Anda di halaman 1dari 2

1.

Konsep Integrasi Antara Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan seni adalah pengetahuan yang
rasional, empiris, obyektif, terukur,verifikatif, serta komunal/general. Teknologi adalah
metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis. Keseluruhan sarana untuk menyediakan
barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
 Dengan pemahaman atas IPTEK kesadaran atas Allah semakin mempertebal iman
sehingga menuntut ilmu menjadi kewajiban bagi manusia. Dengan menuntut ilmu
berarti manusia memanfaatkan semua anugerah fasilitas akal dan alam semesta.
 Memikirkan perihal pembentukan, susunan dan evolusi alam semesta dalam tinjauan
astronomi merupakan cara mengenal kekuasaan Allah yang pada gilirannya akan
memperkuat Agidah.
 Untuk mengembangkan etos keilmuan perlu senantiasa diciptakan stabilita yang
dinamis dalam kehidupan bernegara. Melalui keadaan yang stabil itu proses-proses
mempertajam pikiran, memperluas pandangan syiar ilmu, menciptakan buah pikiran
dan menggerakkan aktifitas memajukan IPTEK dapat dilaksanakan dengan baik.
 Salah satu pilar penting kemajuan suatu bangsa adalah bergantung pada kemajuan
penguasaan terhadap ilmu dan teknologi. Ilmu dan teknologi membawa bangsa ke.
derajat kemuliaan, kebahagian, dan kekuasaan.
https://slideplayer.info/slide/2940477/
2. Pandangan Islam dalam perkembangan teknologi pada dasarnya ada dua.
 Menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang (Zuhdi, 2015). Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib
dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan (Ilmi,
2012). Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu
pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang
yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
 Menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari (Ainiyah, 2013). Umat Islam boleh
memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu
aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walau menghasilkan manfaat sesaat memenuhi kebutuhan manusia
(Arsyam, M. 2020).
file:///C:/Users/ACER/Downloads/IPTEK%20MENURUT%20PANDANGAN
%20ISLAM_2020.pdf
3. Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan
empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung
jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan
mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses
ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang
akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah
kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di
dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus
yang bersifat khusus, sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan
yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
https://medium.com/@putri.nadila2802/pengertian-berfikir-ilmiah-852801c9996
4. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi cara berpikir tradisional
umat Islam di Indonesia yaitu:

 Memperbanyak kegiatan ilmiah di pesantren.


Kegiatan literasi di pesantren-pesantren salafiyah cukup bagus dilihat dari
pengkajian kitab-kitab ulama’ klasik yang menjadi sorotan utama. Hanya saja,
menurut saya, kegiatan ilmiah di pesantren masih belum menjadi budaya. Untuk
itu perlu perhatian lebih untuk hal ini.
 Pengujian dan pelatihan pada dosen ataupun guru agama secara berkala.
Masih banyak guru agama maupun dosen yang kesulitan berpikir ilmiah. Kalau
gurunya saja tidak bisa berpikir ilmuah bagaimana dengan anak didik yang
diajarnya? Ada dosen yang kemampuan teoritisnya bagus tapi kesulitan
menyampaikan ilmunya. Ada dosen yang bergaya feodal dalam mengajar dan
tidak memberikan ruang untuk berpikir ilmiah pada mahasiswanya. Ada dosen
yang mengedepankan ranah kognisi saja setiap mengajar sehingga menihilkan
pengembangan kerangka berpikir ilmiah mahasiswanya. Untuk itu, benteng
pertahanan cara berpikir ilmiah sebetulnya ada di guru-guru agama mapun dosen
yang mengampu mata kuliah agama. Jika hal itu tidak dibenahi ya sampai kapan
pun cara berpikri tradisional di Indonesia akan sulit dihilangkan.
https://nusagates.com/kaitan-antara-agama-berpikir-ilmiah-iptek-dan-seni.html

Menurut saya, peran pemerintah dinilai masih belum maksimal melakukan upaya
perlindungan terhadap anak. Hal itu tercermin dari upaya pemerintah dalam memberikan
sosialisasi pelibatan dan peran penting masyarakat dalam melindungi anak dilakukan secara
tidak berkesinambungan. Padahal dalam undang-undang tentang perlindungan anak telah
ditegaskan sanksi pidana bagi setiap orang yang mengetahui dan membiarkan kekerasan
terhadap anak terjadi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kebijakan pemerintah dalam implementasi
perlindungan anak di Indonesia dapat dilihat dengan adanya kebijakan dari pemerintah untuk
membentuk lembaga-lembaga yang konsen terhadap perlindungan anak di Indonesia
diantaranya adalah adanya kementrian yang secara khusus bertugas untuk menjamin hak-hak
anak yaitu Kementrian Perlindungan Perempuan dan Anak, Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI), Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A),
Balai Sosial Perlindungan Perempuan dan Anak (BPSAA). 

Anda mungkin juga menyukai