Anda di halaman 1dari 190

MATA KULIAH

AKUNTANSI MANAJEMEN

Abdul Karim
Akuntansi Manajemen – Pengertian Akuntansi Manajemen

BABBIB
RUANGBLINGKUPBAKUNTANUIBMANANEMENB

Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah masukan berupa data
operasi dan data keuangan untuk menghasilkan keluaran berupa informasi akuntansi
yang dibutuhkan oleh pemakai.

Data Informasi Akuntansi


Proses
Input Output

Secara garis besar, akuntansi dapat dibedakan menjadi akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen.
Akuntansi keuangan merupakan bidang akuntansi yang berfungsi menyediakan
informasi keuangan mengenai transaksi ekonomi perusahaan terutama untuk memenuhi
kebutuhan pihak eksternal seperti para pemegang saham, kreditor, otoritas pemerintah,
dan sebagainya.
Akuntansi manajemen merupakan bidang akuntansi yang berfokus pada penyediaan,
termasuk pengembangan dan penafsiran informasi akuntansi bagi para manajer untuk
digunakan sebagai bahan perencanaan, pengendalian operasi dan dalam pengambilan
keputusan.

Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen mempunyai perbedaan dan persamaan.


Secara ringkas perbedaan keduanya disajikan pada tabel berikut ini.

Aspek Perbedaan Akuntansi Keuangan Akuntansi Manajemen


Pengguna Pihak eksternal (kreditor, Pihak internal (manajer,
investor, pemerintah, dsb) direksi)
Aturan Standar Standar akuntansi Tidak ada
Jenis Informasi Keuangan Keuangan dan nonkeuangan
Orientasi waktu Masa lalu (historis) Masa depan
Sifat Pelaporan Garis besar (informasi seluruh Rinci
kinerja perusahaan)
Waktu Penyajian Waktu tertentu Fleksibel

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA 1


Akuntansi Manajemen – Pengertian Akuntansi Manajemen

Meskipun terdapat berbagai perbedaan di antara akuntansi keuangan dengan akuntansi


manajemen, ada dua hal yang sama dalam kedua tipe akuntansi tersebut. Pertama, prinsip
akuntansi yang berterima umum dalam akuntansi keuangan kemungkinan besar juga
merupakan prinsip pengukuran yang relevan dalam akuntansi manajemen.

Persamaan berikutnya adalah, kedua-duanya dibangun atas kaidah pertanggungjawaban


(stewardship). Perusahaan (yang diwakili oleh manajemen) harus
mempertanggungjawabkan keuangan dan operasi kepada pihak yang mempunyai
kepentingan ekonomik terhadap perusahaan.

Sistem Informasi Akuntansi Manajemen


Dengan fungsi seperti telah disebutkan sebelumnya, akuntansi manajemen juga dapat
dikatakan sebagai suatu sistem. Sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem
informasi yang menghasilkan keluaran dengan menggunakan masukan dan
memprosesnya untuk mencapai tujuan khusus manajemen dan digunakan untuk
mencapai tujuan khusus manajemen.
Proses adalah inti dari suatu sistem informasi akuntansi manajemen dan digunakan untuk
mengubah input menjadi output yang memenuhi tujuan suatu sistem. Suatu proses dapat
dijelaskan oleh aktivitas seperti pengumpulan, pengukuran, penyimpanan, analisis,
pelaporan, dan pengelolaan informasi.

Tiga Tujuan informasi akuntansi manajemen:


a) Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perhitungan harga pokok dan
tujuan lain yang diinginkan oleh manajemen.
b) Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian,
pengevaluasian dan perbaikan berkelanjutan
c) Menyediakan informasi untuk proses pengambilan keputusan.

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA P


Akuntansi Manajemen – Pengertian Akuntansi Manajemen

Model Operasional Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

Pengumpulan Laporan khusus


Pengukuran Biaya produk
Penyimpanan Biaya pelanggan
Analisis Anggaran
Pelaporan Laporan kinerja
Peristiwa ekonomi
pengelolaan

Masukan Proses Keluaran

Pengguna

Transaksi luar : Dokumen:


- Penjualan tunai - Tagihan pelanggan
- Penjualan kredit - Check gaji
- Pembelian - Check pembayaran hutang
- Pembayaran tunai - Check deviden
- dan lain-lain - dan lain-lain

Transaksi Internal: Laporan Operasi:


- Kartu absen pegawai - Penggunaan bahan & persediaan
- Pesanan bahan/barang - Ringkasan penjualan
- penyusutan dan penyesuaian - Akuntansi tagihan kadaluarsa
- Koreksi kesalahaan - Laporan keuangan

Peran Akuntan Manajemen


Akuntan manajemen bertanggungjawab untuk mengidentifikasi, mengumpulkan,
mengukur, menganalisis, menyiapkan, menginterpretasikan, dan
mengkomunikasikan informasi yang digunakan manajemen untuk mencapai tujuan
utama organisasi. Akuntan manajemen harus sensitif terhadap kebutuhan informasi
manajer. Akuntan manajemen berfungsi sebagai anggota staf dari organisasi dan
bertanggungjawab menyediakan informasi; mereka biasanya terlibat dalam proses
manajemen sebagai anggota penting dari tim manajemen.
Akuntan manajemen akan membantu tugas manajer dalam merumuskan strategi
dengan menjawab pertanyaan;
1. Siapa pelanggan terpenting kita, dan bagaimana kita memberikan sesuatu yang
bernilai kepadanya? Seberapa sensitif pembeliannya terhadap harga, mutu, dan
jasa?

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA 3


Akuntansi Manajemen – Pengertian Akuntansi Manajemen

2. Produk substitusi apa yang terdapat di pasar, dan bagaimana perbedaan produk
substitusi tersebut dengan produk kita dalam hal harga dan mutu?
3. Apakah sumber daya terpenting kita? Apakah teknologi, produksi, atau
pemasaran?
4. Apakah terdapat cukup kas untuk mendanai strategi itu, atau apakah perusahaan
harus mencari dana tambahan?

Referensi:
1. Samryn, L.M. 2002. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2. Hansen & Mowen. 1999. Akuntansi manajemen. Jakarta: Erlangga.
3. Sugiri, Slamet. 2009. Akuntansi Managemen. Yogyakarta: STIM YKPN.
4. Horngren, Datar & Foster. 2006. Akuntansi Biaya. Jakarta: Erlangga.

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA 4


ANALISIS PERILAKU BIAYA

Perilaku biaya (cost behaviour) dapat diartikan sebagai kecenderungan perubahan biaya
sebagai respon atas perubahan tingkat aktivitas dalam bisnis. Seberapa besarkah biaya
berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan?

Biaya Tetap

Merupakan biaya yang bersifat konstan secara total sekalipun terjadi perubahan tingkat
aktivitas dalam suatu kisaran relevan tertentu.

Bila biaya tetap dinyatakan dalam dasar per unit maka biaya tersebut akan berubah secara
terbalik dengan tingkat aktivitas. Artinya, bila volume aktivitas meningkat maka biaya tetap
per unit akan menjadi semakin kecil. Begitu juga sebaliknya.

Misalnya, seorang konsultan menyewa ruangan kantor dengan sewa setahun Rp 10.000.000.
Jika jumlah jam kerja merupakan volume kegiatan, maka berapapun jumlah jam kerja, biaya
totalnya tetap Rp 10.000.000, namun biaya per unit berubah-ubah berbanding terbalik dengan
volume kegiatan.

Biaya sewa/ tahun Jumlah jam kerja/tahun Sewa/ jam kerja


Rp 10.000.000 1500 jam Rp 6.666,67
Rp 10.000.000 1400 jam Rp 7.142,85
Rp 10.000.000 1200 jam Rp 8.333,33
Rp 10.000.000 1000 jam Rp 10.000

Untuk kepentingan perencanaan dan pengendalian, biaya tetap dapat diklasifikasikan ke


dalam committed fixed cost (CFC) dan discretionary fixed cost (DFC).
CFC adalah biaya tetap yang dibutuhkan meskipun kegiatan perusahaan berada pada titik
yang amat rendah sekalipun, termasuk kemungkinan ditutupnya perusahaan untuk sementara
waktu. Contohnya, penyusutan, pajak bumi dan bangunan, dan gaji para eksekutif. Sekali
manajemen mengambil keputusan untuk mengeluarkan biaya ini, maka pembebanannya akan
meliputi sampai jangka yang panjang.
DFC adalah biaya tetap yang timbul sebagai akibat dari keputusan tahunan manajemen untuk
membelanjai bidang-bidang biaya tetap tertentu (tidak berkaitan langsung dengan aktivitas
penjualan atau produksi) seperti iklan, sumbangan sosial, dan penelitian. Sebagai contoh,
untuk meningkatkan penjualannya dalam satu periode tertentu, manajemen memutuskan
untuk meningkatkan biaya iklan sampai pada jumlah tertentu. Begitu rencana dilaksanakan
dengan mengikat kontrak dengan sebuah stasiun televisi untuk iklan setahun penuh, maka
biayanya akan menjadi biaya tetap yang jumlahnya ditentukan berdasarkan kebijakan.

Biaya Variabel
Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang totalnya berubah-ubah secara proporsional
dengan perubahan volume kegiatan, tetapi biaya per unitnya tetap. Semakin besar volume
kegiatan, semakin besar pula biaya totalnya.
Contoh, upah tenaga kerja langsung umumnya bersifat variabel. Jika upah per unit produk
adalah Rp 1.000, maka untuk 20 unit upahnya Rp 20.000.
Biaya variabel dapat dikelompokkan sebagai engineered variable cost (EVC) dan
discretionary variable cost (DVC).
EVC adalah biaya yang memiliki spesifikasi hubungan spesifik yang eksplisit dengan
pelaksanaan suatu aktivitas (antara masukan dan keluaran). Biaya ini timbul dari operasi
normal perusahaan. Contoh; biaya BBB dan BTKL yang berubah volumenya karena proses
perekayasaan produk, atau biaya untuk pembuatan faktur pada bagian administrasi.
DVC adalah biaya yang variabilitasnya terhadap volume kegiatan semata-mata karena
keputusan manajemen, bukan karena adanya hubungan secara fisik antara masukan dan
keluarannya. Misalnya; biaya iklan ditetapkan sebesar 10% dari penjualan. Maka, naik
turunnya biaya iklan itu bukan karena naik turunnya volume penjualan, melainkan kebijakan
manajemen.

Biaya Semivariabel/ Biaya Campuran


Biaya tertentu bersifat campuran antara tetap dan variabel. Misalnya, seorang salesman
dibayar dengan gaji Rp 300.000/ bulan, ditambah bonus 10% dari gaji tetap untuk tiap unit
barang yang berhasil dia jual. Misalnya pada bulan tersebut salesman tersebut tidak menjual
apapun, maka gaji yang diterima adalah Rp 300.000. Akan tetapi bila dalam sebulan dia
berhasil menjual 4 produk, maka gaji yang akan diterima adalah Rp 420.000.
Beberapa jenis biaya tertentu yang bersifat campuran sulit dipisahkan dengan pasti berapa
bagiankah yang bersifat variabel, dan berapa bagian yang bersifat tetap. Untuk kepentingan
perencanaan dan pengendalian, agar dapat dimanfaatkan dengan baik, informasi biaya
semivariabel sebaiknya dipisahkan terlebih dahulu unsur-unsur biaya variabel dan biaya
tetapnya.
ANALISIS BIAYA CAMPURAN
Beberapa teknik untuk memisahkan biaya semivariabel antara lain; metode titik tertinggi dan
terendah (high-low method), metode diagram pencar (scatter method), dan analisis regresi
linear (linear regression analysis).

Setiap metode menggunakan asumsi hubungan biaya linear. Biaya campuran dapat diestimasi
menggunakan persamaan garis lurus.

𝒚 = 𝒂 + 𝒃𝒙

Keterangan: y = total biaya campuran sebagai variabel dependen


a = biaya tetap total
b = biaya variabel per unit aktivitas (parameter kemiringan/ koefisien regresi)
x = tingkat aktivitas sebagai variabel independen

1. Metode Titik Tertinggi dan Terendah


Metode ini menyeleksi terlebih dahulu dua titik yang akan digunakan untuk menghitung
parameter a dan b. Secara khusus, metode ini menggunakan titik tertinggi dan terendah.
Titik tertinggi didefinisikan sebagai titik dengan tingkat aktivitas tertinggi. Dan titik
terendah didefinisikan sebagai titik dengan tingkat aktivitas terendah.

Data biaya dan aktivitas pada PT. X


Bulan Biaya Persiapan Jam Persiapan
Januari $ 1000 100
Februari $ 1250 200
Maret $2250 300
April $2500 400
Mei $ 3750 500
Total $ 10750 1500

Dimisalkan titik terendah diwakili oleh (x1;y1) dan titik tertinggi ditunjukkan oleh
(x2;y2), maka pada contoh tersebut akan diperoleh hasil sebagai berikut.
Titik terendah (x1;y1) = (100;1000)
Titik tertinggi (x2;y2) = (500;3750)

Yang dilakukan selanjutnya adalah menghitung nilai b dan a, dengan rumus:

𝒑𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂
𝒃=
𝒑𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔

𝒂 = 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒄𝒂𝒎𝒑𝒖𝒓𝒂𝒏 − 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒗𝒂𝒓𝒊𝒂𝒃𝒆𝒍

𝒂 = 𝒚𝟐 − 𝒃𝒙𝟐 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒂 = 𝒚𝟏 − 𝒃𝒙𝟏

Metode ini memiliki keunggulan pada objektivitas. Yakni setiap orang yang menggunakan
metode titik tertinggi dan terendah pada sekumpulan data tertentu maka akan mendapatkan
hasil yang sama. Selain itu, metode ini lebih mudah pada penggunaannya karena analisis
dapat dibuat dengan cara yang lebih mudah. Metode ini antara lain sangat berguna dalam
membantu memberikan gambaran sederhana dalam pengujian secara cepat atas penaksiran
biaya.
Metode tinggi-rendah biasanya tidak sebaik metode lainnya. Karena dalam analisisnya
hanya digunakan dua data yang tertinggi dan terendah saja. Konsekuensinya, semakin
banyak data yang harus dianalisis maka hasil perhitungan dengan metode ini semakin
tidak mewakili. Apalagi bila terdapat data dengan fluktuasi yang tajam dari waktu ke
waktu.

2. Metode Scatterplot (Diagram Pencar)


Metode ini dilakukan dengan menempatkan titik-titik perpotongan biaya dengan volume
kegiatan dalam satu grafik yang terdiri dari sumbu x dan sumbu y. Sumbu vertikal adalah
total biaya aktivitas dan sumbu horisontal adalah keluaran aktivitas.
Selanjutnya, manajer atau analis harus secara visual menempatkan garis pada titik-titik
scatterplot, ketika melakukannya, garis tersebut harus dipilih untuk menentukan titik
terbaik.
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 100 200 300 400 500 600

Anggaplah bahwa manajemen memilih garis yang melalui titik 1 dan 3 sebagai yang
terbaik.
Selanjutnya, koordinat titik 1 dan 3 itu yang akan dipergunakan untuk menghitung
estimasi biaya tetap dan biaya variabel.
Kita dapat membuat garis yang menghubungkan titik 1 dan titik 3 sebagai garis regresi.
Selanjutnya, dapat ditarik garis lurus berikutnya ke kiri hingga memotong garis vertikal.
Titik perpotongan itu menunjukkan level biaya tetap pada level tanpa aktivitas. Untuk
menunjukkan total biaya tetap pada berbagai tingkat aktivitas, dari titik perpotongan
tersebut dapat ditarik garis lurus mendatar ke kanan. Garis ini disebut biaya tetap.

Keunggulan metode diagram pencar adalah mudah, cepat, dan taksiran fungsi biayanya
teliti karena hubungan yang ada antara biaya dan aktivitas dipertimbangkan (dengan
pemeriksaan secara visual)
Kekurangannya adalah bahwa metode ini bergantung pada kualitas judment analis karena
dia yang harus memilih secara visual ketepatan yang terbaik. Masing-masing orang bisa
membuat garis lurus yang berbeda melalui diagram pencar yang sama.

3. Analisis Regresi Linear (Kuadrat Terkecil)


Metode regresi kuadrat terkecil untuk mengestimasi suatu hubungan linier didasarkan
pada persamaan untuk sebuah garis lurus y = a+bx. Selanjutnya untuk menghitung nilai a
dan b, menggunakan rumus sebagai berikut.
𝐧(𝚺𝐱𝐲) − (𝚺𝐱)(𝚺𝐲)
𝒃=
𝒏(𝚺𝐱 𝟐 ) − (𝚺𝐱)𝟐

(𝚺𝒚) − 𝒃(𝚺𝒙)
𝒂=
𝒏

Dimana: x = tingkat aktivitas


y = total biaya campuran
a = total biaya tetap
b = biaya variabel/ unit aktivitas
n = jumlah observasi
∑ = penjumlahan n observasi
LATIHAN SOAL
Manajemen produksi Fernwood Company tertarik untuk menentukan komponen tetap dan
komponen variabel dari biaya perlengkapan, suatu biaya semivariabel yang diukur terhadap
jam kerja langsung. Data untuk sepuluh bulan pertama dari tahun berjalan adalah sebagai
berikut.

(Carter, latihan soal L3-2, halaman 89 – Akuntansi Biaya)

Bulan JTKL Biaya Perlengkapan


Januari 450 $ 600
Februari 475 $ 700
Maret 500 $ 750
April 550 $ 650
Mei 725 $ 900
Juni 750 $ 800
Juli 675 $ 825
Agustus 525 $ 725
September 600 $ 775
Oktober 625 $ 850

Diminta:
Tentukan komponen biaya variabel dan biaya tetap, dengan metode;
1. Metode scatterplot
2. Metode regresi linier
[Type the document title]

MATERI 5
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA (Cost-Volume–Profit Analysis)

Analisis biaya-volume-laba (CVP) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan,
pengendalian dan pengambilan keputusan. Karena analisis CVP menekankan pada keterkaitan biaya,
kuantitas yang terjual, dan harga, maka semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya.
Analisis CVP dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya
kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya.

Analisis CVP dapat juga berguna untuk sebagai alat bantu untuk menganalisa beberapa topik lainnya,
seperti: jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai titik impas, dampak pengurangan biaya tetap
terhadap titik impas, dan dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu analisis CVP memungkinkan
para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga
atau biaya terhadap laba.

Penggunaan analisis CVP dalam sebuah organisasi bisnis didasarkan pada asumsi-asumsi bahwa:
✓ Harga jual konstan sepanjang kisaran relevan tertentu. Maksudnya suatu hasil perhitungan dengan
menggunakan konsep CVP akan valid pada satu tingkat harga tertentu. Apabila harga berubah maka
hasil perhitungan yang dihasilkan tidak dapat digunakan lagi sebagai acuan dalam menjalankan fungsi-
fungsi manajemen yang relevan.
✓ Biaya bersifat linier dalam setiap kisaran relevan dan dapat dibagi secara akurat ke dalam elemen-
elemen biaya variabel dan biaya tetap.
✓ Dalam perusahaan yang multiproduk, bauran penjualannya (sales mix) konstan.
✓ Dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan
jumlah unit terjual

Dasar Analisis Biaya-Volume-Laba

Pengetahuan dasar yang sangat menentukan dalam analisis CVP adalah pemahaman tentang penyusunan
laporan L/R dengan pendekatan variable costing. Pendekatan ini menghasilkan suatu model laporan L/R
dimana biaya diklasifikasikan menurut perilakunya.

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 1


[Type the document title]

Misalkan pada bulan Mei 2000 PT LINTANG menjual 250 unit produknya dengan harga Rp 2.000 per unit.
Biaya variabel per unit Rp 1.400. Biaya tetap total Rp 70.000. Berdasarkan data ini maka terlebih dahulu dapat
dibuat laporan L/R sederhana berdasarkan pendekatan kontribusi, seperti berikut ini.

PT LINTANG
Laporan L/R
Periode Mei 2000
Total Per Unit %
Penjualan (250 unit) Rp 500.000 Rp 2.000 100
Biaya-biaya Variabel Rp 350.000- Rp 1.400- …
Marjin Kontribusi Rp 150.000 Rp 600 …
Biaya-biaya Tetap Rp 70.000-
Laba Operasi Rp 80.000

Formula:
𝑴𝒂𝒓𝒋𝒊𝒏 𝑲𝒐𝒏𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒔𝒊 = 𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 − 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑽𝒂𝒓𝒊𝒂𝒃𝒆𝒍

𝑴𝒂𝒓𝒋𝒊𝒏 𝑲𝒐𝒏𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒔𝒊
𝑹𝒂𝒔𝒊𝒐 𝑴𝒂𝒓𝒋𝒊𝒏 𝑲𝒐𝒏𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒔𝒊 = ×𝟏𝟎𝟎%
𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏

Marjin kontribusi memegang peranan penting pada banyak keputusan dalam perusahaan, seperti produk apa
yang akan diproduksi atau dijual, kebijakan harga mana yang akan diikuti, strategi pemasaran apa yang akan
digunakan, dan jenis fasilitas produktif apa yang akan dibeli.
Analisis biaya-volume-laba dalam perencanaan dapat digunakan untuk menghitung titik impas, target laba,
dan lain-lain.

TITIK IMPAS

Titik impas (break even point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, yaitu titik
dimana laba sama dengan nol, atau juga sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya
tetap. Titik impas berguna untuk mengetahui kemampuan produk atau divisi untuk meraih pasar yang
profitable. Di samping itu titik impas juga sangat penting untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
efisiensi biaya dan efektivitas dalam memperoleh pangsa pasar yang menguntungkan.

Tujuan mencari titik impas:


✓ Mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan = biaya
✓ Menunjukkan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan
✓ Mengawasi kebijakan penentuan harga
✓ Memungkinkan perusahaan mengetahui apakah mereka beroperasi dekat/jauh dari titik impas

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 2


[Type the document title]

Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan titik impas, yakni: pendekatan persamaan
matematis, pendekatan marjin kontribusi, dan pendekatan grafis; baik dalam hitungan per unit penjualan
maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis.

Metode Persamaan
Titik impas dengan metode ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

𝑳𝒂𝒃𝒂 = 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 − 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑽𝒂𝒓𝒊𝒂𝒃𝒆𝒍 − 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑻𝒆𝒕𝒂𝒑


𝐿𝑎𝑏𝑎 = (𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑛𝑖𝑡) − (𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑛𝑖𝑡) − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 + 𝐿𝑎𝑏𝑎

Jika ingin mengetahui berapa jumlah unit yang harus dijual agar mencapai titik impas, atau laba sama
dengan nol. Anda dapat mencari tahu dengan cara menetapkan laba operasi sama dengan nol dan
kemudian memecahkan persamaan laba operasi untuk jumlah unit.

Contoh
Misalnya Leef Company memproduksi produk A, yang dijual dengan harga $ 400 per unit. Biaya variabel
untuk setiap unit produk A adalah sebesar $ 325, dan biaya tetap total adalah $ 45.000. Maka untuk dapat
mengetahui berapa banyak unit yang harus dijual agar perusahaan mencapai titik impas, dapat dihitung
dengan persamaan berikut ini.

Laba Operasi = (HJ x Jumlah Unit) – (Biaya Variabel per Unit x Jumlah Unit) – Total Biaya Tetap
0 = ($400 x unit) – ($325 x unit) - $45000
0 = ($75 x unit) - $45000
$75 x unit = $45000
unit = $45000/75
unit = 600
Dengan demikian, Leef Company harus menjual minimal 600 produk A untuk sekedar menutupi semua
beban tetap dan variabel.

Untuk memeriksa kebenaran jawaban, dapat dibuat laporan L/R sederhana berdasarkan 600 unit yang
terjual.
Penjualan 600 unit @$400 $ 240000
Biaya variabel $ 195000 -
Marjin kontribusi $ 45000
Biaya tetap $ 45000 -
Laba operasi $ 0

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 3


[Type the document title]

Metode Marjin Kontribusi


Metode ini merupakan penyingkatan dari formula metode persamaan dalam menghitung titik impas,
hanya berfokus pada marjin kontribusi. Marjin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi total
biaya variabel. Pada titik impas, marjin kontribusi sama dengan biaya tetap.

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝐼𝑚𝑝𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑛𝑖𝑡 =
𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡

*) Catatan: marjin kontribusi dapat dihitung dengan dua cara, yang pertama adalah membagi total
marjin kontribusi dengan unit yang terjual, atau cara kedua dengan menghitung harga jual per unit
dikurangi biaya variabel per unit.

>> Titik impas untuk Leef Company dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.

$45000
𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑛𝑖𝑡 =
$400 − $325

$45000
𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑛𝑖𝑡 =
$75

𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 600 𝑢𝑛𝑖𝑡

Rumus perhitungan dalam satuan mata uang, dapat dinyatakan dengan menggunakan rasio marjin
kontribusi sebagai berikut.

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝐼𝑚𝑝𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑎 𝑢𝑎𝑛𝑔 =
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖

𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 = ×100%
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

Titik impas untuk Leef Company dalam satuan mata uang, dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.
𝑚𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
>> rasio marjin kontribusi = 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑥 100%

$45000
= 𝑥 100%
$240000

= 18,75%

$45000
>> impas dalam satuan uang = 18,75%

= $ 240000

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 4


[Type the document title]

Metode Grafik

Hubungan biaya-volume-laba dapat juga dianalisis dengan grafik dua sumbu. Sumbu vertikal menunjukkan
variabel dependen (biaya dan penjualan dalam satuan mata uang), dan sumbu horisontal menunjukkan
variabel independen (penjualan dalam unit/ jumlah unit terjual).

Untuk membantu pemahaman metode ini, gunakan contoh sederhana berikut.


PT DINO mempunyai data biaya dan harga sebagai berikut.
Total biaya tetap Rp 1000
Biaya variabel per unit Rp 50
Harga jual per unit Rp 100

Langkah-langkah untuk membuat grafik CVP adalah sebagai berikut.

1. Buatlah garis sejajar dengan sumbu horisontal untuk menunjukkan biaya tetap total (dalam PT DINO
adalah Rp 1.000)
2. Pilihlah volume penjualan tertentu di atas nol dan berilah titik yang menunjukkan biaya total (FC+VC)
pada tingkat penjualan tertentu, misalnya pada tingkat penjualan 40 unit. Biaya total pada volume ini
adalah sebagai berikut.

Biaya Tetap Rp 1.000


Biaya Variabel 40 unit @ Rp 50 Rp 2.000
Biaya Total Rp 3.000

Setelah titik ini di plot, buatlah sebuah garis lurus melalui titik itu menuju titik perpotongan antara
garis biaya tetap total dan sumbu vertikal. Garis ini adalah garis biaya total. (40;3000)

3. Berilah titik yang menunjukkan penjualan dalam rupiah pada volume penjualan 40 unit.

Total penjualan = 40 unit @Rp 100


Total penjualan = Rp 4.000

Buatlah garis lurus melalui titik ini sampai titik asal (titik nol). Garis ini adalah garis penjualan total.
(40;4000)

By,penj

(40:4000)

4000

3000 (40:3000)

BEP

2000

1000

0 10 20 30 40 50 unit

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 5


[Type the document title]

PEMANFAATAN ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA UNTUK PERENCANAAN


❖ TARGET LABA
Analisis biaya volume laba dapat digunakan sebagai alat untuk menghitung jumlah unit produk yang
seharusnya dijual agar perusahaan memperoleh laba tertentu.

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 + 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎


𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 =
𝑚𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡

Dengan contoh soal PT DINO, misalnya pihak manajemen merencanakan laba sebesar Rp 12.000, maka
untuk mencapai target laba tersebut, perusahaan harus menjual produk sejumlah ….

𝑅𝑝 1000 + 𝑅𝑝 12000
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 =
(𝑅𝑝100 − 𝑅𝑝50)
𝑅𝑝 13000
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 = = 𝟐𝟔𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕
𝑅𝑝 50𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡

Atau dengan persamaan matematis;

Laba = pendapatan penjualan – biaya variabel – biaya tetap

12000 = 100x – 50x – 1000


12000 = 50x – 1000
50x = 13000
x = 260 unit

❖ ANALISIS SENSITIVITAS
Semua pembahasan di atas menganggap tidak ada satupun variabel yang berubah. Dengan kata lain,
semua variabel yang dibahas adalah konstan. Untuk kepentingan perencanaan, perlu diperhitungkan
kemungkinan berubahnya salah satu variabel, yang dapat mempengaruhi besar kecilnya laba. Analisis
sensitivitas adalah teknik “bagaimana jika (what if)” yang menguji dampak perubahan variabel independen
terhadap laba yang diharapkan sebagai variabel dependen. Dengan menggunakan contoh soal yang sama,
berikut adalah pembahasan mengenai perubahan variabel independen.

PT DINO mempunyai data biaya dan harga sebagai berikut.


Total biaya tetap Rp 1000
Biaya variabel per unit Rp 50
Harga jual per unit Rp 100
Volume Penjualan 40 unit

Titik impas = Biaya Tetap/ Marjin Kontribusi


Titik impas = Rp 1000/ (Rp 100- Rp 50)
Titik impas = 20 unit

𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝/𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 6


[Type the document title]

𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠 = (𝑅𝑝 1000)/(50%) = 𝑅𝑝 2000


Titik impas (Laba Operasi = Rp 0) terpenuhi pada saat penjualan mencapai tingkat penjualan Rp 2000.

Pencapaian laba operasi pada kebijakan normal (tanpa perubahan variabel independen apapun);
Laba= Penjualan – Biaya Variabel – Biaya Tetap
Laba = (40 x Rp 100) – (40 x Rp 50) – Rp 1000
Laba = Rp 4000 – Rp 2000 – Rp 1000
Laba = Rp 1000

a. Perubahan Harga Jual


Perubahan harga jual suatu produk akan mempunyai beberapa pengaruh terhadap laba.
• Dengan jumlah penjualan yang sama, maka laba yang akan diperoleh perusahaan akan meningkat.
Jika PT DINO menaikkan harga jual produknya menjadi Rp 150, maka laba yang akan diperoleh
perusahaan dengan tingkat penjualan 40 unit adalah..
Laba = Penjualan – Biaya Variabel – Biaya Tetap
Laba = (40 x Rp 150) – (40 x Rp 50) – Rp 1000
Laba = Rp 6000 – Rp 2000 – Rp 1000
Laba = Rp 3000

• Dengan harga jual yang baru, apabila perusahaan telah menetapkan target laba tertentu (misalnya
Rp 10.000) dan manajemen dihadapkan pada pertanyaan ‘berapakah unit produk yang harus dijual
untuk mencapai target laba Rp 10.000?’. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka perhitungan
perubahan harga jual yang mempengaruhi volume penjualannya dapat disajikan seperti di bawah
ini:
Laba = Penjualan – Biaya Variabel – Biaya Tetap
Rp 10000 = Rp 150x – Rp 50x – Rp 1000
Rp 100x = Rp 11000
X = 110 unit

b. Perubahan Biaya Variabel


Perusahaan tidak selalu bisa menaikkan harga jual. Kemampuan pesaing dalam pasar dapat mencegah
keputusan menaikkan harga jual tersebut. Karena itu untuk mempertahankan atau menaikkan target
laba, manajemen harus mempertimbangkan alternatif untuk mengurangi biaya, bukan menaikkan
harga jual.
Misalnya biaya variabel turun sebesar Rp 5 per unit. Rincian perbedaan marjin kontribusinya adalah..

Keterangan Mula-mula Setelah Penurunan Biaya Variabel Rp 5


Harga jual per unit 100 100
Biaya variabel per unit 50- 45-
Marjin kontribusi per unit 50 55

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 7


[Type the document title]

• Jika unit yang dijual tetap 40 unit, sedangkan biaya variabel diturunkan sebesar Rp 5, maka laba
yang akan diperoleh adalah:
Laba = Penjualan – Biaya Variabel – Biaya Tetap
Laba = (40 x Rp 100) – (40 x Rp 45) – Rp 1000
Laba = Rp 4000 – Rp 1800 – Rp 1000
Laba = Rp 1200

• Dengan biaya variabel Rp 45, PT DINO menetapkan target laba sebesar Rp 10000. Berapakah unit
produk yang harus dijual untuk mencapai target laba tersebut?

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 + 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎


𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 =
𝑚𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝 1000 + 𝑅𝑝 10000
𝒑𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 = = 𝟐𝟎𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕
𝑅𝑝 55 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡

c. Perubahan Biaya Tetap


Perubahan biaya tetap misalnya kenaikan biaya iklan, kenaikan biaya sewa, perubahan biaya pelatihan
pramuniaga, dan sebagainya.

Pada kasus PT DINO, manajemen mempertimbangkan kenaikan biaya tetap sebesar Rp 200, menjadi Rp
1200.

• Apabila tanpa diikuti perubahan lainnya, dan tanpa adanya target laba tertentu. Maka dapat kita
lihat perubahan perolehan laba sebagai berikut.
Laba = Penjualan – Biaya Variabel – Biaya Tetap
Laba = (40 x Rp 100) – (40 x Rp 50) – Rp 1200
Laba = Rp 4000 – Rp 2000 – Rp 1200
Laba = Rp 800

• Jika target laba telah ditentukan, dalam contoh ini sebesar Rp 10.000, maka volume penjualan yang
harus dicapai adalah;

𝑅𝑝 1200 + 𝑅𝑝 10000
𝒑𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 = = 𝟐𝟐𝟒 𝒖𝒏𝒊𝒕
𝑅𝑝 50 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡

d. Perubahan Variabel Secara Simultan


Seandainya PT DINO mempertimbangkan adanya (1) kenaikan biaya tetap menjadi Rp 1500, dan (2)
kenaikan harga jual sebesar Rp 50 untuk tiap produk yang dijualnya, dengan menggunakan analisis CVP,
dampak perubahan dua variabel tersebut terhadap titik impas dan volume penjualan untuk mencapai
target laba Rp 10.000 adalah seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 8


[Type the document title]

Keterangan Mula-mula Kenaikan FC dan harga jual


Harga jual per unit 100 150
Biaya variabel per unit 50- 50-
Marjin kontribusi per unit 50 100
Biaya tetap 1000 1500
Target laba 10000 10000

Titik impas = (1000 + 0)/50 = 20 unit = (1500 + 0)/100 = 15 unit

Target penjualan (unit)


untuk laba sebesar
Rp 10000 = (1000+10000)/50 = 220 unit = (1500+10000)/100 = 115 unit

MARGIN OF SAFETY

Margin of safety atau marjin keamanan merupakan kelebihan penjualan yang dianggarkan atau realisasi di
atas volume penjualan pada titik impas. Hasil perhitungannya menunjukkan jumlah sampai seberapa besar
penjualan dapat turun sehingga sampai pada titik impas. Perhitungannya dapat dinyatakan dalam unit, satuan
uang dan persentase. Perhitungan ini dapat dipergunakan sebagai acuan bagi manajemen agar lebih berhati-
hati dalam memelihara tingkat penjualan yang sudah dicapai agar perusahaan tidak mengalami penurunan
penjualan sampai pada suatu tingkat yang merugikan.

𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝐾𝑒𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 − 𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘 𝐼𝑚𝑝𝑎𝑠

Misalnya PT DINO menetapkan rencana penjualan satu tahun adalah sebesar Rp 25.000, dengan rincian
penjualan 250 unit @Rp 100 (HJ). Titik impas terjadi pada saat angka penjualan mencapai Rp 2000. Marjin
keamanan selanjutnya dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Catatan: Rasio MK = (50/100) x 100% = 50%


Titik impas = biaya tetap/ rasio MK = Rp 1000/ 50% = Rp 2000

Penjualan 250 @Rp 100 (a) Rp 25.000


Titik impas Rp 2.000
Marjin keamanan dalam rupiah (b) Rp 23.000
Marjin keamanan dalam % ((b/a)*100%) ….%
Marjin keamanan dalam unit (b/HJ) ….unit

Referensi:

1. Samryn, L.M. 2002. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


2. Sugiri, Slamet. 2009. Akuntansi Managemen. Yogyakarta: STIM YKPN.
3. Hansen & Mowen. 2000. Akuntansi manajemen Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 9


[Type the document title]

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 10


Akuntansi Manajemen – Konsep Biaya

BAB II
KONSEF BIAYA

Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau
jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi.

Biaya dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat di masa depan. Pada sebuah perusahaan yang
berorientasi laba, manfaat masa depan biasanya berarti pendapatan. Jika biaya telah digunakan
untuk menghasilkan pendapatan, maka biaya tersebut dinyatakan kadaluarsa. Biaya yang
kadaluarsa disebut beban (expense). Dalam setiap periode, beban dikurangkan dari laporan
laba-rugi untuk menentukan laba periode tersebut. Agar perusahaan tetap eksis dalam
bisnisnya, pendapatan harus melebihi beban, selain itu, laba yang dihasilkan harus cukup besar
untuk dapat memuaskan pemilik perusahaan. Jadi, biaya dan harga berkaitan dalam pengertian
bahwa harga harus melebihi biaya agar menghasilkan laba yang memadai.

Oleh karena itu, para manajer perlu mengetahui biaya dan berbagai kecenderungan pada biaya.
Biasanya, dengan memahami biaya berarti benar-benar mengetahui berapa biaya yang melekat
pada sesuatu atau beberapa objek.

KLASIFIKASI BIAYA
Biaya dapat dikelompokkan menjadi berbagai macam kelompok biaya sesuai dengan kebutuhan
pemakai.
~ different cost for different purpose~

Klasifikasi Biaya Berdasarkan Fungsi Organisasi


1. Biaya Pabrik/ Biaya Produksi
Semua biaya yang terjadi di pabrik, yang berhubungan langsung dengan proses produksi.
Biaya pabrik dibagi menjadi:
a. Biaya Bahan Langsung
Terdiri dari biaya untuk mendanai bahan-bahan baku yang menjadi bagian yang integral
dari produk jadi dan dapat ditelusuri hubungannya dengan mudah ke dalam produk yang
dihasilkan. Misalnya untuk membuat sebuah meja kayu sederhana, secara fisik bahan

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA


5
Akuntansi Manajemen – Konsep Biaya

baku kayu dapat dilihat dengan mudah sebagai komponen produk yang dihasilkan. Dari
segi nilai, penggunaan bahan baku akan dengan sendirinya mengkonsumsi sejumlah biaya
yang dapat dengan mudah diidentifikasi kaitan antara terjadinya biaya tersebut dengan
kegiatan operasional mengadakan atau menggunakan kayu sebagai bahan baku.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Terdiri dari biaya-biaya tenaga kerja pabrik yang dapat ditelusuri hubungannya dengan
mudah ke dalam produk-produk tertentu. Biaya ini terjadi karena adanya penggunaan
tenaga dalam proses produksi. Dalam istilah sehari-hari biaya tenaga kerja identik dengan
jumlah pembayaran gaji, upah dan pembayaran lain karena mempekerjakan pegawai.
c. Biaya Overhead Pabrik
Meliputi semua biaya yang berhubungan dengan pabrik kecuali bahan langsung dan
tenaga kerja langsung. Termasuk dalam kelompok ini adalah gaji manajer pabrik, biaya
listrik, air dan telepon, biaya penyusutan dan biaya-biaya lain yang terjadi dalam
hubungannya dengan keberadaan pabrik.

Menurut karakteristik pembebanannya kelompok biaya pabrik juga disebut inventorisble


cost atau biaya yang dapat dijadikan nilai perolehan persediaan. Inventorisble cost yang
dikonsumsi pada tahap awal proses produksi akan menjadi nilai persediaan barang dalam
proses. Setelah menjadi barang jadi, inventorisble cost dapat diperlakukan sebagai nilai
persediaan sampai barang jadi yang bersangkutan laku terjual, atau mengalami
perubahan fungsi karena faktor lingkungan sehingga tidak memiliki nilai ekonomis lagi.

2. Biaya Non-Pabrik/ Biaya Non-Produksi


Meliputi biaya yang terjadi dalam perusahaan tetapi tidak berhubungan langsung dengan
proses produksi, atau tujuan utama terjadinya bukan dalam rangka proses produksi. Biaya ini
dibedakan dalam kelompok-kelompok biaya-biaya pemasaran atau penjualan dan biaya-
biaya administratif.

Klasifikasi Biaya Berdasarkan Saat Fembebanan


1. Biaya Periodik
Terdiri dari biaya-biaya yang secara langsung dibebankan pada laporan rugi laba
sebagai beban pada periode terjadinya. Termasuk dalam kelompok ini adalah biaya-
biaya pemasaran atau penjualan, dan biaya-biaya administrasi dan umum.
2. Harga Pokok Produk/ Biaya Produksi

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA


6
Akuntansi Manajemen – Konsep Biaya

Meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka pembelian atau pembuatan produk.
Dalam pendekatan full costing harga pokok produk akan sa
sama jumlah dan komponennya
dengan biaya pabrik.

Harga pokok produk berbeda dengan kelompok biaya periodik karena sekalipun
biayanya terjadi atau sumber dayanya dikonsumsi dalam periode berjalan, tetapi
pembebanannya ke dalam laporan rugi laba baru dapat di
dilakukan setelah produk yang
lain. Sebelum
mengkonsumsi biaya tersebut laku terjual, atau dikonsumsi untuk tujuan lain
produknya terjual, nilai biaya produksi yang diserap dalam proses produksi akan tetap
mengendap sebagai elemen aktiva dan dalam laporan keuanga
keuangan disajikan dalam akun
persediaan dalam neraca. Sementara biaya periodik akan segera diakui sebagai beban
pada periode berjalan karena begitu biayanya diserap dalam kegiatan bisnis, biaya
tersebut dianggap memberi manfaat lagi pada masa mendatang.

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA


7
Akuntansi Manajemen – Konsep Biaya

Klasifikasi Biaya Untuk Frediksi Ferilaku Biaya


Perilaku biaya adalah bagaimana biaya akan mereaksi atau merespon perubahan aktivitas
bisnis.
Berdasarkan perilaku biaya, maka biaya dapat dibagi menjadi:
1. Biaya Tetap
Merupakan biaya yang bersifat konstan
tan secara total sekalipun terjadi perubahan tingkat
aktivitas dalam suatu kisaran relevan tertentu.
Bila biaya tetap dinyatakan dalam dasar per unit maka biaya tersebut akan berubah
secara terbalik dengan tingkat aktivit
aktivitas.
as. Artinya, bila volume aktivitas meningkat maka
biaya tetap per unit akan menjadi semakin kecil. Begitu juga sebaliknya.
Contoh biaya tetap: sewa gedung, penyusutan yang dihitung dengan metode garis lurus,
gaji manajer pabrik, asuransi, pajak properti, gaji supervisor, gaji bagian administrasi.

2. Biaya Variabel
Yaitu biaya (total)) yang berubah secara proporsional dengan perubahan tingkat aktivitas.
Semakin besar volume aktivitas, maka total biaya variabel akan semakin besar. Bila
dinyatakan dalam dasar pe
per unit, biaya variabel akan konstan pada tiap unit produk dan

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA


8
Akuntansi Manajemen – Konsep Biaya

variabel secara total. Dalam perusahaan manufaktur, biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung memenuhi kriteria biaya variabel. Juga termasuk beberapa elemen biaya
overhead pabrik (pelumas, biaya pengiriman, komisi penjualan).
Contoh lainnya dalam perusahaan dagang adalah komisi penjualan, harga pokok
penjualan.

3. Biaya Semivariabel
Biaya yang berubah secara tidak proporsional dengan perubahan volume aktivitas. Di
dalamnya terdiri dari elemen-elemen biaya variabel dan biaya tetap sekaligus. Agar tidak
menyesatkan dalam pengambilan keputusan, biaya-biaya semivariabel terlebih dahulu
harus dipisahkan unsur biaya tetap dengan unsur biaya variabelnya.
Contohnya adalah biaya listrik, biaya pemeliharaan, biaya pemeriksaan dan pengawasan
produksi, biaya penelitian.

Klasifikasi Biaya Untuk Fembebanan Fada Objek Biaya


Objek biaya adalah setiap item seperti produk, departemen, aktivitas, dan sebagainya,
dimana biaya tersebut diukur dan dibebankan.
1. Biaya Langsung
Adalah suatu biaya yang dapat dengan mudah ditelusuri hubungannya dengan objek
biaya tertentu. Dengan kata lain biaya langsung merupakan biaya yang dapat ditelusuri
hubungan antara input dengan outputnya.
Yang termasuk dalam kelompok biaya ini adalah bahan langsung (misalnya besi pada
mobil, kayu pada mebel) dan tenaga kerja langsung yang digunakan dalam proses
produksi.
2. Biaya Tidak Langsung
Merupakan biaya-biaya yang tidak dapat dengan mudah ditelusuri hubungannya dengan
objek yang dibiayai.
Biaya ini terjadi di pabrik tetapi tidak dapat ditelusuri hubungan langsungnya sebagai
input dengan produk sebagai output yang dihasikan dalam proses produksi.
Contohnya, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya penyusutan
mesin, biaya asuransi gedung, dsb.

Mungkin saja suatu jenis biaya tertentu digolongkan baik sebagai biaya langsung maupun
tidak langsung. Semua bergantung pada objek biaya yang menjadi acuan.

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA


9
Akuntansi Manajemen – Konsep Biaya

Sebagai contoh, jika objek biaya yang menjadi acuan adalah produk ayam potong pada
sebuah pabrik, maka biaya pembelian daging (ayam) merupakan biaya langsung,
sedangkan biaya pengatur suhu ruang adalah biaya tidak langsung, tapi jika objek biaya
nya adalah pabrik, maka biaya untuk pengatur suhu ruang adalah biaya langsung.

Klasifikasi Biaya Untuk Fengambilan Keputusan


Selain untuk mengumpulkan harga pokok, informasi biaya juga dapat digunakan sebagai alat
pengambilan keputusan. Sehubungan dengan ini, dikenal biaya relevan dan biaya tidak
relevan.
Biaya relevan adalah biaya ysng sksn terjsdi di msss mendstsng dan berbeds disntsrs
berbsgsi keputussn.
Oleh karena adanya dua kriteria itu, biaya relevan harus dipertimbangkan dalam membuat
keputusan. Sebagai contoh, manajemen sedang dalam proses memilih alternatif
menggunakan mesin fotokopi merk A atau merk B. Apakah upah operator fotokopi yang
akan terjadi adalah relevan dalam pengambilan keputusan?
Bergantung pada ada atau tidaknya perbedaan jumlah upah;
Upah operator mesin fotokopi adalah relevan jika jumlah upah operator mesin A yang
akan dikeluarkan berbeda dengan upah operator mesin B.
Jika jumlah upah antara operator mesin A dan B sama, maka upah bukanlah biaya
relevan dalam pengambilan keputusan ini.

Selisih antara dua alternatif (upah) tersebut dinamakan differential cost.

Sebaliknya, biaya tidak relevan adalah biaya yang tidak memenuhi salah satu atau kedua-
duanya dari kriteria biaya relevan.
Termasuk dalam biaya tidak relevan adalah biaya terbenam (sunk cost), yaitu biaya yang
telah dikeluarkan dan yang tidak dapat diubah oleh keputusan sekarang masa yang akan
datang. Oleh karena itu, biaya tidak relevan semacam ini juga disebut biaya yang tidak dapat
dikendalikan (uncontrollable cost).

Biaya terhindarkan (svoidsble cost) yaitu suatu biaya yang dapat dihilangkan seluruhnya
atau sebagian sebagai akibat dari pemilihan satu alternatif dalam suatu pengambilan
keputusan. Sebaliknya adalah biaya yang tidak dapat dihilangkan karena memilih alternatif
yang lain, disebut biaya tidak terhindarkan (unsvoidsble cost).

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA


10
Akuntansi Manajemen – Konsep Biaya

Klasifikasi Lain: Opportunity Cost


Biaya kesempatan (opportunity cost) adalah potensi keuntungan atau penghematan biaya
yang hilang ketika suatu alternatif dipilih dari yang lain.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan pengangkutan sedang menghadapi dua pilihan. Pilihan
pertama adalah mengoperasikan bus-nya untuk angkutan umum dengan taksiran laba bersih
per bulan Rp. 5.000.000. Pilihan kedua adalah menyewakaan bus-nya kepada perusahaan
lain dengan pendapatan sewa, dengan taksiran pendapatan Rp 5.500.000 per bulan, tanpa
harus mengeluarkan biaya.
Apabila perusahaan memutuskan untuk mengambil pilihan pertama, maka biaya
kesempatannya adalah Rp 5.500.000. seandainya perusahaan memutuskan untuk
mengambil pilihan kedua, maka biaya kesempatannya adalah Rp 5.000.000.
Keputusan yang harus dipilih?
Keputusan yang paling bijaksana adalah memilih alternatif yang biaya kesempatannya
paling rendah, yakni menyewakan bus-nya ke perusahaan lain.

Contoh 2. Misalnya suatu perusahaan memilih proyek A dengan laba yang diharapkan Rp 300,
dan menolak proyek B dan C dengan masing-masing laba yang diharapkan Rp 200. Biaya
kesempatannya sebesar Rp 200 bagi perusahaan tersebut yaitu sebesar laba yang diharapkan
dari proyek B dan C.

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA


11
Akuntansi Manajemen – Konsep Biaya

FERILAKU BIAYA

Perilaku biaya (cost behsviour) dapat diartikan sebagai kecenderungan perubahan biaya
sebagai respon atas perubahan tingkat aktivitas dalam bisnis. Sebersps bessrksh bisys berubsh
dengsn sdsnys perubshsn volume kegistsn?

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa berdasarkan perilakunya biaya dibedakan sebagai biaya
tetap dan biaya variabel.

Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak bergantung pada besar kecilnya
volume kegiatan, tetapi biaya per unitnya berhubungan secara negatif terhadap volume
kegiatan. Yakni, semakin besar volume kegiatan, semakin kecil biaya per unitnya; dan
sebaliknya.
Misalnya, seorang konsultan menyewa ruangan kantor dengan sewa setahun Rp 12.000.000.
jika jumlah jam kerja merupakan volume kegiatan, maka berapapun jumlah jam kerja, biaya
totalnya tetap Rp 12.000.000, namun biaya per unit berubah-ubah berbanding terbalik dengan
volume kegiatan.

Perssmssn linesr y = s + bx, dengsn ssumsi b = 0, msks y = s

Biaya sewa/tahun (s), (y=s) Jumlah jam kerja/tahun (x) Sewa/ jam kerja
Rp 12.000.000 2500 jam Rp 4.800
Rp 12.000.000 2800 jam Rp 4.285
Rp 12.000.000 3000 jam Rp 4.000
Rp 12.000.000 3200 jam Rp 3.750

Biaya Tetap
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA


12
Akuntansi Manajemen – Konsep Biaya

Untuk kepentingan perencanaan dan pengendalian, biaya tetap diklasifikasikan ke dalam


committed fixed cost (CFC) dan discretionsry fixed cost (DFC).
• CFC adalah biaya tetap yang dibutuhkan meskipun kegiatan perusahaan berada pada titik
yang amat rendah sekalipun, termasuk kemungkinan ditutupnya perusahaan untuk
sementara waktu. CFC meliputi biaya-biaya tetap yang berhubungan dengan investasi dalam
fasilitas, peralatan, dan struktur dasar organisasi sebuah perusahaan. Dalam literatur lain
dijelaskan bahwa CFC merupakan biaya akibat memiliki harta (penyusutan, sewa, asuransi,
pajak, kekayaan, dan gaji). Biaya-biaya ini sulit ditelusuri hubungannya dengan volume
output. Contohnya, penyusutan, pajak bumi dan bangunan, dan gaji para eksekutif.
Setelah pabrik dan fasilitasnya dibangun, sulit untuk mengurangi CFC. Di samping itu setelah
suatu organisasi berhasil dikembangkan menjadi besar, makin besar pula CFC-nya dan sulit
untuk menguranginya. Sekali manajemen mengambil keputusan untuk mengeluarkan biaya
ini, maka pembebanannya akan meliputi sampai jangka yang panjang. Oleh sebab itu
manajemen harus hati-hati melakukan perluasan pabrik atau perluasan usaha, karena hal itu
akan menyebabkan CFC tinggi, dan makin tinggi biaya tetap yang harus ditanggung oleh
manajemen.
• DFC dikenal juga sebagai msnsged fixed cost, adalah biaya tetap yang timbul sebagai akibat
dari keputusan tahunan manajemen untuk membelanjai bidang-bidang biaya tetap tertentu
seperti iklan, pelatihan karyawan, dan penelitian. Sebagai contoh, untuk meningkatkan
penjualannya dalam satu periode tertentu, manajemen memutuskan untuk meningkatkan
biaya iklan sampai pada jumlah tertentu. Begitu rencana dilaksanakan dengan mengikat
kontrak dengan sebuah stasiun televisi untuk iklan setahun penuh, maka biayanya akan
menjadi biaya tetap yang jumlahnya ditentukan berdasarkan kebijakan selama masa kontrak
tersebut.

Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya totalnya berubah-ubah secara proporsional dengan
perubahan volume kegiatan, tetapi biaya per unitnya tetap. Semakin besar volume kegiatan,
semakin besar pula biaya totalnya.
Contoh, upah tenaga kerja langsung umumnya bersifat variabel. Jika upah per unit produk
adalah Rp 1.000, maka untuk 20 unit upahnya Rp 20.000. Bagaimana jika tenaga kerja dapat
menghasilkan jumlah unit produk yang berbeda?

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA


13
Akuntansi Manajemen – Konsep Biaya

Perssmssn linesr y = s + bx, dengsn ssumsi s = 0, msks y = bx

Jumlah Unit dihasilkan (x) Upah per Unit Produk (b) Upah Total (bx),(y=bx)
20 Rp 1.000 Rp 20.000
30 Rp 1.000 Rp 30.000
28 Rp 1.000 Rp 28.000
35 Rp 1.000 Rp 35.000

Kurva …..

Biaya variabel dapat dikelompokkan sebagai engineered vsrisble cost (EVC) dan discretionsry
vsrisble cost (DVC).
• EVC atau true variable cost adalah biaya yang memiliki spesifikasi hubungan fisik yang
eksplisit dengan pelaksanaan suatu aktivitas (antara masukan dan keluaran). Biaya ini timbul
dari operasi normal perusahaan. Contoh; biaya BBB dan BTKL yang berubah volumenya
karena proses perekayasaan produk, atau biaya untuk pembuatan faktur dan kartu piutang
pada bagian administrasi.
• DVC atau step variable cost adalah biaya yang variabilitasnya terhadap volume kegiatan
semata-mata karena keputusan manajemen, bukan karena adanya hubungan secara fisik
antara masukan dan keluarannya. Misalnya; biaya iklan ditetapkan sebesar 10% dari
penjualan. Maka, naik turunnya biaya iklan itu bukan karena naik turunnya volume
penjualan, melainkan kebijakan manajemen.

Biaya Semivariabel/ Biaya Campuran


Biaya tertentu bersifat campuran antara tetap dan variabel. Misalnya, seorang salesman
dibayar dengan gaji Rp 300.000/ bulan, ditambah bonus 10% dari gaji tetap untuk tiap unit
barang yang berhasil dia jual. Misalnya pada bulan tersebut salesman tersebut tidak menjual
apapun, maka gaji yang diterima adalah Rp 300.000. Akan tetapi bila dalam sebulan dia berhasil
menjual 4 produk, maka gaji yang akan diterima adalah Rp 420.000.
Beberapa jenis biaya tertentu yang bersifat campuran sulit dipisahkan dengan pasti berapa
bagiankah yang bersifat variabel, dan berapa bagian yang bersifat tetap. Untuk kepentingan
perencanaan dan pengendalian, agar dapat dimanfaatkan dengan baik, informasi biaya
semivariabel sebaiknya dipisahkan terlebih dahulu unsur-unsur biaya variabel dan biaya
tetapnya.

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA


14
Akuntansi Manajemen – Konsep Biaya

ANALISIS BIAYA CAMFURAN


Beberapa teknik untuk memisahkan biaya semivariabel antara lain; metode titik tertinggi dan
terendah (high-low point method), metode diagram pencar (scstter method), dan analisis
regresi linear (linesr regression snslysis).

Setiap metode menggunakan asumsi hubungan biaya linear. Biaya campuran dapat diestimasi
menggunakan persamaan garis lurus.
= +

Keterangan: y = total biaya sebagai variabel dependen


a = biaya tetap total
b = biaya variabel per unit aktivitas (parameter kemiringan/ koefisien regresi)
x = tingkat aktivitas sebagai variabel independen

1. Metode Titik Tertinggi dan Terendah


Metode ini menyeleksi terlebih dahulu dua titik yang akan digunakan untuk menghitung
parameter a dan b. Secara khusus, metode ini menggunakan titik tertinggi dan terendah.
Titik tertinggi didefinisikan sebagai titik dengan tingkat aktivitas tertinggi. Dan titik terendah
didefinisikan sebagai titik dengan tingkat aktivitas terendah.

Data biaya dan aktivitas pada PT. X

Bulan Biaya Persiapan Jam Persiapan


Januari $ 1000 100
Februari $ 1250 200
Maret $ 2250 300
April $ 2500 400
Mei $ 3750 500
Total $ 10750 1500

Dimisalkan titik terendah diwakili oleh (x1;y1) dan titik tertinggi ditunjukkan oleh (x2;y2),
maka pada contoh tersebut akan diperoleh hasil sebagai berikut.
Titik terendah (x1;y1) = (100;1000)
Titik tertinggi (x2;y2) = (500;3750)

Yang dilakukan selanjutnya adalah menghitung nilai b dan a, dengan rumus:

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA


15
Akuntansi Manajemen – Konsep Biaya


=

= −
= − = −

Metode ini memiliki keunggulan pada objektivitas. Yakni setiap orang yang menggunakan
metode titik tertinggi dan terendah pada sekumpulan data tertentu maka akan
mendapatkan hasil yang sama. Selain itu, metode ini lebih mudah pada penggunaannya
karena analisis dapat dibuat dengan cara yang lebih mudah. Metode ini antara lain sangat
berguna dalam membantu memberikan gambaran sederhana dalam pengujian secara cepat
atas penaksiran biaya.
Metode tinggi-rendah biasanya tidak sebaik metode lainnya. Karena dalam analisisnya hanya
digunakan dua data yang tertinggi dan terendah saja. Konsekuensinya, semakin banyak data
yang harus dianalisis maka hasil perhitungan dengan metode ini semakin tidak mewakili.
Apalagi bila terdapat data dengan fluktuasi yang tajam dari waktu ke waktu.

2. Metode Scatterpdot (Diagram Fencar)


Metode ini dilakukan dengan menempatkan titik-titik perpotongan biaya dengan volume
kegiatan dalam satu grafik yang terdiri dari sumbu x dan sumbu y. Sumbu vertikal adalah
total biaya aktivitas dan sumbu horisontal adalah keluaran aktivitas.
Selanjutnya, manajer atau analis harus secara visual menempatkan garis pada titik-titik
scatterplot, ketika melakukannya, garis tersebut harus dipilih untuk menentukan titik
terbaik.

4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 100 200 300 400 500 600

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA


16
Akuntansi Manajemen – Konsep Biaya

Anggaplah bahwa manajemen memilih garis lurus yang melalui titik 1 dan 3 sebagai yang
terbaik (yang dianggap terbaik adalah titik yang garis lurusnya dapat ditarik sedekat mungkin
dengan titik-titik data dibanding dengan garis lurus lainnya).
Selanjutnya, koordinat titik 1 dan 3 itu yang akan dipergunakan untuk menghitung estimasi
biaya tetap dan biaya variabel.
Kita dapat membuat garis yang menghubungkan titik 1 dan titik 3 sebagai garis regresi.
Selanjutnya, dapat ditarik garis lurus berikutnya ke kiri hingga memotong garis vertikal.
Titik perpotongan itu menunjukkan level biaya tetap pada level tanpa aktivitas. Untuk
menunjukkan total biaya tetap pada berbagai tingkat aktivitas, dari titik perpotongan
tersebut dapat ditarik garis lurus mendatar ke kanan. Garis ini disebut biaya tetap.

Keunggulan metode diagram pencar adalah mudah, cepat, dan taksiran fungsi biayanya teliti
karena hubungan yang ada antara biaya dan aktivitas dipertimbangkan (dengan pemeriksaan
secara visual)
Kelemahan metode ini adalah tidak adanya kriteria objektif untuk memilih garis terbaik.
Kualitas rumus biayanya bergantung pada kualitas subjektif analis (metode ini bergantung
pada kualitas judgement analis karena dia yang harus memilih secara visual ketepatan yang
terbaik). Masing-masing orang bisa membuat garis lurus yang berbeda melalui diagram
pencar yang sama.

E. Analisis Regresi Linear (Kuadrat Terkecil)


Metode regresi kuadrat terkecil untuk mengestimasi suatu hubungan linier didasarkan pada
persamaan untuk sebuah garis lurus y = s+bx. Selanjutnya untuk menghitung nilai s dan b,
menggunakan rumus sebagai berikut.

n Σxy − Σx Σy
=
Σx − Σx

Σ − Σ
=

Dimana: x = tingkat aktivitas


y = total biaya campuran
a = total biaya tetap
b = biaya variabel/ unit aktivitas
n = jumlah observasi
∑ = penjumlahan n observasi

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA


17
Akuntansi Manajemen – Konsep Biaya

Tugas
berdsssrksn sumber; Hsnsen & Mowen, Akuntsnsi Msnsjemen (Hsl 124, sosl nomor 3-9)

Berikut adalah biaya yang dikeluarkan Jim Beaumont untuk aktivitas penggantian oli di perusahaannya.
Total biaya per bulan meliputi gaji dua orang bagian pelayanan, penyusutan fasilitas dan peralatan,
utilitas, dan perlengkapan seperti pelumas dan pembersih. (Biaya oli tidak termasuk, karena berbeda
dari mobil ke mobil dan dibebankan ke pelanggan berdasarkan jumlah liter yang sebenarnya digunakan).
Data untuk delapan bulan terakhir adalah sebagai berikut.

Bulan Jumlah Fenggantian Oli Biaya Total


Mei 1100 7150
Juni 1400 7950
Juli 1380 8350
Agus 1250 7425
Sept 890 5730
Okt 900 5730
Nov 850 5450
Des 700 5150

Diminta:
1. Siapkan grafik Scstter berdasarkan data ini. Gunakanlah biaya untuk sumbu vertikal dan jumlah
penggantian oli untuk sumbu horizontal. Hitunglah fungsi linear dengan metode Scstterplot.
2. Hitunglah fungsi biaya linear untuk jasa penggantian oli dengan menggunakan metode titik
tertinggi terendah. Hitunglah perkiraan biaya bulan Januari untuk 1000 penggantian oli.
3. Dengan menggunakan rumus biaya regresi, berapakah perkiraan biaya bulan Januari untuk 1000
penggantian oli?

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA


18
METODE PENENTOAN HARGA
POKOK PRODOKSI
• Metode penentuan harga pokok produksi
adalah cara untuk memperhitungkan unsur-
unsur biaya ke dalam harga pokok produksi.

• Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya


ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua
pendekatan yaitu full costing dan variasel
costing.
Full Costing
• Full costing merupakan metode penentuan
harga pokok produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya produksi ke dalam harga
pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
okerhead pabrik baik yang berperilaku kariabel
maupun tetap.
• Karena seluruh biaya okerhead tetap dan
kariabel diserap ke dalam harga pokok produksi,
maka pendekatan ini juga disebut assorption
costing
Laporan laba rugi yang dihasilkan dari
pendekatan full costing banyak digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pihak luar
perusahaan
Variasel Costing
• Pendekatan kariabel costing merupakan suatu
format laporan laba-rugi yang mengelompokkan
biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-
biaya dipisahkan menurut kategori biaya kariabel
dan biaya tetap.

• Pendekatan ini juga dikenal dengan pendekatan


biaya langsung (direct costing approach) karena
biaya kariabel yang menjadi harga pokok dalam
perhitungannya terdiri dari biaya langsung
Laporan laba rugi yang dihasilkan
pendekatan variasle costing banyak
digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pihak internal perusahaan
Perbedaan arus dan elemen biaya full
costing dan variasle costing
Perbedaan arus dan elemen biaya full
costing dan variable costing

• Full costing menyatakan bahwa BOP tetap baru


akan dibebankan pada pendapatan apabila
produk laku terjual. Dalam arus biaya full
costing elemen biaya periodik hanya terdiri dari
biaya administrasi dan penjualan.
Perbedaan arus dan elemen biaya full
costing dan variasle costing
• Sedangkan variasle costing menentukan bahwa
BOP tetap harus dibebankan segera pada saat
terjadi.
• Memasukkan biaya okerhead tetap pada produk
mengakibatkan penundaan proses pengakuan
biaya hingga terjualnya produk. Jika produk yang
dibuat pada periode sekarang tetapi baru terjual
pada periode berikutnya, padahal pada periode
berikutnya biaya okerhead tetap juga akan terjadi,
maka tidak ada gunanya menunda pembebanan
okerhead tetap sampai terjualnya produk.
Perbedaan arus dan elemen biaya full
costing dan variable costing
Ilustrasi
PT BCL memproduksi dan menjual produk 2000 unit per
tahun. Untuk tahun 2013, PT BCL berencana
memproduksi 2000 unit dengan taksiran biaya sebagai
berikut.
• Bahan baku Rp 300.000
• Upah langsung Rp 700.000
• Okerhead (untuk kapasitas normal 2000 unit);
Variabel Rp 400.000
Tetap Rp 500.000
Bagaimana perhitungan harga pokok produksi per unit-
nya jika dihitung dengan full costing dan kariable costing?
Ilustrasi 2
PT SINAR memproduksi dan menjual 3000 unit produk A per
tahun dengan harga Rp 25.000 per unit. Berikut adalah
struktur biaya produksi, pemasaran dan administratif tahun
2010.
Biaya variasel per unit:
• Bahan langsung Rp 2.800
• Tenaga kerja Rp 4.000
• Okerhead pabrik Rp 800
• Penjualan, administrasi Rp 1.500
Biaya tetap per tahun:
• Okerhead pabrik Rp 30.000.000
• Penjualan, administrasi Rp 8.000.000
• Total biaya tetap Rp 38.000.000
• Bagaimana perhitungan harga pokok per unit-
nya?
• Bagaimana penyajian laporan laba rugi jika
seluruh produk terjual?
• Bagaimana perhitungan laba rugi jika produk
yang terjual hanya 2500 unit?
Pembahasan
(1) perhitungan harga pokok per unit (FC dan VC)
Pembahasan
(2) laporan L/R – jika seluruh produk terjual
Pembahasan (..lanjutan)
(2) laporan L/R – jika seluruh produk terjual
Pembahasan (..lanjutan)
(2) laporan L/R – diproduksi 3000 unit, dijual 2500 unit
Pembahasan (..lanjutan)
(2) laporan L/R – diproduksi 3000 unit, dijual 2500 unit
Informasi Manajemen
Berdasarkan kalkulasi kedua model di atas,
manajemen memperoleh informasi sebagai berikut:
• Jika barang yang diproduksi sama dengan yang
dijual, atau dengan kata lain tidak ada persediaan
barang jadi di akhir periode, maka laba kalkulasi full
costing besarnya sama dengan laba kalkulasi
kariable costing
• Jika terdapat persediaan barang jadi pada akhir
periode, maka selisih laba operasi antara full costing
dengan direct costing besarnya sama dengan selisih
nilai persediaannya
Informasi Manajemen (… lanjutan)
• Informasi kalkulasi biaya kariable costing berguna
untuk mengetahui perilaku pendapatan yang
berdampak pada perilaku biaya dan untuk
mengetahui biaya tetap dalam rentang kapasitas
tertentu
• Informasi full costing berguna untuk menilai kinerja
manajemen berdasar fungsinya, yaitu manajemen
produksi, manajemen pemasaran, dan manajemen
umum dan administrasi.
Keputusan Manajemen
• Berdasar informasi tersebut, manajemen dapat mengambil
keputusan antara lain sebagai berikut:
• Untuk mengukur prestasi manajer, nilai persediaan barang
jadi pada akhir periode harus dihitung berdasarkan aktikitas
yang menyerap biaya, yaitu biaya kariabelnya saja.
• Untuk keperluan penetapan harga, kalkulasi kariable costing
lebih kompetitif karena tidak membebankan BOP tetap pabrik
dan biaya tetap lainnya ke dalam penetapan harga.
• Manajemen dapat mengetahui beban tetap yang harus
ditanggung oleh kemampuannya memperoleh pendapatan.
Makin tinggi beban tetap, makin tinggi pendapatan yang
harus diperolehnya.
METODE PEMBEBANAN BOP
~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~

.[metode tradisional]

Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya non-
produksi.
Yang dimaksud biaya produksi adalah biaya bahan langsung, ditambah biaya tenaga kerja langsung,
ditambah biaya overhead. Dan yang dimaksud biaya produk adalah seluruh biaya untuk menghasilkan
produk yang siap dijual, unsur-unsurnya adalah: (1) biaya pra-produksi, (2) biaya produksi, dan (3) biaya
post-produksi yaitu biaya usaha yang terdiri dari biaya pemasaran dan biaya administrasi.

Penentuan biaya produksi dengan metode traditional costing dapat menimbulkan distorsi biaya
produksi. Hal ini disebabkan karena metode tersebut hanya mempergunakan satu macam basis
pembebanan biaya untuk pemakaian sumber daya, sementara setiap sumber daya yang berbeda dapat
saja dikonsumsi berdasarkan basis yang berbeda pula. Untuk mengatasi keterbatasan pada metode
traditional costing maka dikembangkan sistem biaya yang didasarkan pada aktivitas yang disebut
Activity Based Costing, yang didasari oleh asumsi bahwa aktivitas mengkonsumsi biaya dan produk
mengkonsumsi aktivitas. Dengan demikian, penyebab dari dikonsumsinya biaya adalah aktivitas yang
dilakukan untuk membuat suatu produk, bukan produk itu sendiri. Maka dengan metode Activity Based
Costing pembebanan biaya tidak selalu dianggap proporsional terhadap volume produk, melainkan
proporsional terhadap pengkonsumsian sumber daya oleh aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam
membuat produk tersebut.

Kalkulasi biaya berdasar aktivitas (ABC) pada umumnya digunakan untuk perusahaan yang memiliki
beberapa jenis produk. Dalam perusahaan semacam ini, aktivitas BOP dikonsumsi secara bersama-
sama oleh berbagai macam produk. Karena itu BOP harus ditelusuri berdasarkan aktivitas produk
yang mengkonsumsinya.

1
Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA
ABC adalah pendekatan perhitungan biaya produk yang membebankan biaya kepada produk atau
jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas. ABC bertujuan untuk
memenuhi keperluan intern perusahaan yaitu untuk pengambilan keputusan, misalnya untuk
menentukan biaya produk secara akurat atau untuk menentukan harga penawaran.

Keakuratan biaya produk menentukan


keakuratan kebijakan harga. Dengan
perhitungan biaya produk yang akurat,
kebijakan harga lebih mudah ditentukan.
Di samping itu, perhitungan laba-rugi
perusahaan akan mencerminkan kondisi
bisnis yang sesungguhnya.

KALKULASI BIAYA PRODUK TRADISIONAL


Kalkulasi biaya produk tradisional hanya membebankan biaya produksi pada produk (volume produk).
Dalam sistem biaya tradisional, hanya penggerak (driver) aktivitas tingkat unit yang digunakan untuk
membebankan biaya kepada produk. Penggerak aktivitas tingkat unit adalah faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang diproduksi.
Penggerak tingkat unit yang secara umum digunakan untuk membebankan biaya overhead meliputi:
1. Unit yang diproduksi
2. Jam mesin
3. Bahan langsung
4. Jam tenaga kerja langsung
5. Biaya tenaga kerja langsung

KALKULASI BOP BERDASARKAN AKTIVITAS


Pada Activity-Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhad pabrik dan produk juga
menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk

2
Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA
pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk
pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional (cooper, 1991:269-270).

Pada gambar berikut dapat dilihat perbedaan alokasi dua tahap antara ABC dengan metode tradisional
(tarif departemen).

Activity-Based Costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan dengan sistem
pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional.

Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost Driver merupakan faktor yang dapat
menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat
aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya.

Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC


Menurut Mulyadi (1993: 94), prosedur pembebanan biaya overhead dengan sistem ABC melalui dua
tahap kegiatan:
Prosedur Tahap Satu
Pada tahap satu, sumber daya dikumpulkan dan diidentifikasi biayanya kemudian dikelompokkan dalam
beberapa kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama. Biaya tersebut ditelusuri berdasarkan

3
Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA
aktivitasnya. Dalam satu perusahaan dimungkinkan terdapat beratus-ratus aktivitas yang berbeda/
untuk tujuan perhitungan tarif overhead pabrik, setiap aktivitas harus didefinisikan secara jelas dengan
cara penelusuran langsung ke sumber dayanya (source drivers). Agar tarif overhead tidak terlalu banyak,
maka harus dikelompokkan berdasarkan karakteristik yang sama. Hasil pengelompokan ini dinamakan
cost pool, dan tarif biaya overhead pabrik dinamakan tarif pool (pool rate).
Penentuan jumlah pool biaya disesuaikan dengan kondisi dan kebijakan perusahaan. Satu perusahaan
dengan perusahaan lainnya dapat berbeda walaupun kegiatan usahanya sama.

Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktivitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari
langkah-langkah berikut:
1. Mengidentifikasi kegiatan dan menentukan biaya atas kegiatan tersebut
2. Mengklasifikasikan aktivitas biaya ke dalam berbagai aktivitas sejenis, pada langkah ini biaya
digolongkan ke dalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch
related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing.

Level aktivitas tersebut dijelaskan sebagai berikut.


a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities)
Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat
proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk
menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional
dengan jumlah unit yang diproduksi (penggunaan tenaga kerja langsung).
Contoh lainnya adalah pemakaian bahan, biaya energi, pengujian, aktivitas pendistribusian
(pengemasan).
Ukuran keluaran sebagai dasar pembebanan aktivitas dapat berupa unit produk, jam tenaga
kerja langsung dan jam mesin, dalam hal pendistribusian dapat menggunakan ukuran kubik.

b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)


Aktivitas dilakukan setiap batch/sekelompok unit produk diproses, tanpa memperhatikan
berapa unit yang ada pada batch tersebut. Besar kecilnya biaya ini bergantung pada frekuensi
jumlah batch, tetapi biaya tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi dalam
setiap order produksi. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan pengaturan
pengiriman konsumen.

4
Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA
Contoh: kebersihan dan pemeliharaan, pengesetan (setup mesin), penanganan bahan,
persiapan batch, produksi, pemeriksaan produk.
Ukuran keluaran meliputi luas lantai, jumlah batch, jam pemeriksaan, jumlah pesanan
produksi dan jumlah perpindahan

c. Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities)


Berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk
mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah
unit produk yang diproduksi dan jumlah batch.
Contoh: desain, riset pasar, pemasaran, peningkatan mutu produk, pengembangan produk, dan
layanan purna jual.
Ukuran keluarannya meliputi penggerak tingkat produk, jumlah produk, jumlah proses,
jumlah penyelesaian produk.

d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility level activities)


Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses operasi perusahaan namun
banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas ini dimanfaatkan
secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Kategori ini termasuk aktivitas seperti
kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer dan sebagainya.
Contoh: administrasi, penyediaan keamanan pabrik, depresiasi, asuransi, gaji eksekutif
Ukuran keluaran aktivitas yaitu penggerak tingkat fasilitas, seperti ukuran pabrik (meter
persegi), luas lahan yang dipelihara, jumlah tenaga administrasi, jumlah tenaga keamanan.

3. Menentukan cost pool


4. Menentukan tarif biaya overhead untuk masing-masing pool
Tarif per unit Cost Driver = CostDriver/JumlahAktifitas

Prosedur Tahap Dua


Merupakan tahap pembebanan BOP ke harga pokok produk, dengan formula tarif pool dikalikan dengan
unit driver yang dikonsumsi oleh produk yang dihasilkan.

5
Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA
Ilustrasi
Suatu perusahaan memproduksi dua jenis produk, A dan B. Biaya bahan untuk A adalah $ 600, dan
untuk B $ 150. Biaya upah langsung untuk A dan B masing-masing $ 200 dan $ 50. Unit diproduksi A =
200 unit dan B = 100 unit. Data lain yang berhubungan dengan kedua jenis produk disajikan dalam tabel
berikut ini.
Tabel 1. Aktivitas Aktual Overhead Pabrik
Keterangan A B
Pemeliharaan mesin 200 jam 100 jam
Penanganan bahan 30 jam 20 jam
Persiapan batch 10 jam 5 jam

Tabel 2. BOP yang Dianggarkan


Keterangan Biaya Aktivitas
Pemeliharaan mesin $ 250 500 jam
Penanganan bahan $ 300 60 jam
Persiapan batch $ 450 15 jam

Tarif BOP:
Pemeliharaan mesin = $ 250 : 500 jam = $ 0,5/jam
Penanganan bahan = $ 300 : 60 jam = $ 5/jam
Persiapan mesin = $ 450 : 15 jam = $ 30/jam

Pembebanan BOP
Pemeliharaan mesin => produk A = $ 0,5 x 200 = $ 100
Produk B = $ 0,5 x 100 = $ 50
Penanganan bahan => Produk A = $ 5 x 30 = $ 150
Produk B = $ 5 x 20 = $ 100
Persiapan mesin => Produk A = $ 30 x 10 = $ 300
Produk B = $ 30 x 5 = $ 150

6
Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA
Berdasar data di atas, maka kalkulasi biaya produksi berdasar aktivitas dapat disajikan dalam tabel
berikut ini.
Keterangan Produk A Produk B
Biaya bahan langsung $ 600 $ 150
Biaya tenaga kerja langsung $ 200 $ 50
Biaya overhead pabrik:
*Biaya pemeliharaan mesin $ 100 $ 50
*Biaya penanganan bahan $ 150 $ 100
*Biaya persiapan mesin $ 300 $ 150
Total $ 1350 $ 500
Unit diproduksi 200 unit 100 unit
Biaya per unit $ 6,75 $5

Ilustrasi Perbandingan Kalkulasi Biaya Tradisional Dan ABC


Dalam kalkulasi biaya produksi terjadi perbedaan antara model tradisional dengan model ABC. Teknik
penyajian model tradisional hanya menggunakan satu tarif biaya overhead pabrik, sedangkan model
ABC menggunakan beberapa tarif biaya overhead pabrik.
Untuk membandingkan kedua model tersebut, disajikan data akuntansi sebagai berikut.
Keterangan Produk A Produk B Total
Unit yang diproduksi 200 unit 100 unit 300 unit
Biaya bahan langsung $ 600 $ 150 $ 750
Biaya tenaga kerja langsung $ 200 $ 50 $ 250
Total biaya utama $ 800 $ 200 $ 1000
Biaya overhead pabrik: Aktivitas Aktivitas Total Biaya
Biaya pemeliharaan mesin 200 jam 100 jam $ 600
Biaya penanganan bahan 30 jam 20 jam $ 700
Biaya persiapan batch 10 jam 5 jam $ 400
Total $ 1700

Keterangan tentang pembebanan biaya overhead pabrik ke proses produksi:


1. Model tradisional costing, didasarkan pada jam mesin
2. Model ABC, didasarkan pada aktivitas

7
Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA
Pembahasan
1. Kalkulasi biaya tradisional
Keterangan Produk A Produk B
Biaya bahan langsung $ 600 $ 150
Biaya tenaga kerja langsung $ 200 $ 50
Biaya overhead pabrik* $ 1120 $ 560
Total $ 1920 $ 760
Unit diproduksi 200 unit 100 unit
Biaya per unit $ 9,6 $ 7,6

*Keterangan:
Total biaya overhead Rp $ 1700.
Tarif BOP = ($ 1700: (200+100 jam)) = $ 5,6/ jam mesin
BOP dibebankan, untuk produk A = 200 jam x $ 5,6 = $ 1120
Untuk produk B = 100 jam x $ 5,6 = $ 560

2. Kalkulasi ABC
Keterangan Produk A Produk B
Biaya bahan langsung $ 600 $ 150
Biaya tenaga kerja langsung $ 200 $ 50
Biaya overhead pabrik*:
Biaya pemeliharaan mesin $ 400 $ 200
Biaya penanganan bahan $ 420 $ 280
Biaya persiapan mesin $ 267 $ 133,5
Total $ 1887 $ 813,5
Unit diproduksi 200 unit 100 unit
Biaya per unit $ 9,4 $ 8,1
*Keterangan:
1. Pemeliharaan mesin ($ 600 : (200+100 jam)) = $ 2/jam mesin
2. Penanganan bahan ($ 700 : (30+20 jam)) = $ 14/jam penanganan bahan
3. Persiapan mesin ($ 400 : (10+5 jam)) = $ 26,7/jam persiapan mesin

8
Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA
Maka, pembebanan BOP ke masing-masing produk adalah sebagai berikut.
1. Pemeliharaan mesin
Produk A = 200 x $ 2 = $ 400
Produk B = 100 x $ 2 = $ 200
2. Penanganan bahan
Produk A = 30 x $ 14 = $ 420
Produk B = 20 x $ 14 = $ 280
3. Persiapan mesin
Produk A = 10 x $ 26,7 = $ 267
Produk B = 5 x $ 26,7 = $ 133,5

Contoh
Inca Pottery Company terkenal dengan dengan lini vas yang berkualitas. Baru-baru ini perusahaan
memutuskan untuk mengubah sistem kalkulasi biaya berdasarkan volume ke sistem biaya berdasarkan
aktivitas. Perusahaan tersebut memproduksi 2 macam vas: desain Indian dan kontemporer. Data-data
yang terkumpul sebagai berikut.

Vas Kuantitas Biaya utama Pengujian Persiapan Pemasaran


produk
Indian 200.000 $ 700.000 50.000 100 700.000
Kontemporer 50.000 $ 150.000 12.500 50 100.000

Total Biaya - $ 850.000 $ 250.000 $ 450.000 $ 300.000

Manajemen membutuhkan informasi:


1. Klasifikasi (aktivitas) biaya overhead pabrik sebagai tingkat unit, tingkat batch, tingkat produk, dan
tingkat fasilitas.
2. Perhitungan biaya per unit dari masing-masing vas dengan menggunakan pendekatan berdasarkan
unit (tradisional).
3. Perhitungan masing-masing biaya per unit dari masing-masing vas dengan menggunakan
pendekatan kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas (ABC)

9
Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA
Penyelesaian:
1. Total Overhead adalah $ 1.000.000, diperoleh dari ($ 250.000 + $ 300.000 + $ 450.000)
Tarif pabrik menyeluruh adalah ($ 1.000.000 : (50.000+12.500)) = $ 16/pengujian.
BOP dibebankan, untuk Vas Indian = $ 16 x 50.000 = $ 800.000
Untuk Vas Kontemporer = $ 16 x 12.500 = $ 200.000

Biaya produksi per unit untuk kedua produk dapat dihitung sbb.
$ 800.000 + $ 700.000
= = $ 7,5
200.000

$ 200.000 + $ 150.000
= = $ 7,0
50.000

2. Level Biaya (aktivitas);


a. Biaya (aktivitas) tingkat unit adalah pengujian produk
b. Biaya (aktivitas) tingkat batch adalah persiapan
c. Biaya (aktivitas) tingkat produk adalah pemasaran
d. Biaya (aktivitas) tingkat fasilitas adalah tidak ada

3. Dalam pendekatan berdasarkan-aktivitas, rasio konsumsi berbeda untuk ketiga aktivitas overhead,
sehingga kelompok overhead dibentuk untuk masing-masing aktivitas. Tarif overhead untuk
masing-masing kelompok adalah sebagai berikut.
$ 250.000
= =$4
62.500

$ 450.000
= = $ 3.000
150

$ 300.000
= = $ 0,375
800.000

10
Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA
Overhead dibebankan sebagai berikut:
1. Pengujian produk
Vas Indian = $ 4 x 50.000 = $ 200.000
Vas Kontemporer = $ 4 x 12.500 = $ 50.000
2. Persiapan
Vas Indian = $ 3.000 x 100 = $ 300.000
Vas Kontemporer = $ 3.000 x 50 = $ 150.000

3. Pemasaran
Vas Indian = $ 0,375 x 700.000 = $ 262.500
Vas Kontemporer = $ 0,375 x 100.000 = $ 37.500

Kalkulasi biaya:
Vas Indian Vas Kontemporer
Biaya Utama $ 700.000 Biaya Utama $ 150.000
Biaya Overhead: Biaya Overhead:
- Pengujian $ 200.000 - Pengujian $ 50.000
- Persiapan $ 300.000 - Persiapan $ 150.000
- Pemasaran $ 262.500 - Pemasaran $ 37.500

Total biaya $ 1. 462.500 Total biaya $ 387.500

Unit diproduksi 200.000 Unit diproduksi 50.000

Biaya per unit $ 7,3 Biaya per unit $ 7,8

11
Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA
Contoh dalam buku Hansen & Mowen, 144-153
Tarif Tunggal
Belring memproduksi dua telepon; telepon nirkabel dan telepon reguler. Perusahaan tersenut
memiliki data perkiraan dan aktual untuk tahun 2006 sebagai berikut.
Overhead yang dianggarkan $ 360.000
Aktivitas yang diperkirakan (dalam JTKL) 100.000
Aktivitas aktual (dalam jam TKL) 100.000
Overhead aktual $ 380.000
Kemudian untuk tahun 2006, tarif berdasarkan JTKL yang diperkirakan, dapat dihitung sebagai
berikut.
Tarif BOP = BOP dianggarkan:aktivitas diharapkan
= $ 360.000 : 100.000 JTKL
= $ 3,6 per JTKL
Overhead yang dibebankan= tarif overhead x aktivitas aktual
= $ 3,6 x 100.000 JTKL
= $ 360.000
Perbedaan antara BOP aktual dengan BOP dibebankan disebut sebagai variansi overhead. Bagi
Belring, overhead adalah $ 20.000 ($ 380.000 - $ 360.000).

Diasumsikan data aktual berikut dikumpulkan berdasarkan masing-masing produk.


Nirkabel Reguler
Produk yang diproduksi 10.000 100.000
Biaya utama $ 78.000 $ 738.000
Jam tenaga kerja langsung 10.000 90.000

Perhitungan biaya produksi per unit


Diketahui: tarif BOP $ 3,6 per JTKL
Nirkabel Reguler
Biaya utama $ 78.000 $ 738.000
Biaya overhead
$ 3,6 x 10.000 $ 36.000 -
$ 3,6 x 90.000 - $ 324.000
Total biaya produksi $ 114.000 $ 1.062.000
Unit yang diproduksi 10.000: 100.000:

12
Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA
Biaya per unit $ 11,4 $ 10,62

Tarif Departemen
Anggaplah bahwa Belring mempunyai dua departemen produksi; pabrikasi dan perakitan.

Data departemen.
Pabrikasi Perakitan
BOP dianggarkan $ 252.000 $ 108.000
Penggunaan aktual dan yang diharapkan (JTKL)
Nirkabel 7.000 3.000
Reguler 13.000 77.000
20.000 80.000
Penggunaan aktual yang diharapkan (jam mesin)
Nirkabel 4.000 1.000
Reguler 36.000 9.000
40.000 10.000

Pabrikasi banyak menggunakan mesin, sementara perakitan cenderung menggunakan banyak


tenaga kerja langsung. Mengamati hal ini Belring mendasarkan tarif overhead departemen pada
jam mesin untuk pabrikasi, dan pada jam tenaga kerja langsung untuk perakitan. Dua tarif overhead
tersebut dihitung sebagai berikut.
Tarif pabrikasi = BOP dianggarkan/jam mesin yang diharapkan
= $ 252.000/ 40.000
= $ 6,3 per jam mesin
Tarif perakitan = BOP dianggarkan/jam tenaga kerja langsung yang diharapkan
= $ 108.000/ 80.000
= $ 1,35 per JTKL
BOP dibebankan = ($ 6,30 x jam mesin aktual) + ($1,35 x JTKL aktual)
= ($ 6,30 x 40.000) + ($ 1,35 x 80.000)
= $ 252.000 + $ 108.000
= $ 360.000
Biaya produksi per unit
Nirkabel Reguler
Biaya utama $ 78.000 $ 738.000
Biaya overhead
($ 6,30 x 4000) + ($ 1,35 x 3000) $ 29.250 -
($ 6,30 x 36.000) + ($ 1,35 x 77.000) - $ 330.750

13
Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA
Total biaya produksi $ 107.250 $ 1.068.750
Unit yang diproduksi 10.000: 100.000:
Biaya per unit $ 10,73 $ 10,69

14
Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA
Biaya Relevan untuk Pengambilan Keputusan

MATERI 6
BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN KHUSUS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Salah satu tugas pokok manajer adalah membuat keputusan berdasarkan informasi
akuntansi yang relevan. Pengambilan keputusan adalah memilih salah satu di antara
berbagai alternatif tindakan yang ada. Pemilihan ini biasanya menggunakan dasar ukuran
tertentu, apakah profitabilitas ataukah penghematan biaya. Sebagaimana telah disebutkan
di atas, pengambilan keputusan membutuhkan informasi-informasi. Semakin tinggi kualitas
informasi, semakin tinggi kualitas keputusan yang diambil.

Keputusan itu terdiri dari keputusan rutin dan keputusan khusus, yang dimaksud keputusan
rutin adalah keputusan operasi sehari-hari sesuai dengan fungsi manajemen (pemasaran,
produksi, dan keuangan). Sedangkan keputusan khusus adalah keputusan yang hanya
kadangkala saja dibuat, misalnya, keputusan tentang:
1) Menolak atau menerima order khusus
2) Menambah atau memberhentikan departemen atau produk
3) Membuat sendiri atau membeli produk
4) Menetapkan kebijakan harga
5) Memproses setelah split-off point atau langsung menjual
6) Memilih produk

Peranan akuntan intern sangat penting sekali dalam menyajikan informasi akuntansi bagi
keputusan manajemen. Informasi akuntansi yang disajikan oleh akuntan intern itu harus
tepat (accuracy), relevan, dan harus dapat dipercaya, baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif.
Arti “infomasi relevan” yaitu informasi masa depan yang berbeda-beda pada masing-masing
alternatif. Semua keputusan berhubungan dengan masa depan; karena itu hanya biaya
masa depan yang dapat menjadi relevan dengan pengambilan keputusan. Namun untuk
menjadi relevan, suatu informasi harus berbeda dari satu alternatif dengan alternatif
lainnya. Apabila informasi masa depan terdapat pada lebih dari satu alternatif, maka
informasi tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan. Secara lazim, dalam bidang
akuntansi informasi relevan ini dikenal sebagai biaya relevan, yaitu biaya yang akan terjadi
di masa mendatang dan berbeda diantara berbagai keputusan.

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 1


Biaya Relevan untuk Pengambilan Keputusan

MENOLAK ATAU MENERIMA ORDER KHUSUS


Order khusus adalah pesanan di luar penjualan normal, biasanya dengan harga yang lebih
rendah dari harga jual normal. Keputusan tentang harga jual produk (jasa) dalam jangka
panjang harus mendasarkan pada pertimbangan full cost. Namun dalam jangka pendek
(masih ada kapasitas menganggur), penentuan harga jual dilakukan hanya dengan
mempertimbangkan variable cost.

Oleh karena itu, order khusus mungkin menarik, meskipun harganya lebih rendah daripada
harga jual normal. Order khusus diterima bila menambah laba operasi, dan sebaliknya,
ditolak jika mengurangi laba operasi. Untuk menentukan order khusus diterima atau ditolak
harus menggunakan pendekatan direct costing/ variable costing.

Ilustrasi 1
Sebuah perusahaan berkapasitas maksimum 3000 unit produk. Selama ini perusahaan
hanya beroperasi pada kapasitas normal 2400 unit. Perusahaan sedang mempertimbangkan
order khusus sebanyak 450 unit dengan harga jual $42, sementara harga jual normal $60.
Biaya variabel per unit terdiri atas; bahan baku $12, upah langsung $17, overhead $6.
Biaya tetap total terdiri dari; overhead $18.000, administrasi&penjualan $6.000.

Tabel 6.1
Perhitungan Laba/Rugi (Variable Costing)

Penjualan 2400 @$60 $ 144.000


HPP 2400 @$35*) $ 84.000-
Marjin Kontribusi $ 60.000
Biaya Tetap:
BOP $ 18.000
By. Adm&Penj $ 6.000 $ 24.000-
Laba Operasi $ 36.000

*) Harga Pokok Penjualan dalam ilustrasi ini hanya terdiri dari unsur biaya produksi, karena tidak
terdapat persediaan.
Biaya Produksi = BBB + BTKL + BOP V
= $ 12 + $ 17 + $ 6
= $ 35

Dari perhitungan L/R di atas, dapat diperkirakan bahwa biaya yang akan bertambah dengan
adanya order khusus adalah biaya variabel saja (sebesar $35 per unit). Inilah biaya yang
relevan, yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan.

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 2


Biaya Relevan untuk Pengambilan Keputusan

Sedangkan biaya tetap jumlahnya akan tetap tanpa memandang diterima atau ditolaknya
order khusus. Karena itu, biaya tetap pada contoh ini tidak relevan dan tidak perlu
dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan.
Untuk membuat keputusan yang tepat, analisis diferensial sangat diperlukan. Analisis
diferensial adalah sebuah model keputusan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
perbedaan-perbedaan dalam pendapatan dan biaya*) yang berkaitan dengan berbagai
alternatif tindakan.
Analisis diferensial yang dapat dibuat untuk mempertimbangkan keputusan terbaik

Tabel 6.2
Analisis Diferensial
Tanpa order Dengan order
Selisih
khusus khusus
Penjualan:
2400 @$60 $ 144.000 $ 144.000
450 @$42 - $ 18.900 $ 18.900
$ 144.000 $ 162.900 $ 18.900 (A)
Biaya Variabel:
2400 @$35 $ 84.000 $ 84.000
450 @$35 - $ 15.750 $ 15.750
$ 84.000 $ 99.750 $ 15.750 (B)
Marjin Kontribusi $ 60.000 $ 63.150 $ 3.150
Biaya Tetap:
Overhead $ 18.000 $ 18.000 -
Adm& Penjualan $ 6.000 $ 6.000 -
$ 24.000 $ 24.000 -
Laba Operasi $ 36.000 $ 39.150 $ 3.150 (C)

A differential revenue
B differential cost
C differential income

Jika order khusus diterima, maka tambahan marjin kontribusi total adalah $ 3.150. Laba
bersih bertambah sebesar $ 3.150 meskipun harga order khusus lebih rendah daripada
harga jual normal. Order khusus diterima karena memberi marjin kontribusi positif. Selama
harga jual masih dapat menutup biaya variabel, maka menerima order khusus adalah
keputusan yang tepat. Jadi harga minimum yang dapat diterima adalah sebesar biaya
variabel.

*) Untuk tujuan pengambilan keputusan, biaya-biaya yang dipertimbangkan di dalam analisis


diferensial bukan biaya yang digunakan dalam pelaporan keuangan konvensional. Kualifikasi
biayanya adalah biaya relevan, biaya diferensial, biaya tidak terhindarkan, biaya kesempatan, dan
biaya terbenam.

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 3


Biaya Relevan untuk Pengambilan Keputusan

Analisis yang salah dapat terjadi apabila kita menggunakan perhitungan laba dengan format
full costing. Dengan adanya besarnya biaya produksi yang berbeda, maka perhitungan harga
pokok penjualan akan menghasilkan nilai yang berbeda.
Biaya Produksi (Full Costing) = BBB + BTKL + BOP V + BOP T
= $ 12 + $ 17 + $ 6 + $ 7,5
= $ 42,5

*) BOP Tetap per unit dihitung dengan cara => $ 18.000/ 2.400 unit = $ 7,5 per unit

Dengan format full costing ini, karena harga pokok penjualan per unit sebesar $ 42,5 (lebih
besar dari pada harga pesanan khusus) maka kesimpulan yang dapat diambil adalah menolak
pesanan khusus. Ini adalah kesimpulan yang tidak tepat karena biaya (overhead) tetap ikut
diperhitungkan, padahal sebenarnya biaya tersebut tidak relevan. Untuk menghindari
kesalahan seperti ini, maka metode yang digunakan haruslah metode variable costing.

Biaya overhead tetap –pada contoh ini- tidak akan berubah meskipun keputusan yang
diambil adalah menerima ataupun menolak order khusus. Karena order khusus hanya
berjumlah 450 unit tersebut masih berada di bawah kapasitas menganggur 600 unit.
Jika, misalnya, order khusus yang terjadi melampaui kapasitas maksimum misalnya, 800 unit,
maka dibutuhkan tambahan mesin/ peralatan tambahan untuk memenuhi pesanan.
Pertambahan peralatan ini akan menambah biaya tetap (berupa penyusutan, upah mandor,
dsb). Pada kondisi demikian, maka biaya tetap-pun menjadi relevan, dan oleh sebab itu
harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

Order khusus, dengan analisis diferensial, hanya dapat diterima apabila differential revenue
lebih tinggi daripada atau setidaknya sama dengan differential cost. Order khusus dilayani
bila harga order khusus di atas biaya produksi variabel, tidak berakibat meningkatkan biaya
tetap dan biaya variabel pemasaran dan administrasi, kapasitas produksi masih mampu
melayani, dan sebagainya.

MELANJUTKAN ATAU MEMBERHENTIKAN DEPARTEMEN ATAU PRODUK


Manajemen selalu dihadapkan dengan keputusan yang melibatkan pemilihan kombinasi
produk atau keberadaan departemen (divisi) yang menghasilkan laba tertinggi. Suatu divisi
pusat laba yang menderita kerugian pada umumnya ditutup. Namun untuk menutupnya,
harus diperhitungkan L/R secara keseluruhan.

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 4


Biaya Relevan untuk Pengambilan Keputusan

Demikian pula dengan produk. Adanya produk baru bisa saja menandakan bahwa produk
lama mungkin pudar ketenarannya karena ada perubahan minat konsumen, dan menjadi
tidak menguntungkan lagi.
Kerugian suatu departemen/ divisi, ataupun produk, pada umumnya disebabkan oleh
perilaku biaya tetap. Perilaku biaya tetap dalam bentuk:
1) Biaya tetap yang terhindarkan (avoidable fixed cost)
2) Biaya tetap yang takterhindar (unavoidable fixed cost)

Manajemen biasanya akan menutup disivi/ produk yang rugi. Namun penutupan itu akan
berakibat terhadap “keseluruhan L/R” perusahaan.

Ilustrasi 2
Berikut adalah kondisi perusahaan “Z” melalui penjualan dua Departemen yang dimiliki; A
dan B. sebagai informasi tambahan, Gaji pramuniaga adalah biaya yang ditanggung oleh
setiap departemen. Sedangkan biaya lain adalah biaya yang ditanggung oleh perusahaan.

Tabel 6.3
Perusahaan Z
Perhitungan L/R (dalam $)
Departemen Departemen Total
A B
Penjualan 3.000 7.000 10.000
Biaya Variabel 2.500 4.400 6.900
Marjin Kontribusi 500 2.600 3.100
Biaya tetap:
Gaji pramuniaga 400 840 1.240
Iklan 240 560 800
Asuransi 9 21 30
Pajak bumi&bangnn 15 35 50
Penyusutan 210 490 700
Rupa-rupa 6 14 20
Total Biaya Tetap 880 1.960 2.840
Laba/ Rugi Operasi (380) 640 260

Analisis secara tidak hati-hati terhadap perhitungan di atas dapat menuntun kepada
kesimpulan bahwa karena Departemen A tidak menguntungkan, maka manajemen
seharusnya memberhentikannya saja. Rugi bersih $380 pada Departemen A dapat memberi
kesan bahwa tanpa adanya departemen tersebut, perusahaan secara keseluruhan dapat
memperoleh laba $ 640. Padahal tidak demikian.
Meskipun departemen A tidak memberi marjin kontribusi yang cukup untuk menutup
seluruh biaya tetap departemennya sendiri, namun sudah memberi sumbangan pada laba
perusahaan, hal itu terlihat dari marjin kontribusi sebesar $ 500. Andaikan departemen ini

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 5


Biaya Relevan untuk Pengambilan Keputusan

ditutup, maka perusahaan akan kehilangan marjin kontribusi $ 500 tersebut, sehingga laba
operasi yang diperoleh nantinya tidak akan menunjukkan jumlah yang sama besar dengan $
260.

Dengan mengingat konsep biaya takterhindar, maka perlu diketahui bahwa biaya
takterhindar akan tetap terjadi tanpa mempedulikan alternatif yang dipilih. Konsekuensinya,
sebelum departemen A ditutup, tiap-tiap biaya departemen ini harus dievaluasi. Setelah
langkah ini ditempuh, barulah dapat dinilai dengan teliti pengaruh yang benar dari
pemberhentian departemen ini terhadap profitabilitas perusahaan.

Informasi:
Gaji pramuniaga adalah gaji karyawan yang bekerja secara eksklusif pada departemen A,
sehingga jika departemen A ditutup, para karyawannya dapat diberhentikan dan gaji
pramuniaga departemen ini tidak akan terjadi.
Selanjutnya, biaya iklan, asuransi, pajak bumi dan bangunan, penyusutan, dan rupa-rupa
adalah common cost yang dialokasi ke departemen-departemen. Allocated cost tidak dapat
ditelusur secara langsung ke departemen tertentu berdasarkan manfaat yang diterima dari
common cost tersebut. Oleh karena biaya yang bersifat common itu dialokasikan ke seluruh
departemen yang ada, maka biaya tersebut tidak dapat dihindarkan dengan pemberhentian
departemen tertentu.
Dengan menerapkan analisis diferensial, dapat dilihat jika sebenarnya laba perusahaan
justru lebih kecil jika departemen A diberhentikan.

Tabel 6.4
Analisis Diferensial
Departemen Hanya
A+B Departemen B Selisih

Penjualan 10.000 7.000 3.000


Biaya Variabel 6.900 4.400 2.500
Marjin Kontribusi 3.100 2.600 500
Biaya Tetap:
(Terhindarkan) gaji pramuniaga 1.240 840 400
(tak terhindarkan)= 2.840-1.240 1.600 1.600 0
Total biaya tetap 2.840 2.440 400
Laba Operasi 260 160 100

Laba bersih perusahaan turun sebesar $ 100 yaitu dari $ 260 (jika departemen A
dipertahankan), menjadi $ 160 (jika departemen A diberhentikan). Penurunan laba ini terjadi
karena departemen B yang akan dipertahankan hanya mempunyai marjin kontribusi $ 2600

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 6


Biaya Relevan untuk Pengambilan Keputusan

untuk menutup biaya terhindarkan departemen itu sendiri sebesar $ 840 ditambah biaya
takterhindarkan sejumlah $ 1600.
Secara total, laba bersih turun sebesar $ 100 sehingga penutupan departemen A merupakan
pilihan yang tidak bijaksana.

MEMBUAT SENDIRI ATAU MEMBELI PRODUK


Keputusan ini biasanya dihadapi oleh manajemen perusahaan fabrikasi yang membuat
suatu produk dengan menggunakan beberapa bahan baku dasar. Contohnya adalah pabrik
tekstil yang memiliki usaha perkebunan kapas dan industri pemintalan sekaligus sampai
distribusi tekstilnya.
Masalahnya terletak pada dua pilihan, di satu pihak perusahaan mampu memproduksi
sendiri seluruh bahan bakunya, sementara di lain pihak ada satu bahan baku atau lebih yang
tersedia di pasar. Untuk keputusan semacam ini dapat digunakan konsep biaya relevan
berupa biaya terhindarkan; kategori biaya yang diperhitungkan adalah biaya material
langsung, upah langsung, overhead pabrik variabel, dan overhead tetap terhindarkan
(avoidable fixed factory overhead). Dari semua elemen yang ada, biaya-biaya terhindarkan
ini dapat diketahui dengan mengeliminasi (1) biaya tenggelam, dan (2) biaya masa datang
yang akan terus terjadi tanpa mempertimbangkan apakah suatu produk dibuat sendiri atau
dibeli dari luar.

Kriteria keputusannya adalah penawaran dari luar akan diterima bila biaya terhindarkan
lebih besar dari harga beli dari luar. Sebaliknya penawaran akan ditolak jika biaya
terhindarkan lebih kecil dari harga beli dari luar.

Ilustrasi 3
PT SUARA OKE bergerak dalam bidang penjualan alat-alat elektronik. Setiap bulan
memproduksi dan memakai sound system sebanyak 100 unit dengan biaya produksi Rp
21.150 per unit. Perusahaan kemudian menerima penawaran dari pemasok luar yang
menyediakan 100 unit per bulan dengan harga Rp 17.600. Struktur biaya produksi sound
system sebagai berikut.

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 7


Biaya Relevan untuk Pengambilan Keputusan

Tabel 6.5
Struktur Biaya PT SUARA OKE
Keterangan Biaya (Rp)
Biaya bahan langsung per unit 6.250
Biaya upah langsung per unit 4.600
Biaya overhead pabrik variabel per unit 1.500
Gaji supervisi 2.850
Alokasi overhead umum 5.950
Total biaya 21.150

Analisis yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah ini adalah..


Biaya terhindarkan
1 unit
Biaya bahan langsung 6.250
Biaya upah langsung 4.600
Biaya overhead pabrik variabel 1.500
Gaji supervisi 2.850
Alokasi overhead umum -
Total biaya 15.200
Harga beli dari luar 17.600
Selisih menguntungkan (bila membuat 2.400
sendiri)

Buktinya  jika membuat sendiri, kita menanggung biaya produksi per unit Rp 21.150
Jika membeli dari pihak luar, kita menanggung harga beli (Rp 17.600)
ditambah common cost (Rp 5.950), sehingga jumlah total yang ditanggung
adalah Rp 23.550 per unit.

Akuntansi Manajemen | RZ | UNIRA Page 8


INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL
Untuk Pengambilan
Keputusan/Pemilihan Alternatif
Akuntansi DIFERENSIAL menyajikan informasi mengenai
taksiran pendapatan, biaya dan atau aktiva yang berbeda
jika suatu tindakan tertentu dipilih, dibandingkan dengan
alternatif tindakan yang lain.
Jadi informasi akuntansi Diferensial berkaitan dengan masa
yang akan datang dan diperlukan untuk masalah pemilihan
alternatif (alternative choice problem).

Pendapatan Diferensial (Differential Revenue)


Merupakan pendapatan yang berbeda dalam suatu kondisi,
dibandingkan dengan kondisi yang lain.
Biaya Diferensial (Differential Cost)
Merupakan biaya yang berbeda dalam suatu kondisi,
dibandingkan dengan kondisi yang lain. Biaya Diferensial
disebut pula dengan BIAYA RELEVAN (Relevant Cost).
BIAYA RELEVAN
Manajemen dalam melaksanakan fungsinya selalu
dihadapkan pada masalah pemilihan alternatif tindakan.
Ketepatan memilih alternatif tindakan besar pengaruhnya
terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Pengambilan
keputusan untuk memilih alternatif tindakan berkaitan
dengan masa yang akan datang, oleh karena itu informasi
yang diperlukan merupakan informasi masa yang akan
datang.
Informasi biaya masa yang akan datang yang berbeda di
antara alternatif tindakan merupakan Biaya Relevan.
Jadi biaya Relevan (biaya Diferensial) memiliki ciri:
1. Merupakan biaya masa yang akan datang.
2. Berbeda di antara alternatif tindakan.
Perusahaan akan mengambil keputusan tentang bahan
baku yang akan dipilih dalam proses produksi.

Bahan Baku Bahan Baku Bahan Baku


X Y Z

Harga beli/kg 3.000 3.000 3.000


Upah
langsung/kg 9.000 8.000 8.500
Pada tabel di atas, harga bahan baku dan upah
langsung merupakan biaya masa yang akan datang.
Dalam pemilihan alternatif upah langsung
merupakan biaya Relevan, karena berbeda untuk
setiap jenis bahan baku, sedangkan harga adalah
biaya Tidak Relevan (Irrelevant Cost), karena sama
untuk setiap bahan baku.
Biaya tambahan (incremental cost)
• Biaya tambahan (incremental cost) adalah
kenaikan atau tambahan biaya yang akan
terjadi karena memilih suatu alternatif lain
• Contoh : PT X merakit sepeda mini dengan
harga pokok per unit Rp. 200.000,-. PT X
mendapat pesanan khusus 100 unit.
Dengan pesanan tersebut PT X harus
menanggung biaya tambahan sebesar
200.000 x 100 =….
Biaya kesempatan (opportunity cost)
• Biaya kesempatan (opportunity cost) yaitu
potensi perolehan keuntungan berupa
pendapatan atau penghematan biaya yang
hilang karena memilih suatu alternatif
• Contoh : PT X memiliki ruko jika ruko itu
digunakan sendiri untuk berdagang maka akan
memperoleh laba Rp 100.000,- per hari. Jika
memilih menyewakan maka PT X akan
memperoleh Rp 75.000, - per hari. Maka PT X
akan kehilangan pendapatan sebesar Rp.
25.000 sebagai biaya kesempatan
Biaya terhindarkan (avoidable cost)
• Biaya terhindarkan (avoidable cost) yaitu
suatu biaya yang dihilangkan sebagaian atau
seluruhnya sebagai akibat memilih alternatif
yang lain.
• Contoh : PT X membeli mobil bekas maka
akan menanggung biaya perbaikan Rp.
1.000.000 per tahun. Jika membeli mobil baru
maka selama 5 tahun pertama bebas dari biaya
perbaikan . Sehingga Biaya perbaikan mobil
menjadi biaya terhindarkan bagi PT X jika
membeli mobil baru
Biaya tak terhindarkan (unavoidable
cost)
• Biaya tak terhindarkan (unavoidable cost)
adalah biaya yang tidak dapat dihilangkan
karena memilih alternatif tindakan lain
• biaya tak terhindarkan terdiri dari biaya
tenggalam dan biaya masa yang akan
datang yang tidak berbeda dari alternatif
tindakan yang lain
Biaya tenggelam (Sunk cost)
• Biaya tenggelam (Sunk cost) adalah biaya yang
telah terjadi dan tidak dapat diubah oleh suatu
keputusan yang dibuat sekarang atau pada masa
yang akan datang
• Contoh : pada tahun 2005 PT ABC membeli
gedung kantor Rp. 50.000 karena kondisi
keuangan perusahaan maka PT ABC menutup
sebagian bidang usahanya di gedung tersebut.
Karena sudah terjadi dimasa lalu dan tidak bisa
diubah dengan keputusan sekarang maka
penutupan sebagaian usaha PT ABC tidak akan
mempengaruhi nilai investasi yang berupa harga
beli gedung yang menjadi biaya tenggelam
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KHUSUS
• Menerima atau menolak pesanan khusus
• Menambah/meniadakan jenis
produk/departemen
1.meniadakan jenis
produk/departemen
2.Menambah jenis produk/departemen
• Membuat sendiri/membeli
• Menjual atau memproses lebih hasil
produksi
Pengambilan Keputusan Khusus
A. Menerima atau menolak pesanan khusus
Manajemen dalam mengambil keputusan untuk
menerima atau menolak pesanan khusus harus
mempertimbangkan pendapatan dan biaya diferensial
(biaya relevan).

Contoh: perusahaan selama ini menjual produk dengan


harga Rp 2.000 per unit, biaya tetap Rp 300.000 dan
biaya variabel Rp 1.200 per unit. Penjualan rata-rata
selama ini 1.000 unit.
Perusahaan mendapatkan pesanan sebanyak 100 unit
tetapi dengan harga Rp 1.400 per unit. Jika diasumsikan
perusahaan masih memiliki kapasitas produksi, apakah
pesanan diterima atau ditolak?
Berdasarkan analisis tersebut sebaiknya perusahaan
menerima pesanan tersebut walaupun harganya lebih
rendah dari harga jual perusahaan, karena ternyata
tambahan pendapatan yaitu Rp 140.000 lebih besar dari
tambahan biayanya yaitu Rp 120.000 berarti ada
perbedaan margin kontribusi sebesar Rp 20.000.
Biaya produksi yang bersifat tetap dan biaya usaha merupakan
biaya yang tidak berubah dalam pengambilan keputusan
menerima atau menolak atau irrelevant cost.
Hasil penjualan dan biaya produksi variabel jumlahnya berbeda
dalam pemilihan alternatif sehingga sebagai informasi yang
relevan. Analisis terhadap informasi yang relevan sbb:
Tanpa Menerima Perbedaan
Pesanan Pesanan
Khusus Khusus
Hasil penjualan:
1.000 x Rp 2.000 Rp 2.000.000 -
1.000 x Rp 2.000 Rp 2.000.000
100 x Rp 1400 Rp 140.000 Rp 140.000
Biaya variabel
1.000 x Rp 1.200 Rp 1.200.000
1.100 x Rp 1.200 Rp 1.320.000 Rp 120.000
Margin kontribusi Rp 800.000 Rp 820.000 Rp 20.000
B. Menambah/meniadakan jenis produk/departemen

1. Meniadakan jenis produk/departemen


Ada beberapa jenis biaya yang harus dipertimbangkan
dalam meniadakan jenis produk/ departemen yaitu:
- Biaya terhindarkan (avoidable cost)
Biaya-biaya yang tidak akan terjadi jika suatu jenis
produk/departemen ditiadakan.
- Biaya tak terhindarkan (unavoidable cost)
Biaya-biaya yang tetap akan terjadi walaupun suatu jenis
produk/departemen ditiadakan.
- Biaya kesempatan (opportunity cost)
Penghematan biaya sebagai akibat dipilihnya alternatif
tertentu.
Dalam pengertian biaya relevan, biaya terhindarkan
merupakan biaya relevan karena berbeda pada pemilihan
suatu alternatif tindakan.
Contoh:
Suatu departemen Store memiliki 3 departemen utama
yaitu: Departemen Makanan, Pakaian, dan Elektronik.
Departemen pakaian selama beberapa tahun terakhir
mengalami kerugian, sehingga manajemen
mempertimbangkan untuk menutup departemen
pakaian. Analisislah apakah keputusan menutup
departemen pakaian merupakan keputusan yang tepat.
Departemen
Jumlah
Pakaian Makanan Elektronik
Penjualan 5.000 4.000 500 9.500
Biaya variabel 4.000 2.800 300 7.100
Margin kontribusi 1.000 1.200 200 2.400
Biaya tetap:
-Terhindarkan 750 500 75 1.325
- tak terhindarkan 300 500 100 900
Jumlah 1.050 1.000 175 2.225
Laba (rugi) (50) 200 25 175
Data dalam ribuan

Berdasarkan data perhitungan rugi-laba ketiga departemen


membuat pendapatan diferensial dan biaya diferensial untuk
kedua alternatif yang akan dipilih berikut:
Alternatif I Alternatif II
Meneruskan Meniadakan Perbedaan
Dep. Pakaian Dep. Pakaian
Penjualan 9.500.000 4.500.000 5.000.000
Biaya:
- Variabel 7.100.000 3.100.000 4.000.000
- Tetap terhindarkan 1.325.000 575.000 750.000
Jumlah 8.425.000 3.675.000 4.750.000
Laba sebelum biaya tak 1.075.000 825.000 250.000
terhindarkan
diperhitungkan

Perhatikan kolom perbedaan pada tabel di atas, pendapatan


yang dikorbankan (opportunity cost) kalau perusahaan
meniadakan Dep. Pakaian adalah sebesar Rp 5.000.000, ternyata
lebih besar dari biaya yang dapat dihindarkan yaitu Rp 4.750.000
apabila perusahaan meniadakan Dep. Pakaian. Jadi keputusan
yang sebaiknya diambil adalah tetap meneruskan Dep. Pakaian
2. Menambah jenis produk/departemen
Analisis pendapatan dan biaya diferensial juga berguna
untuk pengambilan keputusan meniadakan suatu produk/
departemen dan menambah jenis produk/departemen baru
(mengganti jenis produk/departemen).

Contoh: menggunakan contoh sebelumnya dengan


alternatif menambah departemen kosmetik dengan
informasi taksiran penjualan Rp 3.000.000, biaya variabel
total Rp 2.100.000 dan biaya tetap terhindarkan Rp
350.000. Alternatifnya meneruskan departemen pakaian
atau meniadakan departemen pakaian untuk diganti
dengan departemen kosmetik.
Sebelum dilakukan analisis, kita lakukan perhitungan
terhadap biaya terhindarkan dan tak terhindarkan setelah
memasukkan departemen Kosmetik, sbb:
Departemen
Jumlah
Kosmetik Makanan Elektronik
Penjualan 3.000 4.000 500 7.500
Biaya variabel 2.100 2.800 300 5.200
Margin kontribusi 900 1.200 200 2.300
Biaya tetap:
-Terhindarkan 350 500 75 925
- tak terhindarkan 300 500 100 900
Jumlah 650 1.000 175 1.825
Laba (rugi) 250 200 25 475
Data dalam ribuan
Alternatif I Alternatif II
Meneruskan Mengganti dg Perbedaan
Dep. Pakaian Dep. Kosmetik
Penjualan 9.500.000 7.500.000 2.000.000
Biaya:
- Variabel 7.100.000 5.200.000 1.900.000
- Tetap terhindarkan 1.325.000 925.000 400.000
Jumlah 8.425.000 6.125.000 2.300.000
Laba sebelum biaya tak 1.075.000 1.375.000 (300.000)
terhindarkan
diperhitungkan

Ternyata biaya kesempatan (opportunity cost) kalau alternatif II


dipilih adalah Rp 2.300.000 lebih kecil dari biaya yang dapat
dihindarkan yaitu Rp 2.000.000. Jadi keputusan yang sebaiknya
diambil adalah mengganti Dep. Pakaian dengan Dep. Kosmetik.
C. Membuat Sendiri atau Membeli

Jika perusahaan dihadapkan pada pilihan, membuat


sendiri bahan pembantu proses produksi jika
kapasitas produksi perusahaan cukup tersedia, atau
justru membeli dari luar, bahan pembantu proses
produksi, maka diperlukan analisis pendapatan dan
biaya diferensial.
Contoh:
Suatu perusahaan yang bergerak di bidang
perakitan sebenarnya dapat memproduksi sendiri
suatu jenis suku cadang yang diperlukan. Berikut
adalah perhitungan biaya produksi suku cadang
tersebut:
Biaya per unit (Rp)
Biaya bahan baku 30
Biaya tenaga kerja langsung 40
Biaya overhead:
-Variabel 10
-Tetap terdiri dari:
- Gaji pengawas 30
- Penyusutan 20
- Alokasi dari dep. Lain 50
Total Biaya produksi 180

Perusahaan mendapatkan tawaran suku cadang sejenis dari


perusahaan lain dengan harga pemesanan hanya Rp 150 per unit.
Berdasarkan hal tersebut perusahaan dihadapkan pada pilihan
membuat sendiri atau memesan pada perusahaan lain dengan
harga per unit yang lebih murah
Dalam hal ini pengambilan keputusan harus
mempertimbangkan biaya terhindarkan dan
mengabaikan biaya tidak relevan atau biaya yang
tidak terhindarkan, seperti biaya alokasi dari
departemen lain. Biaya penyusutan merupakan
biaya akibat keputusan masa lalu sehingga
termasuk biaya tidak relevan dalam pengambilan
keputusan.
Jadi yang perlu diperhitungkan dalam analisis
pengambilan keputusan adalah hanya biaya yang
relevan saja, yaitu biaya yang berbeda karena
dipilihkan suatu alternatif tindakan.
Biaya Diferensiasi per unit
Membuat Membeli
Biaya bahan baku 30 -
Biaya tenaga kerja langsung 40 -
Biaya overhead:
- Variabel 10 -
- Tetap
Gaji pengawas 30 -
Total biaya 110 150
Selisih menguntungkan 40

Ternyata dengan membuat sendiri terdapat selisih


menguntungkan sebesar Rp 40 per unit suku cadang yang
diproduksi, sehingga seyogyanya perusahaan memilih
alternatif membuat sendiri suku cadang yang dibutuhkan.
D. Menjual atau memproses lebih hasil produksi

Ada kalanya perusahaan dihadapkan pada alternatif


menjual barang setengah jadi atau melanjutkan untuk
diproses menjadi barang jadi. Di sini juga diperlukan
analisis terhadap biaya relevan.
Contoh:
Perusahaan menghasilkan 10.000 unit produk A. Untuk
mengolah produk A diperlukan biaya produksi Rp 300 per
unit. Produk A dapat dijual dengan harga Rp 500 per unit.
Selain itu produk A juga dapat diproses lebih lanjut
menjadi produk B dengan harga jual Rp 750. Untuk
mengolah produk A menjadi produk B diperlukan tambahan
biaya produksi Rp 25 per unit. Setiap 80 unit produk B
memerlukan 100 unit produk A.
Menjual Diproses lebih
langsung lanjut Perbedaan

Hasil penjualan:
10.000 x Rp 500 5.000.000
8.000 x Rp 750 6.000.000 1.000.000
Biaya produksi:
10.000 x Rp 25 250.000 250.000
Total 5.000.000 5.750.000 750.000

Akan lebih menguntungkan jika produk A diproses lebih lanjut


menjadi produk B karena ada selisih sebesar Rp 750.000.
Biaya produksi produk A sebesar Rp 300 tidak dimasukkan dalam
perhitungan sebab termasuk biaya tidak relevan. Ingat:
karakteristik biaya relevan adalah biaya yang akan datang,
sedangkan biaya produksi produk A telah terjadi sebelum
pemilihan alternatif dilakukan.
INFORMASI AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN
Konsep Dasar Informasi Akuntansi
Pertanggungjawaban
• Responsibility Accounting Information merupakan
informasi biaya, pendapatan dan aktiva yang
dihubungkan dengan manajer yang
bertanggungjawab terhadap pusat
pertanggungjawaban tertentu.
• Responsibility Accounting Information merupakan
dasar untuk menganalisis prestasi manajer dan
memotivasi para manajer dalam melaksanakan
rencana mereka yang dituangkan dalam anggaran
mereka masing – masing.
• Responsibility Accounting Information merupakan
informasi yang penting dalam proses pengendalian
manajemen
Penggolongan biaya dalam Informasi
Akuntansi Pertanggungjawaban
• Biaya terkendalikan
Biaya terkendalikan adalah biaya yang
dapat dipengaruhi secara signifikan oleh
manajer suatu pusat pertanggungjawaban
• Biaya tak terkendalikan
Biaya yang tidak dapat dipengaruhi secara
signifikan oleh manajer suatu pusat
pertanggungjawaban
HARGA TRANSFER
Latar Belakang Harga Transfer
• Perusahaan yang organisasinya telah dibagi –
bagi menjadi pusat laba
• Transfer barang atau jasa antar pusat laba
tersebut menimbulkan masalah penentuan
harga transfer
• Proses diferensiasi bisnis dan perlunya
integrasi dalam organisasi yang telah
melakukan diferensiasi bisnis.
PENGERTIAN HARGA TRANSFER

• Dalam arti luas


Harga transfer adalah harga perpindahan barang
atau jasa yang dipertukarkan antar unit-unit atau
antar pusat pertanggungjawaban dalam suatu
organisasi.
• Dalam arti sempit
harga transfer adalah harga perpindahan barang atau
jasa antara dua pusat laba atau lebih.
Tujuan Harga transfer
Sistem harga transfer bertujuan:
(1)untuk memberikan intormasi releven pada setiap
pusat laba dalam menentukan harga transfer,
(2) untuk memotivasi manajer pusat laba pengirim,
pusat laba penerima, dan kantor pusat dalam
membuat keputusan yang tepat.
(3) untuk menyajikan laporan laba setiap divisi yang
secara layak mengukur prestasi divisi.
Metode-metode Penetapan harga transfer

• Metode harga pasar


Dalam metode harga pasar, harga transfer barang
atau Jasa antar pusat laba ditentukan berdasar harga
pasarnya dikurangi dengan biaya-biaya yang dapat
dihindari atau ditekan karena produk ditransfer dari
pusat laba tertentu ke pusat laba lainnya.
Karena harga pasar tersebut dikurangi dengan biaya
yang dapat dihindari maka metode ini disebut pula
dengan metode harga pasar minus atau harga pasar
yang dimodifikasi.
Rumus harga transfer per unit :
• Harga pasar per unit Rp. XX
• Biaya per unit yang dapat dihindari :
• Potongan Volume Rp. XX
• Biaya penyimpanan XX
• Biaya advertensi XX
• Komisi penjualan XX
• Biaya penagihan XX + Rp XX -
• Harga transfer per unit Rp.XX
Contoh:
• PT Persada memiliki dua pusat laba yaitu Divisi A dan
Divisi B. Produk Divisi A, yaitu produk N, sebagian
dijual kepada pihak luar dan sebagian lainnya
ditransfer ke Divisi B untuk diolah lebih lanjut. Harga
jual per unit produk N. kepada pihak lain Rp 360.
Biaya produksi dan non produksi produk N di Divisi A
per unit adalah:
elemen biaya biaya standar biayasesungguhnya

produksi variabel Rp 120 Rp 100

produksi tetap Rp 30 Rp 30

non produksi
variabel Rp 60 Rp 60

non produksi
tetap Rp 50 Rp 50
Jika produk ditransfer dari Divisi A ke Divisi B, biaya
nonproduksi variabel sebesar Rp 40 dapat dihindari.
Atas dasar data PT Persada tersebut dapat
ditentukan besarnya harga transfer per unit dari
Divisi A ke Divisi B adalah:

Harga pasar per unit Rp 360


Biaya dapat dihindari 40 -
Harga transfer per unit Rp 320
Kondisi yang dihadapi manajemen
• tidak menghadapi kendala sumber,
• menghadapi kendala sumber.
Tidak menghadapi kendala sumber

• divisi penjual dapat menjual produknya pada


pihak luar dan ke divisi pembeli begitu juga
divisi pembeli dapat membeli produk tersebut
dari sumber luar atau dari divisi penjual
• keputusan harga transfer dan sumber harus
diserahkan kepada manajer divisi, dan campur
tangan manajer kantor pusat sedikit mungkin.
Batasan dalam penerapan harga pasar

• Jika harga yang ditawarkan divisi penjual sama


dengan harga pasar, produk tersebut harus dibeli
dari divisi penjual.
• Jika ada distress price, secara temporer pemasok
luar menawarkan harga rendah, harga tersebut
tidak perlu dipedulikan dan divisi pembeli harus
membeli dari divisi penjual.
• Perubahan sumber dan hargo transfer perlu
ditelaah dan disetujui oleh kantor pusat.
Faktor-faktor yang menyebabkan
kendala
• Divisi-divisi sifatnya terintegrasi
• Tidak ada sumber luar
• Risiko dengan pemasok luar cukup tinggi
• Telah diinvestasikan dana pada divisi penjual
dalam jumlah cukup tinggi
Harga transfer hendaknya didasarkan atas harga
yang bersaing

• Harga tersebut dapat mengukur kontribusi


setiap pusat laba.
• Harga tersebut dapat mengukur prestasi
setiap pusat laba dalam menghadapi
persaingan.
• Harga tersebut sifatnya independan.
Kelemahan – kelemahan
• Tidak semua produk yang ditansfer memiliki
harga pasar.
• Harga pasar sering berubah sehingga hargo
transfer harus diubah.
• Sering terdapat beberapa macam hargo
pasar untuk produk yang sama.
• Penghematan biaya dalam bentuk biaya yang
dapat dihindari hanya dinikmati oleh divisi
pembeli.
Metode Biaya Ditambah Laba
Metode ini dipakai jika terdapat kondisi kondisi
sebagai berikut:
1.Di pasar tidak tersedia harga pasar produk
yang ditransfer.
2.Di pasar terdapat beberepa harga pasar
produk yang ditransfer.
3.Produk yang ditransfer sifatnya khusus atau
rahasis.
Pemakaian metode ini manajemen harus
membuat dua keputusan penting yaitu:
• Keputusan komponen biaya yang
diperhitungkan ke dalam harga transfer
• Keputusan kamponen laba yang
diperhitungkan ke dalam harga transfer.
Keputusan komponen biaya yang diperhitungkan
ke dalam harga transfer :
1. Biaya penuh sesungguhnya (actual full costs).
2. Biaya penuh standar (standard full costs).
3. Biaya variabel sesungguhnya (actual variable
costs).
4. Biaya variabel standar (standar variable cost).
Komponen harga transfer memiliki
kelemahan
(1) tidak mendorong divisi penjual bekerja efisien
karena semakin besar biaya sesungguhnya
berakibat harga transfer lebih tinggi,
(2) ketidakefisienan divisi penjual ditanggung
oleh divisi pembeli.
Komponen laba yang digunakan sebagai
dasar harga transfer
(1) persentase biaya,

(2) return atas investasi


contoh
• PT Persada memiliki dua pusat laba yaitu Divisi A dan
Divisi B. Produk Divisi A, yaitu produk N, sebagian
dijual kepada pihak luar dan sebagian lainnya
ditransfer ke Divisi B untuk diolah lebih lanjut. Harga
jual per unit produk N. kepada pihak lain Rp 360.
Biaya produksi dan non produksi produk N di Divisi A
per unit adalah:
elemen biaya biaya standar biayasesungguhnya

produksi variabel Rp 120 Rp 160

produksi tetap Rp 30 Rp 30

non produksi
variabel Rp 60 Rp 60

non produksi
tetap Rp 50 Rp 50

ditambah laba sebesar 25% dari biaya


1. Harga transfer berdasar biaya penuh
sesungguhnya ditambah laba:
Biaya produksi variabel Rp 160
Biaya produksi tetap 30
Biaya nonproduksi variabel
yang tidak dapat
dihindari = Rp 60 - Rp 40 = 20
Biaya nonproduksi tetap 50 +
Biaya penuh sesungguhnya
per unit Rp 260
Laba = 25% x Rp 260 = 65+
Harga transfer per unit Rp 325
2. Harga transfer berdasar biaya penuh
standar ditambah laba:
Biaya produksi variabel Rp 120
Biaya produksi tetap 30
Biaya nonproduksi
variabel yang tidak
dapatdihindari = Rp 60 – Rp 40 = 20
Biaya nonproduksi tetap 50 +
Biaya penuh standar
per unit Rp 220
Laba = 25% x Rp 220 55 +
Harga transfer per unit Rp 275
3. Harga transfer berdasar biaya variabel
sesungguhnya ditambah laba:
Biaya produksi variabel Rp 160
Biaya nonproduksi
variabel yang tidak
dapadihindari = Rp 60 -Rp 40 = 20 +
Biaya variabel
sesungguhnya per unit Rp 180
Laba = 25% x Rp 180 45 +
Harga transfer per, unit Rp 225
4. Harga transfer berdasar biaya variabel standar
ditambah laba:
Biaya produksi variabel Rp 120
Biaya nonproduksi variabel
yang tidak dapat
dihindari = Rp 60 - Rp 40 20 +
Biaya variabel
standar per unit Rp 140
Laba - 25% x Rp 140 35 +
Harga transfer per unit Rp 175
Administrasi harga transfer
• Metode negosiasi
• Metode arbitrase
Metode negosiasi
• Harga transfer negosiasi didasarkan tawarmenawar
atau perundingan antara divisi penjual dengan divisi
pembeli.
• Penentuan harga negosiasi menganjurkan proses
tawar-menawar bebas (arm’s length) antar divisi
seolah-olah sebagai kesatuan usaha yang terpisah.
• Kebebasan ini tercipta jika divisi penjual dapat pula
menjual produknya ke pihak luar dan divisi pembeli
dapat membeli produk yang sama dari pihak lain.
Alasan metode negosiasi
(1) negosiasi menunjukkan kepercaysan manajer
kantor pusat peda manajer divisi,
(2) hargs negosiasi dapat mencerminkan prestasi
laba divisi,
(3) jika manajer divisi mengetahui informasi
biaya dan harga pasar, maka dapat dicapai
harga negosiasi yang rasional
Kelemahan metode negoisiasi
(1) memerlukan waktu perundingan yang lama,
(2) cenderung menimbulkan konflik antar divisi,
(3) laba divisi sangat peka terhadap keahiian manajer
divisi dalam tawar menawar,
(4) jika harga negosiasi sudah tidak memuaskan maka
dapat mengakibatkan produktivitas rendah.
Metode Arbitrasi
• digunakan jika divisi penjual dan divisi pembeli tidak
dapat mencapai kesepakatan dalam penentuan
harga transfer.
• Harga transfer arbitrasi adalah harga transfer yang
ditentukan oleh eksekutif atau badan lain yang
ditugasi untuk mengarbitrasi harga transfer setelah
orang atau badan tersebut berdialog dengan para
manajer divisi yang bersangkutan
komite arbitrasi tanggungjawab utamanya

1. Menyelesaikan perselisihan harga transfer


2. Menelaah kembali pengubahan sumber
pengadaan
3. Jika perlu, mengubah aturan penentuan harga
transfer
SISTEM
PENGENDALIAN
MANAJEMEN
Pengendalian manajemen adalah suatu proses dimana manajemen
menjamin bahwa organisasi melaksanakan strateginya dengan
efektif dan efisien. Sistem pengendalian manajemen membantu
manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan dan
pengendalian
Pengendalian manajemen sebagai suatu sistem terdiri dari:
1. Struktur pengendalian manajemen
Adalah unsur-unsur yang membentuk sistem pengendalian
manajemen yang terdiri dari atas pusat-pusat
pertanggungjawaban dan ukuran prestasi.
2. Proses pengendalian manajemen
Serangkaian kegiatan dalam pengendalian manajemen atau
proses bekerjanya pengendalian manajemen yang terdiri dari:
– Penyusunan program
– Penyusunan anggaran
– Pelaksanaan dan pengukuran
– Pelaporan dan analisis
Pusat Biaya
Pusat Pendapatan
Pusat
Pertanggung Pusat Laba
jawaban
Struktur Pusat Investasi
Ukuran
prestasi

SPM
Penyusunan
Program

Proses Penyusunan
Anggaran
Pelaksanaan dan
pengukuran
Pelaporan dan
analisis
A. Struktur Pengendalian
Manajemen
• Pusat pertanggungjawaban adalah bagian atau unit organisasi
yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab
terhadap unit yang dipimpinnya.
• Ukuran prestasi pada dasarnya mengukur efektivitas dan
efisiensi organisasi dalam melaksanakan strateginya.
Efektivitas diukur berdasarkan kaitan antara keluaran pusat
pertanggungjawaban dengan tujuan atau target yang
ditetapkan, sedangkan efisiensi sebagai perbandingan antara
keluaran dengan masukan pusat pertanggungjawaban. Prestasi
setiap pusat pertanggungjawaban diukur berdasarkan biaya
dan atau pendapatan.
• Berdasarkan hal tersebut, pusat pertanggungjawaban dapat
dikelompokkan menjadi pusat biaya, pusat pendapatan, pusat
laba, dan pusat investasi.
1. Pusat biaya
Pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya
dinilai berdasarkan biaya pusat pertanggungjawaban
yang dipimpinnya. Pusat biaya merupakan pusat
pertanggungjawaban yang mengolah masukan dan
menghasilkan keluaran, tetapi keluaran yang dihasilkan
tidak digunakan sebagai dasar ukuran prestasi
manajernya.

Dilihat dari hubungan antara masukan dan keluaran,


pusat biaya dapat dibedakan menjadi:
a. Pusat biaya engineered, yaitu pusat biaya yang
sebagian besar masukannya mempunyai
hubungan yang jelas dengan keluarannya.
Contoh: departemen produksi yang mengolah
masukan bahan baku dan tenaga kerja menjadi
produk jadi.
b. Pusat biaya discretionary, yaitu pusat biaya yang
sebagian besar masukannya tidak mempunyai
hubungan yang jelas dengan keluarannya.
Contoh: departemen keuangan, departemen
personalia, departemen akuntansi.
2. Pusat Pendapatan
Pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya
dinilai berdasarkan pendapatan usaha
pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Pusat
pendapatan sebenarnya juga pusat biaya, tetapi
ukuran prestasinya yang paling penting adalah
pendapatan yang dihasilkannya.
Contoh: departemen pemasaran
3. Pusat Laba
Pusat pertanggungjawaban yang masukan dan keluarannya
diukur dengan menghitung selisih antara pendapatan dengan
biaya. Pusat laba umumnya terdapat pada organisasi yang
dibagi-bagi menjadi divisi-divisi penghasil laba (organisasi
divisional). Setiap divisi yang menghasilkan produk atau jasa
tersebut merupakan pusat biaya.

4. Pusat Investasi
Pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai
berdasarkan laba yang dihasilkan dikaitkan dengan invesatasi
yang ditanamkan pada pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinnya. Prestasi manajer pusat investasi diukur
berdasarkan perbandingan antara laba yang dihasilkan
dengan investasi yang ditanamkan pada pusat
pertanggungjawaban. Pusat laba umumnya terdapat pada
organisasi yang dibagi-bagi menjadi divisi-divisi penghasil
laba (organisasi divisional). Rasio laba antara laba dan
invesatasi pada setiap divisi digunakan untuk
membandingkan presatasi dari masing-masing pusat
investasi.
Contoh: Laba dan investasi dari divisi A dan divisi B sbb:

Divisi A Divisi B
Laba Rp 25.000.000 Rp 30.000.000
Investasi Rp 100.000.000 Rp 150.000.000
Rasio laba investasi 25% 20%

Meskipun laba Divisi B lebih besar dari pada Divisi A, tetapi Divisi
A mempunyai rasio laba atas investasi yang lebih tinggi dari Divisi
B.
B. Proses Pengendalian Manajemen
Proses pengendalian manajemen terdiri dari penyusunan
program, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan
pengukuran, pelaporan dan analisis.

Penyusunan
Anggaran

Penyusunan Pelaksanaan
Program dan Pengukuran

Pelaporan
dan Analisis

STRATEGI
Penyusunan program merupakan kegiatan awal
dalam proses pengendalian manajemen. Program
memuat kegiatan pokok yang akan dilaksanakan
organisasi untuk melaksanakan strategi yang telah
ditetapkan dalam perencanaan strategik. Berdasarkan
program yang ada disusun rencana kegiatan yang lebih
operasional untuk jangka waktu yang akan datang,
dikenal dengan anggaran. Organisasi melaksanakan
kegiatan sesuai dengan program dan anggaran, setiap
kegiatan diukur hasilnya, dan pada akhir periode
kegiatan disusun laporan dan dilakukan analisis
sehingga dapat diketahui prestasi pusat
pertanggungjawaban.
Pada bagian ini pembahasan akan ditekankan
pada laporan pertanggungjawaban, analisis dan
pengukuran prestasi.
1. Laporan pertanggungjawaban
Pada akhir periode, kegiatan yang dilaksanakan diukur
pelaksanaannya. Hasilnya dilaporkan melalui laporan
pertanggungjawaban yang antara lain memuat jumlah
anggaran, realisasi, dan selisih antara anggaran dan realisasi.
Selisih ini dibedakan menjadi selisih menguntungkan (realisasi
< anggaran) dan selisih tidak menguntungkan (realisasi >
anggaran).

Contoh:
Laporan pertanggungjawaban Kabag Perakitan
Menyajikan informasi mengenai biaya terkendali bagian
perakitan. Total selisih antara anggaran dan realisasi
dilaporkan kepada manajer produksi.
2. Laporan pertanggungjawaban Manajer Produksi
Menyajikan informasi mengenai biaya terkendali Departemen
Produksi meliputi bagian-bagian yang menjadi
tanggungjawabnya, misalnya biaya terkendali bagian mesin,
bagian perakitan, bagian perawatan, dll. Total selisih antara
anggaran dan realisasi dilaporkan kepada Direktur.
Laporan Pertanggungjawaban Kabag Perakitan
Anggaran Realisasi Selisih
(000 Rp) (000 Rp) (000 Rp)
Biaya bahan baku 36.000 37.000 (1.000) TM
Biaya tenaga kerja 20.000 17.600 2.400 M
Biaya overhead pabrik 34.000 34.400 (400) TM
Jumlah biaya terkendali 90.000 89.000 1.000 M

Laporan Pertanggungjawaban Manajer Produksi


Anggaran Realisasi Selisih
(000 Rp) (000 Rp) (000 Rp)
Kantor Dep. Produksi 20.000 16.000 4.000 M
Bagian mesin 80.000 82.000 (2.000) TM
Bagian perakitan 90.000 89.000 1.000 M
Bagian perawatan 140.000 142.600 (2.600) TM
Jumlah biaya terkendali 330.000 329.600 400 M

Laporan Pertanggungjawaban Manajer Produksi


Anggaran Realisasi Selisih
(000 Rp) (000 Rp) (000 Rp)
Kantor Direktur 50.000 48.000 2.000 M
Manajer Pemasaran 250.000 256.000 (6.000) TM
Manajer Produksi 330.000 329.600 400 M
Manajer Keuangan 100.000 98.000 2.000 M
Manajer Akuntansi 75.000 76.000 (1.000) TM
Jumlah biaya terkendali 805.000 807.600 2.600 M
2. Analisis dan Pengukuran Prestasi
Berdasarkan laporan pertanggungjawaban setiap pusat
pertanggungjawaban, dilakukan analisis untuk menilai prestasi
setiap pusat pertanggungjawaban. Penilaian prestasi pusat
pertanggungjawaban pada dasarnya dimaksudkan untuk
mengukur efektivitas dan efisiensi dari pusat
pertanggungjawaban.
a. Penilaian prestasi pusat biaya
Penilaian prestasi pusat biaya dibedakan antara penilaian
prestasi pusat biaya engineered dengan prestasi pusat
biaya discretionary.
1) Penilaian prestasi pusat biaya engineered
Efisiensi pusat biaya engineered dinilai berdasarkan
perbandingan antara biaya standar dengan biaya
sesungguhnya. Jika biaya sesungguhnya lebih kecil dari
biaya standar, dikatakan efisien dan sebaliknya.
Efektivitas pusat biaya engineered dinilai berdasarkan
kemampuan pusat biaya untuk menghasilkan keluaran
dengan kualitas dan kuantitas yang ditetapkan.
2) Penilaian pusat biaya discretionary
Efisiensi pusat biaya discretionary tidak dapat
dinilai karena keluaran yang dihasilkan sulit
diukur dan tidak dapat dibandingkan dengan
masukkannya. Efektivitas dinilai berdasarkan kaitan
antara keluaran yang dihasilkan dengan target yang
telah ditetapkan.
b. Penilaian prestasi pusat pendapatan
Prestasi pusat pendapatan dinilai dengan cara
membandingkan anggaran pendapatan dengan
realisasinya. Pusat pendapatan dinilai efektif, jika
jumlah realisasi pendapatan lebih besar dari
anggaran. Selisih pendapatan dan realisasinya
selanjutnya dianalisis ke dalam selisih harga jual
(anggaran dan realisasi harga jual) dan selisih
kuantitas penjualan (anggaran dan selisih kuantitas).
c. Penilaian prestasi pusat laba
Dinilai berdasarkan perbandingan antara realisasi laba
dengan anggaran laba yang telah ditetapkan. Umumnya
masalah yang terjadi dalam penilaian prestasi pusat
laba adalah pengukuran laba divisi (jika perusahaan
memiliki beberapa divisi), masalah yang sering timbul
adalah adanya 1) pendapatan bersama, 2) biaya
bersama, 3) harga transfer, 4) konsep laba divisi.
d. Penilaian prestasi pusat investasi
Penilaian prestasi pusat investasi dapat digunakan 2
metode yaitu ROI dan RI berikut ini:
1) Return On Investment (ROI)
Penilaian prestasi dilakukan dengan membandingkan
nilai ROI yang dicapai pusat investasi dengan ROI
yang diharapkan.
Laba
ROI  x100 %
Investasi
Laba Hasil penjualan
ROI  x x 100%
Hasil Penjualan Investasi
Contoh:
ROI yang diharapkan suatu pusat investasi sebesar 24%.
Berdasarkan data aktivitas pusat investasi tahun 2006 sbb:
Hasil penjualan Rp 50.000.000
Biaya-biaya Rp 45.000.000
Jumlah investasi Rp 25.000.000
50 .000 .000  45 .000 .000
ROI  x100 %  20 %
25 .000 .000
ROI yang dicapai pusat investasi sebesar 20% lebih kecil dari ROI
yang diharapkan 24%. Sehingga pada tahun 2007 pusat investasi
harus dapat meningkatkan prestasinya.
2) Residual Income (RI)

Prestasi pusat investasi dinilai berdasarkan laba


dikurangi biaya modal. Suatu usulan investasi
dinyatakan layak jika menghasilkan Residual Income
yang positif, terlepas apakah ROI lebih kecil dari
yang diharapkan.

Contoh:
Jumlah investasi Rp 50.000.000
Laba Rp 10.000.000
ROI (Laba : Investasi) 20%
Biaya modal 12% x 50.000.000 Rp 6.000.000
Residual Income
(Rp 10.000.000 - Rp 6.000.000) Rp 4.000.000
Karena residual income yang diperoleh positif maka
investasi dinyatakan layak.
INFORMASI AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN
Konsep Dasar Informasi Akuntansi
Pertanggungjawaban
Sistem akuntansi yang digunakan untuk
mengukur kinerja setiap pusat
pertanggungjawaban sesuai informasi yang
dibutuhkan manajer untuk mengoperasikan
pusat pertanggungjawaban mereka sebagai
bagaian dari sistem pengendalian manajemen
• Responsibility Accounting Information merupakan informasi
biaya, pendapatan dan aktiva yang dihubungkan dengan
manajer yang bertanggungjawab terhadap pusat
pertanggungjawaban tertentu.
• Responsibility Accounting Information merupakan dasar untuk
menganalisis prestasi manajer dan memotivasi para manajer
dalam melaksanakan rencana mereka yang dituangkan dalam
anggaran mereka masing – masing.
• Responsibility Accounting Information merupakan informasi
yang penting dalam proses pengendalian manajemen
Manfaat sistem desentralisasi
1. Manajemen puncak terbebas dari banyak
kesibukan memecahkan masalah strategis
2. Memungkinkan para manajer memiliki
kendali yang lebih besar
3. Tambahan tanggung jawab dan wewenang
pengambilan keputusan sering menghasilkan
peningkatan kepuasan kerja dan menjalankan
kegiatan-kegiatan dengan cara yang lebih
baik
Penggolongan biaya dalam
Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban

• Biaya terkendalikan
Biaya terkendalikan adalah biaya yang dapat
dipengaruhi secara signifikan oleh manajer
suatu pusat pertanggungjawaban
• Biaya tak terkendalikan
Biaya yang tidak dapat dipengaruhi secara
signifikan oleh manajer suatu pusat
pertanggungjawaban
• Manajer memiliki lebih banyak keleluasaan
untuk menggunakan ketrampilan dan
kreativitas mereka
• Desentralisasi dapat menjadikan suatu divisi
atau segmen organisasi lebih fleksibel dalam
menjalankan fungsi-fungsi manajemen
Pengukuran kinerja manajerial
• Penetapan strategi
• Penetapan ukuran strategi
• Pengintegrasian ukuran kedalam sistem
manajemen
• Review ukuran dan hasil pelaksanaan
Syarat Pengukuran kinerja
• Relevan dengan sasaran dan target perusahaan
• Dapat dipengaruhi oleh tindakan manajer
• Objektivitas dapat dipertanggungjawabkan
• Dapat dimengerti oleh para manajer
• Dapat digunakan untuk menilai dan memberikan
penghargaan kepada manajer
• Dapat digunakan secara reguler dan
berkelanjutan
• Memperhatikan keseimbangan jangka pendek
dan jangka panjang
• Pengukuran kinerja selalu bertitik tolak pada
tujuan organisasi yang ditetapkan sebelumnya
INFORMASI AKUNTANSI PENUH
• Informasi akuntansi penuh selalu
bersangkutan dengan obyek informasi.
• Obyek informasi dapat berupa produk,
keluarga produk, aktivitas, departemen, divisi
atau perusahaan sebagai keseluruhan.
• Informasi akuntansi penuh adalah seluruh
aktiva, seluruh pendapatan yang diperoleh,
dan atau seluruh sumber yang dkorbankan
suatu obyek informasi.
• Full Accounting Information dapat mencakup
informasi masa lalu maupun informasi masa yang
akan datang.
• Full Accounting Information mencakup informasi
mengenai biaya, pendapatan, dan aktiva. Untuk
kepentingan pelaporan kepada pihak luar
perusahaan
• Full Accounting Information menyajikan
informasi mengenai total biaya, total pendapatan
dan total aktiva masa yang telah lalu. Informasi
tersebut disajikan dalam laporan keuangan pokok
; neraca dan laporan rugi laba.
• Full Accounting Information dapat pula
digunakan untuk menganalisis prestasi
ekonomi manajer dimasa yang lalu. Informasi
yang disajikan untuk kepentingan ini berisi
total biaya, total pendapatan dan total aktiva.
• Full Accounting Information yang hanya
bersangkutan dengan biaya disebut Full Cost
Accounting Information.
• Dalam memperhitungkan biaya untuk
membentuk Full Cost Accounting Information,
semua biaya yang bersangkutan dengan obyek
biaya (misalnya produk) diperhitungkan dalam
pembentukan informasi tersebut.
• Dalam kontrak tertentu, seringkali dijumpai pembeli
setuju untuk membayar harga suatu produk sebesar
biaya untuk memproduksi produk tersebut ditambah
dengan persentase laba tertentu.
• Tipe kontrak semacam ini disebut Cost – Type
Contract, dan dalam hal ini yang dimaksud dengan
biaya yang bersangkutan dengan produk adalah Full
Cost Accounting Information. Dalam tipe kontrak
semacam ini Full Cost dipakai sebagai dasar untuk
menentukan pada harga jual berapa suatu produk
diserahkan kepada pemesan.
• Dalam perencanaan jangka panjang, manajemen
puncak menyusun program – program
pemanfaatan sumber – sumber ekonomi secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
perusahaan.
• Informasi akuntansi yang sangat membantu
manajemen dalam penyusunan program adalah
Full Accounting Information, yang berupa taksiran
total biaya, total pendapatan dan total aktiva di
masa yang akan datang.
• Informasi akuntansi penuh yang berupa informasi
masa lalu bermanfaat untuk pelaporan keuangan,
analisis kemampuan menghasilkan laba,
menjawab pertanyaan berapa biaya sesuatu, dan
penentuan harga jual dalam cost type contract.
• Informasi akuntansi penuh yang berupa informasi
yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan
program, penentuan harga jual normal,
penentuan harga transfer, dan penentuan harga
jual yang diatur dengan peraturan pemerintah.
• Penetapan harga jual dalam kondisi yang normal
memerlukan informasi total biaya untuk memberikan
informasi kepada pengambil keputusan mengenai jumlah
minimum harga jual yang dapat diterima oleh perusahaan.
• Biaya tidak selalu menentukan harga jual. Harga jual suatu
produk seringkali sudah ditetapkan oleh pasar, yang
merupakan interaksi antara jumlah penawaran dan
permintaan terhadap barang tersebut.
• Informasi total biaya memberikan masukan bagi pengambil
keputusan mengenai dapat tidaknya perusahaan yang
bersangkutan memasuki pasar dengan harga jual yang
sudah terbentuk di pasar tersebut. Total biaya memberikan
informasi mengenai harga jual minimum yang dapat
ditanggung oleh suatu perusahaan dalam kondisi yang
normal.
PERILAKU BIAYA
Sebagian besar keputusan manajemen memerlukan informasi
biaya yang didasarkan pada perilakunya.

Penggolongan Biaya atas dasar perilakunya:


1. Biaya Variabel
Biaya-biaya yang totalnya selalu berubah secara proporsional
dengan perubahan volume kegiatan (produksi/penjualan) perusahaan.
Contoh: biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, komisi
penjualan yang didasarkan pada persentase dari hasil penjualan.
Biaya variabel total mempunyai perilaku selalu berubah sesuai
dengan perubahan volume produksi, sedangkan biaya variabel per unit
mempunyai perilaku yang tetap meskipun volume produksi berubah.
2. Biaya Tetap

Biaya-biaya yang dalam jarak kapasitas tertentu totalnya


tetap, meskipun volume kegiatan perusahaan berubah-ubah.
Biaya tetap secara total relatif tidak berubah pada berbagai tingkat
volume produksi, sedangkan biaya tetap setiap unit akan selalu berubah
pada berbagai tingkat volume produksi.
3. Biaya Semi Variabel

Biaya-biaya yang totalnya selalu berubah tetapi tidak proporsional dengan


perubahan volume kegiatan perusahaan. Berubahnya biaya ini tidak
dalam tingkat perubahan yang konstan.
Pada biaya semi variabel terkandung unsur biaya tetap dan unsur biaya
variabel.
Biaya semi variabel dapat dibedakan pada yang tingkat perubahannya
semakin tinggi dan yang tingkat perubahannya semakin rendah.
Pola Perilaku dan Fungsi Biaya

Penentuan pola perilaku biaya berkaitan dengan pemisahan


biaya ke dalam unsur biaya tetap dan biaya variabel, untuk
keperluan perencanaan dan pengendalian biaya.
Hubungan antara biaya total dengan volume kegiatan perusahaan dinyatakan
dalam fungsi biaya:
Biaya Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel Total

Untuk penyederhanaan dianggap pola tersebut berbentuk linier atau garis


lurus. Oleh karena itu berlaku asumsi:
1. Hubungan teknis antara input dan output bersifat linier.
2. Jumlah input yang diperlukan harus sama dengan jumlah input yang
digunakan
3. Harga perolehan input bersifat linier dengan kuantitas input yang
digunakan
Karena biaya variabel dipengaruhi oleh besar kecilnya volume kegiatan, maka
biaya variabel total merupakan hasil perkalian
antara biaya variabel per unit dengan volume kegiatan.

Biaya Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel/unit


x Volume kegiatan

Maka fungsi biaya tersebut dapat diformulasikan:


Y=a+bX
Y = Biaya total
a = Biaya tetap
b = Biaya variabel per unit
X = Volume kegiatan
Metode Penentuan Pola Perilaku Biaya
Ada 3 pendekatan dalam menentukan pola perilaku biaya:
1. Pendekatan Intuisi
Pendekatan yang didasarkan pada intuisi manajemen, didasarkan pada
surat-surat keputusan, kontrak kerja dan sebagainya.
2. Pendekatan Analisis Enjinering
Pendekatan yang didasarkan pada hubungan fisik yang jelas antara input
dengan output. Bila suatu biaya memiliki hubungan fisik langsung
merupakan biaya variabel, bila tidak memiliki hubungan fisik langsung
merupakan biaya tetap
3. Penekatan Analisis Data Biaya Masa Lalu
Pendekatan yang didasarkan pada data biaya masa lalu. Berlaku asumsi
bahwa biaya di masa yang akan datang sama perilakunya dengan biaya di
masa yang lalu.
Ada 3 metode untuk menentukanpola perilaku biaya masa lalu:
a. Metode titik tertinggi dan titik terendah
b. Metode biaya cadangan
c. Metode kuadrat terkecil
Metode Titik Tertinggi dan Titik Terendah
(High and Low Point Method)
Cara menentukan pola perilaku biaya dengan metode ini adalah menganalisis
biaya masa lalu pada volume kegiatan tertinggi dan volume kegiatan
terendah.
Biaya variabel ditentukan dari selisih antara biaya terendah dan tertinggi
dibagi dengan selisih volume produksi.
Biaya Tertinggi – Biaya Terendah
Biaya variabel (b) =
Volume Produksi Tertinggi - Terendah

Biaya tetap ditentukan dengan menghitung selisih biaya total dengan biaya
variabel total.
Biaya Tetap (a) = Total Biaya – (Biaya Variabel/unit x unit)
Jika dirumuskan formulasinya adalah:
Y = a + bX
Metode Biaya Cadangan (Standby Cost)

Dalam metode ini terlebih dahulu ditentukan unsur biaya tetap


dari biaya yang bersangkutan. Penentuan biaya tetap dengan
cara menghentikan kegiatan perusahaan untuk sementara waktu, sehingga
biaya yang timbul selama kegiatan perusahaan dihentikan disebut biaya
cadangan yang merupakan unsur biaya tetap.
Selisih antara biaya cadangan dengan biaya yang terjadi selama kegiatan
perusahaan berjalan merupakan unsur biaya variabel.
Untuk menentukan perilaku biaya berlaku formulasi sbb:
Y = a + bX
a = biaya tetap diperoleh dari biaya cadangan
b = selisih biaya cadangan dengan biaya total dibagi volume kegiatan
Y = Total biaya
X = Volume kegiatan
Metode Kuadrat Terkecil (Least Square)
Penentuan pola perilaku biaya pada metode ini dengan menentukan total
biaya tetap (a) dan total biaya variabel (b) menggunakan rumus:

n xy  x y
b
n x 2  (x) 2
y  b xy
a
n
Persamaan pola perilaku biaya sbb:
Y = a + bX
a = biaya tetap diperoleh dari biaya cadangan
b = biaya variabel per unit
Y = Total biaya
X = Volume kegiatan
Latihan:
1. Metode Titik tertinggi dan terendah
Diketahui jam mesin dan biaya reparasi dan pemeliharaan
mesin selama tahun 2006.
Bulan Jam mesin Biaya reparasi dan
pemeliharaan
Januari 7750 Rp 560.000

Pebruari 8000 Rp 600.000

… 7500 Rp 550.000

Nopember 6000 Rp 500.000

Desember 7000 Rp 560.000

Selisih tertinggi- 2000 Rp 100.000


terendah
(b) Biaya variabel/jam = Rp 100.000 / 2.000 = Rp 50,-
Biaya tetap (a) dapat dihitung dengan cara:
a = biaya total – (biaya variabel/jam x jam)

Misalnya kita ambil jam maksimum:


Biaya total = Rp 600.000
Biaya variabel/jam x jam = Rp 50 x 8.000 = 400.000
Maka biaya tetap dapat dihitung dari:
a = Rp 600.000 – Rp 400.000 = Rp 200.000

Dengan demikian persamaan fungsi biaya:


Y = 200.000 + 50 X
2. Metode Biaya Cadangan
Biaya yang harus dikeluarkan pada
tingkat 10.000 jam mesin Rp 80.000
Biaya tetap (biaya cadangan) Rp 30.000
(jika perusahaan tidak berproduksi)

Biaya variabel/jam (b) = (Rp 80.000 – 30.000) : 10.000 = Rp 5,-


Biaya tetap (a) = Rp 30.000

Fungsi biaya:
Y = Rp 30.000 + Rp 5 X
3. Metode Kuadrat Terkecil
Biaya (Y) memiliki hubungan linier dengan volume kegiatan (X)
Data biaya reparasi dan pemeliharaan mesin serta jam mesin selama
1 tahun adalah sbb:

Jam Biaya reparasi


mesin dan pemeliharaan
Bulan (000) (000) XY X2
(X) (Y)
Januari 6 750 4.500 36
Pebruari 5 700 3.500 25
… … … … …
Nopember 6 800 4.800 36
Desember 4 600 2.400 16
Total 66 8.400 47.800 380
12 x 47.800  (66)(8.400 )
b  0,09
12 x (380)  (66) 2

8.400  0,09 x 66
a  205
12

Biaya variabel = Rp 0,09 x Rp 1.000 = Rp 90,- /jam


Biaya tetap = Rp 205 x Rp 1.000 = Rp 250.000 per bulan

Persamaan pola perilaku biaya sbb:


Y = 205.000 + 90X

Anda mungkin juga menyukai