Makalah SPM Organisasi Nirlaba
Makalah SPM Organisasi Nirlaba
MATA KULIAH:
Oleh:
MALANG
2015
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi...........................................................................................................................2
Kata Pengantar................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan..........................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................4-5
Bab II Pembahasan.........................................................................................................6
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 13
3.2 Saran….............................................................................................................. 14
Daftar Pustaka............................................................................................................. 15
2
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia–
Nya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan tepat waktu. Kami juga tidak
lupa mengucapkan banyak terimakasih atas bimbingan Ibu Lis Lestari selaku
dosen mata kuliah sistem pengendalian manajemen dan pihak yang telah
berkonstribusi dengan memberikan sumbangan materi,tenaga, dan pikiran.
Harapan kami makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang sistem
pengendalian manajemen organisasi nirlaba bagi para pembaca.
Semoga makalah ini memberikan wawasan luas dan menjadikan
pengalaman bagi para pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Katolik
Widya Karya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih banyak
kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritikan,dan saran dari para pembaca.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mejawab masalah yang telah dibuat, yaitu:
1. menjelaskan tentang pengertian organisasi nirlaba.
2. menjelaskan tentang system pengendalian manajemen.
3. menjelaskan ambiguitas dan konflik yang terjadi pada organisasi nirlaba.
4. menjelaskan pengukuran kinerja pada organisasi nirlaba.
5. mengetahui penerapan akuntansi pada organisasi nirlaba
6. menjelaskn pengawasan eksternal organisasi nirlaba.
7. menjelaskan karakteristik karyawan organisasi nirlaba.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Organisasi Nirlaba merupakan organisasi yang memiliki tujuan utama yaitu untuk
menyediakan beberapa jenis layanan publik. Organisasi nirlaba tidak memfokuskan diri pada
jumlah keuntungan yang dihasilkan, melainkan pada cara pendistribusiannya. Dengan
demikian, dapat kita ketahui, ciri khusus dari organisasi nirlaba yaitu pada tujuan organisasi,
6
misi dan tujuannya. Kategori organisasi nirlaba ada dalam berbagai bidang yaitu bidang amal,
agama, ilmu pengetahuan, pendidikan, politik, atau bahkan lembaga pemerintah.
Pada organisasi laba salah satu sumber pendanaannya diperoleh dari pihak luar seperti
investor yang menanamkan saham mereka. Berbeda dengan organisasi nirlaba, organisasi ini
tidak memiliki kepentingan dengan ekuitas dari luar. untuk menjalankan operasinya,
organisasi nirlaba membiayainya dengan pendapatan yang diperoleh.
Pendapatan organisasi nirlaba diperoleh dari pendapatan atas layanan jasa atau produk,
contohnya dengan menjual tiket untuk melihat pameran museum atau pertunjukan teater.
Selain itu pendanaan juga diperoleh dari pemberian pihak ketiga dalam pertukaran layanan
mereka. Sebagai contoh sebuah badan pemerintah mungkin memberikan biaya sekolah atau
subsidi bagi setiap anak terdaftar di sekolah. Beberapa entitas dalam organisasi nirlaba
memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan bersaing dengan organisasi laba. Namun
yang membedakan antara kedua organisasi ini adalah jika organisasi laba keuntungan yang
diperoleh akan mempengaruhi juga pendapatan pemegang saham, karyawan, dan orang lain
yang terkait dengan organisasi. Sebaliknya jika organisasi nirlaba mendapatkan keuntungan
maka sepenuhnya keuntungan tersebut digunakan untuk memajukan tujuan dari organisasi.
Oleh sebab itu, dalam organisasi nirlaba tidak membayar deviden.
Managemen control system (MCS) harus dirancang sedemikian rupa untuk dapat
mencapai tujuan organisasi. Hal ini perlu didukung dengan adanya tujuan dan sasaran yang
jelas dari organisasi nirlaba. Salah satu contoh pada organisasi laba yaitu pada perusahaan
Anglo-Amerika yang memiliki tujuan umum utamanya difokuskan pada pemaksimalan nilai
pemegang saham untuk beberapa batasan dan kepentingan stakeholder lainnya. Penilaian
pencapaian tujuan dapat dilihat dari umpan balik dan memantau kinerja saham perusahaan
dan membandingankan dengan pesaing pasar secara keseluruhan.
Contoh di atas dapat menunjukan tingkat kejelasan organisasi laba namun, pada
organisasi nirlaba seringkali tidak ada kejelasan dalam tujuan organisasi ini. Tidak adanya
kejelasan tujuan organisasi ini, mengakibatkan terjadinya konflik dalam organisasi nirlaba.
Hal ini karena masing – masing pihak memiliki tujuan utama yang berbeda – beda.
7
Salah satu contoh sebuah organisasi yang mengoperasikan museum. Banyak konstituen
memiliki kepentingan dalam organisasi, tujuan, dan kinerjanya. Dewan pengawas museum
mungkin akan menganggap tujuan utama mereka adalah untuk menginspirasi beragam
masyarakat melalui koleksi dan pameran karya seni dengan kualitas terbaik. Penanggung
jawab kepentingan lainnya seperti masyarakat dan pejabat pemerintah akan lebih tertarik
untuk menikmati pameran museum. Tokoh agama mungkin yang paling khawatir tentang
tujuan seni dalam pandangan mereka baik secara sosial dan moral. Perbedaan persepsi tujuan
inilah yang dapat meimbulkan konflik oleh sebab itu, diperlukan mekanisme pengambilan
keputusan yang unik dan tepat.
Tanpa kejelasan tujuan yang akan dicapai dan cara yang harus dilakukan maka akan
sulit untuk menilai besarnya sistem kontrol organisasi tim manajemen dan penilaian atas
kinerja yang baik. Masalah ambiguitas tujuan dan konflik ini merupakan masalah – masalah
mendasar yang dihadapi oleh beberapa organisasi nirlaba. Mereka harus merancang sebuah
sistem kontrol yang efektif dan dalam menilai efektifitas dari sistem kontrol yang
mencerminkan hukum, kebijakan, dan lingkungan sumber daya tempat organisasi nirlaba
tertentu beroperasi.
Setiap organisasi memiliki pengukuran kinerja yang ditetapkan oleh masing – masing
organisasi tersebut. Untuk dapat menilai pengukuran kinerja ditentukan indikator – indikator
kinerja yang harus dicapai. Permasalahan yang dihadapi organisasi nirlaba adalah seringkali
manajer tidak memiliki penyelesaian untuk indikator kinerja yang telah ditetapkan, seperti
keuntungan dan membuat langkah – langkah kembali. Tingkat pencapaian tujuan organisasi
secara keseluruhan tidak dapat diukur secara akurat dalam hal keuangan. Contohnya adalah
rumah sakit. Apabila tujuan rumah sakit adalah untuk untuk menyebuhkan sakit, lalu
bagaimana kesuksesan pencapaian tujuan dapat dinilai? Oleh sebab itu diperlukan indikator
untuk menilai kesuksesan pencapaian tujuan.
Tanpa adanya indikator, tugas pengelolaan dan pengendalian manajemen menjadi lebih
rumit. hal itu menjadi sulit untuk:
Pada organisasi nirlaba, ukuran kinerja kurang diperhatikan. Sehingga, dewan direksi,
pengurus atau pengawas nirlaba menuai kritikan. Kurangnya ukuran kinerja ini menyebabkan
gagalnya organisasi dalam menentukan hal yang paling penting yang harus dicapai atau
tujuan dari organisasi tersebut.
Perhatian pada peningkatan penggunaan pengukuran kinerja dalam organisasi –
organisasi pelayanan public dan peneyebarluasan data lebih kepada masyarakat umum yang
telah berkembang. Hal ini bertujuan untuk melengkapi langkah – langkah input fokus
tradisional (seperti tingkat belanja staf) dengan langkah – langkh yang berorientasi pad hasil
(seperti output, kualitas, ketepatan waktu), sehingga meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pemrintah dalam meningkatkan tanggung jawab.
Peningkatan pada fokus pengukuran dapat menghasilkan beberapa disfungsional yang
juga sering terjadi pada organisasi nirlaba, seperti perpindahan prilaku (konsentrasi pada
bidang yang diukur dengan mengesampingkan daerah penting lainnya tidak terukur) dan
permainan (kekeliruan data).
Laporan keungan organisasi nirlaba sedikit berbeda dengan organisasi laba baik dalam
bentuk maupun isi. Standar yang komperehensif untuk laporan keungan eksternal untuk
keperluan umum oleh organisasi nirlaba tidak ada di Amerika Serikat (AS) sampai Dewan
menerbitkan Pernyataan Akuntansi Keuangan No. 117 tahun 1993 (FAS 117). Pembuatan
standar akuntansi keuangan - (financial accounting standard FAS) 117 ditujukan untuk
meningkatkan hubungan saling pengertian dan penyamaan laporan keuangan organisasi
nirlaba.
Standar akuntansi individu yang digunakan oleh organisasi nirlaba untuk transaksi
operasi juga berbeda secara historis dari yang digunakan dalam organisasi laba. Contohnya
adalah depresiasi. Di Amerika Serikat, depresiasi digunakan dalam organisasi nirlaba mulai
pada tahun 1990 berdasarkan FAS No. 93 dan 99. Sedangkan organisasi pemerintah masih
9
dibebaskan, mereka mengakui beban depresiasi hanya pada dana yang menjelaskan kegiatan
bisnis mereka. Banyak para ahli menyimpulkan bahwa prinsip akuntansi yang digunakan
organisasi nirlaba harus identic dengan yang digunakan dalam organisasi laba, dengan satu
pengecualian yaitu organisasi nirlaba menggunakan laporan terpisah seperti dana untuk
memisahkan transaksi operasi dari transaksi modal yang memberikan kontribusi.
Organisasi nirlaba memperolah sumber dana mereka dari sumbangan atau donasi yang
diberikan kepada organisasi. Ketentuan sumbangan atau hibah bisa membatasi tujuan
penggunaan sumber daya. Pembatasan sumber daya yang dimaksud adalah penggunaan
sumber daya dengan tujuan tertentu (seperti, untuk melakukan penelitian kanker), untuk
pengeluaran pembuatan gedung baru, dan suatu periode tertentu.
Pengelola organisasi nirlaba juga dituntut untuk memastikan setiap sumbangan atau
hibah digunakan hanya untuk tujuan yang telah ditentukan. Sebagian organisasi nirlaba
menggunakan akuntansi dana. Akuntansi dana memisahkan sumber daya terbatas dalam
tujuan yang berbeda satu dengan yang lain. Setiap dana memiliki seperangkat laporan
keuangan, posisi keuangan, dan laporan perubahan sald dana. Setiap organisasi nirlaba juga
memiliki dana umum yang digunakan untuk menjelaskan semua transaksi operasi dan sumber
daya yang tidak termasuk dalam salah satu dana terbatas.
Dalam organisasi nirlaba juga ada istilah peneguhan laporan keuangan. Dana
pendamping akuntansi dari laporam laba rugi organisasi nirlaba (yang dapat disebut laporan
aktivitas, laporan operasi, atau laporan pendapatan dan pengeluaran) yang memberikan
informasi penting tentang kinerja keuangan organisasi nirlaba.
Sehubungan dengan pihak eksternal organisasi nirlaba harus bertanggung jawab kepada
sejumlah konstituen eksternal, termasuk sumbangan pemerintah, alumni, dan bahkan
masyarakat luas sampai batas tertentu. Laporan kinerja dapat memberikan informasi berharga
yang membantu konstituen dalam membuat pilihan informasi seperti tentang tujuan tempat
sekolah anak – anak mereka, rumah sakit dimana mereka mempercayakan kesehatan mereka,
atau yang ingin beramal ingin menyumbangkan uang mereka kepada seseorang. tujuannya
adalah untuk membantu menginformasikan kepada publik. contohnya adalah situs publik
seperti charity navigator (www.charitynavigator.org) yang mengaku sebagai “American
Premier Independent Charity Evaluator” yang bekerja memajukan pasar filantropi agar lebih
10
efisien dan responsif dengan mengevaluasi kesehatan kuangan lebih dari 5.500 amal terbesar
di Amerika.
Harapan yang tinggi oleh masyarakat atas apa yang dikerjakan oleh organisasi nirlaba,
menyebabkan tuntutan yang tinggi pula untuk pertanggunjawaban. Apabila organisasi
melakukan sesuatu yang menyimpang atau tidak sesuai maka akan mendapatkan reaksi
negatif dari pihak eksternal. Pengawasan dari pihak eksternal organisasi nirlaba
menempatkan kontrol ekstra terhadap tuntutan yang terkait dengan sistem pada organisasi
nirlaba. terlebih lagi organisasi pemerintah yang harus memberi informasi dan bertindak
sesuai tanggung jawab dan fiskal.
Kekurangan dari organisasi nirlaba juga dilihat dari pemilihan anggota dewan
organisasi. Anggota dewan organisasi seringkali dipilih tanpa syarat dan kualifikasi
kelayakan yang tepat. Hal ini mengakibatkan kinerja pengawasan yang kurang optimal. Pada
saat pengawasan internal organisasi gagal, maka saat itulah pihak dari eksternal konstituen
dapat memberikan tekanan langsung. dimana mereka bertindak sebagai pengawas eksternal.
Sebuah kekhawatiran yang disuarakan oleh Michael Delucia, direktur badan amal dan
asisten senior jaksa agung di kantor Kejaksaaan Agung New Hampshire: “pada sektor amal,
kecenderungannya akan menjadi lebih percaya dan kurang pengawasan.” Orang tampak lebih
percaya dan memiliki kontrol internal serta pengawasan yang kurang disektor amal. Hal ini
menjadi kelemahan dalam organisasi nirlaba dalam bidang amal. Kepercayaan inilah yang
menuntut anggota dewan harus bertindak sesuai dengan tujuan yang baik dan dapat berlaku
dengan bijaksana dalam kondisi dan posisi yang dihadapi.
Ada perbedaan antara karyawan organisasi nirlaba dengan organisasi laba. karyawan
organisasi nirlaba memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh organisasi laba.
karakteristik tersebut dapat memberikan implikasi yang positif juga implikasi negatif. salah
satu contoh adalah besarnya kopensasi karyawan dikebanyakan organisasi nirlaba tidak sama
dengan kompensasi organisasi laba. hal ini dapat menyebabkan masalah kontrol jika kualitas
karyawan berkurang. salah satu masalah kontrol yang utama adalah keterbatasan personal
yang mungkin lebih terlihat. misalnya, ketika audit mengungkapkan bahwa los angeles
county health mental departement memiliki ketidakrapian dalam pembukuan, lemahnya
pengawasan atas pengeluaran dan kepatuhan yang lemah terhadap peraturan kontrak wilayah.
wakil direktur kepala departemen menjawab bahwa: “hal itu pada dasarnya disebabkan
11
kurangya pelatihan dan kurangnya kontrol yang memadai, kita perlu memastikan bahwa staf
kami mengerti tentang yang dipersyaratkan dan mengikutinya.
Tujuan utama organisasi nirlaba bukanlah untuk mendapatkan keuntungan oleh sebab
itu, hal ini sedikit menyulitkan organisasi untuk mendapatkan karyawan. Orang yang bersedia
bekerja di organisasi nirlaba merupakan orang – orang yang memiliki tujuan yang sama
dengan organisasi. Dengan demikian para karyawan di organisasi nirlaba dapat disebut juga
sebagai relawan. Oleh sebab itu, tugas penting dari manajemen organisasi nirlaba adalah
mencari cara untuk menyamankan talenta dan kebutuhan dari pekerja dengan kebutuhan
organisasi sehingga dapat mempertahankan pekerja atau karyawan organisasi tersebut.
Banyak organisasi nirlaba cenderung mempertahankan karyawan yang berkomitmen
untuk tujuan akhir organisasi. Bekerja dengan karyawan yang memiliki tujuan organisasi
yang sama, akan lebih memudahkan dalam berinteraksi dalam melakukan segala kegiatan.
Dengan karakter organisasi nirlaba yang tidak mencari keuntungan, sehingga organisasi
nirlaba harus dapat memberikan system insentif non keuangan kepada pekerjanya atau
karyawan sesuai ekspektasi yang diharapkan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas, kami penulis dapat menyimpulkan
bahwa:
13
7. Karakteristik organisasi nirlaba yang berbeda dengan organisasi laba/umum,
juga para karyawan yang memiliki karakteristik yang berbeda dari para
karyawan pada umumnya. Karyawan pada organisasi nirlaba ini, cenderung
memiliki sifat – sifat relawan yang membantu tanpa mengharapkan imbalan.
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15