Anda di halaman 1dari 19

DT1 1.1.

3
Kamis, 24 September 2020
Kelompok 22

Tutor : Ibu Dr. dr. Dwi Yulia, SpPK.


Moderator : Robert Rivaldo
Sekretaris : Normaida Baizura Azzati
Anggota :
- Putri Faza Fadillah
- Amanda Yulita Amalia
- Muflihati Nurzain
- Muhammad Humam Ridho
- Nadysa
- Agnesia Maidatuz Zahra
- Putriku Fatiya Nadhif
- Rahmi Dwi Putri

Trigger DT 1.1.3
Raka, seorang dokter muda mendapati seorang pasien anak dengan diagnosa
Thalassemia, suatu kelainan darah akibat mutasi gen secara autosomal resesif. Dari anamnesis
terhadap orangtua anak tersebut, didapatkan informasi bahwa mereka tidak pernah mengalami
kelainan perdarahan seperti yang dialami anaknya. Dari 4 orang anaknya, hanya 1 orang anak
yang mengalami gangguan perdarahan ini. Raka teringat proses spermatogenesis dan oogenesis
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan bagaimana proses gametogenesis, dan fertilisasi
dapat terjadi. Ia juga mengetahui peran mutasi, rekombinasi danrepair DNA dalam patogenesis
penyakit. Raka pernah membaca suatu artikel penelitian tentang gen dan cell-based therapy pada
penyakit-penyakit keturunan. Bagaimana Terapi Gen dan Cell-based therapy ini bisa digunakan
untuk penyakit keturunan?

Thalassemia
Thalassemia adalah penyakit kelainan genetic yang terjadi pada kromosom autosomal
yang bersifat resesif. Kelainan ini terjadi akibat mutasi yang terjadi pada kromosom 11 atau 16.
Penyakit Talasemia dapat diidap oleh semua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan.
Thalassemia menyebabkan rendahnya pembentukan hemoglobin, yang dimana fungsi
hemoglobin adalah mengikat oksigen pada eritrosit, sehingga kemampuan eritrosit untuk
mengikat oksigen menjadi rendah juga.

Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi, 2 molekul rantai α-globin dan 2 molekul β-
globin, rantai α-globin dan β-globin adalah protein yang produksinya disandi oleh gen α-globin
dan gen β-globin. Mutasi yang terjadi pada kedua gen inilah yang menyebabkan produksi rantai
globin terganggu dan hemoglobin tidak terbentuk sempurna. Gangguan tersebut mengakibatkan
kerusakan pada sel darah merah yang akhirnya akan menimbulkan pecahnya sel darah tersebut.
Normalnya, eritrosit berumur 120 hari, kemudian pecah dan digantikan oleh sel baru.
Sedangkan penderita thalassemia, eritrositnya hanya berumur 60-30 hari kemudian pecah,
sehingga penderita tersebut kekurangan darah dan membutuhkan tranfusi darah.

Pengobatan:
1) Pemberian transfusi darah
2) Pemberian kelasi besi
Pemberian transfusi rutin setiap bulan selama hidup dapat menyebabkan penumpukan
besi dalam tubuh. Sifat besi yang tidak bisa dikeluarkan secara alami oleh tubuh harus
dibantu dengan kelator agar bisa diekskresikan ke luar tubuh.
3) Suplementasi nutrisi (antioksidan)
Pemberian nutrisi antioksidan seperti asupan yang mengandung kalsium, vitamin D,
folat, trace mineral (kuprum/ tembaga, zink, dan selenium), dan antioksidan (vitamin C
dan E).
4) Splenektomi atau pengangkatan limpa
5) Vaksinasi
Vaksin Pneumokokus, vaksinasi hepatitis B, dan Vaksin influenza.
6) Dukungan psikososial

Penyembuhan:
1. Bone marrow transplantation-BMT
BMT atau cangkok sumsum tulang adalah terapi yang memungkinkan penyandang
Talasemia tidak memerlukan transfusi rutin.
2. Terapi gen
3. Steem cell

Cara Mencegah:
1) Melakukan screening thalassemia
2) Melakukan konseling thalassemia

Sedangkan dalam kasus pasien dokter raka, kedua orang tuanya merupakan carrier,
sehingga penyakit tersebut tidak muncul pada kedua orang tua pasien. Ini dapat juga diketahui
dari ketiga saudara pasien yang tidak mengidap penyakit ini. Dua dari saudaranya hanya
membawa sifat (carrier), sedangkan satu lagi saudaranya normal.

Gametogenesis

1.Oogenesis

Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis
dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium).
Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari
fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah
selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara
mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer
membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut berhenti
hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer
mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit
melanjutkan pembelahan miosis I. Hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel
yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer.
Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan
miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran
normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan
kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari
pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid mengalami
perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami
degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya
menghasilkan satu ovum.

Faktor yang Memengaruhi Oogenesis

1. Hormon FSH atau Follicle Stimulating Hormone = perangsang pertumbuhan sel-sel


folikel.
2. Hormon LH atau Luteinizing Hormone = perangsang dari proses ovulasi, yakni suatu
proses pengeluaran dari sel telur.
3. Hormon Estrogen = menimbulkan karakter kelamin sekunder.
4. Hormon Progesteron = dapat menebalkan berupa dinding endometrium.

Dengan mempelajari tahapan oogenesis kita dapat mengetahui bahwa penurunan sifat
yang berasal dari kromosom maternal akan melewati beberapa tahap sebelum terjadinya
fertilisasi atau bertemunya sel ovum dan sel sperma.

2.Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses pembentukan spermatozoa yang terjadi di dalam testis.


Ketika anak laki-laki menginjak masa pubertas, sel-sel primordial pada epitel germinal tubulus
seminiferus dalam testis akan berdeferensiasi menjadi sel induk sperma yang disebut
spermatogonium (jamak : spermatogonia). Spermatogonium akan memperbanyak diri secara
mitosis berulang-ulang. Spermatogonium pada manusia memiliki 44 autosom dan gonosom XY.
Mekanisme spermatogenesis adalah sebagaiberikut.
Spermatogenesis diawali dengan membesarnya masing-masing sel spermatogonium (2n),
kemudian terjadi sinapsis dan duplikasi kromosom sehingga terbentuklah bentuk tetrad (empat-
empat). Sel ini disebut spermatosit primer (spermatosit I) yang memiliki kromosom diploid.
Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I menghasilkan dua sel spermatosit
sekunder (spermatosit II) yang haploid (n). Satu sel spermatosit sekunder mengandung gonosom
X, sedangkan spermatosit sekunder lainnya mengandung gonosom Y.
Kedua spermatosit sekunder kemudian membelah secara meiosis II, terbentuklah 4 sel spermatid
yang haploid. Keempat spermatid mengalami proses pematangan dan pertumbuhan ekor menjadi
spermatozoa yang fungsional.
Faktor yang mempengaruhi spermatogenesis
 Nutrisi
 Penyakit
 Obat-obatan yang dikonsumsi / rokok
 Radiasi ponsel
 Suhu

Fertilisasi dan Embriologi Umum

Fertilisasi ialah proses penyatuan spermatozoa dan ovum membentuk zigot, terjadi di
daerah ampula tuba fallopi dimana daerah tempat terluas tuba dan dekat dengan ovarium.

Fungsinya :

- Penurunan materi genetik dari tetua jantan dan betina ke anak


- Mengembalikan jumlah kromosom dari haploid menjadi diploid
- Aktivasi sel telur (reaktivasi meiosis II) untuk memulai proses perkembangan
Sebelum proses pembuahan, terjadi, tahapan yang harus dialami oleh spermatozoa agar
bisa membuahi yaitu :

- Produksi di Tubuli Seminiferi (Spermatogenesis)


- Pematangan di Epididimis
- Kapasitasi di Saluran Reproduksi Betina
Perubahan fisiologis dari membran plasma spermatozoa di saluran reproduksi betina
menyebabkan membran plasma tidak stabil dan reaktif terhadap induksi reaksi akrosom
dengan :
a. Seleksi dan rangsangan oleh mukus serviks uteri
b. Lingkungan atau cairan uterus
c. Hipermotilitas spermatoza di Tuba Fallopii
- Reaksi Akrosome
a. Membran plasma & membran akrosom melebur
b. Pengeluaran enzim hidrolitik yg ada di akrosom yaitu hyaluronidase, acrosin
c. Fungsi mencerna zona pelusida, sehingga spermatozoa dapat menembus zona
pelusida
Fase fertilisasi :

1. Penetrasi Korona Radiata


Ovum yang telah matang pada bagian inti dan sitoplasma akan mengalami ovulasi
dan masuk ke saluran Fallopii. Jutaan sperma harus berjalan dari vagina menuju uterus
dan masuk ke saluran Fallopii. Dalam perjalanan itu, kebanyakan sperma dihancurkan
oleh mukus (lendir) di dalam uterus dan saluran Fallopii. Hanya ada satu spermatozoa
yang berhasil membuahi dengan terkapasitasi bebas menembus korona

2. Penetrasi Zona Pelusida


Di antara beberapa sel sperma yang bertahan hidup, hanya satu yang masuk
menembus membran ovum/ zona pelusida, terjadi ikatan antara zona pelusida dengan
spermatozoa dengn perantara ligan ZP3 dan penetrasi spermatozoa dengan reaksi enzim
akromosom, untuk mencegah polispermia dengan cara :

o reaksi cepat yaitu perubahan potensial membran vitelin sehingga spermatozoa lain
tidak bisa menempel pada membran vitelin sel telur
o reaksi lambat yaitu reaksi granula korteks, granula2 korteks pecah mengeluarkan
enzim-enzim hidrolitik yang akan merubah konfigurasi protein zona pelusida
sehingga zona pelusida tidak bisa berikatan dengan spermatozoa lain dan zona
pelusida menjadi lebih keras (padat)

3. Penyatuan Membran Sel Oosit dan Sperma


Peleburan membran plasma spermatozoa dengan oolemma (membran plasma sel
telur) masuk ke dalam sitoplasma sel telur. Sel telur merespons dengan cara :

o Reaksi korteks dan zona


o Melanjutkan pembelahan meiosis 2
o Pengaktifan metabolik sel telur, pembentukan pronukleus jantan dan betina, dan
syngami (penyatuan pronukleus jantan dan pronukleus betina) membentuk zigot
Setelah terjadi pembuahan, hasil pembuahan adalah zigot dimana hasil nya :

- Pengembalian jumlah diploid kromosom


- Penentuan jenis kelamin individu baru
- Inisiasi pembelahan
Kemudian mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Zigot membelah menjadi 2 sel, 4
sel, dan seterusnya. Dalam waktu bersamaan lapisan dinding dalam uterus menjadi tebal seperti
spons, penuh dengan pembuluh darah, dan siap menerima zigot.

Nidasi adalah proses bertanamnya embrio pada endometrium yang banyak mengandung
glikogen dan lemak (2/3 bag posterior atau 1/3 bag anterior uterus). Karena kontraksi otot dan
gerak silia diding saluran Fallopii, zigot menuju ke uterus. Proses Nidasi yaitu :

- Blastula 1 –2 hari terapung di uterus.


- Pada hari ke 6 –7 menyentuh endometrium dan tertanam melalui trophoblast di daerah
embrioblas.
- Tropoblast memperbanyak diri dan mengerus endometrium.
Perkembangan awal embrio yaitu setelah terjadi pembuahan, zigot mulai embryogenesis
diawali dengan pembelahan menjadi morula,blastula,gastrula (embryoblast dan trophoblast
hingga gastrula). Setelah itu, pada umur sembilan hari embryoblast tumbuh menjadi :
Syncytiotrophoblast (diluar embrio) dan Cytotrophoblast (didalam embrio membentuk amnion).
Membentuk lapisan endoderm (yolk sac tali pusat), mesoderm, ectoderm.

Perkembangan lanjut embrio yaitu : Embrio dikelilingi cairan amnion yang berfungsi
melindungi embrio dari bahaya benturan yang mungkin terjadi. Embrio berusia empat minggu
sudah menunjukkan adanya pertumbuhan mata, tangan, dan kaki. Setelah berusia enam minggu,
embrio sudah berukuran 1,5 cm. Otak, mata, telinga, dan jantung sudah berkembang. Tangan dan
kaki, serta jari-jarinya mulai terbentuk. Setelah berusia delapan minggu, embrio sudah tampak
sebagai manusia dengan organ-organ tubuh lengkap. Kaki, tangan, serta jari-jarinya telah
berkembang. Mulai tahap ini sampai lahir, embrio disebut fetus (janin). Setelah mencapai usia
kehamilan kira-kira Sembilan bulan sepuluh hari, bayi siap dilahirkan. Jika ovum yang sudah
masak tidak dibuahi oleh sperma, jaringan penyusun dinding Rahim yang telah menebal dan
mengandung banyak pembuluh darah akan rusak dan luruh/runtuh. Bersama-sama dengan ovum
yang tidak dibuahi, jaringan tersebut dikeluarkan dari tubuh lewat vagina dalam proses yang
disebut menstruasi (haid).

Mutasi Gen
 Mutasi adalah perubahan pada susunan DNA yang menyusun suatu GEN
 Mutasi genetic terjadi pada DNA dan RNA, Sehingga semua yang memiliki DNA dan
RNA bisa mengalami mutasi (Manusia, Hewan, Tumbuhan, Virus)
Bagaimana Mutasi dapat terjadi? Mutasi dipengaruhi oleh factor internal dan external

 external factors : bahan kimia, radiasi


 internal factors : error saat replikasi DNA/ saat transkripsi RNA (RANDOM)

3 Jenis Mutasi Genetik

Thalasemia disebabkan oleh mutasi genetic pada gen2 yang mengkode protein yg
menyusun hemoglobin

Hemoglobin terdiri atas 4 rantai globin yang masing2nya mengikat 1 gugus heme
(mengandung Fe). Pada manusia dewasa, Hemoglobin kita tersusun atas 2 rantai alpha globin,
dan 2 rantai beta globin

Alfa globin dikode oleh gen HBA1 dan HBA2 yang terdapat pada kromosom 16, setiap manusia
mempunyai sepasang gen HBA1 dan sepasang gen HBA2 pada setiap selnya. Therefore, ada 4
alel yg memproduksi alpha globin.
apabila kedua orang tua kehilangan (delesi) setidaknya satu alel alpha globin, maka
semua anaknya mempunyai resiko terkena penyakit, hydrops fetalis, Hb H disease, atau alpha
thalassemia minor. Jenis thalassemia yang diderita anak-anaknya bergantung pada berapa banyak
alel yg hilang (delesi) dan kombinasi HBA1 dan HBA2 yg mengalami mutasi.

beta globin dikode oleh gen HBB yang terdapat pada kromosom 11, setiap manusia
memiliki sepasang gen HBB, satu dari ayah, satu lagi dari ibu. Karena ini adalah penyakit
autosomal resesif, 2 kopi gen yang mengalami mutasi (point mutation) diwariskan pada anak

Rekombinasi DNA
Rekombinasi DNA ( rDNA ) adalah suatu upaya pembuatan DNA dengan cara
menggabungkan atau merekombinasi dua atau lebih untaian benang DNA, yang dalam keadaan
normal tidak berpasangan atau terjadi bersama

Tujuan : Dengan mengubah untaian susunan DNA, maka akan diperoleh untaian baru
yang mengekspresikan sifat-sifat baru yang diinginkan

Komponen DNA rekombinan

 DNA donor
Sumber DNA yang akan digabungkan pada DNA dari organisme lain
 Enzim Endonuklease restriksi
Digunakan untuk memotong DNA donor dan untuk memotong vektor
 Vektor
Digunakan untuk mengintroduksi gen agar dapat ditransfer ke dalam suatu sel inang yang
cocok. Contoh vektor : plasmid atau bakteriofage
 Enzim ligase
Enzim yang digunakan untuk menggabungkan ujung sambungan dari vektor dan DNA
donor
 Sel inang
Tempat diintroduksikan vektor rekombinan ke dalam sel inang dan berguna untuk
perbanyakan sel rekombinan. Contoh sel inang : bakteri E. Coli
Tahapan DNA rekombinan
1. Isolasi DNA
Pemisahan DNA target dari campuran fragmen-fragmen DNA pengotornya sehingga
dihasilkan DNA yang siap digunakan.
2. Pemotongan gen
Donor dari suatu organisme yang telah diisolasi akan dipotong-potong menjadi fragmen-
fragmen kecil menggunakan enzim endonuklease restriksi. Plasmid pun juga harus dipotong
terlebih dahulu menggunakan enzim retriksi sebelum digunakan sebagai vektor.
3. Menyambung DNA
Fragmen DNA donor akan disisipkan pada plasmid menggunakan bantuan enzim ligase
untuk menyambung keduanya. Dengan demikian, didapatkanlah DNA gabungan atau
disebut DNA rekombinan
4. Penyisipan gen dalam bakteri
Rekombinan akan disisipkan ke dalam bakteri dengan cara transformasi (Pengambilan DNA
oleh bakteri dari lingkungan sekitarnya)
Kemudian bakteri akan melakukan replikasi diri sehingga dihasilkan DNA rekombinan
dalam jumlah yang banyak

Peran rekombinan DNA pada patogenesis penyakit

a) Insulin manusia telah diproduksi secara massal menggunakan bakteri E.coli dan telah
diperdagangkan untuk mengobati penyakit diabetis.
b) Vaksin hepatitis B digunakan untuk mencegah infeksi virus hepatitis. Telah diproduksi
secara komersial menggunakan S.cereviciae dalam skala industri
c) Hormon tumbuh manusia (GH) diproduksi menggunakan E.coli dan digunakan untuk
mengobati kelainan pertumbuhan (misal: cebol).
d) Therapi gen untuk penyakit dilakukan dengan menggantikan gen yang mengalami kerusakan
dengan gen yang normal, digunakan untuk mengobati penyakit- penyakit keturunan (genetic
disorders) dan penyakit lain yang disebabkan oleh kerusakan gen
Repair DNA
DNA repair merupakan suatu mekanisme perbaikan DNA yang mengalami kerusakan /
kesalahan yang diakibatkan oleh proses metabolisme yang tidak normal, radiasi dengan sinar
UV, radiasi ion, radiasi dengan bahan kimia, atau karena adanya kesalahan dalam replikasi
DNA.

Apabila ada kesalahan / kerusakan DNA, sel mempunyai dua pilihan :

1. Kesalahan tersebut diperbaiki dengan cara mengaktifkan DNA repair. Namun apabila
kesalahan yang ada sudah tidak mampu lagi ditanggulangi, sel memutuskan untuk beralih
ke pilihan kedua.
2. Apabila DNA tidak mampu diperbaiki lagi, akibat dari adanya kesalahan yang fatal maka
akan dimatikan daripada hidup membawa pengaruh yang buruk bagi lingkungan
sekelilingnya. Kemudian sel dengan DNA yang normal akan meneruskan perjalanan
untuk melengkapi siklus yang tersisa yaitu S (sintesis) G2 (Gap 2) dan M (Mitosis).
Mekanisme Perbaikan DNA

1. Mismatch repair (perbaikan ketidakcocokkan)


Mismatch repair memperbaiki kesalahan yang dibuat ketika DNA disalin.
Gangguan mismatch repair dilaporkan berkaitan dengan kanker kolon nonpoliposis
herediter (hereditary nonpolyposis colon cancer, HNPCC), salah satu kanker herediter
yang serinng dijumpai. Mutasi hMSH2 merupakan penyebab 50-60 % kasus HNPCC.
Missmatch repair ini dapat menyebabkan kanker kolon karena gen-gen manusia dapat
diketahui lokasinya karena terdeteksi adanya instabilitas mikrosatelit. Pada sel sakit yang
mengandung enzim mismatch repair hMSH2 atau hMLH1 mutan sehingga DNA
mikrosatelit memengaruhi ekspresi atau fungsi suatu protein yang penting dalam siklus
sel di sel-sel kolon ini. Dalam proses replikasi jika ada kesalahan pasangan basa maka
dna polimerase akan diperbaiki,apabila kesalahan pasangan basa lolos,maka akan
diperbaiki di missmatch repair dengan enzim perbaikan kesalahan pasangan basa.
untuk membegakan guus lama dan baru maka gugus lama diberi gugus metil.maka enzim
missmatch repair mendekatkan dna yang rusak dengan gugus metil.sehingga terjadi
lengkung pada double helix. Setelah itu pada batas mengalami gugus metil dengan gugus
yang mengalami kerusakan akan diberi torehan. Bagian yang ditorehkan tadi akan
dibuang enzim ekso nuklease. Bagian yang hilang tadi akan diganti oleh dna polimerase
sehingga menjadi normal kembali.
2. Base excition (perbaikan dengan memotong basa)
Yang tergolong dalam perbaikan dengan cara membuang pasangan basa adalah perbaikan
melalui pemotongan, perbaikan dengan bantuan glikosilase, serta perbaikan melalui
koreksi pasangan yang salah. Terjadi saat ada kerusakan basa,setiap enzim dna glikosylase
mengenali basa mana yang rusak dan dibuang yang rusak. Sehingga dihasilkan suatua
purinik(kehilangan purin) dan apirimidinik(kehilangan pirimidin. AP nuklease akan
menghilangkan gula deoksiribosa.dna polimerase akan menambah nukleotida
baru.kemudian gap pada tulang punggung gula fosfat akan disambung oleh dna
ligase.sehingga kembali ke sekuen asalnya
3. Nucleotide excision repair (perbaikan dengan memotong nukleotida)
Mekanisme ini digunakan untuk menggantikan suatu regio DNA yang mengalami
kerusakan.Penyebab umum kerusakan DNA semacam ini adalah sinar ultraviolet dan
merokok.
Proses perbaikan yaitu kerusakan akan diketahui enzim,kemudian enzim mendekat,dna
dipisahkan.enzim akan memotong kedua sisi enzim rusak.bagian rusak dibuang,yang
kosong diisi dna polimerase dan disambung dna ligase.
Xeroderma pigmentosium (XP) adalah suatu penyakit genetik autosomal resesif. Gejala
klinisnya yaitu peningkatan sensitivitas terhadap sinar matahari (ultraviolet) disertai
pembentukan kanker kulit multipel dan kematian dini.
4. Double-strand break repair (perbaikan kerusakan untai ganda)
 Rekombinasi homolog
memperbaiki kerusakan molekul dna dengan informasi genetik yang identik atau
hampir identik terdapat pada molekul DNA lainnya,biasanya sister chromatid
 Penggabungan ujung non homolog
- memperbaiki kerusakan untai ganda tanpa menggunakan cetakan homolog
- biasanya sering digunakan ketika sel ada dalam g1 dan sister chromatid tidak
tersedia untuk perbaikan melalui rekombinasi homolog.
Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya
dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen sehingga mampu menghasilkan produk.
Rekayasa genetika juga diartikan sebagai usaha manusia dalam ilmu biologi dengan cara
memanipulasi (rekayasa) sel, atau gen yang terdapat pada suatu organisme tertentu dengan
tujuan menghasilkan organisme jenis baru yang identik secara genetika.

Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi didefinisikan sebagai


teknik in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke dalam sel
atau organel; atau fusi sel di luar keluarga taksonomi yang dapat menembus rintangan
reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik yang digunakan dalam pemuliaan dan
seleksi tradisional.

Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan


perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur
DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari
organisme apa saja. Misalnya, gen dari sel pankreas manusia yang kemudian diklon dan
dimasukkan ke dalam sel E. Coli yang bertujuan untuk mendapatkan insulin.
Salah satu penelitian yang memberikan kontribusi terbesar bagi rekayasa genetika adalah
penelitian terhadap transfer (pemindahan) DNA bakteri dari suatu sel ke sel yang lain melalui
lingkaran DNA kecil yang disebut plasmid. Bakteri eukariota uniseluler ternyata sering
melakukan pertukaran materi genetik ini untuk memelihara memelihara ciri-cirinya. Dalam
rekayasa genetika inilah, plasmid berfungsi sebagai kendaraan pemindah atau vektor.

Agar materi genetik yang dipindahkan sesuai dengan keinginan kita, maka kita harus
memotong materi genetik tersebut. Secara alami, sel memiliki enzim-enzim pemotong yang
sering disebut dengan enzim restriksi. Enzim ini dapat mengenali dan memotong tempat-tempat
tertentu di sepanjang molekul DNA. Untuk menyambung kembali potongan-potongan DNA ini
digunakan enzim ligase. Sampai sekarang ini telah ditemukan lebih dari 200 enzim restriksi. Hal
ini tentu saja mempermudah pekerjaan para ahli rekayasa genetika untuk memotong dan
menyambung kembali DNA.

Aplikasi rekayasa genetika dalam berbagai aspek kehidupan adalah sebagai berikut.

 Dalam Aspek Pertanian, memanipulasi struktur genetika tanaman untuk mendapatkan


kombinasi sifat keturunan (unggul) yang diinginkan.
 Dalam Aspek Industri, rekayasa genetika dapat digunakan dalam pembuatan sel yang
mampu mensintesis molekul yang penting secara ekonomi.
 Dalam Aspek Kesehatan, rekayasa genetika dapat digunakan sebagai alat penelitian
sikuensi generasi DNA dan RNA dan koreksi kelainan genetik yang potensial pada
hewan dan terapi gen.

Sel Punca pada rekayasa genetika

Saat ini, perkembangan rekayasa genetika, memberikan konstribusi yang sangat besar
terhadap perkembangan biologi eksperimental yang sungguh luar biasa. Salah satu di bidang
sel, khususnya sel punca (stem cells).

Stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi dan mempunyai kemampuan/potensi
untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang spesifik yang membentuk berbagai
jaringan tubuh (Jusuf, A.H., 2008). Stem sel berfungsi sebagai perbaikan untuk mengganti sel-sel
tubuh yang telah rusak demi kelangsungan hidup organisme.

Stem cell mempunyai 2 sifat yang khas yaitu :

1. Kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi sel lain (differentiate). Dalam hal ini stem cell
mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik) misalnya sel saraf, sel otot
jantung, sel otot rangka, sel pankreas dan lain-lain

2. Kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri. Dalam hal ini
stem cell mampu membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.
Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi stem cell dikelompokkan menjadi:

1. Totipoten yaitu stem cell yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang termasuk
dalam stem cell totipoten adalah zigot dan morula. Sel-sel ini merupakan sel embrionik awal
yang mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai jenis sel termasuk sel-sel yang
menyusun plasenta dan tali pusat. Karenanya stem cell kelompok ini mempunyai
kemampuan untuk membentuk satu individu yang utuh.

2. Pluripoten yaitu stem cell yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan germinal
(ektoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi jaringan ekstraembrionik
seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk sel punca pluripoten adalah stem cell embrionik
(embryonic stem cells).

3. Multipoten yaitu stem cell yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel
misalnya stem cell hemopoetik (hemopoetic stem cells) yang terdapat pada sumsum tulang yang
mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel yang terdapat di dalam
darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh lainnya adalah stem cell saraf (neural
stem cells) yang mempunyai kemampuan berdifferensiasi menjadi sel saraf dan sel glia.

4. Unipotent yaitu stem cell yang hanya dapat berdifferensiasi menjadi 1 jenis sel.

Berbeda dengan non stem cell, stem cell mempunyai sifat masih dapat memperbaharui atau
meregenerasi diri (self-regenerate/self renew) Contohnya erythroid progenitor cells hanya
mampu berdifferensiasi menjadi sel darah merah.

Klasisifikasi stem cell berdasarkan asalnya:

- Stem cell embrionik (Embryonic stem cells)


Sel ini diambil inner cell mass suatu blastocyst (embrio yang terdiri dari 50-150 sel, kira-
kira pada hari ke 5 pasca pembuahan). Embryonic stem cells biasanya didapatkan dari sisa
embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro fertilization).

- Sel germinal/benih embrionik (embryonic germ cells)


Sel germinal/benih (seperti sperma/ovum) embrionik induk/primordial (primordial germ
cells) dan prekursor sel germinal diploid ada sesaat pada embrio sebelum mereka terasosiasi
dengan sel somatik gonad dan kemudian menjadi sel germinal. Sel germinal
embrionik manusia/human embryonic stem cells (hEGCs) termasuk stem cel yang berasal
dari sel germinal primordial dari janin berumur 5-9 minggu. Stem cell ini mempunyai sifat
pluripotensi.

- Stem cell non embrionik (Adult Stem Cells)


Berasal dari darah tali pusat, sumsum tulang, darah 17igament berbagai jaringan lain. Stem
cell dari darah tali pusat diambil dari tali pusat setelah bayi lahir. Stem cell dari darah tali
pusat merupakan jenis hematopoetic stem sel, dan ada yang menggolongkan jenis stem sel
ini ke dalam adult stem cell.

- Stem cell fetal


Stem cell fetal adalah sel primitive yang dapat ditemukan pada organ-organ fetus (janin)
seperti sel punca hematopoetik fetal dan progenitor kelenjar pancreas. Stem cell neural fetal
yang ditemukan pada otak janin menunjukkan kemampuan untuk berdiferrensiasi menjadi
sel neuron dan sel glia (sel-sel pendukung pada system saraf pusat). Darah plasenta, tali
pusat janin kaya akan stem sel hematopoetik fetal.

- Stem cell hematopoietic


Salah satu macam sel induk dewasa adalah sel induk (hematopoietic stem cells), yaitu sel
induk pembentuk darah yang mampu membentuk sel darah merah, sel darah putih,
dan keeping darah yang sehat. Sumber sel induk 18igament18etic adalah sumsum tulang,
darah tepi, dan darah tali pusar. Pembentukan sel induk 18igament18etic terjadi pada tahap
awal embryogenesis, yaitu dari mesoderm dan disimpan pada situs-situs spesifik di dalam
embrio.

- Stem cell mesenkimal


Stem cell mesenkimal/mesenchymal stem cell (MSC) dapat ditemukan pada stroma
sumsum tulang belakang, periosteum, lemak, dan kulit. MSC termasuk sel induk
multipotensi yang dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel tulang, otot 18igament, tendon, dan
lemak.

Pemanfaatan sel punca

 Penelitian untuk pengembangan obat baru


 Rekayasa jaringan atau organ baru
 Mengatasi kendala rejeksi pada transplantasi
 Mengatasi penyakit dengan kehilangan jumlah dan fungsi sel atau penyakit degenerative
( Parkinson,Alzheimer)
 Terapi gen

Berkembangnya penelitian stem cell dan penggunaan stem cell dalam upaya untuk
mengobati penyakit pada manusia akan menimbulkan masalah dalam hal etika. Isu utama
penelitian dan penggunaan stem cell adalah perihal penggunaan stem cell embrio (embryonic
stem cell) terutama perihal penggunaan sumber sel tersebut yaitu embrio. Sebagian orang
percaya, bahwa hidup dimulai dari pertemuan antara sel telur dan sperma. Bagi mereka, embrio
sudah menjadi manusia, proses pengambilan stem cell akan merusak embrio, ini tidak jauh
berbeda dengan pembunuhan manusia.

Penggunaan stem sel non embrionik dapat dilakukan di Indonesia baik oleh peneliti dalam
negeri ataupun luar negeri, sepanjang memenuhi standar /pedoman dan berbagai
pengaturan/perundangan di Indonesia. Penggunaan stem cell dewasa untuk tujuan terapeutik
harus ditujukan kepada penyakit-penyakit yang telah diketahui pasti penyebabnya sebagai
kelainan genetik, serta telah diperhitungkan secara matang tidak akan mengubah sifat-sifat baik
manusia yang diwariskan ke keturunannya. Penggunaan stem cell tersebut harus memperhatikan
seluruh hak-hak pasien, termasuk prosedur persetujuan pasien (informed consent) serta
menyediakan kompensasi minimal bagi klien yang mengalami kejadian buruk yang tidak
diinginkan.

Terapi Gen
Terapi gen adalah tindakan medis yang melibatkan penggunaan gen untuk mengobati
atau mencegah penyakit. Gen berperan penting dalam kesehatan seseorang. Oleh karena itu,
penelitian terkait cara memodifikasi atau mengganti gen rusak dengan gen sehat untuk
mengobati penyakit telah dilakukan selama bertahun-tahun. Sejak Agustus 2017, Badan
Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah menyetujui tiga jenis terapi gen yang
dikembangkan dari penelitian. Dua di antara terapi gen tersebut melibatkan penggunaan sel
dalam tubuh untuk menghancurkan sel kanker. Sementara jenis terapi gen ketiga bertujuan
mengobati penyakit yang disebabkan oleh mutasi gen tertentu.

Para ilmuwan sedang meneliti beberapa metode terapi gen yang meliputi :

- Mengganti gen yang mengalami mutasi


Sel tubuh rusak karena gen tertentu tidak bekerja dengan baik atau mengalami kerusakan.
Penggantian gen yang rusak ini dapat membantu dalam mengobati penyakit. Salah satu
contohnya adalah gen p53 yang berfungsi mencegah pertumbuhan tumor. Beberapa jenis
kanker disebabkan oleh gangguan pada gen ini. Ketika gen p53 yang rusak diganti dengan
gen yang sehat, sel-sel kanker diharapkan akan mati.

- Memperbaiki gen yang mengalami mutase


Gen yang mengalami mutasi dapat dihentikan agar tidak menyebabkan penyakit. Gen yang
sehat bisa diatur untuk bekerja sehingga mampu mencegah terjadinya penyakit.

- Membuat sistem imun mengenali sel yang sakit


Pada beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh tidak menyerang sel-sel sakit. Pasalnya, sistem
imun tidak menganggap sel sakit tersebut sebagai ancaman. Terapi gen dapat digunakan
untuk melatih sistem imun agar mampu mengenali dan menyerang sel-sel tubuh yang sakit.

Terapi gen diharapkan dapat menjadi pilihan pengobatan berbagai jenis penyakit.
Misalnya, kanker, cystic fibrosis, penyakit jantung, diabetes, hemofilia, dan AIDS.

Beberapa uji klinis terapi gen telah menunjukkan keberhasilan dalam mengobati beberapa
jenis penyakit di bawah ini :

- Hemofilia
- Kebutaan yang disebabkan oleh retinitis pigmentosa
- Leukemia
- Gangguan sistem kekebalan tubuh yang parah

Karena terapi gen yang dilakukan saat ini merupakan bagian dari uji klinis penelitian,
pasien akan diberi instruksi dan informasi terkait terapi gen yang bersangkutan. Pasien juga akan
diminta untuk menandatangani formulir persetujuan prosedur.

Uji klinis biasanya berlangsung selama dua hingga empat tahun, dan terdiri dari beberapa
tahap penelitian. Tim dokter akan memantau kondisi dan perkembangan kesehatan pasien
dengan saksama.

Salah satu contoh prosedur terapi gen meliputi :

 Sampel darah atau sumsum tulang belakang pasien akan diambil.


 Di laboratorium, sampel terssebut akan dikenalkan pada virus atau vektor (perantara) lain
yang mengandung materi genetik tertentu.
 Ketika vektor sudah masuk ke dalam sel, sel tersebut akan disuntikkan kembali ke
jaringan tubuh atau pembuluh darah pasien.
 Vektor tersebut sudah mengandung materi genetik yang diperlukan untuk terapi gen.

Selain virus, vektor lain yang sedang diteliti untuk digunakan dalam terapi gen adalah sel
punca dan lisosom.

Tindakan ini dapat menimbulkan beberapa risiko di bawah ini:

 Reaksi sistem imun yang tidak diinginkan


Sistem imun tubuh dapat menganggap virus yang dimasukkan sebagai ancaman dan
menyerangnya. Hal ini bisa memicu peradangan bahkan gagal organ.

 Virus menyerang sel yang salah


Karena dapat menyerang lebih dari satu sel, ada kemungkinan virus menyerang sel lain yang
sehat. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit lain, seperti kanker.

 Infeksi yang disebabkan oleh virus


Ketika dimasukkan ke dalam tubuh, ada kemungkinan virus memicu infeksi tubuh dan
menimbulkan penyakit.

 Kemungkinan terbentuknya tumor


Bila gen baru dimasukkan ke dalam DNA yang salah, tumor bisa saja terbentuk.

Pendekatan terapi gen pada penyakit turunan (Talasemia)

1)Dengan menggunakan lentivirus


Diawali melakukan harvesting sumsum tulang dari pasien, kemudian sel-sel tersebut dilakukan
kutlur dan pemeliharaan. Tahap selanjutnya adalah dengan melakukan insersi gen yang normal
ke kultur sel tersebut dengan
menggunakan perantara virus (umumnya adalah lentivirus). Hasil insersi gen normal tersebut
kemudian dilakukan transfusi kembali melalui jalur Intra Vena kepada pasien. Pada pasien
sebelum dilakukan transfusi kembali dilakukan terapi untuk mengontrol efek immunologi yang
dapat terjadi.

Penggunaan material lentivirus atau LTRs dapat mengakibatkan aktivasi respon imun, sehingga
perlu upaya untuk menghalangi timbulnya reaksi tersebut. Perlakuan LTRs sebelum
dimanfaatkan untuk insersi gen normal diantaranya adalah inserti mutagenesis dan proto-
oncogene activation.

2) Pendekatan lain adalah dengan memberikan agen atau zat yang dapat menstimuli produksi
HbF seperti Hydroxyurea (HU), Histone deacetylase (HDAC) inhibitors seperti derivat butyrate,
azacitidine, dan decitabine. Asam Nicotin dan Pomalidomide juga diteliti terkait induksi HbF.
Dibandingkan dengan HU, Pomalidomide adalah penginduksi yang lebih kuat untuk produksi
HbF. Telah dibuktikan bahwa mekanisme epigenetik dari obat ini berhubungan dengan asetilasi
H3K9 dan H3K14 pada daerah LCR gen γ-globin. Teknologi ini memungkinkan koreksi gen
mutasi dengan lebih tepat sasaran dan tanpa menggunakan agen virus. Ini merupakan teknologi
genome editing terbaru yang dan relatif tidak berbahaya dalam penggunannya. Pendekatan gen
terapi untuk Talasemia terus mengalami penyempurnaan sampai suatu saat teknologi ini dapat
digunakan secara massal.

Cell-based Therapy
 Apa itu cell based therapy?
Cell based therapy adalah transfer sel secara utuh (stem cells atau sel punca) ke pasien untuk
mengurangi dan menyembuhkan suatu penyakit. Sel bias saja dari pasien (autologous cells) atau
dari donor (allogeneic cells). Stem cells dipilih karena pembentukannya pada pasien mengarah
pada produksi secara kontinu dari sel-sel khusus yang sesuai.

Ada 3 macam sel yang dipakai dalam cell based therapy berdasarkan potensial perubahannya :
1. Pluripotent cells, dapat berubah menjadi segala macam sel di dalam tubuh
2. Multipotent cells, dapat berubah menjadi sel lain, tetapi tidak seuniversal pluripotent cells
3. Differentiated/primary cells, spesifik. Transform into fixed types

 Apa itu stem cells dan dari mana mereka berasal?


Stem cells adalah sel-sel yang dapat memperbaharui dirinya sendiri dan dapattumbuh
sedikitnya menjadi satu macam sel spesifik. Stem cells bias di isolasi dari banyak tipe jaringan.
Contoh, embryonic stem cells diambil dari inner cell mass of blastocyst (embryoblast). Umbilical
cord stem cells / cord blood stem cells diambil dari tali pusar ketika bayi lahir.

Stem cell dewasa bias diambil dari berbagai jaringan dewasa. Kemudahan isolasi pada stem
cell dewasa bergantung pada aksesibilitas jaringannya, prevalensi stem cell dalam jaringan, usia
pasien,, adanya penanda yang membantu isolasi stem cell, dan protocol yang dikembangkan
untuk isolasi dan kultur. Ini juga memungkinkan untuk mengubah sel dewasa menjadi stem cells
dengan memasukkan campuran factor transkripsi, sel ini disebut sebagai induced pluripotent
stem (iPS) cells.

 Penyakit apa yang dapat diobati dengan cell therapy treat?


Karakteristik penyakit yang dapat menerima terapi sel mencakup penyakit yang tidak ada
pengobatan efektifnya, penyakit yang belum diketahui penyebabnya (sepertin kerusakan gen),
penyakit yang gagal memabik atau menjadi resisten terhadap terapi konvensional, dan atau kasus
dimana terapi yang dilakukan saat ini melibatkan administrasi jangka panjang dari agen terapetik
yang mahal atau prosedur invasif.

Terapi gen dan cell therapy juga menawarkan alternative yang menjanjikan atau perawatan
tambahan untuk gejala dari penyakit yang didapat, seperti kanker, artritis rheumatoid, diabetes,
Parkinson, Alzheimer, dll.

 Keamanan Transplantasi Sel Punca Hematopoietik Autolog dengan Terapi Penambahan


Gen untuk Ketergantungan Transfusi pada Thalasemia β, Sickle Cell Disease, dan
Adreno;eukodystrophy

Allogeneic hematopoietic stem cell (HSC)


- Pendahuluan
Allogeneic hematopoietic stem cell (HSC) transplantation (allo-HSCT) adalah opsi perawatan
untuk beberapa penyakit monogenic, meskipun begitu, pemakaiannya dibatasi oleh kebutuhan
dalam kecocokan donor dan resiko komplikasi HSCT. Autologous penambahan gen HSC tidak
punya beberapa limit tersebut dan mungkin mempunyai kemanjuran dibarengi dengan
peningkatan keamanan. Terapi penambahan gen secara ex vivo menggunakan lentiviral vectors
(LVV) dievaluasi di dalam pasien dari ketergantungan transfusi pada Thalasemia β (TDT)
dengan betibeglogene autotemcel (beti-cel, lentiglobin untuk TDT), untuk sickle cell disease
(SCD) dengan LentiGlobin untuk SCD, dan cerebral adrenoleukodystrophy dengan Lenti-D

- Metode
HSCs dikumpulkan dengan prosedur penyakit yang sesuai, lalu sel CD34+ ditransdusi dengan
LVV mengkode disease-specific therapeutic transgenes. Setelah myeloablation dengan
busulfan (SCD, TDT) atau busulfan/cyclophosphamide (CALD), pasien akan infused with
LVV-transduced CD34+ HSCs. Pasien dipantau selama 2 tahun dan ditawarkan partisipasinya
dalam jangka panjang sebagai follow up studies.

- Hasil
dari seluruh 6 studi, 110 pasien yayng dirawat berdasarkan analisis terbaru. Pasien telah
dipantau dalam rentang <1 sampai 60,6 bulan dan 47 pasien dengan masa >2 tahun
pemantauan. Tidak ada pasien yang mengalami kegagalan cengkok primer atau sekunder. Satu
pasien CALD mengalami perkembangan penyakit dan meninggal 22 bulan setelah pemberian
infus drug product (DP) dan komplikasi penyakit. Dua pasien tambahan dengan CALD
mengundurkan diri dari penelitian setelah infus DP dan dirujuk untuk allo-HSCT. Semua
pasien lain dengan CALD, TDT, dan SCD tetap hidup.

Sebagian besar pasien (107/110) memiliki ≥ 1 efek samping grade 3 atau 4 yang terkait dengan
kondisinya. Efek samping yang paling umum adalah sitopenia, demam neutropenia, dan
stomatitis. Dilaporkan sindrom myelodysplastic pada satu pasien SCD. Setelah dilakukan
investigasi untuk insersi LVV dalam sel ganas, efek samping dinilai tidak berhubungan dengan
insersi LentiGLobin ataupun ekspresi transgen.

- Kesimpulan
Dari data 110 pasien yang telah dipantau selama 5 tahun mendukung bahwa profil keamanan
HSCT autolog yang dimodifikasi gen tidak membawa risiko GVHD (penolakan cangkok) dan
imunosupresi jangka panjang terhadap allo-HSCT. Dengan profil keamanan dan keselamatan
yang masih ditetapkan selama lebih dari 5 tahun, data ini menunjukkan bahwa terapi gen HSC
dapat menjadi terapi yang dapat diterima untuk pasien dengan TDT, SCD, dan CALD, terutama
pada pasien dengan peningkatan risiko komplikasi dari allo-HSCT, seperti mereka yang tidak
memiliki donor yang sesuai atau berusia lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai