DRAFT TA Bustanul Arifin Revisi Sidang
DRAFT TA Bustanul Arifin Revisi Sidang
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Oleh :
Bustanul Arifin
16116074
JENJANG STRATA 1
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LOGISTIK
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN LOGISTIK INDONESIA
BANDUNG
2021
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir yang telah saya buat dengan judul :
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Ternak Dalam Rantai Pasok
Sapi Potong (Studi Kasus : Sentra Peternakan Rakyat Kecamatan Sidomulyo
Kabupaten Lampung Selatan)” adalah asli (orisinil) dan belum pernah
diterbitkan/dipublikasikan dimanapun dan dalam bentuk apapun. Demikianlah
surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari
pihak manapun juga. Apabila dikemudian hari ternyata saya memberikan
keterangan palsu dan atau ada pihak lain yang mengklaim bahwa tugas akhir yang
telah saya buat adalah hasil karya milik seseorang atau badan tertentu, saya bersedia
diproses baik secara pidana maupun perdata dan kelulusan saya dari Sekolah Tinggi
Manajemen Logistik Indonesia dicabutkan/dibatalkan.
Dibuat di : Bandung
Pada tanggal : 22 Desember 2020
Yang menyatakan,
Bustanul Arifin
16116074
ii
STIMLOG Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan pada sidang Sarjana dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh Sarjana Logistik (S.Log) pada
Program Studi Manajemen Logistik, Sekolah Tinggi Manajemen Logistik
Indonesia.
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Ditetapkan di : ……………………
Tanggal : ……………………
iii
STIMLOG Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah meridhoi
dan memberikan Rahmat serta karunia-Nya sehingga laporan tugas akhir ini dapat
saya selesaikan. Tujuan dari pembuatan laporan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi
salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Logistik Program Studi Manajemen Logistik pada
Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, akan sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
beberapa pihak yang secara langsung dan tidak langsung membantu
menyelesaikan laporan ini, dengan segala ketulusan hati penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada :
2. Budi Nur Siswanto, ST., MT selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini;
4. Kakak-kakakku, Mba Ita, Mba Ika, dan Aa Khozi, terimakasih karena selalu
memberi doa dan dukungan baik berupa moril dan materiil sejak awal kuliah
hingga sekarang;
5. Para peternak sapi dan staf karyawan kantor Kecamatan Sidomulyo yang telah
membantu dalam memperoleh data yang saya perlukan;
6. Orang yang spesial, Mesy Hadiana, terimakasih telah membantu penulis dalam
membuat Tugas Akhir ini serta selalu ada didalam suka maupun duka;
8. Teman-teman Logistik C 2016 yang telah menjadi keluarga baru sejak awal
perkuliahan;
iv
STIMLOG Indonesia
9. Rekan-rekan MPM STIMLOG yang telah menjadi tempat belajar dan
mengembangkan diri; dan
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu diharapkan untuk untuk para pembaca agar memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan penelitian ini. Semoga
laporan tugas akhir dapat berguna bagi semua orang yang terlibat didalamnya dan
semua orang yang membacanya.
Bustanul Arifin
16116074
v
STIMLOG Indonesia
ABSTRAK
Tugas Akhir ini membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga
ternak dalam rantai pasok sapi potong serta kaitannya terhadap kelayakan usaha
pada sentra peternakan rakyat di Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan. Adanya
produk daging impor mengakibatkan produk daging lokal menjadi kalah saing
terutama dari segi harga. Harga daging sapi lokal masih lebih mahal yakni dijual
kepada konsumen dengan kisaran harga Rp 112.750/Kg – Rp 121.750/Kg (PHIPS
Nasional 2020), sedangkan daging impor dijual dengan harga Rp 80.000/Kg
(Permendag No.96 Tahun 2018). Kemudian dengan beroperasinya perusahaan
feedlot skala besar menyebabkan turunnya jumlah pengusaha ternak sapi di
Kecamatan Sidomulyo dalam beberapa tahun terkahir. Penurunan tersebut ditandai
dengan mengurangnya populasi ternak dari sekitar 11.000 ekor menjadi 3.200 ekor
dalam kurun waktu 2015 – 2020 (BPS Kabupaten Lampung Selatan). Dengan
demikian keberlangsungan dan kelayakan usaha peternakan rakyat perlu
dipertanyakan kembali.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi harga ternak sapi pada tingkat peternak serta bagaimana
keberlangsungan usaha peternakan rakyat dengan munculnya perusahaan feedlot
skala besar, apakah masih menguntungkan atau tidak. Hasbi Munarka dkk (2015),
Helmi Hasyifuddin (2018), Supply Chain Indonesia (2015), serta Ricky S. Otampi
dkk (2017) menyatakan dalam penelitian sebelumnya bahwa harga daging sapi,
jenis sapi, transportasi, pakan, serta waktu pemeliharaan merupakan faktor yang
mempengaruhi harga ternak. Sehingga faktor-faktor tersebut yang akan digunakan
dan diteliti dalam peneltian ini. Untuk melihat pengaruh serta hubungan dari
keseluruhan faktor terhadap harga ternak dan mengetahui kelayakan usaha
peternakan tesebut, penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda
serta melakukan analisis kelayakan usaha dari aspek finansial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh faktor yang ada memiliki
hubungan yang kuat dan memberi pengaruh positif terhadap harga ternak sapi
potong. Harga daging sapi merupakan faktor dominan dalam memberi pengaruh,
sedangkan transportasi merupakan faktor terkecil dalam memberi pegaruh. Usaha
peternakan rakyat dengan kepemilikan 3 dan 4 ekor dinyatakan tidak layak untuk
dijalankan. Sedangkan usaha peternakan dengan kepemilikan 5 dan 6 ekor
dinyatakan layak untuk dijalankan. Usaha ternak dengan kepemilikan 3 ekor
didapat BEP yakni 3 ekor dan Rp 52.958.635, NPV sebesar -Rp 31.913.759, IRR
sebesar 0,9%, BCR sebesar 1,04 serta Payback period selama 9,5 tahun. Usaha
ternak dengan kepemilikan 4 ekor didapat BEP yakni 4 ekor dan Rp 68.651.018,
NPV sebesar -Rp 15.507.533, IRR sebesar 2,1%, BCR sebesar 1,07 serta Payback
period selama 5,6 tahun. Usaha ternak dengan kepemilikan 5 ekor didapat BEP
yakni 5 ekor dan Rp 84.442.736, NPV sebesar Rp 898.693, IRR sebesar 4,4%, BCR
sebesar 1,08 serta Payback period selama 4,4 tahun. Usaha ternak dengan
kepemilikan 6 ekor didapat BEP yakni 6 ekor dan Rp 100.183.830, NPV sebesar
Rp 17.304.919, IRR sebesar 9,5%, BCR sebesar 1,09 serta Payback period selama
3,8 tahun.
Kata kunci: Sapi Potong, Peternakan Rakyat, Regresi Liner Berganda, Kelayakan
Usaha.
vi
STIMLOG Indonesia
ABSTRACK
This final project discusses factors that influence the price of livestock in the supply
chain of beef cattle and the relation to the feasibility of a smallholder livestock in
Sidomulyo District, South Lampung. The existence of imported meat products
results in local meat products becoming less competitive, especially in terms of
price. The price of local beef is still more expensive, which is sold to consumers at
a price range of Rp. 112,750 /Kg - Rp. 121,750 Kg (PHIPS Nasional, 2020), while
the price of imported beef is sold at Rp. 80,000 / Kg (Permendag No.96 Tahun
2018). Then with the operation of large-scale feedlot companies, the number of
cattle entrepreneurs in Sidomulyo District has decreased in the last few years. This
decline was marked by the reduction of the livestock population from around 11,000
heads to 3,200 head in the period 2015 - 2020 (BPS Kabupaten Lampung Selatan).
Thus the sustainability and feasibility of the people's livestock business needs to be
confirmed.
The purpose of this study was to determine what factors influence the price
of cattle at the farmer level and how the sustainability of the people's livestock
business with the emergence of large-scale feedlot companies, is it still profitable
or not. Hasbi Munarka et al (2015), Helmi Hasyifuddin (2018), Supply Chain
Indonesia (2015), and Ricky S. Otampi et al (2017) stated in previous research that
that beef prices, types of cattle, transportation, feed, and breeding time are factors
that influence price of livestock So that these factors will be used and examined in
this research. To see the effect and relationship of all factors on the price of
livestock and to determine the feasibility of the farm business, this study used
multiple linear regression analysis and conducted a business feasibility analysis
from a financial aspect.
Based on the research that has been done, it is known that all existing
factors have a strong relationship and have a positive influence on the price of beef
cattle. The price of beef is the dominant factor in giving effect, while transportation
is the smallest factor in giving an influence. Smallholder livestock businesses with
ownership of 3 and 4 heads are declared unfit to run. Meanwhile, the livestock
business with ownership of 5 and 6 heads was declared feasible to run. The
livestock business with ownership of 3 cows was obtained by BEP, namely 3 heads
and IDR 52,958,635, NPV of -IDR 31,913,759, IRR of 0.9%, BCR of 1.04 and
Payback period of 9.5 years. The livestock business with ownership of 4 heads was
obtained by BEP, namely 4 heads and IDR 68,651,018, NPV of -IDR 15,507,533,
IRR of 2.1%, BCR of 1.07 and Payback period of 5.6 years. The livestock business
with ownership of 5 heads was obtained by BEP, namely 5 heads and IDR
84,442,736, NPV of IDR 898,693, IRR of 4.4%, BCR of 1.08 and Payback period
of 4.4 years. The livestock business with ownership of 6 cows was obtained by BEP,
namely 6 heads and IDR 100,183,830, NPV of IDR 17,304,919, IRR of 9.5%, BCR
of 1.09 and Payback period of 3.8 years.
vii
STIMLOG Indonesia
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
viii
STIMLOG Indonesia
2.7.3 Uji t (Parsial) ............................................................................ II-10
2.7.4 Uji F (Simultan)........................................................................ II-11
2.8 Sapi Potong ..................................................................................... II-11
2.9 Sentra Peternakan Rakyat ................................................................ II-19
2.10 Analisis Biaya .................................................................................. II-20
2.10.1 Biaya Total Produksi ................................................................ II-20
2.10.2 Penerimaan ............................................................................... II-20
2.10.3 Keuntungan .............................................................................. II-21
2.11 Kelayakan Finansial Usaha .............................................................. II-21
2.11.1 Break Even Point (BEP) ........................................................... II-21
2.11.2 Net Present Value (NPV) .......................................................... II-22
2.11.3 Internal Rate of Return (IRR) .................................................... II-22
2.11.4 Benefit Cost Ratio (BCR) .......................................................... II-23
2.11.5 Payback Period (PP) ................................................................ II-23
2.12 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Ternak Sapi Potong ........ II-24
2.13 Penelitian Terdahulu ........................................................................ II-27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... III-1
ix
STIMLOG Indonesia
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................... IV-30
4.2.3 Uji Regresi Linear Berganda .................................................... IV-34
4.2.4 Uji Kelayakan Finansial Usaha ................................................ IV-46
BAB V ANALISIS ......................................................................................... V-1
LAMPIRAN
x
STIMLOG Indonesia
DAFTAR TABEL
xi
STIMLOG Indonesia
Tabel 4. 22 Biaya tetap dan variabel kepemilakan 6 ekor ternak .................... IV-28
Tabel 4. 23 Hasil uji validitas instrumen penelitian ....................................... IV-29
Tabel 4. 24 Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian .................................... IV-30
Tabel 4. 25 Hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov .............................. IV-35
Tabel 4. 26 Hasil uji multikolinieritas ........................................................... IV-36
Tabel 4. 27 Hasil uji autokorelasi .................................................................. IV-37
Tabel 4. 28 Hasil uji Run Test ....................................................................... IV-38
Tabel 4. 29 Hasil perhitungan regresi linear berganda ................................... IV-40
Tabel 4. 30 Hasil uji kolerasi berganda.......................................................... IV-36
Tabel 4. 31 Hasil uji koefisien determinasi .................................................... IV-37
Tabel 4. 32 Hasil uji F (Simultan) ................................................................. IV-38
Tabel 4. 33 Hasil uji t (Parsial) ...................................................................... IV-40
Tabel 5. 1 Analisis kelayakan finansial usaha ternak 3 ekor ............................. V-6
Tabel 5. 2 Analisis kelayakan finansial usaha ternak 4 ekor ............................. V-7
Tabel 5. 3 Analisis kelayakan finansial usaha ternak 5 ekor ............................. V-8
Tabel 5. 4 Analisis kelayakan finansial usaha ternak 6 ekor ........................... V-10
xii
STIMLOG Indonesia
DAFTAR GAMBAR
xiii
STIMLOG Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber protein yang baik bagi tubuh salah satunya ialah dari daging sapi.
Oleh karena itu angka permintaan daging sapi dari tahun ke tahun selalu
mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di
Indonesia serta kesadaran akan nilai gizi yang terkandung pada daging sapi.
Kementerian Pertanian (Kementan) memproyeksikan produksi daging sapi
dalam negeri tahun 2019 sebesar 429.412 ton. Produksi tersebut merupakan
62,57% dari proyeksi kebutuhan daging sapi yakni sebesar 686.270 ton. Maka
defisit kebutuhan daging sebesar 256.858 ton akan didatangkan dari impor.
I-1
STIMLOG Indonesia
I-2
STIMLOG Indonesia
I-3
masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga daging sapi impor. Selain
beberapa faktor diatas, terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi
tingginya harga daging sapi lokal seperti jenis sapi itu sendiri. Jenis sapi
tersebut berpengaruh pada perlakuan dan perawatan yang diberikan termasuk
pakan dan obat-obatan. Hal tersebut kemudian juga menjadi pertimbangan
yang nantinya menjadi faktor pembentuk harga daging sapi di tingkat
peternak. Daging sapi lokal saat ini dijual kepada konsumen dengan kisaran
harga Rp 112.750/Kg – Rp 121.750/Kg (PIHPS Nasional 2020), sedangkan
harga daging sapi impor dijual dengan harga Rp 80.000/Kg (Permendag No.96
Tahun 2018).
STIMLOG Indonesia
I-4
Sapi Sapi
Kerbau Kambing Domba Babi
No Kecamatan Potong Perah
(ekor) (ekor) (ekor) (ekor)
(ekor) (ekor)
14 Sragi 2084 - 10 5639 537 258
15 Penengahan 390 - 785 12515 44 -
16 Ketapang 3334 - 49 12464 877 1909
17 Bakauheni 210 - 19 6289 26 -
Lampung Selatan 104028 26 2318 354646 7087 6495
STIMLOG Indonesia
I-5
Peternak sapi
Pemelihraan ternak
STIMLOG Indonesia
I-6
STIMLOG Indonesia
I-7
STIMLOG Indonesia
I-8
Agar penelitian ini dapat terfokus dan tidak melebar ke masalah lain, maka
penulisan penelitian ini diberi batasan sebagai berikut :
1. Penelitian ini berfokus kepada faktor-faktor yang mempengaruhi harga
ternak sapi potong dan pengaruhnya terhadap kelayakan usaha pada usaha
peternakan rakyat di Kecamatan Sidomulyo.
2. Faktor-faktor yang digunakan dalam penetapan harga terrnak sapi potong
antara lain harga daging sapi, jenis sapi, transportasi, pakan, dan waktu
pemeliharaan.
3. Data yang diperoleh merupakan hasil observasi dan wawancara langsung
yang dilakukan oleh peneliti terhadap peternak yang tersebar di
Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.
4. Kelayakan usaha peternakan sapi potong ditinjau dengan melakukan
analisis kelayakan usaha dari aspek finansial.
STIMLOG Indonesia
I-9
STIMLOG Indonesia
BAB II
STUDI PUSTAKA
II-1
STIMLOG Indonesia
II-2
ketiga adalah aliran informasi yang mengalir dua arah dari hulu ke hilir ataupun
sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk di setiap supermarket
merupakan informasi yang dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik. Pabrik
juga seringkali membutuhkan informasi terkait ketersediaan kapasitas produksi
yang dimiliki oleh pemasok. Gambar 2.1 dibawah ini menunjukan model rantai
pasok dan tiga macam aliran yang dikelola.
Gambar 2. 1 Model rantai pasok dan tiga macam aliran yang dikelola
Sumber : Pujawan, 2017
Manajemen rantai pasok adalah suatu metode, alat, atau pendekatan yang
terintegrasi dengan dasar semangat kolaborasi dan koordinasi untuk mengelola
jaringan perusahaan-perusahaan (supplier, pabrik, distributor, toko atau retail,
serta perusahaan jasa pendukung seperti perusahaan jasa logistik) yang secara
bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke
tangan konsumen (Pujawan dan Mahendrawati, 2010).
Muhamad Arif dalam Supply Chain Management (2018 : 7) mendefinisikan
bahwa manajemen rantai pasok atau supply chain management adalah sebagai
sebuah rantai suplai, rantai pasokan, jaringan logistik, atau jaringan suplai yang
merupakan sebuah sistem terkoordinasi yang terdiri atas organisasi, sumber
daya manusia, aktivitas, informasi, dan sumber-sumber daya lainnya yang
terlibat secara bersama-sama dalam memindahkan suatu produk atau jasa baik
STIMLOG Indonesia
II-3
STIMLOG Indonesia
II-4
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑥 + 𝑒 ……………………………………………….(2.1)
STIMLOG Indonesia
II-5
𝑛 ∑ 𝑥𝑖 𝑦𝑖 −(∑ 𝑥𝑖 )(∑ 𝑦𝑖 )
𝑟𝑥𝑦 = …………………..…….….(2.3)
√{𝑛 ∑ 𝑥𝑖 −(∑ 𝑥1 )2 }−{𝑛 ∑ 𝑦𝑖 2 −(∑ 𝑦1 )2 }
2
Keterangan:
r = koefisien korelasi pearson
x = variabel independent
y = variabel dependen
n = banyak sampel
Menurut Sugiyono (2017) nilai standar validitas adalah 0,3. Jika nilai koefisien
korelasi yang diperoleh lebih besar dari nilai standar, maka pertanyaan atau
STIMLOG Indonesia
II-6
k .𝑟
𝐴= …………………………………………..……………(2.4)
1+(𝑘−1) 𝑟
Keterangan:
A = Koefisien reliabilitas
k = Jumlah item reliabilitas
r = Rata-rata korelasi antar item
1 = Bilangan konstanta
STIMLOG Indonesia
II-7
STIMLOG Indonesia
II-8
Keterangan :
𝑅𝑦,𝑥1 𝑥2 = koefisien Korelasi antara variabel X1 dan X2
𝑟𝑦1 = koefisien korelasi linier variabel y dan X1
𝑟𝑦2 = koefisien korelasi linier variabel y dan X2
𝑟1,2 = koefisien korelasi linier variabel X1 dan X2
Dari nilai koefisien korelasi (R) yang diperoleh didapat hubungan – 1 < R
STIMLOG Indonesia
II-9
STIMLOG Indonesia
II-10
𝐾𝑑 = 𝑟 2 × 100% …………………….…………………………..(2.6)
Keterangan :
Kd = Koefisien determinasi
r2 = Kuadrat korelasi ganda.
𝑟√𝑛−2
𝑡= ……………………………………………………….(2.7)
√1−𝑟 2
Keterangan:
t = distribusi t
r = koefisien korelasi parsial
r2= koefisien determinasi
n = jumlah data
Hasil perhitungan tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel
dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Kriteria yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a. H0 diterima jika nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai 𝑆𝑖𝑔 > ∝
b. H0 ditolak jika nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai 𝑆𝑖𝑔 < ∝
Bila terjadi penerimaan Ho maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
STIMLOG Indonesia
II-11
𝑅 2 /𝑘
𝐹 = (1−𝑅2 )/(𝑛−𝑘−1) …………………………...………..……(2.8)
Keterangan:
R2 = koefisien determinasi
k = jumlah variabel independen
n = jumlah anggota data atau kasus
Hasil perhitungan yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai
F tabel menggunakan tingkat resiko atau signifikan level 5%. Adapun
kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. H0 ditolak jika nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai 𝑆𝑖𝑔 < ∝
b. H0 diterima jika nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai 𝑆𝑖𝑔 > ∝
Jika terjadi penerimaan Ho maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat
pengaruh signifikan dari variabel-variabel bebas bebas secara simultan
terhadap variabel terikat. Begitupula sebaliknya, apabila Ho ditolak maka
terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel-varibel bebas secara
simultan terhadap variabel terikat.
STIMLOG Indonesia
II-12
Kerajaan Animalia
Filum Chordata
Kelas Mamalia
Subkelas Ttheria
Ordo Artiodactyla
Subordo Ruminantia
Famili Bovidae
Subfamili Bovinae
Genus Bos
Spesies Bos taurus
Bos sondaicus
Bos indicus
Menurut Trinil Susilawati (2017) secara garis besar sapi digolongkan menjadi
tiga kelompok sebagai berikut.
1. Bos Indicus
Bos indicus (zebu : sapi berponok) inilah yang sekarang berkembang di
India, dan akhirnya sebagian menyebar ke berbagai negara, terlebih ke
daerah tropis seperti Asia Tenggara (termasuk Indonesia), Afrika,
Amerika, dan Australia. Di Indonesia terdapat sapi keturunan zebu, yakni
sapi ongole dan peranakannya (PO) serta brahman. Di Amerika dan
Australia juga ada bangsa sapi keturunan zebu, yakni American Brahman.
2. Bos Taurus
Bos taurus merupakan bangsa sapi keturunan dari bangsa bangsa sapi
potong dan perah di Eropa. Golongan ini akhirnya menyebar ke berbagai
STIMLOG Indonesia
II-13
penjuru dunia, terlebih Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Saat ini
keturunan Bos Taurus telah banyak diternakkan dan dikembangkan di
Indonesia, misalnya aberdeen angus, hereford, shorthorn, charolais,
simmental, dan limousin.
3. Bos Sondaicus (Bos Bibos)
Golongan sapi ini merupakan sumber asli bangsa-bangsa sapi di
Indonesia. Sapi yang saat ini ada merupakan keturunan banteng (Bos
bibos), dewasa ini kita kenal dengan nama sapi bali, sapi madura, sapi
jawa, sapi sumatera, dan sapi lokal lainnya.
Sapi Indonesia bukanlah keturunan Bos primigenius, Bos taurus, maupun Bos
indicus. Sapi lokal merupakan hasil domestikasi sapi liar Bos javanicus dan Bos
sondanicus, yang kini sering disebut sebagai banteng. Habitat asli banteng di
Indonesia meliputi Pulau Jawa dan Kalimantan. Beberapa sumber menyebutkan
bahwa banteng liar juga hidup di Bali. Di daerah lain seperti Enggano
(Sumatera) serta Sangihe (Sulawesi) juga dijumpai banteng. Banteng di daerah
tersebut juga merupakan keturunan banteng yang telah didomestikasi, tetapi
kemudian hidup liar. Hewan semacam itu disebut sebagai hewan feral.
Introduksi banteng hasil domestikasi yang kemudian disebut sapi bali telah
menyebar ke Pulau Lombok (Nusa Tenggara Barat) dan Timor (Nusa Tenggara
Timur). Jenis-jenis sapi yang umum dikembangkan sebagai sapi potong atau
penghasil daging di Indonesia antara sebagai berikut (Hendro Wibowo, 2019).
1. Sapi Bali
Sapi Bali merupakan sapi lokal yang merupakan hasil domestikasi.
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh sapi bali adalah sebagai berikut.
a. Asal : Indonesia.
b. Fungsi : penghasil daging dan penarik beban.
c. Ciri fisik : tubuh bagian belakang berwarna putih dan ada corak
mirip kaus kaki putih di keempat kakinya.
d. Kategori : sapi berukuran kecil.
e. Bobot dewasa : 300 – 400 Kg/ekor.
f. Masa penggemukan : 3 – 5 bulan.
STIMLOG Indonesia
II-14
STIMLOG Indonesia
II-15
3. Simmental
Karakteristik dari sapi jenis ini adalah sebagai berikut :
a. Asal : Swiss
b. Fungsi : penghasil susu, daging, sekaligus sebagai penarik beban.
c. Ciri fisik : area wajah berwarna putih, dengan hidung berwarna
merah muda. Warna tubuh cokelat muda hingga cokelat kemerahan.
d. Kategori : sapi berukuran besar.
e. Bobot dewasa : jantan 1.150 Kg/ekor dan betina 800 Kg/ekor
f. Masa penggemukan : 3 – 4 bulan.
g. Keistimewaan : potensi kenaikan bobot 1.5 – 2 Kg/hari, dengan
persentase karkas 50%.
STIMLOG Indonesia
II-16
4. Brahman
Sapi jenis ini memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut.
a. Asal : India
b. Fungsi : penghasil daging.
c. Ciri fisik : berpunuk besar disekitar leher dan bahu, gelambir besar
menggantung pada leher. Warna tubuh beragam, mulai dari putih,
coklat sampai kehitaman. Bertelinga panjang dan menggantung ke
bawah.
d. Kategori : sapi berukuran besar.
e. Bobot dewasa : 550 – 800 Kg/ekor.
f. Masa penggemukan : 3 – 4 bulan.
g. Keistimewaan : potensi kenaikan bobot 1,5 – 2 Kg/hari, persentase
karkas 48,6 % – 54,2 %. Tahan terhadap cuaca panas, karena
kelenjar keringatnya lebih banyak. Lebih tahan terhadap serangan
parasit dan penyakit lainnya.
STIMLOG Indonesia
II-17
5. Limousin
Sapi jenis ini memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut.
a. Asal : Perancis.
b. Fungsi : penghasil daging.
c. Ciri fisik : warna tubuh cokelat muda hingga merah keemasan.
d. Kategori : sapi berukuran besar.
e. Bobot dewasa : di atas 800 Kg/ekor.
f. Masa penggemukan : 3 – 4 bulan.
g. Keistimewaan : potensi kenaikan bobot 1,5 – 2 Kg/hari. Persentase
karkas 50 %.
STIMLOG Indonesia
II-18
6. Aberdeen Angus
Sapi jenis ini memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut.
a. Asal : Skotlandia.
b. Fungsi : penghasil daging.
c. Ciri fisik : bentuk tubuh panjang dan kompak. Warna rambut hitam
pekat.
d. Kategori : sapi besar.
e. Bobot dewasa : betina 550 – 750 Kg/ekor, jantan 800 – 1.000
Kg/ekor.
f. Masa penggemukan : 3 – 4 bulan.
g. Keistimewaan : potensi kenaikan bobot 1,5 – 2 Kg/hari. Persentase
karkas 50 %. Dagingnya padat dan berserat halus sehingga banyak
disukai konsumen.
STIMLOG Indonesia
II-19
STIMLOG Indonesia
II-20
STIMLOG Indonesia
II-21
𝑇𝑅 = 𝑃 × 𝑄 …………………………………………..………..(2.10)
Keterangan:
TR = Total penerimaan (Rp)
P = Harga produk (Rp)
Q = Jumlah produk
2.10.3 Keuntungan
Keuntungan merupakan selisih antara total pendapatan dengan total biaya
produksi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Budi Hartono,
2016).
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 …..………………………………………………(2.11)
Keterangan:
π = Keuntungan usaha (Rp)
TR = Total pendapatan (Rp)
TC = Total biaya produksi (Rp)
2.11 Kelayakan Finansial Usaha
Kelayakan usaha dapat dilihat melalui analisis finansial dengan cara
menghitung atau mencari nilai dari beberapa indikator sebagai berikut.
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = 𝑉𝐶 ……………………………….…….(2.13)
1−
𝑃
Dimana:
FC = Biaya tetap (Rp)
P = Harga jual per unit (Rp)
VC = Biaya variabel per unit (Rp)
STIMLOG Indonesia
II-22
𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑𝑛𝑡=1 (1+𝑖) 𝑡 − 𝐶0 …………………….…………….(2.14)
Dimana:
CFt = Aliran kas tahun ke-t
C0 = Investasi awal pada tahun ke-0
i = Suku bunga yang digunakan
t = tahun ke-t
n = umur ekonomi
𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑁𝑃𝑉1−𝑁𝑃𝑉2) (𝑖2 − 𝑖1 ) ………………………...(2.15)
Dimana:
𝑖1 = suku bunga yang menghasilkan NPV positif
𝑖2 = suku bunga yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV Positif
STIMLOG Indonesia
II-23
𝐵𝑡
∑𝑛
𝑡 (1+𝑖)𝑡
𝐵𝐶𝑅 = 𝐶𝑡 …………………………………..……...(2.16)
∑𝑛
𝑡 (1+𝑖)𝑡
Dimana :
Bt = manfaat pada tahun ke-t
Ct = biaya pada tahun ke-t
i = suku bunga yang digunakan
t = tahun ke-t
Indikator kelayakannya adalah jika BCR > 1 maka usaha tersebut
layak dan sebaliknya jika BCR < 1 maka usaha tersebut tidak layak.
STIMLOG Indonesia
II-24
𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑃𝑃 = 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 ……………...…..…..(2.17)
STIMLOG Indonesia
II-25
STIMLOG Indonesia
II-26
STIMLOG Indonesia
II-27
STIMLOG Indonesia
II-28
STIMLOG Indonesia
II-29
STIMLOG Indonesia
II-30
STIMLOG Indonesia
II-31
STIMLOG Indonesia
II-32
STIMLOG Indonesia
II-33
STIMLOG Indonesia
II-34
STIMLOG Indonesia
II-35
STIMLOG Indonesia
II-36
STIMLOG Indonesia
II-37
Nilai signifikansi
untuk variabel
selera sebesar
0,493 > 0,10,
maka dapat
disimpulkan
bahwa variabel
selera tidak
berpengaruh
STIMLOG Indonesia
II-38
STIMLOG Indonesia
II-39
STIMLOG Indonesia
II-40
STIMLOG Indonesia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Tahap Awal
Studi Literatur Studi Lapangan
Penelitian
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Perancangan kuisioner
Tidak
Tahap
Uji Validitas dan
Pengumpulan
Reliabilitas
Data
Ya
Penyebaran kuisioner
III-1
STIMLOG Indonesia
III-2
Pengolahan Data
1. Uji Regresi Linear Berganda
a. Uji kolerasi ganda
b. Uji determinasi
Tahap c. Uji F (simultan)
Pengolahan d. Uji t (parsial)
dan Analisis 2. Uji Kelayakan Finansial Usaha
a. Break Even Point (BEP)
b. Net Present Value (NPV)
c. Internal Rate of Return (IRR)
d. Benefit Cost Ratio (BCR)
e. Payback Period (PP)
Analisis
Selesai
STIMLOG Indonesia
III-3
STIMLOG Indonesia
III-4
1. Menentukan Variabel
Berikut merupakan variabel yang digunakan dalam
penelitian ini :
a. Dependen Variabel (variabel terikat)
Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah harga ternak sapi
potong (Y).
b. Independent Variabel (variabel bebas)
Variabel bebas merupakan variabel yang diduga
secara bebas berpengaruh terhadap variable
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini antara
lain, harga daging sapi (X1), jenis sapi (X2),
transportasi (X3), pakan (X4), dan waktu
pemeliharaan (X5).
Berikut merupakan kisi-kisi penyusunan kuisioner
yang merupakan uraian dari variabel penelitian di atas.
STIMLOG Indonesia
III-5
STIMLOG Indonesia
III-6
STIMLOG Indonesia
III-7
2. Wawancara
Merupakan kegiatan mengumpulkan data untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan cara
bertatap muka secara langsung dengan sumber informasi
(peternak sapi potong) untuk mengajukan pertanyaan-
pertanyaan terkait penelitian.
3. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber informasi atau
subjek penelitian adalah peternak sapi potong di
Kecamatam Sidomulyo, Lampung Selatan. Populasi
peternak sapi potong di Kecamatan Sidomulyo berjumlah
184 orang (Data sekunder, kantor Kecamatan Sidomulyo
2020). Sampel merupakan bagian dari populasi yang
mewakili keseluruhan populasi yang ada. Berhubung
jumlah populasi yang cukup banyak dalam penelitian ini,
maka dilakukan penentuan ukuran jumlah sampel
menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :
𝑁
𝑛= ………………...…………(3.1)
1+𝑁(𝑒)2
Dimana :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = tingkat keloggaran
Tingkat kelonggaran 15% digunakan dengan dasar jumlah
populasi tidak lebih dari 2.000 (Sugiyono dalam Ansar,
2015). Maka jumlah sampel yang didapatkan ialah :
184
𝑛=
1 + 184(0.15)2
184
𝑛=
1 + 4.14
STIMLOG Indonesia
III-8
184
𝑛=
5.14
𝑛 = 35.79 ≈ 36
STIMLOG Indonesia
III-9
3. Uji Determinasi
Analisis determinasi dalam regresi linear berganda
digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan
pengaruh variabel independen (X1, X2, …, Xn) secara
serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini
menunjukkan seberapa besar persentase variasi
variabel independen yang digunakan dalam model
mampu menjelaskan variasi variabel dependen.
4. Uji F (Simultan)
Uji F adalah pengujian terhadap koefisien regresi
secara simultan. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh semua variabel independen yang
terdapat di dalam model secara bersama-sama
(simultan) terhadap variabel dependen.
5. Uji t (Parsial)
Uji t adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara
parsial. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
signifikansi peran secara parsial antara variabel
independen terhadap variabel dependen dengan
mengasumsikan bahwa variabel independen lain
dianggap konstan.
3.2.3.2 Uji Kelayakan Finansial Usaha
Pengolahan data ini dilakukan untuk melihat kelayakan
usaha ternak sapi potong secara finansial. Pengolahan data
dilakukan dengan menghitung nilai dari indicator berikut
ini :
1. Break Even Point (BEP)
Break Even Point atau BEP merupakan titik produksi
atau penjualan yang harus dilakukan guna menutupi
biaya yang dikeluarkan atau nilai keuntungan sama
dengan nol. Dapat juga dikatakan titik dimana jumlah
pendapatan sama dengan jumlah total pengeluaran
STIMLOG Indonesia
III-10
STIMLOG Indonesia
III-11
Metode Penjelasan
Rgresi Linear Berganda Menurut Johan Harlan dalam Analisis Regresi
Linear (2018 : 13) menyatakan bahwa regresi
linear ganda (multiple linear regression) adalah
model regresi linear dengan 1 variabel
dependen kontinu beserta n (dua atau lebih)
variabel independen kontinu dan/atau
kategorik.. Dikatakan regresi berganda, karena
jumlah variabel bebas (independen) sebagai
prediktor lebih dari satu.
Uji Kolerasi Berganda (R) Analisis korelasi berganda digunakan untuk
mengetahui derajat atau kekuatan hubungan
antara seluruh variabel X terhadap variabel Y
secara bersamaan (Sugiyono, 2017).
STIMLOG Indonesia
III-12
STIMLOG Indonesia
III-13
STIMLOG Indonesia
III-14
STIMLOG Indonesia
III-15
STIMLOG Indonesia
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
IV-1
STIMLOG Indonesia
IV-2
STIMLOG Indonesia
IV-3
STIMLOG Indonesia
IV-4
Peternak Sapi
Peternak Sapi Belantik
Bakalan
Pedagang
Pedagang Pedagang
Pemotong
Besar Pengumpul
(Jagal)
Pedagang
Pedagang
Konsumen Pengumpul
Pengecer
Luar Wilayah
Keterangan :
: aliran material
: aliran keuangan
: aliran informasi
STIMLOG Indonesia
IV-5
STIMLOG Indonesia
IV-6
Pola tersebut merupakan yang umum terjadi dan dilakukan oleh para
pelaku usaha yang terlibat. Namun ada kalanya pada saat tertentu pola
tersebut dapat berubah. Misalnya pada saat hari besar tetentu, seperti Hari
Raya Qurban. Orang yang melakukan qurban atau konsumen biasanya
membeli langsung sapi potong ke peternak sapi, belantik, ataupun ke
pedagang pengumpul.
STIMLOG Indonesia
IV-7
STIMLOG Indonesia
IV-8
1 Sapi 184
2 Kerbau 7
3 Kambing 148
4 Babi 33
5 Ayam Pedaging 84
6 Ayam Petelur 93
7 Ayam Buras 126
8 Itik 24
Jumlah 699
STIMLOG Indonesia
IV-9
4.1.5.2 Umur
Untuk mengetahui tingkat umur responden, maka dilakukan
klasifikasi ke dalam beberapa kelompok umur. Adapun
klasifikasi umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 4. 4 berikut ini :
Tabel 4. 4 Klasifikasi responden berdasarkan ummur
Kelompok Jumlah
No Persentase
Umur (Tahun) (Orang)
1 32 - 36 4 11%
2 37 - 41 5 14%
3 42 - 46 9 25%
4 47 - 51 8 22%
5 52 - 56 8 22%
6 57 - 61 2 6%
Jumlah 36 100%
STIMLOG Indonesia
IV-10
STIMLOG Indonesia
IV-11
STIMLOG Indonesia
IV-12
STIMLOG Indonesia
IV-13
Skor terendah = 1 × 36 × 2 = 72
360−72
Rentang kelas = = 57,6
5
STIMLOG Indonesia
IV-14
Frekuensi Total
Item Skor Persentase
(orang) Skor
1 0 0% 0
2 0 0% 0
X1.1 3 5 14% 15
4 19 53% 76
5 12 33% 60
Total 36 100% 151
1 0 0% 0
2 0 0% 0
X1.2 3 9 25% 27
4 21 58% 84
5 6 17% 30
Total 36 100% 141
Grand Total 292
STIMLOG Indonesia
IV-15
540−108
Rentang kelas = = 86,4
5
Frekuensi Total
Item Skor Persentase
(orang) Skor
1 0 0% 0
2 0 0% 0
X2.1 3 2 6% 6
4 19 53% 76
5 15 42% 75
Total 36 100% 157
1 0 0% 0
2 0 0% 0
X2.2 3 3 8% 9
4 25 69% 100
5 8 22% 40
Total 36 100% 149
1 0 0% 0
2 0 0% 0
X2.3 3 10 28% 30
4 21 58% 84
5 5 14% 25
Total 36 100% 139
Grand Total 445
STIMLOG Indonesia
IV-16
Skor terendah = 1 × 36 × 2 = 72
360−72
Rentang kelas = = 57,6
5
STIMLOG Indonesia
IV-17
Frekuensi Total
Item Skor Persentase
(orang) Skor
1 0 0% 0
2 9 25% 18
X3.1 3 18 50% 54
4 9 25% 36
5 0 0% 0
Total 36 100% 108
1 0 0% 0
2 4 11% 8
X3.2 3 20 56% 60
4 12 33% 48
5 0 0% 0
Total 36 100% 116
Grand Total 224
STIMLOG Indonesia
IV-18
Skor terendah = 1 × 36 × 2 = 72
360−72
Rentang kelas = = 57,6
5
Frekuensi Total
Item Skor Persentase
(orang) Skor
1 4 11% 4
2 15 42% 30
X4.1 3 13 36% 39
4 4 11% 16
5 0 0% 0
Total 36 100% 89
1 7 19% 7
2 16 44% 32
X4.2 3 11 31% 33
4 2 6% 8
5 0 0% 0
Total 36 100% 80
Grand Total 169
STIMLOG Indonesia
IV-19
Skor terendah = 1 × 36 × 2 = 72
360−72
Rentang kelas = = 57,6
5
Frekuensi Total
Item Skor Persentase
(orang) Skor
1 0 0% 0
2 12 33% 24
X5.1 3 15 42% 45
4 7 19% 28
5 2 6% 10
Total 36 100% 107
X5.2 1 0 0% 0
STIMLOG Indonesia
IV-20
Frekuensi Total
Item Skor Persentase
(orang) Skor
2 15 42% 30
3 15 42% 45
4 4 11% 16
5 2 6% 10
Total 36 100% 101
Grand Total 208
900−180
Rentang kelas = = 144
5
STIMLOG Indonesia
IV-21
Frekuensi Total
Item Skor Persentase
(orang) Skor
1 0 0% 0
2 0 0% 0
Y1 3 8 22% 24
4 21 58% 84
5 7 19% 35
Total 36 100% 143
1 0 0% 0
2 0 0% 0
Y2 3 12 33% 36
4 22 61% 88
5 2 6% 10
Total 36 100% 134
1 0 0% 0
2 4 11% 8
Y3 3 20 56% 60
4 12 33% 48
5 0 0% 0
Total 36 100% 116
1 0 0% 0
2 5 14% 10
Y4 3 24 67% 72
4 7 19% 28
5 0 0% 0
Total 36 100% 110
1 0 0% 0
2 2 6% 4
Y5 3 23 64% 69
4 11 31% 44
5 0 0% 0
Total 36 100% 117
Grand Total 620
STIMLOG Indonesia
IV-22
STIMLOG Indonesia
IV-23
STIMLOG Indonesia
IV-24
Biaya Penyusutan
No Investasi Jumlah
(Rp) (Rp/Tahun)
1 Kandang 1 buah 6.000.000 1.200.000
2 Cangkul 1 buah 60.000 12.000
3 Sapu Lidi 1 buah 15.000 5.000
4 Garuk 1 buah 50.000 10.000
5 Selang 15 meter 75.000 15.000
6 Sikat 1 buah 6.000 2.000
7 Arit 1 buah 60.000 12.000
8 Ember 3 buah 45.000 15.000
9 Sepatu Boots 1 pasang 80.000 16.000
10 Gerobak Sorong 1 buah 400.000 80.000
Total 6.791.000 1.367.000
Biaya Tetap
No Biaya Nilai (Rp)
2 Penyusutan 455.667
Total 43.955.667
STIMLOG Indonesia
IV-25
Biaya Variabel
No Biaya Nilai (Rp)
1 Tenaga Kerja 4.500.000
2 Pakan tambahan 4.320.000
3 Obat-obatan 150.000
4 Garam 30.000
5 Listrik 60.000
6 BBM 300.000
7 Lain-lain 100.000
Total 9.460.000
Penyusutan
No Investasi Jumlah Biaya (Rp)
(Rp/Tahun)
1 Kandang 1 buah 6.500.000 1.300.000
2 Cangkul 1 buah 60.000 12.000
3 Sapu Lidi 1 buah 15.000 5.000
4 Garuk 1 buah 50.000 10.000
5 Selang 15 meter 75.000 15.000
6 Sikat 1 buah 6.000 2.000
7 Arit 1 buah 60.000 12.000
8 Ember 4 buah 60.000 20.000
9 Sepatu Boots 1 pasang 80.000 16.000
Gerobak
10 400.000
Sorong 1 buah 80.000
Total 7.306.000 1.472.000
STIMLOG Indonesia
IV-26
Biaya Tetap
No Biaya Nilai (Rp)
Sapi bakalan (4 ekor @Rp
1 58.000.000
14.500.000)
2 Penyusutan 490.667
Total 58.490.667
Biaya Variabel
No Biaya Nilai (Rp)
1 Tenaga Kerja 4.500.000
2 Pakan tambahan 5.760.000
3 Obat-obatan 200.000
4 Garam 40.000
5 Listrik 60.000
6 BBM 300.000
7 Lain-lain 100.000
Total 10.960.000
Biaya Penyusutan
No Investasi Jumlah
(Rp) (Rp/Tahun)
1 Kandang 1 buah 7.000.000 1.400.000
2 Cangkul 1 buah 60.000 12.000
3 Sapu Lidi 1 buah 15.000 5.000
4 Garuk 1 buah 50.000 10.000
5 Selang 15 meter 75.000 15.000
6 Sikat 1 buah 6.000 2.000
7 Arit 1 buah 60.000 12.000
8 Ember 5 buah 75.000 25.000
9 Sepatu Boots 1 pasang 80.000 16.000
10 Gerobak Sorong 1 buah 400.000 80.000
Total 7.821.000 1.577.000
STIMLOG Indonesia
IV-27
Biaya Tetap
No Biaya Nilai (Rp)
Sapi bakalan (5 ekor @Rp
1 72.500.000
14.500.000)
2 Penyusutan 525.667
Total 73.025.667
Biaya Variabel
No Biaya Nilai (Rp)
1 Tenaga Kerja 4.500.000
2 Pakan tambahan 7.200.000
3 Obat-obatan 250.000
4 Garam 50.000
5 Listrik 60.000
6 BBM 300.000
7 Lain-lain 100.000
Total 12.460.000
Sumber : Pengolahan data primer, 2020
D. Usaha ternak dengan kepemilikan 6 ekor
Adapun biaya investasi untuk menjalankan usaha ternak sapi
potong dengan kepemilikan 6 ekor adalah sebagai berikut.
Tabel 4. 21 Biaya investasi kepemilakan 6 ekor ternak
Biaya Penyusutan
No Investasi Jumlah
(Rp) (Rp/Tahun)
1 Kandang 1 buah 7.500.000 1.500.000
2 Cangkul 1 buah 60.000 12.000
3 Sapu Lidi 1 buah 15.000 5.000
4 Garuk 1 buah 50.000 10.000
5 Selang 15 meter 75.000 15.000
6 Sikat 1 buah 6.000 2.000
7 Arit 1 buah 60.000 12.000
8 Ember 6 buah 90.000 30.000
9 Sepatu Boots 1 pasang 80.000 16.000
Gerobak
10 400.000
Sorong 1 buah 80.000
Total 8.336.000 1.682.000
Sumber : Pengolahan data primer, 2020
STIMLOG Indonesia
IV-28
Biaya Tetap
No Biaya Nilai (Rp)
Sapi bakalan (6 ekor @Rp
1 87.000.000
14.500.000)
2 Penyusutan 560.667
Total 87.560.667
Biaya Variabel
No Biaya Nilai (Rp)
1 Tenaga Kerja 4.500.000
2 Pakan tambahan 8.640.000
3 Obat-obatan 300.000
4 Garam 60.000
5 Listrik 60.000
6 BBM 300.000
7 Lain-lain 100.000
Total 13.960.000
STIMLOG Indonesia
IV-29
STIMLOG Indonesia
IV-30
STIMLOG Indonesia
IV-31
STIMLOG Indonesia
IV-32
Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
(Constant)
Harga Daging Sapi (X1) 0.839 1.192
Jenis Sapi (X2) 0.839 1.192
1
Transportasi (X3) 0.936 1.068
Pakan (X4) 0.964 1.037
Waktu Pemeliharaan (X5) 0.866 1.155
STIMLOG Indonesia
IV-33
Model Summaryb
Std. Error
R Adjusted Durbin-
Model R of the
Square R Square Watson
Estimate
STIMLOG Indonesia
IV-34
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea 0.02700
Cases < Test Value 18
Cases >= Test Value 18
Total Cases 36
Number of Runs 15
Z -1.184
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.237
a. Median
STIMLOG Indonesia
IV-35
Keterangan :
STIMLOG Indonesia
IV-36
𝑋4 = Pakan
𝑋5 = Waktu pemeliharaan
𝑒 = Standar error
Model Summary
Std. Error
Adjusted R
Model R R Square of the
Square
Estimate
1 .811a 0.658 0.601 1.199
a. Predictors: (Constant), Waktu Pemeliharaan (X5), Transportasi
(X3), Pakan (X4), Harga Daging Sapi (X1), Jenis Sapi (X2)
STIMLOG Indonesia
IV-37
Model Summary
Std. Error
Adjusted R
Model R R Square of the
Square
Estimate
1 .811a 0.658 0.601 1.199
a. Predictors: (Constant), Waktu Pemeliharaan (X5), Transportasi
(X3), Pakan (X4), Harga Daging Sapi (X1), Jenis Sapi (X2)
STIMLOG Indonesia
IV-38
ANOVAa
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
Regression 83.104 5 16.621 11.564 .000b
1 Residual 43.118 30 1.437
Total 126.222 35
a. Dependent Variable: Harga Ternak Sapi Potong (Y)
STIMLOG Indonesia
IV-39
3. Menentukan F hitung
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai F hitung sebesar
11,564.
4. Menentukan F tabel
Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df 1
(jumlah variabel) = 5, dan df 2 (n-k-1) atau 36-5-1 = 30 (n
adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel
independen), diperoleh hasil untuk F tabel sebesar 2,53 atau
dapat dicari di Ms Excel dengan cara pada cell kosong ketik
=finv(0.05,5,30) lalu tekan enter.
5. Menentukan kriteria pengujian
Ho diterima jika nilai F hitung < F tabel
Ho ditolak jika nilai F hitung > F tabel
6. Membandingkan F hitung engan F tabel
Nilai F hitung > F tabel (11,564 > 2,53), maka Ho ditolak.
7. Kesimpulan
Berdarkan pengujian statistik dengan metode uji F, diperoleh
perbandingan antara F hitung dan F tabel, di mana F hitung
sebesar 11,564 lebih besar dari F tabel yakni 2,53, maka
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Sehinggga dapat dikatakan bahwa harga daging sapi, jenis
sapi, transportasi, pakan, dan waktu pemeliharaan secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga ternak sapi potong.
4.2.3.4 Uji t (Parsial)
Uji t adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran
secara parsial antara variabel independen terhadap variabel
dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel independen
lain dianggap konstan. Dari hasil pengujian yang dilakukan,
diperoleh hasil sebagai berikut :
STIMLOG Indonesia
IV-40
STIMLOG Indonesia
IV-41
STIMLOG Indonesia
IV-42
STIMLOG Indonesia
IV-43
STIMLOG Indonesia
IV-44
STIMLOG Indonesia
IV-45
STIMLOG Indonesia
IV-46
𝑇𝐶 = 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶
𝑇𝐶 = 𝑅𝑝 43.955.667 + 𝑅𝑝 9.460.000
𝑇𝐶 = 𝑅𝑝 53.415.667
Sedangkan penerimaan yang diterima oleh peternak dengan
kepemilikan 3 ekor adalah sebagai berikut :
𝑇𝑅 = 𝑃 × 𝑄
𝑇𝑅 = 𝑅𝑝 18.500.000 × 3
𝑇𝑅 = 𝑅𝑝 55.500.000
Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh peternak
dengan kepemilikan 3 ekor dalam 1 periode panen (4 bulan)
adalah sebagai berikut :
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
𝜋 = 𝑅𝑝 55.500.000 − 𝑅𝑝 53.415.667
STIMLOG Indonesia
IV-47
𝜋 = 𝑅𝑝 2.084.333
Sehigga dalam 1 tahun peternak mendapat keuntungan bersih
sebesar Rp 6.252.999.
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑃 − 𝑉𝐶
𝑅𝑝 43.955.667
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑅𝑝 18.500.000 − (𝑅𝑝 9.460.000/3)
𝑅𝑝 43.955.667
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑅𝑝 18.500.000 − 𝑅𝑝 3.153.333
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 = 2,86 ≈ 3 𝑒𝑘𝑜𝑟
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
𝑉𝐶
1− 𝑃
𝑅𝑝 43.955.667
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
𝑅𝑝 3.153.333
1−( )
𝑅𝑝 18.500.000
𝑅𝑝 43.955.667
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
1 − 0,170
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = 𝑅𝑝 52.958.635
STIMLOG Indonesia
IV-48
STIMLOG Indonesia
IV-49
𝑅𝑝 1.093.256
𝐼𝑅𝑅 = 0,5% + (4% − 0,5%)
(𝑅𝑝 1.093.256 + 𝑅𝑝 9.033.577)
STIMLOG Indonesia
IV-50
𝑅𝑝 1.093.256
𝐼𝑅𝑅 = 0,5% + (3,5%)
(𝑅𝑝 10.126.833)
𝐼𝑅𝑅 = 0,5% + (0,107956)(3,5%)
𝐼𝑅𝑅 = 0,5% + 0,4%
𝐼𝑅𝑅 = 0,9%
e. Benefit Cost Ratio (BCR)
Biaya produksi yang dikeluarkan peternak dalam satu periode
atau selama 4 bulan adalah sebesar Rp 53.415.667. Kemudian
penerimaan yang diperoleh dalam satu periode tersebut adalah
sebesar Rp 55.500.000. Dalam setahun peternak dapat
melakukan panen sebanyak 3 kali. Sehingga dalam setahun
peternak mengeluarkan biaya sebesar Rp 160.247.001 dan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 166.500.000. Dengan
tingkat suku bunga sebesar 4%/tahun serta pengeluaran dan
penerimaan peternak adalah tetap, maka Benefit Cost Ratio
usaha ternak sapi potong adalah sebagai berikut :
𝐵𝑡
∑𝑛𝑡
( 1 + 𝑖 )𝑡
𝐵𝐶𝑅 =
𝐶𝑡
∑𝑛𝑡
( 1 + 𝑖 )𝑡
𝑛 𝐵𝑡 𝑅𝑝 166.500.000
∑ =
𝑡 (1 + 𝑖 )𝑡 (1 + 0,04)1
𝑛 𝐵𝑡
∑ = 𝑅𝑝 160.096.154
𝑡 (1 + 𝑖 )𝑡
𝑛 𝐶𝑡 𝑅𝑝 160.247.001
∑ 𝑡
=
𝑡 (1 + 𝑖 ) (1 + 0,04)1
𝑛 𝐶𝑡
∑ = 𝑅𝑝 154.083.665
𝑡 (1 + 𝑖 )𝑡
𝑅𝑝 160.096.154
𝐵𝐶𝑅 =
𝑅𝑝 154.083.665
𝐵𝐶𝑅 = 1,04
STIMLOG Indonesia
IV-51
𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑃𝑃 = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
𝑅𝑝 59.751.000
𝑃𝑃 = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑅𝑝 6.252.999
𝑃𝑃 = 9,5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
STIMLOG Indonesia
IV-52
𝜋 = 𝑅𝑝 74.000.000 − 𝑅𝑝 69.450.667
𝜋 = 𝑅𝑝 4.549.333
Sehigga dalam 1 tahun peternak mendapat keuntungan bersih
sebesar Rp 13.647.999.
b. Break Even Ponit (BEP)
Adapun BEP untuk usaha ternak sapi potong dalam 1 periode
atau selama 4 bulan dengan kepemilikan 4 ekor ternak adalah
sebagai berikut.
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑃 − 𝑉𝐶
𝑅𝑝 58.490.667
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑅𝑝 18.500.000 − (𝑅𝑝 10.960.000/4)
𝑅𝑝 58.490.667
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑅𝑝 18.500.000 − 𝑅𝑝 2.740.000
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 = 3,71 ≈ 4 𝑒𝑘𝑜𝑟
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
𝑉𝐶
1− 𝑃
𝑅𝑝 58.490.667
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
𝑅𝑝 2.740.000
1 − (𝑅𝑝 18.500.000)
𝑅𝑝 58.490.667
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
1 − 0,148
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = 𝑅𝑝 68.651.018
c. Net Present Value (NPV)
Usaha ternak sapi potong dengan jumlah 4 ekor membutuhan
biaya invesatsi awal untuk kandang dan peralatan sebesar Rp
7.306.000, biaya untuk sapi bakalan sebesar Rp 58.000.000
serta biaya variabel sebesar Rp 10.960.000. Dengan demikian
maka didapat nilai C0 sebesar Rp 76.266.000. Dalam 1 tahun
peternak menerima keuntungan bersih sebesar Rp 13.647.999.
Tingkat suku bunga yang digunakan sebesar 4% (suku bunga
BI), selain itu digunakan juga alternatif 6% untuk suku bunga
STIMLOG Indonesia
IV-53
Rp 13.647.999 Rp 13.647.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,04)1 (1 + 0,04)2
Rp 13.647.999 Rp 13.647.999
+ +
(1 + 0,04)3 (1 + 0,04)4
Rp 13.647.999
+ ] − Rp 76.266.000
(1 + 0,04)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 13.123.076 + 𝑅𝑝 12.618.342
+ 𝑅𝑝 12.133.021 + 𝑅𝑝11.666.367
+ 𝑅𝑝 11.217.660] − Rp 76.266.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 60.758.467 − Rp 76.266.000
𝑁𝑃𝑉 = − 𝑅𝑝 15.507.533
Rp 13.647.999 Rp 13.647.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,06)1 (1 + 0,06)2
Rp 13.647.999 Rp 13.647.999
+ +
(1 + 0,06)3 (1 + 0,06)4
Rp 13.647.999
+ ] − Rp 76.266.000
(1 + 0,06)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 12.875.471 + 𝑅𝑝 12.146.671
+ 𝑅𝑝 11.459.123 + 𝑅𝑝 10.810.494
+ 𝑅𝑝 10.198.579] − Rp 76.266.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 57.490.337 − Rp 76.266.000
𝑁𝑃𝑉 = − 𝑅𝑝 18.775.663
STIMLOG Indonesia
IV-54
Rp 13.647.999 Rp 13.647.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,1)1 (1 + 0,1)2
Rp 13.647.999 Rp 13.647.999
+ +
(1 + 0,1)3 (1 + 0,1)4
Rp 13.647.999
+ ] − Rp 76.266.000
(1 + 0,1)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 12.407.272 + 𝑅𝑝 11.279.338
+ 𝑅𝑝 10.253.944 + 𝑅𝑝 9.321.767
+ 𝑅𝑝 8.474.334] − Rp 76.266.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 51.736.654 − Rp 76.266.000
𝑁𝑃𝑉 = − 𝑅𝑝 24.529.346
d. Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat suku bunga maksimum yang dapat
mengembalikan biaya-biaya yang ditanam. Untuk
memperoleh nilai IRR, dilakukan serangkaian perhitungan
NPV dengan cara trail and eror (coba-coba) sampai dengan
nilai NPV menunjukan nilai 0 atau kurang dari 0, setelah itu
diambil 2 hasil NPV yang berdekatan antara nilai yang positif
dan negatif untuk digunakan dalam perhitungan IRR dengan
rumus interpolasi. Setelah dilakukan perhitungan trial and
eror, diperoleh hasil bahwa dengan discount rate sebesar 1%
akan menghasilkan nilai NPV positif yakni sebesar Rp
2.830.657. Sedangkan dengan mengunakan discount rate
sebesar 4% diperoleh nilai NPV negatif yakni sebesar -Rp
4.721.321. Dengan demikian diperoleh IRR usaha ternak sapi
potong dengan kepemilikan 4 ekor adalah sebagai berikut :
𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑖 − 𝑖1 )
(𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2) 2
𝑅𝑝 2.830.657
𝐼𝑅𝑅 = 1% + (4% − 1%)
(𝑅𝑝 2.830.657 + 𝑅𝑝 4.721.321)
STIMLOG Indonesia
IV-55
𝑅𝑝 2.830.657
𝐼𝑅𝑅 = 1% + (3%)
(𝑅𝑝 7.551.978)
𝐼𝑅𝑅 = 1% + (0,374823)(3%)
𝐼𝑅𝑅 = 1% + 1,1%
𝐼𝑅𝑅 = 2,1%
e. Benefit Cost Ratio (BCR)
Biaya produksi yang dikeluarkan peternak dalam satu periode
atau selama 4 bulan adalah sebesar Rp 69.450.667. Kemudian
penerimaan yang diperoleh dalam satu periode tersebut adalah
sebesar Rp 74.000.000. Dalam setahun peternak dapat
melakukan panen sebanyak 3 kali. Sehingga dalam setahun
peternak mengeluarkan biaya sebesar Rp 208.352.001 dan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 222.000.000. Dengan
tingkat suku bunga sebesar 4%/tahun serta pengeluaran dan
penerimaan peternak adalah tetap, maka Benefit Cost Ratio
usaha ternak sapi potong adalah sebagai berikut :
𝐵𝑡
∑𝑛𝑡
( 1 + 𝑖 )𝑡
𝐵𝐶𝑅 =
𝐶𝑡
∑𝑛𝑡
( 1 + 𝑖 )𝑡
𝑛 𝐵𝑡 Rp 222.000.000
∑ 𝑡
=
𝑡 (1 + 𝑖 ) (1 + 0,04)1
𝑛 𝐵𝑡
∑ = 𝑅𝑝 213.461.538
𝑡 (1 + 𝑖 )𝑡
𝑛 𝐶𝑡 Rp 208.352.001
∑ 𝑡
=
𝑡 (1 + 𝑖 ) (1 + 0,04)1
𝑛 𝐶𝑡
∑ = 𝑅𝑝 200.338.463
𝑡 (1 + 𝑖 )𝑡
𝑅𝑝 213.461.538
𝐵𝐶𝑅 =
𝑅𝑝 200.338.463
𝐵𝐶𝑅 = 1,07
STIMLOG Indonesia
IV-56
STIMLOG Indonesia
IV-57
𝜋 = 𝑅𝑝 7.014.333
Sehigga dalam 1 tahun peternak mendapat keuntungan bersih
sebesar Rp 21.042.999.
b. Break Even Point (BEP)
Adapun BEP untuk usaha ternak sapi potong dalam 1 periode
atau selama 4 bulan dengan kepemilikan 5 ekor ternak adalah
sebagai berikut.
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑃 − 𝑉𝐶
𝑅𝑝 73.025.667
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑅𝑝 18.500.000 − (𝑅𝑝 12.460.000/5)
𝑅𝑝 73.025.667
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑅𝑝 18.500.000 − 𝑅𝑝 2.492.000
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 = 4,56 ≈ 5 𝑒𝑘𝑜𝑟
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
𝑉𝐶
1− 𝑃
𝑅𝑝 73.025.667
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
𝑅𝑝 2.492.000
1 − (𝑅𝑝 18.500.000)
𝑅𝑝 73.025.667
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
1 − 0,135
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = 𝑅𝑝 84.422.736
STIMLOG Indonesia
IV-58
Rp 21.042.999 Rp 21.042.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,04)1 (1 + 0,04)2
Rp 21.042.999 Rp 21.042.999
+ +
(1 + 0,04)3 (1 + 0,04)4
Rp 21.042.999
+ ] − Rp 92.781.000
(1 + 0,04)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 20.233.653 + 𝑅𝑝 19.455.435
+ 𝑅𝑝 18.707.149 + 𝑅𝑝17.987.644
+ 𝑅𝑝 17.295.811] − Rp 92.781.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 93.679.693 − Rp 92.781.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 898.693
Rp 21.042.999 Rp 21.042.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,06)1 (1 + 0,06)2
Rp 21.042.999 Rp 21.042.999
+ +
(1 + 0,06)3 (1 + 0,06)4
Rp 21.042.999
+ ] − Rp 92.781.000
(1 + 0,06)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 19.851.886 + 𝑅𝑝 18.728.194
+ 𝑅𝑝 17.668.108 + 𝑅𝑝16.668.026
+ 𝑅𝑝 15.724.553] − Rp 92.781.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 88.640.767 − Rp 92.781.000
𝑁𝑃𝑉 = − 𝑅𝑝 4.140.233
STIMLOG Indonesia
IV-59
Rp 21.042.999 Rp 21.042.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,1)1 (1 + 0,1)2
Rp 21.042.999 Rp 21.042.999
+ +
(1 + 0,1)3 (1 + 0,1)4
Rp 21.042.999
+ ] − Rp 92.781.000
(1 + 0,1)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 19.129.999 + 𝑅𝑝 17.390.908
+ 𝑅𝑝 15.809.917 + 𝑅𝑝14.372.651
+ 𝑅𝑝 13.066.047] − Rp 92.781.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 79.769.522 − Rp 92.781.000
𝑁𝑃𝑉 = − 𝑅𝑝 13.011.478
d. Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat suku bunga maksimum yang dapat
mengembalikan biaya-biaya yang ditanam. Untuk
memperoleh nilai IRR, dilakukan serangkaian perhitungan
NPV dengan cara trail and eror (coba-coba) sampai dengan
nilai NPV menunjukan nilai 0 atau kurang dari 0, setelah itu
diambil 2 hasil NPV yang berdekatan antara nilai yang positif
dan negatif untuk digunakan dalam perhitungan IRR dengan
rumus interpolasi. Setelah dilakukan perhitungan trial and
eror, diperoleh hasil bahwa dengan discount rate sebesar 4%
akan menghasilkan nilai NPV positif yakni sebesar Rp
898.693. Sedangkan dengan mengunakan discount rate
sebesar 6% diperoleh nilai NPV negatif yakni sebesar -Rp
4.140.233. Dengan demikian diperoleh IRR usaha ternak sapi
potong dengan kepemilikan 5 ekor adalah sebagai berikut :
𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑖 − 𝑖1 )
(𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2) 2
𝑅𝑝 898.693
𝐼𝑅𝑅 = 4% + (6% − 4%)
(𝑅𝑝 898.693 + 𝑅𝑝 4.140.233)
STIMLOG Indonesia
IV-60
𝑅𝑝 898.693
𝐼𝑅𝑅 = 4% + (2%)
(𝑅𝑝 5.038.926)
𝐼𝑅𝑅 = 4% + (0,17835)(2%)
𝐼𝑅𝑅 = 4% + 0,4%
𝐼𝑅𝑅 = 4,4%
e. Benefit Cost Ratio (BCR)
Biaya produksi yang dikeluarkan peternak dalam satu periode
atau selama 4 bulan adalah sebesar Rp 85.485.667. Kemudian
penerimaan yang diperoleh dalam satu periode tersebut adalah
sebesar Rp 92.500.000. Dalam setahun peternak dapat
melakukan panen sebanyak 3 kali. Sehingga dalam setahun
peternak mengeluarkan biaya sebesar Rp 256.457.001 dan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 277.500.000. Dengan
tingkat suku bunga sebesar 4%/tahun serta pengeluaran dan
penerimaan peternak adalah tetap, maka Benefit Cost Ratio
usaha ternak sapi potong adalah sebagai berikut :
𝐵𝑡
∑𝑛𝑡
(1 + 𝑖 )𝑡
𝐵𝐶𝑅 =
𝐶𝑡
∑𝑛𝑡
(1 + 𝑖 )𝑡
𝑛 𝐵𝑡 Rp 277.500.000
∑ 𝑡
=
𝑡 (1 + 𝑖 ) (1 + 0,04)1
𝑛 𝐵𝑡
∑ = 𝑅𝑝 266.826.923
𝑡 (1 + 𝑖 ) 𝑡
𝑛 𝐶𝑡 Rp 256.457.001
∑ 𝑡
=
𝑡 (1 + 𝑖 ) (1 + 0,04)1
𝑛 𝐶𝑡
∑ = 𝑅𝑝 246.593.270
𝑡 (1 + 𝑖 ) 𝑡
𝑅𝑝 266.826.923
𝐵𝐶𝑅 =
𝑅𝑝 246.593.270
𝐵𝐶𝑅 = 1,08
STIMLOG Indonesia
IV-61
𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑃𝑃 = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
𝑅𝑝 92.781.000
𝑃𝑃 = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Rp 21.042.999
𝑃𝑃 = 4,4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
STIMLOG Indonesia
IV-62
𝑅𝑝 87.560.667
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
1 − 0,126
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = 𝑅𝑝 100.183.830
STIMLOG Indonesia
IV-63
Rp 28.437.999 Rp 28.437.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,04)1 (1 + 0,04)2
Rp 28.437.999 Rp 28.437.999
+ +
(1 + 0,04)3 (1 + 0,04)4
Rp 28.437.999
+ ] − Rp 109.296.000
(1 + 0,04)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 27.344.230 + 𝑅𝑝 26.292.529
+ 𝑅𝑝 25.281.278 + 𝑅𝑝24.308.921
+ 𝑅𝑝 23.373.962] − Rp 109.296.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 126.600.919 − Rp 109.296.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 17.304.919
Rp 28.437.999 Rp 28.437.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,06)1 (1 + 0,06)2
Rp 28.437.999 Rp 28.437.999
+ +
(1 + 0,06)3 (1 + 0,06)4
Rp 28.437.999
+ ] − Rp 109.296.000
(1 + 0,06)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 26.828.301 + 𝑅𝑝 25.309.718
+ 𝑅𝑝 23.877.092 + 𝑅𝑝22.525.559
+ 𝑅𝑝 21.250.527] − Rp 109.296.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 119.791.197 − Rp 109.296.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 10.495.197
STIMLOG Indonesia
IV-64
Rp 28.437.999 Rp 28.437.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,1)1 (1 + 0,1)2
Rp 28.437.999 Rp 28.437.999
+ +
(1 + 0,1)3 (1 + 0,1)4
Rp 28.437.999
+ ] − Rp 109.296.000
(1 + 0,1)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 25.852.726 + 𝑅𝑝 23.502.479
+ 𝑅𝑝 21.365.890 + 𝑅𝑝19.423.536
+ 𝑅𝑝 17.657.760] − Rp 109.296.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 107.802.390 − Rp 109.296.000
𝑁𝑃𝑉 = − 𝑅𝑝 1.493.610
d. Iternal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat suku bunga maksimum yang dapat
mengembalikan biaya-biaya yang ditanam. Untuk
memperoleh nilai IRR, dilakukan serangkaian perhitungan
NPV dengan cara trail and eror (coba-coba) sampai dengan
nilai NPV menunjukan nilai 0 atau kurang dari 0, setelah itu
diambil 2 hasil NPV yang berdekatan antara nilai yang positif
dan negatif untuk digunakan dalam perhitungan IRR dengan
rumus interpolasi. Setelah dilakukan perhitungan trial and
eror, diperoleh hasil bahwa dengan discount rate sebesar 4%
akan menghasilkan nilai NPV positif yakni sebesar Rp
17.304.919. Sedangkan dengan mengunakan discount rate
sebesar 10% diperoleh nilai NPV negatif yakni sebesar -Rp
1.493.610. Dengan demikian diperoleh IRR usaha ternak sapi
potong dengan kepemilikan 6 ekor adalah sebagai berikut :
𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑖 − 𝑖1 )
(𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2) 2
𝑅𝑝 17.304.919
𝐼𝑅𝑅 = 4% + (10% − 4%)
(𝑅𝑝 17.304.919 + 𝑅𝑝 1.493.610)
𝑅𝑝 17.304.919
𝐼𝑅𝑅 = 4% + (6%)
(𝑅𝑝 18.798.529)
𝐼𝑅𝑅 = 4% + (0,920546)(6%)
STIMLOG Indonesia
IV-65
𝐼𝑅𝑅 = 4% + 5,5%
𝐼𝑅𝑅 = 9,5%
e. Benefit Cost Ratio (BCR))
Biaya produksi yang dikeluarkan peternak dalam satu periode
atau selama 4 bulan adalah sebesar Rp 101.520.667. Kemudian
penerimaan yang diperoleh dalam satu periode tersebut adalah
sebesar Rp 111.000.000. Dalam setahun peternak dapat
melakukan panen sebanyak 3 kali. Sehingga dalam setahun
peternak mengeluarkan biaya sebesar Rp 304.562.001 dan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 333.000.000. Dengan
tingkat suku bunga sebesar 4%/tahun serta pengeluaran dan
penerimaan peternak adalah tetap, maka Benefit Cost Ratio
usaha ternak sapi potong adalah sebagai berikut :
𝐵𝑡
∑𝑛𝑡
(1 + 𝑖 )𝑡
𝐵𝐶𝑅 =
𝐶𝑡
∑𝑛𝑡
(1 + 𝑖 )𝑡
𝑛 𝐵𝑡 Rp 333.000.000
∑ =
𝑡 (1 + 𝑖 ) 𝑡 (1 + 0,04)1
𝑛 𝐵𝑡
∑ = 𝑅𝑝 320.192.308
𝑡 (1 + 𝑖 ) 𝑡
𝑛 𝐶𝑡 Rp 304.562.001
∑ 𝑡
=
𝑡 (1 + 𝑖 ) (1 + 0,04)1
𝑛 𝐶𝑡
∑ = 𝑅𝑝 292.848.078
𝑡 (1 + 𝑖 ) 𝑡
𝑅𝑝 320.192.308
𝐵𝐶𝑅 =
𝑅𝑝 292.848.078
𝐵𝐶𝑅 = 1,09
f. Payback Period (PP)
Dengan modal investasi awal atau C0 sebesar Rp 109.296.000
dan kentungan yang diperoleh sebesar Rp 9.479.333/periode
STIMLOG Indonesia
IV-66
𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑃𝑃 = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
𝑅𝑝 109.296.000
𝑃𝑃 = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Rp 28.437.999
𝑃𝑃 = 3,8 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
STIMLOG Indonesia
BAB V
ANALISIS
Dari persamaan regresi yang telah diperoleh, dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Konstanta sebesar 2,214 dan bernilai positif. Menandakan bahwa
variabel bebas atau independen mempunyai hubungan yang positif
dengan variabel terikat atau dependen. Nilai konstanta harga ternak sapi
potong sebesar 2,214 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya nilai
variabel bebas maka akan mempengaruhi harga jual ternak sapi potong
menjadi semakin meningkat pula.
2. Koefisien variabel harga daging sapi (X1) sebesar 0,615. Menandakan
bahwa setiap peningkatan variabel harga daging sapi sebesar 1%, maka
harga jual ternak sapi potong meningkat sebesar 0,615 satuan dengan
asumsi bahwa variabel independen lainnya bernilai konstan.
3. Koefisien variabel jenis sapi (X2) sebesar 0,409. Menandakan bahwa
setiap peningkatan variabel jenis sapi sebesar 1%, maka harga jual ternak
sapi potong meningkat sebesar 0,409 satuan dengan asumsi bahwa
variabel independen lainnya bernilai konstan.
4. Koefisien variabel trasnportasi (X3) sebesar 0,077. Menandakan bahwa
setiap peningkatan variabel transportasi sebesar 1%, maka harga jual
ternak sapi potong meningkat sebesar 0,077 satuan dengan asumsi bahwa
variabel independen lainnya bernilai konstan.
5. Koefisien variabel pakan (X4) sebesar 0,491. Menandakan bahwa setiap
peningkatan variabel pakan sebesar 1%, maka harga jual ternak sapi
V-1
STIMLOG Indonesia
V-2
STIMLOG Indonesia
V-3
STIMLOG Indonesia
V-4
Secara teoritis penetapan harga dapat dilakukan atas dasar permintaan pasar
serta biaya atau pengorbanan yang dikeluarkan selama proses produksi. Maka
dari itu harga daging sapi, jenis sapi, pakan, dan waktu pemeliharaan dijadikan
acuan oleh para peternak sapi di Kecamatan Sidomulyo dalam penetapan harga
jual ternak mereka. Ketika terjadi kenaikan harga daging sapi akibat tingginya
permintaan konsumen, maka peternak akan menyesuaikan harga jual ternak
mereka berdasarkan harga daging dipasaran. Jenis sapi juga mempengaruhi
penetapan harga ternak sapi potong di kalangan peternak. Hal tersebut
dikarenakan berbeda jenis sapi maka akan berbeda pula karakteristik dan
STIMLOG Indonesia
V-5
STIMLOG Indonesia
V-6
sebagai berikut.
Tabel 5. 1 Analisis kelayakan finansial usaha ternak 3 ekor
Indikator Nilai
unit 3 ekor
BEP
rupiah Rp 52.958.635
i=4% -Rp 31.913.759
NPV i=6% -Rp 33.411.093
i=10% -Rp 59.751.000
IRR 0,9%
BCR 1,04
PP 9,5 tahun
STIMLOG Indonesia
V-7
ekor adalah sebesar 1,04. Artinya bahwa setiap Rp 1 biaya yang dieluarkan
akan diperoleh manfaat bersih sebesar Rp 1,04. Nilai BCR yang didapat
lebih dari sama dengan 1 (1,04 > 1), maka usaha ternak dengan
kepemilikan 3 ekor layak untuk dijalankan. Kemudian payback period
(PP) yang dibutuhkan adalah selama 9,5 tahun atau pada panen di periode
ke-29. Payback period tersebut lebih besar dari umur usaha yakni 5 tahun,
sehingga usaha ternak dengan kepemilikan 3 ekor tidak layak untuk
dijalankan.
B. Usaha dengan kepemilikan 4 ekor
Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai kelayakan usaha dari aspek
finansial, untuk usaha ternak dengan kepemilikan 4 ekor diperoleh hasil
sebagai berikut.
Tabel 5. 2 Analisis kelayakan finansial usaha ternak 4 ekor
Indikator Nilai
unit 4 ekor
BEP
rupiah Rp 68.651.018
i=4% -Rp 15.507.533
NPV i=6% -Rp 18.775.663
i=10% -Rp 24.529.346
IRR 2,1%
BCR 1,07
PP 5,6 tahun
STIMLOG Indonesia
V-8
bunga 6%, dan -Rp 24.529.346 untuk alternatif suku bunga 10%. Dengan
demikian didapat nilai NPV < 0 untuk semua alternatif suku bunga yang
digunakan. Hal tersebut menandakan bahwa usaha ternak dengan
kepemilikan 4 ekor tidak layak untuk dijalankan.
Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh adalah sebesar 2,1%.
Hal tersebut berarti bahwa usaha yang dijalankan akan dapat
mengembalikan investasi yang dikeluarkan apabila tingkat bunga yang
ditetapkan adalah sebesar 2,1%. Dengan demikian IRR lebih kecil dari
suku bunga yang saat ini digunakan (2,1% < 4%), maka usaha ternak
dengan kepemilikan 4 ekor tidak layak untuk dijalankan.
Benefit Cost Ratio (BCR) dari usaha ternak dengan kepemilikan 4
ekor adalah sebesar 1,07. Artinya bahwa setiap Rp 1 biaya yang dieluarkan
akan diperoleh manfaat bersih sebesar Rp 1,07. Nilai BCR yang didapat
lebih dari sama dengan 1 (1,07 > 1), maka usaha ternak dengan
kepemilikan 4 ekor layak untuk dijalankan. Kemudian payback period
(PP) yang dibutuhkan adalah selama 5,6 tahun atau pada panen di periode
ke-17. Payback period tersebut lebih besar dari umur usaha yakni 5 tahun,
sehingga usaha ternak dengan kepemilikan 4 ekor tidak layak untuk
dijalankan.
C. Usaha dengan kepemilikan 5 ekor
Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai kelayakan usaha dari aspek
finansial, untuk usaha ternak dengan kepemilikan 5 ekor diperoleh hasil
sebagai berikut.
Tabel 5. 3 Analisis kelayakan finansial usaha ternak 5 ekor
Indikator Nilai
unit 5 ekor
BEP
rupiah Rp 84.442.736
i=4% Rp 898.693
NPV i=6% -Rp 4.140.233
i=10% -Rp 13.011.478
IRR 4,4%
BCR 1,08
PP 4,4 tahun
STIMLOG Indonesia
V-9
STIMLOG Indonesia
V-10
Indikator Nilai
unit 6 ekor
BEP
rupiah Rp 100.183.830
i=4% Rp 17.304.919
NPV i=6% Rp 10.495.197
i=10% -Rp 1.493.610
IRR 9,5%
BCR 1,09
PP 3,8 tahun
STIMLOG Indonesia
V-11
STIMLOG Indonesia
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga ternak sapi potong di
Kecamatan Sidomulyo khususnya dikalangan peternak antara lain harga
daging sapi, jenis sapi, transportasi, pakan, dan waktu pemeliharaan.
Semua faktor tersebut memiliki hubungan yang kuat dan memberi
pengaruh positif terhadap harga ternak sapi potong. Adapun pengaruh
dari faktor-faktor tersebut terhadap harga ternak sapi potong di
Kecamatan Sidomulyo dapat dirumuskan dalam persamaan regresi
sebagai berikut :
VI-1
STIMLOG Indonesia
VI-2
6.2 Saran
Adapun saran yang diberikan untuk penelitian selanjutya adalah diharapkan
dapat menggunakan faktor atau variabel lain yang belum dijelaskan dalam
penelitian ini agar mendapat hasil yang lebih baik dan lebih sempurna.
Kemudian untuk para peternak sapi potong di Kecamatan Sidomulyo,
sebaiknya melakukan penambahan jumlah ternak apabila kepemilikan usaha
yang dijalankan masih kurang dari 5 ekor. Selain itu disarankan juga untuk
melakukan pemanfaatan terhadap limbah yang hasilkan agar dapat menambah
pemasukan selain hanya dari penjualan hewan ternak.
STIMLOG Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
4. Badan Pusat Statistik (BPS). (2019). Data dan Informasi Kabupaten Lampung
Selatan. Lampung Selatan : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung
Selatan.
8. Eghi Firmansyah S, Novie Andri Setianto dan Nunung Noor Hidayat. (2019).
Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Ternak Sapi Potong di Kecamatan
Bawang Kabupaten Banjarnegara. Journal of Logistics and Animal
Production Vololume 2 (1).
10. Furqon, Chairul. (2014). Analisis Manajemen dan Kinerja Ratai Pasokan
Agribisnis Buah Stroberi di Kabupaten Bandung. Ejournal UPI, Bandung.
xiv
STIMLOG Indonesia
11. Ghozali, HI .(2016). Aplikasi Analisis Multivarianate dengan Program IBM
SPSS 21. Universitas Diponegoro Semarang, dari www.undip.ac.id.
12. Harlan, Johan. (2018). Analisis Regresi Linear. Depok : Penerbit Gunadarma.
13. Hartatik, Tety. (2019). Analisis Genetik Ternak Lokal. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.
15. Hasbi Munarka MS, Samsul Bachri, Askar. (2015). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Permintaan Dagang Sapi Potong di Kota Palopo. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol.02, No.01.
16. Hasyifuddin, Helmi. (2018). Mekanisme Penetapan Harga Jual Beli Sapi di
Pasar Sibreh Aceh Besar. Aceh : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda
Aceh.
18. Kusuma, P.T.W.W dan Mayasati, N.K.I. (2014). Analisa Kelayakan Finansial
Pengembanan Usaha Produksi Komoditas Lokal: Mie Berbasis Jagung. Jurnal
Agritech, Volume 34 (2): 194-202.
xv
STIMLOG Indonesia
22. Otampi, Ricky S., F.H Elly., M.A Manese., G.D Lenzun. (2017). Pengaruh
Harga Pakan dan Upah Tenaga Kerja Terhadap Usaha Ternak Sapi Potong
Petani Peternak di Desa Wineru Kecamatan Likupang Timur Kabupaten
Minahasa Utara. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado,
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal) Vol. 37 (2), 483 – 495.
23. Perdana, Echo. (2016). Olah Data Skripsi Dengan SPSS 22. LAB KOM
MANAJEMEN FE UBB, Universitas Bangka Belitung.
25. Pujawan, I Nyoman. (2017). Supply Chain Management Edisi ke-3. Surabaya:
Guna Widya.
26. Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional. (2020). Informasi
Harga Pangan Antar Daerah. Diakses pada 2 Agustus 2020, dari
https://hargapangan.id/tabel-harga/pasar-tradisional/daerah.
28. Saptana, Nyak Ilham. (2017). Manajemen Rantai Pasok Komoditas Ternak dan
Daging Sapi. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Analisis
Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Bogor.
29. Sugandi, W.K., Kramadibrata, M.A.M, Widyasanti, A., Putri, A.R. (2017). Uji
kinerja dan analisis ekonomi mesin pengupas bawang merah (MPB TEP-
0315). Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem Vol. 5 No. 2: 440 –
451.
31. Supply Chain Indonesia. (2015). Rantai Pasok Sapi Potong di Indonesia.
Bandung.
xvi
STIMLOG Indonesia
32. Susilawati, Trinil. (2017). Sapi Lokal Indonesia. Malang : UB Press.
33. Suyono. (2018). Analisis Regresi Untuk Penelitian Edisi ke-1. Yogyakarta :
Deepublish, CV Budi Utama.
34. Turban, Rainer, Porter. Supply Chain Management. Dalam Widyarto, A.,
(2012). Peran Supply Chain Management dalam Sistem Produksi dan Operasi
Perusahaan. Benefit Journal of Management and Business. 16(2), 91-98.
35. Wibowo, Hendro. (2019). Meraup Rupiah dengan Beternak Sapi Potong.
Yogyakarta : Laksana.
xvii
STIMLOG Indonesia
LAMPIRAN
Identitas responden peternak sapi potong di Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan.
No Nama Umur (Tahun) Jenis Kelamin Pendidikan Kepemilikan Ternak (ekor) Lama Beternak (Tahun)
1 Yatno 51 Laki-laki SD 3 18
2 Iksan 48 Laki-laki SD 3 12
3 Warsum 55 Laki-laki SD 4 16
4 Lukman 42 Laki-laki SMP 3 15
5 Haryono 50 Laki-laki SD 5 20
6 Dofir 51 Laki-laki SD 3 19
7 Jaidin 44 Laki-laki SMP 4 16
8 Pomo 46 Laki-laki SMP 3 11
9 Misiran 52 Laki-laki SD 3 22
10 Naim 56 Laki-laki SD 4 19
11 Maryanto 37 Laki-laki SMA 3 7
12 Wasis 46 Laki-laki SMP 6 13
13 Paidi 56 Laki-laki SD 3 23
14 Deden 38 Laki-laki SMK 4 12
15 Yusuf 36 Laki-laki SMA 4 8
16 Waki 48 Laki-laki SD 5 14
17 Hasan 38 Laki-laki SMP 3 5
18 Jono 40 Laki-laki SMP 5 12
19 Dahrun 58 Laki-laki SD 3 24
No Nama Umur (Tahun) Jenis Kelamin Pendidikan Kepemilikan Ternak (ekor) Lama Beternak (Tahun)