Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan # 5

Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara menyeluruh (Health and Safety at Work for
All), dapat dijelaskan setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja terlepas dari sektor ekonomi (formal atau
informal), besar kecilnya perusahaan dan jenis pekerjaan (UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan). Berdasarkan penjelasan tersebut menyatakan bahwa,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) saat ini sangat dibutuhkan oleh hampir semua
pekerjaan baik dari segi sektor industri formal maupun non formal (informal).
Perkembangan dan pertumbuhan sektor industri formal maupun informal tersebut
selalu diiringi dengan masalah besar, baik masalah kecelakaan kerja maupun penyakit
akibat kerja1.
 Salah satu aktifitas pekerjaan yang memiliki bahaya K3 ialah kegiatan menyelam.
Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan air, dengan atau
tanpa menggunakan peralatan, untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jika didasarkan
kepada tujuan, kegiatan penyelaman dapat dimanfaatkan secara komersial yaitu untuk
kepentingan konstruksi dibawah permukaan air, penambangan lepas pantai (Off shore
drilling). Salvage, penangkapan ikan dan lain-lain2.
Pada kenyataannya aktifitas selam mengandung risiko bahaya K3 jika
pelaksanaannya menyimpang dari prosedur. Tentu saja hal ini, menjadi tanggung
jawab dan kewajiban bagi seluruh pelaku dalam kelompok masyarakat selam dalam
mengurangi risiko bahaya K3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
PARAS consulting Ltd pada tahun 1997, dari 1000 kasus kecelakaan selam yang
didapat dari hasil laporan kecelakaan penyelaman wisata yang disusun oleh British
Sub Aqua Club (BSAC) dan Divers Alert Network, terdapat 286 kasus kematian
akibat penyelaman3.
Beda halnya dengan penyelam tradisional yang ada di Indonesia, mereka adalah
nelayan yang melakukan penyelaman dengan tujuan untuk mendapatkan hasil
tangkapan berupa ikan. Nelayan penyelam tradisional atau yang sering disebut dengan
nelayan kompresor adalah penyelam yang melakukan penyelaman dengan
menggunakan peralatan selam yang sangat terbatas. Kebanyakan peralatan selam
yang mereka gunakan hanya terdiri dari kompresor (biasanya kompresor yang
dipergunakan untuk memompa ban kendaraan bermotor), fin, masker, selang dengan
regulatornya, dan pemberat dari timah. Berdasarkan alat tangkap yang dipergunakan,
nelayan kompresor yang menggunakan jaring biasa disebut dengan nelayan
muroami4. Muroami termasuk dalam drive-in net, dimana ikan ditangkap dengan cara
menggiring ikan ke dalam alat tangkap jenis apa saja5. Penyelaman yang dilakukan
secara tradisional oleh nelayan muroami tersebut merupakan salah satu pekerjaan di
sektor informal. Menurut “Bali statement on OHS in the informal sector” (1997),
sektor informal adalah sektor yang terdiri dari bisnis skala kecil, bisnis keluarga dan
usaha mikro lainnya. Pada umumnya bisnis ini, merupakan usaha sendiri dan
melibatkan anggota keluarga. Pekerja pada sektor informal ini adalah pekerja di
industri kecil, pekerja bengkel kecil, kontraktor jalan, petani, peternak, nelayan
penyelam, supir, pemulung dan pekerja dalam bisnis skala kecil lainnya. Berdasarkan
“Bali statement on OHS in the informal sector” (1997), menyatakan bahwa masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di sektor informal disebabkan oleh beberapa faktor
dalam proses kerja, faktor manusia dan lingkungan kerja (ada hazard ditempat kerja
dan / atau kondisi kerja yang kurang sehat). Faktor penyebab dalam proses kerja
adalah material yang ber-hazard, prosedur dan keterampilan kerja, dan perlindungan
mesin. Faktor manusianya seperti rendahnya tingkat pendidikan, kurang gizi dan

1
peralatan pelindung diri yang tidak sesuai. Hazard pada lingkungan kerja termasuk
aspek fisika, kimia, biologi, ergonomi dan psikososia6.
Berdasarkan hasil survei terhadap nelayan kompresor di Kelurahan Pulau
Panggang, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta Utara dari 145 responden yang
diperiksa, ternyata 111 menderita penyakit (umum dan penyelaman). Diantara 81
responden menderita penyakit khusus penyelaman berupa barotrauma telinga,
dekompresi dan penyakit akibat lingkungan dalam air. Sedangkan Thiritz dan Kadir
(2005) dari 47 orang nelayan kompresor yang diteliti ditemukan 35 orang yang
menderita ketulian. Jadi dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa jumlah kasus
kesehatan yang muncul akibat kegiatan penyelaman salah satunya adalah gangguan
pendengaran7.
Dalam observasi yang telah dilakukan oleh penulis di temukan gambaran umum
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada nelayan kompresor : (a). Tingginya bahaya
K3 yang ada dilingkungan kerja sepert bahaya K3 fisik, bahaya K3 mekanaik, bahaya
K3 biologi, kimia dan bahaya K3 psikososial; (b). Kurang waspada terhadap faktor
risiko terhadap terjadinya Penyakit Akibat Kerja (dekompresi, barotrauma, keracunan
dan sinus); (c). Keterbatasan peralatan yang dipergunakan; (d). Beban fisik yang
tinggi dan waktu kerja yang cukup lama; (e).Rendahnya pengetahuan yang dimiliki
oleh nelayan kompresor mengenai safety dive; dan (f). Tidak adanya upaya
pencegahan terhadap hazard atau bahaya K3 yang ada. Hal tersebut menimbulkan
pertanyaan, bagaimana gambaran bahaya K3 dan gambaran aktifitas pada kegiatan
penangkapan ikan nelayan muroami di Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten
Kepulauan Seribu tahun 2009 ?.
 

Anda mungkin juga menyukai