Anda di halaman 1dari 15

BAB 3

STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

3.1. Struktur Teori Akuntansi


Teori akuntansi keuangan dibangun untuk mengembangkan akuntansi keuangan
yang sesuai dan bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan.
Struktur teori akuntansi adalah elemen-elemen yang saling terkait dan menjadi pedoman
bagi pengembangan teori dan perumusan standar atau teknik akuntansi. Elemen-elemen
tersebut adalah :
1. Rumusan tentang tujuan laporan keuangan.
2. Postulat akuntansi, yang dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan.
3. Konsep teoritis akuntansi, yang dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan.
4. Prinsip dasar akuntansi, yang dijabarkan dari postulat dan konsep teoritis akuntansi.
5. Standar atau teknik akuntansi, yang merupakan pedoman dalam penyusunan laporan
keuangan sesuai dengan kebutuhan para pemakai, yang dirumuskan dari prinsip
dasar akuntansi.

3.2. Tujuan Laporan Keuangan


Berikut adalah rumusan tujuan laporan keuangan yang telah dijabarkan oleh AAA,
APB, dan FASB :
3.2.1. ASOBAT
American Accounting Association (AAA) adalah sebuah organisasi
akuntan pendidik yang bergungsi memfasilitasi dalam pendidikan akuntansi dan
memperlajari serta mengomentari masalah-masalah yang terkait dengan standar
akuntansi.
Pada tahun 1966, AAA menerbitkan AStatement of Basic Accounting
Theory (ASOBAT) yang berisi tentang rumusan tujuan akuntansi, yaitu :
1. Membuat keputusan mengenai penggunaan sumber daya yang terbatas dan
menentukan sasaran serta tujuan dari penggunaan sumber daya tersebut.
2. Mengarahkan dan mengendalikan sumber daya manusia dan factor produksi
lainnya secara efektif.
3. Memelihara dan melaporkan pengamanan atas sumber daya (Aktiva).
4. Memfasilitasi fungsi dan pengendalian social.

3.2.2. APB Statement No. 4


Accounting Principles Board (APB) dibentuk oleh AICPA pada tahun
1959. Tujuan utama dari APB adalah mengajukan rekomendasi secara tertulis
mengenai prinsip akuntansi, menentukan praktek akuntansi yang tepat, dan
mempersempit celah perbedaan-perbedaan yang ada serta ketidak-konsistenan
yang terjadi dalam praktek akuntansi saat itu.
Pada tahun 1970, APB menerbitkan Statement No. 4 yang berjudul “Basic
Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statement Of
Business Enterprises”. Laporan ini berisi tentang tujuan khusus dan tujuan umum
laporan keuangan.
I. Tujuan khusus laporan keuangan menurut APB Statement No. 4 adalah
menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan
lainnya secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum (GAAP).
II. Tujuan Umum laporan keuangan menurut APB Statement No. 4 adalah :
1. Memberikan informasi yang terpecaya tentang sumber daya ekonomi
(Aktiva) dan kewajiban perusahaan, dengan maksud :
a. Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan.
b. Untuk menunjukkan posisi keuangan da investasi perusahaan.
c. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajibannya.
d. Menunjukkan kemampuan sumber daya yang ada untuk
pertumbuhan perusahaan.
2. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan
bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba, dengan
maksud :
a. Memberikan gambaran tentang jumlah deviden yang diharapkan
pemegang saham.
b. Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban kepada supplier, kreditur, pegawai, pemerintah dan
kemampuannya dalam mengumpulkan dana untuk kepentingan
ekspansi perusahaan.
c. Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan
dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengendalian.
d. Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba jangka panjang.
3. Memungkinkan untuk menaksir potensi perusahaan dalam
menghasilakan laba.
4. Memnerikan informasi lainnya tentang perubahan aktiva dan
kewajiban.
5. Mengungkapkan informasi yang relavan lainnya yang dibutuhkan
para pemakai laporan.

3.2.3. Trueblood Committee Report


Untuk menyusun konsep yang menjelaskan tentang tujuan laporan
keuangan, Presiden AICPA saat itu (Marsall S. Amstrong) pada tahun 1971
membentuk tim perumus tujuan laporan keuangan, yang dikenal dengan nama
Trueblood Committee. Tim ini pada tahun 1973 berhasil merumuskan tujuan
laporan keuangan, yang dimuat dalam sebuah laporan yang berjudul ”Objectives
of Financial Statement”. Dalam laporan ini dirumuskan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah :
1. Tujuan dasar laporan keuangan adalah memberikan informasi yang
berguna bagi pengambilan keputusan ekonomi.
2. Melayani pemakai umum yang memiliki wewenang, kemampuan, atau
sumber daya yang terbatas untuk memperoleh informasi dan pihak-pihak
yang mengandalkan laporan keuangan sebagai sumber informasinya
mengenai aktivitas ekonomi perusahaan.
3. Memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur untuk
pemakai untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi potensi
arus kas berdasarkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian lainnya.
4. Memberikan informasi kepada pemakai untuk memprediksi,
membandingkan, dan mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba.
5. Memberikan informasi yang berguna untuk menilai kemampuan
manajemen dalam memanfaatkan sumber daya perusahaan secara efektif
dan mencapai tujuan utama perusahaan.

3.2.4. SFAC No. 1 dan No. 4


FASB merupakan organisasi sector swasta yang bertanggung jawab dalam
pembentukan standar akuntansi di Amerika saat ini. FASB didirikan pada tahun
1973, menggantikan APB.
Pada tahun 1976, FASB mulai mengembangkan kerangka kerja konseptual
yang menjadi dasar bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan masalah
kontroversi pelaporan keuangan. Fungsi utama FASB adalah menpelajari masalah
akuntansi terkini dan menetapkan standar akuntansi. FASB juga menerbitkan
Statement of Accounting Concepts (SFAC) yang memberikan kerangka kerja
konseptual dimana memungkinkan untuk dikembangkannya standar akuntansi
khusus.
Pada tahun 1978, FASB menerbitkan SFAC No. 1 yang berjudul
“Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises”. Laporan ini
memuat tentang rumusan tujuan laporan keuangan untuk organisasi pencari laba
(profit Organization), yaitu :
1. Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditur, dan pemakai
lainnya dalam membuat keputusan secara rasional mengenai investasi, kredit
dan lainnya.
2. Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon investor dan
kreditur serta pemakai lainnya dalam menentukan jumlah, waktu, dan
prospek penerimaan kas dari deviden atau bunga dan juga penerimaan dari
penjualan, piutang, atau saham, dan pinjaman yang jatuh tempo.
3. Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan, klaim atas
aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap aktiva
dan kewajiban.
4. Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu
periode.
5. Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mendaparkan dan
membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pengembaliannya, tentang
transaksi yang mempengaruhi modal termasuk deviden dan pembayaran
lainnya kepada pemilik, dan tentang factor-faktor yang mempengaruhi
likuiditas dan solvabilitas perusahaan.
Reporting by Non-Business Organization” . Laporan ini memuat tentang rumusan
tujuan keuangan untuk organisasi yang bukan pencari laba (non-profit
organization), yaitu :
1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan mengenai alokasi seumber
daya (aktiva) perusahaan.
2. Untuk menilai kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan kepada
public.
3. Untuk menilai bagaimana manajemen melakukan pembiayaan dan investasi.
4. Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva), kewajiban, dan
kekayaan perusahaan, serta perubahannya.
5. Memberikan informasi tentang kinerja organisasi.
3.3. Postulat Akuntansi
Postulat akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya
sendiri (aksioma), yang sudah diterima karena kesesuiannya denga tujuan laporan
keuangan, dan menggambarkan aspek ekonomi, politik, social, dan hukum dari suatu
lingkungan dimana akuntansi berada.
Terdapat empat asumsi dasar yang melandasi proses penyusunan laporan keuangan
secara keseluruhan, yaitu :
3.3.1. Monetary Unit Assumtion (Asumsi Unit Moneter)
Data transaksi akan dilaporkan dalam catatan akuntansi harus
dinyatakan dalam satuan mata uang (unit moneter). Asumsi ini memungkinkan
akuntansi untuk meng-kuantifikasikan (mengukur) setiap transaksi bisnis atau
peristiwa ekonomi ke dalam nilai uang.
3.3.2. Economic Entity Assumtion (Asumsi Entitas Ekonomi)
Adanya pemisahan pencatatan akuntansi antara transaksi perusahaan
sebagai entitas ekonomi dengan transaksi pemilik individu dan dengan
transaksi entitas ekonomi lainnya. Dengan kata lain, aktivitas entitas bisnis
harus dapat dipisahkan/ dibedakan dengan aktivitas pemilik dan aktivitas dari
setiap unit bisnis lainnya.
3.3.3. Acconting Period Assumtion (Asumsi Periode Akuntasi)
Informasi akuntansi dibutuhkan atas dasar ketepatan waktu (timely
basis). Umur aktivitas perusahaan dapat dibagi menjadi beberapa periode
akuntansi, seperti bulanan (monthly), tiga bulanan (Quartely), atau tahunan
(Annually).
3.3.4. Going Concern Assumtion (Asumsi Kesinambungan Usaha)
Perusahaan didirikan dengan maksud tidak untuk dilikuidasi
(dibubarkan) dalam jangka waktu dekat, akan tetapi perusahaan diharapkan
akan terus beroperasi dalam jangka waktu yang lama. Meskipun banyak
mengalami kegagalan bisnis, diasumsikan bahwa perusahaan akan hidup cukup
lama atau memiliki kelangsungan hidup yang panjang untuk menjalankan visi
dan misinya.

3.4. Konsep Teoritis Akuntansi


Konsep teoritis akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan
kebenarannya sendiri (aksioma), yang sudah diterima umum karena kesesuaiannya
dengan tujuan laporan keuangan, dan menggambarkan sifat-sifat akuntansi yang
berpean dalam ekonomi bebas yang ditandai dengan adanya pengakuan terhadap
kepemilikan pribasi. Terdapat sejumalah konsep teori yang dipakai dalam
perumusan prinsip dasar akuntansi, yaitu ;
3.4.1. Proprietory Theory
Menurut konsep teori ini, entitas hanyalah merupakan agen atau
wakil dari pemilik (Proprietor). Karena itu, yang menjadi pusat perhatian dari
pencatatan akuntansi dan penyajian laporan keuangan adalah pemilik, bukan
entitas.
Tujuan utama dari konsep teori ini adalah menentukan dan menganalis
besarnya kekayaan bersih yang menjadi hak pemilik. Maka persamaan
akuntansinya dapat dirumuskan sebagai berikut :

Aktiva – Kewajiban = Entitas Pemilik


3.4.2. Entity Theory
Menurut konsep teori ini, entitas (perusahaan) merupakan badan dan
harus dibedakan dari pemilik. Yang menjadi pusat perhatian dari pencatatan
akuntansi dan penyajian laporan keuangan adalah entitas, bukan pemilik.
Entitas dianggap memilki kekayaan, dan juga kewajiban kepada kreditur
maupun pemegang saham. Menurut teori ini, pesamaan akuntansi dapat
dirumuskan sebagai berikut :

Aktiva = Ekuitas
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemegang Saham

3.4.3. Fund Theory


Menurut konsep teori ini, yang menjadi ousat perhatian dari
pencatatan akuntansi dan penyajian laporan keuangan adalah bukan pemilik
maupun entitas, melainkan sekelompok aktiva yang penggunaanya dibatasi
untuk membayar atau memenuhi sejumlah kewajiban tertentu. Aktiva yang
dibatasi penggunaanya dinamakan Fund.

Menurut konsep ini persamaan akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Aktiva = Pembatasan Aktiva

3.4.4. Enterprise Theory


Menurut konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dalam
penyajian informasi akuntansi adalah pihak-pihak yang terkait dengan
perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
3.4.5. Residual Equity Theory
Menurut konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dalam
penyajian laporan keuangan adalah pemegang saham biasa. Investor saham
biasa merupakan pemilik perusahaan sesungguhnya dalam perusahaan
perseorangan (corporation). Investor saham biasa memiliki bagian atau hak
kepemilikan sisa (residu) atas aktiva perusahaan, setelah hak hak kreditur
dan pemeganga saham preferen dipenuhi. Menurut konsep ini, persamaan
akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Aktiva – Kewajiban – Ekuitas Preferen = Ekuitas Residu

3.4.6. Comander Theory


Menurut konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dari
penyajian informasi akuntansi adalah bukan pada pemilik maupun entitas,
melainkan pada pihak-pihak yang memiliki kekuasaan atau wewenang
untuk melakukan pengendalian ekonomi secara efektif atas sumber daya
perusahaan.
3.4.7. Investor Theory
Menurut konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dari
penyajian informasi akuntansi adalah mereka yang tergolong sebagai
Specific equity (para kreditur dan pemegang saham preferen) dan Residual
Equity (pemegang saham biasa). Menurut konsep teori ini, persamaan
akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Aktiva = Ekuitas Khusus + Ekuitas Residu


3.5. Prinsip Dasar Akuntansi
Prinsip dasar akuntansi adalah prinsip atau sifat-sifat yang
mendasari akuntansi dan seluruh outputnya, termasuk laporan keuangan yang
dijabarkan dari tujuan laporan keuangan, postulat akuntansi, dan konsep toeritis
akuntansi, serta menjadi dasar dalam pengembangan teknik atau prosedur akuntansi
yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan.
Berikut ini adalah 9 (Sembilan) prinsip dasar akuntansi menurut
APB Statement No. 4 :
3.5.1. Cost Principle
Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum mengahruskan
sebagian besar aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan
berdasarkan harga perolehan (biaya historis). Menurut APB Statement No. 4,
Harga Perolehan (biaya Historis) didefinisikan sebagai suatu jumlah tertentu
yang diukur dalam bentuk uang dari kas yang dibelanjakan, atau barang lain
yang diserahkan, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau
utang yang dibebankan sebagai imbalan dari barang dan jasa yang diterima,
atau akan diterima.
Harga Perolehan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Expired Cost, adalah pengeluaran yang telah menjadi beban (melalui
penerimaan manfaat dalam periode berjalan dan beban ini akan
dikurangkan atau ditandingkan langsung dengan pendapatan periode
berjalan.
b. Unexpired Cost, adalah pengeluaran-pengeluaran yang belum
menjadi beban dalam periode berjalan, akan tetapi ditangguhkan
terlebih dahulu sebagai aktiva dan baru akan menjadi beban untuk
pemakaian manfaat dalam periode akuntansi berikutnya.
3.5.2. Revenue Principle
Pada umumnya, Pendapatan ditafsirkan sebagai :
a) Arus kas masuk aktiva bersih sebagai akibat penjualan barang dan
jasa,
b) Arus kas keluar barang dan jasa dari perusahaan kepada pelanggan,
dan
c) Produksi perusahaan sebagai akibat dari semata-mata penciptaan
barang dan jasa oleh perusahaan selama periode tertentu.

3.5.3. Macthing Principle


Untuk menentukan besarnya jumlah pendapatan dan beban secara
tepat dalam periode yang tepat, terdapat 2 pilihan yang tersedia yang dapat
dijadikan sebagai dasar dalam pencatatan oleh akuntan, yaitu :
1) Cash Basis, merupakan Pendapatan dan Beban akan dilaporkan dalam
laporan laba rugi dalam periode dimana uang kas diterima (untuk
pendapatan), atau uang kas keluar (untuk beban).
2) Accrual Basis, baik pendapatan maupun beban akan dilaporkan dalam
laopran laba rugi dalam periode dimana pendapatan dan beban tersebut
terjadi, tanpa memperhatikan arus kas masuk ataupun arus kas keluar.

3.5.4. Objectivity Principle


Prinsip ini sesungguhnya memiliki keterkaitan langsng dengan Cost
Principle (prinsip harga perolehan). Harga perolehan memiliki
keunggulan dibandingkan dengan atribut pengukuran lainnya, yaitu
lebih dapat dihandalkan. Secara umum, pengguna laporan keuangan
lebih memilih menggunakan biaya historis karena memberikan tolak
ukur yang lebih dapat dipercaya (Objektif).
3.5.5. Consistency Principle
Menurut prinsip ini, transaksi dan peristiwa ekonomi yang sejenis
harus dicatat dan dilaporkan dengan cara yang sama dari suatu period
eke periode berikutnya.
Apabila sebuah perusahaan menerapkan perlakuan akuntansi yang
sama untuk kerjadian-kejadian yang serupa dari periode ke periode,
maka perusahaan tersebut dianggap konsisten dalam menerapkan
standar akuntansinya.
3.5.6. Disclosure Principle
Agar pelaporan keuangan menjadi lebih efektif dan tidak
menyesatkan, seluruh informasi yang relavan seharusnya disajikan
dengan cara tidak memihak, dapat dipahami, dan tepat waktu (full
Disclosure principle).
Prinsip pengungkapan penuh mengindikasikan agar laporan
keuangan dirancang dan disajikan sedemikian rupa (berdasarkan prinsip
akuntansi yang berlaku umum)sebagai kumpulan gambaran dari
transaksi dan peristiwa ekonomi yang memperngaruhi perusahaan untuk
satu periode, dan berisi cukup informasi yang mudah dipahami serta
tidak membuat pemakai umum maupun investor dan kreditur menjadi
salah tafsir.
3.5.7. Conservatism Principle
Menurut prinsip ini, ketika kerugian terjadi maka seluruh keugian
tersebut akan langsung diakui meskipun belum terealisasi, akan tetapi
ketika keuntungan terjadi maka keuntungan yang belum terealisasi
tidaklah akan diakui. prinsip ini menggambarkan sikap pesimis sewaktu
memilih metode akuntansi yang akan digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan. Bahkan menurut FASB, prinsip konservatisme ini
timbul sebagai reaksi atau sikap kehati-hatian akuntan terhadap
ketidakpastian.
3.5.7. Materiality Principle
Materialitas berkaitan dengan dampak dari suatu item terhadap hasil
operasi dan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Dalam APB Statement
No. 4, secara jelas disebutkan bahwa laporan keuangan hanya berisi informasi
yang dianggap cukup penting (material) dalam mempengaruhi penilaian dan
keputusan. Materialitas merupakan masalah pertimbangan professional,
dimana pos-pos tertentu akan dianggap material jika informasi yang
terkandung didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan
keuangan.
3.5.8. Uniformity Comparability Principle
Informasi tentang sebuah perusahaan akan menjadi lebih berguna
jika dapat diperbandingkan dengan informasi serupa menyangkut perusahaan
lain pada periode waktu yang sama atau dengan informasi serupa dari
perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda. Informasi dari
berbagai perusahaan dianggap memiliki daya banding jika telah diukur dan
dilaporkan dengan cara yang sama. Komparabilitas memungkinkan pemakai
mengindentifikasikan persamaan dan perbedaan yang nyata dalam peristiwa
ekonomi antar perusahaan.

3.6. Standar (Teknik) Akuntansi


Standar atau teknik akuntansi adalah peraturan-peraturan khusus
yang dijabarkan dari prinsip dasar akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana
standar perrlakuan catatan dan pelaporan terhadap semua transaksi dan peristiwa
ekonomi yang terjadi dalam perusahaan.
Standar ini diperlukan sebagai patokan dalam penyusunan laporan
keuangan yang baku. Dengan adanya standar ini, pihak manajemen selaku pengelola
dana dan aktivitas perusahaan dapat mencatat, mengikhtisarkan, dan melaporkan
seluruh hasil kegiatan operasional maupun financial perusahaan secara baku dan
transparan.
Standar akuntansi mencakup konvensi, peraturan dan prosedur yang
telah disusun dan disahkan oleh sebuah lembaga resmi (badan pembentuk standar)
pada saat tertentu.
Belkaoli (1985) mengemukakan pentingnya standar akuntansi yang baku, yaitu :
1. Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan kegiatan
perusahaan yang dapat dipercaya kebenarannya dan memiliki daya banding,
2. Memberikan pedoman bagi akuntan dalam melaksanakan pekerjaannya secara
hati-hati dan independen.
3. Memberikan database kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang
dianggap penting dalam menghitung pajak penghasilan, peraturan tentang
perusahaan, perencanaan dan pengaturan ekonomi, dan peningkatan efiesiensi
ekonomi, serta tujuan-tujuan makro lainnya.
4. Menarik perhatian parah ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi.

Mengenai pihak-pihak yang dianggap memiliki peranan yang besar dalam proses
perumusan standar akutansi, Belkaoli (1985) membaginya kedalam 3 fase sebagai
berikut :
1. Fase Peranan Manajemen (1900-1933)
Dalam periode ini, manajemen dianggap memiliki peranan yang
besar dalam perumusan standar akuntansi. Peranan ini muncul sebagai akibat
dari bertambahnya investor dan peranannya yang besar dalam
mengembangkan perusahaan.

2. Fase Peranan Profesi (1933-1973)


Dalam periode ini, perumusan standar akuntansi didominasi oleh
profesi, dimana organisasi mulai tumbuh dan berkembang dengan pusat.
Dalam periode ini pula (tahun 1934), SEC untuk pertama kalinya dibentuk,
dimana peran utamanya adalah mengatur penerbitan dan transaksi
perdagangan sekuritas oleh emiten kepada khalayak ramai (public).

3. Fase Politisasi (1973- Sekarang)


Berbagai kelemahan yang ada pada fase peranan manajemen dan
profesi telah menimbulkan kecenderungan pada lahirnya periode yang
bersifat deduktid dan politisasi (adanya keikutsertaan pemerintah) dalam
perumusan standar akuntansi. Pada fase ini, FASB untuk pertama kalinya
dibentuk, yang merupakan peleburan dari unsur praktisi, bisnis, akademisi,
dan lembaga formal.

Anda mungkin juga menyukai