Anda di halaman 1dari 10

MEROKOK DAN EFEKNYA TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN

RONGGA MULUT

Ni Nengah Sumerti

Abstract
Smoking is a risk factor of patholigic diseases of both locally in the oral cavity and
systemic diseases. Oral cavity is the first point of contact of the cigarrete smoke so that it
is easily exposed to smoking effect. To inhale cigarrete smoke is the same inhaling more
than 4.000 chemical substance dangerous to our health. The aims of the literature study is
to identify the various effect of the smoking habbit toward dental and oral cavity. The
local effect due to includes dental caries, dental hygiene, periodontontal diseases, dental
lost, recovery slow down, lesi pre-cancer and cancer within oral cavity. Relevant health
personnels need to educate the community members obout the danger of smoking and to
motivate the community member to quit smoking and to suggestion to maintain their
health.

Key word: Smoking, effect, dental and oral health

Pendahuluan yang memperoduksi tembakau dan


Merokok telah lama jumlah perokok terbesar ke tiga di
menjadi bagian kehidupan dunia ( Pemerintah Prop.Bali, 2011).
masyarakat, baik pada orang dewasa Perokok berasal dari kelas sosial,
maupun remaja. Rokok merupakan status serta kelompok umur yang
salah satu ancaman besar bagi berbeda, bahkan oleh sebagian orang
kesehatan masyarakat dunia. Sekitar sudah menjadi kebutuhan hidup yang
tiga juta manusia di dunia meninggal tidak bisa ditinggalkan (Djokja, 2012).
akibat merokok (Subiyantoro, 2002). Prevalensi perokok di provinsi Bali
Data epidemi tembakau di dunia yaitu 44% dengan rerata jumlah rokok
menunjukkan tembakau membunuh yang dihisap sembilan batang per hari,
lebih dari lima juta orang setiap dan ditemukan jumlah yang paling
tahunnya, jika hal ini berlanjut terus tinggi di kota Denpasar sebanyak 10
maka diproyeksikan akan menjadi 10 batang per hari (Dewi,Jirna dan
juta kematian pada tahun 2020, Adiatmika, 2013).
dengan 70% kematian terjadi di Mengkonsumsi rokok pada
negara sedang berkembang. Indonesia tahap awal tidak dirasakan efeknya,
merupakan terbesar ke tujuh di dunia namun lama kelamaan akan muncul

Jurnal Kesehatan Gigi Volume 4 No. 2 (Agustus 2016) 49


berbagai penyakit dalam tubuh monoksida, hidrogen sianida,
perokok (Dewi, Jirna dan Adiatmika, bensopiren, dimetilnitrosamin, dan
2013). Rokok mengandung zat adiktif lain-lainnya.(Subiyantoro, 2002).
yang sangat berbahaya bagi kesehatan Tujuan penulisan studi pustaka ini
manusia. Zat adiktif adalah zat yang adalah untuk mengetahui berbagai
jika dikonsumsi manusia akan efek dari kebiasaan merokok yang
menimbulkan adiksi atau ketagihan dapat ditimbulkan terhadap gigi dan
dan dapat menimbulkan berbagai rongga mulut.
macam penyakit seperti penyakit
jantung, pembuluh darah, stroke, Tinjauan Pustaka
penyakit paru obstruktif kronik, Rokok adalah salah satu
kanker paru, juga dapat menyebabkan produk tembakau yang dimaksudkan
timbulnya kondisi patologis di rongga untuk dibakar, dihisap dan atau
mulut (Pemerintah Prov.Bali, 2011). dihirup termasuk rokok kretek, rokok
Gigi dan jaringan lunak putih cerutu atau bentuk lainya yang
rongga mulut merupakan bagian yang dihasilkan dari tananam nicotina
mengalami kerusakan akibat rokok. tobacum, nicotiana rustica dan spesies
Penyakit karies gigi, kebersihan gigi, lainnya atau sintesis yang (Pemerintah
penyakit periodontal, kehilangan gigi, Prov.Bali 2011). Merokok adalah
memperlambat proses penyembuhan, membakar tembakau yang kemudian
lesi prekanker, dan kanker mulut dihisap asapnya, baik dengan
adalah kasus yang ditemukan pada menggunakan rokok maupun pipa.
perokok (Kusuma,2010). Rongga Ketika merokok, asap yang dihisap
mulut merupakan jalan atau tempat akan menuju ke rongga mulut, dengan
kontak pertama dari asap hasil hitungan detik asap rokok yang
pembakaran rokok, sehingga dengan dihisap dengan banyak kandungan zat-
mudah terpapar efek rokok karena zat kimia berbahaya didalamnya sudah
merupakan tempat penyerapan zat berada di rongga mulut, dan secara
hasil pembakaran rokok yang utama otomatis akan mempengaruhi jaringan
(Dokja, 2012). Setiap menghisap asap organ yang ada di dalam rongga
rokok, sama halnya mengisap lebih mulut, termasuk gigi (Yudistira, 2014)
dari 4.000 macam unsur kima. Bahan
yang diperkirakan membahayakan Komponen Rokok.
kesehatan yaitu tar, nikotin, karbon

Jurnal Kesehatan Gigi Volume 4 No. 2 (Agustus 2016) 50


Ditemukan 4.000 jenis
bahan kimia dalam rokok, dengan 40
jenis di antaranya bersifat
karsinogenik (dapat menyebabkan
kanker), di mana bahan racun ini lebih
banyak didapatkan pada asap
samping, misalnya karbon monoksida
(CO) 5 kali lipat lebih banyak
ditemukan pada asap samping
daripada asap utama, benzopiren 3
kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-
bahan ini dapat bertahan sampai
beberapa jam lamanya dalam ruang Komponen utama rokok

setelah rokok berhenti. Asap rokok Tar adalah kumpulan dari


yang dihirup seorang perokok beribu-ribu bahan kimia dalam
mengandung komponen gas dan komponen padat asap rokok, dan
partikel. Komponen gas terdiri dari bersifat karsinogen. Pada saat rokok
karbon monoksida, karbon dioksida, dihisap, tar masuk ke dalam rongga
hidrogen sianida, amoniak, oksida dari mulut sebagai uap padat. Setelah
nitrogen dan senyawa hidrokarbon. dingin, akan menjadi padat dan
Adapun komponen partikel terdiri dari membentuk endapan berwarna cokelat
tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan pada permukaan gigi, saluran
kadmium. Berikut ini disajikan pernapasan, dan paru-paru.
gambar tentang komponen rokok: Pengendapan ini bervariasi antara 3-40
mg per batang rokok, sementara kadar
tar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg
(anonim).

Nikotin, salah satu jenis


obat perangsang yang dapat merusak
jantung dan sirkulasi darah, nikotin
membuat pemakainya
kecanduan.Nikotin mengganggu
sistem saraf simpatis dengan akibat

Jurnal Kesehatan Gigi Volume 4 No. 2 (Agustus 2016) 51


meningkatnya kebutuhan oksigen merupakan cairan biologis pertama
miokard. Selain menyebabkan dari tubuh kita yang terpapar oleh
ketagihan merokok, nikotin juga tembakau dari rokok, maka asap rokok
merangsang pelepasan adrenalin, yang berjuta-juta mengandung zat
meningkatkan frekuensi denyut kimia berada dan mengumpul di
jantung, tekanan darah, kebutuhan dalam rongga mulut kemudian dengan
oksigen jantung, serta menyebabkan waktu yang lama maka akan
gangguan irama jantung. Nikotin juga menimbulkan perubahan-perubahan
mengganggu kerja saraf, dan banyak buruk. Asap panas yang dihasilkan
bagian tubuh lainnya. Nikotin dari hisapan rokok dapat
mengaktifkan trombosit dengan akibat mempengaruhi aliran pembuluh darah
timbulnya adhesi trombosit pada gusi. Perubahan aliran darah
(penggumpalan) ke dinding pembuluh mengakibatkan penurunan air ludah
darah (Budoyono, 2009). (saliva) yang berada di dalam rongga
mulut, ketika air ludah mengalami
Timah hitam yang
penurunan otomatis mulut cenderung
dihasilkan oleh sebatang rokok
kering dan ketika mulut cenderung
sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi
kering maka rentan untuk munculnya
20 batang) yang habis diisap dalam
carries (Sungkar, 2011).
satu hari akan menghasilkan 10 ug.
Efek merokok terhadap Rongga
Sementara ambang batas bahaya timah
mulut .
hitam yang masuk ke dalam tubuh
Para perokok memiliki skor
adalah 20 ug per hari. Bisa
plak dan kalkulus lebih besar
dibayangkan, bila seorang perokok
dibandingkan dengan bukan perokok,
berat menghisap rata-rata 2 bungkus
artinya perokok memiliki oral hygiene
rokok per hari, berapa banyak zat
yang lebih buruk dari pada bukan
berbahaya ini masuk ke dalam tubuh
perokok. Oral hygiene yang buruk
(anonim).
lama kelamaan akan menyebabkan
Efeknya terhadap gigi penyakit periodontal. Produk
tembakau dapat merusak jaringan gusi
Nilai rata-rata DMF T
dengan cara mempengaruhi perlekatan
index yang lebih tinggi pada perokok
dari tulang dan jaringan lunak ke gigi.
dibandingkan non perokok. Hal ini
Pada perokok berat, merokok
terkait dengan keadaan saliva. Saliva

Jurnal Kesehatan Gigi Volume 4 No. 2 (Agustus 2016) 52


menyebabkan rangsangan pada Asap panas yang dihasilkan
papilafiliformis, menunda dari hisapan rokok dapat
penyembuhan jaringan lunak rongga mempengaruhi aliran pembuluh darah
mulut, timbulnya bau mulut pada gusi. Perubahan aliran darah
(halitosis). Bau mulut ini tidak dapat mengakibatkan penurunan air ludah
diatasi dengan menyikat gigi atau (saliva) yang berada di dalam rongga
meng-gunakan obat kumur. Selain itu mulut, ketika air ludah mengalami
merokok juga dapat menimbulkan penurunan otomatis mulut cenderung
kelainan-kelainan rongga mulut kering (Sungkar. Seperti yang sudah
misalnya pada lidah, penebalan umum diketahui, air ludah merupakan
menyeluruh bagian epitel mulut, pelindung alamiah rongga mulut. Jika
mukosa mulut dan langit-langit yang air ludah mengalami penurunan
berupa stomatitis nikotina dan infeksi fungsi perlindungannya, maka bakteri
jamur. Kanker di dalam rongga mulut akan berkembang biak dengan cepat
biasanya dimulai dengan adanya iritasi dan menghasilkan asam yang
dari produk-produk rokok yang melarutkan email gigi, sehingga
dibakar dan diisap. Iritasi ini mulailah terbentuk lubang gigi. Ketika
menimbulkan lesi putih yang tidak pH saliva turum terjadi peningkatan
sakit (Alamsyah , 2009). mikroorganisme acidogenik,
melatutkan email gigi serta merusak
gigi dan jaringan sekitarnya akibat
Pembahasan dari peningkatan ion hidrogen. Hal
tersebut diperburuk jika seseorang
Dari penelusuran pustaka,
sudah mengalami karies gigi sehingga
diketahui bahwa merokok memiliki
pH pada rongga mulut dapat lebih
efek negatif terhadap kondisi sistemik,
asam (Pramesta, 2014).
maupun lingkungan lokal rongga
mulut. Efek lokal yang ditimbulkan Menurut Arowojolu dkk.

akibat merokok antara lain terjadinya tingginya OHIS pada perokok

karies gigi, radang gusi, penyakit berhubungan dengan fakta bahwa

periodontal kehilangan tulang alveolar kandungan pada rokok salah satunya

serta munculnya lesi-lesi pada rongga tar dapat menyebabkan adanya

mulut (Kusuma, 2012). penodaan pada gigi, permukaan gigi


akan menjadi kasar dan mempercepat

Jurnal Kesehatan Gigi Volume 4 No. 2 (Agustus 2016) 53


akumulasi plak pada gigi yang meneralisasi plak. Plak yang
menandakan buruknya kebersihan gigi menumpuk pada gigi perokok, jika
dan mulut perokok (Pramesta, 2014). tidak dilakukan pengendalian plak,
Gigi menjadi berubah warna karena maka timbunan bakteri di dalam plak
tembakau. Pada mulanya noda ini akan semakin banyak dan plak
dianggap disebabkan oleh nikotin, mengalami pertambahan massa,
tetapi sebetulnya adalah hasil kemudian berlanjut dengan
pembakaran tembakau yang berupa pengerasan yang disebut dengan
tar. Nikotin sendiri tidak berwarna dan karang gigi (kalkulus). Karang gigi
mudah larut, warna coklat terjadi pada berwarna coklat kehitaman dan
perokok biasa, sedang warna hitam berbau. Karang gigi tidak
terjadi pada perokok yang bisa dihilangkan dengan menyikat gigi
menggunakan pipa. Noda-noda biasa. Perlekatan plak yang
tersebut mudah dibersihkan karena merupakan awal terbentuknya
hanya terdapat di dataran luar gigi. kalkulus, yang jumlahnya lebih besar
Tetapi pada orang yang merokok dijumpai pada perokok akan
selama hidupnya, noda tersebut dapat memperburuk status kebersiha mulut
masuk ke lapisan email gigi bagian seorang individu (Alamsyah, 2009).
superficial dan sukar untuk
Jumlah karang gigi pada
dihilangkan (Mulyawati, Y).
perokok cenderung lebih banyak
Tar yang mengendap di
daripada yang bukan perokok. Karang
permukaan gigi menyebabkan
gigi yang tidak dibersihkan dapat
permukaan gigi menjadi
menimbulkan berbagai keluhan seperti
kasar sehingga terbentuknya plak gigi
gingivitis atau gusi berdarah. Hasil
menjadi lebih cepat. Plak adalah
pembakaran rokok dapat
sekumpulan protein air ludah, sisa
menyebabkan gangguan sirkulasi
makanan dan bakteri. Asap rokok
peredaran darah ke gusi sehingga
mempunyai efek terhadap aliran
mudah terjangkit penyakit.Adanya
saliva, aliran saliva akan bertambah
implamasi pada gingival yang ditandai
selama periode merokok. Pertambahan
dengan adanya penurunan aliran darah
aliran saliva menambah pH dan
gingival yang dipengaruhi oleh
konsentrasi kalsium fosfat sehingga
nikotin. Rokok terdiri dari sunstansi
dengan meningkatnya konsentrasi
sitotoksik seperti nikotin dengan cara
kalsium menyebabkan terjadinya

Jurnal Kesehatan Gigi Volume 4 No. 2 (Agustus 2016) 54


mengubah host response atau secara vitamin C darah yang dapat beperan
langsung merusak sel-sel normal dalam penyembuhan luka, oleh karena
periodontium, hal ini ditunjukkan itu asap rikok sangat berpengaruh
dengan dosis rendah nikotin tersimpan pada hasil penyebuhan klinis
di dalam dan dilepaskan dari (Subiyantoro, 2002 )
fibroblast periodontal (Warjowinoto,
Merokok dapat
2000). Periodontitis adalah infeksi
menyebabkan timbulnya bau mulut
yang menyerang jaringan pendukung
(halitosis). Bau mulut ini tidak dapat
gigi terjadi bila racun bakteri dan
diatasi dengan menyikat gigi atau
enzin merusak jaringan pendukung
menggunakan obat kumur.Bau mulut
gigi dan tulang. Tar yang masuk di
disebabkan oeh tar dan nikotin yang
bawah gusi akan menyebabkan
berasal dari rokok yang berakumulasi
inflamasi dan infeksi kehilangan
di gigi dan jaringan lunak mulut
perlekatan tulang dan berakhir pada
meliputi lidah gusi dan sebagainya.
tanggalnya gigi. Perokok mempunyai
Merokok juga akan mengeringkan
resiko yang besar untuk
jaringan mulut sehinggan mengurangi
perkembangan penyakit periodontal
efek pencucian dan bufer saliva
menjadi lebih parah dibandingkan
terhadap bakteri dan kotoran yang
dengan bukan perokok. Hal ini
dihasilkan (Anwar, 2007).
dikaitkan dengan lemahnya
mekanisme pertahanan tubuh para Pada perokok berat,
perokok sehingga lebih rawan terkena merokok menyebabkan rangsangan
penyakit periodontal (Alamsyah,2017 pada papilla filiformis (tonjolan pada
; Pramesta, 2009;). lidah bagian atas) sehingga menjadi
lebih panjang. Sehingga memberikan
Asap rokok menurunkan
gambaran seperti selaput tebal pada
aktifitas PMN leukosit hingga kadar
lidah dan akan menahan debris serta
50%, dengan adanya gangguan sistem
pigmen yang berasal dari makanan,
pertahanan ini pengerakan PMN
minuman, rokok dan permen. Hasil
leukosit lebih banyak ke rongga
pembakaran rokok yang berwarna
mulut. Asap rokok juga terlasuk
hitam kecoklatan mudah dideposit,
kelompok oksidan yang dapat
sehingga perokok sukar merasakan
menganggu integritas jaringan,
rasa pahit, asin, dan manis, karena
dengan sel dan menurunkan kadar
rusaknya ujung sensoris dari alat
Jurnal Kesehatan Gigi Volume 4 No. 2 (Agustus 2016) 55
perasa (tastebuds )(Siregar dan berkembang menjadi kanker. Oral
Susanti, 2010). leukoplakia merupakan lesi prekanker.
Resiko terkena kanker rongga
Merokok dapat menunda
mulut para perokok mempunyai resiko
penyembuhan jaringan lunak rongga
tinggi terkena kanker rongga mulut
mulut anda karena rokok mengurangi
karena banyaknya kandungan bahan
pengiriman oksigen dan nutrisi ke
kimia dalam sebatang rokok yang
jaringan gusi. Pada perokok yang
bersifat toksik dan karsinogen
mengalami perlukaan pada gusi akibat
seperti tar, nikotin dan
peradangan (gusi mudah berdarah)
karbonmonoksida. Beberapan statistik
akan lebih lambat proses
dari America Canser Soclety
penyembuhannya. Kebiasaan merokok
menyatakan sekitar 90% kanker
akan menyebabkan penyempitan
rongga mulut dikarenakan
pembuluh darah (vasokonstriksi) dan
mengkonsumsi tembakau, resiko
sekresi kelenjar liur. Jika pembuluh
terkena keganasan karena banyaknya
darah menyempit maka supply
jumlah merokok atau dan lamanya
oksigen dan nutrisi ke jaringan
paparan rokok. Cara mendeteksi
menjadi terhambat, termasuk
kanker rongga mulut dapat dilakukan
penyembuhan luka akibat pencabutan
dental checkup. Resiko dari efek
(Siregar dan Susanti, 2010).
merokok pada gigi dan mulut, para
perokok mempunyai resiko 6 kali
Rangsangan asap rokok
lebih banyak menderita kanker rongga
yang lama dapat menyebabkan
mulut. Ini dikaitkan dengan bahan
perubahan-perubahan yang bersifat
kimia yang berjumlah sekitar 4.000
merusak bagian mukosa mulut yang
dalam sebatang rokok. ( Siregar dan
terkena, bervariasi dan penebalan
Susanti, 2010)
menyeluruh bagian epitel mulut
(smoker’s keratosis) sampai bercak
Simpulan
putih keratotik yang menandai
leukoplakia dan kanker mulut. Prevalensi masyarakat yang

Leukoplakia bervariasi dan lesi putih merokok dari tahun ketahun semakin

yang rata/halus sampai lei yang tebal meningkat. Mengkonsumsi rokok

dan keras. Kira-kira 3 -5 persen kasus pada tahap awal tidak dirasakan

yang didiagnosis leukoplakia akan efeknya, namun lama kelamaan akan

Jurnal Kesehatan Gigi Volume 4 No. 2 (Agustus 2016) 56


muncul berbagai penyakit dalam perokok pemula, memotivasi agar
tubuh perokok, dan menyebabkan berhenti merokok, dan menjaga
timbulnya kondisi patologis di rongga kesehatannya dengan mengkonsumsi
mulut. Asap rokok yang dihirup makanan yang sehat dan tetap berolah
seorang perokok mengandung raga secara teratur
komponen gas dan partikel.
DAFTAR PUSTAKA
Komponen gas terdiri dari karbon
monoksida, karbon dioksida, hidrogen 1. Alamsyah, R.M., 2009, Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kebiasaan
sianida, amoniak, oksida dari nitrogen Merokok dan Hubungannya
dan senyawa hidrokarbon. Adapun Dengan Status Penyakit Periodontal
Remaja di Kota Medan, Tesis,
komponen partikel terdiri dari tar, Univ.Sumatera Utara
nikotin, benzopiren, fenol, dan 2. Anonim, Komponen Rokok,
http://analisisduniakesehatan.blogspot.
kadmium. Gigi dan jaringan lunak com/2012/03..html
rongga mulut merupakan bagian yang 3. Anwar, A.I., 2007, Penyebab dan
Penangan Halitosis, Jurnal Ilmiah dan
mengalami kerusakan akibat rokok. Teknologi Kedokteran Gigi,
Penyakit karies gigi, kebersihan gigi, Fakul.Kedokteran Gigi Univ.Prop.Dr.
Moestopo, Vol. 4-No.1:
penyakit periodontal, kehilangan gigi, 4. Budoyono,R,.2009, Makalah Rokok,
memperlambat proses penyembuhan, http://rahmanbudyono.wordpress.com/
lesi prekanker, dan kanker mulut 2009/01/28/
adalah kasus yang ditemukan pada 5. Dewi, I.A.N., Jirna. I.N., Adiatmika,
perokok. Penyakit ini dikaitkan I.N.M., 2013, Analisis Hubungan
Kebiasaan Merokok dengan Jumlah
dengan bahan kimia yang berjumlah Sel Eritrosit dan Kadar Hemoglobin di
sekitar 4.000 dalam sebatang rokok. dalam Darah pada Perokok Aktif.
Meditory. (The Jurnal of Medical
labotatory), Vol.2.No.1: Denpasar
Saran
6. Djokja R.M., Lampus, B.S,
Mintjelungan Christy, Gambaran
Mengetahui prevalensi Perokok dan Angka Kejadian Lesi
perokok yang terus meningkat dari Mukosa mulut di Desa Monsongan
Kecamatan Banggai Tenga
tahun ke tahun dengan berbagai http://download.portalgaruda.org/articl
ancaman kesehatan yang diakibatkan e.php?article=107351&val=1000
7. Kusuma,A.R.P.,2012, Pengaruh
maka tenaga kesehatan terkait perlu
Merokok Terhadap Kesehatan Gigi
melakukan edukasi dan pemberdayaan
dan Rongga Mulut,
kepada masyarakat tentang bahaya
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/m
merokok, mencegah orang yang tidak
merokok sehingga tidak menjadi

Jurnal Kesehatan Gigi Volume 4 No. 2 (Agustus 2016) 57


ajalah%20ilmiahsultanagung/article/vi 456789/25763/1/BIMO%20DWI%20.
pdf
ewFile/
11. Subiyantoro, S., 2002, Pengaruh Asap
8. Mulyawati, Y., 2008, Subdit Gizi Rokok terhadap Pembentukan
Klinis – Direktorat Gizi Masyarakat Fibroblas Pasca Operasi Mucosa
Departemen Kesehatan Gingiva, Majalah Ilmiah Kedokteran,
RI.http://kesehatangigi.blogspot.co.id/ Edisi Khusus, Foril,
01/pengaruh-rokok-terhadap- Fak.Kedokteran Gigi Univ.
kesehatan-gigi.html Trisakti, Jakarta
9. Pemerintah Provinsi Bali, 2011, 12. Siregar, N dan Susanti, L. 2010, Efek
Peraturan Daerah Propinsi Bali. Merokok Terhadap Kesehatan Rongga.
Nomor 10 Tahun 2011 tentang http://mypotik.blogspot.co.id/2010/08/.
Kawasan Tanpa Rokok, Denpasar html
10. Pramesta, B.D., 2014, Deteksi Derajat 13. Sungkar, A., ,2011, Resiko Asap Rokok
Keasaman (pH) Saliva Pada Pria Terhadap Kesehatan Rongga
Perokok dan Perokok Laporan http://www.kedokterangigi.net/52/resik
Penelitian, Fak.Kedokteran dan Ilmu o-asap-rokok-terhadap-kesehatan-gigi-
Kesehatan, Univ.Islam Negeri dan- mulut.html
Syarif.Hidayatullah,Jakartta,http://repo 14. Warjowinoto, S., 2000, Hubungan
sitory.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123 Antar Merokok dan Penyakit
Periodontal (The
15. Relationship Between Smoking and
Periodontal Disease), Majalah
Kedokteran Gigi. Dental Journal, Vol.
33 Nomor 1-4, FKG Univ.Airlangga

Jurnal Kesehatan Gigi Volume 4 No. 2 (Agustus 2016) 58

Anda mungkin juga menyukai