup = 0,3 x beban hidup lantai 1


= 0,3 x 117000 Kg
= 35100 Kg

Elemen vertikal = (Luas dinding x berat ½ pasangan bata) + (Luas kolom


x (tinggi kolom-h balok) x berat jenis beton x jumlah
kolom)  Lantai 1

= (138,5 m x 850 kg/m) + (0,25m2 x (3,8 m – 0,50m) x


2400 kg/m3 x 16)

= 1494,05 KN

Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.6

KELOMPOK 9 26
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL I (HSKB 631)

Tabel 4.6 Berat Bangunan Tiap Lantai

30 % Elemen
Balok Pelat Jumlah
Tingkat   Reduksi Vertikal
kN kN kN kN kN
4,00 Dak 810,72 1347,84 140,40 0 2298.96

3,00 Lantai 3 810,72 1347,84 351,00 1361.38 3870.94

2,00 Lantai 2 810,72 1347,84 351,00 1361.38 3870.94

1,00 Lantai 1 810,72 1347,84 351,00 1494.05 4003.61

Jumlah berat Bangunan = 14044, 45

 Kontrol Pembatasan T

T = n x ҫ = 4 x 0,16 = 0,64 det ˃ T empiris = 0,526  OKE !

 Gaya Geser Dasar (V1)

C1 I 0,665 x 1,0
V1= x W t= x 14044 , 45=268,844 KN
R 3,5

 Distribusi Beban Terpusat (Fi)


 Lantai 1
h=4 m
W = 4003,61 KN
W x h = 4003,61 KN x 4 m = 16014,44 KN m
∑ W x h = 123974,00 KN m
Wxh
n
xV 1 6014 , 44 KN m
F= = x 268,844 KN = 34,728 KN
∑ Wxh 123974,00 KN m
i=1

Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.7

KELOMPOK 9 27
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL I (HSKB 631)

Tabel 4.7 Gaya Gempa Tiap Lantai dengan T = 0,526

Hi Wi Wi x hi Fi x-y Vi
Tingkat  
M kN kN.m kN kN
4,00 Dak 14,80 2298,96 8046,36 41,34 41,34
3,00 Lantai 11,30 3870,94 13548,29 69,61 110,95
2,00 Lantai 7,8 3870,94 14709,57 75,58 186,53
1,00 Lantai 4 4003,61 16014,44 82,29 268,82
Total 14044,45 52318,662

Untuk Tiap Portal Untuk Tiap Portal


Arah X (1/4 Fi x) Arah Y (1/4 Fi Y)
kN kN
10,335 10,335
17,402 17,402
18,895 18,895
20,572 20,572

- Analisis Terhadap T Rayleigh


Besarnya T yang dihitung sebelumnya memakai cara-cara empiris, harus
dibandingkan dengan TRayleigh, dengan rumus:

T 1 =6,3

√ ∑ Wi .di 2
i=1
n
g ∑ Fi . di
i=1

Besarnya T yang dihitung sebelumnya, tidak boleh menyimpang lebih dari 20%
hasil T rayleigh.
Untuk menghitung besarnya T rayleigh, mula-mula dilakukan analisis struktur
dilakukan secara 3 Dimensi menggunakan bantuan program SAP 2000 dengan
asumsi yang digunakan sebagai berikut:
a) Tiap balok didefinisikan sebagai balok T
b) Pertimbangan adanya retak sepanjang bentang komponen, maka komponen
struktur direduksi Momen Inersia sbb.:

- untuk balok T = 2 x I balok = 2 x 0,35 Ig = 0,7 Ig

KELOMPOK 9 28
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL I (HSKB 631)

- untuk kolom persegi = 0,7 Ig

Tabel 4.8 Analisa T Rayleigh akibat gempa arah sumbu X

Tingka Hi Wi F Di Wi.di² F.di


Ket
t
M kN kN Mm kN mm² kN mm
4 Dak 14,80 2298,96 18,446 4,32 3799,963 79,68
3 Lantai 11,30 3870,94 23,714 3,93 5727,046 93,19
2 Lantai 7,8 3870,94 16,369 3,06 3681,065 50,08
1 Lantai 4 4003,61 8,682 1,44 803,115 12,50
Total 14044,45 67,211 12,75 14011,190 235,47

14011,190
T1 = 6,3
√ 9800 x 235,47
= 0,490 dt

Nilai T yang diijinkan = 0,490 – (20% x 0,490) = 0,392 dt


Karena T1 = 0,64 > TRayleigh = 0,392 , maka T1 hasil empiris yang dihitung di
atas memenuhi ketentuan.

Tabel 4.9 Analisa T Rayleigh akibat gempa arah sumbu Y

Tingka Hi Wi F Di Wi.di² F.di


Ket
t
M kN kN Mm kN mm² kN mm
4 Dak 14,80 2298,96 18,446 5,93 7160,136 109,38
3 Lantai 11,30 3870,94 23,714 5,28 10337,450 125,20
2 Lantai 7,8 3870,94 16,369 3,97 6196,003 64,98
1 Lantai 4 4003,61 8,682 1,76 1199,715 15,28
Total 14044,45 67,211 16,94 24893,306 314,86

24893,306
T1 = 6,3
√ 9800 x 314,86
= 0,565 dt

Nilai T yang diijinkan = 0,565 – (20% x 0,565) = 0,452 dt


Karena T1 = 0,64 > TRayleigh = 0,452 , maka T1 hasil empiris yang dihitung di
atas memenuhi ketentuan.
Hasil Analisa Struktur

KELOMPOK 9 29
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL I (HSKB 631)

Dengan menggunakan program komputer SAP 2000, analisa stuktur 3 dimensi


telah dilakukan pada contoh SRPK di Tabel 4.5. Ketentuan-ketentuan di bawah
ini di pakai :
• Syarat pemodelan untuk efektifitas momen Inersia (penampang retak), yaitu

Balok T : 0,35 x 2 Ig balok biasa


Kolom : 0,7 Ig kolom.
• Hasil gaya di ujung balok dibuat untuk nilai di muka kolom.
• Ec pakai ketentuan Pasal 10.5 (1).
• Berat masa tiap lantai di kenai eksentrisitas ed sesuai Ps 5.4.3.
Kinerja Batas Layan (∆s) dan Kinerja Batas Ultimit (∆m).

Arah melintang (X)

KELOMPOK 9 30
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL I (HSKB 631)

Arah melintang (X) setelah di analisis menggunakan SAP 2000

Arah memanjang (Y)

KELOMPOK 9 31
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL I (HSKB 631)

Arah memanjang (Y) setelah di analisis menggunakan SAP 2000

Kinerja Batas Layan (∆s) dan Kinerja Batas Ultimit (∆m).


Tabel 4.10 memberikan nilai ∆m dan nilai ∆s tiap lantai yang diperoleh dengan
asumsi ketentuan-ketentuan tersebut di butir 8.3.2 di atas, dimana ∆m tiap lantai
di hitung, yaitu ∆m = ∆R∆s. Selain itu drift antar tingkat dari ∆s dan ∆m juga di
sajikan di Tabel 4.10 sampai 4.13

∆s antar
Menurut Ps 8.1.2, untuk memenuhi syarat kinerja batas layan, jika drift

0,03
xh
tingkat tidak boleh lebih besar dari R i
SNI 1726 menetapkan ini untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan
peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah kerusakan non
struktural dan ketidaknyamanan penghuni. Perlu di ketahui bahwa UBC 1997
tidak mengadakan pembatasan ini. Tapi mensyaratkan dilakukan perhitungan
efek P- (untuk zone 3 dan 4 yang setara WG 5 dan 6) bila drift antar tingkat
melebihi 0,02 hi / R.

KELOMPOK 9 32
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL I (HSKB 631)

Selanjutnya Ps 8.2.1 membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur yang


akan membawa korban jiwa manusia dengan membatasi nilai drift ∆m antar
tingkat tidak boleh melampui 0,02 x tinggi tingkat yang bersangkutan.
Ternyata pembatasan ∆S dan ∆M antar tingkat untuk SRPM yang di hitung di
penuhi.
Kontrol kinerja batas ultimit (∆ m)

ζ = 0,7 R = 0,7 x 3,5 = 2,45

∆ m=ζ ×∆ s=2,45 ∆ s

Tabel 4.10. Analisa ∆s akibat gempa arah X


Drift Δs
Syarat drift
Hi Δs antar syarat
Tingkat Ket Δs
tingkat
M mm mm Mm mm
4 Dak 14,80 4,32 0,39 30,00 OK
3 Lantai 11,30 3,93 0,87 30,00 OK
2 Lantai 7,8 3,06 1,62 32,57 OK
1 Lantai 4 1,44 1,44 34,28 OK

untuk memenuhi syarat kinerja batas layan, jika drift ∆s antar tingkat tidak

0,03
xh
boleh lebih besar dari syarat drift Δs = R i

Tabel 4.11. Analisa ∆m akibat gempa arah X


Drift Δs Drift Δm
Syarat drift
Hi antar antar syarat
Tingkat Ket Δm
tingkat tingkat
M mm mm Mm mm
4 Dak 14,80 0,39 0,95 70 OK
3 Lantai 11,30 0,87 2,31 70 OK
2 Lantai 7,8 1,62 3,96 76 OK
1 Lantai 4 1,44 3,52 80 OK

untuk memenuhi syarat kinerja batas layan, jika drift ∆m antar tingkat tidak

boleh lebih besar dari syarat drift Δm = 0.02 x hi

KELOMPOK 9 33
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL I (HSKB 631)

KELOMPOK 9 34
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL I (HSKB 631)

Tabel 4.12. Analisa ∆s akibat gempa arah Y


Drift Δs
Syarat drift
Hi Δs antar syarat
Tingkat Ket Δs
tingkat
M Mm mm Mm mm
4 Dak 14,80 5,93 0,65 30,00 OK
3 Lantai 11,30 5,28 1,31 30,00 OK
2 Lantai 7,8 3,97 2,21 32,57 OK
1 Lantai 4 1,76 1,76 34,28 OK

untuk memenuhi syarat kinerja batas layan, jika drift ∆s antar tingkat tidak

0,03
xh
boleh lebih besar dari syarat drift Δs = R i

Tabel 4.13. Analisa ∆m akibat gempa arah Y


Drift Δs Drift Δm
Syarat
Hi antar antar syarat
Tingkat Ket drift Δm
tingkat tingkat
M Mm mm mm mm
4 Dak 16,3 0,65 1,59 70 OK
3 Lantai 12,5 1,31 3,20 70 OK
2 Lantai 8,5 2,21 5,41 76 OK
1 Lantai 4,5 1,76 4,31 80 OK

untuk memenuhi syarat kinerja batas layan, jika drift ∆m antar tingkat tidak

boleh lebih besar dari syarat drift Δm = 0.02 x hi

KELOMPOK 9 35

Anda mungkin juga menyukai