Anda di halaman 1dari 31

Bab 4

Defleksi Batang

4.1 Kurva Bending Batang


Misalkan sebuah batang AB mendapat momen bending. Karena pembebanan ini, maka
batang mengalami defleksi dari ACB menjadi ADB yang berupa busur lingkaran, seperti
yang ditunjukkan oleh gambar 4.1.

Gambar 4.1: Kurva Batang

Misalkan l = panjang batang AB


M = momen bending
R = jari-jkari kurva kelengkungan batang
I = momen inersia penampang batang
E = modulus elastisitas material batang
y = deflekasi batang (yaitu: CD)
i = kemiringan/slope batang

Dari geometri lingkaran, kita dapatkan:

61
62 BAB 4. DEFLEKSI BATANG

AC × CB = EC × CD
l l
× = (2R − y) × y
2 2
l2
= 2Ry − y 2
4
dengan mengabaikan y 2

l2
= 2Ry
4
l2
y = (4.1)
8R
Telah diketahui bahwa untuk batang yang mendapat beban berlaku:
M E EI
= atau R =
I R M
dengan mensubstitusikan harga R ini ke persamaan 4.1

l2 M l2
y= =
8 × EIM
8EI

Dari bentuk geometri gambar, kita peroleh bahwa kemiringan batang i pada A atau B
juga sama dengan sudut AOC:
AC l
sin i = =
OA 2R
karena sudut i sangat kecil, karenanya sin i diambil harganya sama dengan i (dalam
radian).
l
i=
radian (4.2)
2R
Dengan mensubstitusikan harga R ke persamaan 4.2,
l l Ml
i= = = radian (4.3)
2R 2 × EI
M
2EI
Catatan:

1. Persamaan di atas untuk defleksi (y) dan kemiringan (i) diturunkan hanya dari momen bending dan
efek gaya geser diabaikan. Hal ini dikarenakan bahwa efek gaya geser kecil sekali bila dibandingkan
dengan efek momen bending.

2. Dalam kondisi praktis, batang membengkok membentuk busur lingkaran hanya pada beberapa kasus.
Pembahasan lebih lanjut menunjukkan bahwa batang akan membengkok membentuk busur lingkar-
an hanya jika (i) batang mempunyai penampang yang seragam, dan (ii) batang mendapat momen
konstan pada keseluruhan panjang atau batang mempunyai kekuatan yang seragam.
4.2. HUBUNGAN ANTARA KEMIRINGAN, DEFLEKSI DAN JARI-JARI KURVA63

4.2 Hubungan Antara Kemiringan, Defleksi dan Jari-


jari Kurva
Misalkan bagian kecil PQ dari sebuah batang, melengkung membentuk busur seperti
yang ditunjukkan oleh gambar 4.2.

Misalkan ds = panjang batang PQ


R = jari-jari busur
C = pusat busur
ψ = sudut, yang merupakan tangen pada P dengan sumbu x-x
ψ + dψ = sudut yang merupakan tangen pada Q dengan sumbu x-x

Gambar 4.2: Batang membengkok membentuk busur.

Dari geometri gambar, diperoleh:

∠P CQ = dψ
ds = R.d.ψ
ds dx
R = =
dψ dψ
dengan menganggap ds = dx.
1 dψ
=
R dx
Kita tahu bahwa jika x dan y adalah koordinat pada titik P, maka:
dy
tan ψ =
dx
64 BAB 4. DEFLEKSI BATANG

Karena ψ adalah sudut yang sangat kecil, dengan mengambil tan ψ = ψ,


dψ d2 y
= 2
dx dx
1 dψ
karena R = dx .
Maka:

M E 1
= atau M = EI ×
I R R
d2 y
M = EI ×
dx2
Catatan: persamaan di atas juga didasarkan atas momen bending. Efek gaya geser sangat kecil diban-
dingkan dengan momen bending sehingga bisa diabaikan.

4.3 Metode Untuk Kemiringan dan Defleksi Pada Pe-


nampang
Banyak metode untuk mencari kemiringan dan defleksi pada batang terbebani, namun
dua metode berikut ini akan dibicarakan lebih lanjut, yaitu:
1. Metode integrasi ganda/lipat dua.
2. Metode Macaulay.
Metode pertama cocok untuk beban tunggal, sedangkan metode kedua cocok untuk
beban banyak.

4.4 Metode Integral Ganda Untuk kemiringan dan De-


fleksi
Kita sudah mengetahui bahwa momen bending pada satu titik:
d2 y
M = EI
dx2
Dengan mengintegrasikan persamaan ini:
Z
dy
EI = M
dx
dan dengan mengintegrasikan persamaan di atas sekali lagi:
Z Z
EIy = M

Jadi terlihat bahwa setelah integrasi pertama, diperoleh kemiringan pada satu titik, dan
integrasi selanjutnya, diperoleh defleksi.
4.4. METODE INTEGRAL GANDA UNTUK KEMIRINGAN DAN DEFLEKSI 65

4.4.1 Batang Tumpuan Sederhana Dengan Beban Terpusat Di Te-


ngah

Gambar 4.3: Batang ditumpu sederhana dengan beban terpusat di tengah

Misalkan batang ditumpu sederhana AB dengan panjang l memikul beban terpu-


sat W di tengah-tengahnya pada C seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4.3. Dari
geometri gambar, kita dapatkan reaksi pada A:
W
RA = RB =
2
Misalkan penampang X dengan jarak x dari B. Momen bending pada daerah ini:

W Wx
MX = RB .x = x=
2 2
d2 y Wx
EI = (4.4)
dx2 2
Dengan mengintegrasikan persamaan di atas:

dy W x2
EI = + C1 (4.5)
dx 4
dimana C1 adalah konstanta pertama integrasi.
dy
x = 2l , dan dx = 0, dan mensubstisusikannya ke persamaan 4.5

W l2 W l2
0= + C1 atau C1 = −
16 16
Dengan memasukkan harga C1 ini ke persamaan 4.5:

dy W x2 W l2
EI = − (4.6)
dx 4 16
Persamaan ini adalah persamaan untukmencari kemiringan pada penampang sem-
barang. Kemiringan maksimum pada B, dengan mensubstitusikan x = 0 pada persama-
an 4.6:
66 BAB 4. DEFLEKSI BATANG

W l2
EI.iB = −
16
W l2
iB = −
16EI
tanda negatif artinya tangen pada B membuat sudut dengan AB negatif atau berlawanan
arah jarum jam.
atau:

W l2
iB = radian
16EI

Berdasarkan geometri batang:

W l2
iB = radian
16EI

Dengan mengintegrasikan persamaan 4.6 sekali lagi:

W x3 W l2 x
EI.y = − + C2 (4.7)
12 16
dimana C2 adalah konstanta kedua integrasi. Jika x = 0 dan y = 0, mensubstitusikannya
ke persamaan 4.7, kita peroleh C2 = 0.

W x3 W l2 x
EI.y = − (4.8)
12 16
merupakan persamaan defleksi pada posisi sembarang.
Dari konstruksi batang terlihat bahwa defleksi maksimum akan terdapat pada titik
C atau x = l/2 sehingga:

 3
W l2 l
 
W l
EI.yC = −
12 2 16 2
3 3
Wl Wl W l3
= − =−
96 32 48
W l3
yC = −
48EI
tanda negatif menunjukkan defleksi ke bawah.

Contoh soal 4.1 Sebuah batang tumpuan sederhana dengan panjang span 3 m men-
dapat beban terpusat sebesar 10 kN. Carilah kemiringan dan defleksi maksimum pada
batang. Ambil I = 12 × 106 mm4 dan modulus elastsitas E = 200 GPa.
4.4. METODE INTEGRAL GANDA UNTUK KEMIRINGAN DAN DEFLEKSI 67

Jawab.
Diketahui: l = 3 m = 3 ×103 mm
W = 10 kN = 10 ×103 N
I = 12 ×106 mm4
E = 200 GPa = 200 ×103 N/mm2

Kemiringan batang maksimum

W l2 (10 × 103 ) × (3 × 103 )2


iA = = = 0, 0023 rad
16EI 16 × (200 × 103 ) × (12 × 106 )
Defleksi maksimum

W l3 (10 × 103 ) × (3 × 103 )3


yC = = = 2, 3 mm
48EI 48 × (200 × 103 ) × (12 × 106 )

4.4.2 Batang Tumpuan Sederhana Dengan Beban Terpusat Eksen-


trik
Misalkan suatu batang AB dengan tumpuan sederhana dengan panjang l dan memikul
beban terpusat eksentrik W pada C seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4.4. Dari
geometri gambar tersebut, kita dapatkan reaksi pada A:
Wb Wa
RA = atau RB =
l l

Gambar 4.4: Penampang X pada CB.

Misalkan penampang X pada CB berada pada jarak x dari B, dimana x lebih kecil
dari b (x < b). Momen bending pada penampang ini:
W ax
MX = RB .x =
l
sehingga

d2 y W ax
EI. =
dx2 l
Dengan mengintegrasikan persamaan di atas:
68 BAB 4. DEFLEKSI BATANG

dy W ax2
EI. = + C1 (4.9)
dx 2l
dy
dimana C1 adalah konstanta integrasi. Pada C, x = b dan dx = iC , maka:

W ab2
EI.iC = + C1
2l
W ab2
C1 = (EI.iC ) −
2l
Dengan mensubstitusikan harga C1 ke persamaan 4.9,

dy W ax2 W ab2
EI. = + (EI.iC ) − (4.10)
dx 2l 2l
Dengan mengintegrasikan persamaan di atas sekali lagi:

W ax3 W ab2 x
EI.y = + (EI.iC .x) − + C2
6l 2l
Pada x = 0 maka y = 0, sehingga didapat C2 = 0, maka:

W ax3 W ab2 x
EI.y = + (EI.iC .x) − (4.11)
6l 2l
Persamaan 4.10 dan 4.11 adalah persamaan-persamaan yang dibutuhkan untuk men-
cari kemiringan dan defleksi pada sembarang titik pada penampang AC. Terlihat bahwa
persamaan ini bisa digunakan hanya apabila harga iC diketahui.

Gambar 4.5: Penampang X pada AC.

Misalkan penampang X pada AC pada jarak x dari B dimana x lebih besar dari b
(x>b) seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4.5. Momen bending pada penampang ini:

W ax
Mx = − W (x − b)
l
d2 y W ax
EI = − W (x − b) (4.12)
dx2 l
Dengan mengintegrasikan persamaan di atas:
4.4. METODE INTEGRAL GANDA UNTUK KEMIRINGAN DAN DEFLEKSI 69

dy W ax2 W (x − b)2
EI. = − + C3 (4.13)
dx 2l 2
dy
Pada C, x = b dan dx = iC , maka:

W ab2
EI.iC = + C3
2l
W ab2
C3 = (EI.iC ) −
2l
Dengan mensubstitusikan C3 persamaan 4.13:

dy W ax2 W (x − b)2 W ab2


EI. = − + (EI.iC ) − (4.14)
dx 2l 2 2l
Dengan mengintegrasikan sekali lagi persamaan di atas:

W ax3 W (x − b)3 W ab2


EI.y = − + (EI.iC ) − x + C4 (4.15)
6l 6 2l
Pada x = l maka y = 0 sehingga persamaan di atas menjadi:

W al2 W a3 W ab2
0 = − − + (EI.iC .l) + C4
6 6 2
karena (x − b) = a.

W ab2 W a3 W al2
C4 = + − − (EI.iC .l)
2 6 2
W ab2 Wa 2
= + (a − l2 ) − (EI.iC .l)
2 6
W ab2 Wa
= − [(l + a)(l − a)] − (EI.iC .l)
2 6
l2 − a2 = (l + a)(l − a)

W ab2 W ab
C4 = − (l + a) − (EI.iC .l)
2 6
W ab
= [3b − (l + a)] − (EI.iC .l)
6
W ab
= [3b − (a + b + a)] − (EI.iC .l)
6
W ab
= (2b − 2a) − (EI.iC .l)
6
W ab
= (b − a) − (EI.iC .l)
3
70 BAB 4. DEFLEKSI BATANG

Dengan mensubstitusikan persamaan C4 ke persamaan 4.15:

W ax3 W (x − b)3 W ab2 x


EI.y = − + (EI.iC .x) −
6l 6 2l
W ab
+ (b − a) − (EI.iC .l) (4.16)
3
Persamaan 4.14 dan persamaan 4.16 adalah persamaan yang digunakan untuk men-
cari kemiringan dan defleksi pada sembarang titik pada penampang AC. Persamaan ak-
an bisa dipakai hanya jika harga iC diketahui. Untuk mendapatkan harga iC , pertama-
tama kita cari defleksi pada C dari persamaan untuk penampang AC dan CB.
Substitusikan harga x = b ke persamaan 4.12 dan menyamakannya dengan persa-
maan 4.16 sehingga:

W ab3 W ab3 W ab3 W (x − b)3 W ab3


+ (EI.iC .b) − = − + (EI.iC .b) −
6l 2l 6l 6 2l
W ab3
+ (b − a) − (EI.iC .l)
3
W ab3
EI.iC = (b − a)
3
Substitusikan harga EI.iC ke persamaan 4.10

dy W ax2 W ab W ab2
EI. = + (b − a) −
dx 2l 3l 2l
Wa 2
= [3x + 2b(b − a) − 3b2 ]
6l
Wa
= (3x2 − b2 − 2ab) (4.17)
6l
Persamaan ini diperlukan untuk mencari kemiringan pada penampang BC. Kita tahu
bahwa kemiringan maksimum terdapat pada B. Sehingga dengan memasukkan x = 0
ke persamaan 4.17, maka kemiringan pada B:

Wa
EI.iB = (−b2 − 2ab)
6l
Wa 2
= − (b + 2ab)
6l
W ab
= − (b + 2a)
6l
Wa
= − (l − a)(l + a)
6l
Wa 2
= (l − a2 )
6l
4.4. METODE INTEGRAL GANDA UNTUK KEMIRINGAN DAN DEFLEKSI 71

dimana a = l-b dan a+b = l. atau:

Wa 2
iB = − (l − a2 )
6EI.l
tanda negatif menunjukkan bahwa tangen pada B membuat sudut dengan AB negatif
atau berlawanan jarum jam.
Dengan cara yang sama diperoleh:

Wb 2
iA = (l − b2 )
6EI.l
Untuk defleksi pada sembaran titik pada AC, substitusikan harga EI.iC ke persama-
an 4.11:

W ax3 W ab W ab2 x
EI.y = + (b − a)x −
6l 3l 2l
W ax 2 2
= [x + 2b(b − a) − 3b ]
6l
W ax 2
= (x + 2b2 − 2ab − 3b2 )
6l
W ax 2
= (x − b2 − 2ab)
6l
W ax
= − [b(b + 2a) − x2 ]
6l
W ax
= − [(l − a)(l + a) − x2 ]
6l
W ax 2
= − [l − a2 − x2 ]
6l
W ax 2
y = − [l − a2 − x2 ] (4.18)
6l.EI
Tanda negatif menunjukkan defleksi ke bawah.
Untuk defleksi pada C, dengan substitusi x = b ke persamaan di atas:

W ax 2
yC = (l − a2 − b2 )
6l.EI
Defleksi maksimum terjadi di daerah CB karena b > a. Untuk defleksi maksimum,
dy
substitusikan harga dx = 0. Maka dengan menyamakan persamaan 4.17 dengan nol:

Wa
(3x2 − b2 − 2ab) = 0
6l
3x2 − b(b + 2ab = 0
3x2 − (l − a)(l + b) = 0
72 BAB 4. DEFLEKSI BATANG

3x2 − (l2 − a2 ) = 0
2
3x = l2 − a2
r
l2 − a2
x =
3
Untuk defleksi maksimum, substitusikan harga x ini ke persamaan 4.18:

r  2
l2 − a2 l − a2
 
W ax
ymax = × l2 − a2 −
6l.EI 3 3
r
2 2
 
W ax l − a 2
= × (l2 − a2 )
6l.EI 3 3
Wa
= √ × (l2 − a2 )3/2
9 3EI.l

Contoh soal 4.2 Sebuah batang dengan penampang seragam dengan panjang 1 m
ditumpu sederhana pada ujung-ujungnya. Batang mendapat beban terpusat W pada
jarak l/3 dari salah satu ujungnya. Carilah defleksi batang di bawah beban.

Jawab.
Diketahui: jarak antara beban dengan ujung kiri (a) = l/3, atau jarak beban dengan
ujung kanan (b) = l - l/3 = 2l/3. Defleksi di bawah beban:

"  2  2 #
W ab 2 W × 3l × 2l
l 2l
= (l − a2 − b2 ) = 3 2
l − −
6EIl 6EIl 3 3
W l3
= 0, 0165
EI

4.4.3 Batang Tumpuan Sederhana Dengan Beban Terdistribusi Me-


rata

Gambar 4.6: Beban terdistribusi merata.

Misalkan suatu konstruksi batang ditumpu sederhana AB dengan panjang l menda-


pat beban terdistribusi merata sebesar w per satuan panjang, seperti yang ditunjukkan
oleh gambar 4.6. Dari geometri gambar bisa diketahui reaksi pada A:
4.4. METODE INTEGRAL GANDA UNTUK KEMIRINGAN DAN DEFLEKSI 73

wl
RA = RB =
2
Misalkan suatu penampang X pada jarak x dari B. Kita bisa cari momen bending
pada penampang ini:

wlx wx2
MX = −
2 2
sehingga:

d2 y wlx wx2
EI = −
dx2 2 2
dengan mengintegrasikan persamaan di atas:

dy wlx2 wx3
EI = − + C1 (4.19)
dx 4 6
dy
dimana C1 adalah konstanta integrasi pertama. Kita tahu bahwa x = l/2, maka dx = 0.
Substitusikan harga-harga ini ke persamaan di atas:

 2  3
wl l w l wl3 wl3
0 = − + C1 = − + C1
4 2 6 2 16 48
wl3
C1 = −
24
Substitusikan harga C1 ke persamaan 4.19:

dy wlx2 wx3 wl3


EI = − + (4.20)
dx 4 6 24
Kemiringan maksimum akan terjadi pada A dan B. Jadi kemiringan maksimum,
substitusikan x = 0 ke persamaan 4.20:

wl3
EI.iB =
24
wl3
iB = −
24EI
Tanda negatif artinya tangen A dengan sudut AB adalah negatif atau berlawanan jarum
jam.
Karena simetri maka:
wl3
iA =
24EI
Dengan mengintegrasikan persamaan 4.20 sekali lagi:
74 BAB 4. DEFLEKSI BATANG

wlx3 wx4 wl3 x


EI.y = − − + C2 (4.21)
12 24 24
Kita tahu bahwa pada x = 0 maka y = 0. Dengan mensubstitusikan harga-harga ini ke
persamaan 4.21, kita peroleh C2 = 0.

wlx3 wx4 wl3 x


EI.y = − − (4.22)
12 24 24
Persamaan di atas adalah persamaan defleksi pada sembarang bagian pada batang
AB. Defleksi maksimum terdapat pada titik tengan C. Dengan mensubstitusikan harga
x = l/2 ke persamaan 4.22, defleksi maksimal:

 3  4
wl3 l wl4 wl4 wl4
 
wl l w l
EI.yC = − − = − −
12 2 24 2 24 2 96 384 48
5wl4
= −
384
5wl4
yC = −
384EI
tanda negatif menunjukkan defleksi mempunyai arah ke bawah. Persamaan defleksi
dan kemiringan di atas bisa juga dinyatakan dengan beban total yaitu W = wl.
wl3 W l2
iB = iA = − =−
24EI 24EI
dan
5wl4 5W l3
yC = − =−
384EI 384EI
Contoh soal 4.3 Sebuah batang tumpuan sederhana dengan span 6 m memikul beb-
an terdistribusi merata pada keseluruhan panjangnya. Jika defleksi pada pusat batang
tidak melebihi 4 mm, carilah besarnya beban. Ambil E = 200 GPa dan I = 300 × 106
mm4 .

Jawab:
Diketahui: l = 6 m = 6 ×106 mm
yC = 4 mm
E = 200 GPa = 200 × 103 N/mm2
I = 300 × 106 mm4
Defleksi pada pusat batang (yC ):

5wl4 5 × w × (6 × 103 )4
4 = = = 0, 281 w
3846EI 384 × (200 × 103 ) × (300 × 106 )
4
w = = 14, 2 kN/m
0, 281
4.4. METODE INTEGRAL GANDA UNTUK KEMIRINGAN DAN DEFLEKSI 75

4.4.4 Batang Tumpuan Sederhana Dengan Beban Bervariasi Seca-


ra Gradual

Gambar 4.7:

Misalkan batang tumpuan sederhana AB dengan panjang l mendapat beban berva-


riasi secara gradual dari nol pada B hingga w per satuan panjang pada A, seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 4.7. dari geometri gambar, reaksi pada A:
wl wl
RA = dan RB =
3 6
Sekarang misalkan penampang X berada pada jarak x dari B. Momen bending pada
penampang ini:

 wx x x  wlx wx3
MX = RB .x − × × = −
l 2 3 6 6l
d2 y wlx wx3
EI 2 = − (4.23)
dx 6 6l
Dengan mengintegrasikan persamaan di atas:

dy wlx2 wx4
EI = − + C1 (4.24)
dx 12 24l
Integrasi persamaan 4.24 sekali lagi:

wlx3 wx5
EI.y = − + C1 + C2 (4.25)
36 120l
Pada x = 0 maka y = 0. Karenanya C2 = 0. Pada x = l maka y = 0. Substitusikan
harga-harga ini ke persamaan 4.25:

wl 2 wl4 wl4
0 = × l3 − × l5 + C1 l = − + C1 l
36 120l 36 120
wl3 wl3 7wl3
C1 =− − =−
36 120 360
Sekarang substitusikan harga C1 ke persamaan 4.24:
76 BAB 4. DEFLEKSI BATANG

dy wlx2 wx4 7wl3


=
EI − − (4.26)
dx 12 24l 360
Kemiringan maksimal terdapat pada titik A atau B. Untuk kemiringan pada A, subs-
titusikan x = l ke persamaan 4.26:

wl w 7wl3 wl3
EI.iA = × l2 − × l4 − =
12 24l 360 45
wl3
iA =
45
Untuk kemiringan pada B, substituiskan x = 0 ke persamaan 4.26:

7wl3
EI.iB = −
360
7wl3
iB = − radian
360
Sekarang substitusikan haraga C1 ke persamaan 4.25:

wlx3 wx5 7wl3 x


EI.y = − −
36  120l 360
wlx3 wx5 7wl3 x

1
y = − − (4.27)
EI 36 120l 360
Untuk mencari defleksi pada pusat batang, substitusikan x = l/2 ke persamaan 4.27:

 3  5  !
1 wl l 2 l 7wl3 l
yC = − −
EI 36 2 120l 2 360 2
0, 00651wl4
= −
EI
Defleksi maksimum akan terjadi apabila harga kemiringannya nol. Karena itu de-
ngan menyamakan persamaan 4.26 dengan nol:

wlx2 wx4 7wl3


− − = 0
12 24l 360
x = 0, 519l
Sekarang substitusikan harga x ini ke persamaan 4.27:

 
1 wl 3 w 5 7wl
ymax = (0, 519l) − (0, 519l) − (0, 519l)
EI 36 120l 360
0, 00652wl4
=
EI
4.4. METODE INTEGRAL GANDA UNTUK KEMIRINGAN DAN DEFLEKSI 77

Contoh soal 4.4 Sebuah batang dengan tumpuan sederhana AB dengan span 4 me-
ter memikul beban segitiga bervariasi dari nol pada B hingga 5 kN/m pada A. Carilah
defleksi maksimum batang. Ambil rigiditas batang sebesar 1, 25 × 1012 N-mm2 .

Jawab:
Diketahui: l = 4 m = 4 ×103 mm
beban pada A = w = 5 kN/m = 5 N/mm
EI = 1, 25 × 1012 N/mm2

Defleksi maksimum pada batang:

0, 00652wl4 0, 00652 × 5 × (4 × 103 )4


ymax = =
EI 1, 25 × 1012
= 668 mm
78 BAB 4. DEFLEKSI BATANG

SOAL-SOAL LATIHAN

1. Batang dengan tumpuan sederhana dengan bentangan 2,4 m mendapat beban


terpusat di tengah sebesar 15 kN. Berapakah kemiringan maksimum pada pusat
batang? Ambil harga EI batang sebesar 6 × 1010 N-mm2 .

2. Sebuah batang dengan panjang 3 m ditumpu di kedua ujungnya, mendapat beb-


an terpusat di tengah-tengah batang. Jika kemiringan pada ujung batang tidak
melebihi 10 , carilah defleksi pada tengah batang.

3. Sebuah batang dengan tumpuan sederhana mendapat beban terdistribusi merata


sebesar 16 kN/m. Jika defleksi batang pada tengahnya dibatasi sebesar 2,5 mm,
carilah panjang batang. Ambil EI batang sebesar 9 × 1012 N-mm2 .
Bab 5

Defleksi Kantilever

5.1 Kantilever Dengan Beban Terpusat Pada Ujung Be-


basnya
Misalkan kantilever AB dengan panjang l menerima beban terpusat W pada ujung be-
basnya seperti yang ditunjukkan oleh gambar 5.1.

Gambar 5.1: Beban terpusat pada ujung bebas.

Andaikan penampang X pada jarak x dari ujung bebas B, momen bending pada
penampang ini adalah:

MX = −W.x
d2 y
EI 2 = −W.x (5.1)
dx
Dengan mengintegrasikan persamaan di atas:

dy W.x2
EI =− + C1 (5.2)
dx 2
dy
pada x = l, dx = 0. Substitusikan nilai ini ke persamaan di atas:

79
80 BAB 5. DEFLEKSI KANTILEVER

W.l2 W.l2
0=− + C1 atau C1 =
2 2
Masukkan harga C1 ke persamaan 5.2, sehingga:

dy W.x2 W.l2
EI =− + (5.3)
dx 2 2
Persamaan di atas merupakan rumus untuk mencari kemiringan pada sembaran titik
pada kantilever. Kemiringan maksimum terjadi pada ujung bebas atau pada x = 0,
sehingga persamaan 5.3 menjadi:

W l2
EI.iB =
2
W l2
iB = radian
EI2
Harga yang positif menunjukkan bahwa tangen pada B yang membuat sudut dengan
AB adalah positif atau searah jarum jam.
Dengan mengintegrasikan persamaan 5.3 sekali lagi, sehingga:

W.x3 W.l2 x
EI.y = − + + C2 (5.4)
6 2
Pada x = l maka y = 0. Substitusikan harga ini ke persamaan di atas, sehingga:

W.l3 W.l3 x W.l3 x


0 = − + + C2 = + C2
6 2 3
3
W.l
C2 = −
3
Substitusikan harga C2 ke persamaan 5.4:

W.x3 W.l2 x W.l3


EI.y = − + −
6 2 3
W l2 x W x3 W l3
= − − − (5.5)
2 6 3
Persamaan ini adalah persamaan untuk mencari defleksi pada sembarang titik. Defleksi
maksimum terdapat pada ujung bebas. Dengan mengganti harga x = 0 pada persamaan
di atas, defleksi maksimum:

W l3
EI.yB = −
3
W l3
yB = −
3EI
5.2. KANTILEVER DENGAN BEBAN TERPUSAT TIDAK PADA UJUNG BEBASNYA81

Tanda negatif menunjukkan bahwa arah defleksi ke bawah.


Contoh soal 5.1 Sebuah batang kantilever dengan lebar 120 mm dan tinggi 150 mm
mempunyai panjang 1,8 m. Carilah kemiringan dan defleksi pada ujung bebas batang,
ketika batang mendapat beban terpusat 20 kN pada ujung bebasnya. Ambil harga E
batang 200 GPa.

Jawab:
Diketahui: b = 120 mm
d = 150 mm
l = 1,8 m = 1,8 ×103 mm
W = 20 kN = 20 ×103 N
E = 200 GPa = 200 ×103 N/mm2

Kemiringan pada ujung bebas


bd3 120 × (150)3
I= = = 33, 75 × 106 mm4
12 12
dan kemiringan pada ujung bebas:
W l2 (20 × 103 ) × (1, 8 × 103 )3
iB = = = 5, 76 mm
3EI 3 × (200 × 103 ) × (33, 75 × 106 )

5.2 Kantilever Dengan Beban Terpusat Tidak Pada Ujung


Bebasnya

Gambar 5.2: Beban terpusat tidak pada ujung bebasnya.

Misalkan kantilever AB dengan panjang l mendapat beban terpusat W pada jarak l1


dari ujung tetap seperti yang ditunjukkan oleh gambar 5.2. Dari gambar terlihat bahwa
bagian AC dari kantilever akan melengkung menjadi AC’, sedangkan bagian CB tetap
lurus dengan posisi C’B’ seperti ditunjukkan gambar 5.2. Bagian AC sejenis dengan
kantilever seperti yang dibahas pada seksi 5.1.
W l12
iC =
2EI
82 BAB 5. DEFLEKSI KANTILEVER

KArena bagian CB adalah lurus, maka:


W l12
iB = iC =
2EI
dan
W l13
yC =
3EI
Dari geometri pada gambar, kita dapatkan:
W l13 W l12
yB = yC + iC (l − l1 ) = + (l − l1 )
3EI 2EI
l 3 l 2 5W l3
Jika l1 = 2l , yB = W W l
 
3EI 2 + 2EI 2 × 2 = 48EI
Contoh soal 5.2 Sebuah batang kantilever dengan panjang 3 m mendapat beban
terpusat sebesar 20 kN pada jarak 2 m dari ujung tetap. Carilah kemiringan dan defleksi
pada ujung bebas batang kantilever. Ambil harga EI = 8 × 1012 N-mm2 .

Jawab:
Diketahui: l = 3m = 3 × 103 mm
W = 20 kN = 20 × 103 N
l1 = 2 m = 2 ×103 mm
EI = 8 ×1012 N-mm2

Kemiringan pada ujung bebas


W l12 (20 × 103 ) × (2 × 103 )2
iB = = = 0, 005 rad
2EI 2 × (8 × 1012 )
Defleksi pada ujung bebas kantilever

W l13 W l12
yB = + (l − l1 )
3EI 2EI
(20 × 103 ) × (2 × 103 )2

=
3 × (8 × 1012 )
(20 × 103 ) × (2 × 103 )2 
(3 × 103 ) − (2 × 103 )

+
2 × (8 × 1012 )
= 6, 7 + 5, 0 = 11, 7 mm

5.3 Kantilever Dengan Beban Terdistribusi Merata


Misalkan kantilever AB dengan panjang l mendapat beban terdistribusi merata w persa-
tuan panjang seperti yang ditunjukkan oleh gambar 5.3. Misalkan penampang X pada
jarak x dari ujung bebas B. Momen bending pada daerah ini:
5.3. KANTILEVER DENGAN BEBAN TERDISTRIBUSI MERATA 83

Gambar 5.3: Beban terdistribusi merata.

wx2
MX = −
2
d2 y wx2
EI = −
dx2 2
Dengan mengintegrasikan persamaan di atas:

dy wx3
EI =− + C1
dx 6
dy
Jika x = l maka dx = 0. Substitusikan harga ini ke persamaan di atas:

wl3 wl3
0=− + C1 atau C1 =
6 6
Substitusikan harga C1 ke persamaan di atas, sehingga:

dy wx3 wl3
=−
EI + (5.6)
dx 6 6
Ini merupakan persamaan untuk mencari kemiringan pada sembarang titik. Untuk ke-
miringan maksimum, masukkan harga x = 0 pada persamaan 5.6:

wl3
EI.iB =
6
wl3
iB = radian
6EI
Dengan mengintegrasikan persamaan 5.6 sekali lagi:

wx4 wl3 x
EI.y = − + + C2 (5.7)
24 6
Pada x = l maka y = 0. Substitusikan harga ini ke persamaan di atas:
84 BAB 5. DEFLEKSI KANTILEVER

wx4 wl3 x wl4


0=− + + C2 atau C2 = −
24 6 8
Substitusikan harga C2 ke persamaan 5.7:

wx4 wl3 x wl4 wl3 x wx4 wl4


EI.y = − + − = − − (5.8)
24 6 8 6 24 8
Ini adalah persamaan untuk mencari defleksi pada sembarang jarak x pada batang
kantilever dengan beban terdistribusi merata. Defleksi maksimum terjadi pada ujung
bebas. Karena itu untuk defleksi maksimum, substitusikan harga x = 0 pada persama-
an 5.8:

wl4
EI.yB = −
8
wl4
yB = −
8EI

Persamaan-persamaan di atas bisa dinyatakan dalam beban total yaitu W = wl.

wl3 W l2 wl4 W l3
iB = iA = = dan yB = − =−
6EI 6EI 8EI 8EI

Contoh soal 5.3 Sebuah batang kantilever dengan panjang 2 m mendapat beban
terdistribusi merata sebesar 5 kN/m pada keseluruhan panjangnya. Carilah kemiringan
dan defleksi pada ujung bebas batang kantilever. Ambil harga EI = 2, 5 × 1012 N-mm2 .

Jawab:

Diketahui: l = 2 m = 2 × 103 mm
w = 5 kN/m = 5 N/mm
EI = 2,5 ×1012 N-mm2

Kemiringan pada ujung bebas

wl3 5 × (2 × 103 )3
iB = = = 0, 0027 rad
6EI 6 × (2, 5 × 1012 )

Defleksi pada ujung bebas kantilever

wl4 5 × (2 × 103 )4
y = = = 4, 0 mm
8EI 8 × (2, 5 × 1012 )
5.4. KANTILEVER TERBEBANI SEBAGIAN DENGAN BEBAN TERDISTRIBUSI MERATA85

Gambar 5.4: Beban terdistribusi merata pada sebagian kantilever.

5.4 Kantilever Terbebani Sebagian Dengan Beban Ter-


distribusi Merata
Misalkan kantilever AB dengan panjang l mendapat beban terdistribusi merata w persa-
tuan panjang sepanjang l1 dari ujung tetap, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 5.4.
Bagian AC akan melengkung menjadi AC’, sedangkan bagian CB akan tetap lurus se-
perti yang ditunjukkan oleh C’B’, seperti ditunjukkan oleh gambar. Bagian AC dari
kantilever sejenis dengan kantilever pada seksi 5.3.

wl13
iC = rad
6EI

KArena bagian CB dari kantilever lurus, sehingga:

wl13
iB = iC =
6EI
dan

wl14
yC =
8EI

Dari geometri gambar, kita peroleh:

W l14 W l13
yB = yC + iC (l − l1 ) = + (l − l1 )
8EI 6EI

l 4 l 3 7wl4
Jika l1 = 2l , yB = w w l
 
8EI 2 + 6EI 2 × 2 = 384EI

Contoh soal 5.4 Sebuah batang kantilever dengan panjang 2,5 m mendapat beban
terdistribusi sebagian sebesar 10 kN/m sepanjang 1,5 m dari ujung tetap. Carilah kemi-
ringan dan defleksi pada ujung bebas batang kantilever. Ambil harga rigiditas fleksural
sebesar 1, 9 × 1012 N-mm2 .
86 BAB 5. DEFLEKSI KANTILEVER

Jawab:
Diketahui: l = 2,5 m = 2, 5 × 103 mm
w = 10 kN/m = 10 N/mm
l1 = 1,5 m = 1, 5 × 103 mm
EI = 1,9 ×1012 N-mm2

Kemiringan pada ujung bebas

wl13 10 × (1, 5 × 103 )3


iB = = = 0, 003 rad
6EI 6 × (1, 9 × 1012 )

Defleksi pada ujung bebas kantilever

wl14 wl13
y = + [l − l1 ]
8EI 6EI
10 × (1, 5 × 103 )4 10 × (1, 5 × 103 )3
= 12
+
8 × (1, 9 × 10 ) 6 × (1, 9 × 1012 )
× (2, 5 × 103 ) − (1, 5 × 103 )
 

= 3, 3 + 3 = 6, 3 mm

5.5 Kantilever Dibebani Dari Ujung Bebas

Gambar 5.5:

Misalkan kantilever AB dengan panjang l mendapat beban terdistribusi merata w


per satuan panjang sepanjang l1 dari ujung bebas seperti yang ditunjukkan oleh gam-
bar 5.5.
Kemiringan dan defleksi kantilever dalam hal ini bisa dicari sebagai berikut:

1. Pertama-tama, misalkan keseluruhan kantilever dari AB dibebani dengan beban


terdistribusi merata w per satuan panjang seperti yang ditunjukkan oleh gam-
bar 5.6

2. Tambahkan beban terdistribusi merata w persatuan panjang dari A ke C seperti


gambar 5.6.
5.5. KANTILEVER DIBEBANI DARI UJUNG BEBAS 87

Gambar 5.6:

3. Kemudian cari kemiringan dan defleksi karena beban tersebut seperti telah dije-
laskan pada seksi 5.3 dan 5.4.

4. Kemudian kemiringan pada B adalah sama dengan kemiringan karena beban total
dikurangi dengan kemiringan karena beban tambahan.

5. Dengan cara yang sama, defleksi pada B adalah sama dengan defleksi karena
beban total dikurangi dengan defleksi karena beban tambahan.

Contoh soal 5.5 Sebuah kantilever dengan lebar 75 mm dan


tinggi 200 mm dibebani seperti ditunjukkan oleh gambar 5.7. Carilah kemiringan dan
defleksi pada B. Ambil E = 200 GPa.

Gambar 5.7:

Jawab:
Diketahui: b = 75 mm
d = 200 mm
w = 20 kN/m = 20 N/mm
l = 2 m = 2 × 103 mm
l1 = 1 m = 1 × 103 mm
E = 200 GPa = 200 ×103 N/mm2

Kemiringan pada B

bd3 75 × (200)3
I= = = 50 × 106 mm4
12 12
88 BAB 5. DEFLEKSI KANTILEVER

wl3 w(l − l1 )3
   
iB = −
6EI 6EI
20 × (2 × 103 )3 20[(2 × 103 ) − (1 × 103 )]3
   
= −
6 × (200 × 103 ) × (50 × 106 ) 6 × (200 × 103 ) × (50 × 106 )
= 0, 00267 − 0, 000333 = 0, 00234 rad
Defleksi pada B

wl4 w(l − l1 )4 w(l − l1 )3 l1


   
yB = − +
8EI 8EI 6EI
20 × (2 × 103 )4
 
=
8 × (200 × 103 ) × (50 × 106 )
20 × [(2 × 103 ) − (1 × 103 )]4 20 × [(2 × 103 ) − (1 × 103 )]3 (1 × 103 )
 
− +
8 × (200 × 103 ) × (50 × 106 ) 6 × (200 × 103 ) × (50 × 106 )
= 4, 0 − 0, 58 = 3, 42 mm

5.6 Kantilever Dengan Beban Bervariasi Secara Gra-


dual

Gambar 5.8:

Misalkan kantilever AB dengan panjang l mendapat beban bervariasi secara gra-


dual dari nol pada B hingga w persatuan panjang ada A seperti yang ditunjukkan oleh
gambar 5.8.
Sekarang misalkan penampang X pada jarak x dari ujung bebas. Momen bending
pada bidang ini:

1 wx x wx3
MX = − × ×x× =−
2 l 3 6l
5.6. KANTILEVER DENGAN BEBAN BERVARIASI SECARA GRADUAL 89

d2 y wx3
EI
2
= − (5.9)
dx 6l
Dengan mengintegrasikan persamaan di atas:

dy wx4
EI =− + C1 (5.10)
dx 24l
dy
Pada x = l maka dx = 0. Substitusikan harga ini ke persamaan di atas:
wx4 wl3
0=− + C1 atau C1 =
24l 24
sehingga:

dy wx4 wl3
=−
EI + (5.11)
dx 24l 24
Ini merupakan persamaan untuk mencari kemiringan pada sembarang titik. Kemiring-
an maksimum akan terjadi pada ujung bebas dimana x = 0, sehingga kemiringan mak-
simum:

wl3
EI.iB =
24
wl3
iB = radian
24EI
Dengan mengintegrasikan persamaan 5.13:

wx5 wl3 x
EI.y = − + + C2 (5.12)
120l 24
Pada x = l maka y = 0. Masukkan harga ini ke persamaan di atas:

wl4 wl4 wl4


0 = − + + C2 atau C2 = −
120l 24 30
5 3 4
wx wl x wl
EI.y = − + − (5.13)
120l 24 30
Ini adalah persamaan untuk mencari defleksi pada sembarang titik. Defleksi maksimum
akan terjadi pada ujung bebas. Dengan mensubstitusikan x = 0 pada persamaan di atas
maka defleksi maksimum:

wl4
EI.yB = −
30
wl4
yB = −
30
Contoh soal 5.6 Sebuah kantilever mempunyai span memikul beban segitiga dari
intensitas nol pada ujung bebas hingga 100 kN/m pada ujung tetap. Carilah kemiringan
dan defleksi pada ujung bebas. Ambil I = 100 × 103 mm4 dan E = 200 GPa
90 BAB 5. DEFLEKSI KANTILEVER

Jawab:
Diketahui: l = 2 m = 2 × 103 mm
w = 100 kN/m = 100 N/mm
I = 100 ×106 mm4
E = 200 GPa = 200 × 103 N/mm2

Kemiringan pada ujung bebas

wl3 100 × (2 × 103 )3


iB = = = 0, 00167 rad
24EI 24 × (200 × 103 ) × (100 × 106 )

Defleksi pada ujung bebas kantilever

wl4 100 × (2 × 103 )4


y = = = 2, 67 mm
30EI 30 × (200 × 103 ) × (200 × 106 )

5.7 Kantilever Dengan Beberapa Beban


Jika kantilever mendapat beberapa beban terpusat atau terdistribusi merata, kemiringan
dan defleksi pada titik tertentu pada kantilever merupakan penjumlahan aljabar dari
kemiringan dan defleksi pada titik tersebut karena beban-beban yang bekerja secara
individu.
5.7. KANTILEVER DENGAN BEBERAPA BEBAN 91

SOAL-SOAL LATIHAN

1. Sebuah kantilever dengan panjang 2,4 m mendapat beban terpusat sebesar 30


kN pada ujung bebasnya. Carilah kemiringan dan defleksi kantilever tersebut.
Rigiditas fleksural kantilever adalah 25 × 1012 N-mm2 .

2. Sebuah kantilever dengan lebar 150 mm dan tinggi 200 mm menonjol dengan
panjang 1,5 m dari dinding. Carilah kemiringan dan defleksi kantilever pada
ujung bebas jika ia mendapat beban terpusat sebesar 50 kN pada ujung bebasnya.
Ambil E = 200 GPa.

3. Sebuah kantilever dengan panjang 1,8 m mendapat beban terdistribusi mera-


ta sebesar 10 kN/m pada keseluruhan panjangnya. Berapakah kemiringan dan
defleksi batang pada ujung bebasnya? Ambil rigiditas fleksural batang sebesar
3, 2 × 1012 N-mm2 .

Anda mungkin juga menyukai