Dosen Pengampu :
Merida ,.M.Ak.
Disusun Oleh :
Muhammad Ergan Rojak : 2016120084
Muhammad Rizki kusumah : 2016120048
Bambang Kurniawan : 1916120093
Lukman Adi : 2016120059
2. Akuntansi biaya dan akuntansi manajemen dibangun dalam suatu sistem akuntansiumum,
tidak dalam suatu sistem yang terpisah. Karena penyelenggaraan dua sistem yang terpisah
dilarang oleh pihak yang berwenang, hal tersebut juga akan sangat mahal untuk
diimplementasikan karena memerlukan buku-buku akuntansi, waktu dan tenaga
3. Perbedaan antara akuntansi biaya dan akuntansi manajemen.Perbedaan Ak. Manajemen Ak.
BiayaTarget pengguna Fokus pada penyediaan informasi untuk pengguna internalFokus pada
penyediaan informasi untuk pengguna eksternalInput dan proses Tidak terkait aturan
tertentuPelaporan akuntansi biaya harus mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan oleh pihak
yang berwenang (bapepam dan
Disusun Oleh :
M Faiz A 2016120043
Abiyudha P 2016120008
Alvina B 2016120141
Bildiansyah 2016120082
Apif 2016120020
TANGERANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Konsep Informasi Akuntansi,
Klasifikasi Biaya, Pembebanan Biaya, dan Informasi Akuntansi Manajemen." Makalah ini
kami susun sebagai salah satu tugas akademik dalam mata kuliah Akuntansi Manajemen yang
bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai konsep dasar dalam
bidang akuntansi dan bagaimana pengelolaan informasi akuntansi dapat mendukung
pengambilan keputusan di berbagai level organisasi.
Dalam pembuatan makalah ini, kami telah mengumpulkan berbagai sumber referensi,
melakukan penelitian. Makalah ini diharapkan dapat menjadi panduan yang bermanfaat bagi
pembaca, terutama mahasiswa, praktisi, dan siapa pun yang tertarik dengan konsep informasi
akuntansi, klasifikasi biaya, pembebanan biaya, dan peran informasi akuntansi dalam
manajemen perusahaan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dan kami sangat
menghargai segala kritik, saran, dan masukan yang akan membantu kami untuk meningkatkan
kualitas makalah ini di masa mendatang. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang konsep informasi akuntansi serta manfaatnya dalam
mengelola biaya dan mendukung pengambilan keputusan yang tepat dalam konteks bisnis.
Akhir kata, kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung kami dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi kontribusi kecil kami dalam pengembangan ilmu akuntansi.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB II .........................................................................................................................6
PEMBAHASAN ...........................................................................................................6
2.1 Pengertian Informasi Akuntansi .................................................................................................. 6
2.2 Pengertian Informasi Akuntansi Manajemen .............................................................................. 6
2.3 Pembebanan Biaya...................................................................................................................... 9
2.4 Klasifikasi biaya ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
2.5 biaya dalam pembuatan keputusan ............................................................................................ 7
PENUTUP .................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................................... 16
3.2 Saran ............................................................................................................................................... 16
Pendahuluan
entitas secara sistematis dan relevan. Latar belakang masalah dalam konsep informasi
akuntansi seringkali berkaitan dengan berbagai tantangan dan pertimbangan yang harus
diatasi oleh para akuntan dan pengambil keputusan keuangan dalam menyediakan
kesulitan dalam analisis kinerja, metode klasifikasi yang berbeda, dan kebutuhan
pelaporan yang beragam. Klasifikasi biaya yang baik dan konsisten penting untuk
dan pengambilan keputusan yang lebih baik dalam pengelolaan sumber daya finansial.
operasional kepada berbagai entitas atau aktivitas dalam organisasi. Beberapa masalah
utama termasuk pengukuran kinerja yang relevan, variabilitas biaya, tujuan pelaporan
akuntansi dan manajemen. Untuk mengatasi tantangan ini, organisasi perlu merancang
sistem pembebanan biaya yang sesuai dengan tujuan mereka, mengelola kompleksitas
biaya dengan baik, mematuhi regulasi yang berlaku, dan menggunakan teknologi
dengan efektif untuk menghasilkan informasi yang berguna untuk pengambilan
globalisasi, teknologi informasi, tujuan manajemen yang beragam, standar dan metode
pengukuran yang berubah, sumber daya terbatas, dan kualitas data. Untuk mengatasi
tantangan ini, organisasi perlu memiliki sistem informasi akuntansi manajemen yang
efektif, adaptif, dan didasarkan pada data yang akurat untuk mendukung pengambilan
Berdasarkan latar belakang diatas maka kami memaparkan beberapa rumusan masalah
untuk makalah ini, yaitu:
1) Apa yang dimaksud dengan Konsep Informasi Akuntansi, Klasifikasi
Biaya, Pembebanan Biaya, dan Informasi Akuntansi Manajemen.
2)
1.3. Tujuan
Penulisan makalah ini berusaha menjawab rumusan masalah di atas. Untuk itu,tujuan
menginformasikan tentang posisi keuangan dan kinerja keuangan pada akhir suatu
periode akuntansi.
1) Pengertian Biaya
Biaya adalah nilai kas atau setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang
atau jasa yang diharapkan akan membawa manfaat bagi perusahaan baik sekarang
maupun di masa mendatang. Bagi industri manufaktur, dikorbankan berarti kas itu
digunakan untuk membayar harga bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
2) Objek Biaya
biaya suatu entitas. Contoh obyek biaya adalah: produk, pelanggan, departemen,
langsung (direct tracing), (2) pengusutan terhadap pemicu biaya (driver tracing),
• Pengusutan langsung:
melalui observasi pisik. Dengan observasi secara pisik dapat diketahui berapa
kayu untuk pembuatan sebuah meja dapat ditelusuri secara langsung berapa
meter papan yang dignakan dalam setiap meja. Kalau jumlah meter papan yang
dipakai sudah diketahui, maka biaya meja dapat dihitung dengan mengalikan
terjadinya suatu aktivitas. Misalnya, jam (waktu). Jam dapat digunakan untuk
tenaga kerja dapat dihitung dengan mengalikan jumlah jam yang digunakan
dengan tarif gaji per-jam. Jadi, jam kerja menjadi pemicu (driver) atau penyebab
jumlah biaya tenaga kerja dalam suatu produk. Hubungan tersebut dapat
Biaya yang ditentukan atas dasar alokasi, disebakan adanya hubungan antara
biaya dengan obyek biaya yang tidak jelas (tersamar). Karena hubungannya
tersamar, maka cara pembebanan biaya yang paling tepat ialah alokasi. Contoh,
produk dengan jumlah yang sama, yaitu masing-masing produk sejumlah $10.
biaya itu sendiri. Biaya ini dapat langsung dihubugkan dengan objek yg
dibiayai
• Biaya Variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah proposional dengan perubahan
volume kegiatan, akan tetapi jumlah per unitnya adalah tetap Contohnya
biaya bahan baku Rp.2.000,- untuk per unit produk jadi. Biaya bahan
unit.
• Biaya Tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap untuk satu periode tertentu dan per
• Biaya campuran
Ditinjau dari fungsi-fungsi yang ada pada perusahaan manufaktur, biaya dapat
penjualan.
Elemen biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhed pabrik. Bahan baku merupakan bahan yang
kertas. Biaya tenaga kerja lagsung merupakan biaya untuk upah para
tenaga kerja langsung. Elemen biaya overhed pabrik antara lain: biaya
tenaga kerja tidak langsung, biaya depresiasi mesin pabrik, PBB untuk
gedung pabrik.
yang dijual).
• Biaya Biaya bahan baku langsung (direct material ) yaitu bahan yang
digunakan untuk menghasilkan produk jadi, disebut bahan baku atau bahan
mentah, menjadi bagian tak terpisahkan dari produk jadi, dan dapat
kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. Biaya tenaga kerja
yang tidak dapat ditelusuri secara fisik dalam pembuatan produk disebut
• Biaya overhead pabrik seluruh biaya produksi yang tidak termasuk dalam
bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik
termasuk :
5. pajak properti
6. depresiasi
langsung dengan bahan baku langsung diebut biaya utama (prime cost).
pihak manajemen, dan bukan untuk pihak ekstern. Konsep biaya untuk
• Biaya Marjinal:
Biaya marjinal adalah agregat dari biaya variabel, yaitu biaya utama
jumlah pada setiap volume output tertentu dimana biaya agregat berubah jika
volume output ditambah atau dikurangi satu unit. Sistem biaya marginal
didasarkan pada sistem klasifikasi biaya menjadi tetap dan variabel. Biaya
tetap dikecualikan dan hanya biaya marjinal, yaitu biaya variabel yang
• Biaya Diferensial:
• Biaya Peluang:
strategi tertentu atau menggunakan sumber daya dengan cara tertentu. Ini
Ini mengacu pada biaya yang dihasilkan dari penggunaan atau penerapan
bahan, tenaga kerja atau fasilitas lain dengan cara tertentu yang telah hilang
Sumber daya (atau masukan) seperti manusia, bahan, pabrik dan mesin,
pengembalian asli dari alternatif yang ditinggalkan yang tidak lagi dapat
disewakan kepada suatu pihak dikosongkan untuk tujuan sendiri atau ruang
• Biaya Penggantian:
Biaya penggantian adalah biaya aset di pasar saat ini untuk tujuan
biaya pemeliharaan peralatan atau mesin yang sudah ada dan kapasitas
produksinya. Ini adalah biaya di pasar saat ini untuk mengganti aset.
itu berarti bahwa biaya yang akan dikeluarkan jika bahan atau aset itu akan
dibeli pada harga pasar saat ini dan bukan biaya yang sebenarnya dibeli
• Biaya Relevan:
Biaya relevan adalah biaya yang relevan untuk tujuan atau situasi tertentu.
Dalam hal ini, biaya yang diperhitungkan mirip dengan biaya peluang.
lebih akan dibiayai dari dana internal, perlu untuk memperhitungkan bunga
• Biaya yang Dapat Dihindari & Biaya yang Tidak Dapat Dihindari:
Biaya yang dapat dihindari adalah biaya yang dalam kondisi efisiensi kinerja
tertentu seharusnya tidak terjadi. Biaya yang merupakan biaya yang dapat
dihindari dan yang pada dasarnya tidak harus dikeluarkan, dalam batas atau
norma yang ditetapkan. biaya yang tidak dapat dihindari adalah biaya-biaya
terhindarkan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Oleh Kelompok 3 :
1. Saptono 2016120010
2. Enjelin Sahbdany Telaumbanua 2016120057
3. Luth Uyek 2016120039
4. Naurul Mutia Fadhila 2016120060
5. Ikhwal 2016120007
6. Imam Mausofi 2016120033
Manajemen 7F 1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Penentuan Titik Impas dan
Target Laba.
Penulisan Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
perbaikan makalah ini diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sebagai bahan masukan untuk menghasilkan makalah yang lebih baik di
masa yang akan datang.
Dalam penyelesaian makalah ini banyak pihak yang turut membantu
berupa semangat dan doa yang sangat mendukung. Oleh karna itu, dengan
kerendahan hati, rasa syukur dan terimakasih yang sebesar-besarnya disampaikan
kepada:
Penulis
Manajemen 7F 2
DAFTAR ISI
Manajemen 7F 3
2.5 Ciri – ciri Hukum .............................................................................12
Manajemen 7F 4
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen 7F 5
1.3.2 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut :
Manajemen 7F 6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Titik Impas dan Taget Laba
2.1.1 Titik Impas (Break even point)
Manajemen 7F 7
2.2 Manfaat Penentuan Titik Impas dan Target Laba
2.2.1 Manfaat Penentuan Titik Impas
➢ Alat perencanaan untuk menghasilkan laba.
➢ Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume
penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh
laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
➢ Untuk mengetahui hubungan volume penjualan yang diproduksi,
harga jual dan biaya-biaya yang dikeluarkan, sehingga laba rugi
perusahaan akan diketahui.
➢ Untuk mengetahui jumlah penjualan minimum (dalam unit produk
maupun satuan uang) agar perusahaan tidak menderita rugi.
➢ Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.
➢ Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah
dibaca dan dimengerti.
➢ Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga jual.
Manajemen 7F 8
menarik pelanggan untuk tetap setia pada produksi baru perusahaan
di masa mendatang.
➢ Membantu Pencapaian Target Keuntungan
Target Laba juga menjadi poin penting yang bisa membantu
menjamin estimasi perusahaan atas produk tertentu. Adanya target
costing juga bisa digunakan untuk meninjau kesehatan finansial
perusahaan sehingga kesuksesan peluncuran produk baru atau
perusahaan secara keseluruhan.
Manajemen 7F 9
▪ Keterangan:
y = laba
c = harga jual persatuan
x = jumlah produk yang dijual
b = biaya variabel persatuan
a = biaya tetap
Adapun rumus Break Even Point (BEP) dengan metode
persamaan adalah sebagai berikut:
Manajemen 7F 10
Rumus BEP Metode Kontribusi dalam Unit
c) Menurut Simamora (2012:173) Grafis titik impas (BEP)
mempunyai beberapa hal penting yaitu selama harga jual melebihi
biaya variabel (margin kontribusinnya positif), maka penjualan
yang lebih banyak akan menguntungkan perusahaan, baik dengan
meningkatkan laba ataupun mengurangi kerugian.
Manajemen 7F 11
Grafik atau Kurva Titik Impas - Break Even Point (BEP)
Keterangan:
Manajemen 7F 12
garis total biaya merupakan daerah laba, karena pendapatan
penjualan lebih tinggi dari total biaya.
Manajemen 7F 13
2.3.4 Cara Menghitung Target Laba
Manajemen 7F 14
Target Laba = 5.000.000 + 10.000.000 = 7.500
2.000
Maka, perusahaan XYZ perlu menjual sebanyak 7,500 unit produk untuk
mencapai target laba mereka.
a. Alokasi Sumber Daya yang Efisien: Dengan memahami kontribusi relatif dari
setiap produk terhadap laba perusahaan, perusahaan dapat mengalokasikan
Manajemen 7F 15
sumber daya secara efisien. Produk yang lebih menguntungkan dapat menerima
lebih banyak investasi.
Manajemen 7F 16
2.5.2. Analisis Rasio Keuangan dalam Menghadapi Ketidakpastian
Manajemen 7F 17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Hukum bisnis yaitu suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tentang
tata cara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industry atau keuangan yang
dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan
menempatkan uang dari para entrepreneur dalam resiko tertentu dengan usaha
tertentu untuk mendapatkan keuntungan tertentu
Dalam kegiatan-kegiatan bisnis, hukum jelas diperlukan demi kepentingan Para
pihak Agar terwujud watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang
berkeadilan, wajar, sehat dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian hukum). Dan
hukum bisnis tersebut harus diketahui/dipelajari oleh pelaku bisnis sehingga
bisnisnya berjalan sesuai dengan koridor hukum dan tidak mempraktikkan bisnis
yang bisa merugikan masyarakat luas (monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat).
Menentukan target laba adalah langkah penting dalam perencanaan
keuangan dan manajemen bisnis. Ini membantu perusahaan untuk fokus pada
tujuan keuangan mereka dan mengambil langkah-langkah strategis untuk
mencapainya. Dengan pemahaman yang baik tentang biaya, harga jual, dan
margin kontribusi, perusahaan dapat menghitung target laba dan mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mencapainya. Oleh karena itu, setiap perusahaan
yang serius perlu mempertimbangkan dan menggunakan konsep ini dalam
pengelolaan operasionalnya.
Analisis rasio keuangan adalah alat yang sangat penting dalam pengelolaan
bisnis dalam lingkungan yang penuh ketidakpastian. Rasio keuangan membantu
perusahaan dalam memahami risiko keuangan, mengidentifikasi masalah
potensial, dan mengambil keputusan yang lebih baik. Dengan memahami konsep
analisis rasio keuangan dan menggunakannya dengan bijak, perusahaan dapat
meningkatkan kemampuannya untuk bertahan dan berkembang dalam kondisi
bisnis yang tidak pasti. Analisis multi-produk adalah alat yang penting dalam
manajemen bisnis yang membantu perusahaan dalam memahami kinerja relatif
dari berbagai produk atau layanan yang ditawarkan. Dengan memahami kekuatan
dan kelemahan masing-masing produk, perusahaan dapat mengambil keputusan
yang lebih baik tentang pengembangan, alokasi sumber daya, dan strategi
pemasaran. Analisis ini memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan
profitabilitas dan pertumbuhan bisnisnya secara keseluruhan. Oleh karena itu,
setiap perusahaan yang memiliki berbagai produk harus mempertimbangkan
melakukan analisis multi-produk secara rutin.
3.2 SARAN
Manajemen 7F 18
Dalam semua kegiatan bisnis, semestinya semua pelaku-pelaku bisnis telah
menguasai aturan-aturan yang mengatur tentang kegiatan bisnis tersebut atau yang
dinamakan dengan hukum bisnis dan juga harus memahami manfaat dan tujuan
dari hukum bisnis itu sendiri demi terwujudnya hak dan kewajiban para pihak
secara hukum ataupun dalam koridor hukum yang berlaku
Manajemen 7F 19
DAFTAR PUSTAKA
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-manado/analisa-
laporan-keuangan/makalah-analisis-titik-impas/49132006
https://www.kajianpustaka.com/2017/11/analisis-dan-metode-perhitungan-
break-even-point.html
“http://tiarramon.wordpress.com/2009/05/26/hukum-bisnis/#comments”,
diakses tanggal 15 Desember 2015
Manajemen 7F 20
MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN
Disusun Oleh:
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akuntansi Manajemen. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Merida, M.Ak. selaku dosen mata kuliah Akuntansi
Manajemen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun daripada saudara sekalian kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah Perusahaan, biaya digunakan untuk menentukan harga
pokok penjualan dan nilai persediaan akhir. Biaya – biaya ini penting dalam
menyiapkan Laporan Keuangan Eksternal. Dalam hal ini, semua biaya
Perusahaan dimasukkan dalam satu dari tiga kategori berikut : Produksi atau
Manufaktur (dalam Akun Harga Pokok Penjualan), biaya pemasaran, dan
biaya administrasi. Pengaturan ini cocok untuk Pelaporan Eksternal, bahkan
pelaporan tersebut diwajibkan. Akan tetapi, pengelompokkan fungsional sama
sekali tidak membantu penganggaran, pengendalian, dan pengembalian
keputusan. Untuk tujuan-tujuan ini, kita perlu memahami perilaku biaya.
Perilaku biaya (cost behaviour) adalah istilah umum untuk
mendeskripsikan apakah biaya berubah seiring dengan perubahan keluaran.
Biaya-biaya bereaksi pada perubahan keluaran dengan berbagai cara.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah jenis – jenis perilaku biaya?
2. Apa sajakah sumber daya, dan perilaku biaya?
3. Bagaimana metode untuk memisahkan biaya campuran menjadi komponen
tetap dan variabel?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui jenis – jenis perilaku biaya
2. Untuk mngetahui apa sajakah sumber daya, dan perilaku Biaya
3. Untuk mengetahui metode untuk memisahkan biaya campuran menjadi
komponen tetap dan variabel
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perilaku Biaya
2
produksi belum penuh, cukup biaya variabel saja yang perlu dipertimbangkan
dalam pengambilan keputusan terkait pesanan khusus. Sebaliknya, jika
kapasitas produksi penuh, baik biaya variabel maupun biaya tetap akan
bertambah saat pesanan khusus tersebut diterima. Oleh karena itu, saat
kapasitas produksi penuh, kedua jenis biaya tersebut perlu dipertimbangkan
dalam pengambilan keputusan terkait pesanan khusus.
3
kain adalah biaya variabel. Pada setiap 1 unit baju membutuhkan 1 meter kain
dengan biaya Rp 10.000 per meter.
Gambar 1
Gambar 2
4
biaya bahan bakunya adalah Rp 3.000.000 (300 meter x Rp 10.000). Simulasi
perhitungan biaya variabel ini tampak pada gambar 2.
Berdasarkan gambar 2 di atas sdapat diketahui jika jumlah produksi baju
100 maka total biaya bahan baku Rp 1.000.000. Jika jumlah produksi baju 200
maka total biaya bahan baku Rp 2.000.000. Jika jumlah produksi baju 300
maka total biaya bahan baku Rp 3.000.000. Perubahan aktivitas (jumlah
produksi) diikuti oleh perubahan total biaya bahan baku. Sesuai dengan definisi
biaya variabel, perubahan aktivitas secara proporsional berpengaruh pada biaya
variabel total. Di sisi lain, perubahan aktivitas (jumlah produk) tidak diikuti
perubahan biaya variabel per unit. Berapa pun produksi baju, biaya variabel per
unit adalah Rp 10.000. Sesuai definisi biaya variabel, perubahan aktivitas tidak
berpengaruh pada biaya variabel per unit.
Biaya variabel dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Biaya variabel teknis (engineered variable cost)
Biaya variabel teknis adalah biaya variabel yang memiliki hubungan
teknis yang nyata dengan aktivitas yang mengonsumsi biaya tersebut.
Pada umumnya, biayavariabel adalah biaya variabel teknis. Biaya tenaga
kerja langsung memiliki hubungan teknis yang nyata dengan tenaga
buruh yang telah mengorbanan tenaga dan mentalnya. Biaya bahan baku
memiliki hubungan teknis yang nyata dengan bahan baku yang digunakan
untuk produksi. Biaya pemakaian listrik memiliki hubungan teknis yang
nyata dengan listrik yang dipakai.
2) Biaya variabel diskresioner (discretionary variable cost)
Biaya variabel diskresioner adalah biaya variabel yang tidak memiliki
hubungan teknis yang nyata dengan aktivitas yang mengonsumsi biaya
tersebut. Biaya ini dikategorikan sebagai biaya variabel karena diskresi
manajemen. Misalnya, manajemen membuat kebijakan bahwa biaya iklan
ditentukan sebesar 4 persen dari penjualan. Biaya iklan ini menjadi biaya
variabel sebesar 4 persen dari penjualan akibat kebijakan manajemen,
5
bukan karena iklan memiliki hubungan teknis dengan penjualan. Apabila
kebijakan perusahaan berubah, maka biaya iklan ini mungkin tidak lagi
menjadi biaya variabel.
2. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang jumlah totalnya tidak terpengaruh
oleh tingkat aktivitas dalam kisaran relevan (relevant range) tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa:
1) Jumlah biaya tetap total tidak berubah dalam kisaran relevan tertentu meski
tingkat aktivitas berubah
2) Biaya tetap per unit berubah dengan berubahnya tingkat aktivitas.
Pengidentifikasian suatu biaya sebagai biaya tetap tidak membutuhkan
penjelasan dimana biaya tersebut terjadi.
Berikut tipikal jenis biaya tetap, baik untuk perusahaan jasa, dagang, maupun
manufaktur:
1) Biaya depresiasi peralatan
2) Biaya depresiasi bangunan
3) Biaya abonemen listrik
4) Biaya gaji pokok pegawai
5) Biaya gaji mandor pabrik
Gambar 3
6
memproduksi 100 baju, 200 baju, atau bahkan 300 baju. Ilustrasi biaya tetap
dapat dilihat lebih jelas pada gambar 3.
Berdasarkan gambar 3, perubahan aktivitas (jumlah produksi) tidak diikuti
oleh perubahan biaya tetap total (gaji mandor produksi). Hal tersebut sesuai
dengan definisi biaya tetap bahwa perubahan aktivitas tidak menyebabkan
perubahan biaya tetap total. Sebaliknya, perubahan aktivitas (jumlah produk)
akan menyebabkan perubahan biaya tetap per unit.
Apabila jumlah produksi baju 100 baju, gaji mandor per unit adalah Rp
15.000 (Rp 15.000 : 100 unit); apabila jumlah produksi baju 200 baju, gaji
mandor per unit adalah Rp 7.500 (Rp 15.000 : 200 unit); jumlah produksi baju
300 baju, gaji mandor per unit adalah Rp 5.000 (Rp 15.000 : 300 unit). Semakin
tinggi tingkat aktivitas maka semakin rendah biaya tetap per unit. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat aktivitas maka semakin tinggi biaya per unit.
Biaya tetap dikategorikan menjadi:
1) Biaya tetap terikat (comitted fixed cost)
Biaya tetap terikat adalah biaya yang muncul karena keputusan investasi
pada fasilitas, peralatan, banguanan, dan investasi aset tetap lainnya yang tidak
dapat diubah secara signifikan dalam jangka pendek tanpa melakukan
perubahan fundamental. Keputusan perusahaan untuk pengadaan peralatan,
bangunan, dan investasi lain merupakan keputusan yang berdampak panjang
bagi perusahaan. Sekali keputusan ini dilakukan maka biaya yang dikeluarkan
untuk keputusan tersebut tidak akan berubah dalam jangka pendek.
7
keputusan sudah dilakukan, maka biaya ini tidak mungkin dapat berubah dalam
jangka pendek. Perubahan terhadap biaya tetap terikat dapat terjadi saat
perusahaan melakukan perubahan besar. Misalnya, apabila perusahaan menjual
mesin yang sudah digunakan, maka biaya tetap terikat berupa depresiasi dapat
berubah.
8
pengembangan ini termasuk kategori biaya tetap diskresioner karena jumlah
sebesar Rp 100 juta tidak bervariasi sesuai dengan tingkat aktivitas bisnis
perusahaan dan ditentukan berdasarkan kebijakan manajemen.
Ada dua perbedaan mendasar antara biaya tetap terikat dengan biaya
tetap diskrisioner. Berikut dijelaskan kedua perbedaan tersebut.
9
merupakan aktivitas dan unit penjualan merupakan pemicu biaya. Berikut
contoh untuk memperjelas penggambaran mengenai biaya campuran. Amir
adalah seorang tenaga penjual. Ia mendapatkan gaji pokok bulanan sebesar Rp
100.000 ditambah 5 persen dari penjualan bersih. Pada bulan tertentu, Amir
berhasil menjual sebesar Rp 150.000 [Rp 100.000 + ( 5% x Rp 1.000.000)].
Jika bulan berikutnya Amir berhasil menjual sebesar Rp 2.000.000, maka
penghasilan Amir menjadi Rp 200.000 [Rp 100.000 + (5% x Rp 2.000.000)].
Berapa pun penjualan yang dilakukan, Amir tetap mendapat gaji pokok
Rp 100.000. Jumlah tersebut termasuk kategori biaya tetap. Sedangkan
tambahan penghasilan sebesar 5 persen dari penjualan bersih termasuk biaya
variabel.
Biaya listrik memiliki perilaku yang sama dengan biaya tenaga penjual di
atas. Aktivitasnya menyediakan listrik sedangkan pemicu biayanya adalah kwh
listrik. Tanpa mempertimbangkan pemakaian kwh listrik, perusahaan
membayar abnomen bulanan, misalnya Rp 200.000. Jumlah tersebut termasuk
biaya tetap. Apabila perusahaan memakai listrik, maka perusahaan membayar,
misalnya Rp 1.000 per kwh. Pada bulanan tertentu perusahaan menggunakan
100 kwh, maka biaya listrik pada bulan tersebut adalah Rp 300.000
[Rp200.000+ (Rp 1.000 x 100 kwh)]. Apabila bulan berikutnya perusahaan
menggunakan 200 kwh, maka biaya listrik pada bulan tersebut adalah
Rp400.000 [Rp 200.000+ (Rp 1.000 x 200 kwh)]. Pembayaran pemakaian
listrik sebesar Rp 1.000 per kwh ini mencerminkan biaya variabel. Adanya
unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel menjadikan biaya listrik
dikategorikan sebagai biaya campuran.
10
peralatan. Apabila perusahaan memperoleh sumber daya, berarti bahwa
perusahaan memperoleh kemampuan atau kapasitas untuk melakukan
akivitas. Kapasitas aktivitas yang diperoleh perusahaan disesuaikan dengan
tingkat aktivitas yang dilakukan.
1. Sumber daya fleksibel (flexible resource) adalah sumber daya yang diperoleh
saat diperlukan dan tidak membutuhkan komitmen jangka panjang. Hal ini
berarti bahwa perusahaan memperoleh sumber daya hanya sebesar yang
diperlukan dan tidak memperolehnya saat tidak diperlukan. Apabila sumber
daya yang diperoleh lebih besar dari sumber daya yang dibutuhkan, maka ada
kapasitas yang tidak digunakan. Misalnya, kebutuhan bahan bakunya adalah Rp
2.000.000, sementara bahan baku yang digunakan adalah Rp 1.800.000, maka
ada kapasitas yang tidak digunakan (persediaan bahan baku) sebesar Rp
200.000.
Biaya untuk memperoleh sumber daya fleksibel, umumnya dikategorikan
sebagai biaya variabel. Terkait dengan just in time (JIT), pengkategorian
tersebut tepat. Namun untuk kasus tertentu, misalnya ada kapasitas yang tidak
terpakai dan terjadi dalam jangka panjang, maka pengkategorian tersebut
menjadi kurang tepat. Oleh karena itu, bila kapasitas yang tidak digunakan
tersebut tidak berjangka lama, maka sumber daya ini masih dapat dikategorikan
sebagai biaya variabel.
2. Sumber daya terikat (commited resource) adalah sumber daya yang diperoleh di
muka tanpa mempertimbangkan apakah sumber daya yang tersedia tersebut
sepenuhnya habis digunakan atau tidak. Sebuah kendaraan dibeli sekarang
dengan biaya Rp 200 juta. Sumber daya yang tersedia ini tidak sepenuhnya
habis digunakan pada tahun dibeli dan masih dapat digunakan pada tahun-
tahun berikutnya. Kendaraan ini termasuk kategori sumber daya terikat.
Pengadaan sumber daya jangka panjang ini biasanya dilakukan dalam
rangka menjamin keberlangsungan operasi perusahaan. Pembelian mesin pabrik
dimaksudkan agar sumber daya ini tersedia bagi perusahaan untuk berproduksi
11
selama beberapa tahun ke depan. Oleh karena sumber daya terikat
menggambarkan kapasitas berjangka waktu panjang, maka sumber daya
inisering kali dikategorikan sebagai biaya tetap. Terkait dengan komitmen
manajer dalam pembuatan keputusan jangka panjang
12
menggunakan pengalaman terdahulu yang berkaitan dengan perilaku biaya.
Kelemahan metode ini adalah tidak ada kriteria objektif untuk memilih garis
terbaik.
2. Metode titik tertinggi dan terendah (highest and lowest point method)
Metode tinggi-rendah adalah suatu metode untuk menentukan persamaan
suatu garis lurus dengan terlebih dahulu memilih dua titik (titik tinggi dan
rendah) yang akan digunakan untuk menghitung parameter perpotongan dan
kemiringan. Titik tinggi didefinisikan sebagai titik dengan tingkat keluaran atau
aktivitas tertinggi. Adapun titik rendah didefinisikan sebagai titik dengan
tingkat keluaran atau aktivitas terendah. Titik tinggi dan rendah ditentukan oleh
jumlah tinggi dan rendah dari variabel bebas.
Berikut ini adalah tahapan mengestimasi unsur variabel dan tetap dengan
metode titik tetinggi dan terendah.
- Menyusun data aktivitas dan biaya historis yang terjadi dalam berbagai
periode pengamatan.
- Identifikasi aktivitas tetinggi dan biaya aktivitas tertinggi, identifikasi
aktivitas terendah dan aktivitas terendah.
- Menentukan biaya variabel. Biaya variabel merupakan pembagian
perubahan biaya aktivitas (perbedaan biaya antara biaya aktivitas tertinggi
dengan biaya aktivitas terendah) dengan perubahan aktivitas (perbedaan
antara aktivitas tetinggi dengan aktivitas terendah).
Biaya variabel = Biaya aktivitas tertinggi (Y2) - Biaya aktivitas terendah
(Y1) / Aktivitas tertinggi (X2) - Aktivitas terendah (X1)
Biaya variabel = Perubahan biaya / Perubahan aktivitas = Y2 – Y1 / X2 -
X1
- Menentukan biaya tetap. Biaya tetap merupakan selisih antara biaya titik
tertinggi dan biaya hasil perkalian tarif biaya variabel dengan aktivitas
13
tertinggi, atau selisih antara biaya titik terendah dan hasil perkalian tarif
biaya variabel dengan aktivitas terendah.
Persamaan untuk penentuan biaya variabel per unit dan biaya tetap adalah
sebagai berikut:
Contoh: titik tertinggi biaya 3.750 ketika persiapan 500 jam digunakan.
Titik terendah biaya 1.000 ketika persiapan 100 jam.
14
Berikut ini adalah tahapan menganalisis unsur variabel dan tetap
dari biaya campuran dengan metode regresi kuadrat kterkecil.
- Menyusun data aktivitas dan biaya historis yang terjadi dalam berbagai
periode pengamatan.
- Menentukan biaya variabel
- Menentukan biaya tetap
Kedekatan setiap titik pada garis dapat diukur dengan jarak vertikal titik dari
garis. Jarak vertikal ini adalah perbedaan antara biaya aktual dengan biaya yang
diprediksi oleh garis. Untuk titik 5, biaya yang diprediksi adalah 5%, dan deviasinya
adalah jarak antara titik 5 dan 5% (jarak dari titik ke garis). Metode kuadrat terkecil
(method of least squares) pertama-tama mengkuadratkan setiap deviasi dan kemudian
menjumlahkan deviasi yang dikuadratkan tersebut sebagai ukuran kedekatan
keseluruhan. Pengkuadratan deviasi ini menghindari masalah yang disebabkan oleh
bauran angka positif dan negatif. Oleh karena ukuran kedekatan adalah jumlah
deviasi kuadrat titik-titik dari garis, maka semakin kecil ukurannya, akan semakin
baik garisnya. Garis yang lebih mendekati titik dibanding garis lainnya disebut garis
kesesuaian terbaik, yaitu garis dengan jumlah kuadrat deviasi terkecil.3
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ada tiga metode yang digunakan secara luas untuk memisahkan campuran
menjadi komponen tetap dan variabel, yaitu metode tinggi-rendah, scatterplot dan
metode kuadrat terkecil. Setiap metode menggunakan asumsi hubungan biaya linier
16
DAFTAR PUSTAKA
17
BAB I
PENDAHULUAN
demikian, pihak manajemen pun akan lebih siap dalam mengelola dan melakukan fungsi
pengaturan di perusahaan.
Dalam Akuntasi Manajemen perusahaan dapat menentukan harga jual dan harga
transfer yang akan digunakan oleh perusahaan, menentukan harga jual dan harga
transfer penting karena Salah satu tujuan melakukan strategi penetapan harga adalah
PEMBAHASAN
A. Harga Jual
Harga jual yaitu taksiran biaya non produksi dibagi jumlah produk yang dihasilkan
ditambah laba per unit produk yang dihasilkan (Mulyadi, 1992:72). Penentuan harga jual
yang dilakukan oleh manajemen berhubungan dengan dua hal penting yaitu hal kebijakan
penentuan harga jual (pricing policies) dan hal keputusan harga jual (pricing decisions).
Kebijakan penentuan harga jual merupakan pernyataan sikap manajemen dalam proses
penentuan harga jual produk dan jasa yang dilakukan dengan menetapkan faktor-faktor
Keputusan penentuan harga jual biasanya harus dibuat secara berulang dalam
periode waktu tertentu, karena harga jual dipengaruhi oleh perubahan lingkungan
eksternal dan internal perusahaan. Perubahan harga jual bertujuan agar harga jual yang
baru dapat mencerminkan biaya saat ini (current cost) atau mungkin biaya masa yang
akan datang (future cost), kondisi pasar, reaksi pesaing, laba atau return yang diinginkan
dan sebagainya. Dalam jangka panjang harga jual yang ditentukan harus dapat
menghasilkan pendapatan masa depan yang cukup untuk semua biaya masa
a. Permintaan konsumen
b. Selera konsumen
c. Jumlah pesaing
e. Biaya
mempengaruhi pembentukan harga jual produk atau jasa di pasar. Satu- satunya faktor
yang memiliki kepastian relatif tinggi berpengaruh dalam menentuan harga jual adalah
biaya.
Dalam keadaan normal, manajer penentu harga jual memerlukan informasi biaya
penuh untuk masa yang akan datang sebagai dasar penentuan harga jual produk
atau jasa. Metode ini sering juga disebut dengan metode cost-plus pricing karena
harga jual ditentukan dengan menambah biaya masa yang akan datang dengan
formula tertentu. Harga jual produk atau jasa dalam keadaan normal ditentukan
harga jual, yaitu taksiran biaya penuh dan laba yang diharapkan perusahaan.
Cost-type contract merupakan kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak
pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada
total biaya yang sesungguhnya dikerluarkan oleh produsen ditambah dengan laba
yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya tersebut.
Dalam metode ini, harga jual yang dibebankan kepada pelanggan dihitung
Pesanan khusus adalah pesanan yang diterima oleh perusahaan di luar pesanan
meminta harga di bawah harga jual normal, bahkan seringkali harga yang diminta
oleh pelanggan berada di bawah biaya penuh karena biasanya pesanan khusus
landasan penentuan harga jual. Jika harga yang diminta oleh pemesan (harga jual
pesanan khusus) lebih besar dari biaya diferensial yang berupa biaya variabel
sebagai landasan penentuan harga jual pesanan khusus dapat pula terdiri dari
biaya variabel dan biaya tetap, manakala pesanan khusus diperkirakan
B. Harga Transfer
dilakukan oleh perusahaan untuk transaksi barang dan jasa ataupun transaksi finansial.
Harga transfer merupakan harga jual khusus yang digunakan dalam transaksi antar divisi
Terdapat tiga poin utama yang harus ditekankan dalam memahami harga transfer
1) Pertama, transfer pricing yang ditetapkan antar setiap divisi, anak perusahaan,
ataupun perusahaan lain yang ada di dalam satu payung besar perusahaan yang
sama lainnya memiliki nilai yang sama, tergantung dari harga pasar.
2) Kedua, harga transfer berperan penting dalam mengurangi beban pajak pada
perusahaan besar yang menaungi semua anak perusahaan ataupun afiliasi lain
3) Ketiga, perusahaan multinasional yang memiliki kantor cabang di negara lain akan
menetapkan transfer pricing uang lebih tinggi pada negara yang menetapkan
pajak tinggi. Sebaliknya, perusahaan akan menerapkan transfer pricing uang lebih
rendah.
masih berada di dalam pemilik atau kontrol yang sama. Harga transfer ini berlaku untuk
transaksi lokal ataupun transaksi antar negara, dengan catatan masih berada di dalam
satu perusahaan yang sama. Nilai transfer pricing ini akan sangat bergantung dari harga
Harga transfer tidak hanya berlaku untuk barang yang memiliki bentuk atau wujud
saja, tapi juga untuk jasa serta properti intelektual. Beberapa hal yang masuk ke dalam
properti intelektual adalah riset, hak paten, dan juga royalti. Comparable Uncontrolled
Price Metode Perbandingan Harga antara Pihak yang tidak mempunyai Hubungan
Transfer yang dilakukan dengan membandingkan harga dalam transaksi yang dilakukan
antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan harga barang atau jasa
dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan
Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Perbandingan Harga antara pihak
lain adalah: Barang atau jasa yang ditransaksikan memiliki karakteristik yang identik
Istimewa dengan pihak-pihak yang tidak memiliki Hubungan Istimewa Identik atau
memiliki tingkat kesebandingan yang tinggi atau dapat dilakukan penyesuaian yang
transaksi suatu produk yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan
Istimewa dengan harga jual kembali produk tersebut setelah dikurangi laba kotor wajar,
yang mencerminkan fungsi, aset dan risiko, atas penjualan kembali produk tersebut
kepada pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau penjualan kembali
Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price
Tingkat kesebandingan yang tinggi antara transaksi antara Wajib Pajak yang
mempunyai Hubungan Istimewa dengan transaksi antara Wajib Pajak yang tidak
analisis fungsi, meskipun barang atau jasa yang diperjualbelikan berbeda; dan Pihak
penjual kembali (reseller) tidak memberikan nilai tambah yang signifikan atas barang atau
Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method) adalah metode Penentuan Harga Transfer
yang dilakukan dengan menambahkan tingkat laba kotor wajar yang diperoleh
perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan lain dari transaksi
sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa pada harga pokok
penjualan yang telah sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha.
Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method) antara
lain adalah: Barang setengah jadi dijual kepada pihak-pihak yang mempunyai Hubungan
agreement) atau kontrak jual-beli jangka panjang (long term buy and supply agreement)
antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa; atau bentuk transaksi adalah
penyediaan jasa.
Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM) adalah metode Penentuan Harga
dilakukan dengan mengidentifikasi laba gabungan atas transaksi afiliasi yang akan dibagi
dasar yang dapat diterima secara ekonomi yang memberikan perkiraan pembagian laba
yang selayaknya akan terjadi dan akan tercermin dari kesepakatan antar pihak-pihak
(Contribution Profit Split Method) atau Metode Sisa Pembagian Laba (Residual Profit Split
Method).
Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM) secara khusus hanya dapat
satu sama lain sehingga tidak dimungkinkan untuk dilakukan kajian secara terpisah; atau
Terdapat barang tidak berwujud yang unik antara pihak-pihak yang bertransaksi yang
laba bersih operasi terhadap biaya, terhadap penjualan, terhadap aktiva, atau terhadap
dasar lainnya atas transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa
dengan presentasi laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding dengan
pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau persentase laba bersih
operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding yang dilakukan oleh pihak yang tidak
(Transactional Net Margin Method/TNMM) antara lain adalah: Salah satu pihak dalam
transaksi Hubungan Istimewa melakukan kontribusi yang khusus; atau salah satu pihak
dalam transaksi Hubungan Istimewa melakukan transaksi yang kompleks dan memiliki
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transfer pricing didefinisikan sebagai nilai atau harga jual khusus yang dipakai
dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual (selling
division) dan biaya divisi pembeli (buying division). Transfer pricing hanya dilakukan
oleh perusahaan semata-mata hanya untuk menilai kinerja antar anggota atau divisi
perusahaan yaitu untuk meningkatkan daya saing perusahaan anak yaitu dengan
memperbaiki akses perusahaan anak ke dalam pasar modal lokal, laba dan posisi
keuangan bisa dinaikkan dengan menetapkan harga yang rendah bagi transfer input
kepada perusahaan anak tersebut dan harga transfer yang tinggi bagi ouputnya.
sering juga dipakai untuk manajemen pajak yaitu sebuah usaha untuk meminimalkan
B. Penutup
Daftar Pustaka
https://pajak.io/blog/metode-transfer-pricing-yang-perlu-diketahui/
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-mengenal-metode-penetapan-harga-cost-plus-pricing
ANALISIS PROFITABLITIAS PELANGGAN, ACTIVITY BASED COSTING
BIAYA SESUNGGUHNYA DAN BIAYA NORMAL
Disusun Oleh:
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perpajakan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Merida, M.Ak. selaku dosen mata kuliah Perpajakan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun daripada saudara sekalian kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek penting damanajemen bisnis yang membantu perusahaan memahami
cara menganalisis profitabilitas pelanggan dan mengelola biaya produksi
produk atau penyediaan jasa serta mengetahui biaya yang akan dikeluarkan.
Analisis profitabilitas pelanggan adalah pendekatan yang penting dalam
manajemen bisnis modern. Dalam era persaingan yang semakin ketat,
perusahaan perlu memahami kontribusi masing-masing pelanggan terhadap
keuntungan mereka
Activity Based Costing (ABC). ABC adalah model akuntansi biaya yang
berfokus pada alokasi biaya overhead berdasarkan aktivitas yang terkait dengan
produk dan jasa.
Analisis profitabilitas pelanggan adalah pendekatan yang penting dalam
manajemen bisnis modern. Dalam era persaingan yang semakin ketat,
perusahaan perlu memahami kontribusi masing-masing pelanggan terhadap
keuntungan mereka. Dalam makalah ini, kita akan membahas konsep analisis
profitabilitas pelanggan dan komponen-komponennya yang penting.
Dua jenis biaya yang penting untuk dipahami, yaitu Biaya Normal dan
Biaya Sesungguhnya. Biaya Normal mencerminkan perkiraan biaya yang telah
direncanakan sebelumnya, sementara Biaya Sesungguhnya adalah biaya yang
terjadi berdasarkan situasi aktual.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan analisis profitabilitas pelanggan?
2. Komponen apa saja yang penting dalam analisis profitablititas pelanggan?
3. Bagaimana metode perhitungan analisis profitabilitas?
4. Apakah yang di maksud dengan activity based costing?
5. Apakah keunggulan activity based costing
1
6. Mengapa ada undercosting dan overcosting dalam abc?
7. Apa saja manfaat activity based costing
8. Apakah yang dimaksud dengan biaya sesungguhnya dan biaya normal?
9. Apa saja Perbandingan biaya sesungguhnya dan biaya normal
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang analisis profitabilitas pelanggan
2. Untuk mngetahui tentang activity based costing
3. Untuk mengetahui biaya sesungguhnya dan biaya normal
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pendapatan yang dikontribusikan oleh setiap individu. Dengan memahami
perbedaan ini, perusahaan dapat merinci pendapatan yang dihasilkan oleh
setiap pelanggan, memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi pelanggan
yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan keseluruhan.
2. Biaya yang terkain pelanggan
Komponen kedua dalam analisis profitabilitas pelanggan adalah biaya
yang terkait dengan pelanggan. Ini mencakup semua biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk mempertahankan dan melayani pelanggan tertentu.
Biaya-biaya ini dapat sangat bervariasi tergantung pada industri, ukuran
bisnis, dan kompleksitas layanan yang diberikan.
Biaya yang terkait dengan pelanggan bisa mencakup biaya pemasaran
untuk menarik pelanggan baru, biaya layanan pelanggan, biaya pengiriman
produk, biaya pemeliharaan akun pelanggan, dan berbagai biaya operasional
terkait lainnya.
Dalam analisis ini, penting untuk mengidentifikasi dan menghitung
semua biaya yang berkaitan dengan masing-masing pelanggan dengan
seakurat mungkin. Hal ini akan membantu perusahaan dalam mengukur
dengan tepat seberapa besar biaya yang diperlukan untuk menjaga
hubungan dengan pelanggan tertentu.
3. Laba bersih dari pelanggan
Laba bersih dari pelanggan adalah hasil akhir yang sangat penting
dalam analisis profitabilitas pelanggan. Laba bersih ini dihitung dengan
mengurangkan total biaya yang terkait dengan pelanggan dari pendapatan
yang diterima dari pelanggan tersebut.
Dalam esensi, laba bersih mencerminkan seberapa besar margin
keuntungan yang dapat perusahaan pertahankan setelah mengeluarkan semua
biaya terkait dengan melayani pelanggan tersebut. Laba bersih ini adalah
indikator langsung seberapa menguntungkannya pelanggan tertentu bagi
bisnis Anda. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang laba bersih
4
dari masing-masing pelanggan, perusahaan dapat mengambil langkah-
langkah yang lebih terinformasi untuk memaksimalkan profitabilitas dan
fokus pada pelanggan yang paling menguntungkan.
C. Metode Perhitungan Analisis Profitablitas Pelanggan
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung analisis
profitabilitas pelanggan, tetapi salah satu metode umum yang digunakan
adalah menghitung menggunakan Margin Kontribusi Pelanggan. Berikut
adalah rumusnya:
Margin Kontribusi Pelanggan = (Pendapatan Kotor dari Pelanggan - Biaya
Langsung yang Terkait dengan Pelanggan)
Pendapatan Kotor dari Pelanggan adalah total pendapatan yang
diterima dari pelanggan tertentu, sedangkan Biaya Langsung yang Terkait
dengan Pelanggan adalah biaya-biaya langsung yang dikeluarkan untuk
melayani pelanggan tersebut. Contoh biaya langsung termasuk biaya produksi,
biaya distribusi, dan biaya dukungan pelanggan yang langsung terkait dengan
pelanggan tersebut.
Dengan menggunakan Margin Kontribusi Pelanggan, Anda dapat
menilai sejauh mana pendapatan dari pelanggan tersebut dapat menutupi biaya
langsung yang terkait dengannya dan berkontribusi terhadap profitabilitas
keseluruhan perusahaan. Semakin tinggi Margin Kontribusi Pelanggan,
semakin profitabel pelanggan tersebut bagi perusahaan.
Baik, mari kita lihat contoh perhitungan analisis perofitablitas
pelanggan mengunakan perhitungan Margin Kontribusi Untuk contoh ini, kita
akan anggap ada sebuah perusahaan yang menjual produk dan memiliki
pelanggan A sebagai contoh:
• Pendapatan Kotor dari Pelanggan A dalam satu tahun adalah Rp
100.000.000.
5
• Biaya Langsung yang Terkait dengan Pelanggan A dalam satu tahun
adalah sebagai berikut:
• Biaya produksi produk yang dijual kepada Pelanggan A: Rp
40.000.000
• Biaya distribusi produk kepada Pelanggan A: Rp 20.000.000
• Biaya dukungan pelanggan khusus untuk Pelanggan A: Rp 10.000.000
-
Total Biaya Langsung yang Terkait dengan Pelanggan
A: Rp 40.000.000 + Rp 20.000.000 + Rp 10.000.000 = Rp 70.000.000
Sekarang kita dapat menggunakan rumus Margin Kontribusi Pelanggan:
Margin Kontribusi Pelanggan A = Pendapatan Kotor dari Pelanggan A - Biaya
Langsung yang Terkait dengan Pelanggan A
Margin Kontribusi Pelanggan A = Rp 100.000.000 - Rp 70.000.000 = Rp
30.000.000
6
Undercosting terjadi ketika biaya yang dialokasikan ke suatu produk
atau aktivitas kurang dari biaya yang sebenarnya digunakan. Ada beberapa
alasan mengapa undercosting dapat terjadi dalam ABC:
1. Komitmen Biaya:
Dalam ABC, biaya overhead dialokasikan berdasarkan aktivitas yang
sebenarnya digunakan. Namun, jika perusahaan memiliki komitmen biaya
tertentu, seperti sewa yang tetap, yang tidak berubah berdasarkan aktivitas,
maka produk atau aktivitas dengan tingkat aktivitas yang rendah dapat
mengalami undercosting.
2. Perubahan Aktivitas:
Jika tingkat aktivitas dalam perusahaan berubah secara dramatis atau tidak
terduga, alokasi biaya dalam ABC mungkin tidak segera mengikuti perubahan
tersebut. Ini dapat menghasilkan undercosting pada produk atau aktivitas yang
baru menjadi signifikan.
7
menghindari undercosting dan overcosting, sehingga memungkinkan
penetapan harga yang lebih sesuai.
Di sisi lain, biaya normal adalah biaya yang dianggap wajar atau
standar untuk memproduksi barang atau jasa dalam kondisi tertentu. Ini adalah
perkiraan biaya yang mungkin digunakan sebagai patokan atau standar dalam
perencanaan dan pengendalian biaya. Biaya normal dapat berubah seiring
waktu dan bergantung pada faktor-faktor seperti perubahan harga bahan baku
atau perubahan dalam proses produksi.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
• Manfaat activity Based costing : Mengambil keputusan yang lebih baik dan
mengidentifikasi produk yang menguntungkan dan tidak menguntungkan bagi
perusahaan.
• Biaya Normal (normal cost system), yaitu membebankan biaya aktual dari
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, namun untuk biaya
overhead dibebankan ke produk dengan menggunakan tarif tertentu yang
ditentukan terlebih dahulu (predetermined rate).
9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.youtube.com/watch?v=oRUN5Ue7t7w
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/aml/index.html#p=49
https://eprints.akakom.ac.id/1721/9/9_133210001_BAB%20I.pdf Sampurno
Wibowo, SE, M.Si, Yani Meilani, Akuntansi biaya, Politeknik Telkom Bandung,
2009.
10