Anda di halaman 1dari 13

BAB III

STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

3.1. Struktur Teori Akuntansi


Struktur teori akuntansi adalah elemen-elemen yang saling terkait dan menjadi pedoman bagi
pengembangan teori dan perumusan standar atau teknik akuntansi. Elemen-elemen tersebut
adalah :
1. Rumusan tentang tujuan laporan keuangan.
2. Postulat akuntansi, yang dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan.
3. Konsep teoritis akuntansi, yang dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan.
4. Prinsip dasar akuntansi, yang dijabarkan dari postulat dan konsep teoritis akuntansi.
5. Standar atau teknik akuntansi, yang merupakan pedoman dalam penyusunan laporan
keuangan sesuai dengan kebutuhan para pemakai, yang dirumuskan dari prinsip dasar
akuntansi.
Hirarki elemen struktur teori akuntansi dapat digambarkan sebagai berikut :

3.2. Tujuan Laporan Keuangan


Berikut adalah rumusan tujuan laporan keuangan yang telah dijabarkan oleh AAA, APB,
dan FASB :
a) ASOBAT
American Accounting Association (AAA) adalah sebuah organisasi akuntan pendidik yang
bergungsi memfasilitasi dalam pendidikan akuntansi dan memperlajari serta mengomentari
masalah-masalah yang terkait dengan standar akuntansi.Pada tahun 1966, AAA menerbitkan
AStatement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) yang berisi tentang rumusan tujuan
akuntansi, yaitu :
1. Membuat keputusan mengenai penggunaan sumber daya yang terbatas dan menentukan
sasaran serta tujuan dari penggunaan sumber daya tersebut.
2. Mengarahkan dan mengendalikan sumber daya manusia dan factor produksi lainnya secara
efektif.
3. Memelihara dan melaporkan pengamanan atas sumber daya (Aktiva).
4. Memfasilitasi fungsi dan pengendalian social.

b) APB Statement No. 4


Accounting Principles Board (APB) dibentuk oleh AICPA pada tahun 1959.Tujuan utama
dari APB adalah mengajukan rekomendasi secara tertulis mengenai prinsip akuntansi,
menentukan praktek akuntansi yang tepat, dan mempersempit celah perbedaan-perbedaan yang
ada serta ketidak-konsistenan yang terjadi dalam praktek akuntansi saat itu. Anggota APB yang
berjumlah 18 hinga 21 orang, sebagian besar merupakan akuntansi publik, ditambah dengan
wakil-wakil dari industri, dan akademisi.Pada tahun 1970, APB menerbitkan Statement No. 4
yang berjudul “Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statement Of
Business Enterprises”. Laporan ini berisi tentang tujuan khusus dan tujuan umum laporan
keuangan.
I. Tujuan khusus laporan keuangan menurut APB Statement No. 4 adalah menyajikan posisi
keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
II. Tujuan Umum laporan keuangan menurut APB Statement No. 4 adalah :
1. Memberikan informasi yang terpecaya tentang sumber daya ekonomi (Aktiva) dan
kewajiban perusahaan, dengan maksud :
a. Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan.
b. Untuk menunjukkan posisi keuangan da investasi perusahaan.
c. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya.
d. Menunjukkan kemampuan sumber daya yang ada untuk pertumbuhan perusahaan.
2. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal
dari kegiatan usaha dalam mencari laba, dengan maksud :
a. Memberikan gambaran tentang jumlah deviden yang diharapkan pemegang saham.
b. Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada supplier,
kreditur, pegawai, pemerintah dan kemampuannya dalam mengumpulkan dana untuk
kepentingan ekspansi perusahaan.
c. Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan
fungsi perencanaan dan pengendalian.
d. Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba jangka
panjang.
3. Memungkinkan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilakan laba.
4. Memnerikan informasi lainnya tentang perubahan aktiva dan kewajiban.
5. Mengungkapkan informasi yang relavan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan.
c) Trueblood Committee Report
Untuk menyusun konsep yang menjelaskan tentang tujuan laporan keuangan, Presiden
AICPA saat itu (Marsall S. Amstrong) pada tahun 1971 membentuk tim perumus tujuan laporan
keuangan, yang dikenal dengan nama Trueblood Committee. Tim ini pada tahun 1973 berhasil
merumuskan tujuan laporan keuangan, yang dimuat dalam sebuah laporan yang berjudul
”Objectives of Financial Statement”. Dalam laporan ini dirumuskan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah :
1. Tujuan dasar laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna bagi
pengambilan keputusan ekonomi.
2. Melayani pemakai umum yang memiliki wewenang, kemampuan, atau sumber daya yang
terbatas untuk memperoleh informasi dan pihak-pihak yang mengandalkan laporan
keuangan sebagai sumber informasinya mengenai aktivitas ekonomi perusahaan.
3. Memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur untuk pemakai untuk
memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi potensi arus kas berdasarkan jumlah,
waktu, dan ketidakpastian lainnya.
4. Memberikan informasi kepada pemakai untuk memprediksi, membandingkan, dan
mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
5. Memberikan informasi yang berguna untuk menilai kemampuan manajemen dalam
memanfaatkan sumber daya perusahaan secara efektif dan mencapai tujuan utama
perusahaan.
6. Memberikan informasi yang factual dan dapat diinterprestasikan mengenai transaksi dan
peristiwa lainnya, yang diharapkan dapat berguna untuk memprediksi, membandingkan,
dan mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
7. Memberikan laporan tentang posisi keuangan perusahaan, yang diharapkan dapat berguna
untuk prediksi, membandingkan, dan mengevuasi kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba.
8. Memberikan laporan tentang laba periode (berkala), yang diharapkan dapat berguna
untuk prediksi, membandingkan, dan mengevuasi kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba.
9. Memberikan laporan tentang aktivitas keuangan perusahaan, yang diharapkan dapat
berguna untuk prediksi, membandingkan, dan mengevuasi kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba.
10. Memberikan informasi yang berguna untuk proses peramalan.
11. Tujuan laporan keuangan bagi organisasi pemerintah dan organisasi yang bukan pencari
laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna dalam mengevaluasi aktivitas
pengelolaan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi.
12. Melaporkan aktivitas perusahaan yang mempengaruhi lingkungan social (masyarakat
sekitar).
d) SFAC No. 1 dan No. 4
FASB merupakan organisasi sektor swasta yang bertanggung jawab dalam pembentukan
standar akuntansi di Amerika saat ini.FASB didirikan pada tahun 1973, menggantikan APB.APB
digantikan oleh karena kehilangan kredibilitasnya dimata komunitas bisnis saat itu.
Fungsi utama FASB adalah menpelajari masalah akuntansi terkini dan menetapkan standar
akuntansi.FASB juga menerbitkan Statement of Accounting Concepts (SFAC) yang memberikan
kerangka kerja konseptual dimana memungkinkan untuk dikembangkannya standar akuntansi
khusus.
Pada tahun 1978, FASB menerbitkan SFAC No. 1 yang berjudul “Objectives of
Financial Reporting by Business Enterprises”.Laporan ini memuat tentang rumusan tujuan
laporan keuangan untuk organisasi pencari laba (profit Organization), yaitu :
1. Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditur, dan pemakai lainnya dalam
membuat keputusan secara rasional mengenai investasi, kredit dan lainnya.
2. Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon investor dan kreditur serta
pemakai lainnya dalam menentukan jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari deviden
atau bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, atau saham, dan pinjaman yang jatuh
tempo.
3. Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan, klaim atas aktiva, dan
pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap aktiva dan kewajiban.
4. Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu periode.
5. Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mendaparkan dan membelanjakan kas,
tentang pinjaman dan pengembaliannya, tentang transaksi yang mempengaruhi modal
termasuk deviden dan pembayaran lainnya kepada pemilik, dan tentang factor-faktor yang
mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas perusahaan.
6. Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan
pengelolaan perusahaan kepada pemilik atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah
dipercayakan kepadanya.
7. Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi dalam proses pengambilan
keputusan untuk kepentingan pemilik perusahaan.

3.3. Postulat Akuntansi


Postulat akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri
(aksioma), yang sudah diterima karena kesesuiannya denga tujuan laporan keuangan, dan
menggambarkan aspek ekonomi, politik, social, dan hukum dari suatu lingkungan dimana
akuntansi berada. Dengan kata lain, postulat akuntansi adalah asumsi dasar mengenai lingkungan
akuntansi. Terdapat empat asumsi dasar yang melandasi proses penyusunan laporan keuangan
secara keseluruhan, yaitu :
a) Monetary Unit Assumtion (Asumsi Unit Moneter)
Data transaksi akan dilaporkan dalam catatan akuntansi harus dinyatakan dalam satuan
mata uang (unit moneter). Asumsi ini memungkinkan akuntansi untuk meng-kuantifikasikan
(mengukur) setiap transaksi bisnis atau peristiwa ekonomi ke dalam nilai uang. Dalam hal ini,
uang dianggap sebagai dominator umum dari aktivitas ekonomi dan merupakan dasar yang tepat
bagi kepentingan pengukuran dan analisis akuntansi.
b) Economic Entity Assumtion (Asumsi Entitas Ekonomi)
Adanya pemisahan pencatatan akuntansi antara transaksi perusahaan sebagai entitas
ekonomi dengan transaksi pemilik individu dan dengan transaksi entitas ekonomi lainnya.
Dengan kata lain, aktivitas entitas bisnis harus dapat dipisahkan/ dibedakan dengan aktivitas
pemilik dan aktivitas dari setiap unit bisnis lainnya.
c) Acconting Period Assumtion (Asumsi Periode Akuntasi)
Informasi akuntansi dibutuhkan atas dasar ketepatan waktu (timely basis).Umur aktivitas
perusahaan dapat dibagi menjadi beberapa periode akuntansi, seperti bulanan (monthly), tiga
bulanan (Quartely), atau tahunan (Annually).
d) Going Concern Assumtion (Asumsi Kesinambungan Usaha)
Perusahaan didirikan dengan maksud tidak untuk dilikuidasi (dibubarkan) dalam jangka
waktu dekat, akan tetapi perusahaan diharapkan akan terus beroperasi dalam jangka waktu yang
lama. Meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis, diasumsikan bahwa perusahaan akan hidup
cukup lama atau memiliki kelangsungan hidup yang panjang untuk menjalankan visi dan
misinya.

3.4. Konsep Teoritis Akuntansi


Konsep teoritis akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya
sendiri (aksioma), yang sudah diterima umum karena kesesuaiannya dengan tujuan laporan
keuangan, dan menggambarkan sifat-sifat akuntansi yang berpean dalam ekonomi bebas yang
ditandai dengan adanya pengakuan terhadap kepemilikan pribasi. Terdapat sejumalah konsep
teori yang dipakai dalam perumusan prinsip dasar akuntansi, yaitu ;
a) Proprietory Theory
Menurut konsep teori ini, entitas hanyalah merupakan agen atau wakil dari pemilik
(Proprietor).Karena itu, yang menjadi pusat perhatian dari pencatatan akuntansi dan penyajian
laporan keuangan adalah pemilik, bukan entitas. Tujuan utama dari konsep teori ini adalah
menentukan dan menganalis besarnya kekayaan bersih yang menjadi hak pemilik. Maka
persamaan akuntansinya dapat dirumuskan sebagai berikut :

Aktiva – Kewajiban = Entitas Pemilik

b) Entity Theory
Menurut konsep teori ini, entitas (perusahaan) merupakan badan dan harus dibedakan dari
pemilik.Yang menjadi pusat perhatian dari pencatatan akuntansi dan penyajian laporan keuangan
adalah entitas, bukan pemilik.Entitas dianggap memilki kekayaan, dan juga kewajiban kepada
kreditur maupun pemegang saham. Menurut teori ini, pesamaan akuntansi dapat dirumuskan
sebagai berikut :

Aktiva = Ekuitas
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemegang Saham

c) Fund Theory
Menurut konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dari pencatatan akuntansi dan
penyajian laporan keuangan adalah bukan pemilik maupun entitas, melainkan sekelompok aktiva
yang penggunaanya dibatasi untuk membayar atau memenuhi sejumlah kewajiban
tertentu.Aktiva yang dibatasi penggunaanya dinamakan Fund. Menurut konsep ini persamaan
akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Aktiva = Pembatasan Aktiva

d) Enterprise Theory
Menurut konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dalam penyajian
informasi akuntansi adalah pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Menurut konsep teori ini, pelaporan akuntansi jangan hanya
menyediakan informasi untuk pemilik saja, tetapi juga ditujukan untuk pihak-pihak lainnya yang
telah turut memberikan kontribusi (langsung maupu tidak langsung) bagi perkembangan,
kemajuan, dan kesinambungan perusahaan.
e) Residual Equity Theory
Menurut konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dalam penyajian laporan
keuangan adalah pemegang saham biasa.Investor saham biasa merupakan pemilik perusahaan
sesungguhnya dalam perusahaan perseorangan (corporation).Investor saham biasa memiliki
bagian atau hak kepemilikan sisa (residu) atas aktiva perusahaan, setelah hak hak kreditur dan
pemeganga saham preferen dipenuhi. Menurut konsep ini, persamaan akuntansi dapat
dirumuskan sebagai berikut :

Aktiva – Kewajiban – Ekuitas Preferen = Ekuitas Residu

f) Comander Theory
Menurut konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dari penyajian informasi
akuntansi adalah bukan pada pemilik maupun entitas, melainkan pada pihak-pihak yang memiliki
kekuasaan atau wewenang untuk melakukan pengendalian ekonomi secara efektif atas sumber
daya perusahaan.
g) Investor Theory
Menurut konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dari penyajian informasi
akuntansi adalah mereka yang tergolong sebagai Specific equity (para kreditur dan pemegang
saham preferen)dan Residual Equity(pemegang saham biasa). Menurut konsep teori ini,
persamaan akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Aktiva = Ekuitas Khusus + Ekuitas Residu

3.5. Prinsip Dasar Akuntansi


Prinsip dasar akuntansi adalah prinsip atau sifat-sifat yang mendasari akuntansi dan
seluruh outputnya, termasuk laporan keuangan yang dijabarkan dari tujuan laporan keuangan,
postulat akuntansi, dan konsep toeritis akuntansi, serta menjadi dasar dalam pengembangan
teknik atau prosedur akuntansi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan. Berikut ini
adalah 9 (Sembilan) prinsip dasar akuntansi menurut APB Statement No. 4 :
a) Cost Principle
Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum mengahruskan sebagian besar aktiva dan
kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga perolehan (biaya historis).Menurut
APB Statement No. 4, Harga Perolehan (biaya Historis) didefinisikan sebagai suatu jumlah
tertentu yang diukur dalam bentuk uang dari kas yang dibelanjakan, atau barang lain yang
diserahkan, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau utang yang dibebankan
sebagai imbalan dari barang dan jasa yang diterima, atau akan diterima. Harga Perolehan
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
 Unexpired Cost, adalah pengeluaran-pengeluaran yang belum menjadi beban dalam
periode berjalan, akan tetapi ditangguhkan terlebih dahulu sebagai aktiva dan baru akan
menjadi beban untuk pemakaian manfaat dalam periode akuntansi berikutnya.
 Expired Cost, adalah pengeluaran yang telah menjadi beban (melalui penerimaan
manfaat dalam periode berjalan dan beban ini akan dikurangkan atau ditandingkan
langsung dengan pendapatan periode berjalan.
b) Revenue Principle
Pada umumnya, Pendapatan ditafsirkan sebagai :
a) Arus kas masuk aktiva bersih sebagai akibat penjualan barang dan jasa,
b) Arus kas keluar barang dan jasa dari perusahaan kepada pelanggan, dan
c) Produksi perusahaan sebagai akibat dari semata-mata penciptaan barang dan jasa oleh
perusahaan selama periode tertentu.
Perbedaan dalam penafsiran ini timbul karena adanya 2 (dua) pandangan yang berbeda mengenai
apayang termasuk pendapatan, yaitu:
 Secara Luas, Pendapatan adalah seluruh perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, yang
timbul dari kegiatan produksi (penjualan barang dan pemberian jasa), dan dari keuntungan
yang berasal dari penjualan aktiva dan hasil investasi lainnya.
 Seacara Sempit, Pendapatan hanya berasal dari kegiatan produksi saja, tidak termasuk
keuntungan yang berasal dari penjualan aktiva dan investasi. Pandangan ini membedakan
istilah pendapatan dengan keuntungan.
c) Macthing Principle
Untuk menentukan besarnya jumlah pendapatan dan beban secara tepat dalam periode
yang tepat, terdapat 2 pilihan yang tersedia yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pencatatan
oleh akuntan, yaitu :
1) Cash Basis, merupakan Pendapatan dan Beban akan dilaporkan dalam laporan laba rugi
dalam periode dimana uang kas diterima (untuk pendapatan), atau uang kas keluar (untuk
beban).
2) Accrual Basis, baik pendapatan maupun beban akan dilaporkan dalam laopran laba rugi
dalam periode dimana pendapatan dan beban tersebut terjadi, tanpa memperhatikan arus
kas masuk ataupun arus kas keluar.
“Dengan Accrual Basis, beban-beban yang terkait dengan penciptaan pendapatan haruslah
dilaporkan dalam periode yang sama dimana pendapatan tersebut juga diakui. Konsep
akuntansi yang mendukung pelaporan pendapatan dan beban yang terkait dalam periode
yang sama dinamakan sebagai konsep Penandingan (Macthing Concept).”
d) Objectivity Principle
Prinsip ini sesungguhnya memiliki keterkaitan langsng dengan Cost Principle (prinsip
harga perolehan).Harga perolehan memiliki keunggulan dibandingkan dengan atribut pengukuran
lainnya, yaitu lebih dapat dihandalkan.Secara umum, pengguna laporan keuangan lebih memilih
menggunakan biaya historis karena memberikan tolak ukur yang lebih dapat dipercaya
(Objektif). Harga perolehan akan memberikan angka yang sama bagi siapapun juga orangnya
yang diminta untuk melaporkan harga beli dari sebuah aktiva yang sama. Objectivity dianggap
sebagai suatu ukuran yang dapat diverifikasi kebenarannya (keabsahannya) berdasarkan pada
bukti yang ada.
e) Consistency Principle
Menurut prinsip ini, transaksi dan peristiwa ekonomi yang sejenis harus dicatat dan
dilaporkan dengan cara yang sama dari suatu period eke periode berikutnya. Apabila sebuah
perusahaan menerapkan perlakuan akuntansi yang sama untuk kerjadian-kejadian yang serupa
dari periode ke periode, maka perusahaan tersebut dianggap konsisten dalam menerapkan standar
akuntansinya.
f) Disclosure Principle
Agar pelaporan keuangan menjadi lebih efektif dan tidak menyesatkan, seluruh informasi
yang relavan seharusnya disajikan dengan cara tidak memihak, dapat dipahami, dan tepat waktu
(full Disclosure principle). Prinsip pengungkapan penuh mengindikasikan agar laporan keuangan
dirancang dan disajikan sedemikian rupa (berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku
umum)sebagai kumpulan gambaran dari transaksi dan peristiwa ekonomi yang memperngaruhi
perusahaan untuk satu periode, dan berisi cukup informasi yang mudah dipahami serta tidak
membuat pemakai umum maupun investor dan kreditur menjadi salah tafsir.
g) Conservatism Principle
Menurut prinsip ini, ketika kerugian terjadi maka seluruh keugian tersebut akan langsung
diakui meskipun belum terealisasi, akan tetapi ketika keuntungan terjadi maka keuntungan yang
belum terealisasi tidaklah akan diakui. prinsip ini menggambarkan sikap pesimis sewaktu
memilih metode akuntansi yang akan digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Bahkan
menurut FASB, prinsip konservatisme ini timbul sebagai reaksi atau sikap kehati-hatian akuntan
terhadap ketidakpastian.
h) Materiality Principle
Materialitas berkaitan dengan dampak dari suatu item terhadap hasil operasi dan keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Dalam APB Statement No. 4, secara jelas disebutkan bahwa
laporan keuangan hanya berisi informasi yang dianggap cukup penting (material) dalam
mempengaruhi penilaian dan keputusan. Materialitas merupakan masalah pertimbangan
professional, dimana pos-pos tertentu akan dianggap material jika informasi yang terkandung
didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan.
i) Uniformity Comparability Principle
Informasi tentang sebuah perusahaan akan menjadi lebih berguna jika dapat
diperbandingkan dengan informasi serupa menyangkut perusahaan lain pada periode waktu yang
sama atau dengan informasi serupa dari perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda.
Informasi dari berbagai perusahaan dianggap memiliki daya banding jika telah diukur dan
dilaporkan dengan cara yang sama. Komparabilitas memungkinkan pemakai
mengindentifikasikan persamaan dan perbedaan yang nyata dalam peristiwa ekonomi antar
perusahaan.
Komparabilitas data akuntansi untuk perusahaan yang sama pada periode waktu yang
berbeda memerlukan konsistensi. Komparabilitas mengharuskan peristiwa yang sama
diperlakukan dengan cara yang sama dalam laporan keuangan dari perusahaan yang berbeda pada
periode waktu yang sama (memerlukan keseragaman metode) dan untuk perusahaan
tertentu/perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda (memerlukan konsistensi).

3.6. Standar (Teknik) Akuntansi


Standar akuntansi mencakup konvensi, peraturan dan prosedur yang telah disusun dan
disahkan oleh sebuah lembaga resmi (badan pembentuk standar) pada saat tertentu.Belkaoli
(1985) mengemukakan pentingnya standar akuntansi yang baku, yaitu :
1. Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan kegiatan perusahaan
yang dapat dipercaya kebenarannya dan memiliki daya banding,
2. Memberikan pedoman bagi akuntan dalam melaksanakan pekerjaannya secara hati-hati dan
independen.
3. Memberikan database kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang dianggap
penting dalam menghitung pajak penghasilan, peraturan tentang perusahaan, perencanaan
dan pengaturan ekonomi, dan peningkatan efiesiensi ekonomi, serta tujuan-tujuan makro
lainnya.
4. Menarik perhatian parah ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi.
Mengenai pihak-pihak yang dianggap memiliki peranan yang besar dalam proses perumusan
standar akutansi, Belkaoli (1985) membaginya kedalam 3 fase sebagai berikut :
1. Fase Peranan Manajemen (1900-1933)
Dalam periode ini, manajemen dianggap memiliki peranan yang besar dalam perumusan
standar akuntansi.Peranan ini muncul sebagai akibat dari bertambahnya investor dan peranannya
yang besar dalam mengembangkan perusahaan.Dengan adanya pemisahan fungsi antara pemilik
dan manajemen telah menimbulkan atau memberikan kekuasaaan yang besar pada manajemen
untuk mengelola dan mengendalikan perusahaan.Laporan keuangan disiapkan oleh manajemen
sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada pemilik.
Dalam periode ini, metode yang dipakai dalam memecahkan masalah akuntansi yang
timbul adalah lebih bersifat Pragmatis, bukan berdasarkan teori akuntansi yang ada. Yang
menjadi pusat perhatian manajemen pada saat itu adalah besarnya laba kena pajak dan upaya
untuk mengurangi pajak.
2. Fase Peranan Profesi (1933-1973)
Dalam periode ini, perumusan standar akuntansi didominasi oleh profesi, dimana
organisasi mulai tumbuh dan berkembang dengan pusat.Dalam periode ini pula (tahun 1934),
SEC untuk pertama kalinya dibentuk, dimana peran utamanya adalah mengatur penerbitan dan
transaksi perdagangan sekuritas oleh emiten kepada khalayak ramai (public).Atas desakan SEC,
pada tahun 1939, AICPA membentuk Committee on 51 Accounting Procedure (CAP).
Pada tahun 1959, AICPA mendirikan Accounting Principles Board (APB).Tugas utama
APB adalah mengajukan rekomendasi secara tertulis mengenai teknik akuntansi, menentukan
praktek akuntansi yang tepat, dan mempersempit celah perbedaan-perbedaan yang ada serta
ketidak-konsistenan yang terjadi dalam praktek akuntansi saat itu.
Dalam periode ini.Asosiasi dan organisasi profesi masih belum yakin terhadap kerangka
teori yang ada, dimana kekuatan atau otoritasnya juga tidak jelas.Oleh sebab itu, banyak sekali
alternatef yang timbul, yang pada akhirnya menciptakan fleksibilitas dalam penerapan standar
akuntansi.
3. Fase Politisasi (1973- Sekarang)
Berbagai kelemahan yang ada pada fase peranan manajemen dan profesi telah
menimbulkan kecenderungan pada lahirnya periode yang bersifat deduktid dan politisasi (adanya
keikutsertaan pemerintah) dalam perumusan standar akuntansi.Pada fase ini, FASB untuk
pertama kalinya dibentuk, yang merupakan peleburan dari unsur praktisi, bisnis, akademisi, dan
lembaga formal.
FASB merupakan organisasi sector swasta yang bertanggungjawab dalam pembentukan
standar akuntansi di Amerika saat ini. FASB didirikan pada tahun 1973, menggantikan APB.
FASB beranggotakan 7 orang purna-waktu (ful-time) dan mendapat gaji untuk masa tugas 5
tahun serta dapat di perpanjang. Anggota FASB berasal dari berbagai latar belakang (Audit,
Akuntansi Korporasi, jasa keuangan, dan akademisi). Berbeda dengan anggota APB yang dimana
sebagian besarnya harus merupakan akuntan publik dan anggota AICPA; dewasa ini anggota
FASB tidak harus anggota publik.

Latihan :
1. Struktur teori akuntansi adalah elemen-elemen yang saling terkait dan menjadi pedoman
bagi pengembangan teori dan perumusan standar atau teknik akuntansi, Sebutkan dan
jelaskan
2. Tujuan laporan keuangan yang telah dijabarkan oleh AAA, APB, dan FASB, Sebutkan
dan jelaskan
3. Postulat akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri
(aksioma), yang sudah diterima karena kesesuiannya denga tujuan laporan keuangan, dan
menggambarkan aspek ekonomi, politik, social, dan hukum dari suatu lingkungan dimana
akuntansi berada. Dengan kata lain, postulat akuntansi adalah asumsi dasar mengenai
lingkungan akuntansi. Terdapat empat asumsi dasar yang melandasi proses penyusunan
laporan keuangan secara keseluruhan, Sebutkan dan jelaskan
BAB IV
TEORI AKUNTANSI DAN PERUMUSANNYA
4.1 Pengertian dan Sifat Teori Akuntansi
Teori akuntansi dapat dirumuskan sebagai suatu susunan konsep, definisi, dan dalil yang
menyajikan secara sistematis gambaran penomena akuntansi,serta menjelaskan hubungan antar
variabel dalam struktur akuntansi,dengan maksud dapat memprediksi fenomena yangbmuncul
(fenomena sosial dan ekonomi).
Fungsi teori akuntansi:
1. Sebagai pedoman bagi lembaga penyusun standar akuntansi,
2. Memberikan kerangka acuan dalam menyelesaikan masalh akuntansi yang tidak ada
stndar resminya,
3. Meningkankan pemahaman dan keyakinan pembaca terhadap informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan,
4. Agar laporan keuangan dapat diperbandingkan,dan
5. Memberikan kerangka acuan dalam menilai prosedur dan praktek akuntansi
Menurut Vernon Kam (1896), teori adalah suatu sistem yang menyeluruh,diman a meliputi
asumsi dasar,definisi,tujuan,prinsip atau standar,dan prosedur atau metode. Sedangkan Kenneth
S.Most (1982) memdefinisikan teori sebagai suatu pernyataan yang sistematis mengenai prinsip
yang mendasari seperangkat fenomena. Teori memilki tiga demensi, yaitu:
1. Reductionsm
Teori dimulai dari asumsi-asumsi, dimana tidak lansung merujuk ke obyek yang
diobservasi, dan bukan merupakan pernyataan yang dapat diuji kebenaraannya. Tetapi
teori merupkan bahan rujukan untuk mengamati fenomena.
2. Instrumentalism
Teori merupakan alat yang dapat digunakan untuk menilai pernyataan tentang hasil dari
suatu observasi. Disini, teori berperan untuk menjelaskan dan memprediksi.
3. Realism
Teori adalah sekumpulan proposisi atau dalil yang merupakan pernyataan kebenaraan
atau tidak kebenaraan atau tidak kebenaraan tentang dunia nyata,fenomena,atau suatu
obyek.

4.2 Teori akuntansi dan proses pembuatan kebijakan


Hubungan antara teori akuntansi dan proses penetapan standar harus dipahami dalam
konteksnya yang luas. Kondisi ekonomi memiliki dampak terhadap faktor politik dan teori
akuntansi. Demikian juga, faktor politik memiliki dampak terhadap teori akuntansi. Lingkungan
akuntansi keungan (kondisi ekonomi, faktor politik, dan teori akuntansi). Mempengaruhi proses
penetapan kebijakan, yang pada akhirnya juga akan turut menentukan proses pelaporan
keuangan. FASB dan SEC menjalan kan fungsinya sebagai badan pembuat kebijakan dalam
bidang akuntansi keuangan dan sekaligus penetapan standar. Input (masuakan). Atas proses
pembuatan kebijakan ini berasal dari tiga sumber utama di atas.
Tingkat inflasi yang tinggi, yang terjadi pada tahun 1970-an dimana FASB mengharuskan
pada perlunya pengungkapan atas informasi mengenai perubahan harga, adalah salah satu contoh
klasik dari kondisi ekonomi yang inflikasi pada pembuatan kebijakan. Sedangkan yang dimaksud
dengan faktor politik adalah pihak-pihak yang merupakan subjek dimana ketenruan-ketentuan
dan berbagai regulasi dihasilkan. Pihak-pihak ini meliputi:
1. Auditor, yang bertanggung jawab dalam menilai apakah ketentuaan dan regulasi telah
ditaati,
2. Penyusunan laporan keuangan, yang diwakili oleh organisasi seperti Financial Executive
Institute,
3. Investor, yang diwakili oleh organisasi seperti Chartered Financial Analyst,
4. Manajeman perusahaan
5. Asosiasi industri dagang,dan
6. Masyarakat pada umumnya.

4.3 Periodisasi teori akuntansi


Periodisasi teori akuntansi dapat di golongkan menjadi :
1. pre-theory period (1492-1800)
Dalam periode ini belum ada teori akuntansi yang dirumuskan,melainkan hanya sebatas
saran-saran atau pernyataan-pernyataan yang tidak dapat dianggap sebagai teori.
2. General Scientific period (1800-1955)
Dalam periode ini sudah ada pengembangan teori, namun hanya berupa penjelasaan
terhadap praktek akuntansi. Disini, juga sudah ada kerangka kerja untuk menjelaskan dan
mengembangkan praktek akuntansi. Akuntansi dikembangnkan berdasarkan metode
empiris yang menekankan pada hasil observasi atas peristiwa yang terjadi sehari-hari
(realitas),bukan berdasarkan padalogika.
3.Normative Period (1956-1970)
Dalam periode ini, perumus teori mulai mendefinisiakn norma-norma atau praktek
akuntansi yang baik, dan pengembangan teori akuntansi lebih menekankan pada “apa
yang seharusnya”akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti. Disini,
mulai muncul berbagai kritikan terhadap konsep biaya historis (historical cost). Informasi
yang disajikan berdasarkan nilai pasar wajar ternyata lebih relevan bagi pengguna laporan
keuangan di banding dengan biaya historis. Pengukuran dengan menggunakan nilai wajar,
menyediakan gambaran yang lebih baik tentang nialai aktiva dan kewajiban perusahaan
serta menyediaan dasar lainnya untuk menilai prospek arus kas dimasa mendatang.
4.Specific Scientifc Period (1970-sekarang)
Periode ini disebut juga sebagai era positef, dimana teori akuntansi tidak cukup hanya
dengan berdasarkan pada normatif saja(“apa yang seharusnya”), tetapi juga harus dapat
diuji kebenarannya. Perumusan atau pendefinisian norma yang terjadi dalam periode
sebelumnya dianggap terlalu subyektif, sehingga harus dapat diuji terlebih dahulu
keabsahannya secara positif. Pendekataan normatif telah banyak mendatangkan kritikan
karena teori normatif ini tidak melibatkan pengujian hipotesa, melainkan hanya
berdasarkan pada pertimbangan subyektif semata. Ditahun 1970-an, data empiris sudah
mulai banyak tersedia, demikain juga halnya dengan tehnik-tehnik statistik yang
memungkinkan untuk dilakukannya pengujiaan.

4.4 Teori Akuntansi Normatif VS Teori Akuntansi Positif


Teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subyektif,sehingga tidak dapat
diterima begitu saja dan harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat.
Dalam praktek, para profesional yang bergelut dalam bidang akuntansi telah menyadari
sepenuhnya bahwa teori akuntansi positif lebih cenderung diterapkan dibanding teori akuntansi
normatif. Teori akuntansi positif memiliki ciri pemecahaan masalah (problem solving)yang
disesuaikan dengan realitas praktek akuntansi.pendekatan yang digunakan dalam teori akuntansi
positif adalah pendekataan ekonomi dan perilaku.
Tujuan dari pendekatan teori akuntansi positif adalah menjelaskan dan memprediksi
praktek akuntansi. Salah satu contoh dalam penggunaan teori fositif adalah hipotesa mengenai
program pemberian bonus. Hipotesa ini menunjuk kan bahwa manajemen yang remunerasinya
berdasarkan pada bonus, akan berusaha memaksimilasi bonusnya melalui penggunaan metode
akuntansi yang dapat menaik kan laba dan pada akhirnya memperbesar bonus. Teori ini akan
dapat menjelaskan atau memprediksi prilaku manajemen dalam hal program pemberian bonus
(bronus plan).
Teori ankuntasi fositif berupaya menjelaskan sebuah proses,yang menggunakan
kemampuan, pemahaman,dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan akuntansi yang
paling sesuai untuk menghadapi kondisi tentu dimasa mendatang. Teori akuntansi positif pada
prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan
memprediksi praktek-praktek akuntansi, dengan kata lain apa yang dilakukan dan untuk apa
dilakukan. Sedangkan teori akuntansi normatif adalah sebuah teori yang menjelaskan apa yang
seharusnya dilakukan akuntan teori akuntansi positif merupakan studi lanjut dari teori akuntasi
normatif karena segala kegagalan normatif dalam menjelaskan penomena praktek yang terjadi
secara nyata. Teori akuntansi fositif mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perkembangan teori akuntasi. Teori akuntansi fositip dapat memberikan pedoman bagi para
pembuat kebijakan akutansi dalam menentukan konsekuensi dari kebijakan tersebut. Teori
akuntansi positif berkembang seiring kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas
praktek akuntansi yang ada dalam masyarakat,sedangkan akuntansi normatif lebih menjelaskan
praktek akuntansi yang seharusnya berlaku.
4.5 Perumusan teori akutansi
Teori harus mampu merumuskan kebenaran, sehingga teori ini secara terus menerus harus
dapat di uji dan di perivikasi. Ada 3 kriteria atau pihak atau sumber yang dimiliki wewenang
dalam menentukan kebenaran atas suatu teori , yaitu:
1.dokmatic
suatu pernyataan atau teori dapat dikatakan benar jika disampaikan oleh pihak-pihak
yang pada dasarnya memiliki wewenang (otoritas) untuk menyampaikan kebenaran tersebut.
Kebenaran atas pernyataan ini tidak perlu lagi di uji. Keyakinan terhadap kebenaran atas
pernyataan yang di sampaikan adalah hanya berdasarkan pada kepercayaan, keyakinan, atau iman
seseorang. Sumber dokma ini dapat berasal dari keyakinan seseorang akan ajaran agama tertentu,
karisma, jabatan, indoktrinasi, dan lain sebagainya. Dalam akuntansi ada beberapa lembaga yang
di kenal otoritasnya dalam mencetuskan teori akutansi seperti APD, FASB,AAA,IAI,dan
sebagainya.
2. Self Evidence
Kebenaran dari suatu pernyataan atau teori dibuktikan lewat penetahuan
umum,pengamatan,atau pengalaman. Disini, kebenaran dari suatu pernyataan atau teori akan
terbukti dengan sendirinya. Contohnya adalah pernyataan tentang postulat (asumsi dasar)
akuntansi dan konsep teoritis akuntansi.
3.Scientific
Kebenaran dari suatu pernyataan atau teori dibuktikan lewat metode ilmiah. Dalam hal
ini, teori di rumuskan dan di uji secara terus menerus mengikuti perkembangan jaman.
Melakukan penelitian dengan menggunakan scientific method meliputi beberapa tahap, yaitu:
1. mengidentifikasi masalah yang akan diteliti,
2. membuat hipotesa,
3. mengumpulkan data yang diperlukan untuk pengujian hipotesa,
4. menganalisa dan mengevaluasi data yang terkait dengan hipotesa, dan
5. menarik kesimpulan.
Pengembangan teori akuntansi tidak dapat memecahkan seluruh kebutuhan pengguna informasi
akuntansi. Teori akuntansi yang baru harus selalu dikembangkan, yang dapat memprediksi reaki
pasar terhadap informasi akuntansi, dan bagaimana pengguna beraksi terhadap data akuntansi.
Contohnya adalah hipotesa mengenai pasar yang efisien (efficient market hypothesis).
Teori adalah rumusan yang reduksi dari kenyataan atau praktek menurut godprey, dalam
mengaitkan antara teori(dunia abstrak) dengan kenyataan (dunia praktek/pengalaman), dikenal
tiga jenis hubungan yaitu:
1. syntactis
disini, teori dirumuskan dalam bentuk hubungan logis, seperti lewat aturan bahasa
matematika, dan sebagainya. Dalam hal ini, rumusan teori yang menggunakan
syllogism,tidak dimaksud kan untuk menyatakan kebenaran, melainkan hanya
memberikan atau menggambarkan hubungan logis semata.
Sebagai contoh dari hubungan logis lewat hubungan bahasa adalah:
Premis 1: seluruh perkiraan hutang bersaldo normal kredit
Premis 2: akumulasi penyusutan aktiva terhadap bersaldo normal kredit

Kesimpulan: akumulasi penyusutan aktiva tetap adalah hutang


Dari contoh tersebut, sangat lah jelas bahwa tidak semua struktur silogisme bisa
menjamin kebenaran atas kesimpulan suatu pernyataan atau teori.Syntactis hanya
menggambarkan dunia kenyataan.dalam bentuk bahasa ilmiah atau teori saja bukan
kebenaran yang sesungguh nya terjadi dalam praktek.
2. Semantic
Disini, teori menghubungkan konsep dasar dari suatu teori ke objek nyata. Hubungan ini
dituangkan dalam bentuk aturan yang sesuai atau defenisi operasional. Semantic
menyangkut hubungsn kata,tanda, atau simbol dari kenyataan, sehingga teori akan
menjadi lebih mudah untuk dipahami,realitis, dan menjadi makna. Sebagai contoh dari
hubunan sematic adalah hubungan terdapat dari persamaan dasar akuntansi, di mana
aktiva = utang+modal.
3. Pragmatic
Tidak semua teori memiliki aspek pragmatis. Di sini, hubunganpragmatis berkaitan
dengan pengruh kata-kata,simbol,dan lain sebagainya terhadap manusia. Akutansi di
anggap memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang.teori akuntansi di
anggap memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang. Teori akuntansi di
anggap harus dapat memberikan manfaat bagi para pengambil keputusan, olrh sebab itu
informasi akutansi di sajikan juga harus sesuai dengan apa yang di butuh kan oleh para
pengambil keputusan tersebut.
Dalam literatur di kenal beberapa pendekatan dalam perumusa teori akuntansi.
Dalam buku ini hanya akan di bahas metode perumusan teori menurut belkaoui. Berikut
adalah pendekatan dalam perumusan teori akuntansi menurut belkaoui:
1. Pendekatan informal, yang dibagi dalam:
1. Pendekatan pragmatis,dan nonteoritis.
Dalam pendekatan ini, perumusan teori akuntasi di dasarkan pada keadaan pragtik
lapangan. Di sini, yang menjadi pertimbangan adalah hal-hal yang berguna untuk
menyelesaikan persoalan secara praktis.prinsip akuntansi yang dipakai adalah di
dasarkan pada kegunaan nya bagi para pemakai laporan keuangan dan
lerevansinya dengan proses pengambilan keputusan.
2. Pendekatan otoriter
Dalam metode ini, yang merumuskan teori akuntansi adalah organisasi profesi
yang mengeluarkan pernyataan-pernyataan tentang peraturan praktik akuntansi.
Biayanya tetap akan memperhatikan aspek pragtis dan pragmatis.oleh karena itu,
pendekatan otoriter ini juga di golongkan sebagai pendekatan yang bersifat
pragmatis

II. Pendekatan Teoritis,yang terbagi dalam:


1. Pendekatan Deduktif
Dalam metode ini, perumusan teori dimulai dari perumusan dalil dasar akuntansi (postulat
dan prinsip akuntansi) dan selanjutnya dari rumusan dasar ini diambil kesimpulan logis
tentang teori akuntansi mengenai hal yang dipersoalkan. Jadi perumusan dimulai dari dalil
umum kedalil khusus.pendekataan ini dilakukan dalam penyususnan struktur
akuntansi,dimana dirumuskan terlebih dahulu tujuan laporan keuangan,postulat
akuntansimdan konsep teoritis akuntansi, prinsip dasar akuntansi, kemudian akhirnya
secara lebih khusus merumuskan standar atau tehnik akuntansi sebagai pedoman dalam
penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan kebutuhaan para pemakai.
2. Pendekatan induktif
Dalam metode ini, penyusunaan teori akuntansi didasarkan pada beberapa observasidan
pengukuran khusus, yang pada akhirnya (dari berbagai sampel) dirumuskan fenomena
yang seragam atau berulang dan diambil kesimpulan umum (postulat dan prinsip
akuntansi). Tidak seperti pendekataan deduktif, dalam pendekataan induktif ini
kebenaraan dan kesalahan dalil tidak tergantung pada dalilnya,tetapi harus melalui
pengujiaan empiris. Dalam pendekataan induktif,kebenaraan suatu dalil tergantung pada
pengamatan terhadap contoh yang cukup dari hubungan kasus yang berulang seragam.
3. Pendekatan Etika
Dalam pendekatan ini,digunakan konsep kewajaran, keadilan dan kebenaran. Dalam
metode ini, standar dasrnya adalah etika, metodenya logis,dan pengujian terakhir atas
rumusan teorinya didasarkan pada penerapannya dilapangan. Jadi,demensi yag
diutamakan dalam perumusan teori berdasarkan pendekatan ini adalah faktor etika.
Kebenaran disini berarti laporan yang benar dan akurat tanpa mengandung salah tafsir dan
kewajaran dalam arti penyajiannya dilakukan secara wajar dan tidak bias ( tidak memihak
).
4. Pendekatan sosial
Dalam pendekatan ini, yang menjadi perhatian utama dalam perumusan teori akuntansi
adalah dampak sosial dari tehnik akuntansi yang di terapkan. Jadi,yang menjadi perhatian
utama bukan pemakai langsung akuntansi tetapi juga masyarakat secara keseluruhan.
Menurut konsep ini, prinsip akuntansi dinilai dari penerimaan seluruh pihak terhadap
laporan keuangan, khususnya yang melaporkan tentang dampak kegiatan perusahaan
terhadap masyarakat sekitar. Pendekatan ini merupakan perluasan dari konsep
etika,dimana yang menjadi fokus perhatian adalah kesejahteraan seluruh masyarakat,
bukan saja pemilik perusahaan. Pendekataan sosiologis ini merupakan cikal bakal dari
lahirnya konsep social Responsibility Accouting.
5. Pendekatan makro ekonomi.
Dalam pendekatan ini, perumusan teori akuntansi menekankan pada kontrol terhadap
perilaku indukator makro ekonomi, seperti kondisi inflasi, yang menghasilkan perumusan
tehnik akuntansi . tehnik dan kebijakan akuntansi harus dapat menggambarkan realitas
ekonomo dan pilihan terhadap tehnik akuntansi harus tergantung pada kosekuensi
ekonomis. Sebagai contoh, metode penilaian persediaan dengan LIFO lebih menarik dari
pada FIFO pada masa infalsi. Pendekatan ini banyak dianutb oleh FASB (Financial
Accounting Standard Board)
6. Pendekatan Eklektif
Ini merupakan pendekatan dalam perumusan teori akuntansi, dimana teori akuntansi
dirumuskan tidak hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja, melainkan kombinasi
dari berbagai pendekatan yang ada.

Latihan :
1. Tingkat inflasi yang tinggi, yang terjadi pada tahun 1970-an dimana FASB mengharuskan
pada perlunya pengungkapan atas informasi mengenai perubahan harga, adalah salah satu
contoh klasik dari kondisi ekonomi yang inflikasi pada pembuatan kebijakan. Sedangkan
yang dimaksud dengan faktor politik adalah pihak-pihak yang merupakan subjek dimana
ketenruan-ketentuan dan berbagai regulasi dihasilkan. Sebutkan dan jelaskan pihak2 yang
terlibat dari regulasi yang dihasilkan
2. Periodisasi teori akuntansi dapat di golongkan, sebutkan dan jelaskan
3. Teori Akuntansi Normatif VS Teori Akuntansi Positif, Jelaskan

Anda mungkin juga menyukai