Anda di halaman 1dari 90

MAKALAH MATERI TENTANG AKUNTANSI MANAJEMEN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen

Dosen Pengampu :
Merida ,.M.Ak.

Disusun Oleh :
Muhammad Ergan Rojak : 2016120084
Muhammad Rizki kusumah : 2016120048
Bambang Kurniawan : 1916120093
Lukman Adi : 2016120059

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


PUTERA PERDANA INDONESIA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakangakan

Definisi Akuntansi Manajemen


Pengertian Menurut para ahli:
• Pengertian Akuntansi Manajemen Menurut The International Capital Market Association
London Akuntansi manajemen adalah proses penyajian informasi akuntansi yang
dilakukan untuk membantu pihak manajemen dalam pembuatan kebijakan dan operasional
usaha. Singkatnya, segala jenis kegiatan akuntansi yang memungkinkan manajemen untuk
menjalankan bisnis secara lebih efisien dianggap sebagai akuntansi manajemen.

• Pengertian Akuntansi Manajemen Menurut University of Nevada, RenoAkuntansi


manajemen adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur, menganalisis, dan
menginterpretasikan informasi akuntansi, yang dapat membantu para pemimpin bisnis agar
bisa membuat keputusan keuangan yang sehat dan mengelola operasional harian mereka
secara efisien. Tidak seperti cabang akuntansi lainnya, bidang ini lebih difokuskan pada
pengumpulan dan pelaporan data internal. Dalam hal ini, para profesional keuangan
dituntut untuk lebih fokus pada pemahaman soal arus kas perusahaan mereka, transaksi
keuangan, biaya operasional, serta tingkat pengembalian internal. Setelah semua data
dikumpulkan dan dianalisis, informasi akuntansi ini kemudian diterjemahkan ke dalam
sebuah laporan dan presentasi yang dapat menginformasikan seputar keputusan dalam
kegiatan penganggaran di perusahaan serta peluang investasi di masa depan.

• Pengertian Akuntansi Manajemen Menurut InvestopediaAkuntansi manajemen


adalah suatu praktik mengukur, mengidentifikasi, menganalisis, menafsirkan, dan
kemudian mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak manajemen guna
memastikan tercapainya tujuan bisnis.
• Secara garis besar akuntansi dibagi menjadi dua yaitu akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen, masing-masing memiliki
karakteristik tersendiri dari berbagai dimensi.
• Akuntansi keuangan adalah akuntansi yang bertujuan untuk menghasilkan
informasi keuangan bagi pihak ekstern perusahaan, informasi yang disajikan
berupa laporan neraca, rugi laba, perubahan modal, arus kas, dan catatan keuangan
lainnya. Transaksi yang menjadi objek dalam akuntansi keuangan sifatnya umum
menyangkut harta, utang dan modal perusahaan.
• Akuntansi manajemen adalah akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi
keuangan untuk pihak manajemen. Jenis informasi yang diperlukan pasti berbeda
dengan informasi yang diperlukan pihak luar. Manajemen dalam hal ini terdiri dari
top manajemen, middle manajemen dan lower manajemen. Umumnya informasi
yang dihasilkan bersifat mendalam dan tidak dipublikasikan kepada pihak luar.
Perlu diketahui bahwa akuntansi manajemen berbeda dari akuntansi keuangan.
Perbedaan akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan terletak pada tujuan masing-
masing. Tujuan akuntansi manajemen adalah membantu pihak internal perusahaan untuk
mengambil keputusan bisnis yang benar-benar terencana secara baik. Hal ini berbeda dengan
akuntansi keuangan yang bertujuan memproduksi dan menyebarluaskan laporan keuangan resmi
untuk kebutuhan konsumsi publik—yang pembuatannya sudah disesuaikan dengan standar
akuntansi yang berlaku.

Persamaan Akuntansi Biaya, Keuangan, dan Manajemen


Antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen memiliki persamaan, yaitu :

• Baik akuntansi keuangan maupun akuntansi manajemen merupakan pengolah informasi


yang menghasilkan informasi keuangan.
• Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen juga berfungsi sebagai penyedia
informasi keuangan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
• Sedangkan akuntansi biaya mempunyai tujuan untuk menghitung biaya produksi dalam
rangka menetapkan harga pokok produk baik yang dibuat secara pesanan ataupun massal
dan menyusun laporan biaya guna memenuhi kepentingan manajemen.
BAB II
PEMBAHASANA.
• Akuntansi manajemen dan akuntansi
Secara garis besar dan keselurruhan, akuntansi dibagi menjadi dua yaitu akuntansi
manajemen dan akuntansi biaya. Tujuan utama akuntansi adalah untuk menyajikan informasi
kepada pihak eskternal perusahaan, misalnya investor dan kreditor. Adapun tujuan akuntasi
manajemen adalah menyajikan informasi kepada pihak internal, yaitu manajemen
perusahaan.
Akuntansi biaya dan akuntansi manajemen memiliki persamaan yaitu:

1. Keduanya dibangun atas dasar pertangggung jawaban ( stewardship ) manajemen sebagail


wakil perusahaan harus mempertanggung jawabkan keaugnan dan operasional perusahaan
kepada smeua pihak yang berkepentingan. Akuntansi biaya berkaitan dengan operasi perusahaan
secara keseluruhan, sedangkan akuntansi manajemen bertanggung jawab untuk menyediakan
laporan pertanggung jawaban yang lebih terinci.2. Akuntansi biaya dan akuntansi manajemen
dibangun dalam suatu sistem akuntansiumum, tidak dalam suatu sistem yang terpisah. Karena
penyelenggaraan dua sistem yang terpisah dilarang oleh pihak yang berwenang, hal tersebut juga
akan sangat mahal untuk diimplementasikan karena memerlukan buku-buku akuntansi, waktu
dan tenaga.B. Perbedaan antara akuntansi biaya dan akuntansi m

2. Akuntansi biaya dan akuntansi manajemen dibangun dalam suatu sistem akuntansiumum,
tidak dalam suatu sistem yang terpisah. Karena penyelenggaraan dua sistem yang terpisah
dilarang oleh pihak yang berwenang, hal tersebut juga akan sangat mahal untuk
diimplementasikan karena memerlukan buku-buku akuntansi, waktu dan tenaga

3. Perbedaan antara akuntansi biaya dan akuntansi manajemen.Perbedaan Ak. Manajemen Ak.
BiayaTarget pengguna Fokus pada penyediaan informasi untuk pengguna internalFokus pada
penyediaan informasi untuk pengguna eksternalInput dan proses Tidak terkait aturan
tertentuPelaporan akuntansi biaya harus mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan oleh pihak
yang berwenang (bapepam dan

4. Peranan akuntansi manajemenPeranan Akuntansi Manajemen bagi pihak-pihak yang


berkepentingan dalamOrganisasi Secara hirarki manajemen dapat dikelompokan menjadi tiga
bagianyaitu manajemen atas (senior executive), manajemen menengah
(middlemanagement), dan manajemen bawah (operational level. Masing -
masingtingkatan ini membutuhkan informasi yang berbeda-beda.( Samsryn,
L.M,Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar 2002).Peranan informasi bagi manajer seperti
yang telah kita ketahui informasisangat berperan dalam pembuatan keputusan bagi
manajer, karena manajermerupakan pimpinan dan peserta aktif dalam proses perencanaan,
pengendalian,dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu manajer sangat berperan
penting
Fungsi Akuntansi Manajemen
Adapun fungsi utama dari akuntansi manajemen adalah sebagai berikut.
1) Menjadi sumber data penting
Akuntansi manajemen hadir sebagai kegiatan yang menghasilkan sumber data
penting bagi perusahaan. Data yang dihasilkan dari sistem tersebut dapat membantu
perusahaan dalam memprediksi pertumbuhan bisnisnya serta membuat para pemilik usaha
tahu langkah pengembangan bisnis seperti apa yang perlu diambil di masa depan.
2) Merupakan media komunikasi antar manajemen
Setiap tingkat manajemen membutuhkan jenis informasi yang berbeda, yang
tentunya perlu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pihak. Dalam hal ini,
akuntansi manajemen dapat dimanfaatkan untuk membangun komunikasi yang lebih baik
antara semua level manajerial, baik itu yang ada di tingkat bawah, menengah, maupun level
teratas.
3) Menjadi bahan pertimbangan yang akurat
Akuntansi manajemen dapat menyajikan data dalam bentuk perbandingan,
prediksi, dan rasio yang terukur. Maka dari itu, keberadaannya sangat dibutuhkan karena
semua data yang disajikan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang akurat untuk
memastikan perencanaan dan pengambilan keputusan dilakukan secara tepat.
4) Memfasilitasi pencapaian tujuan bisnis
Fungsi atau tujuan akuntansi manajemen lainnya adalah membantu perusahaan
untuk merencanakan strategi dan pencapaian bisnisnya seefektif dan seefisien mungkin.
Semua itu tentunya hanya bisa dicapai jika perusahaan dapat melakukan penetapan biaya
dan pengendalian anggaran secara tepat sehingga operasional usahanya bisa berjalan sesuai
perhitungan.
5) Menyediakan sumber informasi yang lengkap
Tidak hanya terbatas pada data-data keuangan saja, akuntansi manajemen juga
membekali informasinya dengan berbagai survei khusus, catatan teknis, ataupun kompilasi
statistik. Hal itu dilakukan guna memenuhi kebutuhan data yang lebih akurat dan
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN
Akuntansi manajemen adalah sitem akuntansi yang tujuan utamanya adalah menyajikan
laporan keuangan untuk kepentingan pihak internal perusahaan, seperti manajer keuangan,
manajer produksi, manajer pemasaran, dan pihak internal lainnya. Informasi ini sangat berguna
sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan untuk masa yang akan datang berdasarkan data
historis dari laporan keuangan.
Sistem informasi akuntansi merupakan sebuah sistem yang menghubungkan informasi dari
berbagai divisi dalam organisasi. Sistem informasi akuntansi bertugas mengumpulkan informasi
yang terkait dengan perolehan dan penggunaan sumber daya organisasi, melakukan pencatatan,
mengelompokkan, menganalisis, dan melaporkannya kepada semua pihak yang berkepentingan.
Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem akuntansi yang dirancang
perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihakpihak pengelola perusahaan, agar mereka
dapat menjalankan kegiatan mereka dengan baik, sistem ini tidak perlu mengikuti aturan main
tertentu selama informasi tersebut berguna bagi manajer.
Sistem informasi akuntansi manajemen adalah proses yang di deskripsikan oleh aktivitas-
aktivitas seperti pengumpulan, pengukuran, penyimpanan, analisis, pelaporan dan pengelolaan
informasi. Informasi mengenai peristiwa ekonomi di proses untuk menghasilkan keluaran (output)
yang memenuhi tujuan-tujuan manajemen.
Masukan adalah data yang direkam berupa transaksi ekonomi yang dilakukan di oleh
perusahan, seperti jenis bahan baku, harga bahan baku, upah karyawan, jam kerja, jam lembur, jam
kerja mesin dan lainlain.
Proses adalah mengubah data menjadi informasi, contoh proses seperti mengidentifikasi,
mengukur, mengakumulasi, menyiapkan, menganalisis, menginterpretasikan dan
mengkomunikasikan kejadian ekonomi dengan menggunakan komputer atau lainnya.
Keluaran adalah informasi, berupa laporan biaya produk, laporan biaya aktifitas, laporan
biaya departemen, laporan pembelian bahan baku, laporan jam kerja karyawan, dan lain
sebagainya yang digunakan sebagai alat pengambilan keputusan.
Sistem akuntansi keuangan dan sistem akuntansi manajemen tidak dapat dihasilkan dari
satu sistem saja karena keduanya sangat berbeda. Tiga alasan kedua sistem ini tidak dapat
disatukan.
1) Sistem akuntansi keuangan dirancang untuk menghasilkan laporan keuangan
perusahaan secara keseluruhan.
2) Waktu pelaporan sistem akuntansi keuangan terlalu lama
3) Sistem akuntansi keuangan melaporkan sesuatu yang sudah terjadi
4) Penyusunan laporan keuangan menggunakan asumsi yang berbeda.
Sistem akuntansi manajemen mempunyai tiga tujuan antara lain :
1) Menyediakan informasi untuk perhitungan biaya jasa, produk atau objek lainnya
yang ditentukan oleh manajemen.
2) Menyediakan informasi untk perencanaan, pengendalian, pengevaluasian dan
perbaikan berkelanjutan.
3) Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Informasi akuntansi manajemen berfungsi menyediakan data dan informasi bagi
para manajer dalam mengelola divisi yang menjadi tanggung jawabnya. Informasi
akuntansi manajemen juga berfungsi membantu pelaksanaan tugas-tugas manajerial
seperti: perencanaan, pengukuran dan pengendalian kinerja, dan pengambilan keputusa
Profesi Akuntansi Manajemen dan Kode Etiknya
Pada umumnya, seorang akuntan harus memiliki pendidikan serta keahlian di bidang
ekonomi dan keuangan. Jika kamu memiliki ketertarikan di profesi akuntansi, pelajari dulu yuk
terkait jenis-jenis profesi akuntansi ini!
1) Akuntan Perusahaan atau Akuntan Internal
Tanggung jawab seorang akuntan perusahaan adalah membuat catatan transaksi
keuangan, penyusunan laporan manajemen, dan penyusunan laporan keuangan umum yang
isinya membahas tentang neraca, rugi-laba, perubahan modal, aliran kas, dan bentuk
keuangan lainnya dalam suatu perusahaan.
2) Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah merupakan profesi akuntansi yang bekerja di lembaga-
lembaga pemerintah. Tugas utamanya adalah menyusun laporan keuangan pemerintah,
mengaudit setiap intitusi-institusi pemerintah di berbagai tingkat, membantu
merencanakan kegiatan tahunan, memeriksa pengguanan uang negara atau kekayaan
negara, dan membuat laporan hasil pemeriksaan.
3) Akuntan Publik
Salah satu dari jenis-jenis profesi akuntansi adalah akuntan publik. Orang yang
bergerak di bidang ini memberikan jasa akuntansi bagi perusahaan atau organisasi bisnis
dan nonbisnis. Profesi ini cenderung bersifat independen atau bebas dan tidak terikat
perusahaan. Tugas utama dari profesi akuntansi ini adalah memeriksa laporan keuangan
suatu organisasi, menawarkan jasa konsultasi di bidang manajemen, perpajakan, dan
menyusun laporan keuangan. Untuk bisa menjadi seorang akuntan publik, kamu harus lulus
dulu ujian profesi dan memiliki nomor registrasi yang dikeluarkan oleh Kementerian
Keuangan.
4) Akuntan Pendidik
Profesi akuntansi ini bertugas untuk mendidik di bidang akuntansi, melakukan
penelitian dan pengembangan di bidang akuntansi, dan menyusun kurikulum di berbagai
tingkat Pendidikan. Pada umumnya, salah satu dari jenis-jenis profesi akuntansi ini disebut
sebagai dosen atau guru yang mengajar akuntansi. Tetapi mereka juga bisa membuka
praktik sendiri untuk melayani kebutuhan masyarakat atau pihak-pihak tertentu yang
membutuhkannya.
5) Akuntan Manajemen
Jenis-jenis profesi akuntansi selanjutnya adalah akuntan manajemen. Tugas dari
profesi akuntansi ini adalah untuk memberikan informasi terkait kesehatan keuangan di
suatu perusahaan atau organisasi, melakukan perencanaan dan penganggaran, membuat
laporan keuangan eksternal, manajemen risiko, dan analisis profitablitias.
6) Akuntan Investasi
Selanjutnya ada akuntan investasi, Mereka bekerja di bidang keuangan dan
investasi yang bergerak dengan cepat. Biasanya profesi akuntansi ini bekerja untuk
perusahaan pialang dan manajemen aset. Tugas utama dari seorang akuntan investasi
adalah mempertahakan investasi klien dan disaat yang bersamaan juga turut mematuhi
peraturan negara terkait saham dan investasi. Jika kamu merasa tertarik di bidang ini, kamu
harus mengetahui seluk beluk tentang saham, obligasi, mata uang, logam mulia, dan sarana
investasi lainnya.
7) Akuntan Biaya
Jenis-jenis profesi akuntansi berikutnya adalah akuntan biaya. Pada dasarnya
mereka memiliki tanggung jawab untuk memeriksa setiap pengeluaran perusahaan untuk
melakukan analisis profitabilitas dan rencana persiapan anggaran, menganalisis setiap
biaya yang terkait dengan tenaga kerja, bahan, pengiriman, produksi, administrasi, dan hal-
hal lainnya yang terkait pengeluaran perusahaan.
8) Akuntan Proyek
Profesi akuntansi kali ini adalah mereka yang bekerja berdasarkan proyek-proyek.
Tugasnya adalah untuk mengawasi semua aspek proyek yang terkait biaya keseluruhan.
Termasuk di dalamnya menyiapkan dan mengumpulkan faktur, menyetujui biaya,
melakukan verifikasi jam kerja karyawan, merencanakan dan memelihara anggaran, dan
memastikan proyek bisa selesai tepat waktu. Biasanya proyek yang dilakukan oleh profesi
akuntansi ini adalah seperti peluncuran produk baru dan pembangunan fasilitas baru. Untuk
menjadi seorang akuntan proyek haruslah memiliki kemampuan komunikasi dan
interpersonal yang kuat. Apakah kamu salah satunya?
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akuntansi manajemen merupakan salah satu bagian dari ilmu akuntansi
yangmenitik beratkan permasalahannya pada organisasi serta informasi yang
dibutuhkanorganisasi tersebut. Laporan dari bagian akuntansi dalam perusahaan
dapat membantumanajer mengambil keputusan dengan lebih bijak dan
terarah, setelah keputusandiambil biasanya bagian akuntansi akan menilai
apakah keputusan itu efektif danefisien. Dalam melaksanakan suatu proses
manajemen yang terdiri atas sebuahperencanaan, pengorganisasian,
pengarahan serta pengendalian
Atau dengan kata lain Akuntansi Manajemen dan Laporan
Akuntansimenyajikan informasi yang terutama ditujukan untuk memberi
gambaran kondisifinancial dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dilain
pihak para manajer harusmenentukan tujuan perusahan, menjabarkan
tujuan tersebut, mengevaluasi danmengambil tindakan untuk pencapaian,
sesudah itu mengendalikan apa yang telahditetapkan. Informasi akuntansi
sangat membantu menjalankan fungsi manajertersebut.
MAKALAH
KONSEP INFORMASI AKUNTANSI, KLASIFIKASI BIAYA,
PEMBEBANAN BIAYA, DAN INFORMASI AKUNTANSI
MANAJEMEN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Akuntansi Manajemen
Dosen Pembimbing : Merida S.E, M.Ak.

Disusun Oleh :
M Faiz A 2016120043
Abiyudha P 2016120008
Alvina B 2016120141
Bildiansyah 2016120082
Apif 2016120020

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

PUTRA PERDANA INDONESIA

TANGERANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Konsep Informasi Akuntansi,
Klasifikasi Biaya, Pembebanan Biaya, dan Informasi Akuntansi Manajemen." Makalah ini
kami susun sebagai salah satu tugas akademik dalam mata kuliah Akuntansi Manajemen yang
bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai konsep dasar dalam
bidang akuntansi dan bagaimana pengelolaan informasi akuntansi dapat mendukung
pengambilan keputusan di berbagai level organisasi.

Dalam pembuatan makalah ini, kami telah mengumpulkan berbagai sumber referensi,
melakukan penelitian. Makalah ini diharapkan dapat menjadi panduan yang bermanfaat bagi
pembaca, terutama mahasiswa, praktisi, dan siapa pun yang tertarik dengan konsep informasi
akuntansi, klasifikasi biaya, pembebanan biaya, dan peran informasi akuntansi dalam
manajemen perusahaan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dan kami sangat
menghargai segala kritik, saran, dan masukan yang akan membantu kami untuk meningkatkan
kualitas makalah ini di masa mendatang. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang konsep informasi akuntansi serta manfaatnya dalam
mengelola biaya dan mendukung pengambilan keputusan yang tepat dalam konteks bisnis.

Akhir kata, kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung kami dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi kontribusi kecil kami dalam pengembangan ilmu akuntansi.

Tangerang, 9 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................2


Pendahuluan .............................................................................................................4
1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 5
1.3. Tujuan ......................................................................................................................................... 5

BAB II .........................................................................................................................6
PEMBAHASAN ...........................................................................................................6
2.1 Pengertian Informasi Akuntansi .................................................................................................. 6
2.2 Pengertian Informasi Akuntansi Manajemen .............................................................................. 6
2.3 Pembebanan Biaya...................................................................................................................... 9
2.4 Klasifikasi biaya ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
2.5 biaya dalam pembuatan keputusan ............................................................................................ 7

PENUTUP .................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................................... 16
3.2 Saran ............................................................................................................................................... 16
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Konsep informasi akuntansi adalah dasar-dasar yang membimbing proses

akuntansi dalam mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data keuangan suatu

entitas secara sistematis dan relevan. Latar belakang masalah dalam konsep informasi

akuntansi seringkali berkaitan dengan berbagai tantangan dan pertimbangan yang harus

diatasi oleh para akuntan dan pengambil keputusan keuangan dalam menyediakan

informasi yang berguna.

Klasifikasi biaya melibatkan berbagai tantangan, termasuk kompleksitas biaya,

perubahan organisasi, perubahan dalam standar akuntansi, penggunaan teknologi,

kesulitan dalam analisis kinerja, metode klasifikasi yang berbeda, dan kebutuhan

pelaporan yang beragam. Klasifikasi biaya yang baik dan konsisten penting untuk

memahami struktur biaya, pengelolaan efisiensi, pemenuhan persyaratan pelaporan,

dan pengambilan keputusan yang lebih baik dalam pengelolaan sumber daya finansial.

Pembebanan biaya melibatkan berbagai tantangan dalam mengalokasikan biaya

operasional kepada berbagai entitas atau aktivitas dalam organisasi. Beberapa masalah

utama termasuk pengukuran kinerja yang relevan, variabilitas biaya, tujuan pelaporan

yang berbeda, kompleksitas organisasi, standar akuntansi dan peraturan pajak,

teknologi dan otomatisasi, pengukuran overhead, serta perbedaan dalam prinsip

akuntansi dan manajemen. Untuk mengatasi tantangan ini, organisasi perlu merancang

sistem pembebanan biaya yang sesuai dengan tujuan mereka, mengelola kompleksitas

biaya dengan baik, mematuhi regulasi yang berlaku, dan menggunakan teknologi
dengan efektif untuk menghasilkan informasi yang berguna untuk pengambilan

keputusan dan manajemen keuangan.

Informasi akuntansi manajemen melibatkan berbagai faktor yang memengaruhi

pengembangan dan penggunaan informasi akuntansi untuk tujuan manajemen.

Beberapa faktor utama termasuk kompleksitas bisnis, perubahan lingkungan bisnis,

globalisasi, teknologi informasi, tujuan manajemen yang beragam, standar dan metode

pengukuran yang berubah, sumber daya terbatas, dan kualitas data. Untuk mengatasi

tantangan ini, organisasi perlu memiliki sistem informasi akuntansi manajemen yang

efektif, adaptif, dan didasarkan pada data yang akurat untuk mendukung pengambilan

keputusan yang tepat. Terus-menerus memperbarui praktik dan teknologi akuntansi

manajemen juga penting untuk menjaga relevansi dan efisiensi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka kami memaparkan beberapa rumusan masalah
untuk makalah ini, yaitu:
1) Apa yang dimaksud dengan Konsep Informasi Akuntansi, Klasifikasi
Biaya, Pembebanan Biaya, dan Informasi Akuntansi Manajemen.
2)

1.3. Tujuan

Penulisan makalah ini berusaha menjawab rumusan masalah di atas. Untuk itu,tujuan

penulisan makalah ini adalah :


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Informasi Akuntansi

Adalah sistem penyusunan laporan keuangan yang menghasilkan dan

menginformasikan tentang posisi keuangan dan kinerja keuangan pada akhir suatu

periode akuntansi.

Sistem informasi akuntansi bertugas mengumpulkan informasi yang terkait dengan

perolehan dan penggunaan sumber daya organisasi, melakukan pencatatan,

mengelompokkan, menganalisis, dan melaporkannya kepada semua pihak yang

berkepentingan (Budiyanti dan Irma,2016:4)

2.2 Pengertian Informasi Akuntansi Manajemen

Sistem informasi akuntansi manajemen adalah proses yang di deskripsikan oleh

aktivitas-aktivitas seperti pengumpulan, pengukuran, penyimpanan, analisis, pelaporan

dan pengelolaan informasi. Informasi mengenai peristiwa ekonomi di proses untuk

menghasilkan keluaran (output) yang memenuhi tujuan-tujuan manajemen (Hansen

dan Mowen, 2009:4).


Model operasional dari sistem infomasi manajemen dapat dilihat gambar berikut :

2.3 Pembebanan Biaya

1) Pengertian Biaya

Biaya adalah nilai kas atau setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang

atau jasa yang diharapkan akan membawa manfaat bagi perusahaan baik sekarang

maupun di masa mendatang. Bagi industri manufaktur, dikorbankan berarti kas itu

digunakan untuk membayar harga bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya

overhead pabrik (BOP). Dalam perusahaan dagang, dikorbankan berarti kas

tersebut digunakan untuk membeli barang-barang dagangan dan biaya-biaya lain

yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut. Contohnya, biaya angkut

(ekspedisi), biaya menurunkan dan menaikan barang.

2) Objek Biaya

Sistem akuntansi manajemen mengukur dan membebankan biaya ke dalam obyek

biaya suatu entitas. Contoh obyek biaya adalah: produk, pelanggan, departemen,

proyek, dan aktivitas.


3) Metode Pembebanan Biaya
Sumber terjadinya biaya dapat dibagi tiga, yaitu: (1) bersumber dari pengusutan

langsung (direct tracing), (2) pengusutan terhadap pemicu biaya (driver tracing),

dan (3) alokasi (allocation).

• Pengusutan langsung:

Sumber terjadinya biaya yang berasal dari pengusutan langsung dilakukan

melalui observasi pisik. Dengan observasi secara pisik dapat diketahui berapa

banyak penggunanaan bahan baku pada setiap produk. Misalnya, pemakaian

kayu untuk pembuatan sebuah meja dapat ditelusuri secara langsung berapa

meter papan yang dignakan dalam setiap meja. Kalau jumlah meter papan yang

dipakai sudah diketahui, maka biaya meja dapat dihitung dengan mengalikan

jumlah meter papan yang dipakai dengan harga per-meter papan.

• Pengusutan terhadap pemicu biaya

Biaya dapat bersumber dari pemicunya. Pemicu biaya merupakan indikator

terjadinya suatu aktivitas. Misalnya, jam (waktu). Jam dapat digunakan untuk

menentukan berapa lama suatu pekerjaan dilaksanakan atau seseorang

melaksanakan suatu pekerjaan menggunakan waktu berapa jam. Demikian pula

dengan mesin. Misalnya, suatu mesin dapat dihitung berapa jam 33

dioperasikan dalam sehari. Dengan demikian, maka untuk menentukan biaya

tenaga kerja dapat dihitung dengan mengalikan jumlah jam yang digunakan

dengan tarif gaji per-jam. Jadi, jam kerja menjadi pemicu (driver) atau penyebab

jumlah biaya tenaga kerja dalam suatu produk. Hubungan tersebut dapat

dikatakan hubungan sebab akibat.


• Alokasi

Biaya yang ditentukan atas dasar alokasi, disebakan adanya hubungan antara

biaya dengan obyek biaya yang tidak jelas (tersamar). Karena hubungannya

tersamar, maka cara pembebanan biaya yang paling tepat ialah alokasi. Contoh,

biaya penyusutan. Hubungan biaya penyusutan dengan obyek biaya sangat

sukar ditentukan. Hansen dan Mowen (2003:38) mengatakan bahwa: In fact,

one advantage of allocation is its simplicity and low cost of implementation.

Contoh: Hansen dan Mowen (2003) membebankan biaya advertensi ke 3 jenis

produk dengan jumlah yang sama, yaitu masing-masing produk sejumlah $10.

2.4 Klasifikasi Biaya

1) Klasifikasi Biaya berdasarkan ketelusuran

• Biaya langsung ( direct cost)


Merupakan biaya yang dapat diidentifikasi ke suatu objek biaya

tertentu, sebab biaya tersebut hanya dikeluarkan untuk manfaat obyek

biaya itu sendiri. Biaya ini dapat langsung dihubugkan dengan objek yg

dibiayai

• Biaya tidak langsung


Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk lebih dari satu obyek biaya

dan tidak dapat ditelusur ke salah satu obyek biaya tertentu.

2) Klasifikasi Biaya berdasarkan perilaku

• Biaya Variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah proposional dengan perubahan

volume kegiatan, akan tetapi jumlah per unitnya adalah tetap Contohnya

biaya bahan baku Rp.2.000,- untuk per unit produk jadi. Biaya bahan

baku akan menjadi Rp.10.000,- apabila jumlah unit yang diproduksi 5

unit.

• Biaya Tetap

Biaya yang jumlah totalnya tetap untuk satu periode tertentu dan per

unitnya berubah-ubah berbanding terbalik dengan volume kegiatan.

Contohnya biaya sewa gedung pabrik sebulan Rp.100.000,- apabila unit

yang diproduksi dalam satu bulan tidak akan mempengaruhi jumlah

biaya sewa gedung pabrik tersebut

• Biaya campuran

Biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah dalam hubungannya dengan

perubahan volume kegiatan, tetapi perubahannya proposional.

Contohnya biaya gaji untuk pengawas dengan ditambah insentif jika

mencapaikapasitas produksi tertentu.

3) Klasifikasi Biaya berdasarkan Fungsi pokok dalam Perusahaan

Ditinjau dari fungsi-fungsi yang ada pada perusahaan manufaktur, biaya dapat

dikelompokkan menjadi biaya produksi, biaya administrasi dan biaya

penjualan.

• Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang diperlukan untuk


memperoleh bahan baku dan mengubahnya menjadi produk siap jual.

Elemen biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhed pabrik. Bahan baku merupakan bahan yang

digunakan untuk membuat produk selesai, bahan baku dapat

diidentifikasi ke produk dan merupakan bagian integral dari produk

tersebut, sebagai contoh untuk membuat buku, diperlukan bahan baku

kertas. Biaya tenaga kerja lagsung merupakan biaya untuk upah para

tenaga kerja langsung menangani proses produksi, contoh: biaya untuk

upah penjahit merupaka n biaya tenaga kerja langsung bagi perusahaan

konveksi. Biaya overhed pabrik, adalah biaya produksi selain biaya

tenaga kerja langsung. Elemen biaya overhed pabrik antara lain: biaya

tenaga kerja tidak langsung, biaya depresiasi mesin pabrik, PBB untuk

gedung pabrik.

• Biaya penjulan merupakan biaya yang dikeluarkn untuk memasarkan


produk selesai (biaya iklan, gaji para pramuniaga, biaya angkut barang

yang dijual).

• Biaya administrasi merupakan biaya untuk keperluan administrasi


secara umum, seperti gaji para eksekutif, biaya barang habis pakai,

biaya listrik dan air kantor.

4) Klasifikasi Biaya berdasarkan produksi

• Biaya Biaya bahan baku langsung (direct material ) yaitu bahan yang

digunakan untuk menghasilkan produk jadi, disebut bahan baku atau bahan

mentah, menjadi bagian tak terpisahkan dari produk jadi, dan dapat

ditelusuri secara fisik dan mudah ke produk tersebut.


• Biaya tenaga kerja langsung (direct labor) digunakan untuk biaya tenaga

kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. Biaya tenaga kerja

yang tidak dapat ditelusuri secara fisik dalam pembuatan produk disebut

tenaga kerja tidak langsung dan diperlakukan sebagai bagian

biaya overhead pabrik (manufacturing overhead )

• Biaya overhead pabrik seluruh biaya produksi yang tidak termasuk dalam

bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik

termasuk :

1. bahan tidak langsung

2. tenaga kerja tidak langsung

3. pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi

4. listrik dan penerangan

5. pajak properti

6. depresiasi

7. asuransi fasilitas produksi

Biaya overhead pabrik ditambah dengan biaya tenaga kerja disebut

biaya konversi (conversion cost). Gabungan antara biaya tenaga kerja

langsung dengan bahan baku langsung diebut biaya utama (prime cost).

2.5 Klasifikasi Biaya untuk Pengambilan Keputusan

Konsep biaya untuk pengambilan keputusan bermanfaat bagi kepentingan

pihak manajemen, dan bukan untuk pihak ekstern. Konsep biaya untuk

pengambilan keputusan meliputi:


Penetapan biaya sangat penting untuk membuat keputusan manajerial. Atas

dasar ini penetapan biaya dapat diklasifikasikan ke dalam jenis berikut:

• Biaya Marjinal:

Biaya marjinal adalah agregat dari biaya variabel, yaitu biaya utama

ditambah overhead variabel. Biaya marjinal per unit adalah perubahan

jumlah pada setiap volume output tertentu dimana biaya agregat berubah jika

volume output ditambah atau dikurangi satu unit. Sistem biaya marginal

didasarkan pada sistem klasifikasi biaya menjadi tetap dan variabel. Biaya

tetap dikecualikan dan hanya biaya marjinal, yaitu biaya variabel yang

dipertimbangkan untuk menentukan biaya produk dan inventaris barang

dalam proses dan produk jadi.

• Biaya Diferensial:

biaya diferensial adalah perubahan biaya karena perubahan aktivitas dari

satu tingkat ke tingkat lainnya.

• Biaya Peluang:

biaya peluang adalah nilai alternatif yang dihilangkan dengan mengadopsi

strategi tertentu atau menggunakan sumber daya dengan cara tertentu. Ini

adalah pengembalian yang diharapkan dari investasi selain yang sekarang.

Ini mengacu pada biaya yang dihasilkan dari penggunaan atau penerapan

bahan, tenaga kerja atau fasilitas lain dengan cara tertentu yang telah hilang

karena tidak menggunakan fasilitas dengan cara yang direncanakan semula.

Sumber daya (atau masukan) seperti manusia, bahan, pabrik dan mesin,

keuangan, dll., bila digunakan dalam satu cara tertentu, menghasilkan


pengembalian (atau keluaran) tertentu. Jika input yang sama digunakan

dengan cara lain, menghasilkan pengembalian yang sama atau berbeda,

pengembalian asli dari alternatif yang ditinggalkan yang tidak lagi dapat

diperoleh adalah biaya peluang. Misalnya, jika deposito tetap di bank

diusulkan untuk ditarik untuk membiayai proyek, biaya peluangnya adalah

hilangnya bunga deposito. sama halnya ketika sebuah bangunan yang

disewakan kepada suatu pihak dikosongkan untuk tujuan sendiri atau ruang

kosong tidak disewakan tetapi digunakan secara internal, katakanlah, untuk

perluasan program produksi, sewa yang hilang adalah biaya peluang.

• Biaya Penggantian:

Biaya penggantian adalah biaya aset di pasar saat ini untuk tujuan

penggantian. Biaya penggantian digunakan untuk menentukan waktu

optimal penggantian suatu peralatan atau mesin dengan mempertimbangkan

biaya pemeliharaan peralatan atau mesin yang sudah ada dan kapasitas

produksinya. Ini adalah biaya di pasar saat ini untuk mengganti aset.

Misalnya, ketika biaya penggantian bahan atau aset sedang dipertimbangkan,

itu berarti bahwa biaya yang akan dikeluarkan jika bahan atau aset itu akan

dibeli pada harga pasar saat ini dan bukan biaya yang sebenarnya dibeli

sebelumnya. , harus diperhitungkan.

• Biaya Relevan:

Biaya relevan adalah biaya yang relevan untuk tujuan atau situasi tertentu.

Dalam konteks pengambilan keputusan, hanya biaya-biaya yang relevan

dengan pengambilan keputusan, hanya biaya-biaya tersebut yang


dipertimbangkan. Karena kita hanya memperhatikan biaya masa depan saat

membuat keputusan, biaya historis, kecuali jika tetap tidak berubah di

periode mendatang tidak relevan dengan proses pengambilan keputusan.

• Biaya yang Diperhitungkan:

Biaya yang diperhitungkan adalah biaya hipotetis, tidak melibatkan

pengeluaran kas yang dihitung hanya untuk tujuan pengambilan keputusan.

Dalam hal ini, biaya yang diperhitungkan mirip dengan biaya peluang.

Bunga atas dana yang dihasilkan secara internal, pembayaran yang

sebenarnya tidak dilakukan adalah contoh biaya yang diperhitungkan. Ketika

proyek investasi modal alternatif sedang dipertimbangkan di mana satu atau

lebih akan dibiayai dari dana internal, perlu untuk memperhitungkan bunga

yang diperhitungkan atas dana sendiri sebelum keputusan diambil.

• Biaya yang Dapat Dihindari & Biaya yang Tidak Dapat Dihindari:

Biaya yang dapat dihindari adalah biaya yang dalam kondisi efisiensi kinerja

tertentu seharusnya tidak terjadi. Biaya yang merupakan biaya yang dapat

dihindari dan yang pada dasarnya tidak harus dikeluarkan, dalam batas atau

norma yang ditetapkan. biaya yang tidak dapat dihindari adalah biaya-biaya

yang harus dikeluarkan di bawah program pembatasan bisnis. Itu tak

terhindarkan
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Informasi akuntansi mengacu pada proses pengumpulan, analisis, dan


penyediaan data keuangan yang sistematis dan relevan kepada suatu entitas.
Ini mencakup berbagai tantangan dan peluang bagi akuntan dan pengambil
keputusan keuangan. Tantangan utama mencakup kompleksitas biaya,
perubahan organisasi, standar akuntansi, penggunaan teknologi, analisis
kinerja, metode akuntansi yang berbeda, dan kebutuhan akan laporan
keuangan yang akurat. Informasi akuntansi juga mencakup biaya
operasional, biaya variabel, jenis pelaporan yang berbeda, kompleksitas
organisasi, standar akuntansi, peraturan perpajakan, teknologi, overhead,
dan perbedaan prinsip dan manajemen akuntansi. Organisasi harus
mengembangkan sistem informasi akuntansi yang efektif, mudah
beradaptasi, dan berbasis data untuk memastikan relevansi dan efisiensi.

3.2 Saran

Adapun saran penulis sehubungan dengan pembahasan makalah ini, kepada


rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji
lebih dalam tentang pemahaman konsep informasi akuntansi, klasifikasi
biaya, pembebanan biaya, dan informasi akuntansi manajemen.
MAKALAH PENENTUAN TITIK IMPAS DAN
TARGET LABA

Dosen Pengampu : MERIDA, M.Ak.

Oleh Kelompok 3 :
1. Saptono 2016120010
2. Enjelin Sahbdany Telaumbanua 2016120057
3. Luth Uyek 2016120039
4. Naurul Mutia Fadhila 2016120060
5. Ikhwal 2016120007
6. Imam Mausofi 2016120033

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
PUTRA PERDANA INDONESIA
2021/2022

Manajemen 7F 1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Penentuan Titik Impas dan
Target Laba.
Penulisan Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
perbaikan makalah ini diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sebagai bahan masukan untuk menghasilkan makalah yang lebih baik di
masa yang akan datang.
Dalam penyelesaian makalah ini banyak pihak yang turut membantu
berupa semangat dan doa yang sangat mendukung. Oleh karna itu, dengan
kerendahan hati, rasa syukur dan terimakasih yang sebesar-besarnya disampaikan
kepada:

1. Ibu Merida, M.Ak. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Akuntansi


Manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Putra Perdana Indonesia
yang telah memberikan dan membagi ilmunya selama masa pembelajaran.
2. Seluruh mahasiswa Mata Kuliah Akuntansi Manajemen di Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Putra Perdana Indonesia yang selalu memberi semangat,
motivasi dan kebahagiaan.

Tangerang, 22 September 2023

Penulis

Manajemen 7F 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................2

DAFTAR ISI .............................................................................................................3-4

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................4

1.3 Tujuan dan Manfaat ...................................................................................4

1.3.1 Tujuan .......................................................................................................4

1.3.2 Manfaat .....................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................5

2.1 Pengertian Hukum ......................................................................................7

2.2 Subjek dan Objek Hukum .......................................................................8

2.2.1 Subjek Hukum .........................................................................................8

2.2.2 Objek Hukum ..........................................................................................9

2.3 Sumber-sumber Hukum ............................................................................10

2.3.1 Sumber Hukum Materiil ..................................................................... 10

2.3.2 Sumber Hukum Formil ....................................................................... 11

2.4 Unsur Hukum .......................................................................................... 11

2.4.1 Unsur-Unsur Hukum Menurut Kansil ....................................................12

Manajemen 7F 3
2.5 Ciri – ciri Hukum .............................................................................12

2.6 Sistem Hukum .............................................................................................13

2.7 Bisnis ............................................................................................................15

2.8 Pelaku Kegiatan Ekonomi ..........................................................................15

BAB III KESIMPULAN ..........................................................................................18


3.1 Kesimpulan .........................................................................................................18
3.2 Saran ...................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................19

Manajemen 7F 4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini aktivitas bisnis berkembang begitu pesatnya dan terus merambah ke
berbagai bidang, baik menyangkut barang maupun jasa. Bisnis merupakan salah
satu pilar penopang dalam upaya mendukung merupakan salah satu pilar
penopang dalam upaya mendukung perkembengan ekonomi dan pembangunan.
Dalam melakukan bisnis tidak perkembangan ekonomi dan pembangunan. Dalam
melakukan bisnis tidak mungkin pelaku bisnis terlepas dari hukun karena sangat
berperan mungkin pelaku bisnis terlepas dari hukum karena hukum sangat
berperaan mengatue bisnis agar bisnis bisa berjalan dengan lancar, tertib, aman
mengatur bisnis agar bisa berjalan dengan lancar, tertib, aman sehingga tidak ada
pihak-pihak yang dirugikan akibat adanya kegiatan bisnis tersebut. Maka dari itu
penting untuk kita mengetahui dari mana saja sumber bisnis itu, apa saja ruang
lingkup hukum itu beserta aspek nya dan hukum bisnis itu, bagaimana cara kita
menjai seorang yang menggeluti dunia sesuai dengan hukum bisnis dan apa saja
fingsi dari hukum bisnis, dengan huum bisnis dan apa saja fungsi dari hukum
bisnis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Titik Impas dan Target Laba ?
2. Manfaat Penetuan Titik Impas dan Target Laba ?
3. Metode Penentuan Titik Impas dan Target Laba ?
4. Contoh Kasus dalam menentukan Titik Impas dan Target Laba ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan yang didapat dalam penyusunan makalah ini adalah untuk
memberikan informasi kepada pembaca mengenai Penentuan Titik Impas dan
Target Laba dalam Mata Kuliah Akuntansi Manajemen.

Manajemen 7F 5
1.3.2 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut :

1. Manfaat bagi Pembaca


2. Menambah Pengetahuan tentang Akuntansi Manajemen.
3. Manfaat bagi penulis.
4. Sebagai sarana untuk menambah wawasan berfikir mengenai Akuntansi
Manajemen.

Manajemen 7F 6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Titik Impas dan Taget Laba
2.1.1 Titik Impas (Break even point)

Titik Impas (Break even point) adalah posisi dimana perusahaan


tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. BEP atau titik
impas sangat penting bagi manajemen untuk mengambil keputusan
untuk menarik produk atau mengembangkan produk, atau untuk
menutup anak perusahaan yang tidak menguntungkan. Dengan kata
lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan atau revenue
(penghasilan) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi
hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.

Berikut beberapa pengertian menurut Para Ahli :

➢ Menurut Djarwanto dalam buku Dr. H. Rusdiana, M.M,


Break even point adalah suatu keadaan impas, yaitu apabila
telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode
tertentu, perusahaan tidak mendapat keuntungan dan tidak
menderita rugi.

➢ Horngren dkk mengatakan bahwa Break even point atau titik


impas merupakan suatu tingkat penjualan dimana laba
operasinya adalah nol : Total pendapatan sama dengan total
pengeluaran.

➢ Menurut Henry Simamora Titik Impas adalah volume


penjualan dimana jumlah pendapatan dan jumlah bebannya
sama, tidak ada laba maupun rugi bersih.

2.1.2 Target laba


Target laba adalah jumlah laba yang diharapkan yang diharapkan
dapat dicapai oleh manajer suatu bisnis pada akhir periode akuntansi
yang ditentukan. Target keuntungan biasanya diperoleh dari proses
penganggaran, dan dibandingkan dengan hasil aktual dalam laporan
laba rugi.

Manajemen 7F 7
2.2 Manfaat Penentuan Titik Impas dan Target Laba
2.2.1 Manfaat Penentuan Titik Impas
➢ Alat perencanaan untuk menghasilkan laba.
➢ Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume
penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh
laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
➢ Untuk mengetahui hubungan volume penjualan yang diproduksi,
harga jual dan biaya-biaya yang dikeluarkan, sehingga laba rugi
perusahaan akan diketahui.
➢ Untuk mengetahui jumlah penjualan minimum (dalam unit produk
maupun satuan uang) agar perusahaan tidak menderita rugi.
➢ Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.
➢ Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah
dibaca dan dimengerti.
➢ Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga jual.

2.2.2 Manfaat Penentuan Target Laba


➢ Menghemat Biaya Produksi
Target Laba disalurkan melalui perencanaan keuangan, data analisis
tren pasar sekaligus riset minat calon pelanggan yang membantu
meminimalisir biaya produksi perusahaan. Aspek berikut sangat
menguntungkan bagi perusahaan karena hal yang tidak memiliki
fungsi bagi calon pembeli dapat dihapuskan dari perencanaan
produksi. Dengan demikian, perusahaan dapat menyesuaikan
standar harga jual yang sesuai dengan kemampuan calon pembeli
namun kualitasnya tetap terjaga.
➢ Memberikan Pelayanan Terbaik bagi Pelanggan
Memprioritaskan pelanggan dalam susunan strateginya, target
costing juga mendukung kekuatan brand engagement yang berkaitan
dengan relasi konsumen. Melalui langkah tersebut, perusahaan dapat

Manajemen 7F 8
menarik pelanggan untuk tetap setia pada produksi baru perusahaan
di masa mendatang.
➢ Membantu Pencapaian Target Keuntungan
Target Laba juga menjadi poin penting yang bisa membantu
menjamin estimasi perusahaan atas produk tertentu. Adanya target
costing juga bisa digunakan untuk meninjau kesehatan finansial
perusahaan sehingga kesuksesan peluncuran produk baru atau
perusahaan secara keseluruhan.

2.3 Metode Penentuan Titik Impas dan Target Laba


2.3.1 Metode Penetuan Titik Impas (Break Event Point)
Break even point umumnya dapat dihitung dengan tiga metode yaitu
metode persamaan, metode margin kontribusi dan metode grafis.
Ketiga metode tersebut pada dasarnya adalah pendekatan yang
mempunyai hasil akhir sama, akan tetapi ketiga metode tersebut
memiliki perbedaaan pada bentuk dan variasi dari persamaan laporan
laba rugi kontribusi. Dibawah ini akan diuraikan tiga metode,
sehingga akan jelas perbedaanya:
a) Metode Persamaan (equation method) adalah metode yang
berdasarkan pada pendekatan laporan laba rugi. Penentuan break
even atau impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan
mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya
ditambah laba.
Laba dihitung dengan rumus berikut:

Rumus Laba BEP Metode Persamaan

Manajemen 7F 9
▪ Keterangan:
y = laba
c = harga jual persatuan
x = jumlah produk yang dijual
b = biaya variabel persatuan
a = biaya tetap
Adapun rumus Break Even Point (BEP) dengan metode
persamaan adalah sebagai berikut:

Rumus BEP Metode Persamaan dalam Unit


Rumus BEP Metode Persamaan dalam Rupiah

b) Metode Kontribusi Unit merupakan variasi metode persamaan.


Setiap unit atau satuan produk yang terjual akan menghasilkan
jumlah margin kontribusi tertentu yang akan menutup biaya tetap.
Metode kontribusi unit adalah metode jalan pintas dimana harus
diketahui nilai margin kontribusi (Simamora, 2012:171).
Margin Kontribusi adalah hasil pengurangan pendapatan dari
penjualan dengan biaya variabel. Untuk mencari titik Impas atau
Break Even Point (BEP) rumusnya adalah sebagai berikut:

Rumus BEP Metode Kontribusi dalam Rupiah

Manajemen 7F 10
Rumus BEP Metode Kontribusi dalam Unit
c) Menurut Simamora (2012:173) Grafis titik impas (BEP)
mempunyai beberapa hal penting yaitu selama harga jual melebihi
biaya variabel (margin kontribusinnya positif), maka penjualan
yang lebih banyak akan menguntungkan perusahaan, baik dengan
meningkatkan laba ataupun mengurangi kerugian.

Grafik biaya-volume-laba (cost volume profit graph)


menggambarkan hubungan antara biaya, volume dan laba. Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih terperinci perlu dibuat grafik
dengan dua garis terpisah, yaitu garis total pendapatan dan garis
total biaya (Hansen dan Mowen, 2011:21).

Rumus BEP Metode Grafis


A
Analisis titik impas atau break even point (BEP) dengan metode
grafis digambarkan dalam kurva seperti gambar di bawah ini:

Manajemen 7F 11
Grafik atau Kurva Titik Impas - Break Even Point (BEP)

Keterangan:

1. Sumbu datar (sumbu x) menyatakan volume penjualan yang


dapat dinyatakan dalam satuan kuantitas atau rupiah
pendapatan penjualan.
2. Sumbu tegak (sumbu y) menyatakan pendapatan penjualan
dan biaya dalam rupiah.
3. Impas (BEP) adalah terletak pada perpotongan garis
pendapatan penjualan dengan garis biaya. Bila dari titik
perpotongan tersebut ditarik garis tegak ke sumbu x, akan
diketahui pencapaian impas berdasarkan volume penjualan.
Jika dari titik impas ditarik garis tegak lurus ke sumbu y,
akan diketahui pencapaian impas berdasarkan pendapatan
penjualan.
4. Daerah sebelah kiri titik impas, yaitu bidang diantara garis
total biaya dengan garis pendapatan penjualan merupakan
daerah rugi, karena pendapatan penjualan lebih rendah dari
total biaya. Sedangkan daerah di sebelah kanan titik impas
yaitu, bidang diantara garis pendapatan penjualan dengan

Manajemen 7F 12
garis total biaya merupakan daerah laba, karena pendapatan
penjualan lebih tinggi dari total biaya.

2.3.2 Metode Penetuan Target Laba

Menentukan target laba adalah proses mengidentifikasi jumlah laba yang


ingin di capai oleh Perusahaan dalam periode tertemtu. Ini meru[akan
salah satu aspek penting dari perencanaan keuangan dan manajemen
bisnis. Target laba biasanya digunakan untuk membimbing pengambilan
keputusan strategis,pengendalian biaya, penetapan harga, dan alokasi
sumber daya.

2.3.3 Pentingnya Menentukan Target Laba dalam Bisnis

Menentukan target laba memiliki berbagai kepentingan dalam bisnis,


antara lain:

1. Pengambilan Keputusan: Menentukan target laba membantu dalam


pengambilan keputusan tentang berbagai aspek bisnis, seperti
penetapan harga, alokasi anggaran pemasaran, dan investasi
dalam pengembangan produk baru.
2. Perencanaan Keuangan: Ini adalah bagian penting dari perencanaan
keuangan perusahaan. Dengan menentukan target laba,
perusahaan dapat merencanakan pengeluaran dan pendapatan
dengan lebih baik.
3. Evaluasi Kinerja: Target laba digunakan untuk menilai kinerja
perusahaan dalam mencapai tujuan keuangan. Ini memungkinkan
perusahaan untuk mengukur apakah mereka telah mencapai target
yang telah ditetapkan.

Manajemen 7F 13
2.3.4 Cara Menghitung Target Laba

Langkah-langkah umum dalam menghitung target laba adalah:

a) Tentukan Laba yang Diinginkan: Identifikasi jumlah laba yang ingin


dicapai dalam periode tertentu. Laba ini dapat berdasarkan proyeksi
keuangan, tujuan bisnis, atau faktor lain yang relevan.
b) Hitung Biaya Tetap: Tentukan biaya tetap perusahaan, yaitu biaya yang
tidak berubah terlepas dari volume penjualan atau produksi. Ini bisa
termasuk gaji dan upah, sewa, biaya utilitas, dan sebagainya.
c) Hitung Margin Kontribusi: Margin kontribusi adalah selisih antara harga
jual per unit dengan biaya variabel per unit. Ini adalah kontribusi setiap
penjualan terhadap biaya tetap perusahaan.
d) Gunakan Rumus: Target laba dapat dihitung dengan rumus berikut:

Target Laba = Biaya Tetap + Laba yang Diinginkan


Margin Kontribusi per Unit

2.3.5 Pengambilan Tindakan untuk Mencapai Target Laba

Setelah target laba ditentukan, perusahaan perlu mengambil langkah-langkah


konkret untuk mencapainya. Beberapa strategi yang dapat digunakan meliputi:
➢ Penetapan Harga yang Tepat: Perusahaan dapat menyesuaikan harga
jual produk atau layanan mereka untuk mencapai margin kontribusi
yang dibutuhkan.
➢ Pengendalian Biaya: Mengendalikan dan mengurangi biaya produksi
dan operasional agar dapat mencapai target laba.
➢ Peningkatan Volume Penjualan: Meningkatkan volume penjualan
dengan strategi pemasaran yang efektif.
➢ Diversifikasi Produk: Menambahkan produk baru atau layanan
tambahan yang dapat meningkatkan pendapatan.
➢ Efisiensi Operasional: Meningkatkan efisiensi dalam proses
produksi dan operasional.

2.3.6 Studi Kasus: Perusahaan XYZ

Misalnya, perusahaan XYZ ingin mencapai laba bersih sebesar 10.000.000


dalam satu tahun. Biaya tetap perusahaan adalah 5.000.000 per tahun dan margin
kontribusi per unit produk adalah 2.000 Maka, target laba perusahaan XYZ dapat
dihitung sebagai berikut:

Manajemen 7F 14
Target Laba = 5.000.000 + 10.000.000 = 7.500
2.000

Maka, perusahaan XYZ perlu menjual sebanyak 7,500 unit produk untuk
mencapai target laba mereka.

2.4.1 Analisis Multi-Produk dalam Manajemen Bisnis

Analisis multi-produk adalah proses mengumpulkan, membandingkan, dan


mengevaluasi kinerja berbagai produk atau layanan yang ditawarkan oleh sebuah
perusahaan. Tujuan utama dari analisis ini adalah:
• Mengukur Profitabilitas: Menentukan produk mana yang menghasilkan
laba paling besar dan produk mana yang mungkin memerlukan perhatian
lebih lanjut untuk meningkatkan profitabilitas.
• Pengalokasian Sumber Daya: Memutuskan bagaimana mengalokasikan
sumber daya seperti tenaga kerja, dana pemasaran, dan fasilitas produksi
di antara produk-produk yang berbeda.
• Evaluasi Pertumbuhan: Menilai potensi pertumbuhan masing-masing
produk dan apakah produk tertentu masih relevan di pasar.

2.4.2. Metode Analisis Multi-Produk

Beberapa langkah dalam melakukan analisis multi-produk meliputi:


a) Pengumpulan Data: Kumpulkan data tentang penjualan, biaya produksi,
margin laba, dan faktor-faktor kinerja lainnya untuk setiap produk atau
layanan.
b) Pengelompokan Produk: Kelompokkan produk atau layanan yang serupa
dalam kategori yang sama, seperti produk dengan target pasar yang mirip
atau produk dalam kategori yang sama.
c) Analisis Kinerja: Gunakan rasio keuangan dan metrik kinerja lainnya
untuk menilai profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan masing-masing
produk. Beberapa metrik yang berguna meliputi margin laba kotor, ROI
(Return on Investment), dan pangsa pasar.
d) Penyusunan Strategi: Berdasarkan hasil analisis, tentukan langkah-langkah
strategis untuk masing-masing produk. Ini dapat berupa penghentian
produksi produk yang kurang menguntungkan atau peningkatan
pemasaran produk yang potensial.

2.4.3. Dampak Analisis Multi-Produk pada Pengambilan Keputusan Bisnis

Analisis multi-produk memiliki dampak signifikan pada pengambilan keputusan


bisnis, antara lain:

a. Alokasi Sumber Daya yang Efisien: Dengan memahami kontribusi relatif dari
setiap produk terhadap laba perusahaan, perusahaan dapat mengalokasikan

Manajemen 7F 15
sumber daya secara efisien. Produk yang lebih menguntungkan dapat menerima
lebih banyak investasi.

b. Pengembangan Produk: Analisis multi-produk membantu dalam menentukan


apakah produk yang ada perlu ditingkatkan atau apakah perlu dikembangkan
produk baru.

c. Pemilihan Portofolio: Perusahaan dapat memutuskan untuk mengurangi produk


yang kurang menguntungkan atau tidak relevan dan fokus pada produk yang
memberikan kontribusi besar terhadap laba.

d. Evaluasi Strategi Pemasaran: Analisis multi-produk membantu dalam


mengevaluasi efektivitas strategi pemasaran produk individu dan membuat
penyesuaian jika diperlukan.

2.4.4. Studi Kasus: Analisis Multi-Produk pada Perusahaan X

Misalnya, perusahaan X memproduksi tiga produk berbeda: A, B, dan C. Setelah


melakukan analisis multi-produk, perusahaan menemukan bahwa produk A
memiliki margin laba yang sangat baik, produk B sedang, dan produk C memiliki
margin laba yang rendah. Sebagai hasil dari analisis ini, perusahaan memutuskan
untuk menghentikan produksi produk C dan mengalokasikan sumber daya
tambahan untuk produk A untuk meningkatkan pangsa pasarnya.

2.5.1 Analisis Rasio Keuangan dan Pengelolaan Ketidakpastian dalam Bisnis

Analisis rasio keuangan melibatkan penggunaan data keuangan perusahaan untuk


menghitung dan membandingkan berbagai rasio yang memberikan wawasan
tentang kinerja finansial. Ini mencakup rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas,
dan efisiensi. Rasio-rasio ini membantu dalam mengukur sejauh mana perusahaan
mampu memenuhi kewajiban keuangannya, menghasilkan laba, dan mengelola
sumber daya dengan efisien.

Contoh rasio keuangan yang umum meliputi:


a) Rasio Likuiditas: Seperti Current Ratio dan Quick Ratio, yang mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan dalam
jangka pendek.
b) Rasio Solvabilitas: Seperti Debt to Equity Ratio, yang mengukur tingkat
hutang perusahaan dalam hubungannya dengan ekuitas pemilik.
c) Rasio Profitabilitas: Seperti Net Profit Margin, yang mengukur persentase
laba bersih yang dihasilkan perusahaan dari penjualan.
d) Rasio Efisiensi: Seperti Inventory Turnover Ratio, yang mengukur
seberapa efisien perusahaan dalam mengelola inventaris.

Manajemen 7F 16
2.5.2. Analisis Rasio Keuangan dalam Menghadapi Ketidakpastian

Analisis rasio keuangan memiliki relevansi yang signifikan dalam menghadapi


ketidakpastian bisnis. Berikut adalah beberapa alasan mengapa analisis rasio
keuangan penting dalam konteks ini:
a) Prediksi Ketidakpastian: Rasio keuangan dapat membantu perusahaan
dalam memprediksi ketidakpastian keuangan di masa depan. Misalnya,
rasio likuiditas yang rendah dapat menunjukkan potensi masalah likuiditas
yang akan datang.
b) Evaluasi Risiko: Dengan mengamati rasio solvabilitas, perusahaan dapat
mengukur tingkat risiko kebangkrutan yang mungkin dihadapi jika
ketidakpastian meningkat.
c) Penyusunan Strategi: Analisis rasio keuangan membantu perusahaan
dalam merancang strategi untuk menghadapi ketidakpastian. Misalnya,
jika rasio profitabilitas menurun, perusahaan dapat mempertimbangkan
strategi penghematan biaya atau diversifikasi produk.
d) Pengambilan Keputusan yang Tepat: Dalam kondisi ketidakpastian,
perusahaan harus membuat keputusan yang bijaksana tentang alokasi
sumber daya. Rasio keuangan memberikan data yang diperlukan untuk
membuat keputusan ini.

2.5.3. Penggunaan Analisis Rasio dalam Mengelola Ketidakpastian

Berikut adalah beberapa cara di mana perusahaan dapat menggunakan analisis


rasio keuangan untuk mengelola ketidakpastian:
a) Pengelolaan Kas: Rasio likuiditas, seperti Current Ratio, membantu dalam
mengukur sejauh mana perusahaan memiliki kas yang cukup untuk
menghadapi ketidakpastian. Perusahaan dapat memastikan bahwa
cadangan kas yang mencukupi tersedia untuk mengatasi tantangan
keuangan yang tidak terduga.
b) Diversifikasi Portofolio: Jika rasio profitabilitas produk individu
berfluktuasi, perusahaan dapat mempertimbangkan diversifikasi portofolio
produk atau layanan untuk mengurangi risiko ketergantungan pada satu
produk.
c) Pengendalian Hutang: Rasio solvabilitas membantu dalam mengukur
tingkat hutang perusahaan. Dalam lingkungan bisnis yang tidak pasti,
mengendalikan hutang dan menjaga rasio solvabilitas yang sehat sangat
penting.
d) Pengembangan Skenario: Perusahaan dapat menggunakan data rasio
keuangan untuk mengembangkan berbagai skenario yang
mempertimbangkan berbagai tingkat ketidakpastian. Ini membantu dalam
perencanaan keuangan yang lebih baik.

Manajemen 7F 17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Hukum bisnis yaitu suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tentang
tata cara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industry atau keuangan yang
dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan
menempatkan uang dari para entrepreneur dalam resiko tertentu dengan usaha
tertentu untuk mendapatkan keuntungan tertentu
Dalam kegiatan-kegiatan bisnis, hukum jelas diperlukan demi kepentingan Para
pihak Agar terwujud watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang
berkeadilan, wajar, sehat dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian hukum). Dan
hukum bisnis tersebut harus diketahui/dipelajari oleh pelaku bisnis sehingga
bisnisnya berjalan sesuai dengan koridor hukum dan tidak mempraktikkan bisnis
yang bisa merugikan masyarakat luas (monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat).
Menentukan target laba adalah langkah penting dalam perencanaan
keuangan dan manajemen bisnis. Ini membantu perusahaan untuk fokus pada
tujuan keuangan mereka dan mengambil langkah-langkah strategis untuk
mencapainya. Dengan pemahaman yang baik tentang biaya, harga jual, dan
margin kontribusi, perusahaan dapat menghitung target laba dan mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mencapainya. Oleh karena itu, setiap perusahaan
yang serius perlu mempertimbangkan dan menggunakan konsep ini dalam
pengelolaan operasionalnya.
Analisis rasio keuangan adalah alat yang sangat penting dalam pengelolaan
bisnis dalam lingkungan yang penuh ketidakpastian. Rasio keuangan membantu
perusahaan dalam memahami risiko keuangan, mengidentifikasi masalah
potensial, dan mengambil keputusan yang lebih baik. Dengan memahami konsep
analisis rasio keuangan dan menggunakannya dengan bijak, perusahaan dapat
meningkatkan kemampuannya untuk bertahan dan berkembang dalam kondisi
bisnis yang tidak pasti. Analisis multi-produk adalah alat yang penting dalam
manajemen bisnis yang membantu perusahaan dalam memahami kinerja relatif
dari berbagai produk atau layanan yang ditawarkan. Dengan memahami kekuatan
dan kelemahan masing-masing produk, perusahaan dapat mengambil keputusan
yang lebih baik tentang pengembangan, alokasi sumber daya, dan strategi
pemasaran. Analisis ini memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan
profitabilitas dan pertumbuhan bisnisnya secara keseluruhan. Oleh karena itu,
setiap perusahaan yang memiliki berbagai produk harus mempertimbangkan
melakukan analisis multi-produk secara rutin.

3.2 SARAN

Manajemen 7F 18
Dalam semua kegiatan bisnis, semestinya semua pelaku-pelaku bisnis telah
menguasai aturan-aturan yang mengatur tentang kegiatan bisnis tersebut atau yang
dinamakan dengan hukum bisnis dan juga harus memahami manfaat dan tujuan
dari hukum bisnis itu sendiri demi terwujudnya hak dan kewajiban para pihak
secara hukum ataupun dalam koridor hukum yang berlaku

Manajemen 7F 19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-manado/analisa-
laporan-keuangan/makalah-analisis-titik-impas/49132006

https://www.kajianpustaka.com/2017/11/analisis-dan-metode-perhitungan-
break-even-point.html

Penegertian hukum bisni, : “http://id.shvoong.com/law-and-politics/commercial-


law/2289048-pengertian-hukum-bisnis-hukum-dagang/#ixzz2F8XSU6Qv”,
diakses tanggal 15 Desember 2012

Tiar Ramon, SH. MH, Hukum Bisnis

“http://tiarramon.wordpress.com/2009/05/26/hukum-bisnis/#comments”,
diakses tanggal 15 Desember 2015

Manajemen 7F 20
MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Dosen Pengampu: Merida, M.Ak.

Disusun Oleh:

Lutfiah Kharismatul Azizah 2016120075

Khoirinnisa Fauziah 2016120090

Dita Amelia Hanifa 2016120103

Rizky Setiawan 2016120130

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PUTERA PERDANA INDONESIA

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akuntansi Manajemen. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Merida, M.Ak. selaku dosen mata kuliah Akuntansi
Manajemen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun daripada saudara sekalian kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tangerang, 17 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I ........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................................1
BAB II .....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................2
A. Perilaku Biaya ..............................................................................................................2
B. Jenis Perilaku Biaya .....................................................................................................3
C. Sumber Daya, Aktivitas, dan Perilaku Biaya..............................................................10
BAB III ..................................................................................................................................16
PENUTUP .............................................................................................................................16
Kesimpulan ........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah Perusahaan, biaya digunakan untuk menentukan harga
pokok penjualan dan nilai persediaan akhir. Biaya – biaya ini penting dalam
menyiapkan Laporan Keuangan Eksternal. Dalam hal ini, semua biaya
Perusahaan dimasukkan dalam satu dari tiga kategori berikut : Produksi atau
Manufaktur (dalam Akun Harga Pokok Penjualan), biaya pemasaran, dan
biaya administrasi. Pengaturan ini cocok untuk Pelaporan Eksternal, bahkan
pelaporan tersebut diwajibkan. Akan tetapi, pengelompokkan fungsional sama
sekali tidak membantu penganggaran, pengendalian, dan pengembalian
keputusan. Untuk tujuan-tujuan ini, kita perlu memahami perilaku biaya.
Perilaku biaya (cost behaviour) adalah istilah umum untuk
mendeskripsikan apakah biaya berubah seiring dengan perubahan keluaran.
Biaya-biaya bereaksi pada perubahan keluaran dengan berbagai cara.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah jenis – jenis perilaku biaya?
2. Apa sajakah sumber daya, dan perilaku biaya?
3. Bagaimana metode untuk memisahkan biaya campuran menjadi komponen
tetap dan variabel?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui jenis – jenis perilaku biaya
2. Untuk mngetahui apa sajakah sumber daya, dan perilaku Biaya
3. Untuk mengetahui metode untuk memisahkan biaya campuran menjadi
komponen tetap dan variabel

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perilaku Biaya

Perilaku biaya (cost behavior) adalah pola yang menggambarkan bagaimana


jumlah biaya bervariasi atas perubahan aktivitas bisnis. Aktivitas bisnis perusahaan
dapat konstan, meningkat, atau menurun. Ada biaya yang konsisten mengikuti
perubahan aktivitas bisnis ini. Saat aktivitas bisnis konstan, biaya tidak berubah, saat
aktivitas bisnis meningkat, biaya akan meningkat, dan saat aktivitas bisnis menurun,
biaya juga akan menurun. Namun, ada pula biaya yang tetap konstan meski aktivitas
bisnis berubah- ubah.
Manajemen perlu mengidentifikasi biaya dan perilakunya. Berikut tiga tujuan
utama pentingnya manajemen perusahaan mengetahui perilaku biaya, yaitu:
1. Pengendalian biaya
Manajemen perlu mengetahui perilaku biaya agar dapat mengendalikan
biaya variabel dan/ atau biaya tetap. Misalnya, manajer mengendalikan biaya
bahan baku (biaya variabel) dengan memilih pemasok yang lebih tepat.
Pemulihan pemasok yang tepat, baik tepat dari sisi jarak, kualifikasi, kualitas,
maupun saluran distribusi, dapat menekan biaya bahan baku. Oleh karena
meningkatnya kapasitas produksi, maka biaya tetap per unit menjadi lebih kecil.
2. Pengestimasian biaya
Estimasi biaya merupakan penentuan biaya masa depan berdasarkan data
aktivitas dan biaya masa lalu. Analisis terhadap data aktivitas dan biaya masa
lalu digunakan untuk membuat model estimasi.
3. Pembuatan keputusan
Identifikasi perilaku biaya diperlukan dalam pembuatan keputusan.
Misalnya, untuk memutuskan apakah perlu menerima atau menolak pesanan
khusus. Jika kapasitas produksi belum penuh, biaya tetap total tidak akan
berubah saat pesanan khusus diterima. Berdasarkan hal tersebut, saat kapasitas

2
produksi belum penuh, cukup biaya variabel saja yang perlu dipertimbangkan
dalam pengambilan keputusan terkait pesanan khusus. Sebaliknya, jika
kapasitas produksi penuh, baik biaya variabel maupun biaya tetap akan
bertambah saat pesanan khusus tersebut diterima. Oleh karena itu, saat
kapasitas produksi penuh, kedua jenis biaya tersebut perlu dipertimbangkan
dalam pengambilan keputusan terkait pesanan khusus.

B. Jenis Perilaku Biaya


Perilaku biaya terdiri dari 3 jenis, diantaranya:
1. Biaya variabel (ivariable cost)
Biaya variabel (varable cost), yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan aktivitas dan volume produksi, sementara jumlah
per unitnya tidak berubah.
Berdasarkan definisi di atas dapat ditekankan bahwa:
1) Biaya variabel total berubah proporsional dengan perubahan aktivitas
2) Biaya variabel per unit tidak berubah walaupun aktivitas berubah.
Meskipun jenis tertentu berperilaku variabel di suatu perusahaan, tetapi
belum tentu demikian di peruhaan lain. Misalnya, karyawan PT Amanda
dibayar Rp 10.000 untuk setiap unit yang diproduksi. Sementara, karyawan PT.
Baruna dibayar Rp 100.000 per orang per minggu dan tidak tergantung pada
jumlah produksi mingguan. Terkait dengan jumlah produksi, biaya tenaga kerja
PT Baruna bukan merupakan biaya variabel. Tipikal biaya variabel dapat
diidentifikasi seperti tampak pada gambar 1.
Contohnya, tipikal biaya variabel di perusahaan manufaktur adalah biaya
bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung, biaya
pemakaian listrik, dan biaya bahan bakar mesin.
Berikut contoh untuk memperjelas gambaran mengenai biaya variabel, PT
Armanda memproduksi baju menggunakan bahan baku kain. Biaya bahan baku

3
kain adalah biaya variabel. Pada setiap 1 unit baju membutuhkan 1 meter kain
dengan biaya Rp 10.000 per meter.

Gambar 1

Gambar 2

PT Armanda memproduksi 100 baju. Kain yang dibituhkan adalah 100


meter. Total biaya bahan baku sebesar Rp 1.000.000 (100 meter x Rp 10.000).
Jika PT Armanda memproduksi 200 baju, maka dibutuhkan kain 200 meter.
Total biaya bahan bakunya adalah Rp 2.000.000 (200 meter x Rp 10.000). Jika
PT Armanda memproduksi 300 baju, maka dibutuhkan kain 200 meter. Total

4
biaya bahan bakunya adalah Rp 3.000.000 (300 meter x Rp 10.000). Simulasi
perhitungan biaya variabel ini tampak pada gambar 2.
Berdasarkan gambar 2 di atas sdapat diketahui jika jumlah produksi baju
100 maka total biaya bahan baku Rp 1.000.000. Jika jumlah produksi baju 200
maka total biaya bahan baku Rp 2.000.000. Jika jumlah produksi baju 300
maka total biaya bahan baku Rp 3.000.000. Perubahan aktivitas (jumlah
produksi) diikuti oleh perubahan total biaya bahan baku. Sesuai dengan definisi
biaya variabel, perubahan aktivitas secara proporsional berpengaruh pada biaya
variabel total. Di sisi lain, perubahan aktivitas (jumlah produk) tidak diikuti
perubahan biaya variabel per unit. Berapa pun produksi baju, biaya variabel per
unit adalah Rp 10.000. Sesuai definisi biaya variabel, perubahan aktivitas tidak
berpengaruh pada biaya variabel per unit.
Biaya variabel dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Biaya variabel teknis (engineered variable cost)
Biaya variabel teknis adalah biaya variabel yang memiliki hubungan
teknis yang nyata dengan aktivitas yang mengonsumsi biaya tersebut.
Pada umumnya, biayavariabel adalah biaya variabel teknis. Biaya tenaga
kerja langsung memiliki hubungan teknis yang nyata dengan tenaga
buruh yang telah mengorbanan tenaga dan mentalnya. Biaya bahan baku
memiliki hubungan teknis yang nyata dengan bahan baku yang digunakan
untuk produksi. Biaya pemakaian listrik memiliki hubungan teknis yang
nyata dengan listrik yang dipakai.
2) Biaya variabel diskresioner (discretionary variable cost)
Biaya variabel diskresioner adalah biaya variabel yang tidak memiliki
hubungan teknis yang nyata dengan aktivitas yang mengonsumsi biaya
tersebut. Biaya ini dikategorikan sebagai biaya variabel karena diskresi
manajemen. Misalnya, manajemen membuat kebijakan bahwa biaya iklan
ditentukan sebesar 4 persen dari penjualan. Biaya iklan ini menjadi biaya
variabel sebesar 4 persen dari penjualan akibat kebijakan manajemen,

5
bukan karena iklan memiliki hubungan teknis dengan penjualan. Apabila
kebijakan perusahaan berubah, maka biaya iklan ini mungkin tidak lagi
menjadi biaya variabel.
2. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang jumlah totalnya tidak terpengaruh
oleh tingkat aktivitas dalam kisaran relevan (relevant range) tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa:
1) Jumlah biaya tetap total tidak berubah dalam kisaran relevan tertentu meski
tingkat aktivitas berubah
2) Biaya tetap per unit berubah dengan berubahnya tingkat aktivitas.
Pengidentifikasian suatu biaya sebagai biaya tetap tidak membutuhkan
penjelasan dimana biaya tersebut terjadi.
Berikut tipikal jenis biaya tetap, baik untuk perusahaan jasa, dagang, maupun
manufaktur:
1) Biaya depresiasi peralatan
2) Biaya depresiasi bangunan
3) Biaya abonemen listrik
4) Biaya gaji pokok pegawai
5) Biaya gaji mandor pabrik

Gambar 3

Berikut contoh untuk memperjelas gambaran mengenai biaya tetap PT


Armanda adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi baju. Salah
satu komponen biaya tetap perusahaan ini adalah gaji mandor produksi. PT
Armanda memberikan gaji sebesar Rp. 1.500.000 meski PT Armanda

6
memproduksi 100 baju, 200 baju, atau bahkan 300 baju. Ilustrasi biaya tetap
dapat dilihat lebih jelas pada gambar 3.
Berdasarkan gambar 3, perubahan aktivitas (jumlah produksi) tidak diikuti
oleh perubahan biaya tetap total (gaji mandor produksi). Hal tersebut sesuai
dengan definisi biaya tetap bahwa perubahan aktivitas tidak menyebabkan
perubahan biaya tetap total. Sebaliknya, perubahan aktivitas (jumlah produk)
akan menyebabkan perubahan biaya tetap per unit.
Apabila jumlah produksi baju 100 baju, gaji mandor per unit adalah Rp
15.000 (Rp 15.000 : 100 unit); apabila jumlah produksi baju 200 baju, gaji
mandor per unit adalah Rp 7.500 (Rp 15.000 : 200 unit); jumlah produksi baju
300 baju, gaji mandor per unit adalah Rp 5.000 (Rp 15.000 : 300 unit). Semakin
tinggi tingkat aktivitas maka semakin rendah biaya tetap per unit. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat aktivitas maka semakin tinggi biaya per unit.
Biaya tetap dikategorikan menjadi:
1) Biaya tetap terikat (comitted fixed cost)
Biaya tetap terikat adalah biaya yang muncul karena keputusan investasi
pada fasilitas, peralatan, banguanan, dan investasi aset tetap lainnya yang tidak
dapat diubah secara signifikan dalam jangka pendek tanpa melakukan
perubahan fundamental. Keputusan perusahaan untuk pengadaan peralatan,
bangunan, dan investasi lain merupakan keputusan yang berdampak panjang
bagi perusahaan. Sekali keputusan ini dilakukan maka biaya yang dikeluarkan
untuk keputusan tersebut tidak akan berubah dalam jangka pendek.

Berikut contoh untuk memperjelas gambaran mengenai biaya tetap


terikat. Sebuah perusahaan membangun pabrik dengan biaya Rp 200 juta. Biaya
sebesar Rp 200 juta tersebut akan melekat pada bangunan pabrik selama 20
tahun. Biaya depresiasinya menjadi sebesar Rp 10 juta (Rp 200 juta/ 20 tahun).
Biaya depresiasi tersebut merupakan biaya tetap terikat. Biaya depresiasi
peralatan dan gaji manajemen puncak juga termasuk biaya terikat. Apabila

7
keputusan sudah dilakukan, maka biaya ini tidak mungkin dapat berubah dalam
jangka pendek. Perubahan terhadap biaya tetap terikat dapat terjadi saat
perusahaan melakukan perubahan besar. Misalnya, apabila perusahaan menjual
mesin yang sudah digunakan, maka biaya tetap terikat berupa depresiasi dapat
berubah.

Sekali keputusan dibuat untuk mendapatkan sumber daya tetap,


perusahaan “terkunci” dalam keputusan tersebut selama beberapa tahun. Biaya
tetap yang muncul akibat keputusan ini juga menjadi biaya yang
dikomitmenkan untuk tanggung selama beberapa tahun. Oleh karena itu,
pembuatan keputusan terkait dengan investasi jangka panjang harus dilakukan
dengan analisis yang hati- hati agar erusahaan tidak terjebak dalam biaya tetap
terikat yang tidak terkendali.

2) Biaya tetap diskresioner (dicretionary fixed cost).

Biaya Tetap Diskresioner. Biaya tetap diskresioner adalah biaya yang


muncul dari diskresi (kebijakan) manajemen untuk membelanjakan biaya dalam
jumlah tertentu tanpa dipengaruhi besar kecilnya aktivitas perusahaan. Kata
kunci dalam pengertian iniadalah diskresi. Diskresi menggambarkan kebijakan
yang dibuat oleh menajemen. Kebijakan manajemen menjadi penyebab biaya
ini menjadi biaya tetap.

Biaya tetap diskresioner umumnya muncul dari keputusan tahunan yang


dibuat oleh manajemen. Misalnya, di awala tahun perusahaan memutuskan
untuk mengeluarkan biaya iklan sebesar Rp 25 juta per bulan. Biaya ini
merupakan biaya tetap diskresioner karena perusahaan telah memutuskan untuk
mengeluarkannya setiap bulan sepanjang tahun. Biaya tetap diskresioner
lainnya adalah biaya riset dan pengembangan. Manajemen berdasarkan
diskresinya dapat menentukan jumlah tertentu, misalnya Rp 100 juta sebagai
pengeluaran untuk riset dan pengembangan dalam satu tahun. Biaya riset dan

8
pengembangan ini termasuk kategori biaya tetap diskresioner karena jumlah
sebesar Rp 100 juta tidak bervariasi sesuai dengan tingkat aktivitas bisnis
perusahaan dan ditentukan berdasarkan kebijakan manajemen.

Ada dua perbedaan mendasar antara biaya tetap terikat dengan biaya
tetap diskrisioner. Berikut dijelaskan kedua perbedaan tersebut.

˗ Horizon waktu biaya tetap diskrisioner adalah jangka pendek, biasanya


satu tahun. Horizon waktu biaya tetap terikat adalah jangka panjang lebih
dari satu tahun. Biaya pengeluaran iklan termasuk sebagai biaya tetap
diskrisioner yang ditentukan oleh manajemen secara tahunan. Apabila
tahun depan tidak ada lagi keputusan sejenis maka pengeluaran iklan
tidak lagi menjadi biaya tetap diskrisioner. Sedangkan biaya depresiasi
gedung pabrik berlangsung sepanjang umur ekonomis gedung.
˗ Manajemen dapat menghentikan biaya tetap diskrisioner dengan dampak
yang lebih kecil daripada konsekuensi penghentian biaya tetap terikat.
Misalnya, perusahaan menghentikan pengeluaran sebesar Rp 25 juta per
bulan pada pertengahan tahun dan menjual gedung pabrik dengan biaya
Rp 200 juta yang baru beroperasisatu tahun lalu. Keputusan pertama
memiliki dampak yang lebih kecil daripada keputusan kedua. Hal ini
karena penjualan gedung pabrik menyebabkan produksi berhenti,
sementara pengehntian pengeluaran untuk biaya iklan tidak.
3. Biaya campuran (mixed cost)
Biaya campuran (mixed cost) adalah biaya yang memiliki karakteristik
biaya variabel sekaligus biaya tetap. Sebagian dari biaya campuran berubah
mengikuti perubahan aktivitas secara proporsional. Sementara, sebagian yang
lain tidak berubah meski tingkat aktivitasnya berubah. Contoh biaya campuran
adalah biaya pegawai penjualan dan biaya listrik.
Pegawai penjualan sering kali digaji dengan gaji pokok tertentu ditambah
dengan komisi 5 persen dari penjualan. Berdasarkan hal tersebut, penjualan

9
merupakan aktivitas dan unit penjualan merupakan pemicu biaya. Berikut
contoh untuk memperjelas penggambaran mengenai biaya campuran. Amir
adalah seorang tenaga penjual. Ia mendapatkan gaji pokok bulanan sebesar Rp
100.000 ditambah 5 persen dari penjualan bersih. Pada bulan tertentu, Amir
berhasil menjual sebesar Rp 150.000 [Rp 100.000 + ( 5% x Rp 1.000.000)].
Jika bulan berikutnya Amir berhasil menjual sebesar Rp 2.000.000, maka
penghasilan Amir menjadi Rp 200.000 [Rp 100.000 + (5% x Rp 2.000.000)].
Berapa pun penjualan yang dilakukan, Amir tetap mendapat gaji pokok
Rp 100.000. Jumlah tersebut termasuk kategori biaya tetap. Sedangkan
tambahan penghasilan sebesar 5 persen dari penjualan bersih termasuk biaya
variabel.
Biaya listrik memiliki perilaku yang sama dengan biaya tenaga penjual di
atas. Aktivitasnya menyediakan listrik sedangkan pemicu biayanya adalah kwh
listrik. Tanpa mempertimbangkan pemakaian kwh listrik, perusahaan
membayar abnomen bulanan, misalnya Rp 200.000. Jumlah tersebut termasuk
biaya tetap. Apabila perusahaan memakai listrik, maka perusahaan membayar,
misalnya Rp 1.000 per kwh. Pada bulanan tertentu perusahaan menggunakan
100 kwh, maka biaya listrik pada bulan tersebut adalah Rp 300.000
[Rp200.000+ (Rp 1.000 x 100 kwh)]. Apabila bulan berikutnya perusahaan
menggunakan 200 kwh, maka biaya listrik pada bulan tersebut adalah
Rp400.000 [Rp 200.000+ (Rp 1.000 x 200 kwh)]. Pembayaran pemakaian
listrik sebesar Rp 1.000 per kwh ini mencerminkan biaya variabel. Adanya
unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel menjadikan biaya listrik
dikategorikan sebagai biaya campuran.

C. Sumber Daya, Aktivitas, dan Perilaku Biaya


Sumber daya (resource) merupakan unsur ekonomis yang membuat
perusahaan dapat melakukan aktivitas. Pada perusahaan manufaktur, sumber
daya meliputi bahan baku, tenaga kerja langsung, kelistrikan, mesin, dan

10
peralatan. Apabila perusahaan memperoleh sumber daya, berarti bahwa
perusahaan memperoleh kemampuan atau kapasitas untuk melakukan
akivitas. Kapasitas aktivitas yang diperoleh perusahaan disesuaikan dengan
tingkat aktivitas yang dilakukan.
1. Sumber daya fleksibel (flexible resource) adalah sumber daya yang diperoleh
saat diperlukan dan tidak membutuhkan komitmen jangka panjang. Hal ini
berarti bahwa perusahaan memperoleh sumber daya hanya sebesar yang
diperlukan dan tidak memperolehnya saat tidak diperlukan. Apabila sumber
daya yang diperoleh lebih besar dari sumber daya yang dibutuhkan, maka ada
kapasitas yang tidak digunakan. Misalnya, kebutuhan bahan bakunya adalah Rp
2.000.000, sementara bahan baku yang digunakan adalah Rp 1.800.000, maka
ada kapasitas yang tidak digunakan (persediaan bahan baku) sebesar Rp
200.000.
Biaya untuk memperoleh sumber daya fleksibel, umumnya dikategorikan
sebagai biaya variabel. Terkait dengan just in time (JIT), pengkategorian
tersebut tepat. Namun untuk kasus tertentu, misalnya ada kapasitas yang tidak
terpakai dan terjadi dalam jangka panjang, maka pengkategorian tersebut
menjadi kurang tepat. Oleh karena itu, bila kapasitas yang tidak digunakan
tersebut tidak berjangka lama, maka sumber daya ini masih dapat dikategorikan
sebagai biaya variabel.
2. Sumber daya terikat (commited resource) adalah sumber daya yang diperoleh di
muka tanpa mempertimbangkan apakah sumber daya yang tersedia tersebut
sepenuhnya habis digunakan atau tidak. Sebuah kendaraan dibeli sekarang
dengan biaya Rp 200 juta. Sumber daya yang tersedia ini tidak sepenuhnya
habis digunakan pada tahun dibeli dan masih dapat digunakan pada tahun-
tahun berikutnya. Kendaraan ini termasuk kategori sumber daya terikat.
Pengadaan sumber daya jangka panjang ini biasanya dilakukan dalam
rangka menjamin keberlangsungan operasi perusahaan. Pembelian mesin pabrik
dimaksudkan agar sumber daya ini tersedia bagi perusahaan untuk berproduksi

11
selama beberapa tahun ke depan. Oleh karena sumber daya terikat
menggambarkan kapasitas berjangka waktu panjang, maka sumber daya
inisering kali dikategorikan sebagai biaya tetap. Terkait dengan komitmen
manajer dalam pembuatan keputusan jangka panjang

D. Teknik Pemisahan Biaya Campuran


Biaya campuran mengandung unsur biaya variabel sekaligus biaya tetap.
Agar analisis dan estimasi biaya lebih baik, maka biaya campuran ini harus
dipisahkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap. Apabila unsure biaya
variabel dan biaya tetap yang ada dalam biaya campuran tidak dipisahkan,
maka pengkategorian perilaku biaya tidak dapatdilakukan dengan tepat.
Padahal pengategorian perilaku biaya yang tepat diperlukan untuk manajerial
yang baik. Misalnya, perencanaan laba membutuhkan laporan laba rugi dengan
pendekatan margin kontribusi. Laporan laba rugi pendekatan margin kontribusi
dapat disusun apabila perilaku biaya diidentifikasi dengan tepat ke dalam biaya
variabel dan biaya tetap.1
Ada tiga pendekatan yang lazim digunakan dalam memisahkan biaya
variabel dan biaya tetap dalam biaya campuran. Ketiga metode tersebut adalah:
1. Metode grafik (scatterplot method)
Metode scatterplot adalah suatu metode penentuan persamaan suatu garis
dengan menggambarkan data dalam suatu grafik. Langkah pertama yang perlu
dilakukan dalam metode ini adalah menggambarkan titik-titik data sehingga
hubungan antara biaya penyetelan dan tingkat aktivitas dapat terlihat. Plot ini
disebut dengan grafik scatter. Grafik scatter dapat membantu memberikan
pengetahuan tentang hubungan antara biaya dan penggunaan aktivitas. Bahkan,
grafik scatter memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan suatu garis secara
visual dengan titik-titik dalam grafik scatter. Dalam melakukan hal ini, garis
yang dipilih seharusnya garis yang paling sesuai dengan titik-titik tersebut.
Dalam memutuskan pilihan tersebut, seorang manajer atau analis biaya bebas

12
menggunakan pengalaman terdahulu yang berkaitan dengan perilaku biaya.
Kelemahan metode ini adalah tidak ada kriteria objektif untuk memilih garis
terbaik.
2. Metode titik tertinggi dan terendah (highest and lowest point method)
Metode tinggi-rendah adalah suatu metode untuk menentukan persamaan
suatu garis lurus dengan terlebih dahulu memilih dua titik (titik tinggi dan
rendah) yang akan digunakan untuk menghitung parameter perpotongan dan
kemiringan. Titik tinggi didefinisikan sebagai titik dengan tingkat keluaran atau
aktivitas tertinggi. Adapun titik rendah didefinisikan sebagai titik dengan
tingkat keluaran atau aktivitas terendah. Titik tinggi dan rendah ditentukan oleh
jumlah tinggi dan rendah dari variabel bebas.
Berikut ini adalah tahapan mengestimasi unsur variabel dan tetap dengan
metode titik tetinggi dan terendah.
- Menyusun data aktivitas dan biaya historis yang terjadi dalam berbagai
periode pengamatan.
- Identifikasi aktivitas tetinggi dan biaya aktivitas tertinggi, identifikasi
aktivitas terendah dan aktivitas terendah.
- Menentukan biaya variabel. Biaya variabel merupakan pembagian
perubahan biaya aktivitas (perbedaan biaya antara biaya aktivitas tertinggi
dengan biaya aktivitas terendah) dengan perubahan aktivitas (perbedaan
antara aktivitas tetinggi dengan aktivitas terendah).
Biaya variabel = Biaya aktivitas tertinggi (Y2) - Biaya aktivitas terendah
(Y1) / Aktivitas tertinggi (X2) - Aktivitas terendah (X1)
Biaya variabel = Perubahan biaya / Perubahan aktivitas = Y2 – Y1 / X2 -
X1
- Menentukan biaya tetap. Biaya tetap merupakan selisih antara biaya titik
tertinggi dan biaya hasil perkalian tarif biaya variabel dengan aktivitas

13
tertinggi, atau selisih antara biaya titik terendah dan hasil perkalian tarif
biaya variabel dengan aktivitas terendah.
Persamaan untuk penentuan biaya variabel per unit dan biaya tetap adalah
sebagai berikut:
Contoh: titik tertinggi biaya 3.750 ketika persiapan 500 jam digunakan.
Titik terendah biaya 1.000 ketika persiapan 100 jam.

Maka rumus biaya dengan menggunakan metode tinggi rendah adalah


Y=312,5 + 6,875x2
3. Metode regresi kuadrat terkecil (least squares regression method)
Metode regresi kuadrat terkecil (least squares regression method) adalah
metode estimasi unsur variabel dan tetap biaya campuran dengan meregresi
aktivitas terhadap biaya aktivitas tersebut. Metode ini mengasumsikan bahwa
hubungan antara aktivitas dan biaya bersifat
linear. Oleh karena itu, regresi yang digunakan adalah regresi linear. Persamaan
regresi pada metode kuadrat terkecil adalah:
Y= a + Bx
a= Konstanta (menggambarkan biaya tetap)
b= Koefisien (menggambarkan biaya variabel)
Y= Biaya campuran
X= Aktivitas

14
Berikut ini adalah tahapan menganalisis unsur variabel dan tetap
dari biaya campuran dengan metode regresi kuadrat kterkecil.
- Menyusun data aktivitas dan biaya historis yang terjadi dalam berbagai
periode pengamatan.
- Menentukan biaya variabel
- Menentukan biaya tetap
Kedekatan setiap titik pada garis dapat diukur dengan jarak vertikal titik dari
garis. Jarak vertikal ini adalah perbedaan antara biaya aktual dengan biaya yang
diprediksi oleh garis. Untuk titik 5, biaya yang diprediksi adalah 5%, dan deviasinya
adalah jarak antara titik 5 dan 5% (jarak dari titik ke garis). Metode kuadrat terkecil
(method of least squares) pertama-tama mengkuadratkan setiap deviasi dan kemudian
menjumlahkan deviasi yang dikuadratkan tersebut sebagai ukuran kedekatan
keseluruhan. Pengkuadratan deviasi ini menghindari masalah yang disebabkan oleh
bauran angka positif dan negatif. Oleh karena ukuran kedekatan adalah jumlah
deviasi kuadrat titik-titik dari garis, maka semakin kecil ukurannya, akan semakin
baik garisnya. Garis yang lebih mendekati titik dibanding garis lainnya disebut garis
kesesuaian terbaik, yaitu garis dengan jumlah kuadrat deviasi terkecil.3

15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perilaku Biaya (Cost Behavior) adalah istilah umum untuk mendeskripsikan


apakah biaya berubah seiring dengan perubahan keluaran. Biaya-biaya bereaksi pada
perubahan keluaran dengan berbagai cara. Pembahasan mengenai hal ini, biaya tetap,
biaya variabel, dan biaya campuran yang akan dmulai dengan melihat kemungkinan-
kemungkinan yang paling sederhana.

Ada tiga metode yang digunakan secara luas untuk memisahkan campuran
menjadi komponen tetap dan variabel, yaitu metode tinggi-rendah, scatterplot dan
metode kuadrat terkecil. Setiap metode menggunakan asumsi hubungan biaya linier

16
DAFTAR PUSTAKA

1. KATEGORI PERILAKU BIAYA.

2. Akmen_2_Modul - Konsep dan Perilaku Biaya.

3. Penyusun, S. T. & Penerbitan, L. AKUNTANSI MANAJEMEN.

17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Dalam menjalankan Perusahaan perlu ada sistem yang dapat mengelola

manajemen diperusarahaan tersebut. Akuntansi manajemen sangat dibutuhkan dalam

memberikan dasar pengambilan keputusan dan penentuan strategi bisnis. Dengan

demikian, pihak manajemen pun akan lebih siap dalam mengelola dan melakukan fungsi

pengaturan di perusahaan.

Dalam Akuntasi Manajemen perusahaan dapat menentukan harga jual dan harga

transfer yang akan digunakan oleh perusahaan, menentukan harga jual dan harga

transfer penting karena Salah satu tujuan melakukan strategi penetapan harga adalah

agar perusahaan dapat memaksimalkan keuntungan usaha.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Harga Jual

1. Pengertian Harga Jual

Harga jual yaitu taksiran biaya non produksi dibagi jumlah produk yang dihasilkan

ditambah laba per unit produk yang dihasilkan (Mulyadi, 1992:72). Penentuan harga jual

yang dilakukan oleh manajemen berhubungan dengan dua hal penting yaitu hal kebijakan

penentuan harga jual (pricing policies) dan hal keputusan harga jual (pricing decisions).

Kebijakan penentuan harga jual merupakan pernyataan sikap manajemen dalam proses

penentuan harga jual produk dan jasa yang dilakukan dengan menetapkan faktor-faktor

yang perlu dipertimbangkan. Sedangkan keputusan penentuan harga jual merupakan

pengambilan keputusan manajemen yang dilakukan dengan menentukan harga jual

produk barang atau jasa yang dihasilkan.

Keputusan penentuan harga jual biasanya harus dibuat secara berulang dalam

periode waktu tertentu, karena harga jual dipengaruhi oleh perubahan lingkungan

eksternal dan internal perusahaan. Perubahan harga jual bertujuan agar harga jual yang

baru dapat mencerminkan biaya saat ini (current cost) atau mungkin biaya masa yang

akan datang (future cost), kondisi pasar, reaksi pesaing, laba atau return yang diinginkan

dan sebagainya. Dalam jangka panjang harga jual yang ditentukan harus dapat

menghasilkan pendapatan masa depan yang cukup untuk semua biaya masa

depan dan laba atau return masa depan yang diinginkan.


2. Faktor yang Mempengaruhi Harga Jual

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual adalah (Mulyadi, 2001:345) :

a. Permintaan konsumen

b. Selera konsumen

c. Jumlah pesaing

d. Harga jual yang ditentukan pesaing

e. Biaya

Point 1 sampai 4 merupakan faktor-faktor yang sulit untuk diramalkan, yang

mempengaruhi pembentukan harga jual produk atau jasa di pasar. Satu- satunya faktor

yang memiliki kepastian relatif tinggi berpengaruh dalam menentuan harga jual adalah

biaya.

3. Metode Penentuan Harga Jual

metode penentuan harga jual yaitu :

a. Penentuan harga normal (Normal pricing)

Dalam keadaan normal, manajer penentu harga jual memerlukan informasi biaya

penuh untuk masa yang akan datang sebagai dasar penentuan harga jual produk

atau jasa. Metode ini sering juga disebut dengan metode cost-plus pricing karena

harga jual ditentukan dengan menambah biaya masa yang akan datang dengan

persentase mark-up (tambahan di atas jumlah biaya) yang dihitung dengan

formula tertentu. Harga jual produk atau jasa dalam keadaan normal ditentukan

dengan formula sebagai berikut:

Harga jual = Taksiran biaya penuh + Laba yang diharapkan


Dari rumus tersebut, terdapat dua unsur yang diperhitungkan dalam penentuan

harga jual, yaitu taksiran biaya penuh dan laba yang diharapkan perusahaan.

b. Cost type contract

Cost-type contract merupakan kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak

pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada

total biaya yang sesungguhnya dikerluarkan oleh produsen ditambah dengan laba

yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya tersebut.

Dalam metode ini, harga jual yang dibebankan kepada pelanggan dihitung

berdasarkan biaya penuh sesungguhnya yang telah dikeluarkan untuk

memproduksi dan memasarkan produk, berbeda dengan metode cost-plus pricing

yang menggunakan taksiran biaya penuh sebagai dasar.

c. Penentuan harga jual pesanan khusus (Special order pricing)

Pesanan khusus adalah pesanan yang diterima oleh perusahaan di luar pesanan

reguler perusahaan. Biasanya, pelanggan yang melakukan pesanan khusus

meminta harga di bawah harga jual normal, bahkan seringkali harga yang diminta

oleh pelanggan berada di bawah biaya penuh karena biasanya pesanan khusus

mencakup jumlah yang besar. Dalam mempertimbangkan penerimaan pesanan

khusus, informasi akuntansi diferensial merupakan dasar yang dipakai sebagai

landasan penentuan harga jual. Jika harga yang diminta oleh pemesan (harga jual

pesanan khusus) lebih besar dari biaya diferensial yang berupa biaya variabel

untuk memproduksi dan memasarkan pesanan khusus tersebut, maka pesanan

khusus dapat dipertimbangkan untuk dterima. Biaya diferensial yang dipakai

sebagai landasan penentuan harga jual pesanan khusus dapat pula terdiri dari
biaya variabel dan biaya tetap, manakala pesanan khusus diperkirakan

menyebabkan perubahan volume kegiatan melampaui kisar perubahan yang

menjadikan biaya tetap bertambah

B. Harga Transfer

1. Pengertian Harga Transfer

Harga transfer (transfer pricing) merupakan kebijakan penentuan harga yang

dilakukan oleh perusahaan untuk transaksi barang dan jasa ataupun transaksi finansial.

Harga transfer merupakan harga jual khusus yang digunakan dalam transaksi antar divisi

atau dalam satu grup perusahaan

Terdapat tiga poin utama yang harus ditekankan dalam memahami harga transfer

atau transfer pricing.

1) Pertama, transfer pricing yang ditetapkan antar setiap divisi, anak perusahaan,

ataupun perusahaan lain yang ada di dalam satu payung besar perusahaan yang

sama lainnya memiliki nilai yang sama, tergantung dari harga pasar.

2) Kedua, harga transfer berperan penting dalam mengurangi beban pajak pada

perusahaan besar yang menaungi semua anak perusahaan ataupun afiliasi lain

yang ada di bawahnya

3) Ketiga, perusahaan multinasional yang memiliki kantor cabang di negara lain akan

menetapkan transfer pricing uang lebih tinggi pada negara yang menetapkan

pajak tinggi. Sebaliknya, perusahaan akan menerapkan transfer pricing uang lebih

rendah untuk meningkatkan keuntungan pada negara yang memberikan pajak

rendah.

2. Cara Kerja Harga Transfer


Harga transfer masih bisa dilakukan dalam akuntansi dan perpajakan selama itu

masih berada di dalam pemilik atau kontrol yang sama. Harga transfer ini berlaku untuk

transaksi lokal ataupun transaksi antar negara, dengan catatan masih berada di dalam

satu perusahaan yang sama. Nilai transfer pricing ini akan sangat bergantung dari harga

pasar yang sedang berlaku untuk produk ataupun jasa tersebut.

Harga transfer tidak hanya berlaku untuk barang yang memiliki bentuk atau wujud

saja, tapi juga untuk jasa serta properti intelektual. Beberapa hal yang masuk ke dalam

properti intelektual adalah riset, hak paten, dan juga royalti. Comparable Uncontrolled

Price Metode Perbandingan Harga antara Pihak yang tidak mempunyai Hubungan

Istimewa (Comparable Uncontrolled Price/CUP) adalah metode Penentuan Harga

Transfer yang dilakukan dengan membandingkan harga dalam transaksi yang dilakukan

antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan harga barang atau jasa

dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan

Istimewa dalam kondisi atau keadaan yang sebanding.

Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Perbandingan Harga antara pihak

yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa (Comparable Uncontrolled Price/CUP) antara

lain adalah: Barang atau jasa yang ditransaksikan memiliki karakteristik yang identik

dalam kondisi yang sebanding; atau

Kondisi transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan

Istimewa dengan pihak-pihak yang tidak memiliki Hubungan Istimewa Identik atau

memiliki tingkat kesebandingan yang tinggi atau dapat dilakukan penyesuaian yang

akurat untuk menghilangkan pengaruh dari perbedaan kondisi yang timbul.


3. Metode Penentu Harga Transfer

a. Resale Price Method

Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price Method/RPM) adalah metode

Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan membandingkan harga dalam

transaksi suatu produk yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan

Istimewa dengan harga jual kembali produk tersebut setelah dikurangi laba kotor wajar,

yang mencerminkan fungsi, aset dan risiko, atas penjualan kembali produk tersebut

kepada pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau penjualan kembali

produk yang dilakukan dalam kondisi wajar.

Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price

Method/RPM) antara lain adalah:

Tingkat kesebandingan yang tinggi antara transaksi antara Wajib Pajak yang

mempunyai Hubungan Istimewa dengan transaksi antara Wajib Pajak yang tidak

mempunyai Hubungan Istimewa, khususnya tingkat kesebandingan berdasarkan hasil

analisis fungsi, meskipun barang atau jasa yang diperjualbelikan berbeda; dan Pihak

penjual kembali (reseller) tidak memberikan nilai tambah yang signifikan atas barang atau

jasa yang diperjualbelikan.

b. Cost Plus Method

Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method) adalah metode Penentuan Harga Transfer

yang dilakukan dengan menambahkan tingkat laba kotor wajar yang diperoleh

perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan

Istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan lain dari transaksi
sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa pada harga pokok

penjualan yang telah sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha.

Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method) antara

lain adalah: Barang setengah jadi dijual kepada pihak-pihak yang mempunyai Hubungan

Istimewa ; Terdapat kontrak/perjanjian penggunaan fasilitas bersama (joint facility

agreement) atau kontrak jual-beli jangka panjang (long term buy and supply agreement)

antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa; atau bentuk transaksi adalah

penyediaan jasa.

c. Profit Split Method

Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM) adalah metode Penentuan Harga

Transfer berbasis Laba Transaksional (Transactional Profit Method Based) yang

dilakukan dengan mengidentifikasi laba gabungan atas transaksi afiliasi yang akan dibagi

oleh pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa tersebut dengan menggunakan

dasar yang dapat diterima secara ekonomi yang memberikan perkiraan pembagian laba

yang selayaknya akan terjadi dan akan tercermin dari kesepakatan antar pihak-pihak

yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa, dengan menggunakan Metode Kontribusi

(Contribution Profit Split Method) atau Metode Sisa Pembagian Laba (Residual Profit Split

Method).

Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM) secara khusus hanya dapat

diterapkan dalam kondisi sebagai berikut:

Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa sangat terkait

satu sama lain sehingga tidak dimungkinkan untuk dilakukan kajian secara terpisah; atau
Terdapat barang tidak berwujud yang unik antara pihak-pihak yang bertransaksi yang

menyebabkan kesulitan dalam menemukan data pembanding yang tepat.

d. Transactional Net Margin Method

Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional Net Margin method/TNMM) adalah

metode Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan membandingkan presentasi

laba bersih operasi terhadap biaya, terhadap penjualan, terhadap aktiva, atau terhadap

dasar lainnya atas transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa

dengan presentasi laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding dengan

pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau persentase laba bersih

operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding yang dilakukan oleh pihak yang tidak

mempunyai Hubungan Istimewa lainnya.

Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Laba Bersih Transaksional

(Transactional Net Margin Method/TNMM) antara lain adalah: Salah satu pihak dalam

transaksi Hubungan Istimewa melakukan kontribusi yang khusus; atau salah satu pihak

dalam transaksi Hubungan Istimewa melakukan transaksi yang kompleks dan memiliki

transaksi yang berhubungan satu sama lain.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Transfer pricing didefinisikan sebagai nilai atau harga jual khusus yang dipakai

dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual (selling

division) dan biaya divisi pembeli (buying division). Transfer pricing hanya dilakukan

oleh perusahaan semata-mata hanya untuk menilai kinerja antar anggota atau divisi

perusahaan yaitu untuk meningkatkan daya saing perusahaan anak yaitu dengan

memperbaiki akses perusahaan anak ke dalam pasar modal lokal, laba dan posisi

keuangan bisa dinaikkan dengan menetapkan harga yang rendah bagi transfer input

kepada perusahaan anak tersebut dan harga transfer yang tinggi bagi ouputnya.

Permasalahannya ialah seiring dengan perkembangan zaman, praktek transfer pricing

sering juga dipakai untuk manajemen pajak yaitu sebuah usaha untuk meminimalkan

jumlah pajak yang harus di bayar

B. Penutup
Daftar Pustaka

https://pajak.io/blog/metode-transfer-pricing-yang-perlu-diketahui/

https://www.jurnal.id/id/blog/2018-mengenal-metode-penetapan-harga-cost-plus-pricing
ANALISIS PROFITABLITIAS PELANGGAN, ACTIVITY BASED COSTING
BIAYA SESUNGGUHNYA DAN BIAYA NORMAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Dosen Pengampu: Merida, M.Ak.

Disusun Oleh:

Niftah Ramanda (2016120005)


Febri Herida (2016120050)
Silviatun M (2016120056)
Yoga hatima M (2016120095)
Dwi Indrianto (2016120100)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PUTERA PERDANA INDONESIA

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perpajakan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Merida, M.Ak. selaku dosen mata kuliah Perpajakan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun daripada saudara sekalian kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tangerang, 03 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I ......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................................2
BAB II .....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN .....................................................................................................................3
A. Konsep Analisis Profitabilitas Pelanggan ......................................................................3
B. Komponen Analisis Profitabilitas pelanggan ................................................................3
C. Metode Perhitungan Analisis Profitablitas Pelanggan..................................................5
D. Activity based costing...................................................................................................6
E. Mengapa ada undercosting dan overcosting dalam activty based costing ..................6
F. Manfaat activity based costing.....................................................................................7
G. Biaya sesungguhnya dan biaya normal ........................................................................8
BAB III ...................................................................................................................................9
PENUTUP ..............................................................................................................................9
Kesimpulan ..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek penting damanajemen bisnis yang membantu perusahaan memahami
cara menganalisis profitabilitas pelanggan dan mengelola biaya produksi
produk atau penyediaan jasa serta mengetahui biaya yang akan dikeluarkan.
Analisis profitabilitas pelanggan adalah pendekatan yang penting dalam
manajemen bisnis modern. Dalam era persaingan yang semakin ketat,
perusahaan perlu memahami kontribusi masing-masing pelanggan terhadap
keuntungan mereka
Activity Based Costing (ABC). ABC adalah model akuntansi biaya yang
berfokus pada alokasi biaya overhead berdasarkan aktivitas yang terkait dengan
produk dan jasa.
Analisis profitabilitas pelanggan adalah pendekatan yang penting dalam
manajemen bisnis modern. Dalam era persaingan yang semakin ketat,
perusahaan perlu memahami kontribusi masing-masing pelanggan terhadap
keuntungan mereka. Dalam makalah ini, kita akan membahas konsep analisis
profitabilitas pelanggan dan komponen-komponennya yang penting.
Dua jenis biaya yang penting untuk dipahami, yaitu Biaya Normal dan
Biaya Sesungguhnya. Biaya Normal mencerminkan perkiraan biaya yang telah
direncanakan sebelumnya, sementara Biaya Sesungguhnya adalah biaya yang
terjadi berdasarkan situasi aktual.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan analisis profitabilitas pelanggan?
2. Komponen apa saja yang penting dalam analisis profitablititas pelanggan?
3. Bagaimana metode perhitungan analisis profitabilitas?
4. Apakah yang di maksud dengan activity based costing?
5. Apakah keunggulan activity based costing

1
6. Mengapa ada undercosting dan overcosting dalam abc?
7. Apa saja manfaat activity based costing
8. Apakah yang dimaksud dengan biaya sesungguhnya dan biaya normal?
9. Apa saja Perbandingan biaya sesungguhnya dan biaya normal
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang analisis profitabilitas pelanggan
2. Untuk mngetahui tentang activity based costing
3. Untuk mengetahui biaya sesungguhnya dan biaya normal

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Analisis Profitabilitas Pelanggan


Analisis Profitabilitas Pelanggan
Analisis profitabilitas pelanggan adalah proses yang komprehensif
untuk menilai seberapa menguntungkannya suatu bisnis dari segi
pendapatan yang diperoleh dari setiap pelanggan. Analisis ini melibatkan
perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan dari setiap pelanggan
dengan biaya-biaya langsung yang terkait dengan mempertahankan dan
melayani pelanggan tersebut. Dengan kata lain, kami akan
mempertimbangkan kontribusi masing-masing pelanggan terhadap
keuntungan bersih perusahaan.

Sebagai contoh, dalam analisis profitabilitas pelanggan, jika pelanggan A


memberikan pendapatan yang besar dan memiliki biaya langsung yang
rendah, pelanggan tersebut akan dianggap sangat profitabel. Sebaliknya,
jika pelanggan B memberikan pendapatan yang rendah dan memiliki biaya
langsung yang tinggi, pelanggan tersebut mungkin kurang profitabel.
B. Komponen Analisis Profitabilitas pelanggan
1. Pendapatan dari pelanggan
Pendapatan dari pelanggan adalah elemen pertama dan paling dasar
dalam analisis profitabilitas pelanggan. Ini mencakup jumlah uang yang
diterima dari setiap pelanggan dalam bentuk penjualan produk atau jasa.
Dalam konteks ini, pendapatan bukanlah entitas tunggal tetapi variabel yang
berfluktuasi antara pelanggan.
Faktor-faktor seperti frekuensi pembelian, besarnya transaksi, dan
jenis produk atau jasa yang dibeli oleh pelanggan mempengaruhi

3
pendapatan yang dikontribusikan oleh setiap individu. Dengan memahami
perbedaan ini, perusahaan dapat merinci pendapatan yang dihasilkan oleh
setiap pelanggan, memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi pelanggan
yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan keseluruhan.
2. Biaya yang terkain pelanggan
Komponen kedua dalam analisis profitabilitas pelanggan adalah biaya
yang terkait dengan pelanggan. Ini mencakup semua biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk mempertahankan dan melayani pelanggan tertentu.
Biaya-biaya ini dapat sangat bervariasi tergantung pada industri, ukuran
bisnis, dan kompleksitas layanan yang diberikan.
Biaya yang terkait dengan pelanggan bisa mencakup biaya pemasaran
untuk menarik pelanggan baru, biaya layanan pelanggan, biaya pengiriman
produk, biaya pemeliharaan akun pelanggan, dan berbagai biaya operasional
terkait lainnya.
Dalam analisis ini, penting untuk mengidentifikasi dan menghitung
semua biaya yang berkaitan dengan masing-masing pelanggan dengan
seakurat mungkin. Hal ini akan membantu perusahaan dalam mengukur
dengan tepat seberapa besar biaya yang diperlukan untuk menjaga
hubungan dengan pelanggan tertentu.
3. Laba bersih dari pelanggan
Laba bersih dari pelanggan adalah hasil akhir yang sangat penting
dalam analisis profitabilitas pelanggan. Laba bersih ini dihitung dengan
mengurangkan total biaya yang terkait dengan pelanggan dari pendapatan
yang diterima dari pelanggan tersebut.
Dalam esensi, laba bersih mencerminkan seberapa besar margin
keuntungan yang dapat perusahaan pertahankan setelah mengeluarkan semua
biaya terkait dengan melayani pelanggan tersebut. Laba bersih ini adalah
indikator langsung seberapa menguntungkannya pelanggan tertentu bagi
bisnis Anda. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang laba bersih

4
dari masing-masing pelanggan, perusahaan dapat mengambil langkah-
langkah yang lebih terinformasi untuk memaksimalkan profitabilitas dan
fokus pada pelanggan yang paling menguntungkan.
C. Metode Perhitungan Analisis Profitablitas Pelanggan
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung analisis
profitabilitas pelanggan, tetapi salah satu metode umum yang digunakan
adalah menghitung menggunakan Margin Kontribusi Pelanggan. Berikut
adalah rumusnya:
Margin Kontribusi Pelanggan = (Pendapatan Kotor dari Pelanggan - Biaya
Langsung yang Terkait dengan Pelanggan)
Pendapatan Kotor dari Pelanggan adalah total pendapatan yang
diterima dari pelanggan tertentu, sedangkan Biaya Langsung yang Terkait
dengan Pelanggan adalah biaya-biaya langsung yang dikeluarkan untuk
melayani pelanggan tersebut. Contoh biaya langsung termasuk biaya produksi,
biaya distribusi, dan biaya dukungan pelanggan yang langsung terkait dengan
pelanggan tersebut.
Dengan menggunakan Margin Kontribusi Pelanggan, Anda dapat
menilai sejauh mana pendapatan dari pelanggan tersebut dapat menutupi biaya
langsung yang terkait dengannya dan berkontribusi terhadap profitabilitas
keseluruhan perusahaan. Semakin tinggi Margin Kontribusi Pelanggan,
semakin profitabel pelanggan tersebut bagi perusahaan.
Baik, mari kita lihat contoh perhitungan analisis perofitablitas
pelanggan mengunakan perhitungan Margin Kontribusi Untuk contoh ini, kita
akan anggap ada sebuah perusahaan yang menjual produk dan memiliki
pelanggan A sebagai contoh:
• Pendapatan Kotor dari Pelanggan A dalam satu tahun adalah Rp
100.000.000.

5
• Biaya Langsung yang Terkait dengan Pelanggan A dalam satu tahun
adalah sebagai berikut:
• Biaya produksi produk yang dijual kepada Pelanggan A: Rp
40.000.000
• Biaya distribusi produk kepada Pelanggan A: Rp 20.000.000
• Biaya dukungan pelanggan khusus untuk Pelanggan A: Rp 10.000.000
-
Total Biaya Langsung yang Terkait dengan Pelanggan
A: Rp 40.000.000 + Rp 20.000.000 + Rp 10.000.000 = Rp 70.000.000
Sekarang kita dapat menggunakan rumus Margin Kontribusi Pelanggan:
Margin Kontribusi Pelanggan A = Pendapatan Kotor dari Pelanggan A - Biaya
Langsung yang Terkait dengan Pelanggan A
Margin Kontribusi Pelanggan A = Rp 100.000.000 - Rp 70.000.000 = Rp
30.000.000

D. Activity based costing


Activity based costing adalah model akuntansi biaya dimana biaya
overhead dialokasikan berdasarkan sumber daya yang digunakan untuk
menjalankan aktivitas yang berkaitan dengan produk dan jasa yang disediakan
bagi pelanggan.

ABC didasarkan pada konsep bahwa untuk memproduksi barang atau


jasa, perusahaan pasti melakukan berbagai aktivitas. jadi baik itu memproduksi
barang ataupun memberikan jasa pasti ada beberapa aktivitas yang dilakukan
seperti misalnya, kalau produksi barang aja mulai dari desain nya, produksinya,
pengecekannya, sampai ke packaging nya nah itu ada beberapa aktivitas

Di dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas tersebut akan mengkonsumsi


sumber daya baik itu material tenaga kerja gedung utilitas dan sebagainya jadi
dalam melakukan aktivitas-aktivitas seperti yang tadi desain produksi
pengecekan packaging itu pasti mengkonsumsi sumber daya

E. Mengapa ada undercosting dan overcosting dalam activty based costing

6
Undercosting terjadi ketika biaya yang dialokasikan ke suatu produk
atau aktivitas kurang dari biaya yang sebenarnya digunakan. Ada beberapa
alasan mengapa undercosting dapat terjadi dalam ABC:

1. Komitmen Biaya:
Dalam ABC, biaya overhead dialokasikan berdasarkan aktivitas yang
sebenarnya digunakan. Namun, jika perusahaan memiliki komitmen biaya
tertentu, seperti sewa yang tetap, yang tidak berubah berdasarkan aktivitas,
maka produk atau aktivitas dengan tingkat aktivitas yang rendah dapat
mengalami undercosting.

2. Perubahan Aktivitas:
Jika tingkat aktivitas dalam perusahaan berubah secara dramatis atau tidak
terduga, alokasi biaya dalam ABC mungkin tidak segera mengikuti perubahan
tersebut. Ini dapat menghasilkan undercosting pada produk atau aktivitas yang
baru menjadi signifikan.

Overcosting terjadi ketika biaya yang dialokasikan ke suatu produk


atau aktivitas lebih tinggi dari biaya yang sebenarnya digunakan. Berikut
adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan overcosting dalam ABC:

1. Penggunaan Basis yang Tidak Tepat:


Jika ABC menggunakan basis alokasi yang tidak sesuai dengan penggunaan
sebenarnya dari sumber daya, maka produk atau aktivitas yang sebenarnya
lebih efisien dapat mengalami overcosting.

2. Kompleksitas Model ABC:


Semakin kompleks model ABC, semakin besar kemungkinan terjadinya
overcosting. Jika terlalu banyak variabel dan aktivitas yang dimasukkan ke
dalam model, maka perhitungan dapat menjadi lebih rumit dan rentan
terhadap kesalahan.

F. Manfaat activity based costing


Activity-Based Costing (ABC) memiliki beberapa manfaat, terutama
ketika ada masalah undercosting dan overcosting dalam perhitungan berikut
adalah manfaatnya

● Akurasi Perhitungan Biaya: ABC memungkinkan perusahaan untuk


menghitung biaya produksi dengan lebih akurat. Ini dapat membantu

7
menghindari undercosting dan overcosting, sehingga memungkinkan
penetapan harga yang lebih sesuai.

● Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik: Dengan biaya yang dihitung


secara lebih tepat, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik
terkait harga, alokasi sumber daya, dan strategi bisnis.

● Identifikasi Produk yang Menguntungkan dan Tidak Menguntungkan:


ABC dapat membantu perusahaan mengidentifikasi produk atau layanan
yang menghasilkan keuntungan tinggi dan yang mungkin merugi. Ini
membantu perusahaan fokus pada produk-produk yang menguntungkan.

● Efisiensi dalam Penggunaan Sumber Daya: Dengan memahami dengan


lebih baik bagaimana sumber daya digunakan dalam proses produksi,
perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi pemborosan.

● Persaingan yang Lebih Baik: Dengan menghindari overpricing, perusahaan


dapat bersaing dengan lebih baik di pasar dan mempertahankan pangsa
pasarnya.

G. Biaya sesungguhnya dan biaya normal


Biaya sesungguhnya adalah biaya aktual yang dikeluarkan dalam
produksi pada waktu tertentu. Ini adalah biaya yang sebenarnya terjadi, yang
mencakup semua pengeluaran yang diperlukan untuk memproduksi barang atau
jasa.

Di sisi lain, biaya normal adalah biaya yang dianggap wajar atau
standar untuk memproduksi barang atau jasa dalam kondisi tertentu. Ini adalah
perkiraan biaya yang mungkin digunakan sebagai patokan atau standar dalam
perencanaan dan pengendalian biaya. Biaya normal dapat berubah seiring
waktu dan bergantung pada faktor-faktor seperti perubahan harga bahan baku
atau perubahan dalam proses produksi.

Dengan demikian, perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa


biaya sesungguhnya adalah biaya aktual yang terjadi, sementara biaya normal
adalah perkiraan biaya yang dianggap wajar dalam situasi tertentu. Penggunaan
biaya normal dapat membantu perusahaan untuk melakukan perbandingan
antara biaya aktual dan perkiraan, serta mengidentifikasi potensi varian biaya
yang perlu dikelola.

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

• Analisi profitabilitas pelanggan: proses menganalisis seberapa


menguntungkan suatu bisnis dari segi pendapatan yang diperoleh dari setiap
pelanggan. Perusahaan akan mempertimbangkan yang diterima dari
pelanggan

• Activty Based costing : didefinisikan penentuan biaya untuk


mengidentifikasi aktivitas dalam suatu organisasi dan menetapkan biaya tidak
langsung dan overhead untuk produk serta jasa terkait.

• Manfaat activity Based costing : Mengambil keputusan yang lebih baik dan
mengidentifikasi produk yang menguntungkan dan tidak menguntungkan bagi
perusahaan.

• Biaya Normal (normal cost system), yaitu membebankan biaya aktual dari
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, namun untuk biaya
overhead dibebankan ke produk dengan menggunakan tarif tertentu yang
ditentukan terlebih dahulu (predetermined rate).

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.youtube.com/watch?v=oRUN5Ue7t7w

http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/aml/index.html#p=49

https://eprints.akakom.ac.id/1721/9/9_133210001_BAB%20I.pdf Sampurno
Wibowo, SE, M.Si, Yani Meilani, Akuntansi biaya, Politeknik Telkom Bandung,
2009.

10

Anda mungkin juga menyukai