Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR PUSAT PT.


BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAMBI
“TINJAUAN KHUSUS ANALISA KOLOM”

Dibuat Untuk Memenuhi Persyartan Kurikulum


Program S-1 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Batanghari Jambi

Disusun Oleh :
DELFIA DIANA PUTRI
NPM 1700822201021

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BATANGHARI JAMBI
2021
BAB IV
TINJAUAN KHUSUS
ANALISA KOLOM
4.1 Umum
4.1.1 Pengertian Kolom
Kolom adalah komponen struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi
lateral terkecil melampaui 3 yang digunakan terutama untuk menumpu beban
tekan aksial. Untuk komponen stuktur dengan perubahan dimensi latera, dimensi
lateral terkecil adalah rata-rata dimensi atas dan bawah sisi yang lebih kecil (SNI
2847:2013).
Pada suatu konstruksi bangunan gedung, kolom berfungsi sebagai
pendukung beban-beban dari balok dan pelat, untuk diteruskan ke tanah dasar
melalui fondasi. Beban dari balok dan pelat ini berupa beban aksial tekan sserta
momen lentur akibat kontinuitas konstruksi.

4.1.2 Jenis Kolom


Struktur kolom beton bertulang yang paling dijumpai adalah kolom
beton bertulang yang terdiri dari tulangan longitudinal dengan penguatan lateral
yang berupa tulangan sengkang. Menurut Wang (1986) ada beberapa jenis kolom
yaitu:
1. Kolom dengan Sengkang Ikat (Tied Colomn)
Bentuk dari kolom ini biasanya berupa persegi panjang ataupun bujur
sangkar yang terdiri dari tulangan longitudinal dan diikat dengan
sengkang persegi atau bujur sangkar.

2. Kolom dengan Sengkang Spiral (Spiral Colomn)


Kolom dengan sengkang spiral lebih sering digunakan pada kolom
dengan bentuk lingkaran ataupun segi-n. Kolom ini memiliki nilai daktilitas yang
tinggi sehingga sangat tepat digunakan pada wilayah rawan gempa.
3. Kolom komposit (Composite Colomn)
Kolom komposit merupakan kolom yang terbuat dari baja struktur yang
dibungkus dengan beton. Kolom ini banyak digunakan pada bangunan pabrik
atau bangunan-bangunan lain yang memerlukan ruangan yang tinggi.

4.2 Elemen Struktur yang di Tinjau


Kolom yang saya tinjau adalah kolom lantai 9, dengan posisi sebagai berikut:

Lokasi kolom
yang ditinjau

Gambar 4.1 Denah Detail Kolom Lantai 9


Sumber : PT. JAYA KONSTRUKSI, 2021
Lokasi kolom
yang ditinjau

Gambar 4.2 Denah Lantai 9


Sumber : PT. JAYA KONSTRUKSI, 2021
Lokasi kolom
yang ditinjau

Gambar 4.3 Denah Detail Tinjauan Kolom Lantai 9 pada As 4.D


Sumber : PT. JAYA KONSTRUKSI, 2021
4.3 Dasar Perhitungan
Di dalam Perencanaan Kolom ini digunakan peraturan Sebagai Berikut :
1. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung SNI 2847; 2013
2. Beban Minimum Untuk Perencanaan Bangunan Gedung Dan Struktur Lain
SNI 1727; 2013
3. Baja Tulangan Beton SNI 2052; 2017
4. Pedoman Perecanaan Pembebanan Untuk Rumah Dan Gedung SKBI-
1.3.5.3.1987.
5. Building Code Requirements For Structural Concrete (ACI 318-08) And
Commentary.
Pada perencanaan kolom, beban yang bekerja adalah beban struktrur atas
yang di distribusikan dari beban balok dan pelat lantai, ketika beban merata yang
ada diatas permukaan, sering kali untuk menetapkan bagian-bagian dari berbagai
elemen strutur yang mendukung permukaan tersebut bahwa dengan membagi
keseluruhan luas menjadi daerah pembebanan (Tributary Area) yang sesuai
untuk bagiannya. Metode Tributary Area adalah setengah jarak kolom yang
berdekatan.

4.4 Perhitungan Kolom


Data Teknis :
- f’c = 30 MPa
- Fy = 420 MPa
- Fys = 280 MPa
- B = 600 mm
- H = 600 mm
- Tulangan Sengkang = D13-100/150
- Tulangan Pokok = 12D22
4.4.1 Pembebanan Kolom
Perhitungan beban kolom

Gambar 4.4 Distribusi beban Kolom dengan metode Trybutary Area


Sumber : Data Olahan (2021)

a. Lantai 12 (Atap)
qD = P x L x T x B x Berat Jenis
Tabel 4.1 Beban Mati (qD) Lantai Atap
Tabel Beban Mati
Komponen P L T B Berat Jenis Jumlah
Struktur (m) (m) (m) (m) (Satuan ) (kN)
Pelat Lantai 8 7 0,13 24 174,72
Balok arah X (G-1) 4 0,4 0,7 24 26,88
Balok arah X (G-3) 3 0,4 0,5 24 14,40
Balok arah Y (G-1) 4 0,4 0,7 24 26,88
Balok Arah Y (G-1) 4 0,4 0,7 24 26,88
Total (kN) 269,76
Sumber : Data Olahan, 2021
qL = PxLxTxBxBerat Jenis
Tabel 4.2 Beban Hidup (qL) Lantai Atap
Tabel Beban Hidup
Komponen P L T B Berat Jenis Jumlah
Struktur (m) (m) (m) (m) (Satuan) (kN)
Pelat Lantai Atap (Asumsikan
Tebal Air Hujan 5 cm) 8 7 0,05 10 28
Total (kN) 28
Sumber : Data Olahan, 2021

b. Lantai 11
qD = P x L x T x B x Berat Jenis
Tabel 4.3 Beban Mati (qD) Lantai 11
Tabel Beban Mati
Komponen P L T B Berat Jenis Jumlah
Struktur (m) (m) (m) (m) (Satuan) (kN)
Pelat Lantai 8 7 0,13 24 174,72
Balok arah X (G-1) 4 0,4 0,7 24 26,88
Balok arah X (G-3) 3 0,4 0,5 24 14,40
Balok arah Y (G-1) 4 0,4 0,7 24 26,88
Balok arah Y (G-1) 4 0,4 0,7 24 26,88
Kolom Lantai 12 (K5) 3 0,5 0,5 24 18
Total (kN) 287,76
Sumber : Data Olahan, 2021
Beban Hidup (qL)
Beban Hidup Gedung Perkantoran Sebagai Ruang Kantor = 2,40 kN/m2
(SNI 1727;2013)

c. Lantai 10
qD = P x L x T x B x Berat Jenis
Tabel 4.4 Beban Mati (qD) Lantai 10
Tabel Beban Mati
Komponen P L T B Berat Jenis Jumlah
Struktur (m) (m) (m) (m) (Satuan) (kN)
Pelat Lantai 8 7 0,13 24 174,72
Balok arah X (G-1) 4 0,4 0,7 24 26,88

Balok arah X (G-3) 3 0,4 0,5 24 14,40


Balok arah Y (G-1) 4 0,4 0,7 24 26,88
Balok arah Y (G-1) 4 0,4 0,7 24 26,88
Kolom Lantai 11 (K5) 3 0,5 0,5 24 18
Total 287,76
Sumber : Data Olahan, 2021
Beban Hidup (qL)
Beban Hidup Gedung Perkantoran Sebagai Ruang Kantor = 2,40 kN/m2
(SNI 1727;2013)

d. Lantai 9
qD = P x L x T x B x Berat Jenis
Tabel 4.5 Beban Mati (qD) Lantai 9
Tabel Beban Mati
Komponen P L T B Berat Jenis Jumlah
Struktur (m) (m) (m) (m) (Satuan) (kN)
Pelat Lantai 8 7 0,13 24 174,72
Balok arah X (G-1) 4 0,4 0,7 24 26,88
Balok arah X (G-3) 3 0,4 0,5 24 14,40
Balok arah Y (G-1) 4 0,4 0,7 24 26,88
Balok arah Y (G-1) 4 0,4 0,7 24 26,88
Kolom Lantai 10 (K4) 3 0,6 0,6 24 25,92
Total 295,68
Sumber : Data Olahan, 2021
Beban Hidup (qL) Lantai 9
Beban Hidup Gedung Perkantoran Sebagai Ruang Kantor = 2,40 kN/m2
(SNI 1727;2013).

Total Pembebanan
Sehingga diperoleh hasil Total Pembebanan Tiap Lantai, yaitu :
a. Beban Mati Total (qD) = qD Atap (lantai 12) + qD Lantai 11 + qD lantai 10
+ qD lantai 9
Beban Mati Total (qD) = 269,76 kN + 287,76 kN + 287,76 kN + 295,68 kN
Beban Mati Total (qD) = 1140,96 kN

b. Beban Hidup Total (qL) = qL Atap + qL Lantai 11 + qL Lantai 10 + qL


Lantai 9
Beban Hidup Total (qL) = 28 kN + (2,40 kN/m2 x (8m x 7m)) + (2,40 kN x
(8m x 7m)) + (2,40 kN x (8m x 7m))
Beban Hidup Total (qL) = 431,2 kN

c. Pu = 1,2 (qD) + 1,6 (qL)


Pu = 1,2 (1140,96 kN) + 1,6 (431,2 kN)
Pu = 2059,072 kN

d. Mu = Pu x e
Mu = 2068.576 kN x 0.25m
Mu = 514,768 kNm
4.4.2 Data Kolom
Untuk menganalisis Kekuatan penampang kolom, diperlukan data sebagai berikut:
Lebar Penampang (b) = 600mm
Tinggi Penampang (h) = 600mm
Modulus Elastisitas (Es) = 200.000 MPa
Mutu Baja (fy) = 420 Mpa
Mutu Beron (fc’) = 30 MPa
Diameter Tulangan (db) = 22 mm
Jumlah Tulangan (n) = 12 buah
Selimut Beton (sb) = 40 mm
Diameter Sengkang ( sengakang) = 13 mm
Faktor Penghubung ( ) karena fc 28 MPa

= 0,85 – 0,05 ( ) ≥ 0,65

= 0,85 – 0,05 ( ) ≥ 0,65

= 0,835 ≥ 0,65 (Sehingga nilai yang digunakan adalah 0,835.)

Gambar 4.5 Detail Penampang Kolom


Sumber : Data Olahan, 2021
4.4.3 Analisis Kekuatan Penampang Kolom
a. Data Penampang Kolom
Ag = b x h
Ag = 600mm x 600mm = 360.000mm2

As = 0,7854 x (SNI 2052:2017)


As = 0,7854 x 222
As = 380,1336 mm2

Ast = 12D22 = 4562 mm2 (1,27%Ag (Ok!))

y= fy/Es = 420/200000 = 0.0021

Asi = As x Jumlah tulangan/baris


d4 = 66 mm
d3 = 222 mm
d2 = 378 mm
d1 = 534 mm

b. Perhitungan Kekuatan Kolom


1) Kondisi Beban Aksial Sentris
Po = 0,85 x fc’(Ag – Ast) + Ast x fy
Po = 0,85 x 30 MPa (360000 – 4562) + 4562 x 420
Po = 1098055 N
Po = 10980,55 kN

Pnmax = 0,80 x Po
Pnmax = 0,80 x 10980,55 kN
Pnmax = 8784,439 kN

Pnmaks = 0,52 x Po
Pnmaks = 0,52 x 10980,55kN
Pnmaks = 5709,885kN

2) Kondisi Momen maksimum pada gaya aksial maksimum yang


diizinkan
Pada kondisi ini perlu dicari nilai garis netral (c) yang tepat untuk
mengetahui momen maksimum yang terjadi pada saat gaya aksial yang diizinkan
(pnMax).
Pn = Pn maks = 8784,439kN = 8784439N
Gaya tekan oleh kontribusi beton:
Cc = (0,85 x fc’ x xb)c
Gaya Tekan oleh kontribusi tulangan :

si = 0,003 x ( ) = 0,003 – ( )

Fsi = ( si x Es) – (0,85fc’)


Tsi = Asi x fsi
Untuk tulangan pada garis terdekat dianggap sudah leleh, sehingga dapat
dihitung persamaan gaya tulangan tiap baris sebagai berikut :
Ts4 = (As4 x fy) – (0,85 x fc’ x As4)
Ts3 = (As3 x s3 x Es) – (0,85 x fc’ x As3)

= (As3 x 0,003 – ( ) x Es) – (0,85 x fc’ x As3)

= [(As3 xEsx0,003 – ) - (0,85 x fc’ x As3)]

Ts2 = (As2 x s2 x Es) – (0.85 x fc’ x As2)

= (As2 x 0,003 – ( ) x Es) – (0,85 x fc’ x As2)

= [(As2 xEsx0,003 – ) - (0,85 x fc’ x As2)]

Ts1 = (As1 x s1 x Es) – (0,85 x fc’ x As1)

= (As1 x 0,003 – ( ) x Es) – (0,85 x fc’ x As1)

= [(As1 xEsx0,003 – ) - (0,85 x fc’ x As1)]


Mencari Nilai c :
Pn = Cc + ∑Tsi
Pn = Cc + Ts4 + Ts3 + Ts2 + Ts1

Pn = (0,85 x fc’ x x b)c + (As4 x fy) – (0,85 x fc’ x As4) + [(As3 x Es x

0,003 - ) - (0,85 x fc’ x As3)] + [(As2 xEs x 0,003 –

) - (0,58 x fc’ x As2)] + [(As1 x Es x 0,003 –

) - (0,85 x fc’ x As1)] | |

0c = (0,85 x 30 x 0,835 x 600)c2 + (1520,53 x 420)c – (0,85 x 30 x


1520,53)c + (760,27 x 200000 x 0,003)c – (0,003 x 222 x
760,27 x 200000) – (0.85 x 30 x 760,27)c + (760,27 x 200000 x 0,003)c
– (0,003 x 378 x 760,27 x 200000) – (0,85 x 30 x 760,27)c + (1520,53 x
200000 x 0,003)c – (0,003 x 534 x 1520,53 x 200000) – (0,85 x 30 x
1520,53)c – 8784439c

0c = 12775,5c2 + 638624,4c – 387333,6272c + 456160,32c – 101267591 –


19386,81c + 456160,32c – 172428601 – 19386,81c + 912320,64c –
487179221,8 – 38773,63c – 8784439c
0 = 12775,5c2 – 6437494,2c - 760875414

Sehingga diperoleh nilai c :


c = 588,709 mm
Maka dapat dihitung gaya internal pada penampang sebagai berikut:

t= 0,003 - ( ) = 0,00034
a= xc
a = 0,835 x 588,709mm
a = 491,572 mm
Menghitung kekuatan kolom dari kontribusi tulangan dengan persamaan berikut :

si = 0,003 x

fsi = si x Es atau,
fsi = ±fy

Untuk tegangan tulangan yang tertekan atau fsi > 0, maka perlu direduksi sebesar
0,85fc’ .
Tsi = Asi x fsi

Mnsi = Tsi x ( – di)


Penampang kolom serta distribusi regangan dan distribusi tegangan dapat
dilihat pada gambar 4.6 dibawah ini :

Gambar 4.6 Penampang Kolom, Distribusi Regangan dan Distribusi Tegangan


pada kondisi momen maksimum pada gaya aksial maskimum yang diizinkan
Sumber : Data Olahan, 2021

Untuk perhitungan kekuatan kolom dan kontribusi tulangan disajikan dalam


tabel 4.6 dibawah ini:
Tabel 4.6 Perhitungan kondisi maksismum pada gaya aksial maksimum yang
diizinkan
di Jumlah Asi fsi Tsi Mnsi
Baris (mm) tul/baris (mm2) si (MPa) (kN) (kNm)
4 66 4 1520,53 0,00268 420 599,851 140,365
3 222 2 760,27 0,00189 378 267,994 20,904
2 378 2 760,27 0,00111 222 149,393 -11,653
1 534 4 1520,53 0,00034 68 64,623 -15,122
Total 12 4561,6 1081,860 134,494
Sumber: Data Olahan, 2021

Setelah gaya internal didapatkan, dapat dihitung kekuatan kolom sebagai


berikut:
Menghitung Kekuatan Kolom dari kntribusi beton:
Cc = 0,85 x fc’ x a xb
Cc = 085 x 30 x 491,572 x 600
Cc = 7699,909 kN
Menghitung Kekuatan aksial dan momen :
Pn = Cc + ∑Tsi
Pn = 7699,909 kN + 1081,860 kN = 8781,769 kN

Mnc = Cc x ( - )

Mnc = 7699,909 kN x ( - )

Mnc = 372,437 kNm

Mn = Mnc + ∑Mnsi
Mn = 372,437 kNm + 134,494 kNm
Mn = 506,931 kNm
= 0,65
Pn = 0,65 x 8781,769 = 5708,15 kN
Mn = 0,65 x 506,931 = 329,505 kNm

3) Penampang Pada Kondisi Tulangan Tarik Terjauh Tidak Terjadi


Regangan ( t = 0 y)
Ini merupakan kondisi dimana regangan tulangan tarik terjauh tidak terjadi
regangan ( t = 0 y) , sehingga dapat dihitung sebagai berikut :

t =0 y = 0

c= = = 534 mm

a= x c = 0,835 x 534 mm = 445,89mm


Penampang kolom serta distribusi regangan dan distribusi tegangan dapat
dilihat pada gambar 4.7 dibawah ini :

Gambar 4.7 Penampang Kolom, Distribusi Regangan dan Distribusi Tegangan


pada kondisi Tulangan Tarik Terjauh Tidak Terjadi Regangan ( t = 0 y)
Sumber : Data Olahan, 2021

Dengan langkah yang sama seperti perhitungan point kedua, dapat


dihitung kekuatan kolom dari kontribusi tulangan sebagai berikut :
Tabel 4.7 Perhiutngan tulangan pada kondisi tulangan tarik terjauh tidak terjadi
regangan ( t = 0 y)

di Jumlah Asi fsi Tsi Mnsi


Baris (mm) tul/baris (mm2) si (MPa) (kN) (kNm)
4 66 4 1520,53 0,00263 420 599,851 140,365
3 222 2 760,27 0,00175 350 246,707 19,243
2 378 2 760,27 0,00087 174 112,900 -8,806
1 534 4 1520,53 0,00000 0 -38,774 9,073
Total 12 4561,6 920,684 159,875
Sumber : Data Olahan, 2021

Setelah gaya internal didapatkan, dapat dihitung gaya aksial (Pn) dan
Momen Lentur (Mn).
Menghitung Kekuatan Kolom dari Kontribusi beton:
Cc = 0,85 x fc’ x a xb
Cc = 0,85 x 30 x 445,89 x 600
Cc = 6822,117 kN
Menghitung kekuatan aksial dan momen :
Pn = Cc + ∑Tsi
Pn = 6822,117 kN + 920,684kN
Pn = 7742,801 kN

Mnc = Cc x ( - )

Mnc = 6822,117 kN x ( - )

Mnc = 525,678 kNm

Mn = Mnc + ∑Mnsi
Mn = 525,678kNm + 159,875 kNm
Mn = 685,553 kNm
= 0,65
Pn = 0,65 x 7742,801 = 5032,820 kN
Mn = 0,65 x 525,678 = 445,609 kNm

4) Penampang Pada Kondisi Regangan Tulangan Tarik Terjauh Setengah


Dari Regangan Leleh ( t = 0,5 y)
Kondisi ini merupakan kondisi dimana regangan tarik terjauh setengah dari
regangan leleh tertarik ( t = - 0,5 y). Sehingga dapat dihitung sebagai berikut:

t = - 0,5 y = -000105

c= = = 395,55mm

a= x c = 0,835 x 395,55 mm = 330,284mm


Penampang kolom serta distribusi regangan dan distribusi tegangan dapat
dilihat pada gambar 4.8 dibawah ini :

Gambar 4.8 Penampang Kolom, Distribusi Regangan dan Distribusi Tegangan


pada kondisi Regangan Tulangan Tarik Terjauh Setengah Dari Regangan Leleh
( t = 0,5 y)
Sumber : Data Olahan, 2021
Dengan langkah yang sama seperti perhitungan sebelumnya, untuk nilai
pada kondisi ini disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8 Perhitungan kondisi regangan tulangan tarik terjauh setengah dari
regangan leleh ( t = - 0.5 y)

di Jumlah Asi fsi Tsi Mnsi


Baris (mm) tul/baris (mm2) si (MPa) (kN) (kNm)
4 66 4 1520,53 0,00270 420 599,851 140,365
3 222 2 760,27 0,00142 284 196,529 15,329
2 378 2 760,27 0,00014 28 1,901 -0,148

1 534 4 1520,53 -0,00110 -220 -373,291 87,350


Total 12 4561,6 424,989 242,896
Sumber : Data Olahan, 2021

Setelah gaya internal didapatkan, dapat dihitung gaya aksial (Pb) dan
Momen Lentur (Mb).
Menghitung Kekuatan Kolom dari kontribusi beton:
Cc = 0,85 x fc’ x a x b
Cc = 0,85 x 30 x 330,284 x 600
Cc = 5053,349 kN
Menghitung Kekuatan Aksial dan Momen :
Pn = Cc + ∑Tsi
Pn = 5053,349 kN + 424,989 kN
Pn = 5478,338 kN

Mnc = Cc x ( - )

Mnc = 5053,349 kN x ( - )

Mnc = 681,484 kN

Mn = Mnc + ∑Mnsi
Mn = 681,484kNm + 242,896kNm
Mn = 924,380kNm
= 0,65
Pn = 0,65 x 5478,338 = 3560,920 kN
Mn = 0,65 x 924,380 = 600,847 kNm

5) Penampang Kondisi Seimbang (Balance)


Kondisi ini merupakan kondisi dimana regangan tarik terjauh sama dengan
regangan leleh tarik ( t =- y). Sehingga dapat dihitung sebagai berikut:

t =- y= -0,0021

c= = = 314,117mm

a= x c = 0,835 x 314,117 mm = 262,288mm


Penampang kolom serta distribusi regangan dan distribusi tegangan dapat
dilihat pada gambar 4.9 dibawah ini :

Gambar 4.9 Penampang Kolom, Distribusi Regangan dan Distribusi Tegangan


pada kondisi Seimbang (Balance)
Sumber : Data Olahan, 2021
Dengan langkah yang sama seperti perhitungan sebelumnya, untuk nilai
pada kondisi ini disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.9 Perhitungan Kondisi Seimbang (Balance)
di Jumlah Asi Fsi Tsi Mnsi
Baris (mm) tul/baris (mm2) si (MPa) (kN) (kNm)
4 66 4 1520,53 0,00237 420 599,851 140,365
3 222 2 760,27 0,00088 176 114,420 8,925
2 378 2 760,27 -0,00061 -122 -112,139 8,747
1 534 4 1520,53 -0,00210 -420 -677,398 158,511
Total 12 4561,6 -75,266 316,548
Sumber: Data Olahan, 2021

Setelah gaya internal didapatkan, dapat dihitung gaya aksial (Pb) dan
Momen Lentur (Mb).
Menghitung kekuatan kolom dari kontribusi beton:
Cc = Cc = 0,85 x fc’ x a x b
Cc = 0,85 x 30 x 262,288 x 600
Cc = 4013,002 kN
Menghitung Kekuatan aksial dan momen :
Pn = Cc + ∑Tsi
Pn = 4013,002kN + (-75,266) kN
Pn = 3937,735 kN

Mnc = Cc x ( - )

Mnc = 4013,002 kN x ( - )
Mnc = 677,620 kN

Mn = Mnc + ∑Mnsi
Mn = 677,620kNm + 316,548kNm
Mn = 994,168 kNm

= 0,65
Pn = 0,65 x 3937,735 = 2559,528 kN
Mn = 0,65 x 994,168= 646,209 kNm

6) Penampang Pada Kondisi Lentur Murni (P=0)


Kondisi ini merupakan kondisi dimana lentur murni (P=0). Setelah
dilakukan percobaan, didapatkan nilai regangan tarik netto pada tulangan tarik
terjauh yang tepat sehingga dapat dihitung sebagai berikut:

t = - 0,0292

c= = = 59,01 mm

a= x c = 0,835 x 110,483 mm = 49,349 mm


Penampang kolom serta distribusi regangan dan distribusi tegangan dapat
dilihat pada gambar 4.10 dibawah ini :

Gambar 4.10 Penampang Kolom, Distribusi Regangan dan Distribusi Tegangan


pada kondisi Lentur Murni (P=0)
Sumber : Data Olahan, 2021
Dengan langkah yang sama seperti perhitungan sebelumnya, untuk nilai
pada kondisi ini disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.10 Perhitungan Kondisi Lentur Murni (P=0)


di Jumlah Asi fsi Tsi Mnsi
Baris (mm) tul/baris (mm2) εsi (MPa) (kN) (kNm)
4 66 4 1520,53 0,00120 420 599,851 140,365
3 222 2 760,27 -0,00302 -420 -338,699 -26,419
2 378 2 760,27 -0,00726 -420 -338,699 26,419
1 534 4 1520,53 -0,01140 -420 -677,398 158,511
Total 12 4561,6 -754,945 298,876
Sumber: Data Olahan, 2021

Setelah gaya internal didapatkan, dapat dihitunggaya aksial (Pb) dan


Momen Lentur (Mn).
Menghitung Kekuatan Kolom dari kontribusi beton:
Cc = 0,85 x fc’ x a x b
Cc = 0,85 x 30 x 49,349 x 400
Cc = 755,032 kN

Menghitung Kekuatan aksial dan momen:


Pn = Pn = Cc + ∑Tsi
Pn = 755,032kN + (-754,945) kN
Pn = 0,087 kN dibulatkan menjadi Pn = 0

Mnc = Cc x ( - )

Mnc = 755,032 kN x ( - )

Mnc = 207,880 kN
Mn = Mnc + ∑Mnsi
Mn = 207,880 kNm + 298,876kNm
Mn = 506,756 kNm

= 0,9
Pn = 0,9 x 0 = 0 kN
Mn = 0,9 x 506,756 = 456,080 kNm

Tabel 4.11 Nilai Kuat Rencana dan Kuat Nominal Kolom


Kuat Rencana Kolom Kuat Nominal Kolom
Point
Mn (kNm) Pn (kN) Mn (kNm) Pn (kN)
1 0 5709,885 0 10980,55
2 242,084 5708,15 506,931 8784,439
3 445,609 5032,82 685,553 7742,801
4 600,847 3560,92 924,380 5478,338
5 646,209 2559,528 994,168 3937,735
6 456,08 0 506,756 0
Sumber: Data Olahan, 2021
Gambar 4.6 Diagram Interaksi Kolom
Sumber: Data Olahan, 2021

Anda mungkin juga menyukai