Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

“TAHAPAN PERKEMBANGAN KELUARGA”

Program Studi : Program Sarjana Terapan dan Program Studi


Pendidikan Profesi Ners Program Profesi
Mata Kuliah : Keperawatan Keluarga
Penempatan : Semester V T.A. 2021/ 2022
Kelas : 3B Ners
Dosen Pengampu : Yeti Resnayati, S.Kp., M.Kes.
Penanggungjawab : Ns. Mia Fatma Ekasdari, M.Kep., Sp.Kom.

Disusun oleh :
Alfa Levia (P3.73.20.2.19.042)

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2021
“TAHAPAN PERKEMBANGAN KELUARGA”
Keluarga adalah "organisme hidup" yang terus tumbuh dan berkembang.
Ada perkembangan yang terus terjadi, seiring dengan usia biologis anggota keluarga maupun
usia pernikahan . Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga, meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga di
sepanjang waktu.

Perkembangan ini terjadi melalui beberapa tahapan (stage) dan kurun waktu tertentu.
pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar dapat dilalui
dengan positif dan konstruktif. Perkembangan adalah sebuah siklus yang berulang, dan akan
terjadi pada semua keluarga, walaupun kisah hidup bisa berbeda-beda. Sebab ada yang tidak
menikah seumur hidupnya, atau menikah beberapa kali. Namun pola umumnya relatif sama.

Duvall dan Milller mengajukan teori "8 Stages of The Family Life Cycle"

1. Stage 1: Beginning Family / Keluarga Baru


2. Stage 2: Childbearing Family / Keluarga dengan Kelahiran Anak Pertama
3. Stage 3: Family With Preschoolers / Keluarga dengan Anak Pra-Sekolah
4. Stage 4: Family With School-age Children / Keluarga dengan Anak Sekolah
5. Stage 5: Family With Teenagers / Keluarga dengan Anak Remaja
6. Stage 6: Launching Family / Keluarga dengan Anak Dewasa
7. Stage 7: Middleage Family / Keluarga Usia Pertengahan
8. Stage 8: Aging Family / Keluarga Usia Lanjut

Tahap 1: Keluarga Baru

Tahap pertama dimulai pada saat seorang laki-laki dan seorang perempuan
membentuk keluarga melalui proses perkawinan. Setelah menikah, mereka berdua
meninggalkan keluarga masing-masing, karena sudah memiliki keluarga baru. Mereka sudah
dianggap mandiri dan bertanggung jawab atas diri serta keluarga yang dibentuknya bersama
pasangan.

Istilah "meninggalkan keluarga" tidak selalu terjadi secara fisik karena kenyataannya
banyak keluarga baru yang masih tinggal bersama orang tua atau mertua. Namun secara
psikologis mereka sudah "meninggalkan" lingkaran keluarga masing-masing, untuk memulai
sebuah keluarga baru. Mereka melakukan proses penyesuaian peran dan fungsi. Masing-
masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya,
seperti pola makan, tidur, bangun pagi, kebiasaan berpakaian, bepergian, dan lain sebagainya.
Mereka akan melewati masa-masa indah saat fase romantic love, namun akan mengalami
pula masa ketegangan saat berada pada fase disappointment atau distress.

Tahap 2: Keluarga dengan Kelahiran Anak Pertama

Keluarga akan mulai mengalami perubahan ketika sudah terjadi kehamilan, karena
hadirnya "pihak ketiga" berupa janin yang harus dijaga dan dirawat. kehadiran janin membuat
ada yang mulai membatasi. Menurut Duvall, tahap ini dimulai dari kelahiran anak pertama
hingga berusia 30 bulan atau 2,5 tahun. Kini mereka harus mulai belajar dan bersiap untuk
menyambut kelahiran anak pertama. Mereka tidak lagi berdua, namun sudah ada bayi di
antara mereka

Tahap 3: Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah

Dimulai ketika anak pertama melewati usia 2,5 --5 tahun. balita yang mungil, imut,
dan lucu, dengan segala tingkah polahnya. Orangtua mulai disibukkan oleh seorang balita
yang menyita habis waktu serta perhatian, terutama dari sang ibu. Anak mulai berulah, anak
mulai punya keinginan, dan anak mulai dipersiapkan untuk memasuki bangku sekolah.

Di Indonesia, ada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang menampung anak-anak
usia prasekolah. Pada contoh orangtua yang keduanya bekerja serta sibuk, anak-anak
dititipkan di PAUD, karena di rumah tidak ada yang menjaga. Corak interaksi sudah sangat
berubah. Pada beberapa keluarga, di tahap ketiga ini mereka sudah memiliki lebih dari satu
anak. Orangtua merasakan kesibukan yang sangat berubah dibanding dengan tahap
sebelumnya.

Tahap 4: Keluarga dengan Anak-anak Sekolah

Dimulai ketika anak pertama mulai berumur 6--12 tahun., masuk Sekolah Dasar,
maka orangtua harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan anak pada usia sekolah tersebut.
Begitu sudah masuk SD, anak mulai mengenal stress karena memasuki lingkungan dan
tantangan baru. Mulai ada PR yang harus dikerjakan di rumah.

Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga suasana
menjadi sangat sibuk. Rata-rata keluarga di Indonesia sudah memiliki lebih dari satu anak.
Ayah dan ibu yang harus mempersiapkan keperluan sekolah anak-anak, urusan PR, urusan
pembagian perhatian terhadapanak lainnya. Di sisi yang lain, suami dan istri sudah mencapai
posisi yang lebih "tinggi" dalam pekerjaan atau karier mereka, sehingga memiliki kesibukan
yang juga sangat padat. Pada keluarga yang belum mapan secara ekonomi, membuat mereka
harus bekerja ekstra untuk biaya sekolah maupun biaya keperluan hidup keluarga secara
layak.

Tahap 5: Keluarga dengan Anak Remaja

Dimulai ketika anak pertama mencapai umur 13—19/ 20 tahun. Suasana keluarga
kembali berubah. Orangtua harus kembali belajar, bagaimana mendidik anak remaja,
memberikan tanggung jawab serta pendidikan yang lebih baik guna mempersiapkan anak
mencapai kedewasaan baik secara biologis maupun psikologis.

Anak usia remaja, yang sekolah SMP dan SMA, memiliki kepribadian dan karakter
yang khas. Di Indonesia kita menyaksikan fenomena kenakalan remaja yang marak, yang
menjadi salah satu persoalan yang harus dihadapi dalam keluarga.

Pada contoh keluarga di Indonesia, banyak anak usia SMP dan SMA yang belajar di
sekolah boarding ataupun pondok pesantren. artinya mereka sudah meninggalkan rumah
sejak masa remaja. Interaksi dengan orangtua menjadi minim, Kondisi keluarga pun
mengalami perubahan. Meski demikian, orangtua tetap memiliki tanggung jawab mendidik
anak remaja mereka yang tengah belajar di boarding school atau pesantren.

Tahap 6: Keluarga dengan Anak Dewasa

Dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah, berakhir pada saat anak terakhir
meninggalkan rumah sehingga rumah menjadi kosong. Maka disebut sebagai Launching
Family, karena ada peristiwa "pelepasan" anak. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak
dan ada tidaknya anak yang belum berkeluarga serta tetap tinggal bersama orangtua.

Fenomena di Indonesia, ketika anak sudah lulus SMA, sebagian dari mereka
melanjutkan kuliah,. Ada yang harus pergi meninggalkan rumah karena kuliah di kota yang
berbeda, ada pula yang tetap tinggal bersama orangtua karena kuliah di kota yang sama.
Sebagian lagi memilih langsung bekerja, baik di kota yang sama taupun di kota yang berbeda.
Namun, anak yang sudah dewasa, memiliki kebutuhan yang berbeda, dibanding pada tahap-
tahap sebelumnya.

Mulai ada sangat banyak perubahan dalam komposisi keluarga. Ada yang berkurang,
namun juga ada yang bertambah. Berkurang pada contoh anak lulus SMA yang pergi kuliah
atau bekerja di kota lain. Namun ada saatnya bertambah, yaitu ketika anak sudah menikah,
yaitu ada menantu, besan, dan cucu. ada perubahan corak interaksi, baik yang bersifat
mengecil maupun membesar, menyempit maupun meluas. Maka anak-anak dalam keluarga
ini pun mengalami perubahan karena mulai memiliki saudara baru bernama ipar, dan
keluarga baru bernama keponakan. Semua harus berusaha menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan ini

Tahap 7: Keluarga Usia Pertengahan

Dimulai saat anak yang terakhir telah meninggalkan rumah, dan tahap ini berakhir
saat masa pensiun kerja atau salah satu dari suami atau istri meninggal dunia. Pada tahap ini
sudah tidak ada lagi anak yang tinggal bersama mereka. Semua anak sudah "meninggalkan"
rumah, baik dalam artian fisik maupun dalam artian psikologis. Anak-anak sudah dewasa
semua, sudah menikah, dan tinggal bersama keluarga barunya.

Pada beberapa pasangan, tahap ketujuh ini dianggap berat dan sulit dilalui karena
adanya perubahan suasana kejiwaan akibat orangtua mulai memasuki usia lanjut. Ada sangat
banyak hal yang berubah, dimulai dari peristiwa perpisahan dengan anak-anak, di mana anak-
anak mulai membentuk keluarga sendiri, hingga proses penuaan yang dalam beberapa kasus
diserta perasaan gagal sebagai orang tua dalam mendidik anak. Pada contoh keluarga
berantakan, anak-anak berulah tidak seperti harapan orangtua,.

Tahap 8 : Keluarga Orangtua Usia Lanjut

Tahap terakhir dari perjalanan sebuah keluarga, dimulai ketika salah satu dari suami
dan istri atau keduanya sudah mulai pensiun kerja, sampai salah satu atau keduanya
meninggal dunia. Sebagian dari pasangan manula ini hidup berdua saja, karena sama sekali
tidak ada anak atau cucu atau anggota keluarga lain yang tinggal bersama mereka. Namun
banyak pula --pada contoh di Indonesia---yang memilih untuk tinggal bersama keluarga salah
satu anak mereka.

Di negara-negara Barat, ketika pasangan sudah meninggal dunia, banyak yang


memutuskan tinggal di panti jompo daripada hidup sendiri dalam kondisi sudah tua dan
lemah. Di Indonesia, ada tradisi pertemuan keluarga pada momentum tertentu, seperti Idul
Fitri, di mana semua anak dan cucu mengunjungi orangtua atau kakek-nenek mereka.
Peristiwa ini adalah hiburan yang sangat menyenangkan pada pasangan manula.

Anda mungkin juga menyukai