Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MASALAH GIZI MASYARAKAT DAN UPAYA PERBAIKANNYA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat

Dosen Pengampu : Asih Media Y, S.KM., M. P. H

Oleh :

Kelompok 3

1. Mahardian Cahyadi (2123201016)


2. Etikawati (2123201012)
3. Isma Zunaidah (2123201011)
4. Asih Susanti (2123201014)
5. Ammika Fitriyah (2123201015)
6. Indah Kartikasari (2123201017)
7. Finasthika Ramadhani (2123201020)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES MAJAPAHIT MOJOKERTO

2021/2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................................5
A. Definisi......................................................................................................................................5
B. Etiologi......................................................................................................................................5
C. Manifestasi klinis.......................................................................................................................5
D. Patofisiologi...............................................................................................................................6
E. Akibat Gizi Kurang Pada Proses Tubuh....................................................................................7
F. Klasifikasi..................................................................................................................................8
G. Insidensi...................................................................................................................................10
H. Pencegahan..............................................................................................................................10
BAB III........................................................................................................................................12
PENUTUP...................................................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki


berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut kerangka konseptual
UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung (immediate cause), penyebab tidak
langsung (underlying cause) dan penyebab dasar (basic cause).

Di Indonesia, penderita malnutrisi terdapat di kalangan ibu dan masyarakat yang


kurang mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala Malnutrisi dianggap kondisi “biasa”
dan dianggap sepele oleh orang tuanya. Masyarakat di Indonesia, para ibunya berpendapat
bahwa anak yang buncit perutnya bukan kekurngan nutrisi, melainkan karena penyakit
cacingan.  

Beban Ganda Masalah Gizi sangat terkait dengan kemiskinan dan ketidakmerataan.
Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi selama tiga tahun terakhir telah meningkat dari 4,9%
pada 2015 ditargetkan menjadi 5,4% pada tahun 2018 dan jumlah orang miskin menurun
menjadi 26,58 juta pada tahun 2017 (Bappenas, 2018). Meskipun demikian, ketidakmerataan
yang lebar tetap terjadi. Kemiskinan terkonsentrasi di daerah pedesaan di mana 14,3%
penduduk hidup di bawah garis kemiskinan sedangkan 8,3% orang di daerah perkotaan.
Tingkat kemiskinan dicerminkan oleh tingkat kekurangan gizi dan pola konsumsi. Kurang
gizi serta asupan energi dan protein yang tidak memadai jauh lebih tinggi pada kelompok
kuintil kekayaan yang lebih rendah, serta di provinsi yang paling miskin dan terpencil,
dimana ketidakmerataan ini semakin meningkat. Sementara obesitas dan konsumsi makanan
tinggi kadar gula, garam, dan lemak lebih umum terjadi pada kelompok kekayaan yang lebih
tinggi. Untuk saat ini, hal ini dengan cepat akan menjadi masalah utama di antara kelompok
miskin. Bank Dunia telah memberitahukan bahwa untuk mencapai pertumbuhan yang lebih
cepat dan lebih inklusif, Indonesia perlu membelanjakan lebih baik dan lebih banyak di
daerah-daerah prioritas (World Bank, 2018). Hubungan sinergis antara kemiskinan dan gizi
berarti bahwa memprioritaskan gizi akan berkontribusi dalam mengurangi kemiskinan,
sementara mengurangi kemiskinan akan berkontribusi pada perbaikan gizi.

Kematian akibat malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan  yang
mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan
yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah. Selain itu juga karena adanya
penyakit, terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan
nutrien oleh tubuh.

3
B. Tujuan

Tujuan dari pembahasaan makalah ini adalah untuk mengetahui serta memahami
malnutrisi, mengenai  pengertian, penyebab, tanda gejala, patofisiologi, insidensi, serta tata
laksana yang tepat.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan terhadap


absorbsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan
aktivitas.

Malnutrisi merupakan kekurangan konsumsi pangan secara relatif  atau absolute


untuk periode tertentu. (Bachyar Bakri, 2002).

Malnutrisi (Gizi salah) adalah kesalahan pangan terutama terletak dalam


ketidakseimbangan komposisi hidangan penyediaan makanan. (Akhmad Djaeni, 2004).

B. Etiologi

1. Penyebab langsung :

a. Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan


oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang
diberikan dan cara pemberian makanan yang salah.
b. Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan
dan penggunaan nutrien oleh tubuh.

2. Penyebab tidak langsung :

a. Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga untuk menghasilkan


atau mendapatkan makanan.
b. Kualitas perawatan ibu dan anak.
c. Buruknya pelayanan kesehatan.
d. Sanitasi lingkungan yang kurang.

C. Manifestasi klinis

Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:

1. Kelelahan dan kekurangan energy


2. Pusing

5
3.  Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk
melawan infeksi)
4. Kulit yang kering dan bersisik
5. Gusi bengkak dan berdarah
6. Gigi yang membusuk
7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8. Berat badan kurang
9. Pertumbuhan yang lambat
10. Kelemahan pada otot
11. Perut kembung
12. Tulang yang mudah patah
13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh

D. Patofisiologi

Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.
Faktor-faktor ini dapat digolong-kan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh
sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment  (lingkungan). Memang faktor diet
(makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan


hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mem-
pergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat
sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme
protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah
jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam
lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan
separuh dari tubuh. Pada Malnutrisi, di dalam tubuh sudah tidak ada lagi cadangan makanan
untuk digunakan sebagai sumber energi. Sehingga tubuh akan mengalami defisiensi nutrisi
yang sangat berlebihan dan akan mengakibatkan kematian.

6
E. Akibat Gizi Kurang Pada Proses Tubuh

Akibat kurang gizi pada proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kuarng.
Kekurangan gizisecara umum (makanan kurang dalam kalitas dan kuantitas) menyebabkan
gangguan pada proses :

           

1.      Pertumbuhan

Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zat


pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-anak
yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas rata-rata lebih tinggi
daripada yang berasal dari keadaan sosial ekonomi rendah.

2.      Produksi tenaga

Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga


untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas, merasa lemah,
dan produktivitas kerja menurun.

3.      Pertahanan tubuh

Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi
berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada
anak-anak hal ini dapat membawa kematian.

4.      Struktur dan fungsi otak

Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan
demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun.
Kekurang gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.

5.      Perilaku

Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukan perilaku tidak
tenang. Mereka muah tersinggung, cengeng, dan apatis.

Dari keterangan di atas tampak, bahwa gizi yang baikmerupakan model bagi
pengembangan sumberdaya manusia.

7
F. Klasifikasi

Kurang Energi Protein, secara umum dibedakan menjadi marasmus dan kwashiorkor.

1. Marasmus

Adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih kekurangan
kalori daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai berikut :

a. Intake kalori yang sedikit.


b. Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.
c. Kelainan struktur bawaan.
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates.
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.
f. Gangguan metabolism.
g. Tumor hipotalamus.
h. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang.
i. Urbanisasi.
2. Kwashiorkor

Adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar. Selain
itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori. Penyebabnya adalah :

a. Intake protein yang buruk.


b. Infeksi suatu penyakit.
c. Masalah penyapihan.

Tabel Klasifikasi IMT Menurut WHO :

Klasifikasi IMT (kg/ m2)

Malnutrisi berat < 16,0

Malnutrisi sedang 16,0 – 16,7

Berat badan kurang/ malnutrisi ringan 17,0 – 18,5

Berat badan normal 18,5 – 22,9

Berat badan kurang ≥ 23

Dengan resiko 23 – 24,9

8
Obes I 25 – 29,9

Obes II ≥ 30

Masalah lain malnutrisi antara lain :

1. Anemia

Penyakit kurang darah yang paling umum disebabkan karena kurang gizi. Meski dapat
dipicu oleh banyak faktor, tapi salah satu alasan utama terjadinya anemia adalah defisiensi zat
besi dan vitamin B12. Penderitanya bisa mengalami sesak napas, kelelahan, pucat, dan gejala
lain yang menunjukkan rendahnya jumlah hemoglobin.

2. Gondok

Disebabkan karena kekurangan yodium dalam makanan. Gejala khasnya adalah


pembengkakan kelenjar tiroid. Gejala lainnya adalah lesu, lemah, tingkat metabolisme yang
rendah, peningkatan kerentanan terhadap dingin, dan lain-lain.

3. Defisiensi Vitamin

a. Vitamin A. Dapat mengakibatkan rabun senja, kebutaan permanen serta sangat


rentan terhadap infeksi, gangguan nafsu makan, kulit kering dan kasar, kerusakan
rambut, kesulitan dalam penyembuhan luka, dan lain-lain.
b. Vitamin B1. Penderitanya akan mengalami badan lesu, menurunnya nafsu makan,
dan depresi mental. Penyakit karena defisiensi tiamin yaitu beri-beri. Penyakit ini
disebabkan akibat makanan yang kaya akan karbohidrat tetapi rendah tiamin.
c. Vitamin B2. Kekurangan vitamin B2 atau riboflavin biasanya sangat
berhubungan dengan penyakit kurang protein dan energi. Gejala defisiensi
riboflavin termasuk sakit tenggorokan dengan pembengkakan dan kemerahan dari
mulut, cheilosis, stomatitis, glositis, dermatitis, dan lain-lain.
d. Vitamin B12. Ditandai dengan gejala seperti kesemutan pada lidah, anemia,
bintik-bintik putih pada kulit, luka pada mulut, sesak napas, sakit kepala yang
mirip serangan migrain, dan lain-lain.
e. Vitamin C. Kekurangan vitamin C menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai
penyakit kudis. Penyakit ini ditandai dengan gejala seperti gusi berdarah,
penyembuhan luka yang sangat lama, bintik-bintik pada kulit, dan peningkatan
kerentanan terhadap infeksi.

9
f. Vitamin D. Kekurangan vitamin D biasanya terjadi karena kurangnya asupan
kalsium dan paparan sinar matahari. Gejala kekurangan vitamin D menyebabkan
pembentukan tulang terganggu, sehingga tulang menjadi sangat lunak seperti pada
osteomalacia maupun osteoporosis.

G. Insidensi

Program Lembaga Pangan Dunia (WFP) dalam penelitannya pada awal tahun 2008
menyebutkan jumlah penderita gizi buruk dan rawan pangan di Indonesia mencapai angka 13
juta. Meski data pemerintah yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari
secara resmi menyebutkan penderita gizi buruk hingga tahun 2007 mencapai angka 4,1 juta,
atau naik tiga kali lipat dibanding jumlah penderita yang sama di tahun 2005 yakni 1,67 juta
jiwa.

Tentunya, angka ini sangat mencengangkan dunia internasional, kenyataan ini


membuat salah satu produsen makanan ringan terkemuka di Indonesia menggalang aksi
kepedulian dengan mencantumkan data ini dalam kemasan produknya sehingga diharapkan
masyarakat berempati dan kemudian mendonasikan sebagian uangnya untuk penanggulangan
gizi buruk.

Hingga akhir April 2008, sejumlah bencana masih melanda berbagai daerah, musim
penghujan belum kunjung usai, angin puting beliung, banjir bandang dan longsor yang
melanda Jawa Tengah dan Jawa Timur dan badai elnina yang berefek pada ombak 4-6 meter
di sebagian wilayah laut Indonesia. Musibah ini mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan
lahan pertanian. Lahan pertanian yang sedianya menjadi sumber pangan bagi masyarakat,
kondisnya hancur, gagal panen (puso). Akibatnya masyarakat terancam kekurangan pangan.

H.  Pencegahan

Sebagaimana yang ditulis oleh Leavell & Clark terdapat 5 tingkatan pencegahan
untuk diterapkan dan pencegahan dan penanggulangan masalah gizi. Konsep ini sangat
relevan, karena disetiap tingkatan digambarkan pula dengan contoh-contoh kegiatan
sebagaimana penjelasan berikut ini.

1. Masa Pra Pathogenesis :

a) Peningkatan Kesehatan
Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah :
1) Penyuluhan gizi yang intensif
2) Penggalakan ASI dan makanan tambahan untuk bayi/balita
3) Pemenuhan kebutuhan gizi sehari-hari
4) Standard mutu gizi yang terjamin

10
5) Perlindungan keselamatan makanan.
6) Pemberian makanan di sekolah-sekolah
7) Pemberian makanan pada buruh dipabrik/perusahaan
8) Pemenuhan kebutuhan pokok : makanan, air bersih, jamban, pakaian, perumahan dan
lain-lain.
b) Perlindungan Khusus (Specific Protection)
1) Perlindungan khusus terhadap : bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui
2) Fortifikasi bahan makanan (misalnya iodisasi garam)
3) Suplementasi zat gizi tertentu (misalnya pemberian kapsul vitamin A)
4) Immunisasi
5) Penggalakkan penggunaan ASI dan makanan tambahan untuk bayi dan balita
c) Diagnose dini, pengobatan cepat dan tepat (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
1) Penimbangan balita setiap bulan sekali
2) Survei gizi secara periodik
3) Pemeriksaan anthropometri, klinik, biokimia yang teratur
4) Pemberian Kapsul Vitamin A dosis tinggi pada anak dengan gejala xeropthalamia
5) Pemberian tablet besi (Fe) pada ibu hamil dan ibu menyusui yang anemia
6) Larutan gula garam (oralit) pada anak yang diare Epidemiologi Gizi 53
2. Masa Pathogenesis :

a) Membatasi Cacat (Disability Limitation)


1) Perawatan khusus KEP berat (Kwarsiorkor/Marasmus)
2) Tempat-tempat penampungan penderita kelaparan dan HO
b) Pemulihan Kesehatan (Rehabilitation)
1) Penyuluhan Gizi
2) Mental feeding (Usaha memperbaiki perkembangan mental anak)
3) Memperbaiki lingkungan hidup (biologis, fisik, dan sosial) dan cara hidup
4) Persediaan pangan bergizi yang cukup
5) Melembagakan kebiasaan pemberian makanan dan kesehatan yang baik

BAB III
PENUTUP

11
A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Malnutrisi merupakan suatu keadaan di mana tubuh


mengalami gangguan terhadap absorbsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk
pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.

Penyebab Malnutrisi secara langsung ialah karena kurangnya asupan makanan:


Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang
diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang
salah. Serta karena adanya penyakit infeksi

Sedangkan penyebab yang tidak langsung ialah kurangnya ketahanan pangan


keluarga, kualitas perawatan ibu dan anak, sanitasi lingkungan yang kurang, buruknya
pelayanan kesehatan

Ada 5 tingkatan pencegahan dan penanggulangan masalah gizi sebagaimana yang


ditulis Leavell & Clark yaitu dalam masa Pra Pathogenesis antara lain Peningkatan
Kesehatan , Perlindungan Khusus (Specific Protection) , Diagnose dini, pengobatan cepat
dan tepat (Early Diagnosis and Prompt Treatment) dan Masa Pathogenesis anatara lain
Membatasi Cacat (Disability Limitation), Pemulihan Kesehatan (Rehabilitation)

B. Saran

Pemenuhan akan kebutuhan gizi dalam tubuh merupakan salah satu cara meminimalisir
terjadinya Malnutrisi. Cara itu dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan yang
mengandung empat sehat lima sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Sediaoetama,A.D.1985.Ilmu Gizi.jil 1.Dian Rakyat : Jakarta.

12
Sediaoetama,A.D.1989.Ilmu Gizi.jil 2.Dian Rakyat : Jakarta.

Supariasa,I. Dewa Nyoman S. 2001.  Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta.

Suhardjo. 1988 .  Perencanaan Pangan dan Gizi . Bumi Aksara : Jakarta.

Doenges, E. Marilyn.  Rencana  Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta.  

http://dokterblog.wordpress.com/2009/05/19/malnutrisi/

http://www.indonesiaindonesia.com/f/11150-malnutrisi/

http://id.wikipedia.org/wiki/Malnutrisi

http://medicastore.com/artikel/284/Kenali_Tanda_dan_Gejala_Gizi_Buruk.html

http://my.opera.com/stoppenindasan/blog/penderita-gizi-buruk-di-indonesia-mencapai-13-
juta-ji

http://gizisehat.wordpress.com/2010/05/31/dukungan-nutrisi-pada-kasus-penyakit-dalam/

https://www.bappenas.go.id/index.php

13

Anda mungkin juga menyukai