Anda di halaman 1dari 40

MATERI : AKUNTANSI BIAYA

Tugas Mata Kuliah Akuntansi Biaya II


Dosen : Ibu Nuraeni M., SPd., M.Ak

Disusun Oleh
LINA INDRIYATI
C 02 08 006

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT


2017 / 2018

Materi Akuntansi Biaya II 1


AKUNTANSI BIAYA

I. Konsep Biaya
1.1. Konsep Dasar Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi,
sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak
dan sebagainya. Ciri utama yang membedakan akuntansi biaya dengan akuntansi
yang lain adalah kajian datanya. Akuntansi biaya mengkaji data biaya untuk
digolongkan, dicatat, dianalisis dan dilaporkan dalam laporan informasi akuntansi.
Akuntansi biaya pernah dianggap hanya berlaku dalam perusahaan
manufaktur, tetapi pada saat ini setiap jenis dan ukuran organisasi memperoleh
manfaat dari penggunaan akuntansi biaya. Misalnya akuntansi biaya yang digunakan
institusi keuangan, perusahaan transportasi, firma jasa profesional, rumah sakit,
lembaga pendidikan serta aktivitas pemasaran dan administratif dalam perusahaan
manufaktur.
1.2. Pengertian Akuntansi Biaya
Ditinjau dari aktivitasnya, akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan
penjualan barang jadi (produk) atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu serta
menafsirkan hasilnya. Apabila ditinjau dari fungsinya, akuntansi biaya dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang menghasilkan informasi biaya yang dapat
dipakai sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan manajemen.
1.3. Peranan Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya secara luas dianggap sebagai cara perhitungan atas nilai
persediaan yang dilaporkan di neraca dan harga pokok penjualan yang dilaporkan di
laporan laba rugi. Pandangan ini membatasi cakupan informasi yang dibutuhkan
oleh manajemen untuk pengambilan keputusan menjadi sekedar data biaya produk
guna memenuhi aturan pelaporan eksternal. Definisi yang terbatas seperti itu tidak
sesuai untuk masa sekarang dan tidak cukup menggambarkan kegunaan informasi
biaya. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk
aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas dan
efisiensi serta membuat keputusan yang bersifat rutin dan strategis. Pengumpulan,
Materi Akuntansi Biaya II 2
presensi dan analisis dari informasi mengenai biaya dan keuntungan akan
membantu manajemen menyelesaikan tugas berikut:
a) Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk operasi dalam
kondisi-kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksi sebelumnya. Suatu
aspek penting dari rencana adalah potensi untuk memotivasi manusia untuk
berkinerja secara konsisten dengan tujuan perusahaan.
b) Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian
aktivitas, mengurangi biaya dan memperbaiki kualitas.
c) Mengendalikan kualitas fisik dari persediaan dan menentukan biaya dari setiap
produk dan jasa yang dihasilkan, untuk tujuan penerapan harga dan evaluasi
kinerja dari suatu produk, departemen atau divisi.
d) Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk satu tahun periode akuntansi atau
untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menemukan nilai
persediaan dan harga pokok penjualan sesuai dengan aturan pelaporan
eksternal.
e) Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang,
yang dapat mengubah pendapatan atau biaya.

Akuntansi manajemen tidak sama dengan akuntansi keuangan. Berikut adalah


perbedaan utama antara akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan:

Akuntansi Manajemen Akuntansi Keuangan

Pihak internal (manajer


Pemakai utama Pihak eksternal (seperti investor,
organisasi)
kreditor, bank, regulator)

Tujuan
Membantu manajer mengambil Mengkomunikasikan posisi
informasi
keputusan untuk memenuhi
keuangan organisasi ke pihak
tujuan
organisasi eksternal

Berorientasi masa depan


Fokus dan Berorientasi masa lalu (laporan
(anggaran
penekanan untuk tahun 2015 disiapkan pada mengenai kinerja tahun 2015
tahun 2014) disiapkan pada tahun 2016)

Materi Akuntansi Biaya II 3


Laporan keuangan harus
Aturan Pengukuran dan laporan internal
disajikan
sesuai dengan GAAP dan
pengukuran dan tidak harus dibuat sesuai dengan
disahkan
pelaporan Generally Accepted Accounting oleh auditor eksternal yang
Principles (GAAP) tetapi
independen
didasarkan
pada analisis biaya manfaat

Bervariasi mulai dari informasi


Rentang waktu Laporan keuangan tahunan dan
per
jam hingga satu sampai 20
dan jenis interim report terutama mengenai
tahun,
pelaporan berupa laporan keuangan dan perusahaan secara keseluruhan
laporan non keuangan mengenai
produk, daerah, departemen dan
strategi

Implikasi Dirancang untuk mempengaruhi Terutama melaporkan kejadian-


perilaku perilaku manajer dan karyawan kejadian ekonomi tetapi juga
lainnya mempengaruhi perilaku user
karena kompensasi manajer
sering
didasarkan pada hasil keuangan
yang dilaporkan

Akuntansi biaya menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh akuntansi manajemen


dan akuntansi keuangan. Akuntansi biaya mengukur, menganalisis dan melaporkan
informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan biaya perolehan atau
penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi. Contoh: menghitung biaya produk
merupakan salah satu fungsi akuntansi biaya yang memenuhi kebutuhan akuntansi
keuangan dalam menilai persediaan dan sekaligus kebutuhan akuntansi manajemen dalam
membuat keputusan seperti memilih produk yang akan dipasarkan. Penekanan akuntansi
biaya pada kalkulasi biaya bukan pada pengambilan keputusannya, penekanan akuntansi
manajemen pada penciptaan alternatif dan pengambilan keputusan melalui pemilihan
alternatif yang paling optimal menguntungkan perusahaan sedangkan penekanan akuntansi
keuangan pada pengambilan keputusan user dan pertanggungjawaban manajemen kepada
user.
Akuntansi biaya dapat membantu manajemen memaksimumkan nilai organisasi
melalui penyediaan data yang dapat digunakan untuk pembuatan keputusan. Informasi yang

Materi Akuntansi Biaya II 4


relevan dapat digunakan untuk meningkatkan nilai organisasi. Informasi biaya dibutuhkan
oleh para manajer baik di tingkat produksi (production level), menengah (middle
management) dan atas (executive level). Pada production level, informasi biaya yang
disajikan secara rutin (frequently) dibutuhkan untuk mengendalikan dan meningkatkan
operasi. Pada middle management, informasi biaya digunakan untuk mengidentifikasi
masalah jika ada kegiatan yang tidak sesuai harapan. Pada executive

level, informasi keuangan digunakan untuk menaksir kinerja perusahaan secara


keseluruhan. Oleh karena itu informasi yang dibutuhkan pada executive level lebih bersifat
stratejik dan harus disajikan rutin per periode seperti bulanan, kuartalan, semesteran atau
tahunan. Penting bagi perusahaan untuk menyadari bahwa penggunaan informasi akuntansi
yang berbeda membutuhkan tipe informasi akuntansi yang berbeda pula.

2. Perilaku Biaya
2.1. Klasifikasi Biaya
Keberhasilan dalam merencanakan dan mengendalikan biaya tergantung
pada pemahaman yang menyeluruh atas hubungan antara biaya dan aktivitas bisnis.
Studi dan analisis yang hati-hati atas dampak aktivitas bisnis atau biaya umumnya
akan menghasilkan klasifikasi tiap pengeluaran sebagai biaya tetap, biaya variabel
atau biaya semivariabel.
2.2. Biaya Tetap
Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat
aktivitas bisnis meningkat atau menurun sepanjang kapasitas normal. Meskipun
beberapa jenis biaya tampak sebagai biaya tetap, semua biaya sebenarnya bersifat
variabel dalam jangka panjang. Satu jenis biaya tertentu sebaiknya diklasifikasikan
sebagai biaya tetap hanya dalam rentang aktivitas yang terbatas. Rentang aktivitas
yang terbatas ini sering disebut rentang yang relevan (relevant range). Total biaya
tetap akan berubah di luar rentang aktivitas yang relevan (kapasitas normal).
Beberapa pengeluaran bersifat tetap karena kebijakan manajemen misalnya
tingkat iklan dan jumlah sumbangan sosial yang ditentukan oleh manajemen dan
tidak terkait langsung dengan aktivitas penjualan atau produksi. Pengeluaran yang
demikian kadang-kadang disebut sebagai beban tetap diskresioner (discretionary

Materi Akuntansi Biaya II 5


fixed costs) atau biaya tetap terprogram (programmed fixed cost). Pengeluaran yang
membutuhkan suatu seri pembayaran selama jangka waktu yang lama disebut biaya
tetap terkait (committed fixed cost). Contohnya adalah beban bunga atas utang
jangka panjang dan sewa jangka panjang.
2.3. Biaya Variabel
Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat
secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas bisnis dan menurun
secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas bisnis. Biaya variabel
termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan,
beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang dan unit-unit
yang rusak. Biaya variabel umumnya dapat didefinisikan langsung dengan aktivitas
yang menimbulkan biaya. Dalam praktik, hubungan antar aktivitas bisnis dan biaya
variabel terkait umumnya dianggap linier yaitu total biaya variabel diasumsikan
meningkat dalam jumlah konstan untuk setiap satu unit peningkatan dalam aktivitas
bisnis, tetapi hubungan aktual jarang yang linier secara sempurna sepanjang
rentang aktivitas yang mungkin.
2.4. Biaya Semivariabel
Biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik
karakter-karakter dari biaya tetap maupun biaya variabel. Karakteristik biaya
semivariabel adalah biaya ini meningkat atau menurun sesuai dengan peningkatan
atau penurunan aktivitas bisnis namun tidak proporsional. Contoh biaya tersebut
adalah biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara, perlengkapan, pemeliharaan,
beberapa tenaga kerja tidak langsung dan lain-lain. Dua alasan adanya karakteristik
semivariabel pada beberapa jenis pengeluaran:
a) Pengaturan minimum mungkin diperlukan, atau kuantitas minimum dari
perlengkapan atau jasa mungkin perlu dikonsumsi untuk memelihara kesiapan
beroperasi. Di luar tingkat minimum biaya, yang biasanya tetap, tambahan
biaya bervariasi terhadap volume.
b) Klasifikasi akuntansi, berdasarkan objek pengeluaran atau fungsi, umumnya
pengelompokan biaya tetap dan biaya variabel bersama-sama. Misalnya, biaya
mesin uap yang digunakan untuk memanaskan ruangan, yang tergantung pada
kondisi cuaca dan mesin uap yang digunakan untuk proses produksi, yang

Materi Akuntansi Biaya II 6


tergantung pada volume produksi, mungkin dibebankan ke perkiraan yang
sama, sehingga mengakibatkan tercampurnya biaya tetap dengan biaya
variabel pada perkiraan yang sama.

3. Perhitungan dan Akumulasi Biaya


3.1. Perbedaan Antara Akuntansi Perusahaan Manufaktur dan Perusahaan
Dagang
Kegiatan perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan dagang.
Kegiatan utama perusahaan dagang adalah membeli barang dan menjualnya kembali
tanpa merubah bentuk dasarnya atau menambah manfaat dari barang tersebut.
Kegiatan utama perusahaan manufaktur adalah membeli bahan serta komponen dan
mengubahnya menjadi berbagai barang jadi. Oleh karena itu proses akuntansi antara
kedua jenis perusahaan tersebut juga berbeda.
Akuntansi perusahaan manufaktur dan akuntansi perusahaan dagang berbeda
dalam jenis-jenis rekening yang disajikan dalam laporan keuangan (yaitu neraca dan
laporan laba rugi). Di samping itu dalam perusahaan manufaktur harus membuat
laporan biaya produksi. Perbedaan tersebut diuraikan sebagai berikut:
a) Perbedaan dalam neraca
Di dalam neraca perusahaan dagang hanya terdapat satu rekening persediaan yaitu
persediaan barang dagang (merchandising inventory). Di dalam neraca perusahaan
manufaktur rekening persediaan meliputi:
(1) Persediaan bahan baku (direct material) yaitu semua bahan yang membentuk
keseluruhan integral dari barang jadi dan dimasukkan dalam perhitungan biaya
produk.
(2) Persediaan bahan penolong (indirect material) yaitu semua bahan yang membantu
penyelesaian suatu produk (supplies pabrik).
(3) Persediaan barang dalam proses (work in process) yaitu barang-barang yang baru
sebagian diselesaikan tetapi belum sepenuhnya selesai.
(4) Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu barang yang sepenuhnya telah
selesai diproduksi tetapi belum terjual.
b) Perbedaan dalam laporan laba rugi

Materi Akuntansi Biaya II 7


Perbedaan laporan laba rugi antara perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur
terletak pada perhitungan harga pokok penjualan. Di dalam laporan laba rugi
perusahaan dagang: ”Barang Tersedia Dijual” diperoleh dengan menjumlahkan
”Persediaan Awal Barang Dagangan” dan ”Pembelian Bersih”. Di dalam laporan laba
rugi perusahaan manufaktur: ”Barang Tersedia Dijual” diperoleh dengan
menjumlahkan ”Persediaan Awal Barang Jadi” dan ”Harga Pokok Produksi (Cost of
Goods Manufactured)”.
Dalam laporan laba rugi perusahaan manufaktur, harga pokok penjualan (cost of
goods sold) ditampilkan sebagai suatu angka. Meskipun praktik ini diikuti untuk laporan
yang dipublikasikan, diperlukan juga tambahan informasi untuk kebutuhan internal
perusahaan. Dengan demikian, laporan pendukung untuk harga pokok penjualan perlu
dibuat.

Berikut ini adalah contoh laporan harga pokok penjualan (schedule of cost of
goods sold):

PT MUMU

Schedule of Cost of Goods Sold

For The Year Ended December 31, 2015

Direct material:
xx
Direct material inventory, January 1 x
xx
Add: purchase of direct material (net) x
xx
Direct material available for used x
Deduct: direct material inventory, December 31 (xxx)
xx
Direct material used x
xx
Direct labor: x
Manufacturing overhead:
xx
Indirect material used x
xx
Indirect labor x
Depreciation expense of plant and plant xx

Materi Akuntansi Biaya II 8


equipment x
xx
Insurance expense of plant and plant equipment x
xx
Other manufacturing overhead x
xx
Total manufacturing overhead x
xx
Total manufacturing cost x
xx
Add: work in p rocess inventory, January 1 x
xx
Subtotal x
Deduct: work in process inventory, December 31 (xxx)
xx
Cost of goods manufactured x
xx
Add: finished good s inventory, January 1 x
xx
Cost of goods available for sale x
Deduct: finished goods inventory, December 31 (xxx)
xx
Cost of goods sold x

3.2. Harga Pokok Produksi (Cost of Goods Manufactured)


Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses sampai
selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan. Semua biaya ini
adalah biaya persediaan. Biaya persediaan yaitu semua biaya produk yang dianggap
sebagai aktiva dalam neraca ketika terjadi dan selanjutnya menjadi harga pokok
penjualan ketika produk itu dijual. Harga pokok penjualan mencakup semua biaya
produksi yang terjadi untuk membuat barang yang terjual. Biaya produksi dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu:
a) Biaya bahan baku
Biaya bahan baku adalah biaya perolehan semua bahan yang pada
akhirnya akan menjadi bagian dari objek biaya (barang dalam proses dan kemudian
barang jadi) dan yang dapat ditelusuri ke objek biaya dengan cara yang ekonomis.
Misalnya pemakaian bahan berupa kulit, benang, paku, lem dan cat pada
perusahaan sepatu yang menjadi komponen utama produk, dapat ditelusuri secara
langsung tanpa perlu alokasi dan bersifat variabel.
b) Biaya tenaga kerja langsung

Materi Akuntansi Biaya II 9


Biaya tenaga kerja langsung atau upah langsung adalah biaya yang
dibayarkan kepada tenaga kerja langsung. Istilah tenaga kerja langsung digunakan
untuk menunjuk tenaga kerja (buruh) yang terlibat secara langsung dalam proses
pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung meliputi
kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke objek
biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara yang
ekonomis. Misalnya upah yang dibayarkan kepada buruh bagian pemotongan atau
bagian perakitan atau bagian pengecatan pada perusahaan mebel yang dibayarkan
per jam kerja atau per unit produk tanpa perlu alokasi dan bersifat variabel.
c) Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik (biaya produksi tidak langsung) adalah seluruh biaya
manufaktur yang terkait dengan objek biaya namun tidak dapat ditelusuri ke objek
biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara yang
ekonomis. Contoh biaya overhead pabrik antara lain:
(1) Biaya tenaga kerja tidak langsung (misalnya upah mandor, upah satpam pabrik
dan gaji manajer pabrik)
(2) Biaya bahan penolong (misalnya pelumas, bahan pembersih dan lain-lain)
(3) Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin pabrik
(4) Biaya pemeliharaan gedung pabrik
(5) Biaya penyusutan mesin pabrik

Biaya yang terjadi di bagian penjualan dan pemasaran atau bagian umum
dan administrasi tidak digolongkan sebagai biaya produksi, karena biaya-biaya
tersebut tidak dikeluarkan/ digunakan dalam proses produksi sehingga tidak termasuk
ke dalam biaya overhead pabrik. Biaya yang terjadi di bagian penjualan dan
pemasaran atau bagian umum dan administrasi termasuk ke dalam biaya periode
(period cost) / beban komersial (commercial expense) / total beban operasi (total
operating expense) yaitu biaya-biaya yang terkait secara tidak langsung dengan
akuisisi atau produksi barang.
Biaya periode adalah semua biaya yang dibebankan berdasarkan periode
yang tidak terkait dengan penjualan produk, dicantumkan pada laporan laba rugi
sebagai beban operasi. Biaya periode akan diperlakukan sebagai beban periode

Materi Akuntansi Biaya II 10


akuntansi ketika biaya itu terjadi karena diharapkan memberi manfaat pada periode
berjalan dan diperkirakan tidak akan memberi manfaat lagi pada periode berikutnya.
Membebankan jenis biaya ini pada periode terjadinya berarti menandingkan biaya
terhadap pendapatan.
Biaya yang berhubungan langsung dengan transfer barang ke lokasi
pembeli dan pengubahan barang tersebut ke kondisi yang siap dijual disebut biaya
produk (product cost) / total biaya manufaktur (total manufacturing cost). Beban
komersial ditambah dengan total biaya manufaktur disebut total biaya operasi (total
operating cost). Biaya utama (prime cost) adalah biaya produksi yang menjadi
komponen utama dari suatu produk, contoh: pada perusahaan padat karya maka
prime cost = direct material + direct labor sedangkan pada perusahaan padat modal
maka prime cost = direct material + factory overhead. Biaya konversi (conversion
cost) adalah semua biaya produksi yang terjadi untuk mengubah bahan baku menjadi
barang jadi, dimana biaya ini terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik.
3.3. Sistem Biaya
Biaya yang dialokasikan ke unit produksi dapat berupa biaya aktual (biaya historis)
maupun biaya standar. Dalam sistem biaya aktual atau biaya historis, informasi
dikumpulkan pada saat biaya terjadi dan biaya dicatat pada saat dikeluarkan tetapi
penyajian hasil operasi akan ditunda sampai semua operasi produksi untuk periode
akuntansi tersebut telah selesai dilakukan atau, dalam bisnis jasa, semua jasa pada
periode tersebut telah diserahkan.
Dalam sistem biaya standar, produk-produk, operasi-operasi dan proses-
proses dihitung biayanya berdasarkan jumlah sumber daya yang akan digunakan
dan harga dari sumber daya yang telah ditentukan sebelumnya. Biaya aktual juga
dicatat dan varians atau selisih antara biaya aktual dengan biaya standar
dikumpulkan di perkiraan yang terpisah.
Alokasi biaya ke unit produksi dapat memasukkan seluruh biaya manufaktur
(disebut perhitungan biaya penyerapan penuh atau full coting atau absorption
costing) atau hanya biaya manufaktur variabel saja (disebut perhitungan biaya
langsung atau direct costing atau variable costing). Dalam perhitungan biaya
penyerapan penuh, biaya yang dialokasikan ke unit produksi mencakup semua

Materi Akuntansi Biaya II 11


biaya produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik. Dalam perhitungan biaya langsung, biaya yang dibebankan
ke unit produksi hanya meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik yang bersifat variabel sedangkan biaya overhead pabrik yang
bersifat tetap akan dibebankan sebagai biaya periode (period cost) karena biaya
tetap lebih erat hubungannya dengan berlalunya waktu. Biaya overhead pabrik yang
bersifat variabel dianggap sebagai biaya produk (product cost) karena lebih erat
hubungannya dengan kegiatan produksi.
3.4. Akumulasi Biaya
Peranan dasar dari beberapa sistem biaya adalah akumulasi biaya yang
terdiri atas identifikasi, pengukuran dan pencatatan informasi biaya dalam kategori-
kategori atau klasifikasi yang relevan. Akumulasi biaya (cost accumulation) adalah
kumpulan data biaya yang diorganisir dalam beberapa cara dengan menggunakan
sarana berupa sistem akuntansi. Setelah biaya diakumulasi, manajer dibantu akuntan
manajemen membebankan biaya ke objek biaya untuk membantunya membuat
keputusan strategis dan mengimplementasikan strategi. Pembebanan biaya (cost
assignment) meliputi menelusuri akumulasi biaya yang mempunyai hubungan
langsung dengan objek biaya dan mengalokasikan akumulasi biaya yang mempunyai
hubungan tidak langsung dengan objek biaya. Istilah penelusuran biaya (cost tracing)
digunakan untuk menggambarkan pembebanan biaya langsung ke objek biaya
tertentu. Istilah alokasi biaya (cost allocation) digunakan untuk menggambarkan
pembebanan biaya tidak langsung ke objek biaya tertentu. Kalkulasi biaya yang
digunakan untuk membebankan biaya ke produk atau jasa adalah perhitungan biaya
berdasarkan pesanan (job order costing), perhitungan biaya berdasarkan proses
(process costing) atau dengan metode akumulasi biaya lainnya.
Perhitungan biaya berdasarkan pesanan dan perhitungan biaya berdasarkan
proses akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya. Perhitungan biaya
berdasarkan pesanan (job order costing) dan perhitungan biaya berdasarkan proses
(process costing) adalah dua metode akumulasi biaya yang paling banyak digunakan,
dan keduanya memiliki beberapa aspek yang sama. Meskipun objek biaya final dari
kedua metode ini adalah unit produksi, kedua metode berbeda secara mendasar
dalam pendekatannya atas penelusuran biaya. Dalam perhitungan biaya berdasarkan

Materi Akuntansi Biaya II 12


pesanan, perhatian utamanya adalah penelusuran besarnya biaya pada pekerjaan,
tumpukan barang, partai barang atau kontrak individual. Dalam perhitungan biaya
berdasarkan proses, perhatian utamanya adalah penelusuran besarnya biaya pada
proses, pusat biaya atau departemen di pabrik. Selain perhitungan biaya berdasarkan
pesanan dan perhitungan biaya berdasarkan proses ada juga blended method
dimana bahan langsung diakumulasikan dengan menggunakan kalkulasi biaya
pesanan sedangkan biaya konversi diakumulasikan dengan menggunakan kalkulasi
biaya proses.
3.5. Jurnal Perolehan dan Pembebanan Biaya Produksi
Akuntansi biaya berkaitan dengan pencatatan dan pengukuran elemen
biaya saat sumber daya yang berhubungan mengalir melalui proses produksi.
Berikut ini akan dibahas beberapa jurnal yang terkait.
Akuntansi Untuk Bahan Baku
Pada saat perolehan bahan baku dan bahan penolong:

Dr. Material xx

Cr. Cash xx

Cr. Account payable xx

Pada saat pembebanan/ pemakaian bahan baku:

Dr. Work in process xx

Dr. Factory overhead-control xx

Cr. Material xx

(Keterangan: Pembebanan bahan baku ke work in process sedangkan


Pembebanan bahan penolong ke factory overhead-control)
Akuntansi Untuk Tenaga Kerja
Pada saat perhitungan gaji:

Dr. Payroll xx

Cr. Accrued payroll xx

Materi Akuntansi Biaya II 13


Pada saat pembayaran gaji:

Dr. Accrued payroll xx

Cr. Cash xx
d)
Pada saat pembebanan/ distribusi gaji:

Dr. Work in process xx

Dr. Factory overhead-control xx

Dr. Selling and marketing expenses xx

Dr. General and administrative expenses xx

Cr. Payroll xx

(Keterangan: Beban gaji buruh pabrik dibebankan ke work in process, Beban


gaji mandor/ satpam pabrik dibebankan ke factory overhead-control, Beban gaji
bagian penjualan dan pemasaran dibebankan ke selling and marketing expenses,
Beban gaji bagian umum dan administrasi dibebankan ke general and administrative
expenses)

Akuntansi Untuk Overhead Pabrik:


Pada saat perolehan:

Dr. Factory overhead-control xxx

Cr. Cash xx

Cr. Accumulated depreciaton xx

Cr. Prepaid insurance xx

Cr. Account payable xx

Pada saat pembebanan ke produksi:

Dr. Work in process xx

Cr. Factory overhead-applied xx

Materi Akuntansi Biaya II 14


Akuntansi Untuk Work In Process:
Yang dicatat dalam perkiraan work in process adalah:
a) Pemakaian bahan baku langsung (direct material),
b) Pengeluaran biaya tenaga kerja langsung (direct labor) dan
c) Factory overhead-applied.

Akuntansi Untuk Finished Goods:


Pada saat sebuah produk selesai dikerjakan:

Dr. Finished goods xx

Cr. Work in process xx

4. Biaya Bahan Baku


4.1. Pengertian Biaya Bahan Baku
Dalam perusahaan manufaktur, bahan (material) dibedakan menjadi bahan
baku dan bahan penolong. Bahan baku (direct material) merupakan bahan yang
membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat
diidentifikasikan dengan produk atau pesanan tertentu dengan nilainya yang relatif
besar. Misalnya dalam perusahaan mebel, bahan baku adalah kayu atau rotan. Biaya
yang timbul akibat pemakaian bahan baku disebut biaya bahan baku.
Bahan penolong (indirect material) merupakan bahan yang dipakai dalam
proses produksi yang tidak dapat diidentifikasikan dengan produk jadi dan nilainya
relatif kecil. Misalnya dalam perusahaan mebel, bahan penolong adalah minyak
pelitur. Biaya yang ditimbulkan karena pemakaian bahan penolong disebut biaya
bahan penolong. Biaya bahan penolong merupakan bagian dari unsur biaya overhead
pabrik (biaya produksi tidak langsung).
4.2. Perolehan dan Penggunaan Bahan Baku
Meskipun proses produksi dan kebutuhan bahan baku bervariasi sesuai
dengan ukuran dan jenis kegiatan atau operasi normal dari perusahaan, pembelian
dan penggunaan bahan baku umumnya meliputi langkah-langkah berikut:

a) Bagian produksi menentukan rute (routing) untuk setiap produk atau variasi
produk, yang merupakan urutan operasi yang akan dilakukan, dan sekaligus
Materi Akuntansi Biaya II 15
menentukan daftar bahan baku yang diperlukan (bill of material), yang
merupakan daftar kebutuhan bahan baku untuk setiap langkah dalam urutan
operasi tersebut.
b) Anggaran produksi (production budget) menyediakan rencana utama darimana
rincian mengenai kebutuhan bahan baku dikembangkan.
c) Surat permintaan pembelian (purchase requisition) menginformasikan agen
pembelian mengenai jumlah dan jenis bahan baku yang dibutuhkan.
d) Surat pesanan pembelian (purchase order) merupakan kontrak atas jumlah
yang harus dikirimkan.
e) Laporan penerimaan barang (receiving report) mengesahkan jumlah yang
diterima dan mungkin juga melaporkan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu.
f) Bukti permintaan bahan (material requisition form) memberikan wewenang bagi
gudang untuk mengirimkan jenis dan jumlah tertentu dari bahan baku ke
departemen tertentu pada waktu tertentu.
g) Kartu catatan bahan baku (material record cards) mencatat setiap penerimaan
dan pengeluaran setiap jenis bahan baku dan berguna sebagai catatan
persediaan perpetual.
4.3. Pembelian Bahan Baku
Umumnya perusahaan atau organisasi besar memiliki departemen
pembelian yang berfungsi melakukan pembelian bahan baku yang diperlukan untuk
produksi. Manajemen bagian pembelian bertanggung jawab atas kualitas bahan
baku yang dibeli yaitu telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
perusahaan dengan harga yang murah dan diterima tepat waktu. Ada tiga dokumen
yang digunakan dalam pembelian bahan baku yaitu:

a) Surat permintaan pembelian (purchase requisition) yaitu permintaan tertulis


kepada bagian pembelian untuk membeli bahan yang diperlukan.
b) Surat pesanan pembelian (purchase order) yaitu permintaan tertulis kepada
pemasok untuk mengirimkan bahan yang dipesan pada tanggal tertentu.
c) Laporan penerimaan barang (receiving report) yaitu laporan tertulis yang dibuat
pada saat bahan diterima.

Materi Akuntansi Biaya II 16


Surat permintaan pembelian diajukan oleh bagian gudang kepada bagian pembelian
apabila persediaan bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai jumlah pada
tingkat minimum pemesanan kembali (reorder point). Titik pemesanan ulang (reorder
point) merupakan tingkat kuantitas persediaan yang ada yang memicu sebuah
pemesanan pembelian baru atau dengan kata lain titik dalam proses produksi dimana
jumlah bahan baku yang tersedia sama dengan kebutuhan yang diperkirakan. Rumus
Reorder Point (ROP):
– Jika tanpa safety stock (SS)/ persediaan pengaman/ persediaan penyanggah/
persediaan minimum yang diinginkan:
ROP = LTQ
ROP = AU × LT

– Jika dengan adanya safety stock:

ROP = LTQ + SSQ


ROP = (AU × LT) + SSQ

Keterangan:

AU = Average used (pemakaian normal bahan baku)

LT = Lead time

LTQ = Lead time quantity

SSQ = Safety stock quantity

Persediaan pengaman adalah persediaan yang disimpan setiap saat, terlepas dari
kuantitas persediaan yang dipesan dengan menggunakan model Economic Order Quantity.
Jika jumlah persediaan pengaman lebih besar daripada yang dibutuhkan maka biaya
penyimpanan akan menjadi tinggi. Jika jumlah persediaan pengaman terlalu kecil maka
kehabisan persediaan akan seringkali terjadi dan mengakibatkan ketidaknyamanan,
gangguan dan tambahan biaya. Tingkat persediaan pengaman yang optimal adalah
kuantitas persediaan pengaman yang meminimasi jumlah biaya kehabisan persediaan
tahunan dan biaya penyimpanan yang relevan. Persediaan pengaman digunakan sebagai

Materi Akuntansi Biaya II 17


perlindungan menghadapi peningkatan permintaan yang tidak terduga, tidak tersedianya
persediaan dari pemasok dan ketidakpastian akan lead time.
Lead time adalah tenggang waktu antara pemesanan bahan baku dan tersedianya
bahan di pabrik yang siap digunakan dalam produksi. Bila lead time lebih cepat dari yang
diperkirakan maka biaya penyimpanan akan bertambah. Bila lead time lebih lambat dari
yang diperkirakan maka perusahaan akan kekurangan persediaan. Jika lead time
mengantisipasi delay maka dinyatakan dalam rentang waktu misalkan lead time normal 4
minggu dapat delay 5 minggu jadi lead time 4 sampai dengan 9 minggu.

Lead time quantity = Normal usage for normal lead time


Safety stock quantity = (Normal usage for ’x’ weeks delay) + Usage variation
Usage variation = (Pemakaian maksimum - Pemakaian minimum) × Lead time
maximum

Contoh 1:
* Pemakaian bahan per minggu 175 unit (tidak ada variasi pemakaian karena tidak ada
data pemakaian maksimum dan pemakaian minimum). Lead time normal 4 minggu
namun dapat delay sampai 9 minggu.
* Saldo persediaan bahan di gudang saat ini 2.800 unit (tidak ada pemakaian selama
perhitungan).
* Economic Order Quantity 2.090 unit.

Diminta:
a. Hitunglah reorder point dalam unit dan dalam waktu!
b. Hitunglah persediaan maksimum sesaat setelah pesanan EOQ datang tepat waktu!

Jawab:
a. ROP = LTQ + SSQ
= (175 unit × 4 minggu) + (175 unit × 5 minggu)

= 1.575 unit à ini berarti saat persediaan di gudang tinggal 1.575 unit, perusahaan harus
melakukan pesanan kembali

Materi Akuntansi Biaya II 18


Jika persediaan saat ini 2.800 unit dan reorder point sebanyak 1.575 unit, maka
masih ada selisih 1.225 unit dapat digunakan untuk (1.225 : 175 unit) = 7 minggu lagi,
ini berarti reorder point dalam waktu menjadi 7 minggu kemudian baru dipesan kembali.

b. Persediaan maksimum sesaat setelah pesanan EOQ datang tepat waktu =


SSQ + EOQ = (175 unit × 5 minggu) + 2.090 unit = 2.965 unit

Perlu diingat bahwa dalam banyak bisnis seringkali pemakaian normal sulit ditentukan
karena pemakaian bahan sangat tergantung pada skedul produksi dan strategi pemasaran
perusahaan.

Contoh 2:
* Pemakaian bahan normal per minggu 175 unit.
* Pemakaian bahan maksimum per minggu 210 unit.
* Pemakaian bahan minimum per minggu 150 unit.
* Lead time normal 4 minggu namun dapat delay sampai 9 minggu.
* Saldo persediaan bahan di gudang saat ini 2.800 unit (tidak ada pemakaian selama
perhitungan).
* Economic Order Quantity 2.090 unit.

Diminta:
a. Hitunglah reorder point dalam unit dan dalam waktu!
b. Hitunglah persediaan maksimum sesaat setelah pesanan EOQ datang tepat waktu
dengan asumsi selama pemesanan pemakaian bahan yang terjadi secara normal!

Jawab:
a. LTQ = (175 unit × 4 minggu) = 700 unit
SSQ = Normal usage for 5 weeks delay + Usage variation

= (175 unit × 5 minggu) + {(210 unit - 150 unit) × 9 minggu}

= 875 unit + 540 unit

= 1.415 unit

Materi Akuntansi Biaya II 19


ROP = 700 unit + 1.415 unit = 2.115 unit

b. Persediaan maksimum sesaat setelah pesanan EOQ datang tepat waktu =


SSQ + EOQ = 1.415 unit + 2.090 unit = 3.505 unit

Bagian penerimaan barang akan membuat laporan penerimaan barang apabila


barang yang dipesan telah datang. Bagian penerimaan akan melakukan pencocokan
antara barang yang diterima dengan barang yang dipesan. Pencocokkan ini berguna
untuk meningkatkan pengendalian atas standar barang yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
4.4. Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli
Berdasarkan standar akuntansi, harga pokok barang yang dibeli meliputi harga
faktur ditambah biaya lainnya yang terjadi dalam rangka memperoleh bahan sampai
dengan bahan siap dipakai untuk kegiatan produksi, misalnya harga faktur ditambah
biaya angkut pembelian. Dalam praktiknya sering terjadi variasi untuk
mengimplementasikan penentuan harga pokok bahan baku yang dibeli, misalnya
perlakuan biaya angkut pembelian bahan baku untuk berbagai jenis bahan yang dibeli
dalam satu paket pembelian. Hal ini dapat menimbulkan masalah pengalokasian biaya
angkut pembelian tersebut untuk masing-masing jenis bahan baku yang diangkut.
Biaya angkut ini dapat diperlakukan sebagai:
a) Elemen biaya overhead pabrik.
Perlakuan ini lebih praktis karena dapat mengurangi kesulitan pengalokasian sehingga
kesulitan dalam perhitungan harga perolehan bahan bakupun dapat diminimalisasi,
namun demikian perlakuan ini tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
b) Elemen harga pokok perolehan bahan baku (material).
Perlakuan ini memerlukan dasar alokasi biaya angkutan bahan baku. Misalnya,
perbandingan harga faktur yang dibeli atau perbandingan kuantitas fisik bahan.
4.5. Pencatatan Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli
Dalam akuntansi ada dua sistem pencatatan bahan baku yaitu sistem
pencatatan fisik (physical) dan sistem pencatatan perpetual. Jika arus bahan baku
relatif kecil masih dapat menggunakan sistem pencatatan fisik karena jumlah barang
relatif tidak banyak dan mutasi persediaan juga tidak tinggi sehingga pimpinan

Materi Akuntansi Biaya II 20


perusahaan masih mampu melakukan pengendalian persediaan. Dalam perusahaan
dengan arus bahan baku yang relatif tinggi sistem pencatatan perpetual lebih banyak
digunakan dengan tujuan untuk mempermudah pengendalian persediaan. Pimpinan
perusahaan dapat setiap saat melihat jumlah barang yang ada di gudang lewat
catatan pembukuan. Dalam sistem pencatatan fisik semua pembelian dicatat dalam
rekening pembelian sedangkan dalam sistem pencatatan perpetual semua pembelian
dicatat dalam rekening persediaan. Sistem pencatatan perpetual lebih baik untuk
pengendalian karena setiap saat persediaan dapat dibandingkan antara fisiknya
dengan pencatatan buku besarnya, apabila ada perbedaan dapat segera dievaluasi
penyebabnya.
4.6. Pencatatan Bahan Baku
Pemakaian bahan baku dalam perusahaan manufaktur melibatkan bagian
produksi, bagian gudang dan bagian akuntansi. Dalam rangka melakukan
pengendalian bahan baku, perusahaan menetapkan prosedur permintaan dan
pengeluaran bahan baku dimana bagian produksi mengisi bukti permintaan bahan
(material requisition form) yang selanjutnya diserahkan ke bagian gudang. Bukti
permintaan bahan ini akan digunakan sebagai dokumen pembukuan atas transaksi
pemakaian bahan. Pemakaian bahan baku ini selanjutnya dicatat oleh bagian
gudang ke dalam kartu gudang. Bagian akuntansi akan melakukan pembukuan
berdasarkan bukti permintaan bahan ke dalam kartu persediaan dan ke dalam buku
jurnal.
4.7. Perhitungan Pemakaian Bahan Baku
Dalam perhitungan pemakaian bahan baku at cost, ada berbagai metode
penilaian harga pokok bahan yang dipakai. Metode-metode tersebut yaitu:
a) Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out = FIFO).
b) Metode Rata-Rata (Average).
Di tingkat internasional, menurut IFRS, metode penilaian persediaan Masuk
Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out = LIFO) tidak digunakan walaupun di Amerika
masih dapat dipergunakan.
4.7.1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out = FIFO)
Metode ini beranggapan bahwa bahan yang dibeli (masuk) lebih awal dipakai
(keluar) lebih awal pula. Metode ini lebih menekankan pada arus biayanya dan bukan

Materi Akuntansi Biaya II 21


pada arus bahan secara fisik. Penekanan ini berarti bahwa secara fisik dapat terjadi
bahan yang dibeli lebih awal tidak dipakai lebih awal, tetapi dalam penentuan harga
pokoknya bahan yang dipakai berpedoman pada bahan yang masuk pertama keluar
pertama.
4.7.2. Metode Rata-Rata (Average)
Dalam sistem pencatatan periodik, metode rata-rata yang digunakan disebut
dengan metode rata-rata tertimbang (weighted average). Dalam sistem pencatatan
perpetual, metode rata-rata yang digunakan disebut dengan metode rata-rata
bergerak (moving average). Dalam metode weighted average harga pokok per satuan
bahan yang ada dalam persediaan di gudang ditentukan dengan membagi jumlah
harga pokok semua bahan yang dibeli dengan jumlah kuantitasnya. Dalam metode
moving average harga pokok persediaan bahan yang ada di gudang hanya ada satu
harga pokok yang dihitung rata-ratanya setiap saat dilakukan pembelian, yang dapat
berubah jika ada:

· Perubahan harga beli saat pembelian,

· Ada diskon pembelian, dan atau

· Terdapat ongkos angkut yang dibebankan ke persediaan.

Disamping metode penilaian persediaan at cost yang dipaparkan di atas, terdapat


metode penilaian persediaan at estimate jika dalam kondisi khusus dimana sebagian data
hilang. Menurut IFRS penilaian persediaan yang disajikan di statement of financial position
harus menggunakan Lower of Cost or Net Realizable Value (LCNRV), dimana cost-nya
dapat menggunakan FIFO atau Average sedangkan NRV dihitung dari harga jual dikurangi
dengan biaya pelepasannya.
4.8. Perlunya Pengelolaan Bahan Baku
Pengelolaan bahan baku/ manajemen bahan baku adalah merencanakan,
mengorganisasikan dan mengontrol aktivitas-aktivitas yang difokuskan pada arus
bahan ke dalam, melalui dan dari organisasi. Pengelolaan bahan baku/ manajemen
bahan baku memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggan.
b) Berproduksi dengan efisiensi semaksimal mungkin.

Materi Akuntansi Biaya II 22


Mengatur jumlah persediaan untuk mengendalikan dana yang tertanam dalam
persediaan dan lain-lain.
Perencanaan bahan dipengaruhi oleh sifat kegiatan produksi, apakah
produksinya berdasarkan pesanan atau produksinya berdasarkan produksi massal.
Tujuan dari perencanaan bahan baku adalah untuk menekan (meminimumkan) biaya
dan memaksimumkan laba dalam waktu tertentu dengan dana tertentu.
Jika persediaan bahan < bahan yang dibutuhkan à proses produksi
terhambat. Jika persediaan bahan > bahan yang dibutuhkan à biaya penyimpanan
meningkat.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan
pengendalian bahan yaitu:
a) Tentukan jumlah kebutuhan bahan dalam satu periode. Beberapa faktor yang
harus dipertimbangkan dalam penentuan jumlah kebutuhan bahan, antara lain
jumlah produksi yang akan dihasilkan dan jumlah bahan yang dibutuhkan untuk
satu buah produk.

Contoh: Pada tahun 2015, PT MUMU merencanakan untuk berproduksi


sebanyak 120.500 unit produksi, dimana untuk setiap produk memerlukan 2 kg
bahan baku. Kebutuhan bahan selama setahun adalah 241.000 kg yaitu
120.500 dikali 2 kg.

b) Jumlah bahan yang dibeli per pembelian.


c) Kapan bahan harus dibeli.
d) Persediaan minimum yang harus ada di gudang.
4.9. Kuantitas Pemesanan yang Ekonomis (Economic Order Quantity)
Economic Order Quantity (EOQ) merupakan jumlah persediaan yang harus
dipesan (dibeli) pada suatu saat dengan tujuan untuk mengurangi biaya persediaan
tahunan. Jika suatu perusahaan membeli bahan baku tidak terlalu sering dan dalam
jumlah yang besar, biaya penyimpanan persediaan menjadi tinggi karena investasi
yang cukup besar dalam persediaan. Jika pembelian dilakukan dalam jumlah yang
kecil dan dengan pesanan yang cukup sering maka akibatnya biaya pemesanan
yang tinggi dapat terjadi. Oleh karena itu jumlah optimum dari pesanan pada suatu

Materi Akuntansi Biaya II 23


waktu tertentu ditentukan dengan cara menyeimbangkan dua faktor yaitu biaya
penyimpanan (pemilikan) bahan baku dan biaya pemesanan (perolehan) bahan
baku. Pada saat EOQ, biaya pemesanan selama setahun akan sama dengan biaya
penyimpanan selama setahun. Beberapa elemen yang mempengaruhi EOQ adalah
sebagai berikut:
a) Harga beli dan ongkos angkut.
b) Biaya pemesanan (ordering cost), merupakan biaya yang terjadi dalam rangka
melaksanakan kegiatan pemesanan bahan. Biaya pemesanan termasuk biaya
membuat bukti permintaan pembelian, pesanan pembelian, laporan penerimaan,
menangani kiriman, komunikasi dengan pemasok serta akuntansi atas
pengantaran dan pembayaran.
b) Biaya penyimpanan (carrying cost), merupakan biaya yang terjadi dalam rangka
melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan, antara lain: biaya sewa gudang,
biaya asuransi bahan, biaya administrasi gudang serta biaya atas rusak dan
usangnya bahan.
c) Kebutuhan bahan baku selama setahun.
Rumus EOQ:
EOQ = 2× RU×CO

CU×CC

Keterangan:

RU : Required unit (kebutuhan bahan baku setahun)

CO : Cost per order (biaya pemesanan per pesanan)

CU : Cost per unit (harga beli bahan baku per unit)

CC : Carrying cost (biaya penyimpanan dan umumnya dinyatakan dalam


persentase)

Frekuensi pemesanan pembelian dalam = RU / EOQ satu


tahun
Biaya pemesanan setahun = CO × RU / EOQ
Biaya penyimpanan/ pemilikan setahun = {(EOQ / 2) + SSQ} × CU × CC
Persediaan rata-rata = (EOQ / 2) + SSQ

Materi Akuntansi Biaya II 24


Persediaa n maksimum normal = EOQ + SSQ normal (tanpa variasi

pemakaian)
Persediaan maksimum absolut = EOQ + SSQ (termasuk variasi
pemakaian)
Lead time quantity = Pemakaian normal × Lead time
normal
Safety stock quantity = (Pemakaian normal × Jangka waktu
delay)) + Variasi pemakaian
Usage variation = (Pemakaian maksimum –
Pemakaianminimum) ×
Lead time maximum
Reorder point = LTQ + SSQ

Contoh perhitungan EOQ:


Selama tahun 2015 PT MUMU menganggarkan penjualan sebanyak 8.500 unit. Persediaan
barang jadi awal tahun sebesar 1.000 unit dan persediaan barang jadi akhir tahun sebesar
500 unit. Unit produk jadi membutuhkan 3 unit bahan baku. Harga beli bahan baku per unit
adalah Rp 10.000. Biaya pemesanan per pesanan Rp 750.000. Biaya penyimpanan sebesar
10% dari persediaan rata-rata per unit. Berapakah EOQ-nya?

Jawab:
Unit penjualan 8.500 unit
Persediaan barang jadi akhir 500 unit
9.000 unit
Persediaan barang jadi awal (1.000) unit
Unit produksi 8.000 unit

Kebutuhan bahan adalah 24.000 unit (3 unit bahan baku × 8.000 unit produksi)
EOQ = 2×24.000×Rp750.000 =6.000 unit
Rp10.000×10%

Pembelian yang paling ekonomis: 24.000 unit / 6.000 unit = 4 kali

Materi Akuntansi Biaya II 25


Berikut ini disajikan tabel perbandingan total biaya yang dikeluarkan untuk jumlah unit
pesanan tertentu:

Tabel 4.1. Perbandingan total biaya yang dikeluarkan untuk jumlah unit pesanan
tertentu (dalam ribuan Rupiah)
Unit 1.000 3.000 4.000 6.000 8.000 12.000 24.000
Pesanan 24x 8x 6x 4x 3x 2x 1x
Persediaan 10.000 30.000 40.000 60.000 80.000 120.000 240.000
Persediaan rata- 5.000 15.000 20.000 30.000 40.000 60.000 120.000
rata
Ordering cost 18.000 6.000 4.500 3.000 2.250 1.500 750
(750 × 4)
Carrying cost 500 1.500 2.000 3.000 4.000 6.000 12.000
Total cost 18.500 7.500 6.500 6.000 6.250 7.500 12.750

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pemesanan dalam jumlah 6.000 unit
(sesuai dengan hasil perhitungan EOQ dalam contoh di atas) dengan 4 kali frekuensi
pemesanan, mengeluarkan total biaya yang paling minimum.

c) Jika jumlah pesanan besar maka harga pembelian dapat didiskon. Pengiriman dalam
jumlah besar juga dapat menghemat beban angkut. Perubahan-perubahan ini
menghasilkan biaya per unit yang lebih rendah, dan dengan demikian dapat mengubah
perhitungan EOQ. Pembelian dalam jumlah besar juga mengubah frekuensi
pemesanan dan dengan demikian mengubah total biaya pemesanan serta melibatkan
investasi yang lebih besar dalam persediaan, yang semuanya mempengaruhi
perhitungan EOQ

5. Biaya Tenaga Kerja


5.1. Pengertian dan Penggolongan Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan sebagai akibat pemanfaatan
tenaga kerja dalam melakukan produksi. Dalam perusahaan manufaktur, penggolongan
kegiatan kerja dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu:
a) Penggolongan menurut fungsi pokok organisasi.

Materi Akuntansi Biaya II 26


Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok yaitu produksi, pemasaran dan
administrasi. Dengan demikian biaya tenaga kerja digolongkan menjadi biaya
tenaga kerja produksi, biaya tenaga kerja pemasaran dan biaya tenaga kerja
administrasi.
b) Penggolongan menurut kegiatan departemen.
Misalnya, departemen produksi atau perusahaan terdiri dari tiga departemen yaitu
departemen pulp, departemen kertas dan departemen penyempurnaan. Biaya
tenaga kerja departemen produksi digolongkan sesuai dengan bagian-bagian
tersebut.
c) Penggolongan menurut jenis pekerjaannya.
Misalnya, dalam departemen produksi digolongkan sebagai berikut: operator,
mandor dan penyelia, maka biaya tenaga kerja juga digolongkan sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan tersebut.
d) Penggolongan menurut hubungannya dengan produk.
Tenaga kerja dapat digolongkan menjadi tenaga kerja langsung dan tidak langsung.

Biaya tenaga kerja langsung merupakan unsur biaya produksi sedangkan


biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan unsur biaya overhead pabrik.
5.2. Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
Telah diuraikan di atas bahwa berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan
manufaktur biaya tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi biaya tenaga kerja untuk
fungsi administrasi, biaya tenaga kerja untuk fungsi pemasaran dan biaya tenaga kerja
untuk fungsi produksi. Biaya tenaga kerja dalam hubungannya dengan produksi
dibedakan menjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
Biaya tenaga kerja langsung yaitu semua balas jasa yang diberikan kepada semua
pegawai bagian produksi yang biayanya secara langsung dapat ditelusuri jejaknya ke
masing-masing unit produksi, misalnya gaji buruh pabrik rokok di bagian pelintingan.
Biaya tenaga kerja tidak langsung yaitu semua balas jasa yang diberikan kepada
semua pegawai bagian produksi yang biayanya tidak dapat ditelusuri jejaknya ke
masing-masing unit produksi, misalnya upah mandor pabrik dan gaji manajer pabrik.

Materi Akuntansi Biaya II 27


Biaya tenaga kerja dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu gaji dan
upah reguler, premi lembur dan biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja.
Tiga kegiatan dalam akuntansi biaya tenaga kerja yaitu:
a) Pencatatan waktu kerja.
Pencatatan waktu kerja merupakan pengumpulan data mengenai jumlah jam kerja
karyawan. Dokumen yang digunakan dalam pencatatan waktu kerja yaitu kartu hadir
yang digunakan untuk mencatat jumlah jam kerja karyawan dalam satu hari dan
kartu jam kerja yang dibuat setiap hari untuk setiap karyawan menurut pekerjaan
yang dilaksanakan.
b) Perhitungan jumlah gaji dan upah.
Perhitungan jumlah gaji dan upah merupakan tugas departemen personalia.
c) Alokasi biaya tenaga kerja.
Alokasi biaya tenaga kerja dibukukan atas dasar kartu hadir dan kartu jam kerja
yang merupakan dokumen sumber untuk mengalokasikan biaya tenaga kerja
kepada setiap pesanan, departemen atau produk.

5.3. Pencatatan Jurnal Untuk Biaya Tenaga Kerja


5.3.1. Mencatat Kewajiban Penggajian
Menghitung total beban gaji yang masih harus dibayar merupakan
akumulasi dari biaya gaji tenaga kerja langsung, biaya gaji tenaga kerja tidak
langsung, biaya gaji untuk bagian umum dan administrasi serta biaya gaji untuk
bagian penjualan dan pemasaran. Biaya-biaya tersebut dicatat dengan mendebet
perkiraan ‘Payroll’ (beban gaji) dan mengkredit perkiraan ‘Accrued Payroll’ (gaji
yang masih harus dibayar). Jika terdapat Pajak Penghasilan (PPh) terutang, maka
dicatat dengan mengkredit perkiraan ‘Tax Payable’ (hutang Pajak Penghasilan).
Jurnalnya:

Dr. Payroll xx

Cr. Accrued payroll xx

Cr. Tax payable xx

Materi Akuntansi Biaya II 28


Pembayaran gaji dicatat dengan mendebet perkiraan ‘Accrued Payroll’ dan
mengkredit perkiraan ‘Cash’. Jurnalnya:

Dr. Accrued payroll xx

Cr. Cash xx

Dr. Accrued payroll xx

Cr. Cash xx

5.3.2. Mencatat Pendistribusian Beban Gaji


Beban gaji untuk tenaga kerja langsung didebet ke perkiraan ‘Work In Process’.
Beban gaji untuk tenaga kerja tidak langsung didebet ke perkiraan ‘Factory Overhead-
Control’. Beban gaji untuk bagian umum dan administrasi didebet ke perkiraan
‘General and Administration Expense’. Beban gaji untuk bagian penjualan dan
pemasaran didebet ke perkiraan ‘Selling and Marketing Expense’ dan perkiraan untuk
bagian kredit adalah ‘Payroll’. Jurnalnya:

Dr. Work in process xx

Dr. Factory overhead-control xx

Dr. Selling and marketing expense xx

Dr. General and administration expense xx

Cr. Payroll xx

Contoh soal:
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan per tanggal 25 Mei 2015, diketahui total
beban gaji yang harus dibayar pada tanggal 1 Juni 2015 adalah sebesar Rp 9.000.000
dengan
Ph 21 sebesar 5%. Perincian gaji adalah sebagai berikut:

Untuk tenaga kerja langsung Rp 5.000.000


Untuk tenaga kerja tidak langsung Rp 1.000.000
Untuk bagian penjualan dan pemasaran Rp 2.000.000

Materi Akuntansi Biaya II 29


Untuk bagian umum dan administrasi Rp 1.000.000

Jurnal yang harus dibuat adalah:

Dr. Payroll 9.000.000


Cr. Accrued payroll 8.550.000
Cr. Tax payable 450.000

Dr. Accrued payroll 8.550.000


Cr. Cash 8.550.000

Dr. Work in process 5.000.000


Dr. Factory overhead-control 1.000.000
Dr. Selling and marketing expense 2.000.000
Dr. General and administration expense 1.000.000
Cr. Payroll 9.000.000

6. Biaya Overhead Pabrik


6.1. Pengertian dan Karakteristik Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai biaya bahan tidak
langsung (penolong), tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya pabrik lainnya
yang tidak dapat secara nyata didefinisikan dengan atau dibebankan langsung ke
pesanan, produk atau objek biaya lainnya yang spesifik. Istilah lain yang digunakan
untuk biaya overhead pabrik adalah beban produksi, overhead produksi, beban pabrik
dan biaya produksi tidak langsung.
Biaya overhead pabrik memiliki dua karakteristik yang memerlukan
pertimbangan jika produk ingin dibebankan dengan jumlah yang sewajarnya dari
biaya ini. Karakteristik-karakteristik ini berkaitan dengan hubungan overhead pabrik
dengan produk atau volume produksi. Tidak seperti bahan baku dan tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik merupakan bagian yang tidak terlihat dari produk
jadi. Tidak ada bukti permintaan bahan baku atau jam kerja karyawan yang
mengidentifikasikan jumlah overhead pabrik yang digunakan oleh suatu pesanan atau
produk, tetapi walaupun demikian, biaya overhead pabrik juga merupakan bagian dari
biaya produksi suatu produk yang sama pentingnya dengan biaya bahan baku

Materi Akuntansi Biaya II 30


maupun biaya tenaga kerja langsung. Meningkatnya otomatisasi membuat biaya
overhead pabrik menjadi persentase dari total biaya produksi yang lebih besar,
sementara persentase tenaga kerja langsung menurun.
Karakteristik yang kedua dari biaya overhead pabrik berhubungan dengan
bagaimana item-item yang berbeda dalam overhead pabrik berubah terhadap
perubahan dalam volume produksi. Biaya overhead pabrik dapat bersifat tetap,
variabel atau semivariabel. Dapat dikatakan, bahwa biaya overhead pabrik tetap per
unit produk bervariasi secara terbalik dengan volume produksi. Biaya overhead pabrik
variable berubah secara proporsional terhadap perubahan dalam volume produksi.
Ketika volume berubah, pola perilaku biaya overhead pabrik yang berbeda
menyebabkan biaya produksi per unit berfluktuasi secara signifikan. Akibatnya,
beberapa metode diperlukan untuk menstabilitasi jumlah biaya overhead pabrik yang
dibebankan ke unit produksi.
6.2. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara:
a) Menurut jenisnya.
b) Menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
c) Menurut perilaku dalam hubungannya dengan departemen/ bagian dari perusahaan.
6.2.1. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Jenisnya
Menurut jenisnya, biaya overhead pabrik dalam perusahaan manufaktur yang
mengolah produknya berdasarkan pesanan dapat digolongkan menjadi enam:
a) Biaya bahan penolong.
b) Biaya tenaga kerja tidak langsung.
c) Biaya reparasi dan pemeliharaan.
d) Biaya penyusutan aktiva.
e) Biaya asuransi.
f) Biaya listrik dan lain-lain.

6.2.2. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Perilaku Dalam


Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan
Dalam hubungannya dengan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat
dibedakan menjadi tiga: (a) biaya overhead pabrik tetap, (b) biaya overhead pabrik

Materi Akuntansi Biaya II 31


variabel, dan (c) biaya overhead pabrik semivariabel. Biaya overhead pabrik tetap
adalah biaya overhead pabrik yang totalnya tetap konstan dalam kisaran perubahan
volume kegiatan tertentu. Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead
pabrik yang jumlah totalnya berubah secara proporsional dengan perubahan volume
kegiatan. Biaya overhead pabrik semivariabel adalah biaya overhead pabrik yang
jumlah totalnya berubah tidak proporsional dengan perubahan volume kegiatan.
6.2.3. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Perilaku Dalam
Hubungannya dengan Departemen
Dalam hubungannya dengan departemen-departemen, biaya overhead
pabrik dapat dibedakan menjadi dua:
a) Biaya overhead pabrik langsung departemen (terjadi di departemen produksi).
b) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (terjadi di departemen jasa).
Biaya overhead pabrik langsung departemen adalah biaya overhead pabrik
yang terjadi di suatu departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh
departemen tersebut. Misalnya biaya tenaga kerja tidak langsung departemen A,
biaya penyusutan departemen A, dan bahan penolong yang terjadi di departemen A
adalah biaya overhead pabrik langsung departemen A.
Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah biaya overhead
pabrik yang memberikan manfaat lebih dari satu departemen. Misalnya, biaya
pemeliharaan gedung pabrik adalah biaya overhead pabrik tidak langsung bagi
departemen A maupun departemen B apabila kedua departemen tersebut berada
dalam satu atap gedung pabrik tersebut.
6.3. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik
Pembebanan biaya overhead pabrik secara langsung kepada pesanan atau
produk tidak dapat dilakukan secara langsung karena hal-hal berikut. Pertama, biaya
overhead pabrik mencakup semua jenis biaya produk tidak langsung yang
mempunyai sifat sangat bervariasi, ada biaya yang terjadinya teratur tetapi hanya
pada bulan tertentu saja dan ada biaya yang jumlahnya maupun terjadinya tidak
pasti, misalnya biaya reparasi dan pemeliharaan.
Kedua, volume kegiatan produksi dari bulan ke bulan pada perusahaan yang
memproduksi barang berdasarkan pesanan relatif tidak stabil. Apabila biaya overhead
pabrik dibebankan secara langsung maka setiap satuan produk yang dihasilkan pada

Materi Akuntansi Biaya II 32


bulan-bulan yang volume produksinya rendah akan dibebani biaya tetap lebih besar
daripada bulan-bulan yang volume produksinya tinggi.
Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas maka biaya overhead pabrik
dibebankan kepada setiap pesanan atau produk berdasarkan tarif yang ditentukan di
muka (pre determined rate). Cara pembebanan ini dimaksudkan agar dapat
membebankan biaya overhead pabrik kepada setiap pesanan atau produk secara
adil.
6.4. Langkah-Langkah Pembebanan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Langkah-langkah pembebanan tarif biaya overhead pabrik meliputi tiga hal:
a) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik.
b) Memilih dan menaksir dasar pembebanan biaya overhead pabrik.
c) Menghitung tarif biaya overhead pabrik.
6.4.1. Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Anggaran biaya overhead pabrik disusun berdasarkan pada tingkat volume
kegiatan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang. Anggaran biaya
overhead pabrik hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga dapat dengan
mudah diketahui jumlah biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik
variabel. Demikian juga dapat diketahui jumlah biaya overhead pabrik yang
berhubungan dengan biaya bahan, biaya overhead pabrik yang berhubungan
dengan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang berhubungan dengan
penentuan dasar pembebanan biaya overhead pabrik.
6.4.2. Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik
Penentuan tarif biaya overhead pabrik dapat menggunakan dasar
pembebanan yang dapat dipilih antara lain dari salah satu dasar berikut ini:
a) Jumlah satuan produk.
b) Biaya bahan baku.
c) Biaya tenaga kerja langsung.
d) Jam tenaga kerja langsung.
e) Jam mesin.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam memilih dasar


pembebanan biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:

Materi Akuntansi Biaya II 33


a) Memilih dasar pembebanan yang mempunyai hubungan lebih dekat dengan fungsi
biaya overhead pabrik.
(1) Apabila biaya overhead pabrik didominasi oleh elemen-elemen biaya yang
berhubungan dengan biaya bahan (material oriented overhead) seperti biaya
sewa gudang, asuransi gudang, biaya bahan penolong, maka dasar
pembebanan yang lebih dekat dengan biaya overhead pabrik adalah biaya
bahan baku.
Apabila biaya overhead pabrik didominasi oleh elemen-elemen biaya yang
berhubungan dengan biaya tenaga kerja (labor oriented overhead) seperti
biaya gaji pengawas, biaya tenaga kerja tidak langsung, maka dasar
pembebanan yang lebih dekat dengan biaya overhead pabrik adalah biaya
tenaga kerja langsung atau jam tenaga kerja langsung.
(3) Apabila biaya overhead pabrik didominasi oleh elemen-elemen biaya yang
berhubungan dengan biaya penyelenggaraan fasilitas pabrik (investment
oriented overhead) seperti biaya reparasi dan pemeliharaan mesin, biaya
asuransi mesin, biaya penyusutan mesin, maka dasar pembebanan yang lebih
dekat dengan biaya overhead pabrik adalah jam mesin.
(4) Apabila biaya overhead pabrik relatif merata pada elemen-elemen biaya yang
mempunyai hubungan erat dengan biaya bahan, biaya tenaga kerja atau biaya
penyelenggaraan fasilitas pabrik, maka dipilih dasar pembebanan yang paling
mudah penggunaannya yaitu jumlah satuan produk.
b) Dasar pembebanan biaya overhead pabrik yang dipilih harus dapat memperkecil
biaya dan pekerjaan administrasi.
Faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan di dalam penentuan tarif biaya
overhead pabrik ada empat:
a) Tingkat aktivitas yang dipakai:
(1) Kapasitas teoritis atau kapasitas ideal yaitu kapasitas yang maksimal atau
100% yang seharusnya dicapai oleh perusahaan, tanpa ada gangguan
dalam aktivitas perusahaan.
(2) Kapasitas praktis atau kapasitas realistis yaitu kapasitas ideal dikurangi
dengan hambatan atau gangguan yang berasal dari luar perusahaan.

Materi Akuntansi Biaya II 34


(3) Kapasitas normal atau kapasitas jangka panjang yaitu kapasitas praktis
dikurangi dengan gangguan yang berasal dari dalam perusahaan.
(4) Kapasitas yang sesungguhnya diharapkan atau kapasitas jangka pendek
yaitu kapasitas pabrik yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk sesuai
dengan kemampuan penjualan.
b) Dimasukkan atau tidaknya elemen-elemen biaya overhead pabrik tetap dalam
menghitung harga pokok produk:
(1) Full costing/ absorption costing.
(2) Direct costing/ variabel costing.
c) Penggunaan tarif tunggal atau beberapa tarif:
(1) Tarif tunggal
(2) Tarif per departemen
(3) Tarif untuk setiap pusat biaya
(4) Tarif untuk setiap operasi
d) Penggunaan tarif sendiri untuk departemen pembantu.
6.4.3. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Tarif biaya overhead pabrik dinyatakan dengan persentase atau jumlah
Rupiah untuk setiap jam kerja langsung, jam mesin, kilogram, satuan produk dan
sebagainya. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar jumlah
satuan produk, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja
langsung, jam mesin dan tingkat aktivitas.
6.4.3.1. Jumlah Satuan Produk
Apabila jumlah satuan produk sebagai dasar pembebanan, maka tarif biaya
overhead pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Estimasi biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik dalam suatu periode
=
per satuan Jumlah satuan produk yang
diestimasi

Apabila estimasi biaya overhead pabrik sebesar Rp 300.000 dan perusahaan


merencanakan memproduksi 250.000 satuan produk untuk periode yang akan datang,
maka untuk setiap satuan produk dibebani tarif biaya overhead pabrik sebesar Rp 1,2

Materi Akuntansi Biaya II 35


(Rp 300.000 : 250.000 unit) per satuan produk. Dasar pembebanan satuan produk ini
sesuai bagi perusahaan yang memproduksi satu macam produk.
Biaya overhead pabrik dapat dibebankan ke setiap unit produksi atas dasar satuan berat
atau satuan tertentu lainnya, misalnya kilogram, liter dan sebagainya. Berikut ini contoh
pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar satuan berat masing-
masing produk.

Keterangan Produk A Produk B Produk C

Estimasi biaya overhead pabrik total sebesar


Rp 300.000
Estimasi jumlah satuan produk yang 20.000 15.000 20.000
diproduksi
Berat produk per satuan produk 5 kg 2 kg 1 kg
Estimasi total berat produk yang akan 100.000 kg 30.000 kg 20.000 kg
diproduksi
Estimasi tarif biaya overhead pabrik per kg Rp 2 per kg Rp 2 per kg Rp 2 per kg
(Rp 300.000 / 150.000 kg)
Estimasi biaya overhead pabrik untuk setiap Rp 200.000 Rp 60.000 Rp 40.000
jenis produk
Estimasi biaya overhead pabrik per satuan Rp 10 Rp 4 Rp 2
produk

6.4.3.2. Biaya Bahan Baku


Apabila biaya bahan baku sebagai dasar pembebanan, maka tarif biaya overhead pabrik
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Estimasi biaya overhead pabrik dalam suatu periode


× 100%
Estimasi biaya bahan baku dalam periode yang bersangkutan

Sebagai contoh, jika estimasi biaya overhead pabrik sebesar Rp 300.000 dan

Materi Akuntansi Biaya II 36


estimasi biaya bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi sebesar Rp 250.000
dalam periode tertentu, maka tarif pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
dihitung sebagai berikut:

Rp 300.000
× 100% = 120%
Rp 250.000

Jadi, setiap produk yang selesai dibuat dibebani biaya overhead pabrik sebesar 120%
dari biaya bahan bakunya. Metode ini terbatas penggunaannya karena di dalam

banyak kasus tidak ada hubungan erat antara biaya bahan baku dari suatu produk dan biaya
overhead pabrik yang terjadi.

6.4.3.3. Biaya Tenaga Kerja Langsung


Apabila biaya tenaga kerja langsung sebagai dasar pembebanan, maka tarif
biaya overhead pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Estimasi biaya overhead pabrik dalam suatu periode


× 100%

Estimasi biaya tenaga kerja langsung dalam periode yang bersangkutan

Misalnya, untuk tahun yang akan datang estimasi biaya overhead pabrik sebesar

Rp 300.000 dan estimasi biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 300.000. Tarif biaya
overhead pabrik adalah:

Rp 300.000
Rp 300.000 × 100% = 100%

Setiap pesanan atau produk yang menyerap biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 1
akan dibebani biaya overhead pabrik sebesar Rp 1 pula. Adapun biaya tenaga kerja
langsung dihitung dengan mengalikan jam kerja langsung yang digunakan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan tarif upah per jam yang ditentukan. Semakin banyak
Materi Akuntansi Biaya II 37
jam kerja yang digunakan, semakin besar biaya tenaga kerja langsung dan semakin besar
pula biaya overhead pabrik yang dibebankan. Metode ini mempunyai beberapa kelemahan
antara lain sebagai berikut:
a) Biaya overhead pabrik harus dipandang sebagai tambahan nilai produk. Nilai yang
ditempatkan seringkali tidak mempunyai hubungan yang erat dengan biaya tenaga
kerja langsung, misalnya biaya penyusutan.
b) Jumlah biaya tenaga kerja mencakup upah tenaga kerja dari berbagai tingkatan yang
ada di dalam perusahaan, sehingga dalam metode ini dapat terjadi distribusi beban
biaya overhead pabrik kepada produk secara tidak tepat.
6.4.3.4. Jam Tenaga Kerja Langsung
Apabila jam tenaga kerja langsung sebagai dasar pembebanan, maka tarif
biaya overhead pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Estimasi biaya overhead pabrik dalam suatu periode

Estimasi jam tenaga kerja langsung

Apabila estimasi biaya overhead pabrik untuk tahun yang akan datang
sebesar Rp 300.000 dan jumlah jam kerja langsung ditaksir 200.000 jam, maka tarif
biaya overhead pabrik atas dasar jam kerja langsung adalah Rp 1,5 per jam kerja
langsung (Rp 300.000 : 200.000). Suatu pekerjaan yang diselesaikan dengan 400
jam kerja langsung akan dibebani biaya overhead pabrik sebesar Rp 600 (400 × Rp
1,5).
6.4.3.5. Jam Mesin
Apabila jam mesin sebagai dasar pembebanan, maka tarif biaya overhead
pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Estimasi biaya overhead pabrik dalam suatu periode

Estimasi jam mesin

Apabila estimasi biaya overhead pabrik untuk tahun yang akan datang
sebesar Rp 300.000 dan jumlah jam mesin ditaksir 300.000 jam, maka tarif biaya
overhead pabrik atas dasar jam mesin adalah Rp 1 per jam mesin (Rp 300.000 :

Materi Akuntansi Biaya II 38


300.000). Suatu pekerjaan yang diselesaikan dengan 400 jam mesin akan dibebani
biaya overhead pabrik sebesar Rp 400 (400 × Rp 1).
6.4.3.6. Tingkat Aktivitas
Dalam menghitung tarif biaya overhead pabrik, tingkat aktivitas yang dipilih
sangat menentukan. Semakin besar aktivitas yang dipilih, semakin rendah tarif biaya
overhead tetap, karena biaya overhead tetap akan dibagi dengan tingkat aktivitas
(jumlah biaya tenaga kerja langsung yang lebih besar, jam kerja langsung yang lebih
besar atau jam mesin dan sebagainya) yang lebih besar.
Tingkat aktivitas yang dianggarkan dapat didasarkan pada kapasitas
sesungguhnya yang diharapkan, kapasitas praktis atau kapasitas normal. Apabila
anggaran didasarkan pada kapasitas sesungguhnya, ini berarti didasarkan pada
ramalan penjualan periode yang akan datang. Apabila anggaran didasarkan pada
kapasitas praktis, hal ini didasarkan pada kemampuan fisik pabrik sedangkan apabila
anggaran didasarkan pada kapasitas normal, hal ini didasarkan pada kemampuan
fisik pabrik dan peluang pasar jangka panjang.
Tingkat aktivitas yang dianggarkan berdasarkan kapasitas sesungguhnya yang
diharapkan merupakan pendekatan jangka pendek. Di dalam metode ini akan terjadi
perbedaan tarif biaya overhead pabrik antara periode yang satu dengan periode yang
lain. Apabila perubahan tarif biaya overhead pabrik cukup besar, maka biaya-biaya
akibat kapasitas yang menganggur dikapitalisasi dan termasuk harga pokok barang
yang belum terjual. Dengan memasukkan biaya-biaya kapasitas yang menganggur ini
perhitungan tarif biaya overhead pabrik akan mempengaruhi manajemen di dalam
mengambil keputusan-keputusan khusus.
6.5. Kapasitas Normal
Kapasitas normal merupakan pendekatan perencanaan dari pengawasan
jangka panjang. Kapasitas normal dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan
untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang. Tarif yang
ditentukan atas dasar kapasitas normal tidak akan berubah meskipun produk yang
sesungguhnya berubah. Dengan menggunakan tarif pembebanan atas dasar
kapasitas normal, kemungkinan akan terdapat selisih jika dibandingkan dengan biaya
yang sesungguhnya terjadi. Apabila terjadi selisih, lazimnya dikatakan biaya overhead
pabrik lebih atau kurang dibebankan (over/ underapplied factory overhead).

Materi Akuntansi Biaya II 39


PERTANYAAN

1. Tingkat kapasitas apa saja yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran biaya overhead
pabrik?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya selisih biaya overhead pabrik ?
3. Bagaimana cara memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya dalam proses
produksi ?
4. Bagaimana menentukan harga suatu produksi dalam perusahaan manufaktur sehingga
harga tersebut sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan ?
5. Bagaimana proses pengendalian Biaya Bahan Baku ?
6. Apa yang menyebabkan sehingga terjadi Rusak Produk/ Produk Cacat dan bagaimana
analisis perlakuan akuntansi pada produk tersebut ?
7.

Materi Akuntansi Biaya II 40

Anda mungkin juga menyukai