Anda di halaman 1dari 31

PEMBUATAN PETA

DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG


LINGKUNGAN HIDUP

Lukmanul Hakim
P3E Sumatera

Pusat Pengendalian Pembangunan


Ekoregion Sumatera
Palembang, 23 Maret 2021
TOOLS
PERSIAPAN PESERTA DALAM PEMBUATAN PETA DDDTLH

KOMPUTER BERSERTIFIKASI INTEL EVO PENGOLAH DATA SPASIAL DIATAS 10.3 MEMPERMUDAH PEKERJAAN
JAMINAN KECEPATAN MEMUDAHKAN TRANSFER DATA

PERNAH MENGIKUTI BIMTEK DDDTLH MS OFFICE PENGOLAH SPREADSHEET BERTUKAR DATA


PASAL 1
DATA DIBUTUHKAN DALAM PEMBUATAN PETA DDDTLH

Sumber Data :
Bentang Lahan
1 Kabupaten
Format data (.Shp)
ShapeFile Esri
Peta Bentang Lahan Skala 1:250.000 Ekoregion
Sumatera

Sumber Data :
Penutupan Lahan
2 Kabupaten
Format data (.Shp)
ShapeFile Esri
Peta Penutupan Lahan Kabupaten tahun terakhir, Peta
Penutupan Lahan Skala 1:100.000 PKTL KLHK Tahun
Terakhir atau Peta Penutupan lahan BIG

Sumber Data :
Vegetasi Asli
3 Kabupaten
Format data (.Shp)
ShapeFile Esri
Peta Formasi Vegetasi Asli Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Skala 1:250.000 terakhir

Sumber Data :
Batas Wilayah Adm
4 Kabupaten
Format data (.Shp)
ShapeFile Esri
Peta Wilayah Administrasi Kabupaten, batas
kecamatan, Skala minimal 1:50,000 yang dipakai dalam
kegiatan penataan ruang dan perencanaan daerah

Sumber Data :
Indeks Pakar & Bobot
5 Yang telah disusun ditetapkan
Format Tabel (.Xls)
Microsoft File
Penetapan indeks Jasa Ekosistem dari Pakar berbagai
bidang ilmu terkait Jasa Ekosistem dan Lingkungan
Hidup di Pulau Sumatera

Rupa Bumi Indonesia


6 Badan Informasi Geospasial
Format data (.Shp)
ShapeFile Esri
Sumber Data :
RBI Skala 1:50,000 Badan Informasi Geospasial
PROSEDUR PEMBUATAN
PETA DAYA DUKUNG DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP
BERBASIS JASA EKOSISTEM
PROSES PEMBUATAN PETA KABUPATEN
BENTANG LAHAN
BENTANG LAHAN
KABUPATEN

PENUTUPAN LAHAN

TUTUPAN LAHAN
KABUPATEN

VEGETASI ASLI

BATAS ADMINISTRASI
VEGETASI ASLI
KABUPATEN
EKOREGION DENGAN PENDEKATAN BENTANGLAHAN

• Bentanglahan : Bentangan permukaan yang didalamnya terjadi hubungan saling terkait


(interrelationship) dan saling kebergantungan (interdependency) antar berbagai
komponen lingkungan, seperti : udara, air, batuan, tanah dan flora fauna, yang
mempengaruhi keberlangsungan kehidupan manusia yang tinggal didalamnya
(Verstappen, 1983);
• Memiliki kesamaan pengertian yang “serupa” dengan pengertian ekoregion (UU 32 Tahun
2009)
• Dasar akademis dan sistem klasifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan
• Mengambarkan adanya variasi komponen lingkungan. Tiap bentuk lahan yang berbeda
maka komponen abiotik seperti tanah, air, udara dan biotik (Flora fauna) serta risiko
bencana alam, bahkan budaya masyarakat, juga bervariasi sehingga dapat dijadikan dasar
pengelolaan lingkungan
• Bentanglahan mempengaruhi bentuk penggunaan lahan (ruang)
• Berbasis spasial sehingga dapat dengan mudah dikaitkan dengan peta dan topik lainnya
• Bentanglahan relatif bersifat Statis (tetap), sehingga batas yang digunakan tidak mudah
mengalami perubahan
• Terdapat dua komponen utama dalam penetapan ekoregion :
1. Morfogenesa (proses geomorfologis yang mengakibatkan perubahan bentuklahan)
2. Morfologi (Dataran, Perbukitan dan Pegunungan)
 VULKANIK (V) EKOREGION
Akitivitas gunung api (kawah, kerucut gn api)
 FLUVIAL (F)
Aktivitas sungai (teras sungai, tanggul alam,
dataran banjir)
EOLIN (E)
Akibat proses angin (gumuk pasir,parabolik)
MARIN (M)
Proses laut oleh tenaga gelombang, arus dan
pasang surut (laguna, pantai)
SOLUSIONAL (S)
Pelarutan pada batuan batu gamping, karst)
STRUKTURAL (S)
Pengaruh struktur geologis (Pegunungan patahan,
lipatan, perbukitan)
DENUDASIONAL (D)
Akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi
(bukit sisa, lembah sungai)
GLASIAL
Akibat gerakan es (gletser)
ORGANIK
Akibat pengaruh aktivitas organisme (mangrove,
gambut, terumbu karang)
ANTROPOGENIK
Akibat aktivitas manusia (waduk, kota, pelabuhan) Berbagai Fenomena Genesis Bentuk lahan
Verstappen, 1983) (Santosa, 2014)
EKOREGION (Bentang Lahan)
Bentang lahan yang di dalamnya terdapat unit-unit bentuk
lahan (land forms) udara, batuan, tanah, air, flora, fauna, dan
manusia, dengan segala aktivitasnya

Kerucut dan Lereng Gunungapi (KLG6)

Dataran Kaki Gunungapi (DKG4)

Dataran Aluvial (DA1)

Perbukitan Lipatan (PL16)

nCodeBL Nama_Ekore BL_P1


DA1 Dataran Aluvial 5
DFG2 Dataran Fluvio Gunungapi 5
DF3 Dataran Fluviomarin 3
DKG4 Dataran Kaki Gunungapi 4
KG5 Kaki Gunungapi 2
KLG6 Kerucut dan Lereng Gunungapi 1
LG7 Lahan Gambut (Peat Land) 1
LAPPD8 Lembah antar Perbukitan /Pegunungan Denudasional 1
LAPPP9 Lembah antar Perbukitan/ Pegunungan patahan (Terban) 2
LAPPL10 Lembah antar perbukitan/Pegunungan Lipatan (Intermountain Basin) 2
LPPD11 Lerengkaki Perbukitan/ Pegunungan Denudasional 1
PD12 Pegunungan Denudasional 1
PL13 Pegunungan Lipatan 1
PP14 Pegunungan Patahan 1
PD15 Perbukitan Denudasional 1
PL16 Perbukitan Lipatan 1
PENUTUPAN LAHAN (Land Cover)
Penutupan Lahan merupakan garis yang menggambarkan batas penampakan area tutupan
di atas permukaan bumi yang terdiri dari bentang alam dan/atau bentang buatan
(UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial )

Metode land cover based proxy paling banyak digunakan dalam perhitungan jasa ekosistem
berbasis spasial.
CATATAN
1. MENGASUMSIKAN BAHWA PENGGUNAAN LAHAN YANG ADA BENTUK INTERAKSI MANUSIA DAN ALAM
SEHINGGA MENGGAMBARKAN DAYA DUKUNG
2. PEROLEHAN DATA RELATIF LEBIH MUDAH (INDIKATOR TUNGGAL) DAN CEPAT SERTA MURAH
3. PENGOLAHAN DATA LEBIH MUDAH
4. MENGGAMBARKAN SEBERAPA BESAR PEMANFAATAN EKOSISTEM UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN
MANUSIA (RELEVAN DENGAN KONSEP JASA EKOSISTEM)
5. DAPAT DIBUAT MODEL SPASIAL DAN DIKAITKAN DENGAN KEBIJAKAN ATAU KEBUTUHAN LAHAN
(MISALNYA TATA RUANG WILAYAH)
6. TERDAPAT SISTEM KLASIFIKASI BAKU
Tutupan Lahan
Tutupan lahan adalah kondisi kenampakan biofisik tumbuhan,
air, pertanian, bangunan, dan sebagainya

Hutan Lahan Kering Primer (HLKP1)

Semak Belukar (SB14)

Lahan Terbuka (LT22)

nCodePL Jenis Penutup Lahan PL P1


HLKP1 Hutan Lahan Kering Primer 2
HLKS2 Hutan Lahan Kering Sekunder 1
HRP3 Hutan Rawa Primer 2
HRS4 Hutan Rawa Sekunder 1
HMP5 Hutan Mangrove Primer 2
HMS6 Hutan Mangrove Sekunder 1
HTI7 Hutan Tanaman Industri 1
PC8 Perkebunan Coklat 2
PK9 Perkebunan Karet 1
PKS10 Perkebunan Kelapa Sawit 2
PK11 Perkebunan Kopi 2
• Tipe vegetasi alami adalah mosaik komunitas tumbuhan dalam
lanskap yang belum dipengaruhi oleh manusia (Diversitas
Ekosistem Alami Indonesia, KLH, 2010).
• Vegetasi asli yang secara alami tumbuh atau biasa tumbuh pada
suatu ekosistem.
• Misalnya pada ekosistem mangrove vegetasi yang biasa tumbuh
adalah bakau, api-api, pedada, nipah dan lain-lain. Sementara
pada ekosistem gambut vegetasi yang biasa tumbuh adalah
hutan rawa gambut
• Vegetasi alami beradaptasi dengan lingkungannya dan karena itu
ada dalam keharmonisan dengan unsur-unsur lain dari lanskap
No. TIPE VEGETASI
1 Vegetasi hutan batuan ultrabasa pamah
2 Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegunungan
3 Vegetasi hutan batugamping pamah
4 Vegetasi hutan batugamping pamah pada bentang alam karst
5 Vegetasi hutan batugamping pegunungan pada bentang alam karst
6 Vegetasi hutan dipterokarpa pamah
7 Vegetasi hutan gambut
8 Vegetasi hutan kerangas pamah
9 Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa)
10 Vegetasi hutan pantai
11 Vegetasi hutan pegunungan atas
12 Vegetasi hutan pegunungan bawah
13 Vegetasi hutan pegunungan subalpin
14 Vegetasi hutan rawa air payau
15 Vegetasi hutan tepian sungai
16 Vegetasi hutan tepian sungai payau
17 Vegetasi mangrove
18 Vegetasi nipah
19 Vegetasi savanna lahan kering pamah
20 Vegetasi terna rawa air payau
21 Vegetasi terna rawa air tawar
22 Vegetasi terna rawa gambut
23 Vegetasi terna tepian danau
24 Vegetasi terna tepian danau pegunungan
25 Vegetasi terna tepian sungai
26 Vegetasi terna tepian sungai payau
Vegetasi Asli

Vegetasi Asli adalah kondisi tumbuh-tumbuhan yang tumbuh


secara alami tanpa adanya pembudidayaan

Vegetasi hutan pegunungan atas

Vegetasi terna tepian sungai

Vegetasi hutan dipterokarpa pamah

Savanna lahan kering pamah

nCodeVA VEGETASI ALAMI 250 VA_P1


SLKP1 Savanna lahan kering pamah 2
VHBUP2 Vegetasi hutan batuan ultrabasa pamah 3
VHBUP3 Vegetasi hutan batuan ultrabasa pegunungan 3
VHBGP4 Vegetasi hutan batugamping pamah 3
VHBGPK5 Vegetasi hutan batugamping pamah pada bentang alam karst 3
VHBGPK6 Vegetasi hutan batugamping pegunungan pada bentang alam kars 2
VHDP7 Vegetasi hutan dipterokarpa pamah 4
VHG8 Vegetasi hutan gambut 2
VHKP9 Vegetasi hutan kerangas pamah 2
VHPN10 Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa) 4
VHP11 Vegetasi hutan pantai 3
VHPA12 Vegetasi hutan pegunungan atas 3
SPASIAL

Bentang Lahan Tutupan Lahan Vegetasi Asli

3 4 2 5 2 1 1 3 3 2 4 2 SKOR

(Bentang Lahan X Bobot) + ( Tutupan Lahan X Bobot ) + ( Vegetasi Asli X Bobot )

KODE JASA JENIS JASA BL PL VA


P1 Pangan 0,28 0,6 0,12
P2 Air 0,28 0,6 0,12
P3 Serat, bahan bakar dan material lain 0,15 0,5 0,35 Bobot
P4 Bahan Bakar, Kayu dan Fosil 0,4 0,6 -
P5 Materi genetik; gen untuk daya tahan terhadap penyakit tanaman 0,1 0,5 0,4
R1 Pengaturan iklim 0,12 0,6 0,28
R2 Pengaturan air 0,28 0,6 0,12
R3 Mitigasi bahaya alam 0,08 0,6 0,32
R4 Pemurnian Air 0,4 0,6 -
R5 Pengolahan limbah 0,42 0,3 0,28
R6 Pengaturan kualitas udara: misalnya menangkap partikel debu 0,08 0,6 0,32
R7 Penyerbukan 0,08 0,6 0,32
PANGAN

3 4 2 5 2 1 1 3 3 2 4 2

KODE JASA JENIS JASA BL PL VA


P1 Pangan 0,28 0,6 0,12
P2 Air 0,28 0,6 0,12
P3 Serat, bahan bakar dan material lain 0,15 0,5 0,35
P4 Bahan Bakar, Kayu dan Fosil 0,4 0,6 -
P5 Materi genetik; gen untuk daya tahan terhadap penyakit tanaman 0,1 0,5 0,4
R1 Pengaturan iklim 0,12 0,6 0,28
R2 Pengaturan air 0,28 0,6 0,12
R3 Mitigasi bahaya alam 0,08 0,6 0,32
R4 Pemurnian Air 0,4 0,6 -
R5 Pengolahan limbah 0,42 0,3 0,28
R6 Pengaturan kualitas udara: misalnya menangkap partikel debu 0,08 0,6 0,32
BL X 0,28
R7 Penyerbukan PL X 0,28 VA X 0,28
0,08 0,6 0,32

P1 Pangan = [3 x 0,28] + [2 x 0,6] + [3 x 0,12] = 2,4


5 = Sangat Tinggi
4 = Tinggi
Berarti 3 = Sedang
Jasa Penyediaan Pangan
di wilayah tersebut 2 = Rendah
“2,4 / Rendah” 1 = Sangat Rendah
AIR BERSIH

3 4 2 5 2 1 1 3 3 2 4 2

KODE JASA JENIS JASA BL PL VA


P1 Pangan 0,28 0,6 0,12
P2 Air 0,28 0,6 0,12
P3 Serat, bahan bakar dan material lain 0,15 0,5 0,35
P4 Bahan Bakar, Kayu dan Fosil 0,4 0,6 -
P5 Materi genetik; gen untuk daya tahan terhadap penyakit tanaman 0,1 0,5 0,4
R1 Pengaturan iklim 0,12 0,6 0,28
R2 Pengaturan air 0,28 0,6 0,12
R3 Mitigasi bahaya alam 0,08 0,6 0,32
R4 Pemurnian Air 0,4 0,6 -
R5 Pengolahan limbah 0,42 0,3 0,28
R6 Pengaturan kualitas udara: misalnya menangkap partikel debu 0,08 0,6 0,32
BL X 0,28
R7 Penyerbukan PL X 0,28 VA X 0,28
0,08 0,6 0,32

P2 Air Bersih = [4 x 0,28] + [1 x 0,6] + [2 x 0,12] = 1,96


P2 Air Bersih = [4 x 0,28] + [1 x 0,6] + [2 x 0,12] = 1,96

5 = Sangat Tinggi
4 = Tinggi
Berarti 3 = Sedang
Jasa Penyediaan Air
Bersih diwilayahtersebut 2 = Rendah
“1,96 / Sangat Rendah” 1 = Sangat Rendah
PETA

GRAFIK

1. SANGAT TINGGI 2. TINGGI 3. SEDANG 4. RENDAH 5. SANGAT RENDAHGrand Total


7,521851459 938,624407 6782,593249 811,0260488 8539,765556 TABULASI
33,01809726 11,90454316 1529,26758 2757,395232 4331,585453
53,6595838 1743,042917 5822,086543 468,1602407 8086,949285
73,27238375 1983,451887 3542,953637 0,147718276 647,6637335 6247,489359
10,22943943 1866,45431 4426,173171 5,815988665 474,9335723 6783,606481
VERIFIKASI/KOREKSI DRAF PETA INDIKASI DDDTLH
Draf Peta DDDTLH menggunakan prinsip generalisasi sehingga
sangat dimungkinkan terjadi bias perbedaan dengan fakta (detil)
dilapangan.
VERIFIKASI INSTITUSIONAL
Data sekunder, baik data non spasial dan
terutama data spasial (peta), baik yang
sifatnya faktual maupun perencanaan

VERIFIKASI LAPANGAN (Ground Check)


• Verifikasi lapangan (ground checking) jika diperlukan.
• Perhatikan skala.

Public Hearing/FGD
Untuk menghimpun pendapat dan pengalaman
masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya
GROUNDCHECK
Peninjauan lapangan

X X X
UPGRADE PENUTUPAN LAHAN
LAKUKAN PERHITUNGAN DDDTLH KEMBALI
PASAL 1
JIKA TERDAPAT PERUBAHAN LAKUKAN PERHITUNGAN KEMBALI

Sumber Data :
Bentang Lahan
1 Kabupaten
Format data (.Shp)
ShapeFile Esri
Peta Bentang Lahan Skala 1:250.000 Ekoregion
Sumatera

Sumber Data :
Penutupan Lahan
2 Kabupaten
Format data (.Shp)
ShapeFile Esri
Peta Penutupan Lahan Kabupaten tahun terakhir, Peta
Penutupan Lahan Skala 1:100.000 PKTL KLHK Tahun
Terakhir atau Peta Penutupan lahan BIG

Sumber Data :
Vegetasi Asli
3 Kabupaten
Format data (.Shp)
ShapeFile Esri
Peta Formasi Vegetasi Asli Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Skala 1:250.000 terakhir

Sumber Data :
Batas Wilayah Adm
4 Kabupaten
Format data (.Shp)
ShapeFile Esri
Peta Wilayah Administrasi Kabupaten, batas
kecamatan, Skala minimal 1:50,000 yang dipakai dalam
kegiatan penataan ruang dan perencanaan daerah

Sumber Data :
Indeks Pakar & Bobot
5 Yang telah disusun ditetapkan
Format Tabel (.Xls)
Microsoft File
Penetapan indeks Jasa Ekosistem dari Pakar berbagai
bidang ilmu terkait Jasa Ekosistem dan Lingkungan
Hidup di Pulau Sumatera

Rupa Bumi Indonesia


6 Badan Informasi Geospasial
Format data (.Shp)
ShapeFile Esri
Sumber Data :
RBI Skala 1:50,000 Badan Informasi Geospasial
Peta DDDTLH hendaknya tidak PETA HASIL
ditafsirkan tentang boleh/tidak
boleh, melainkan tentang besar
kecilnya risiko lingkungan yang
diterima.
Provinsi Sumatera Selatan = 25 Peta
- Peta DDDTLH 20 Jasa Ekosistem = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta

Provinsi Kep Bangka Belitung = 25 Peta


- Peta DDDTLH 20 Jasa Ekosistem = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta

Provinsi Jambi = 25 Peta


- Peta DDDTLH 20 Jasa Ekosistem = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta

Provinsi Lampung = 25 Peta


- Peta DDDTLH 20 Jasa Ekosistem = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta
Kabupaten Banyu Asin = 725 Peta
- Peta DDDTLH Skala 50 Jasa Ekosistem = 35 lembar x 20 Jasa= 700 Peta
- Peta DDDTLH Skala Kabupaten Penuh = 20 Jasa = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta
Kabupaten Belitung = 245 Peta
- Peta DDDTLH Skala 50 Jasa Ekosistem = 11 lembar x 20 Jasa= 220 Peta
- Peta DDDTLH Skala Kabupaten Penuh = 20 Jasa = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta
Kabupaten Belitung Timur = 265 Peta
- Peta DDDTLH Skala 50 Jasa Ekosistem = 12 lembar x 20 Jasa= 240 Peta
- Peta DDDTLH Skala Kabupaten Penuh = 20 Jasa = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta
Kabupaten Empat Lawang = 225 Peta
- Peta DDDTLH Skala 50 Jasa Ekosistem = 12 lembar x 20 Jasa= 200 Peta
- Peta DDDTLH Skala Kabupaten Penuh = 20 Jasa = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta
Kota Jambi = 25 Peta
- Peta DDDTLH Skala 50 Jasa Ekosistem = 1 lembar x 20 Jasa= 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta

Kota Lubuk Linggau = 65 Peta


- Peta DDDTLH Skala 50 Jasa Ekosistem = 2 lembar x 20 Jasa= 40 Peta
- Peta DDDTLH Skala Kabupaten Penuh = 20 Jasa = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta
Kota Prabumulih = 105 Peta
- Peta DDDTLH Skala 50 Jasa Ekosistem = 4 lembar x 20 Jasa= 80 Peta
- Peta DDDTLH Skala Kabupaten Penuh = 20 Jasa = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta
Kabupaten Lampung Selatan = 225 Peta
- Peta DDDTLH Skala 50 Jasa Ekosistem = 12 lembar x 20 Jasa= 200 Peta
- Peta DDDTLH Skala Kabupaten Penuh = 20 Jasa = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta
Kabupaten Muara Enim = 445 Peta
- Peta DDDTLH Skala 50 Jasa Ekosistem = 21 lembar x 20 Jasa= 420 Peta
- Peta DDDTLH Skala Kabupaten Penuh = 20 Jasa = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta
Kabupaten Ogan Ilir = 205 Peta
- Peta DDDTLH Skala 50 Jasa Ekosistem = 9 lembar x 20 Jasa= 180 Peta
- Peta DDDTLH Skala Kabupaten Penuh = 20 Jasa = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta
Kabupaten Ogan Komering Ulu = 245 Peta
- Peta DDDTLH Skala 50 Jasa Ekosistem = 11 lembar x 20 Jasa= 220 Peta
- Peta DDDTLH Skala Kabupaten Penuh = 20 Jasa = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta
Kabupaten Pringsewu = 125 Peta
- Peta DDDTLH Skala 50 Jasa Ekosistem = 5 lembar x 20 Jasa= 100 Peta
- Peta DDDTLH Skala Kabupaten Penuh = 20 Jasa = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta
Kabupaten Tulang Bawang = 265 Peta
- Peta DDDTLH Skala 50 Jasa Ekosistem = 12 lembar x 20 Jasa= 240 Peta
- Peta DDDTLH Skala Kabupaten Penuh = 20 Jasa = 20 Peta
- Peta Bentang Lahan, Penutupan Lahan, Vegetasi Asli, Administrasi = 4 Peta
- Peta Status Air = 1 Peta

Anda mungkin juga menyukai