Anda di halaman 1dari 170

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA

TERNAK DALAM RANTAI PASOK SAPI POTONG


(STUDI KASUS : SENTRA PETERNAKAN RAKYAT
KECAMATAN SIDOMULYO KABUPATEN LAMPUNG
SELATAN)

TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Oleh :

Bustanul Arifin
16116074

JENJANG STRATA 1
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LOGISTIK
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN LOGISTIK INDONESIA
BANDUNG
2021
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Bustanul Arifin


NPM : 16116074
Program Studi : Manajemen Logisitk

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir yang telah saya buat dengan judul :
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Ternak Dalam Rantai Pasok
Sapi Potong (Studi Kasus : Sentra Peternakan Rakyat Kecamatan Sidomulyo
Kabupaten Lampung Selatan)” adalah asli (orisinil) dan belum pernah
diterbitkan/dipublikasikan dimanapun dan dalam bentuk apapun. Demikianlah
surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari
pihak manapun juga. Apabila dikemudian hari ternyata saya memberikan
keterangan palsu dan atau ada pihak lain yang mengklaim bahwa tugas akhir yang
telah saya buat adalah hasil karya milik seseorang atau badan tertentu, saya bersedia
diproses baik secara pidana maupun perdata dan kelulusan saya dari Sekolah Tinggi
Manajemen Logistik Indonesia dicabutkan/dibatalkan.

Dibuat di : Bandung
Pada tanggal : 22 Desember 2020
Yang menyatakan,

Bustanul Arifin
16116074

ii
STIMLOG Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh

Nama : Bustanul Arifin


NPM : 16116074
Program Studi : Manajemen Logistik
Judul Tugas Akhir : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Ternak Dalam
Rantai Pasok Sapi Potong (Studi Kasus : Sentra Peternakan
Rakyat Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan)

Telah berhasil dipertahankan pada sidang Sarjana dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh Sarjana Logistik (S.Log) pada
Program Studi Manajemen Logistik, Sekolah Tinggi Manajemen Logistik
Indonesia.

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Ir. Afferdhy Ariffien, MT) (Budi Nur Siswanto, ST., MT)

Ditetapkan di : ……………………

Tanggal : ……………………

iii
STIMLOG Indonesia
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah meridhoi
dan memberikan Rahmat serta karunia-Nya sehingga laporan tugas akhir ini dapat
saya selesaikan. Tujuan dari pembuatan laporan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi
salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Logistik Program Studi Manajemen Logistik pada
Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, akan sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
beberapa pihak yang secara langsung dan tidak langsung membantu
menyelesaikan laporan ini, dengan segala ketulusan hati penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ir. Afferdhy Ariffien, MT selaku dosen pembimbing 1 yang telah memberikan


bimbingan dan bantuan hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini;

2. Budi Nur Siswanto, ST., MT selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini;

3. Orang tuaku Mudofir dan Hadawiyah, terimakasih telah memberikan


dukungan, doa, materi, serta izin hingga saat ini dimanapun penulis sekarang
berada;

4. Kakak-kakakku, Mba Ita, Mba Ika, dan Aa Khozi, terimakasih karena selalu
memberi doa dan dukungan baik berupa moril dan materiil sejak awal kuliah
hingga sekarang;

5. Para peternak sapi dan staf karyawan kantor Kecamatan Sidomulyo yang telah
membantu dalam memperoleh data yang saya perlukan;

6. Orang yang spesial, Mesy Hadiana, terimakasih telah membantu penulis dalam
membuat Tugas Akhir ini serta selalu ada didalam suka maupun duka;

7. Rekan Kampus, Vica, Achmad, Dimas terimakasih telah memberi dorongan


dan menjadi teman diskusi dalam menyusun Tugas Akhir ini;

8. Teman-teman Logistik C 2016 yang telah menjadi keluarga baru sejak awal
perkuliahan;

iv
STIMLOG Indonesia
9. Rekan-rekan MPM STIMLOG yang telah menjadi tempat belajar dan
mengembangkan diri; dan

10. Teruntuk diriku sendiri, terimakasih.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu diharapkan untuk untuk para pembaca agar memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan penelitian ini. Semoga
laporan tugas akhir dapat berguna bagi semua orang yang terlibat didalamnya dan
semua orang yang membacanya.

Bandung, 22 Desember 2020

Bustanul Arifin
16116074

v
STIMLOG Indonesia
ABSTRAK
Tugas Akhir ini membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga
ternak dalam rantai pasok sapi potong serta kaitannya terhadap kelayakan usaha
pada sentra peternakan rakyat di Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan. Adanya
produk daging impor mengakibatkan produk daging lokal menjadi kalah saing
terutama dari segi harga. Harga daging sapi lokal masih lebih mahal yakni dijual
kepada konsumen dengan kisaran harga Rp 112.750/Kg – Rp 121.750/Kg (PHIPS
Nasional 2020), sedangkan daging impor dijual dengan harga Rp 80.000/Kg
(Permendag No.96 Tahun 2018). Kemudian dengan beroperasinya perusahaan
feedlot skala besar menyebabkan turunnya jumlah pengusaha ternak sapi di
Kecamatan Sidomulyo dalam beberapa tahun terkahir. Penurunan tersebut ditandai
dengan mengurangnya populasi ternak dari sekitar 11.000 ekor menjadi 3.200 ekor
dalam kurun waktu 2015 – 2020 (BPS Kabupaten Lampung Selatan). Dengan
demikian keberlangsungan dan kelayakan usaha peternakan rakyat perlu
dipertanyakan kembali.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi harga ternak sapi pada tingkat peternak serta bagaimana
keberlangsungan usaha peternakan rakyat dengan munculnya perusahaan feedlot
skala besar, apakah masih menguntungkan atau tidak. Hasbi Munarka dkk (2015),
Helmi Hasyifuddin (2018), Supply Chain Indonesia (2015), serta Ricky S. Otampi
dkk (2017) menyatakan dalam penelitian sebelumnya bahwa harga daging sapi,
jenis sapi, transportasi, pakan, serta waktu pemeliharaan merupakan faktor yang
mempengaruhi harga ternak. Sehingga faktor-faktor tersebut yang akan digunakan
dan diteliti dalam peneltian ini. Untuk melihat pengaruh serta hubungan dari
keseluruhan faktor terhadap harga ternak dan mengetahui kelayakan usaha
peternakan tesebut, penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda
serta melakukan analisis kelayakan usaha dari aspek finansial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh faktor yang ada memiliki
hubungan yang kuat dan memberi pengaruh positif terhadap harga ternak sapi
potong. Harga daging sapi merupakan faktor dominan dalam memberi pengaruh,
sedangkan transportasi merupakan faktor terkecil dalam memberi pegaruh. Usaha
peternakan rakyat dengan kepemilikan 3 dan 4 ekor dinyatakan tidak layak untuk
dijalankan. Sedangkan usaha peternakan dengan kepemilikan 5 dan 6 ekor
dinyatakan layak untuk dijalankan. Usaha ternak dengan kepemilikan 3 ekor
didapat BEP yakni 3 ekor dan Rp 52.958.635, NPV sebesar -Rp 31.913.759, IRR
sebesar 0,9%, BCR sebesar 1,04 serta Payback period selama 9,5 tahun. Usaha
ternak dengan kepemilikan 4 ekor didapat BEP yakni 4 ekor dan Rp 68.651.018,
NPV sebesar -Rp 15.507.533, IRR sebesar 2,1%, BCR sebesar 1,07 serta Payback
period selama 5,6 tahun. Usaha ternak dengan kepemilikan 5 ekor didapat BEP
yakni 5 ekor dan Rp 84.442.736, NPV sebesar Rp 898.693, IRR sebesar 4,4%, BCR
sebesar 1,08 serta Payback period selama 4,4 tahun. Usaha ternak dengan
kepemilikan 6 ekor didapat BEP yakni 6 ekor dan Rp 100.183.830, NPV sebesar
Rp 17.304.919, IRR sebesar 9,5%, BCR sebesar 1,09 serta Payback period selama
3,8 tahun.

Kata kunci: Sapi Potong, Peternakan Rakyat, Regresi Liner Berganda, Kelayakan
Usaha.

vi
STIMLOG Indonesia
ABSTRACK
This final project discusses factors that influence the price of livestock in the supply
chain of beef cattle and the relation to the feasibility of a smallholder livestock in
Sidomulyo District, South Lampung. The existence of imported meat products
results in local meat products becoming less competitive, especially in terms of
price. The price of local beef is still more expensive, which is sold to consumers at
a price range of Rp. 112,750 /Kg - Rp. 121,750 Kg (PHIPS Nasional, 2020), while
the price of imported beef is sold at Rp. 80,000 / Kg (Permendag No.96 Tahun
2018). Then with the operation of large-scale feedlot companies, the number of
cattle entrepreneurs in Sidomulyo District has decreased in the last few years. This
decline was marked by the reduction of the livestock population from around 11,000
heads to 3,200 head in the period 2015 - 2020 (BPS Kabupaten Lampung Selatan).
Thus the sustainability and feasibility of the people's livestock business needs to be
confirmed.
The purpose of this study was to determine what factors influence the price
of cattle at the farmer level and how the sustainability of the people's livestock
business with the emergence of large-scale feedlot companies, is it still profitable
or not. Hasbi Munarka et al (2015), Helmi Hasyifuddin (2018), Supply Chain
Indonesia (2015), and Ricky S. Otampi et al (2017) stated in previous research that
that beef prices, types of cattle, transportation, feed, and breeding time are factors
that influence price of livestock So that these factors will be used and examined in
this research. To see the effect and relationship of all factors on the price of
livestock and to determine the feasibility of the farm business, this study used
multiple linear regression analysis and conducted a business feasibility analysis
from a financial aspect.
Based on the research that has been done, it is known that all existing
factors have a strong relationship and have a positive influence on the price of beef
cattle. The price of beef is the dominant factor in giving effect, while transportation
is the smallest factor in giving an influence. Smallholder livestock businesses with
ownership of 3 and 4 heads are declared unfit to run. Meanwhile, the livestock
business with ownership of 5 and 6 heads was declared feasible to run. The
livestock business with ownership of 3 cows was obtained by BEP, namely 3 heads
and IDR 52,958,635, NPV of -IDR 31,913,759, IRR of 0.9%, BCR of 1.04 and
Payback period of 9.5 years. The livestock business with ownership of 4 heads was
obtained by BEP, namely 4 heads and IDR 68,651,018, NPV of -IDR 15,507,533,
IRR of 2.1%, BCR of 1.07 and Payback period of 5.6 years. The livestock business
with ownership of 5 heads was obtained by BEP, namely 5 heads and IDR
84,442,736, NPV of IDR 898,693, IRR of 4.4%, BCR of 1.08 and Payback period
of 4.4 years. The livestock business with ownership of 6 cows was obtained by BEP,
namely 6 heads and IDR 100,183,830, NPV of IDR 17,304,919, IRR of 9.5%, BCR
of 1.09 and Payback period of 3.8 years.

Keywords: Beef Cattle, Smallholder Livestock, Multiple Liner Regression, Business


Feasibility.

vii
STIMLOG Indonesia
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

ABSTRACK ...................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ I-1

1.1 Latar Belakang.................................................................................... I-1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... I-6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ I-7
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. I-7
1.5 Batasan Penelitian ............................................................................... I-8
1.6 Sistematika Penulisan ......................................................................... I-8
BAB II STUDI PUSTAKA ............................................................................ II-1

2.1 Rantai Pasok ...................................................................................... II-1


2.2 Manajemen Rantai Pasok ................................................................... II-2
2.3 Analisis Regresi Linear ...................................................................... II-3
2.4 Uji Validitas ...................................................................................... II-5
2.5 Uji Reliabilitas ................................................................................... II-6
2.6 Uji Asumsi Klasik.............................................................................. II-6
2.6.1 Uji Normalitas ............................................................................ II-6
2.6.2 Uji Multikolinieritas ................................................................... II-7
2.6.3 Uji Heteroskedastisitas................................................................ II-7
2.6.4 Uji Autokolerasi ......................................................................... II-7
2.7 Regresi Linear Berganda .................................................................... II-8
2.7.1 Analisis Kolerasi Berganda (R) ................................................... II-8
2.7.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2) ........................................... II-9

viii
STIMLOG Indonesia
2.7.3 Uji t (Parsial) ............................................................................ II-10
2.7.4 Uji F (Simultan)........................................................................ II-11
2.8 Sapi Potong ..................................................................................... II-11
2.9 Sentra Peternakan Rakyat ................................................................ II-19
2.10 Analisis Biaya .................................................................................. II-20
2.10.1 Biaya Total Produksi ................................................................ II-20
2.10.2 Penerimaan ............................................................................... II-20
2.10.3 Keuntungan .............................................................................. II-21
2.11 Kelayakan Finansial Usaha .............................................................. II-21
2.11.1 Break Even Point (BEP) ........................................................... II-21
2.11.2 Net Present Value (NPV) .......................................................... II-22
2.11.3 Internal Rate of Return (IRR) .................................................... II-22
2.11.4 Benefit Cost Ratio (BCR) .......................................................... II-23
2.11.5 Payback Period (PP) ................................................................ II-23
2.12 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Ternak Sapi Potong ........ II-24
2.13 Penelitian Terdahulu ........................................................................ II-27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... III-1

3.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................... III-1


3.2 Pembahasan Diagram Alir Penelitian ................................................ III-2
3.2.1 Tahap Awal Penelitian ............................................................... III-2
3.2.2 Tahap Pengumpulan Data .......................................................... III-3
3.2.3 Tahap Pengolahan dan Analisis ................................................. III-8
3.3 Metode yang Digunakan ................................................................. III-11
3.3.1 Jenis dan Sumber Data ............................................................. III-13
3.3.2 Konsep Operasional ................................................................. III-14
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ........................ IV-1

4.1 Pengumpulan Data ............................................................................ IV-1


4.1.1 Keadaan Geografis dan Topografis ............................................ IV-1
4.1.2 Kondisi Demografi .................................................................... IV-2
4.1.3 Mata Pencaharian ...................................................................... IV-2
4.1.4 Rantai Pasok Sapi Potong di Kecamatan Sidomulyo .................. IV-3
4.1.5 Keadaan Umum Responden ....................................................... IV-8
4.1.6 Data Penelitian ........................................................................ IV-12
4.2 Pengolahan Data ............................................................................. IV-28
4.2.1 Uji Instrumen Penelitian .......................................................... IV-28

ix
STIMLOG Indonesia
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................... IV-30
4.2.3 Uji Regresi Linear Berganda .................................................... IV-34
4.2.4 Uji Kelayakan Finansial Usaha ................................................ IV-46
BAB V ANALISIS ......................................................................................... V-1

5.1 Analisis Regresi Linear Berganda ...................................................... V-1


5.2 Analisis Koefisien Kolerasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2) ........ V-2
5.3 Analisis Uji F (Simultan) ................................................................... V-3
5.4 Analisis Uji t (Parsial) ........................................................................ V-3
5.5 Analisis Kelayakan Finansial Usaha................................................... V-5
BAB VI PENUTUP ...................................................................................... VI-1

6.1 Kesimpulan....................................................................................... VI-1


6.2 Saran ................................................................................................ VI-2
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... xiv

LAMPIRAN

x
STIMLOG Indonesia
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Populasi ternak menurut kecamatan di Kabupaten Lampung


Selatan…………………………………………………………………………...I-3
Tabel 2. 1 Pedoman interpretasi koefisien kolerasi ........................................... II-9
Tabel 2. 2 Klasifikasi taksonomi sapi ............................................................. II-12
Tabel 2. 3 Penelitian sebelumnya ................................................................... II-27
Tabel 3. 1 Kisi-kisi penyusunan instrument penelitian ..................................... III-4
Tabel 3. 2 Skor skala likert.............................................................................. III-5
Tabel 3. 3 Metode yang digunakan dalam penelitian ..................................... III-11
Tabel 4. 1 Jumlah penduduk Kecamatan Sidomulyo berdasarkan jenis
kelamin……………………………………………………………………...…IV-2
Tabel 4. 2 Mata pencaharian penduduk Kecamatan Sidomulyo ....................... IV-3
Tabel 4. 3 Jenis dan jumlah peternak di Kecamatan Sidomulyo ....................... IV-8
Tabel 4. 4 Klasifikasi responden berdasarkan ummur ...................................... IV-9
Tabel 4. 5 Klasifikasi responden berdasarkan jenis kelamin .......................... IV-10
Tabel 4. 6 Klasifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan .................. IV-10
Tabel 4. 7 Klasifikasi responden berdasarkan lama beternak ......................... IV-11
Tabel 4. 8 Klasifikasi responden berdasarkan kepemilikan ternak ................. IV-12
Tabel 4. 9 Distrbusi tanggapan responden unutk variabel X1 ........................ IV-14
Tabel 4. 10 Distrbusi tanggapan responden unutk variabel X2...................... IV-15
Tabel 4. 11 Distrbusi tanggapan responden unutk variabel X3 ...................... IV-17
Tabel 4. 12 Distrbusi tanggapan responden unutk variabel X4 ...................... IV-18
Tabel 4. 13 Distrbusi tanggapan responden unutk variabel X5 ...................... IV-19
Tabel 4. 14 Distrbusi tanggapan responden unutk variabel Y ........................ IV-21
Tabel 4. 15 Biaya investasi kepemilakan 3 ekor ternak .................................. IV-24
Tabel 4. 16 Biaya tetap dan variabel kepemilakan 3 ekor ternak .................... IV-24
Tabel 4. 17 Biaya investasi kepemilakan 4 ekor ternak .................................. IV-25
Tabel 4. 18 Biaya tetap dan variabel kepemilakan 4 ekor ternak .................... IV-26
Tabel 4. 19 Biaya investasi kepemilakan 5 ekor ternak .................................. IV-26
Tabel 4. 20 Biaya tetap dan variabel kepemilakan 5 ekor ternak .................... IV-27
Tabel 4. 21 Biaya investasi kepemilakan 6 ekor ternak.................................. IV-27

xi
STIMLOG Indonesia
Tabel 4. 22 Biaya tetap dan variabel kepemilakan 6 ekor ternak .................... IV-28
Tabel 4. 23 Hasil uji validitas instrumen penelitian ....................................... IV-29
Tabel 4. 24 Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian .................................... IV-30
Tabel 4. 25 Hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov .............................. IV-35
Tabel 4. 26 Hasil uji multikolinieritas ........................................................... IV-36
Tabel 4. 27 Hasil uji autokorelasi .................................................................. IV-37
Tabel 4. 28 Hasil uji Run Test ....................................................................... IV-38
Tabel 4. 29 Hasil perhitungan regresi linear berganda ................................... IV-40
Tabel 4. 30 Hasil uji kolerasi berganda.......................................................... IV-36
Tabel 4. 31 Hasil uji koefisien determinasi .................................................... IV-37
Tabel 4. 32 Hasil uji F (Simultan) ................................................................. IV-38
Tabel 4. 33 Hasil uji t (Parsial) ...................................................................... IV-40
Tabel 5. 1 Analisis kelayakan finansial usaha ternak 3 ekor ............................. V-6
Tabel 5. 2 Analisis kelayakan finansial usaha ternak 4 ekor ............................. V-7
Tabel 5. 3 Analisis kelayakan finansial usaha ternak 5 ekor ............................. V-8
Tabel 5. 4 Analisis kelayakan finansial usaha ternak 6 ekor ........................... V-10

xii
STIMLOG Indonesia
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Diagram fishbone harga ternak di Kecamatan Sidomulyo ............. I-5


Gambar 2. 1 Model rantai pasok dan tiga macam aliran yang dikelola.............. II-2
Gambar 2. 2 Sapi bali..................................................................................... II-14
Gambar 2. 3 Sapi peranakan ongole (PO) ....................................................... II-15
Gambar 2. 4 Sapi simmental .......................................................................... II-16
Gambar 2. 5 Sapi brahman ............................................................................. II-17
Gambar 2. 6 Sapi limousin ............................................................................. II-18
Gambar 2. 7 Sapi Aberdeen angus ................................................................. II-19
Gambar 2. 8 Skema faktor yang mempegaruhi harga ternak ........................... II-27
Gambar 3. 1 Diagram alur penelitian............................................................... III-1
Gambar 4. 1 Peta Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan ........................... IV-1
Gambar 4. 2 Peta rantai pasok sapi potong di Kecamatan Sidomulyo .............. IV-4
Gambar 4. 3 Hasil uji heterokedastisitas ........................................................ IV-32

xiii
STIMLOG Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan pokok bagi manusia yang paling utama adalah pangan. Pangan
atau bahan makanan merupakan bahan bakar utama bagi manusia agar bisa
menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Namun, mengonsumsi makanan bukan
hanya untuk mengatasi rasa lapar, tetapi sebaiknya juga memperhatikan
kandungan gizi yang ada di dalamnya. Untuk mendapatkan gizi yang
seimbang, maka diperlukan konsumsi dari berbagai kelompok makanan yang
berbeda. Zat gizi yang dibutuhkan tubuh di antaranya adalah karbohidrat,
protein, lemak, dan vitamin. Dari berbagai zat gizi tersebut, rotein merupakan
salah satu zat gizi yang penting bagi tubuh. Untuk itu perlu dipastikan bahwa
asupan protein yang dikonsumsi setiap harinya sudah mencukupi kebutuhan.
Hal tersebut dikarenakan protein merupakan komponen utama seluruh sel
dalam tubuh serta berperan dalam produksi berbagai enzim dan hormon yang
memastikan tubuh berfungsi normal.

Sumber protein yang baik bagi tubuh salah satunya ialah dari daging sapi.
Oleh karena itu angka permintaan daging sapi dari tahun ke tahun selalu
mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di
Indonesia serta kesadaran akan nilai gizi yang terkandung pada daging sapi.
Kementerian Pertanian (Kementan) memproyeksikan produksi daging sapi
dalam negeri tahun 2019 sebesar 429.412 ton. Produksi tersebut merupakan
62,57% dari proyeksi kebutuhan daging sapi yakni sebesar 686.270 ton. Maka
defisit kebutuhan daging sebesar 256.858 ton akan didatangkan dari impor.

Permasalahan pokok dalam industri peternakan khususnya daging sapi


adalah permintaan produk daging yang terus meningkat dan belum mampu
dipenuhi oleh produksi dalam negeri (Sapatana dan Nyak Ilham, 2017).
Pemenuhan kebutuhan daging sapi merupakan salah satu prioritas utama yang
tercantum dalam Renstra Kementerian Pertanian 2009-2014 dan dilanjutkan
pada periode 2015-2019.

I-1
STIMLOG Indonesia
I-2

Untuk periode 2015-2019 program peningkatan produksi daging sapi masih


tetap menjadi prioritas dengan target pertumbuhan produksi daging sapi rata-
rata 10,8% per tahun (Bappenas 2014). Melalui Kementerian Pertanian,
pemeritah meginginkan terjadinya swasembada daging sapi pada tahun 2026
(Kementan 2017).

Usaha peternakan rakyat merupakan tulang punggung industri peternakan


nasional. Sehingga peternakan merupakan sektor penting dalam mendukung
perekonomian nasional. Permasalahan yang saat ini terjadi ialah tumbuhnya
perusahaan-perusahaan feedlot skala besar yang melakukan impor (Sapatana
dan Nyak Ilham, 2017). Meskipun tujuan perusahaan-perusahaan tersebut
ialah untuk memenuhi kekurangan pasokan daging dalam negeri. Namun hal
tersebut mengakibatkan keberadaan dan peran usaha peternakan rakyat yang
awalnya merupakan tulang punggung industri peternakan nasional menjadi
semakin tergeser. Faktor utama terjadinya pergeseran tersebut ialah
disebabkan oleh daya saing usaha peternakan rakyat yang masih rendah.
Terbatasnya ketersediaan sapi bakalan, pengelolaan pakan yang kurang
berkembang, gangguan penyakit, serta penerapan manajemen rantai pasok
daging sapi yang belum efisien merupakan beberapa indikator penyebabnya.
Hal ini tentu akan mempengaruhi permintaan konsumen dan tingkat harga
yang ditawarkan.

Belum adanya rencana pengembangan terkait sistem logistik peternakan


secara khusus merupakan penyebab terjadinya biaya logistik yang tinggi. Hal
tersebut berdampak terhadap harga dan daya saing komoditas, risiko
kelangkaan di wilayah tertentu, risiko fluktuasi harga, dan risiko disparitas
harga (Supply Chain Indonesia, 2015). Selain itu kegiatan transportasi juga
berdampak pada biaya logistik yang tinggi. Pemilihan moda yang saat ini
digunakan ialah truk dan juga kapal dengan kapasitas kecil sehingga
berdampak pada biaya satuan yang tinggi. Sarana dan prasarana yang
digunakan juga kurang memadai seperti kapasitas jalan, kondisi jala dan
fasilitas bongkar muat yang tidak ideal berdampak pada keselamatan hewan
(luka, stres, penyusutan, dll). Hal inilah yang membuat harga daging sapi lokal

STIMLOG Indonesia
I-3

masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga daging sapi impor. Selain
beberapa faktor diatas, terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi
tingginya harga daging sapi lokal seperti jenis sapi itu sendiri. Jenis sapi
tersebut berpengaruh pada perlakuan dan perawatan yang diberikan termasuk
pakan dan obat-obatan. Hal tersebut kemudian juga menjadi pertimbangan
yang nantinya menjadi faktor pembentuk harga daging sapi di tingkat
peternak. Daging sapi lokal saat ini dijual kepada konsumen dengan kisaran
harga Rp 112.750/Kg – Rp 121.750/Kg (PIHPS Nasional 2020), sedangkan
harga daging sapi impor dijual dengan harga Rp 80.000/Kg (Permendag No.96
Tahun 2018).

Provinsi Lampung merupakan salah satu lumbung ternak nasional dan


pemasok daging ke DKI Jakarta. Maka dari itu Pemerintah Provinsi (Pemprov)
Lampung terus mendorong berkembangnya usaha peternakan rakyat. Adapun
program yang dilakukan yaitu meningkatkan populasi ternak sapi serta
pengembangan bibit unggul. Pemprov Lampung telah mencanangkan
pendirian 20 sentra peternakan rakyat atau SPR (Lampungprov.go.id 2015)
yang beberapa diantaranya berada di Kabupaten Lampung Selatan. Populasi
ternak sapi yang tersebar di Kabupaten Lampung Selatan berjumlah 104.028
ekor dengan populasi terbanyak berada di Kecamatan Sidomulyo (BPS
Kabupaten Lampung Selatan 2015). Data populasi ternak di Kabupaten
Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 1. 1 dibawah ini.

Tabel 1. 1 Populasi ternak menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan


Sapi Sapi
Kerbau Kambing Domba Babi
No Kecamatan Potong Perah
(ekor) (ekor) (ekor) (ekor)
(ekor) (ekor)
1 Natar 13767 - 74 20529 2161 -
2 Jati Agung 19398 - 166 21947 708 252
3 Tanjung Bintang 8982 - 109 12671 554 68
4 Tanjung Sari 4822 - 176 6345 304 -
5 Katibung 6766 - 3 30607 12 526
6 Merbau Mataram 5776 - - 30218 138 -
7 Way Sulan 1940 - 44 15325 6 316
8 Sidomulyo 22334 26 33 23750 133 111
9 Candipuro 3000 - 10 18890 101 735
10 Way Panji 2867 - 7 11893 75 1874
11 Kalianda 5488 - 365 14225 441 -
12 Rajabasa 106 - 340 99393 - -
13 Palas 2764 - 128 11946 970 446

STIMLOG Indonesia
I-4

Sapi Sapi
Kerbau Kambing Domba Babi
No Kecamatan Potong Perah
(ekor) (ekor) (ekor) (ekor)
(ekor) (ekor)
14 Sragi 2084 - 10 5639 537 258
15 Penengahan 390 - 785 12515 44 -
16 Ketapang 3334 - 49 12464 877 1909
17 Bakauheni 210 - 19 6289 26 -
Lampung Selatan 104028 26 2318 354646 7087 6495

Sumber : Dinas Peternakan Kab. Lampung Selatan, 2015

Banyaknya penyebaran ternak sapi potong menandakan berkembangnya usaha


ternak sapi potong di Kecamatan Sidomulyo. Salah satu perusahaan feedlot
skala besar yang beroperasi di Kecamatan Sidomulyo ialah PT. JJAA dengan
kapasitas yang terus meningkat tiap tahunnya dan saat ini berjumlah sebanyak
19.800 ekor. Namun keberadaan perusahaan tersebut tentu membuat peran
peternakan rakyat menjadi tergeser. Hal tersebut terbukti dengan adanya
penurunan populasi ternak pada usaha peternakan rakyat dalam beberapa
tahun terkahir. Pada periode 2015 – 2020, populasi ternak di Kecamatan
Sidomulyo secara keseluruhan berjumlah antara 22.000 – 23.000 ekor (BPS
Kabupaten Lampung Selatan). Pada periode 2015 jumlah ternak PT. JJAA
ialah kurang lebih sebesar 11.000 ekor, sedangkan pada periode 2020
jumlahnya sudah meningkat menjadi 19.800 ekor. Ini menunjukkan bahwa
populasi ternak pada usaha peternakan rakyat samakin menurun, dari 11.000
ekor menjadi sekitar 3.200 ekor dalam 5 tahun. Dengan demikian maka minat
masyarakat melakukan usaha ternak semakin menurun. Maka dari itu
keberlangsungan usaha peternakan rakyat perlu dipertanyakan kembali.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas juga, daya saing


produk daging sapi lokal masih belum mampu menandingi produk daging sapi
impor. Terutama dari segi harga jual, harga daging sapi lokal masih lebih
mahal dibanding produk daging impor. Untuk itu perlu diketahui penyebab
mahalnya harga daging sapi lokal mulai dari tingkat produsen yaitu para
peternak. Harga jual ternak sapi potong pada tingkat peternak di Kecamatan
Sidomulyo sepenuhnya berada di tangan peternak. Dalam menentukan harga
tersebut para peternak mempertimbangkan berbagai faktor. Faktor-faktor
tersebutlah yang menjadi dasar pembentuk harga ternak dan nantinya akan

STIMLOG Indonesia
I-5

mempengaruhi harga daging sampai ke tingkat konsumen. Dengan adanya


berbagai faktor tersebut membuat harga jual ternak menjadi bervariatif dan
berfluktuatif. Berikut merupakan diagram fishbone terkait harga ternak sapi
potong di Kecamatan Sidomulyo.

Peternak sapi

Transportasi Sapi potong

Pemelihraan ternak

Fluktuasi Harga Ternak


Kandang dan peralatan
WOM Harga daging di pasar

Gambar 1. 1 Diagram fishbone harga ternak di Kecamatan Sidomulyo

Berdasarkan Gambar 1. 1 di atas, diketahui bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi naik turunnya harga ternak sapi potong yang terjadi di
Kecamatan Sidomulyo antara lain harga daging sapi, jenis sapi, transportasi,
pakan, dan waktu pemeliharaan. Harga daging menjadi faktor penting karena
para peternak akan menjual ternaknya mengikuti harga daging yang berlaku di
pasar. Apabila terjadi kenaikan harga daging, maka para peternak juga akan
menaikkan harga jual ternak mereka. Kemudian terkait jenis sapi, terdapat
perbedaan harga pada setiap jenis sapi. Para peternak mengungkapkan bahwa
berbeda jenis sapi maka akan memiliki karakteristik yang berbeda pula. Jenis
sapi yang lebih bagus tentu akan memiliki harga jual yang lebih tinggi.

Transportasi juga merupakan salah satu pertimbangan para peternak


dalam menentukan harga jual ternaknya. Kegiatan transportasi ternak di

STIMLOG Indonesia
I-6

Kecamatan Sidomulyo dilakukan dengan menggunakan kendaraan berupa


pick up atau L300. Sehingga kapasitas pengangkutannya kecil dan
mengakibatkan biaya satuan yang mahal. Pakan merupakan hal yang sangat
penting dalam usaha ternak sehingga persediannya harus selalu terjaga. Untuk
menciptakan pertambahan bobot sapi yang cepat dan konsisten maka
pemberian pakan merupakan fokus utama. Pakan menjadi faktor penentu
harga ternak dikarenakan biaya untuk pakan merupakan salah satu biaya
terbesar yang dikeluarkan peternak. Faktor berikutnya yang mempengaruhi
harga ternak ialah waktu pemeliharaan. Waktu tersebut merupakan
pengorbanan yang harus dilakukan peternak dalam mengurus ternaknya.
Waktu ini juga nantinya akan terkait pada pemberian pakan. Semakin lama
waktu pemelihraan maka akan semakin besar biaya pakan yang dikeluarakan.

Faktor-faktor tersebutlah yang membuat harga ternak di Kecamatan


Sidomulyo menjadi bervariatif dan berfluktuatif. Harga tersebutlah yang
kemudian akan mempengaruhi harga produk daging sampai ke tangan
konsumen menjadi mahal. Ditambah juga dengan adanya perusahaan feedlot
skala besar yang mengakibatkan peran usaha peternakan rakyat semakin
tergeser. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakuan penelitian terkait kalahnya daya saing produk daging sapi lokal.
Faktor-faktor apa saja yang membuat harga daging sapi lokal menjadi lebih
mahal dari produk daging sapi impor serta bagaimana keberlangsungan usaha
peternakan rakyat dengan kemunculan perusahaan feedlot skala besar yang
melakukan impor.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalah di atas, adapun rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi harga ternak sapi potong pada usaha
peternakan rakyat di Kecamatan Sidomulyo?
2. Bagaimana kelayakan finansial usaha pada usaha peternakan rakyat di
Kecamatan Sidomulyo?

STIMLOG Indonesia
I-7

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, adapun tujuan
dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi harga ternak sapi potong
pada usaha peternakan rakyat di Kecamatan Sidomulyo.
2. Mengetahui kelayakan finansial usaha pada usaha peternakan rakyat di
Kecamatan Sidomulyo.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Studi penelitian ini diharapkan mampu
memberikan sumbangan konseptual terutama terhadap pelaku usaha yang
terlibat dalam rantai pasok daging sapi. Manfaat yang dapat diperoleh
penelitian ini yaitu:
1. Manfaat teoritis
a. Memperoleh informasi mengenai faktor apa saja yang
mempengaruhi harga ternak sapi potong pada usaha peternakan
rakyat di Kecamatan Sidomulyo.

b. Memperoleh data yang akurat mengenai kelayakan finansial usaha


pada usaha peternakan rakyat di Kecamatan Sidomulyo.
2. Manfaat praktis
a. Sekolah Tinggi Manajemen Logistik (STIMLOG)
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan wawasan mengenai rantai pasok khususnhya
komoditas sapi kepada mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen
Logistik Indonesia (STIMLOG).
b. Bagi Pelaku Usaha
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan dan
memberikan informasi bagi para pelaku usaha pada rantai pasok
daging sapi.
c. Mahasiswa
Hasil dari penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan secara langsung mengenai rantai pasok ternak sapi potong

STIMLOG Indonesia
I-8

pada usaha peternakan rakyat di Kecamatan Sidomulyo.


d. Peneliti
Hasil penelitian ini menjadi pengalaman bagi peneliti untuk
mengembangkan penelitian yang lebih luas dan dapat dijadikan
referensi baru bagi peneliti lain yang berminat mengembangkan
penelitian ini.

1.5 Batasan Penelitian

Agar penelitian ini dapat terfokus dan tidak melebar ke masalah lain, maka
penulisan penelitian ini diberi batasan sebagai berikut :
1. Penelitian ini berfokus kepada faktor-faktor yang mempengaruhi harga
ternak sapi potong dan pengaruhnya terhadap kelayakan usaha pada usaha
peternakan rakyat di Kecamatan Sidomulyo.
2. Faktor-faktor yang digunakan dalam penetapan harga terrnak sapi potong
antara lain harga daging sapi, jenis sapi, transportasi, pakan, dan waktu
pemeliharaan.
3. Data yang diperoleh merupakan hasil observasi dan wawancara langsung
yang dilakukan oleh peneliti terhadap peternak yang tersebar di
Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.
4. Kelayakan usaha peternakan sapi potong ditinjau dengan melakukan
analisis kelayakan usaha dari aspek finansial.

1.6 Sistematika Penulisan

Penyusunan pada penelitian ini disusun ke dalam 6 bab dengan sistematika


sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Batasan Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II STUDI PUSTAKA
Bab ini berisi pengertian dan teori-teori untuk mendukung hasil penelitian yang
dilakukan.
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai urutan kerangka pemikiran penelitian, alur pengerjaan

STIMLOG Indonesia
I-9

atau Flowchart penelitian dari mulai hingga selesai.


BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi mengenai data-data yang diperlukan dalam penelitian serta
pengolahan data yang dilakukan sesuai dengan metedologi yang telah di
tentukan.
BAB V ANALISIS
Bab ini berisi mengenai analisa dari pengumpulan dan pengolahan data yang
ada pada bab IV.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan
memberikan saran mengenai penelitian tersebut.

STIMLOG Indonesia
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Rantai Pasok

Rantai pasokan didefinisikan sebagai sekelompok perusahaan yang berusaha


untuk terhubung satu sama lain untuk meningkatkan nilai aliran input dari
sumber asalnya, sehingga menjadi produk akhir yang dibutuhkan konsumen
(Pujawan, 2017). Rantai pasok adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang
secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu
produk ke tangan pemakai akhir. Pada rantai pasok berfokus pada aliran dan
transformasi barang atau jasa, mulai dari penyediaan bahan baku hingga
pengiriman produk akhir ke konsumen. Diantaranya, melibatkan proses
produksi, pengiriman, penyimpanan, distribusi dan penjualan produk untuk
memenuhi permintaan (Furqon, 2014).
Menurut Muhamad Arif dalam Supply Chain Management (2018 : 1) rantai
pasokan atau supply chain merupakan pengelolaan berbagai kegiatan dalam
rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan dengan kegiatan transformasi
atau mengubah menjadi produk jadi, setelah itu diteruskan dengan kegiatan
pengiriman produk jadi kepada konsumen melalui sistim distribusi. Konsep
rantai pasokan merupakan konsep baru untuk mempelajari masalah logistik.
Konsep lama menganggap logistik sebagai masalah internal masing-masing
perusahaan, dan solusinya berfokus pada solusi internal masing-masing
perusahaan. Dalam konsep baru, masalah logistik dipandang sebagai masalah
yang lebih luas, mulai dari bahan dasar hingga bahan akhir yang digunakan oleh
konsumen akhir, yaitu rantai pasokan barang.
Pujawan (2017) menyatakan bahwa pada suatu rantai suplai atau supply
chain, terdapat 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran
barang yang mengalir dari hulu atau upstream ke hilir atau downstream.
Sebagai contoh adalah bahan baku yang dikirim dari pemasok ke pabrik.
Setelah melalui proses produksi, produk kemudian dikirim ke distributor, lalu
ke pengecer atau ritel, kemudian ke pengguna akhir. Kemudian yang kedua
adalah aliran keuangan yang mengalir dari hilir ke hulu. Selanjutnya yang

II-1
STIMLOG Indonesia
II-2

ketiga adalah aliran informasi yang mengalir dua arah dari hulu ke hilir ataupun
sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk di setiap supermarket
merupakan informasi yang dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik. Pabrik
juga seringkali membutuhkan informasi terkait ketersediaan kapasitas produksi
yang dimiliki oleh pemasok. Gambar 2.1 dibawah ini menunjukan model rantai
pasok dan tiga macam aliran yang dikelola.

Gambar 2. 1 Model rantai pasok dan tiga macam aliran yang dikelola
Sumber : Pujawan, 2017

2.2 Manajemen Rantai Pasok

Manajemen rantai pasok adalah suatu metode, alat, atau pendekatan yang
terintegrasi dengan dasar semangat kolaborasi dan koordinasi untuk mengelola
jaringan perusahaan-perusahaan (supplier, pabrik, distributor, toko atau retail,
serta perusahaan jasa pendukung seperti perusahaan jasa logistik) yang secara
bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke
tangan konsumen (Pujawan dan Mahendrawati, 2010).
Muhamad Arif dalam Supply Chain Management (2018 : 7) mendefinisikan
bahwa manajemen rantai pasok atau supply chain management adalah sebagai
sebuah rantai suplai, rantai pasokan, jaringan logistik, atau jaringan suplai yang
merupakan sebuah sistem terkoordinasi yang terdiri atas organisasi, sumber
daya manusia, aktivitas, informasi, dan sumber-sumber daya lainnya yang
terlibat secara bersama-sama dalam memindahkan suatu produk atau jasa baik

STIMLOG Indonesia
II-3

dalam bentuk fisik maupun virtual dari suatu pemasok ke pelanggan.


Manajemen rantai pasok adalah seperangkat metode yang digunakan untuk
secara efektif mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang dan lokasi
penyimpanan lainnya (Maghfiroh, 2010). Manajemen rantai pasokan atau SCM
mencakup keseluruhan koordinasi dan integrasi arus barang dan modal dari
semua pelaku bisnis di seluruh rantai pasokan.
Menurut Turban, Rainer dan Porter dalam Widyarto, A (2012), terdapat
3 (tiga) macam komponen rantai pasok, yaitu:
a. Bagian Hulu
Bagian hulu rantai pasok mencakup aktivitas dari perusahaan manufaktur
dengan penyalurannya (dapat berupa manufaktur, assembler, atau kedua-
duanya) serta hubungan mereka kepada pada penyalur (para penyalur
second-tier). Hubungan pada penyalur dapat diperluas menjadi beberapa
tingkatan sesuai dengan kebutuhan dan semua sumber material. Misalnya
langsung dari pertambangan, perkebunan dan lain-lain. Pada bagian hulu
rantai pasokan, aktivitas yang mendapat prioritas utama adalah
pengadaan.
b. Bagian Internal
Bagian internal rantai pasok mencakup semua proses pemasukan barang
ke gudang yang nantinya digunakan dalam mengubah masukan dari para
pemasok menjadi produk perusahaan. Perhatian utama atau focus utama
pada bagian internal rantai pasokan antara lain manajemen produksi,
pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
c. Bagian Hilir
Bagian hilir rantai pasok mencakup semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Pada bagian hilir rantai
pasokan, perhatian utama difokuskan pada distribusi, pergudangan,
transportasi, dan pelayanan purna jual.

2.3 Analisis Regresi Linear


Menurut Johan Harlan dalam Analisis Regresi Linear (2018 : 5) menyatakan
bahwa regresi linear (linear regression) adalah teknik yang digunakan untuk
memperoleh model hubungan antara 1 variabel dependen dengan 1 atau lebih

STIMLOG Indonesia
II-4

variabel independen. Apabila hanya menggunakan 1 variabel independen dalam


model, maka teknik ini disebut sebagai regresi linear sederhana (simple linear
regression), sedangkan jika yang digunakan adalah beberapa variabel
independen, teknik ini disebut regresi linear ganda (multiple linear regression).
Secara umum regresi linear terbagi menjadi dua yaitu regresi linear
sederhana (simple linear regression) dan regresi linear ganda (multiple linear
regression).
1. Regresi Linear Sederhana
Regresi linier sederhana adalah model probabilistik yang menyatakan
hubungan linear antara dua variabel dimana salah satu variabel dianggap
memengaruhi variabel yang lain. Variabel yang mempengaruhi
dinamakan sebagai variabel indipenden atau variabel bebas dan variabel
yang dipengaruhi dinamakan variabel dipenden atau variabel terikat.
Contohnya seorang peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh
(hubungan) linear dari intelegency quotient (IQ) terhadap hasil belajar
statistika mahasiswa (Suyono, 2018). Model probabilistik untuk regresi
liear sederhana adalah sebagai berikut.

𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑥 + 𝑒 ……………………………………………….(2.1)

Dimana x adalah variabel independent, Y adalah variabel dipenden, a dan


b adalah parameter-parameter yang nilainya tidak diketahui yang
dinamakan Koefisien, dan e adalah kekeliruan atau galat acak (random
error). Galat acak mempunyai peranan yang sangat penting dalam analisis
regresi. Galat acak digunakan untuk memodelkan variasi nilai-nilai Y
untuk nilai x yang tetap (Suyono, 2018).
2. Regresi Linear Berganda
Menurut Johan Harlan dalam Analisis Regresi Linear (2018 : 13)
menyatakan bahwa regresi linear ganda (multiple linear regression) adalah
model regresi linear dengan 1 variabel terikat (dependen) kontinu beserta
n (dua atau lebih) variabel bebas (independen) kontinu dan/atau kategorik.
Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk memprediksi

STIMLOG Indonesia
II-5

perubahan nilai variabel tertentu apabila variabel lain nilainya berubah.


Dikatakan regresi berganda, karena jumlah variabel bebas (independen)
sebagai prediktor lebih dari satu, maka digunakan persamaan regresi linier
berganda dengan rumus sebagai berikut.

𝑌 = 𝑎 + (𝑏1 × 𝑋1) + (𝑏2 × 𝑋2) + ⋯ (𝑏𝑛 × 𝑋𝑛) + 𝑒 ………..…(2.2)

Dimana X1, X2, … (Xn) adalah variabel independen, Y adalah variabel


dipenden, a adalah konstanta, b1, b2, … (bn) adalah parameter-parameter
yang nilainya tidak diketahui yang dinamakan koefisien, dan e adalah
kekeliruan atau galat acak (random error).

2.4 Uji Validitas


Uji validitas digunakan untuk menunjukkan tingkat reliabilitas (keandalan) atau
akurasi alat ukur. Validitas menunjukkan ketepatan antara data yang sebenarnya
terjadi pada subjek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti. Valid artinya
instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang harus diukur. Dalam
penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Untuk menentukan
validitas, harus mengkorelasikan skor dari setiap pertanyaan dengan skor total
dari keseluruh pertanyaan yang ada. Apabila diperoleh koefisien korelasi lebih
besar dari 0,3 atau rHitung > rTabel maka dinyatakan valid. Penentuan koefisien
korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑛 ∑ 𝑥𝑖 𝑦𝑖 −(∑ 𝑥𝑖 )(∑ 𝑦𝑖 )
𝑟𝑥𝑦 = …………………..…….….(2.3)
√{𝑛 ∑ 𝑥𝑖 −(∑ 𝑥1 )2 }−{𝑛 ∑ 𝑦𝑖 2 −(∑ 𝑦1 )2 }
2

Keterangan:
r = koefisien korelasi pearson
x = variabel independent
y = variabel dependen
n = banyak sampel

Menurut Sugiyono (2017) nilai standar validitas adalah 0,3. Jika nilai koefisien
korelasi yang diperoleh lebih besar dari nilai standar, maka pertanyaan atau

STIMLOG Indonesia
II-6

pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan valid.

2.5 Uji Reliabilitas


Menurut Sugiyono (2017) Uji reliabilitas digunakan untuk mendapatkan hasil
penelitian yang valid dan reliable dan digunakan untuk mengukur berkali-kali
untuk menghasilkan data yang sama (konsistensi). Uji reliabilitas dilakukan
untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
menggunakan alat pengukur yang sama. Untuk melihat reliabilitas masing-
masing instrumen yang digunakan, dilakukan dengan mencari nilai Cornbach
Alpha (α). Suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai cornbach alpha lebih
besar dari 0,6 yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

k .𝑟
𝐴= …………………………………………..……………(2.4)
1+(𝑘−1) 𝑟

Keterangan:
A = Koefisien reliabilitas
k = Jumlah item reliabilitas
r = Rata-rata korelasi antar item
1 = Bilangan konstanta

2.6 Uji Asumsi Klasik


2.6.1 Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2016), uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah
variabel independen dan variabel dependen atau keduanya dalam model
regresi memiliki distribusi normal atau tidak. Jika variabel tidak
berdistribusi normal maka hasil uji statistik akan menurun. Pada uji
normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji One Sample
Kolmogorov Smirnov yaitu dengan ketentuan apabila nilai signifikansi
diatas 5% atau 0,05 maka data memiliki distribusi normal. Sedangkan
jika hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov menghasilkan nilai
signifikan dibawah 5% atau 0,05 maka data tidak memiliki distribusi
normal.

STIMLOG Indonesia
II-7

2.6.2 Uji Multikolinieritas


Echo Perdana (2016) menyatakan uji multikolinearitas merupakan alat
uji model regresi untuk menemukan adanya korelasi antar variable bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak memiliki
korelasi antar variabel independen. Uji multikolinearitas dapat dilakukan
dengan uji regresi, dengan nilai patokan VIF (Variance Inflation Factor)
dan nilai Tolerance. Kriteria yang digunakan adalah :
1. Jika nilai VIF di sekitar angka 1-10, maka dikatakan tidak terdapat
masalah multikolinearitas.
2. Jika nilai Tolerance ≥ 0.10, maka dikatakan tidak terdapat masalah
multikolinearitas.

2.6.3 Uji Heteroskedastisitas


Echo Perdana (2016) menyatakan uji heterokedastisitas merupakan alat
uji model regresi untuk mengetahui ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Jika varians residual dari
satu pengamatan ke pengamatan lainnya konstan maka disebut
homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
masalah heterokedastisitas. Tidak terdapat heteroskedastisitas apabila :
1. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
2. Titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau disekitar angka 0.
3. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

2.6.4 Uji Autokolerasi


Menurut Echo Perdana (2016), uji autokorelasi merupakan alat uji model
regresi untuk mengetahui adanya korelasi antara kesalahan penggangu
pada periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya. Apabila terdapat korelasi, maka terjadi masalah
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Untuk menddetekasi
terjadinya autokorelasi dilakukan dengan uji statistik Durbin-Watson.
Deteksi Autokorelasi Positif :
Jika d < dL, maka terdapat autokorelasi positif.

STIMLOG Indonesia
II-8

Jika d > dU, maka tidak terdapat autokorelasi positif.


Jika dL < d < dU, maka pengujian tidak ada kesimpulan yang pasti.
Deteksi Autokorelasi Negatif :
Jika (4-d) < dL, maka terdapat autokorelasi negatif.
Jika (4-d) > dU, maka tidak terdapat autokorelasi negatif.
Jika dL < (4-d) < dU, maka pengujian tidak ada kesimpulan yang pasti.

Ghozali (2016) menyatakan bahwa autokorelasi dapat muncul akibat


observasi yang berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu sama
lainnya. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari
autokolerasi. Untuk mendeteksi terjadi atau tidaknya autokorelasi dapat
juga dilakukan dengan uji Run Test. Uji tersebut merupakan bagian dari
statistik non-parametik yang dapat digunakan untuk melakukan
pengujian, apakah antar residual terjadi korelasi yang tinggi. Apabila
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 5% atau 0,05, maka terdapat
gejala autokolerasi. Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 5%
atau 0,05, maka tidak terdapat gejala autokolerasi.

2.7 Regresi Linear Berganda


2.7.1 Analisis Kolerasi Berganda (R)
Analisis korelasi berganda merupakan metode yang digunakan untuk
menentukan derajat atau kekuatan hubungan antara seluruh variabel X
terhadap variabel Y secara bersama-sama. Menurut Sugiyono (2017)
koefisien korelasi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑟𝑦1 2 +𝑟𝑦2 2 −2𝑟𝑦1 𝑟𝑦2 𝑟1,2


𝑅𝑦,𝑥1𝑥2 = √ ……………………….…….(2.5)
1−𝑟1,2 2

Keterangan :
𝑅𝑦,𝑥1 𝑥2 = koefisien Korelasi antara variabel X1 dan X2
𝑟𝑦1 = koefisien korelasi linier variabel y dan X1
𝑟𝑦2 = koefisien korelasi linier variabel y dan X2
𝑟1,2 = koefisien korelasi linier variabel X1 dan X2
Dari nilai koefisien korelasi (R) yang diperoleh didapat hubungan – 1 < R

STIMLOG Indonesia
II-9

< 1 sedangkan harga untuk masing-masing nilai R adalah sebagai berikut.


a. Apabila R = 1, atinya terdapat hubungan antara variabel X dan Y
semua positif sempurna.
b. Apabila R = –1, artinya terdapat hubungan antara variabel X dan Y
negatif sempurna..
c. Apabila R = 0, artinya tidak terdapat hubungan antara X dan Y.
d. Apabila nilai R berada diantara –1 dan 1, maka tanda negatif (–)
menyatakan adanya korelasi tak langsung atau korelasi negatif dan
tanda positfi (+) menyatakan adanya korelasi langsung atau korelasi
positif
Sebagai bahan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang telah
diperoleh, maka dapat berpedoman pada ketentuan sesuai tabel berikut ini
(Sugiyono, 2017).
Tabel 2. 1 Pedoman interpretasi koefisien kolerasi

Interval Koefisien Kolerasi Tingkat Hubungan


0,00 – 0,19 Sangat rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,59 Sedang
0,60 – 0,79 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat

Sumber : Sugiyono (2017)

2.7.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2)


Menganalisis koefisien determinasi dalam regresi linier berganda
dilakukan untuk mengetahui persentase kontribusi variabel independen
atau variabel bebas (X1, X2, ..., Xn) terhadap variabel terikat atau variabel
dependen (Y) secara bersamaan. Koefisien ini menunjukkan besarnya
persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model
mampu menjelaskan variasi variabel dependen. Untuk mengetahui nilai
koefisien determinasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut.

STIMLOG Indonesia
II-10

𝐾𝑑 = 𝑟 2 × 100% …………………….…………………………..(2.6)

Keterangan :
Kd = Koefisien determinasi
r2 = Kuadrat korelasi ganda.

Standar analisis koefisien determinasi yakni jika Kd yang diperoleh


adalah nol (0), variabel independen memiliki pengaruh yang lemah
terhadap variabel dependen. Jika Kd mendeteksi satu (1) maka variabel
independen memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel dependen.

2.7.3 Uji t (Parsial)


Uji t (t-test) melakukan pengujian terhadap koefisien regresi secara
parsial, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran
secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen
dengan mengasumsikan bahwa variabel independen lain dianggap
konstan. Adapun uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

𝑟√𝑛−2
𝑡= ……………………………………………………….(2.7)
√1−𝑟 2

Keterangan:
t = distribusi t
r = koefisien korelasi parsial
r2= koefisien determinasi
n = jumlah data
Hasil perhitungan tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel
dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Kriteria yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a. H0 diterima jika nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai 𝑆𝑖𝑔 > ∝
b. H0 ditolak jika nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai 𝑆𝑖𝑔 < ∝
Bila terjadi penerimaan Ho maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

STIMLOG Indonesia
II-11

pengaruh signifikan, sedangkan bila Ho ditolak artinya terdapat pengaruh


yang signifikan.

2.7.4 Uji F (Simultan)


Uji F adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan atau
bersama-sama. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
semua variabel bebas (independent) yang digunakan dalam model secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat (dependen). Adapun
uji F dapat dilakukan dengan menggunakan dirumuskan sebagai berikut:

𝑅 2 /𝑘
𝐹 = (1−𝑅2 )/(𝑛−𝑘−1) …………………………...………..……(2.8)

Keterangan:
R2 = koefisien determinasi
k = jumlah variabel independen
n = jumlah anggota data atau kasus
Hasil perhitungan yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai
F tabel menggunakan tingkat resiko atau signifikan level 5%. Adapun
kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. H0 ditolak jika nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai 𝑆𝑖𝑔 < ∝
b. H0 diterima jika nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai 𝑆𝑖𝑔 > ∝
Jika terjadi penerimaan Ho maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat
pengaruh signifikan dari variabel-variabel bebas bebas secara simultan
terhadap variabel terikat. Begitupula sebaliknya, apabila Ho ditolak maka
terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel-varibel bebas secara
simultan terhadap variabel terikat.

2.8 Sapi Potong


Sapi potong adalah sapi yang dipelihara dan dikembangkan dengan tujuan
utama untuk menghasilkan daging, sehingga sering disebut sebagai sapi
pedaging (Daniel, 2014). Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara
untuk digemukkan karena memiliki karakteristik utama yaitu tingkat
pertumbuhan cepat dan kualitas daging yang cukup baik. Secara umum sapi

STIMLOG Indonesia
II-12

tersebut dijadikan sebagai sapi bakalan kemudian dipelihara secara intensif


selama kurun waktu tertentu, sehingga diperoleh pertambahan bobot badan
ideal untuk kemudian dipotong.
Menurut Tety Hartatik (2019) dalam taksonomi hewan sapi diklasifikasikan
seperti pada Tabel 2. 2 berikut ini.
Tabel 2. 2 Klasifikasi taksonomi sapi

Kerajaan Animalia
Filum Chordata
Kelas Mamalia
Subkelas Ttheria
Ordo Artiodactyla
Subordo Ruminantia
Famili Bovidae
Subfamili Bovinae
Genus Bos
Spesies Bos taurus
Bos sondaicus
Bos indicus

Sumber : Tety Hartatik, 2019

Menurut Trinil Susilawati (2017) secara garis besar sapi digolongkan menjadi
tiga kelompok sebagai berikut.
1. Bos Indicus
Bos indicus (zebu : sapi berponok) inilah yang sekarang berkembang di
India, dan akhirnya sebagian menyebar ke berbagai negara, terlebih ke
daerah tropis seperti Asia Tenggara (termasuk Indonesia), Afrika,
Amerika, dan Australia. Di Indonesia terdapat sapi keturunan zebu, yakni
sapi ongole dan peranakannya (PO) serta brahman. Di Amerika dan
Australia juga ada bangsa sapi keturunan zebu, yakni American Brahman.
2. Bos Taurus
Bos taurus merupakan bangsa sapi keturunan dari bangsa bangsa sapi
potong dan perah di Eropa. Golongan ini akhirnya menyebar ke berbagai

STIMLOG Indonesia
II-13

penjuru dunia, terlebih Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Saat ini
keturunan Bos Taurus telah banyak diternakkan dan dikembangkan di
Indonesia, misalnya aberdeen angus, hereford, shorthorn, charolais,
simmental, dan limousin.
3. Bos Sondaicus (Bos Bibos)
Golongan sapi ini merupakan sumber asli bangsa-bangsa sapi di
Indonesia. Sapi yang saat ini ada merupakan keturunan banteng (Bos
bibos), dewasa ini kita kenal dengan nama sapi bali, sapi madura, sapi
jawa, sapi sumatera, dan sapi lokal lainnya.

Sapi Indonesia bukanlah keturunan Bos primigenius, Bos taurus, maupun Bos
indicus. Sapi lokal merupakan hasil domestikasi sapi liar Bos javanicus dan Bos
sondanicus, yang kini sering disebut sebagai banteng. Habitat asli banteng di
Indonesia meliputi Pulau Jawa dan Kalimantan. Beberapa sumber menyebutkan
bahwa banteng liar juga hidup di Bali. Di daerah lain seperti Enggano
(Sumatera) serta Sangihe (Sulawesi) juga dijumpai banteng. Banteng di daerah
tersebut juga merupakan keturunan banteng yang telah didomestikasi, tetapi
kemudian hidup liar. Hewan semacam itu disebut sebagai hewan feral.
Introduksi banteng hasil domestikasi yang kemudian disebut sapi bali telah
menyebar ke Pulau Lombok (Nusa Tenggara Barat) dan Timor (Nusa Tenggara
Timur). Jenis-jenis sapi yang umum dikembangkan sebagai sapi potong atau
penghasil daging di Indonesia antara sebagai berikut (Hendro Wibowo, 2019).
1. Sapi Bali
Sapi Bali merupakan sapi lokal yang merupakan hasil domestikasi.
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh sapi bali adalah sebagai berikut.
a. Asal : Indonesia.
b. Fungsi : penghasil daging dan penarik beban.
c. Ciri fisik : tubuh bagian belakang berwarna putih dan ada corak
mirip kaus kaki putih di keempat kakinya.
d. Kategori : sapi berukuran kecil.
e. Bobot dewasa : 300 – 400 Kg/ekor.
f. Masa penggemukan : 3 – 5 bulan.

STIMLOG Indonesia
II-14

g. Keistimewaan : potensi kenaikan bobot 0,66 – 1 Kg/hari. Persentase


karkas 56,9%. Daya tahan tubuh sangat baik.

Gambar 2. 2 Sapi bali


Sumber : ditjenpkh.pertanian.go.id, 2017

2. Peranakan Ongole (PO)


Sapi PO merupakan hasil persilangan antara sapi ongole India dengan sapi
lokal Indonesia. Adapun karakteristik yang dimiliki oleh sapi PO adalah
sebagai berikut.
a. Fungsi : penghasil daging dan penarik beban.
b. Ciri fisik : warna putih keabuan dengan warna hitam di sekeliling
mata, mempunyai gelambir yang besar dan menggelantung.
c. Kategori : sapi berukuran sedang.
d. Bobot dewasa : 584 – 600 Kg/ekor.
e. Masa penggemukan : 3 – 5 bulan.
f. Keistimewaan : potensi kenaikan bobot 0,8 – 1 Kg/hari. Persentase
karkas 45%, tahan iklim panas, tahan terhadap ekto dan endoparasit,
pertumbuhan relatif cepat walaupun adaptasi pakan kurang baik.

STIMLOG Indonesia
II-15

Gambar 2. 3 Sapi peranakan ongole (PO)


Sumber : litbang.pertanian.go.id, 2017

3. Simmental
Karakteristik dari sapi jenis ini adalah sebagai berikut :
a. Asal : Swiss
b. Fungsi : penghasil susu, daging, sekaligus sebagai penarik beban.
c. Ciri fisik : area wajah berwarna putih, dengan hidung berwarna
merah muda. Warna tubuh cokelat muda hingga cokelat kemerahan.
d. Kategori : sapi berukuran besar.
e. Bobot dewasa : jantan 1.150 Kg/ekor dan betina 800 Kg/ekor
f. Masa penggemukan : 3 – 4 bulan.
g. Keistimewaan : potensi kenaikan bobot 1.5 – 2 Kg/hari, dengan
persentase karkas 50%.

STIMLOG Indonesia
II-16

Gambar 2. 4 Sapi simmental


Sumber : agroindustri.id, 2017

4. Brahman
Sapi jenis ini memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut.
a. Asal : India
b. Fungsi : penghasil daging.
c. Ciri fisik : berpunuk besar disekitar leher dan bahu, gelambir besar
menggantung pada leher. Warna tubuh beragam, mulai dari putih,
coklat sampai kehitaman. Bertelinga panjang dan menggantung ke
bawah.
d. Kategori : sapi berukuran besar.
e. Bobot dewasa : 550 – 800 Kg/ekor.
f. Masa penggemukan : 3 – 4 bulan.
g. Keistimewaan : potensi kenaikan bobot 1,5 – 2 Kg/hari, persentase
karkas 48,6 % – 54,2 %. Tahan terhadap cuaca panas, karena
kelenjar keringatnya lebih banyak. Lebih tahan terhadap serangan
parasit dan penyakit lainnya.

STIMLOG Indonesia
II-17

Gambar 2. 5 Sapi brahman


Sumber : pertanianku.com, 2016

5. Limousin
Sapi jenis ini memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut.
a. Asal : Perancis.
b. Fungsi : penghasil daging.
c. Ciri fisik : warna tubuh cokelat muda hingga merah keemasan.
d. Kategori : sapi berukuran besar.
e. Bobot dewasa : di atas 800 Kg/ekor.
f. Masa penggemukan : 3 – 4 bulan.
g. Keistimewaan : potensi kenaikan bobot 1,5 – 2 Kg/hari. Persentase
karkas 50 %.

STIMLOG Indonesia
II-18

Gambar 2. 6 Sapi limousin


Sumber : duniasapi.com, 2019

6. Aberdeen Angus
Sapi jenis ini memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut.
a. Asal : Skotlandia.
b. Fungsi : penghasil daging.
c. Ciri fisik : bentuk tubuh panjang dan kompak. Warna rambut hitam
pekat.
d. Kategori : sapi besar.
e. Bobot dewasa : betina 550 – 750 Kg/ekor, jantan 800 – 1.000
Kg/ekor.
f. Masa penggemukan : 3 – 4 bulan.
g. Keistimewaan : potensi kenaikan bobot 1,5 – 2 Kg/hari. Persentase
karkas 50 %. Dagingnya padat dan berserat halus sehingga banyak
disukai konsumen.

STIMLOG Indonesia
II-19

Gambar 2. 7 Sapi Aberdeen angus


Sumber : suarapeternakan.com, 2019

2.9 Sentra Peternakan Rakyat


Sentra Peternakan Rakyat (SPR) merupakan suatu kawasan tertentu sebagai
media pembangunan peternakan dan kesehatan hewan yang di dalamnya
terdapat populasi ternak tertentu yang dimiliki oleh sebagian besar pemukim di
satu desa atau lebih, serta sumber daya alam untuk kebutuhan hidup ternak (air
dan bahan pakan). Di dalam SPR, terdapat Sekolah Peternakan Rakyat
(Sekolah PR) yang merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk membangun kesadaran peternak dan mendorong tindakan kolektif.
Melalui SPR, peternak berskala kecil baik individu maupun yang sudah
tergabung dalam kelompok atau asosiasi didorong untuk berkonsolidasi
membangun perusahaan kolektif yang dikelola secara profesional dalam satu
manajemen. Ini merupakan salah satu upaya untuk menjadikan peternak
berdaulat dan memiliki posisi tawar lebih tinggi (Dirjen PKH, 2015). SPR
memiliki lima pola pikir konsepsi yaitu :
1. Sarana dan Layanan Teknis.
2. Pendampingan dan Pengawalan SDM
3. Dukungan Swasta.
4. Sarana dan Layanan Pemasaran dan Layanan Ekonomi.

STIMLOG Indonesia
II-20

5. Sarana dan Layanan Teknis memfasilitasi peternak dalam hal Puskeswan,


POS IB, Recording, serta penyediaan dan pengolahan pakan.

2.10 Analisis Biaya


Dadan Ramdhani dkk (2020) menyatakan bahwa biaya adalah semua
pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah
terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Namun, biaya
bukan hanya tentang pengeluaran, lebih dari itu biaya merupakan suatu hal
yang harus dikelola dengan baik untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas.
Dalam perspektif konsumen biaya adalah pengorbanan yang harus
dikeluarkan untuk kegiatan konsumsi produk baik berupa barang ataupun
jasa.
Berdasarkan perubahan volume kegitan, biaya diklasifikasikan menjadi
Biaya Tetap (fixed cost) dan Biaya variabel (variable cost). Biaya tetap
merupakan biaya yang jumlahnya tetap, tidak berubah untuk suatu periode
tertentu. Biaya tersebut jumlahnhya tidak akan naik atau turun meskipun
volume kegiatannya bervariasi. Biaya variabel adalah biaya yang berubah-
ubah yang disebabkan oleh adanya perubahan volume kegitan. Apabila
volume kegiatan bertambah, maka biaya biaya variabelnya juga meningkat.

2.10.1 Biaya Total Produksi


Biaya total merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi untuk
menghasilkan suatu produk baik barang atau jas. Berikut rumus untuk
menghitung total biaya produksi (Budi Hartono, 2016).

𝑇𝐶 = 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶 ………………………...……………………..(2.9)


Keterangan:
TC = Total biaya produksi (Rp)
TFC = Total biaya tetap (Rp)
TVC = Total biaya variabel (Rp).
2.10.2 Penerimaan
Penerimaan adalah jumlah total uang yang diterima atau didapatkan
sebagai pemasukan suatu usaha. Berikut rumus untuk menghitung
penerimaan (Budi Hartono, 2016).

STIMLOG Indonesia
II-21

𝑇𝑅 = 𝑃 × 𝑄 …………………………………………..………..(2.10)
Keterangan:
TR = Total penerimaan (Rp)
P = Harga produk (Rp)
Q = Jumlah produk

2.10.3 Keuntungan
Keuntungan merupakan selisih antara total pendapatan dengan total biaya
produksi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Budi Hartono,
2016).
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 …..………………………………………………(2.11)
Keterangan:
π = Keuntungan usaha (Rp)
TR = Total pendapatan (Rp)
TC = Total biaya produksi (Rp)
2.11 Kelayakan Finansial Usaha
Kelayakan usaha dapat dilihat melalui analisis finansial dengan cara
menghitung atau mencari nilai dari beberapa indikator sebagai berikut.

2.11.1 Break Even Point (BEP)


Menurut Pujawan, Break Even Point atau BEP merupakan titik
produksi atau penjualan yang harus dilakukan guna menutupi biaya
yang dikeluarkan atau nilai keuntungan sama dengan nol. Dapat juga
dikatakan titik dimana jumlah pendapatan sama dengan jumlah total
pengeluaran (Sugandi et al., 2017). Adapun rumusan BEP adalah
sebagai berikut :
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 = 𝑃−𝑉𝐶 ……………..……...………………….(2.12)

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = 𝑉𝐶 ……………………………….…….(2.13)
1−
𝑃

Dimana:
FC = Biaya tetap (Rp)
P = Harga jual per unit (Rp)
VC = Biaya variabel per unit (Rp)

STIMLOG Indonesia
II-22

2.11.2 Net Present Value (NPV)


Pujawan menyatakan bahwa NPV adalah analisis yang dilakukan
untuk melihat nilai investasi dengan mempertimbangkan perubahan
nilai mata uang. NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang
dari keuntungan dan biaya (Agriananta et al., 2018). Rumus nilai
sekarang bersih adalah sebagai berikut:

𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑𝑛𝑡=1 (1+𝑖) 𝑡 − 𝐶0 …………………….…………….(2.14)

Dimana:
CFt = Aliran kas tahun ke-t
C0 = Investasi awal pada tahun ke-0
i = Suku bunga yang digunakan
t = tahun ke-t
n = umur ekonomi

Indikator kelayakannya adalah jika NPV > 0 maka usaha layak


untuk dijalankan, jika NPV < 0 maka usaha tidak layak dijalankan,
dan jika NPV = 0 maka usaha tersebut mengembalikan sama
besarnya nilai uang yang diinvestasikan.

2.11.3 Internal Rate of Return (IRR)


Menurut Gittinger IRR adalah tingkat suku bunga maksimum yang
dapat mengembalikan biaya-biaya yang ditanam (Agriananta et al.,
2018). Perumusan IRR adalah sebagai berikut :

𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑁𝑃𝑉1−𝑁𝑃𝑉2) (𝑖2 − 𝑖1 ) ………………………...(2.15)

Dimana:
𝑖1 = suku bunga yang menghasilkan NPV positif
𝑖2 = suku bunga yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV Positif

STIMLOG Indonesia
II-23

NPV2 = NPV Negatif


Indikator usaha dikatakan layak jika nilai IRR > Cost of Capital atau
diskon rate, namum apabila IRR < Cost of Capital atau diskon rate
maka usaha tersebut tidak layak dilakukan.

2.11.4 Benefit Cost Ratio (BCR)


Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara present value
manfaat dengan present value biaya. Dengan demikian benefit cost
ratio menunjukkan manfaat yang diperoleh setiap penambahan satu
rupiah pengeluaran. Rasio ini diperoleh dengan membagi nilai
sekarang (manfaat) dengan nilai sekarang (biaya), yang bertujuan
untuk mengetahui perbandingan antara jumlah biaya terhadap
manfaat yang akan diperoleh. Perumusannya adalah sebagai berikut
(Agriananta et al., 2018).

𝐵𝑡
∑𝑛
𝑡 (1+𝑖)𝑡
𝐵𝐶𝑅 = 𝐶𝑡 …………………………………..……...(2.16)
∑𝑛
𝑡 (1+𝑖)𝑡

Dimana :
Bt = manfaat pada tahun ke-t
Ct = biaya pada tahun ke-t
i = suku bunga yang digunakan
t = tahun ke-t
Indikator kelayakannya adalah jika BCR > 1 maka usaha tersebut
layak dan sebaliknya jika BCR < 1 maka usaha tersebut tidak layak.

2.11.5 Payback Period (PP)


Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk
mengembalikan investasi awal dengan bentuk aliran kas (Kusuma,
2014). Semakin pendek waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan nilai investasi yang dikeluarkan maka bisnis
semakin layak diusahakan. Rumus perhitunganya adalah sebagai
berikut:

STIMLOG Indonesia
II-24

𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑃𝑃 = 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 ……………...…..…..(2.17)

Indikator kelayakan adalah jika nilai PP lebih kecil atau sama


dengan periode usaha.

2.12 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Ternak Sapi Potong

Menurut Dadan Ramdhani (2020), secara umum metode penetapan harga


terdiri dari 3 macam pendekatan, yaitu berdasarkan biaya atau pengorbanan,
berdasarkan harga pesaing, dan berdasarkan permintaan. Sedangkan secara
khusus strategi penetapan harga dapat dilihat berdasarkan 2 sudut pandang,
yaitu produk dan jumlah yang diperjualbelikan. Berdasarkan hal tersebut,
maka faktor-faktor yang mempengaruhi harga ternak sapi potong adalah
sebagai berikut :
1. Harga Daging Sapi
Harga daging sapi yang dimaksud ialah harga daging sapi per Kilogram
yang saat ini berlaku di pasar dalam lingkup wilayah Kecamatan
Sidomulyo. Harga dan permintaan merupakan hal yang saling
berkaitan, harga daging yang terbentuk merupakan pengaruh dari
permintaan pasar dan sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
harga tersebut terbentuk berdasarkan kendali pasar.
Hasbi Munarka dkk (2015) menyatakan bahwa harga daging sapi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap permintaan daging sapi.
Sehingga sesuai dengan pendapat Dadan Ramdhani (2020) diatas,
bahwa penetapan harga dipengaruhi oleh permintaan. Maka penulis
menduga harga daging sapi yang terbentuk berdasarkan permintaan
pasar tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi harga ternak sapi
potong di tingkat peternak.
2. Jenis Sapi
Dadan Ramdhani (2020) menyatakan bahwa salah satu metode
penetapan harga adalah berdasarkan produk itu sendiri. Suatu produk
tertentu akan memiliki variasi, sehinga produk yang sama atau sejenis
akan memiliki spesifikasi yang berbeda. Adapun dalam penelitian ini,

STIMLOG Indonesia
II-25

produk yang dimaksud ialah sapi potong. Sedangkan variasi produk


yang dimaksud ialah jenis sapi. Setiap jenis sapi yang berbeda akan
memiliki spesifikasi atau karakteistik yang berbeda pula. Sehingga
harga yang ditetapkan pun akan berbeda.
Helmi Hasyifuddin (2018), menyatakan bahwa mekanisme
penetapan harga ternak sapi sepenuhnya berada pada pihak penjual atau
peternak. Harga ternak sapi yang ditetapkan cukup bervariasi atau
berbeda-beda. Perbedaan harga yang terjadi dipengaruhi oleh ukuran,
bentuk, dan jenis sapi. Berdasrkan hal tersebut, maka penulis menduga
bahwa jenis sapi merupakan faktor yang mempengaruhi harga ternak
sapi potong.
3. Transportasi
Transportasi merupakan salah satu faktor yang mementukan harga
ternak sapi potong. Dalam hal ini fokus utamanya ialah biaya
transportasi. Biaya tersebut pasti akan dikeluarkan oleh peternak baik
ketika membeli ataupun menjual ternak sapi. Supply Chain Indonesia
(2015) menyatakan bahwa biaya pengiriman atau transportasi
merupakan salah satu fenomena permasalahan dalam rantai pasok sapi
potong di Indonesia. Penggunaan moda transportasi dengan kapasitas
kecil mengakibatkan biaya satuan yang tinggi.
Dadan Ramdhani (2020) menyatakan bahwa penetapan harga dapat
dilakukan berdasarkan biaya atau pengorbanan yang dilakukan. Biaya
transportasi merupakan salah satu biaya yang dikeluarkan oleh para
peternak dalam menjalankan usahanya. Maka dari itu, biaya
transportasi tentu akan menjadi pertimbangan peternak dalam
menentukan harga ternak mereka.
4. Pakan
Pakan merupakan salah satu kebutuha penting yang harus disediakan
oleh para peternak. Pakan yang diberikan terdiri dari 2 jenis, yaitu
pakan hijauan dan pakan tambahan (konsentrat). Pakan hijauan dapat
diperoleh dengan menanam sendiri (gajahan) atau mencari di kebun.
Sedangkan pakan tambahan (konsentrat) didapat dengan cara membeli.

STIMLOG Indonesia
II-26

Sehingga diperlukan biaya untuk mendapatkan pakan konsentrat


tersebut. Dadan Ramdhani (2020) menyatakan bahwa penetapan harga
dapat dilakukan berdasarkan biaya atau pengorbanan yang dilakukan.
Sehingga biaya pakan merupakan salah satu pengorbanan yang
dikeluarkan oleh peternak dan menjadi faktor dalam menentukan harga
ternak sapi mereka.
Ricky S. Otampi dkk (2017) menyatakan bahwa harga atau biaya
pakan memberikan pengaruh terhadap pendapatan usaha ternak sapi
potong. Sehingga harga jual sapi nantinya akan ditentukan berdasarkan
pertimbangan biaya pakan yang telah dikeluarkan. Hal ini memang
karena biaya pakan merupakan salah satu biaya terbesar yang
dikeluarkan peternak selama menjalankan usahanya.
5. Waktu Pemeliharaan
Waktu pemeliharaan adalah waktu yang dibutuhkan oleh peternak
dalam memelihara ternak sapi potong sejak tiba di kandang sampai sapi
tersebut laku terjual. Waktu yang dibutuhkan peternak dalam satu
periode panen ialah selama 4 bulan. Waktu tersebut tentu cukup lama
dan merupakan pengorbanan yang harus dilakukan oleh peternak.
Dadan Ramdhani (2020) menyatakan bahwa penetapan harga dapat
dilakukan berdasarkan biaya atau pengorbanan yang dilakukan. Waktu
pemeliharaan merupakan salah satu pengorbanan yang dilakukan oleh
peternak. Selain itu, waktu pemeliharaan juga akan berkaitan dengan
biaya lain yang dikeluarkan selama pemeliharaan. Salah saatunya biaya
pakan, semakin lama pemeliharaan maka biaya pakan akan semakin
besar dan begitu pula sebaliknya. Ricky S. Otampi dkk (2017)
menyatakan bahwa harga atau biaya pakan memberikan pengaruh
terhadap pendapatan usaha ternak sapi potong.

Berdasarkan uraikan diatas, maka skema faktor-faktor yang mempengaruhi


harga ternak sapi potong pada usaha peternaka rakyat di Kecamatan
Sidomulyo dapat dilihat pada Gambar 2. 8 berikut ini.

STIMLOG Indonesia
II-27

Gambar 2. 8 Skema faktor yang mempegaruhi harga ternak


2.13 Penelitian Terdahulu
Penyusunan tugas akhir ini menggunakan beberapa jurnal yang berhubungan
dengan penelitian sebelumnya sebagai referensi. Adapun jurnal tersebut
antara lain sebagai berikut.
Tabel 2. 3 Penelitian sebelumnya

No Judul, Nama Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Peneliti,
Sumber dan
Tahun
1 Analisis Rantai Hasil penelitian Persamaan dari Penelitian
Pasokan (Supply menunjukan penelitian ini sebelumnya
Chain) Ternak terdapat tiga adalah ingin membahas
Sapi Potong di aliran produk mengetahui aliran mengenai nilai
Kecamatan yang terdapat di apa saja yang efisiensi antara
Bawang Kecamatan terjadi baik pedagang tetap,
Kabupaten Bawang yaitu berupa aliran musiman, dan
Banjarnegara. pedet, bakalan, produk, peternak.
dan indukan. informasi, dan Sedangkan
keuangan yang dalam penelitian
Hasil penelitian terjadi di dalam ini tidak

STIMLOG Indonesia
II-28

Tabel 2. 3 Penelitian sebelumnya (Lanjutan)


No Judul, Nama Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti, Sumber Penelitian
dan Tahun
Eghi Firmansyah menunjukan rantai pasok membahas
S, Novie Andri aliran informasi ternak sapi. mengenai nilai
Setianto dan yang terdapat di efisiensi antar
Nunung Noor Kecamatan Persamaan pedagang
Hidayat. Bawang selanjutnya ialah ataupun antar
merupakan sasaran penelitian pelaku usaha
Fakultas aliran informasi ditujukan kepada dalam rantai
Peternakan yang timbal kelompok ternak pasok ternak
Universitas balik. sapi dalam sapi.
Jendaral Hasil penelitian lingkup
Soedirman menunjukan kecamatan. Penelitian
aliran keuangan sebelumnya
2019 yang terdapat di Persamaan berlokasi di
Kecamatan dengan penelitian Kecamatan
Bawang ini juga terletak Bawang
Mengalir dari pada metode Kabupaten
hilir kehulu. penetapan Banjarnegara.
sampling yang Sedangkan
Hasil penelitian dilakukan secara penelitian ini
menunjukan purposive berlokasi di
bahwa terdapat sampling untuk Kecamatan
perbedaan nilai penentuan lokasi Sidomulyo,
efisiensi antara dan accidental Kabupaten
pedagang tetap sampling untuk Lampung
6%, pedagang penentuan Selatan,
musiman 8% responden Lampung.
dan peternak peternak.
4%.

STIMLOG Indonesia
II-29

Tabel 2. 3 Penelitian sebelumnya (Lanjutan)


No Judul, Nama Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti,
Sumber dan
Tahun
2 Strategi Usaha Persamaan dari Penelitian
Pengembangan penggemukan penelitian ini sebelumnya
Ternak Sapi sangat adalah ingin tidak
Potong Melalui menguntungkan mengetahui menjelaskan
Model Rantai walaupun dengan apakah usaha secara rinci
Pasok dalam input tinggi karena peternakan kelayakan usaha
Pencapaian merupakan usaha rakyat masih peterakan rakyat
Keunggulan padat modal dan menguntungkan secara
Bersaing Sapi dalam jangka atau tidak. keseluruhan,
Potong Lokal waktu pendek, hanya
Berbasis investasi dapat Persamaan membandingkan
Peternakan kembali. Oleh lainnya adalah nilai input dan
Rakyat. karena itu, usaha ingin output secara
penggemukan mengetahui langsung tanpa
Muhammad cukup berkembang bagaimana memperhatikan
Aminawar, di Kabupaten model rantai biaya operasinal
Tanri Giling Bone. Pada sisi pasok yang secara
Rasyid, lainnya, impor sapi sedang berjalan keseluruhan.
Syahriadi Kadir, bakalan berpotensi dalam saluran
Muhammad mendukung suplai rantai pasok Perbedaan dari
Darwis, daging nasional, yang diteliti. penelitian
Muhammad Erik namun di lain Serta sebelumnya
Kurniawan. pihak merupakan bagaimana terletak pada
pesaing bagi usaha integrasi antar lokasi dan
peternakan rakyat. pelaku usaha lingkup
yang terlibat. penelitian.

STIMLOG Indonesia
II-30

Tabel 2. 3 Penelitian sebelumnya (Lanjutan)


No Judul, Nama Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti,
Sumber dan
Tahun
Program Studi Seluruh responden Persamaan Penelitian
Ilmu dan (100%) juga terletak sebelumnya
Teknologi menyatakan bahwa pada fokus berlokasi di
Peternakan dengan rantai penelitian Kabupaten Bone
Universitas pasok yang yakni terhadap dan dengan
Hasanuddin dijalankan saat ini peternak ligkup
sudah dengan basis kabupaten.
2016 menguntungkan, peternakan Sedangkan
namun rakyat. penelitian ini
keuntungannya berlokasi di
tidak besar. Kecamatan
Kelemahannya Sidomulyo,
adalah jumlah sapi Kabupaten
yang dimiliki oleh Lampung
peternak terbatas Selatan, yang
dan menjual ternak memiliki
sapi pada saat-saat lingkup lebih
tertentu saja. kecil yakni
Untuk tercapainya kecamatan.
swasembada
daging, diperlukan
kemitraan usaha
dan optimalisasi
pemanfaatan
teknologi pakan.

STIMLOG Indonesia
II-31

Tabel 2. 3 Penelitian sebelumnya (Lanjutan)


No Judul, Nama Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti,
Sumber dan
Tahun
3 Manajemen Usaha Persamaan Penelitian
Rantai Pasok penggemukan sapi dari penelitian sebelumnya
Komoditas potong skala kecil ini adalah mengidentifkasi
Ternak dan atas biaya tunai ingin usaha ternak sapi
Daging Sapi. masih masih mengetahui pada berbagai pola
menguntungkan, pelaku usaha usaha, sedangkan
Saptana, Nyak namun jika yang terlibat peneitian ini hanya
Ilham. berdasarkan atas dalam rantai berfokus pada
biaya total pasok ternak usaha ternak sapi
Pusat Sosial keuntungannya sapi. skala rakyat /
Ekonomi dan menjadi turun sentra peternakan
Kebijakan bahkan merugi. Persamaan rakyat.
Pertanian Pada usaha sapi dari penelitian
(PSEKP) potong skala ini juga ingin Penelitian
Kementrian menengah dan mengetahui sebelumnya
Pertanian besar memberikan apakah usaha memiliki lingkup
keuntungan dari peternakan yang luas
2017 moderat hingga rakyat masih mencakup
tinggi. memberi peternak/produsen,
keuntungan pedagang ternak
Saluran rantai atau tidak sapi, pedagang
pasok sangat dimana daging, pengolah,
beragam dan persaingan dan industri
cukup panjang komoditas kuliner serta pasar
yang melibatkan ternak sapi ternak dan rumah
cukup banyak juga di isi potong hewan di
pelaku usaha yang dengan Pulau Jawa.

STIMLOG Indonesia
II-32

Tabel 2. 3 Penelitian sebelumnya (Lanjutan)


No Judul, Nama Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti,
Sumber dan
Tahun
Berkisar antara 7-9 adanya impor Sedangkan
pelaku usaha. baik berupa penelitian ini
sapi bakalan memiliki lingkup
Tipe struktur maupun hanya pada
pengelolaan rantai berupa daging peterakan rakyat
pasok ternak dan sapi di Kecamatan
daging pada Sidomulyo,
industri peternakan Lampung Selatan,
sapi nasional masih Lampung.
banyak kategori
“keterkaitan pasar”
yang dicirikan oleh
banyaknya
alternatif rantai
pasok dan
rendahnya
integrasi/koordinasi
antar pelaku usaha.

4 Pengaruh Berdasarkan hasil Persamaan Perbedaan dengan


Harga Pakan penelitian dapat dengan penelitian
Dan Upah disimpulkan bahwa penelitian ini sebelumnya adalah
Tenaga Kerja rataan keuntungan adalah ingin variabel dependen
Terhadap usaha sapi potong mengetahui (Y) yang
Usaha Ternak yang dijalankan pengaruh digunakan. Pada
Sapi Potong oleh petani suatu variabel penelitian
Petani Peternak peternak adalah independent sebelumnya

STIMLOG Indonesia
II-33

Tabel 2. 3 Penelitian sebelumnya (Lanjutan)


No Judul, Nama Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti, Sumber Penelitian
dan Tahun
di Desa Wineru positif (Rp. (X) terhadap variable
Kecamatan 2.692.830). variabel dependen yang
Likupang Timur dependen (Y), digunakan
Kabupaten Harga pakan dalam penelitian adalah
Minahasa Utara dan upah tenaga ini variable keuntungan
kerja independent yaitu usaha ternak
Ricky S. Otampi , memberikan faktor-faktor sapi, sedangkan
F. H. Elly, M. A. pengaruh yang yang pada penelitian
Manese, G. D. nyata terhadap mempengarhi ini variable
Lenzun keuntungan harga ternak sapi dependen yang
usaha sapi potong dan digunakan
Fakultas potong di Desa varibel adalah harga
Peternakan Sam Wineru, dependennya ternak sapi.
Ratulangi Kecamatan ialah harga ternak
Manado Likupang Barat, sapi potong. Perbedaan juga
Kabupaten terletak pada
2017 Minahasa Utara. Persamaan juga variabel
terletak pada independen (X)
Berdasarkan penggunaan yang digunakan.
hasil penelitian metode yang Pada penelitian
maka digunakan dalam sebelumnya
disarankan menentukan menggunakan
petani peternak hubungan antara dua variabel
perlu independent (X) independen
meningkatkan terhadap variabel yakni pakan dan
kuantitas dependen (Y), upah tenaga
penjualan dan yaitu kerja, sedangkan
kemampuan menggunakan pada

STIMLOG Indonesia
II-34

Tabel 2. 3 Penelitian sebelumnya (Lanjutan)


No Judul, Nama Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti, Sumber Penelitian
dan Tahun
tatalaksana Regresi Linear penelitian ini
usaha. Berganda. menggunakan
Pemerintah juga lima variabel
perlu Persamaan independen
mengambil dengan penelitian yakni harga
bagian dalam ini juga terletak daging sapi,
hal penetapan pada fokus jenis sapi,
harga sapi yang penelitian yakni transportasi,
tergolong cukup pada tingkat pakan dan waktu
rendah. produsen yang pemeliharaan.
dalam hal ini
adalah peternak Penelitian
sapi potong. sebelumnya
berlokasi di
Desa Wineru,
Kecamatan
Likupang
Timur,
Kabupaten
Minahasa Utara.
Sedangkan
penelitian ini
berlokasi di
Kecamatan
Sidomulyo,
Kabupaten
Lampung
Selatan.

STIMLOG Indonesia
II-35

Tabel 2. 3 Penelitian sebelumnya (Lanjutan)


No Judul, Nama Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti,
Sumber dan
Tahun
5 Faktor-Faktor Secara bersama- Persamaan Perbedaan
yang sama variabel dengan dengan
Mempengaruhi harga daging sapi, penelitian ini penelitian
Permintaan harga ikan, adalah ingin sebelumnya
Dagang Sapi pendapatan, jumlah mengetahui adalah variable
Potong di Kota anggota keluarga pengaruh suatu independen (X)
Palopo dan selera variabel yang
berpengaruh independent (X) digunakan,
Hasbi Munarka signifikan terhadap terhadap variabel serta variabel
MS, Samsul permintaan daging dependen (Y), dependen (Y)
Bachri, Askar sapi potong dengan dalam penelitian yang
persentase sebesar ini variable digunakan.
Sekolah Tinggi 99,1%. independent Pada penelitian
Ilmu Ekonomi yaitu faktor- sebelumnya
Muhammadiyah Nilai signifikansi faktor yang variable
Palopo untuk variabel mempengarhi dependen yang
harga daging sapi harga ternak sapi digunakan
2015 sebesar 0,124 > potong dan adalah
0,10, maka dapat varibel permintaan
disimpulkan bahwa dependennya daging sapi,
variabel harga ialah harga sedangkan
daging sapi tidak ternak sapi pada penelitian
berpengaruh secara potong. ini variable
signifikan terhadap dependen yang
permintaan daging Persamaan juga digunakan
sapi potong. terletak pada adalah harga
ternak sapi

STIMLOG Indonesia
II-36

Tabel 2. 3 Penelitian sebelumnya (Lanjutan)


No Judul, Nama Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti, Sumber
dan Tahun
Nilai signifikansi penggunaan potong.
untuk variabel metode yang
harga barang digunakan Perbedaan juga
subtitusi dalam terletak pada
signifikansi menentukan fokus penelitian,
sebesar 0,000 < hubungan penelitian
0,10, maka dapat antara sebelumnya
disimpulkan independent berfokus pada
bahwa variabel (X) terhadap permintaan
harga barang variabel daging sapi di
subtitusi dependen (Y), tingkat
berpengaruh yaitu konsumen,
secara signifikan menggunakan sedangkan
terhadap Regresi Linear penelitian ini
permintaan daging Berganda. berfokus pada
sapi potong. harga ternak
sapi potong
Nilai signifikansi ditingkat
untuk variabel produsen
pendapatan (peternak).
sebesar 0,000 <
0,10, maka dapat Perbedaan
disimpulkan dengan
bahwa variabel penelitian ini
pendapatan juga terletak
berpengaruh pada lokasi
secara signifikan penelitian,
terhadap penelitian

STIMLOG Indonesia
II-37

Tabel 2. 3 Penelitian sebelumnya (Lanjutan)


No Judul, Nama Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti, Sumber
dan Tahun
permintaan daging sebelumnya
sapi potong. dilakuka di Kota
Palopo,
Nilai signifikansi Sulawesi
untuk variabel Selatan,
jumlah anggota sedangkan
keluarga sebesar penelitian ini
0,722 > 0,10, dilakukan di
maka dapat Kecamatan
disimpulkan Sidmulyo,
bahwa variabel Lampung
jumlah anggota Selatan.
keluarga tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
permintaan daging
sapi potong.

Nilai signifikansi
untuk variabel
selera sebesar
0,493 > 0,10,
maka dapat
disimpulkan
bahwa variabel
selera tidak
berpengaruh

STIMLOG Indonesia
II-38

Tabel 2. 3 Penelitian sebelumnya (Lanjutan)


No Judul, Nama Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti, Sumber
dan Tahun
secara signifikan
terhadap
permintaan daging
sapi potong.

6 Pengaruh Rantai Bagaimana model Persamaan Perbedaan


Pasok Ternak rantai pasok dengan dengan
Sapi Potong ternak sapi potong penelitian- penelitian-
Terhadap pada Sentra penelitian penelitian
Kelayakan Usaha Peternakan Rakyat sebelumnya sebelumnya
Pada Sentra di Kecamatan adalah ingin ialah pada
Peternakan Sidomulyo. Siapa mengetahui penentuan
Rakyat di saja pelaku usaha bagaimana kelayakan usaha
Kecamatan yang terlibat dan rantai pasok peternakan
Sidomulyo aliran apa saja yang terjadi dengan basis
Kabupaten yang terjadi baik dan aliran apa peternakan
Lampung Selatan berupa aliran saja yang rakyat.
produk, informasi, terjadi baik Penelitian
maupun berupa aliran sebelumnya
keuangan. produk, belum
informasi, melakukan
Faktor apa saja maupun perhitungan
yang keuangan. dengan
memepengaruhi memperhatikan
harga ternak sapi Persamaan biaya
potong pada selanjutnya operasional
Sentra Peternakan ialah ingin secara
Rakyat di mengetahui keseluruhan.

STIMLOG Indonesia
II-39

Tabel 2. 3 Penelitian sebelumnya (Lanjutan)


No Judul, Nama Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti,
Sumber dan
Tahun
Kecamatan Pengaruh Namun hanya
Sidomulyo. Variabel membandingkan
independe (X) biaya input dan
Bagaimana terhadap ouput secara
kelayakan usaha variable langsung. Pada
Sentra Peternakan dependen (Y) peneltian ini,
Rakyat di menggunakan analisis
Kecamatan analisis regresi kelayakan usaha
Sidomulyo. linear secara finansial
Apakah usaha berganda. akan dilakukan
penggemukan dengan
berbasis peternakan Persamaann menggunakan
rakyat tersebut juga terletak beberapa
menguntungkan pada pemilihan indikator seperti
atau tidak secara beberapa Break Even
finansial. metode Point (BEP),
sampling dan Net Present
metode Value (NPV),
perhitungan Internal Rate
dalam Return (IRR),
melakukan Benefict Cost
pengolahan Ratio (BCR),
data dan Payback
Period.

STIMLOG Indonesia
II-40

Tabel 2. 3 Penelitian sebelumnya (Lanjutan)


No Judul, Nama Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti,
Sumber dan
Tahun
Perbedaan juga
terletak pada
fokus dan lokasi
penelitian.
Penelitian ini
berfokus pada
sentra
peternakan
rakyat di
Kecamatan
Sidomulyo,
Kabupaten
Lampung
Selatan,
Lampung.

STIMLOG Indonesia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian


Dalam upaya melaksanakan penelitian ini, dibutuhhkan suatu langkah-langkah
yang terstruktur dan sistematis. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
menyelesaiakan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. 1 berikut.

Mulai

Tahap Awal
Studi Literatur Studi Lapangan
Penelitian

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Perancangan kuisioner

Tidak

Tahap
Uji Validitas dan
Pengumpulan
Reliabilitas
Data

Ya

Penyebaran kuisioner

Gambar 3. 1 Diagram alur penelitian

III-1
STIMLOG Indonesia
III-2

Pengolahan Data
1. Uji Regresi Linear Berganda
a. Uji kolerasi ganda
b. Uji determinasi
Tahap c. Uji F (simultan)
Pengolahan d. Uji t (parsial)
dan Analisis 2. Uji Kelayakan Finansial Usaha
a. Break Even Point (BEP)
b. Net Present Value (NPV)
c. Internal Rate of Return (IRR)
d. Benefit Cost Ratio (BCR)
e. Payback Period (PP)

Analisis

Kesimpulan dan Saran


Tahap Akhir

Selesai

Gambar 3. 1 Diagram alur penelitian (Lanjutan)

3.2 Pembahasan Diagram Alir Penelitian


Adapun pembahasan diagram alir pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

3 . 2 . 1 Tahap Awal Penelitian


Pada tahap awal penelitian ini terbagi menjadi beberapa langakah
sebagai berikut :
3.2.1.1 Studi Lapangan
Penulis melakukan studi lapangan untuk mengamati dan
mengikuti kegiatan secara langsung dilapangan atau lokasi
penelitian. Tujuannya agar penulis memperoleh informasi
terkait fenomena yang terjadi serta memperoleh informasi lain
yang dibutuhkan dalam penyusunan penelitian ini.
3.2.1.2 Studi Literatur
Dalam mendukung penelitian ini, penulis juga melakukan

STIMLOG Indonesia
III-3

pembelajaran dari berbagai literatur seperti jurnal, artikel, serta


buku yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Literatur yang dipelajari antara lain mengenai rantai pasok,
analisis regrei linear berganda, dan kelayakan finansial usaha.
3.2.1.3 Perumusan Masalah
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan serta mempelajari
berbagai lieratur terkait, penulis merumuskan permasalahan
dalam penelitian ini. Perumusan masalah terkait fenomena
yang terjadi adalah sebagai berikut :
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi harga ternak sapi
potong pada usaha peternakan rakyat di Kecamatan
Sidomulyo?
2. Bagaimana kelayakan finansial usaha pada usaha
peternakan rakyat di Kecamatan Sidomulyo?
3.2.1.4 Tujuan Penelitian
Setelah melakukan perumusan masalah, maka dapat
ditentukan tujuan penelitian yang ingin dicapai guna
menjawab rumusan-rumusan masalah yang telah
diidentifikasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi harga
ternak sapi potong pada usaha peternakan rakyat di
Kecamatan Sidomulyo.
2. Mengetahui kelayakan finansial usaha pada usaha
peternakan rakyat di Kecamatan Sidomulyo.

3 . 2 . 2 Tahap Pengumpulan Data


Pada tahap pengumpulan data ini terbagi menjadi beberapa langkah
sebagai berikut
3.2.2.1 Perancangan Kuisioner
Adapun tahapan yang dilakukan dalam melakukan
perancangan kuisinoer ini adalah sebagai berikut :

STIMLOG Indonesia
III-4

1. Menentukan Variabel
Berikut merupakan variabel yang digunakan dalam
penelitian ini :
a. Dependen Variabel (variabel terikat)
Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah harga ternak sapi
potong (Y).
b. Independent Variabel (variabel bebas)
Variabel bebas merupakan variabel yang diduga
secara bebas berpengaruh terhadap variable
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini antara
lain, harga daging sapi (X1), jenis sapi (X2),
transportasi (X3), pakan (X4), dan waktu
pemeliharaan (X5).
Berikut merupakan kisi-kisi penyusunan kuisioner
yang merupakan uraian dari variabel penelitian di atas.

Tabel 3. 1 Kisi-kisi penyusunan instrument penelitian

Variabel Sub variabel Item No soal

Harga Faktor yang mempengaruhi


Y1 – 1,2,3,4,
ternak sapi harga jual ternak sapi
Y5 5
potong (Y) potong

Harga Permintaan daging sapi X1.1 6


daging sapi
(X1) Faktor penentu harga X1.2 7

Jenis-jenis sapi X2.1 8

Jenis sapi Perbedaan harga sapi


X2.2 9
(X2) menurut jenisnya
Permintaan terhahap jenis
X2.3 10
sapi tertentu

STIMLOG Indonesia
III-5

Tabel 3. 1 Kisi-kisi penyusunan instrumen penelitian


(Lanjutan)
No
Variabel Sub variabel Item
soal
Transportasi Biaya transportasi X3.1 11
(X3) Jarak perpindahan X3.2 12

Biaya pakan X4.1 13


Pakan (X4)
Ketersediaan pakan X4.2 14
Waktu Lama waktu pemeliharaan X5.1 15
pemeliharaan
(X5) Harga jual setelah pemeliharaan X5.2 16

2. Skala Nilai Variabel


Pada penelitian ini digunakan skala likert untuk
menentukan nilai variabelnya. Sehingga dilakukan
pengukuran dengan cara menguraikan setiap variabel
dalam bentuk item-item pertanyaan atau pernyataan
yang disusun dalam kuesioner dengan bobot nilai (skor).
Pembobotan dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut (Sugiyono, 2017).
Tabel 3. 2 Skor skala likert
Skor Jawaban
1 Sangat Tidak Setuju
2 Tidak Setuju
3 Netral
4 Setuju
5 Sangat Setuju

Sumber : Sugiyono, 2017

3.2.2.2 Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk menunjukan tingkat
keandalan atau ketepatan suatu alat ukur. Validitas

STIMLOG Indonesia
III-6

menunjukan derajat ketepatan antara data yang


sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang
dikumpulkan oleh peneliti. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Menurut Sugiyono (2017) nilai
standar dari validitas adalah sebesar 0,3. Jika memiliki
koefisien korelasi lebih besar dari 0,3 atau rHitung >
rTabel maka dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2017) menyatakan bahwa uji
reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan
menggunakan objek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama. Uji reliabilitas dilakukan secara bersama-
sama terhadap seluruh pernyataan atau pertanyaan yang
digunakan. Suatu kuesioner dikatakan dapat
dipercaya/andal (reliable) jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Dengan kata lain reliabilitas instrumen
mencirikan tingkat konsistensi. Realibilitas suatu
konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki alpha
cronbach > 0,60.
3.2.2.3 Penyebaran Kuisioner
Langkah selanjutnya ialah menyebarkan kuisoner kepada
responden untuk memeperoleh data yang dibutuhkan.
1. Observasi
Merupakan kegiatan mengumpulkan data untuk
memperoleh informasi yang diibutuhkan dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung
ke lokasi/bagian terkait. Dalam penelitian ini observasi
dilakukan dengan mendatangi para peternak sapi potong
yang berada di Kecamatan Siodomulyo, Lampung
Selatan.

STIMLOG Indonesia
III-7

2. Wawancara
Merupakan kegiatan mengumpulkan data untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan cara
bertatap muka secara langsung dengan sumber informasi
(peternak sapi potong) untuk mengajukan pertanyaan-
pertanyaan terkait penelitian.
3. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber informasi atau
subjek penelitian adalah peternak sapi potong di
Kecamatam Sidomulyo, Lampung Selatan. Populasi
peternak sapi potong di Kecamatan Sidomulyo berjumlah
184 orang (Data sekunder, kantor Kecamatan Sidomulyo
2020). Sampel merupakan bagian dari populasi yang
mewakili keseluruhan populasi yang ada. Berhubung
jumlah populasi yang cukup banyak dalam penelitian ini,
maka dilakukan penentuan ukuran jumlah sampel
menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

𝑁
𝑛= ………………...…………(3.1)
1+𝑁(𝑒)2

Dimana :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = tingkat keloggaran
Tingkat kelonggaran 15% digunakan dengan dasar jumlah
populasi tidak lebih dari 2.000 (Sugiyono dalam Ansar,
2015). Maka jumlah sampel yang didapatkan ialah :
184
𝑛=
1 + 184(0.15)2

184
𝑛=
1 + 4.14

STIMLOG Indonesia
III-8

184
𝑛=
5.14

𝑛 = 35.79 ≈ 36

Dengan demikian ukuran jumlah sampel yang diperoleh


dalam penelitian ini sebanyak 36 orang/peternak. Adapun
penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana
(random sampling).

3 . 2 . 3 Tahap Pengolahan dan Analisis


Selanjutnya dilakukan proses pengolahan dan analisis data dengan
Langkah-langkah dibawah ini.
3.2.3.1 Uji Regresi Linear Berganda
Uji regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas.
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan bantuan
software SPSS 25. Berikut adalah tahapan pengolahan data
yang dilakukan :
1. Regresi Linear Berganda
Regresi linier berganda dilakukan untuk melihat
hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel
independen (X1, X2, X3, …, Xn) dengan variabel
dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah
hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen apakah masing-masing variabel independen
berhubungan positif atau negatif dan untuk
memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai
variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan.
2. Uji Kolerasi Ganda
Analisis korelasi berganda digunakan untuk
mengetahui derajat atau kekuatan hubungan antara
seluruh variabel X terhadap variabel Y secara
bersamaan.

STIMLOG Indonesia
III-9

3. Uji Determinasi
Analisis determinasi dalam regresi linear berganda
digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan
pengaruh variabel independen (X1, X2, …, Xn) secara
serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini
menunjukkan seberapa besar persentase variasi
variabel independen yang digunakan dalam model
mampu menjelaskan variasi variabel dependen.
4. Uji F (Simultan)
Uji F adalah pengujian terhadap koefisien regresi
secara simultan. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh semua variabel independen yang
terdapat di dalam model secara bersama-sama
(simultan) terhadap variabel dependen.
5. Uji t (Parsial)
Uji t adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara
parsial. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
signifikansi peran secara parsial antara variabel
independen terhadap variabel dependen dengan
mengasumsikan bahwa variabel independen lain
dianggap konstan.
3.2.3.2 Uji Kelayakan Finansial Usaha
Pengolahan data ini dilakukan untuk melihat kelayakan
usaha ternak sapi potong secara finansial. Pengolahan data
dilakukan dengan menghitung nilai dari indicator berikut
ini :
1. Break Even Point (BEP)
Break Even Point atau BEP merupakan titik produksi
atau penjualan yang harus dilakukan guna menutupi
biaya yang dikeluarkan atau nilai keuntungan sama
dengan nol. Dapat juga dikatakan titik dimana jumlah
pendapatan sama dengan jumlah total pengeluaran

STIMLOG Indonesia
III-10

(Sugandi et al., 2017).


2. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah analisis yang
dilakukan untuk melihat nilai investasi dengan
mempertimbangkan perubahan nilai mata uang. NPV
merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari
keuntungan dan biaya.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat suku bunga
maksimum yang dapat mengembalikan biaya-biaya
yang ditanam (Gittinger dalam Agriananta et al., 2018).
4. Benefit Cost Ratio (BCR)
Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara
present value manfaat dengan present value biaya.
Dengan demikian benefit cost ratio menunjukkan
manfaat yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah
pengeluaran. Rasio ini diperoleh dengan membagi nilai
sekarang (manfaat) dengan nilai sekarang (biaya), yang
bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara
jumlah biaya terhadap manfaat yang akan diperoleh.
5. Payback Period (PP)
Payback Period (PP) adalah suatu periode yang
diperlukan untuk mengembalikan investasi awal
dengan bentuk aliran kas. Semakin pendek waktu yang
dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi yang
dikeluarkan maka bisnis semakin layak diusahakan.
3.2.3.3 Analisis
Setelah pengolahan data dilakukan, kemudian dilakukan
analisis dan pembahasan dari setiap hasil pengolahan data
yang telah dilakukan. Analisis dan pembahasan yang
dilakukan yaitu dari hasil regresi linear berganda dan
analisis kelayakan finansial usaha. Hal tersebut dilakukan

STIMLOG Indonesia
III-11

dengan tujuan agar dapat menarik kesimpulan sesuai


dengan tujuan penelitian.
3.2.3 Tahap Akhir
3.2.3.1 Kesimpulan dan Saran
Setelah dilakukan analisis, selanjutya memberikan
kesimpulan. Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan
masalah yang telah ditetapkan. Adapun saran merupakan
bahan pertimbangan yang yang diberikan terkait dengan
perusahaan/subjek penelitian ataupun perbaikan bagi
penelitian selanjutnya.

3.3 Metode yang Digunakan


Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan Y serta untuk mengetahui
kelayakan finansial usaha pada usaha peternakan rakyat. Adapun metode-
metode yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. 3 berikut
ini.
Tabel 3. 3 Metode yang digunakan dalam penelitian

Metode Penjelasan
Rgresi Linear Berganda Menurut Johan Harlan dalam Analisis Regresi
Linear (2018 : 13) menyatakan bahwa regresi
linear ganda (multiple linear regression) adalah
model regresi linear dengan 1 variabel
dependen kontinu beserta n (dua atau lebih)
variabel independen kontinu dan/atau
kategorik.. Dikatakan regresi berganda, karena
jumlah variabel bebas (independen) sebagai
prediktor lebih dari satu.
Uji Kolerasi Berganda (R) Analisis korelasi berganda digunakan untuk
mengetahui derajat atau kekuatan hubungan
antara seluruh variabel X terhadap variabel Y
secara bersamaan (Sugiyono, 2017).

STIMLOG Indonesia
III-12

Tabel 3. 3 Metode yang digunakan dalam penelitian (Lanjutan)


Metode Penjelasan
Uji Determinasi (R2) Analisis determinasi dalam regresi linear
berganda digunakan untuk mengetahui
persentase sumbangan pengaruh variabel
independen (X1, X2, …, Xn) secara serentak
terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini
menunjukkan seberapa besar persentase variasi
variabel independen yang digunakan dalam
model mampu menjelaskan variasi variabel
dependen.
Uji t (Parsial) Uji t adalah pengujian terhadap koefisien
regresi secara parsial. Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui signifikansi peran secara
parsial antara variabel independen terhadap
variabel dependen dengan mengasumsikan
bahwa variabel independen lain dianggap
konstan (Sugiyono, 2017).
Uji F (Simultan) Uji F adalah pengujian terhadap koefisien
regresi secara simultan. Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen yang terdapat di dalam model
secara bersama-sama (simultan) terhadap
variabel dependen (Sugiyono, 2017).
Break Even Point (BEP) Break Even Point atau BEP merupakan titik
produksi atau penjualan yang harus dilakukan
guna menutupi biaya yang dikeluarkan atau
nilai keuntungan sama dengan nol. Dapat juga
dikatakan titik dimana jumlah pendapatan sama
dengan jumlah total pengeluaran (Sugandi et
al., 2017).

STIMLOG Indonesia
III-13

Tabel 3. 3 Metode yang digunakan dalam penelitian (Lanjutan)


Metode Penjelasan
Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah analisis yang
dilakukan untuk melihat nilai investasi dengan
mempertimbangkan perubahan nilai mata uang.
NPV merupakan perbedaan antara nilai
sekarang dari keuntungan dan biaya.
Internal Rate of Return Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat suku
(IRR) bunga maksimum yang dapat mengembalikan
biaya-biaya yang ditanam.
Benefit Cost Ratio Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan
(BCR) antara present value manfaat dengan present
value biaya. Dengan demikian benefit cost ratio
menunjukkan manfaat yang diperoleh setiap
penambahan satu rupiah pengeluaran.
Payback Period (PP) Payback Period (PP) adalah suatu periode yang
diperlukan untuk mengembalikan investasi awal
dengan bentuk aliran kas (Kusuma, 2014).
Semakin pendek waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan nilai investasi yang dikeluarkan
maka bisnis semakin layak diusahakan.

3.3.1 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini antara lain
sebagai berikut :
1. Data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata, kalimat ataupun
tanggapan. Data tersebut meliputi pernyataan-pernyataan seputar
ternak sapi potong para peternak yang berada di Kecamatan
Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.
2. Data kuantitatif yaitu data yang berupa bilangan atau angka. Data
-data tersebut seperti, biaya investasi peternak, biaya tetep, biaya

STIMLOG Indonesia
III-14

variabel, pendapatan peternak, serta data-data lain yang berkaitan


dengan penelitian ini.
Adapun sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden
yang bersumber dari wawancara maupun observasi langsung.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung
dari suatu objek atau subjek seperti, Badan Pusat Satatistik,
laporan dinas peternakan, pemerintah setempat dan instansi-
instansi terkait lainnya.

3.3.2 Konsep Operasional


Adapun konsep operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Sapi potong adalah sapi yang dikembangkan dan dipelihara
dengan tujuan utama sebagai sapi penghasil daging.
2. Peternak sapi adalah peternak yang melakukan usaha
penggemukan sapi potong di Kecamatan Sidomulyo,
Kabupaten Lampung Selatan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual ternak sapi potong
adalah adanya faktor faktor yang melatarbelakangi para
peternak dalam menentukan harga jual ternak sapi potong di
Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi harga jual ternak sapi potong antara
lain, harga daging sapi, jenis sapi, transportasi, pakan, dan
waktu pemeliharaan.
4. Harga daging sapi adalah harga daging sapi per Kilogram yang
saat ini berlaku di pasar dalam lingkup wilayah Kecamatan
Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.
5. Jenis sapi adalah ras sapi yang dipelihara dan dikembangkan
oleh para peternak sapi potong di Kecamatan Sidomulyo,
Kabupaten Lampung Selatan. Adapaun jenis sapi yang banyak
dikembangkan adalah berjenis SimPo.

STIMLOG Indonesia
III-15

6. Transportasi adalah perpindahan ternak sapi potong dari


peternak ke pembeli/konsumen atau sebaliknya termasuk di
dalamnya memuat mengenai biaya transportasi dan jarak
perpindahan yang dilakukan.
7. Pakan adalah makan dan minum yang diberikan oleh peternak
selama kegiatan pemeliharaan dan penggemukan ternak sapi
potong termasuk ketersediaan dan biaya pakan yang
dikeluarkan.
8. Waktu pemeliharaan adalah waktu yang dibutuhkan oleh
peternak dalam memelihara ternak sapi potong sejak tiba di
kandang sampai sapi tersebut laku terjual.
9. Dalam satu tahun diasumsiksan terdiri dari 12 bulan dan 360
hari, sehingga satu bulan diasumsikan terdiri dari 30 hari.
10. Lama pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak dalam satu
periode atau sekali panen adalah selama 4 bulan.
11. Selama proses pemeliharaan atau penggemukan, kondisi sapi
dalam keadaan sehat.
12. Perhitungan penyusutan investasi menggunakan metode garis
lurus dimana nilai peralatan dibagi dengan umur ekonomisnya.
13. Pendapatan atau input yang didapat peternak diperoleh dari
hasil penjualan hewan ternak (sapi potong).
14. Total biaya input dan output yang digunakan selama usaha
diasumsikan tetap pada setiap periode pemeliharaan.

STIMLOG Indonesia
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


4.1.1 Keadaan Geografis dan Topografis
Kecamatan Sidomulyo merupakan salah satu bagian dari wilayah
Kabupaten Lampung Selatan yang membawahi 16 desa dengan luas
wilayah 158,99 km2 dan dihuni oleh berbagai etnis/suku baik penduduk
asli maupun pendatang. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan
Sidomulyo yaitu :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Candipuro.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ketibung.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Way Panji dan
Kalianda.

Gambar 4. 1 Peta Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan


Sumber : google.com, 2020

Secara topografis wilayah Kecamatan Sidomulyo sebagian besar


memiliki bentuk permukaan tanah berupa dataran rendah dengan

IV-1
STIMLOG Indonesia
IV-2

ketinggian wilayah 40 meter di atas permukaan laut (BPS Kabupaten


Lampung Selatan, 2019).
4.1.2 Kondisi Demografi
Penduduk yang berdomisili di Kecamatan Sidomulyo secara garis besar
dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu penduduk asli Lampung
dan penduduk pendatang. Walaupun demikian, mayoritas penduduk di
Kecamatan Sidomulyo adalah penduduk pendatang. Adapun jumlah
penduduk Kecamatan Sidomulyo bersarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada Tabel 4. 1 berikut ini :
Tabel 4. 1 Jumlah penduduk Kecamatan Sidomulyo berdasarkan
jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Laki-laki 29.674 51,19
2 Perempuan 28.291 48,81
Jumlah 57.965 100

Sumber : BPS Kabupaten Lampung Selatan, 2019

Berdasarkan Tabel 4. 1 di atas, dapat dilihat komposisi jumlah


penduduk Kecamatan Sidomulyo berjumlah 57.965 jiwa. Berdasarkan
jenis kelamin, jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 29.674 jiwa dengan persentase 51,19%, sementara jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin perempuan sebanyak 28.291 jiwa
dengan persentase 48,81%. Hal ini berarti penduduk Kecamatan
Sidomulyo yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan
dengan penduduk berjenis kelamin perempuan.
4.1.3 Mata Pencaharian
Adapun mata pencaharian penduduk di Kecamatan Sidomulyo,
Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 4. 2 berikut ini :

STIMLOG Indonesia
IV-3

Tabel 4. 2 Mata pencaharian penduduk Kecamatan Sidomulyo

No Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%)


1 PNS 474 6,72
2 Tenaga Kesehatan 45 0,64
3 Pertanian 3.560 50,49
4 Nelayan/tambak 142 2,01
5 Peternak 699 9,91
6 Pedagang 1.546 21,93
7 Industri 438 6,21
8 Jasa 147 2,08
Jumlah 7.051 100

Sumber : Data Sekunder, Kantor Kecamatan Sidomulyo 2020


Dari Tabel 4. 2 di atas, dapat dilihat bahwa penduduk Kecamatan
Sidomulyo, Kabupaten Kabupaten Lampug Selatan memiliki mata
pencaharian yang beraneka ragam. Pekerjaan sebagai petani
mendominasi berdasarkan jenis pekerjaan penduduk yaitu sebanyak
3.560 jiwa atau sebesar 50,49 %. Kemudian jenis pekerjaan sebagai
tenaga kesehatan merupakan yang paling sedikit yakni sebanyak 45 jiwa
dengan persentase sebesar 0,64 %. Hal ini menandakan bahwa potensi
Kecematan Sidomulyo, Kabupaten Kabupaten Lampug Selatan sebagai
daerah agraris dan potensial untuk dikembangkan karena kondisi alam
dan sumber daya manusia yang mendukung.
4.1.4 Rantai Pasok Sapi Potong di Kecamatan Sidomulyo
Menurut Pujawan (2017), rantai pasok adalah jaringan perusahaan-
perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan
menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Rantai pasok sapi
potong di Kecamatan Sidomulyo melibatkan beberapa pelaku usaha
anatara lain peternak sapi bakalan, peternak sapi, belantik, pedagang
pengumpul, pedagang pemotong atau jagal, pedagang besar, pedagang
pengecer, konsumen, serta pedagang pengumpul luar wilayah. Adapun
aliran yang terjadi dalam rantai pasok tersebut antara lain, aliran material,
aliran informasi, dan aliran keuangan. Setiap pelaku yang terlibat dalam
rantai tersebut memiliki peran dan fungsi masing masing yang secara

STIMLOG Indonesia
IV-4

bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu


produk ke tangan konsumen. Adapun peta rantai pasok sapi potong di
Kecamatan Sidmulyo dapat dilihat pada Gambar 4. 2 berikut ini.

Peternak Sapi
Peternak Sapi Belantik
Bakalan

Pedagang
Pedagang Pedagang
Pemotong
Besar Pengumpul
(Jagal)

Pedagang
Pedagang
Konsumen Pengumpul
Pengecer
Luar Wilayah

Keterangan :
: aliran material
: aliran keuangan
: aliran informasi

Gambar 4. 2 Peta rantai pasok sapi potong di Kecamatan Sidomulyo

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa terdapat berbagai pola


rantai pasok sapi potong di Kecamatan Sidomulyo yang dapat di
identifikasai. Setiap pola melibatkan berbagai pelaku usaha yang
berbeda-beda dengan peran dan fungsi yang berbeda-beda pula. Berikut
merupakan uraian dari peta rantai pasok di atas :

1. Peternak sapi bakalan merupakan peternak sapi yang berfokus pada


pembibitan untuk menciptakan bibit sapi guna di kembangkan lebih
lanjut. Bibit sapi yang siap jual biasanya rata-rata berumur 1,5 – 2
tahun. Bibit tersebut dijual ke para peternak sapi untuk dipelihara

STIMLOG Indonesia
IV-5

dan dikembangkan lebih lanjut. Peternak sapi bakalan sendiri


banyak tersebar di luar wilayah Kecamatan Sidomulyo.
2. Peternak sapi ialah peternak yang melakukkan pemeliharaan sapi
dengan fokus melakukan penggemukan untuk menambah bobot
sapi. Bibit sapi yang dikembangkan biasanya di dapat dari peternak
sapi bakalan. Setelah dipelihara dan dikembangkan oleh peternak,
sapi-sapi tersebut kemudian dijual kepada belantik untuk disalurkan
kembali oleh belantik sapi kepada pedagang pengumpul atau
langsung ke pedagang pemotong (jagal) di Kecamatan Sidomulyo.
3. Belantik sapi merupakan sebutan untuk pedagang pengumpul antar
desa/kecamatan dengan skala kecil. Belantik sapi biasanya membeli
sapi dari peternak untuk kemudian dijual kembali ke sesama belantik
sapi, ke pedagang pemotong (jagal), atau disalurkan ke pedagang
pengumpul dengan skala yang lebih besar.
4. Pedagang pengumpul merupakan pedagang besar sapi hidup. Dari
pedagang pengumpul ini, sapi-sapi dapat disalurkan ke pedagang
pemotong (jagal) ataupun disalurakan ke pedagang pengumpul lain
di luar wilayah Kecamatan Sidomulyo.
5. Pedagang pemotong atau jagal merupakan pelaku usaha yang
melakukan pemotongan sapi untuk disalurkan kembali dalam bentuk
daging sapi. Biasanya jagal menyalurkan daging sapi ke pedagang
besar di sekitar Kecamatan Sidomulyo atau pedagang pengecer di
pasar Sidomulyo.
6. Pedagang besar dan pedagang pengecer merupakan penjual daging
sapi yang langsung berhubungan dengan konsumen. Daging sapi
yang dijual ke konsumen diperoleh dari pedagang pemotong (jagal).
7. Konsumen merupakan pihak terakhir dari rantai pasok sapi potong
di Kecamatan Sidomulyo yang menerima produk berupa daging
sapi. Konsumen akhir ini bisa berupa perorangan atau rumah tangga,
pedagang makanan (kuliner) ataupun industri lain seperti rumah
makan dan catering.

STIMLOG Indonesia
IV-6

Pola tersebut merupakan yang umum terjadi dan dilakukan oleh para
pelaku usaha yang terlibat. Namun ada kalanya pada saat tertentu pola
tersebut dapat berubah. Misalnya pada saat hari besar tetentu, seperti Hari
Raya Qurban. Orang yang melakukan qurban atau konsumen biasanya
membeli langsung sapi potong ke peternak sapi, belantik, ataupun ke
pedagang pengumpul.

Kemudian untuk aliran yang terjadi secara keseluruhan dapat dijelaskan


sebagai berikut :
1. Aliran Material
Aliran material atau produk terjadi dari hulu ke hilir. Adapun aliran
material yang terjadi pada pola rantai pasok ternak sapi potong di
Kecamatan Sidomulyo ialah sapi hidup, baik berupa bakalan
ataupun sapi yang siap untuk dipotong/dewasa. Sapi bakalan
disalurkan oleh peternak sapi bakalan kepada peternak sapi
penggemukan. Sapi bakalan yang mulai diperjualbelikan biasanya
rata-rata berumur 1,5 – 2 tahun dengan bobot berkisar 250 – 300
Kilogram. Sedangkan untuk penyaluran sapi siap potong, pelaku
yang terlibat antara lain peternak sapi, belantik, dan pedagang
pengumpul. Jenis sapi yang paling umum dipelihara dan
dikembangkan di Kecamatan Sidomulyo umumnya berjenis sapi PO
dan simPO, tak jarang juga terdapat jenis lain, seperti limousin
namun dengan jumlah yang sedikit. Aliran material berikutnya tentu
saja daging sapi. Aliran ini terjadi dari pedagang pemotong (jagal)
kepada pedagang besar dan pedagang pengecer, kemudian ke
konsumen akhir.
2. Aliran Keuangan
Aliran keuangan terjadi dari hilir ke hulu. Aliran tersebut antara lain
ialah terkait harga sapi bakalan, harga sapi siap potong, harga daging
sapi, dan biaya transportasi. Berdasarkan informasi yang didapat,
sapi bakalan biasanya dijual dengan harga berkisar 14 – 15 juta
rupiah per ekornya, bergantung kondisi, jenis sapi, dan taksiran
bobotnya. Sedangkan untuk sapi siap potong/dewasa, dijual dengan

STIMLOG Indonesia
IV-7

harga yang cukup bervariatif, umumnya antara 17 – 20 juta rupiah


bergantung kondisi, jenis sapi, dan taksiran bobotnya. Harga-harga
tersebut pada umumnya sudah termasuk biaya pengiriman ke lokasi
tujuan.
Keuntungan yang diperoleh dari penjualan sapi bakalan
berkisar Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 per ekor, sedangkan
keuntungan dari penjualan sapi siap potong/dewasa berkisar Rp
500.000 – Rp 1.500.000 per ekor. Untuk harga daging sapi,
berdasarkan informasi yang didapatkan, pedagang pemotong (jagal)
menjual daging sapi dengan kisaran harga Rp 90.000 – Rp100.000
per Kilogram dan Rp 30.000 – Rp 50.000 per Kilogram untuk tulang
dan jeroan. Sedangkan konsumen akhir memperoleh daging sapi
segar dari pedagang besar atau pengecer dengan kisaran harga Rp
110.000 – Rp120.000 per Kilogram dan Rp 35.000 – Rp 65.000 per
Kilogram untuk tulang dan jeroan. Untuk biaya transportasi ternak
sapi potong, biasanya menggunakan kendaraan berjenis pick up
dengan biaya angkut berkisar Rp 150.00 – Rp. 250.000 per ekor.
3. Aliran Informasi
Aliran informasi terjadi secara dua arah, baik dari hulu ke hilir dan
dari hilir ke hulu. Aliran infomasi yang berjalan antar pelaku usaha
yang terlibat ialah terkait informasi pemasok, lokasi jual beli,
persediaan/stok sapi potong, permintaan sapi potong, harga sapi
potong, persediaan/stok daging sapi, permintaan daging sapi, dan
harga daging sapi yang berlaku dipasaran. Informasi terkait
pemasok, lokasi jual beli, persediaan/stok sapi potong, permintaan
sapi potong, dan harga sapi potong mengalir diantara peternak,
belantik, pedagang pengumpul, dan pedagang pemotong (jagal).
Sedangkan informasi terkait persediaan/stok daging sapi,
permintaan daging sapi, dan harga daging sapi mengalir diantara
pedagang pemotong (jagal), pedagang besar, pedagang pengecer,
dan konsumen.

STIMLOG Indonesia
IV-8

4.1.5 Keadaan Umum Responden


Adapun gambaran umum dari responden pada penelitian ini dapat
dikemukakan sebabagi berikut.
4.1.5.1 Populasi Peternak
Adapun mata pencharaian sebagai peternak cukup diminati oleh
masyarakat di Kecamatan Sidomulyo. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 4. 3 berikut ini :
Tabel 4. 3 Jenis dan jumlah peternak di Kecamatan
Sidomulyo

No Jenis Ternak Jumlah Peternak (Jiwa)

1 Sapi 184
2 Kerbau 7
3 Kambing 148
4 Babi 33
5 Ayam Pedaging 84
6 Ayam Petelur 93
7 Ayam Buras 126
8 Itik 24
Jumlah 699

Sumber : Data Sekunder, Kantor Kecamatan Sidomulyo 2020

Berdasarkan Tabel 4. 3 di atas, diketahui bahwa terdapat


8 jenis ternak yang dikembangkan di Kecamatan Sidomulyo.
Jenis ternak tersebut antara lain Sapi, Kerbau, Kambing, Babi,
Ayam Pedaging, Ayam Petelur, Ayam Buras, dan itik. Adapun
jumlah peternak secara keseluruhan sebanyak 699
jiwa/peternak. Populasi peternak sapi, yang merupakan subjek
pada penelitian ini adalah sebanyak 184 jiwa/peternak. Jumlah
ini merupakan yang paling besar diantara para peternak yang
lain. Sementara peternak kerbau adalah yang paling sedikit
dengan jumlah 7 jiwa/peternak.

STIMLOG Indonesia
IV-9

4.1.5.2 Umur
Untuk mengetahui tingkat umur responden, maka dilakukan
klasifikasi ke dalam beberapa kelompok umur. Adapun
klasifikasi umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 4. 4 berikut ini :
Tabel 4. 4 Klasifikasi responden berdasarkan ummur
Kelompok Jumlah
No Persentase
Umur (Tahun) (Orang)
1 32 - 36 4 11%
2 37 - 41 5 14%
3 42 - 46 9 25%
4 47 - 51 8 22%
5 52 - 56 8 22%
6 57 - 61 2 6%
Jumlah 36 100%

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Berdasarkan Tabel 4. 4 di atas, dapat dilihat bahwa klasifikasi


umur responden terbagi menjadi 6 kelompok umur. Kelompok
umur 42 - 46 tahun merupakan yang terbanyak dengan jumlah
sebanyak 9 orang atau sebesar 25%. Sedangkan untuk kelompok
umur 57 - 61 tahun adalah yang paling sedikit dengan jumlah
sebanyak 2 orang atau sebesar 6%. Sementara itu, secara rata-
rata umur responden atau peternak sapi potong di Kecamatan
Sidomulyo adalah sebesar 47 tahun. Hal ini menandakan bahwa
secara umum responden masih berada pada usia yang produktif
untuk menjalankan usaha mereka. Sehingga dapat dikatakan
bahwa para responden masih sangat aktif baik secara fisik
maupun pemikiran.
4.1.5.3 Jenis Kelamin
Adapun keadaan responden berdasarkan jenis kelamin dapat di
lihat pada Tabel 4. 5 berikut ini:

STIMLOG Indonesia
IV-10

Tabel 4. 5 Klasifikasi responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Klamin Jumlah (Orang) Persentase


1 Laki-laki 36 100%
2 Perempuan - -
Jumlah 36 100%

Sumber : Pengolahan data primer, 2020


Berdasarkan Tabel 4. 5 di atas, diketahui bahwa keadaan
responden berdasarkan jenis kelamin secara keseluruhan adalah
laki-laki yaitu sebanyak 36 orang atau sebesar 100%. Sehinga
tidak ada responden yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini
menandakan bahwa pekerjaan sebagai peternak sapi potong
masih terlalu awam bagi kaum perempuan khususnya di
Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.
4.1.5.4 Pendidikan
Tingkat pendidikan responden dilihat dari pendidikan formal
yang telah diselesaikan oleh para responden. Adapun keadaan
responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4. 6
berikut ini :
Tabel 4. 6 Klasifikasi responden berdasarkan tingkat
pendidikan

No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase


1 SD 19 53%
2 SMP 9 25%
3 SMA/SMK 8 22%
Jumlah 36 100%

Sumber : Pengolahan data primer, 2020


Berdasarkan Tabel 4. 6 di atas, terlihat bahwa kalsifikasi tingkat
pendidikan responden cukup beragam, antara lain SD, SMP, dan
SMA/SMK. Tingkat pendidikan responden tersebut dapat
berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, bertindak, serta
berinovasi terkait kegiatan beternak yang mereka jalankan.

STIMLOG Indonesia
IV-11

Tingkat pedidikan terbanyak adalah tingkat SD dengan jumlah


19 orang atau sebesar 53%. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa tingkat pendidikan peternak di Kecamatan Sidomulto
masih relatif rendah. Sehingga para peternak hanya
mengandalkan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan
kehidupan sehari-hari mereka, atau belajar secara otodidak.
4.1.5.5 Lama Beternak
Pengalaman beternak merupakan pengetahuan yang diperoleh
para peternak selama melakukan pemeliharaan dan juga
menjalankan usaha peternakan mereka. Pengalaman ini dapat
dilihat dari seberapa lama peternak melakukan usahanya. Untuk
mengetahui lama beternak para responden, maka dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok seperti pada
Tabel 4. 7 berikut ini :

Tabel 4. 7 Klasifikasi responden berdasarkan lama beternak


Lama Beternak Jumlah
No Persentase
(Tahun) (Orang)
1 3–6 4 11%
2 7 – 10 7 19%
3 11 – 14 8 22%
4 15 – 18 9 25%
5 19 – 22 5 14%
6 23 – 26 3 8%
Jumlah 36 100%

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Berdasarkan Tabel 4. 7 di atas, diketahui bahwa lama beternak


responden terbagi menjadi 6 kelompok. Lama beternak
responden yang terbanyak adalah antara 15 - 18 tahun, dengan
jumlah 9 orang atau sebesar 25%. Sedangkan secara rata-rata,
responden telah beternak selama 14 tahun. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pengalaman para peternak sudah cukup

STIMLOG Indonesia
IV-12

matang untuk melakukan pemeliharaan sapi serta menjalankan


usaha peternakan sapi potong.
4.1.5.6 Kepemilikan Ternak
Kepemilikan ternak merupakan jumlah tenak yang sedang
dipelihara oleh para responden. Adapun jumlah kepemilikan
ternak yang dipelihara oleh responden dapat dilihat pada Tabel
4. 8 sebagai berikut :
Tabel 4. 8 Klasifikasi responden berdasarkan kepemilikan
ternak

Jumlah Ternak Jumlah


No Persentase
(Ekor) (Orang)
1 3 8 22%
2 4 14 39%
3 5 11 31%
4 6 3 8%
Jumlah 36 100%

Sumber : Pengolahan data primer, 2020


Berdasarkan Tabel 4. 8 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah
kepemilikan ternak responden cukup beragam. Mulai dari 3
ekor sampai 6 ekor sapi potong yang dipelihara oleh responden.
Kepemilikan ternak 4 ekor merupakan yang terbanyak, yakni
berjumlah 14 orang atau sebesar 39%. Sementara kepemilikan
ternak 6 ekor adalah yang paling sedikit, yakni hanya 3 orang
atau sebesar 8%. Jumlah kepemilikan ternak ini nantinya akan
berpengaruh terhadap besarnya pengeluaran dan pemasukan
yang diperoleh para peternak.
Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan umum
peternak sapi di Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan,
dapat dilihat pada lembar lampiran.
4.1.6 Data Penelitian
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini didapatkan dari observasi dan
wawancara langsung kepada peternak sapi potong di Kecamatan

STIMLOG Indonesia
IV-13

Sidomulyo, Lampung Selatan. Jumlah sampel yang digunakan sudah


ditentukan dan dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu berjumlah 36
orang/peternak. Adapun data yang diperoleh dapat dikemukakan sebagai
berikut.
4.1.6.1 Deskripsi Statistik Tanggapan Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 36
responden melalui penyebaran kuesioner, maka tanggapan
responden dapat dilihat dalam distribusi data di bawah ini.
Diskripsi tanggapan responden berikut merupakan jawaban
responden terhadap masing-masing indikator pengukuran
variabel yang telah ditentukan.
A. Harga Dagin Sapi (X1)
Variabel harga daging sapi (X1) terbagi menjadi dua sub
variabel atau item, yaitu permintaan daging sapi (X1.1) dan
faktor penentu harga (X1.2). Dengan menggunakan skala
likert 1 – 5 dan jumlah responden 36, maka :

Skor tertinggi = 5 × 36 × 2 = 360

Skor terendah = 1 × 36 × 2 = 72
360−72
Rentang kelas = = 57,6
5

Dengan demikian dapat dibuat kategori sebagai berikut :


1. 72,0 – 129,6 = sangat tidak setuju
2. 129,7 – 187,2 = tidak setuju
3. 187,3 – 244,8 = netral
4. 244,9 – 302,4 = setuju
5. 302,5 – 360,0 = sangat setuju

Adapun distribusi tanggapan responden untuk variabel X1


adalah sebagai berikut :

STIMLOG Indonesia
IV-14

Tabel 4. 9 Distrbusi tanggapan responden unutk variabel X1

Frekuensi Total
Item Skor Persentase
(orang) Skor
1 0 0% 0
2 0 0% 0
X1.1 3 5 14% 15
4 19 53% 76
5 12 33% 60
Total 36 100% 151
1 0 0% 0
2 0 0% 0
X1.2 3 9 25% 27
4 21 58% 84
5 6 17% 30
Total 36 100% 141
Grand Total 292

Sumber : Pengolahan data primer, 2020


Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa tanggapan responden
terhadap variabel harga daging sapi (X1) secara keseluruhan
berjumlah 292 sehingga berada pada kategori setuju. Pada
item X1.1, terdapat 5 responden menjawab netral, 19
responden menjawab setuju, dan 12 responden menjawab
sangat setuju. Pada item X1.2, terdapat 9 responden menjawab
netral, 21 responden menjawab setuju, dan 6 responden
menjawab sangat setuju.
B. Jenis Sapi (X2)
Variabel jenis sapi (X2) terbagi menjadi tiga sub variabel atau
item, yaitu jenis-jenis sapi (X2.1), perbedaan harga sapi
menurut jenisnya (X2.2), dan minat terhadap jenis sapi tertentu
(X2.3). Dengan menggunakan skala likert 1 – 5 dan jumlah
responden 36, maka :
Skor tertinggi = 5 × 36 × 3 = 540

Skor terendah = 1 × 36 × 3 = 108

STIMLOG Indonesia
IV-15

540−108
Rentang kelas = = 86,4
5

Dengan demikian dapat dibuat kategori sebagai berikut :


1. 108,0 – 194,4 = sangat tidak setuju
2. 194,5 – 280,8 = tidak setuju
3. 280,9 – 367,2 = netral
4. 367,3 – 453,6 = setuju
5. 453,7 – 540 = sangat setuju
Adapun distribusi tanggapan responden untuk variabel X2
adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 10 Distrbusi tanggapan responden unutk variabel
X2

Frekuensi Total
Item Skor Persentase
(orang) Skor
1 0 0% 0
2 0 0% 0
X2.1 3 2 6% 6
4 19 53% 76
5 15 42% 75
Total 36 100% 157
1 0 0% 0
2 0 0% 0
X2.2 3 3 8% 9
4 25 69% 100
5 8 22% 40
Total 36 100% 149
1 0 0% 0
2 0 0% 0
X2.3 3 10 28% 30
4 21 58% 84
5 5 14% 25
Total 36 100% 139
Grand Total 445

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

STIMLOG Indonesia
IV-16

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa tanggapan responden


terhadap variabel jenis sapi (X2) secara keseluruhan berjumlah
445 sehingga berada pada kategori setuju. Pada item X2.1,
terdapat 2 responden menjawab netral, 19 responden
menjawab setuju, dan 15 responden menjawab sangat setuju.
Pada item X2.2, terdapat 3 responden menjawab netral, 25
responden menjawab setuju, dan 8 responden menjawab
sangat setuju. Pada item X2.3, terdapat 10 responden
menjawab netral, 21 responden menjawab setuju, dan 5
responden menjawab sangat setuju.
C. Transportasi (X3)
Variabel transportasi (X3) terbagi menjadi dua sub variabel
atau item, yaitu biaya transportasi (X3.1) dan jarak
perpindahan (X3.2). Dengan menggunakan skala likert 1 – 5
dan jumlah responden 36, maka :

Skor tertinggi = 5 × 36 × 2 = 360

Skor terendah = 1 × 36 × 2 = 72

360−72
Rentang kelas = = 57,6
5

Dengan demikian dapat dibuat kategori sebagai berikut :


1. 72,0 – 129,6 = sangat tidak setuju
2. 129,7 – 187,2 = tidak setuju
3. 187,3 – 244,8 = netral
4. 244,9 – 302,4 = setuju
5. 302,5 – 360,0 = sangat setuju

Adapun distribusi tanggapan responden untuk variabel X3


adalah sebagai berikut :

STIMLOG Indonesia
IV-17

Tabel 4. 11 Distrbusi tanggapan responden unutk variabel


X3

Frekuensi Total
Item Skor Persentase
(orang) Skor
1 0 0% 0
2 9 25% 18
X3.1 3 18 50% 54
4 9 25% 36
5 0 0% 0
Total 36 100% 108
1 0 0% 0
2 4 11% 8
X3.2 3 20 56% 60
4 12 33% 48
5 0 0% 0
Total 36 100% 116
Grand Total 224

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa tanggapan responden


terhadap variabel transpoortasi (X3) secara keseluruhan
berjumlah 224 sehingga berada pada kategori netral. Pada
item X3.1, 9 responden menjawab tidak setuju, 18 responden
menjawab netral, dan 9 responden menjawab setuju. Pada item
X3.2, 4 responden menjawab tidak setuju, 20 responden
menjawab netral, dan 12 responden menjawab setuju.
D. Pakan (X4)
Variabel pakan (X4) terbagi menjadi dua sub variabel atau
item, yaitu biaya pakan (X4.1) dan ketersediaan pakan (X4.2).
Dengan menggunakan skala likert 1 – 5 dan jumlah responden
36, maka :

Skor tertinggi = 5 × 36 × 2 = 360

STIMLOG Indonesia
IV-18

Skor terendah = 1 × 36 × 2 = 72

360−72
Rentang kelas = = 57,6
5

Dengan demikian dapat dibuat kategori sebagai berikut :


1. 72,0 – 129,6 = sangat tidak setuju
2. 129,7 – 187,2 = tidak setuju
3. 187,3 – 244,8 = netral
4. 244,9 – 302,4 = setuju
5. 302,5 – 360,0 = sangat setuju
Adapun distribusi tanggapan responden untuk variabel X4
adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 12 Distrbusi tanggapan responden unutk variabel X4

Frekuensi Total
Item Skor Persentase
(orang) Skor
1 4 11% 4
2 15 42% 30
X4.1 3 13 36% 39
4 4 11% 16
5 0 0% 0
Total 36 100% 89
1 7 19% 7
2 16 44% 32
X4.2 3 11 31% 33
4 2 6% 8
5 0 0% 0
Total 36 100% 80
Grand Total 169

Sumber : Pengolahan data primer, 2020


Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa tanggapan responden
terhadap variabel pakan (X4) secara keseluruhan berjumlah
169 sehingga berada pada kategori tidak setuju. Pada item
X4.1, terdapat 4 responden menjawab sangat tidak setuju, 15

STIMLOG Indonesia
IV-19

responden menjawab tidak setuju, 13 responden menjawab


netral, dan 4 responden menjawab setuju. Pada item X4.2,
terdapat 7 responden menjawab sangat tidak setuju, 16
responden menjawab tidak setuju, 11 responden menjawab
netral, dan 2 responden menjawab setuju.
E. Waktu Pemeliharaan (X5)
Variabel waktu pemeliharaan (X5) terbagi menjadi dua sub
variabel atau item, yaitu lama waktu pemeliharaan (X5.1) dan
harga jual setelah pemeliharaan (X5.2). Dengan menggunakan
skala likert 1 – 5 dan jumlah responden 36, maka :

Skor tertinggi = 5 × 36 × 2 = 360

Skor terendah = 1 × 36 × 2 = 72

360−72
Rentang kelas = = 57,6
5

Dengan demikian dapat dibuat kategori sebagai berikut :


1. 72,0 – 129,6 = sangat tidak setuju
2. 129,7 – 187,2 = tidak setuju
3. 187,3 – 244,8 = netral
4. 244,9 – 302,4 = setuju
5. 302,5 – 360,0 = sangat setuju
Adapun distribusi tanggapan responden untuk variabel X5
adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 13 Distrbusi tanggapan responden unutk variabel X5

Frekuensi Total
Item Skor Persentase
(orang) Skor
1 0 0% 0
2 12 33% 24
X5.1 3 15 42% 45
4 7 19% 28
5 2 6% 10
Total 36 100% 107
X5.2 1 0 0% 0

STIMLOG Indonesia
IV-20

Frekuensi Total
Item Skor Persentase
(orang) Skor
2 15 42% 30
3 15 42% 45
4 4 11% 16
5 2 6% 10
Total 36 100% 101
Grand Total 208

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa tanggapan responden


terhadap variabel waktu pemeliharaan (X5) secara
keseluruhan berjumlah 208 sehingga berada pada kategori
netral. Pada item X5.1, terdapat 12 responden menjawab tidak
setuju, 15 responden menjawab netral, 7 responden menjawab
setuju, dan 2 responden menjawab sangat setuju. Pada item
X5.2, terdapat 15 responden menjawab tidak setuju, 15
responden menjawab netral, 4 responden menjawab setuju,
dan 2 responden menjawab sangat setuju.

F. Variabel Harga Ternak Sapi Potong (Y)


Variabel harga ternak sapi potong (Y) terbagi menjadi lima sub
variabel atau item, yaitu faktor yang mempengaruhi harga
ternak sapi potong (Y1 – Y5). Dengan menggunakan skala
likert 1 – 5 dan jumlah responden 36, maka :

Skor tertinggi = 5 × 36 × 5 = 900

Skor terendah = 1 × 36 × 5 = 180

900−180
Rentang kelas = = 144
5

Dengan demikian dapat dibuat kategori sebagai berikut :


1. 180 – 324 = sangat tidak setuju
2. 325 – 486 = tidak setuju

STIMLOG Indonesia
IV-21

3. 487 – 612 = netral


4. 613 – 756 = setuju
5. 757 – 900 = sangat setuju
Adapun distribusi tanggapan responden untuk variabel Y
adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 14 Distrbusi tanggapan responden unutk variabel Y

Frekuensi Total
Item Skor Persentase
(orang) Skor
1 0 0% 0
2 0 0% 0
Y1 3 8 22% 24
4 21 58% 84
5 7 19% 35
Total 36 100% 143
1 0 0% 0
2 0 0% 0
Y2 3 12 33% 36
4 22 61% 88
5 2 6% 10
Total 36 100% 134
1 0 0% 0
2 4 11% 8
Y3 3 20 56% 60
4 12 33% 48
5 0 0% 0
Total 36 100% 116
1 0 0% 0
2 5 14% 10
Y4 3 24 67% 72
4 7 19% 28
5 0 0% 0
Total 36 100% 110
1 0 0% 0
2 2 6% 4
Y5 3 23 64% 69
4 11 31% 44
5 0 0% 0
Total 36 100% 117
Grand Total 620

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

STIMLOG Indonesia
IV-22

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa tanggapan responden


terhadap variabel harga ternak sapi potong (Y) secara
keseluruhan berjumlah 620 sehingga berada pada kategori
setuju. Pada item Y1, terdapat 8 responden menjawab netral,
21 responden menjawab setuju, dan 7 responden menjawab
sangat setuju. Pada item Y2, terdapat 12 responden menjawab
netral, 22 responden menjawab setuju, dan 2 responden
menjawab sangat setuju. Pada item Y3, terdapat 4 responden
menjawab tidak setuju, 20 responden menjawab netral, 12
responden menjawab setuju. Pada item Y4, terdapat 5
responden menjawab tidak setuju, 24 responden menjawab
netral, dan 7 responden menjawab setuju. Pada item Y5,
terdapat 2 responden menjawab tidak setuju, 23 responden
menjawab netral, dan 11 responden menjawab setuju.

Untuk mengetahui distribusi data yang lebih lengkap mengenai


tanggapan responden atau peternak sapi di Kecamatan Sidomulyo
Kabupaten Lampung Selatan, dapat dilihat pada lembar lampiran.

4.1.6.2 Biaya dalam Usaha Ternak Sapi Potong


Biaya dalam usaha peternakan sapi potong dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel/tidak
tetap (variabel cost). Komponen biaya tetap yang dikeluarkan
pada usaha ternak sapi potong terdiri dari biaya untuk sapi
bakalan dan biaya penyusutan investasi. Biaya investasi yang
dikeluarkan para peternak ketika hendak menjalankan usaha
penggemukan sapi potong antara lain, biaya pembuatan kandang
serta biaya peralatan penunjang seperti cangkul, sapu lidi, garuk,
selang, sikat, arit, ember, sepatu boots, dan gerobak sorong.
Sedangkan biaya variabel dalam usaha ternak sapi potong terdiri
dari biaya tenaga kerja, pakan tambahan, kesehatan/obat-obatan,
listrik, bahan bakar, dan biaya lain-lain.

STIMLOG Indonesia
IV-23

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari para peternak sapi


di Kecamatan Sidomulyo, jenis sapi yang dipelihara secara umum
adalah berjenis simPo. Sapi tersebut merupaakan hasil
persilangan antara sapi lokal (sapi PO) dengan sapi Simmental.
Secara fisik sapi tersebut terlihat seperti sapi PO namun dengan
warna seperti sapi simmental yakni coklat. Sapi bakalan jenis
tersebut diperoleh dengan kisaran harga Rp 14.000.000 – Rp
15.000.000/ekor. Adapun bobot sapi bakalan yang biasanya
digemukkan ialah berkisar antara 250 sampai 300 Kilogram.
Rata-rata mereka melakukan pemeliharaan selama 4 bulan,
sehingga paling sedikit mereka dapat melakukan panen sebanyak
3 kali/periode dalam setahun. Untuk kandang, biasanya
berukuran 5 x 2 meter untuk kapasitas 3 ekor. Kemudian untuk
umur ekonomis dari investasi kandang dan peralatan yang
digunakan adalah selama 5 tahun, kecuali sapu lidi, sikat, dan
ember yang berumur ekonomis selama 3 tahun.
Pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam sehari, pagi hari,
siang hari, dan sore atau malam hari. Pakan yang diberikan berupa
pakan hijauan serta pakan tambahan (konsentrat) yang biasa
disebut comboran oleh para peternak. Pakan hijauan berupa
rumput yang didapat dengan cara mencari di kebun serta gajahan
yang biasa ditanam oleh para peternak. Sedangkan pakan
konsentrat merupakan campuran dari dedak, ampas singkong, dan
bonggol jagung yang diperoleh dengan harga secara berturut-
turut Rp 1.500, Rp 2.500, dan Rp 2.000 per Kilogram. Dalam
sehari pakan tambahan diberikan sekitar 2 Kg untuk setiap ekor
sapi, sehingga biaya pakan tambahan yang dikeluarkan adalah Rp
12.000/ hari untuk satu ekor sapi. Sedangkan pemberian minum
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan. Pemberian minum
berupa air yang dicampur dengan garam sebagai tambahan
mineral untuk sapi potong.

STIMLOG Indonesia
IV-24

Adapun perhitungan biaya usaha ternak sapi potong dilakukan


berdasarkan jumlah kepemilikan ternak. Maka berdasarkan Tabel
4. 8 di atas, terdapat 4 kelompok kepemilikan, yaitu usaha dengan
kepemilikan ternak 3 ekor, 4 ekor, 5 ekor, dan 6 ekor.
A. Usaha ternak dengan kepemilikan 3 ekor
Adapun biaya investasi untuk menjalankan usaha ternak sapi
potong dengan kepemilikan 3 ekor adalah sebagai berikut.
Tabel 4. 15 Biaya investasi kepemilakan 3 ekor ternak

Biaya Penyusutan
No Investasi Jumlah
(Rp) (Rp/Tahun)
1 Kandang 1 buah 6.000.000 1.200.000
2 Cangkul 1 buah 60.000 12.000
3 Sapu Lidi 1 buah 15.000 5.000
4 Garuk 1 buah 50.000 10.000
5 Selang 15 meter 75.000 15.000
6 Sikat 1 buah 6.000 2.000
7 Arit 1 buah 60.000 12.000
8 Ember 3 buah 45.000 15.000
9 Sepatu Boots 1 pasang 80.000 16.000
10 Gerobak Sorong 1 buah 400.000 80.000
Total 6.791.000 1.367.000

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Adapun biaya tetap dan biaya variabel untuk menjalankan


usaha ternak sapi potong dalam 1 periode atau selama 4 bulan
dengan kepemilikan 3 ekor adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 16 Biaya tetap dan variabel kepemilakan 3 ekor ternak

Biaya Tetap
No Biaya Nilai (Rp)

Sapi bakalan (3 ekor @Rp


1 43.500.000
14.500.000)

2 Penyusutan 455.667
Total 43.955.667

STIMLOG Indonesia
IV-25

Biaya Variabel
No Biaya Nilai (Rp)
1 Tenaga Kerja 4.500.000
2 Pakan tambahan 4.320.000
3 Obat-obatan 150.000
4 Garam 30.000
5 Listrik 60.000
6 BBM 300.000
7 Lain-lain 100.000
Total 9.460.000

Sumber : Pengolahan data primer, 2020


B. Usaha ternak dengan kepemilikan 4 ekor
Adapun biaya investasi untuk menjalankan usaha ternak sapi
potong dengan kepemilikan 4 ekor adalah sebagai berikut.
Tabel 4. 17 Biaya investasi kepemilakan 4 ekor ternak

Penyusutan
No Investasi Jumlah Biaya (Rp)
(Rp/Tahun)
1 Kandang 1 buah 6.500.000 1.300.000
2 Cangkul 1 buah 60.000 12.000
3 Sapu Lidi 1 buah 15.000 5.000
4 Garuk 1 buah 50.000 10.000
5 Selang 15 meter 75.000 15.000
6 Sikat 1 buah 6.000 2.000
7 Arit 1 buah 60.000 12.000
8 Ember 4 buah 60.000 20.000
9 Sepatu Boots 1 pasang 80.000 16.000
Gerobak
10 400.000
Sorong 1 buah 80.000
Total 7.306.000 1.472.000

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Adapun biaya tetap dan biaya variabel untuk menjalankan


usaha ternak sapi potong dalam 1 periode atau selama 4 bulan
dengan kepemilikan 4 ekor adalah sebagai berikut.

STIMLOG Indonesia
IV-26

Tabel 4. 18 Biaya tetap dan variabel kepemilakan 4 ekor ternak

Biaya Tetap
No Biaya Nilai (Rp)
Sapi bakalan (4 ekor @Rp
1 58.000.000
14.500.000)
2 Penyusutan 490.667
Total 58.490.667
Biaya Variabel
No Biaya Nilai (Rp)
1 Tenaga Kerja 4.500.000
2 Pakan tambahan 5.760.000
3 Obat-obatan 200.000
4 Garam 40.000
5 Listrik 60.000
6 BBM 300.000
7 Lain-lain 100.000
Total 10.960.000

Sumber : Pengolahan data primer, 2020


C. Usaha ternak dengan kepemilikan 5 ekor
Adapun biaya investasi untuk menjalankan usaha ternak sapi
potong dengan kepemilikan 5 ekor adalah sebagai berikut.
Tabel 4. 19 Biaya investasi kepemilakan 5 ekor ternak

Biaya Penyusutan
No Investasi Jumlah
(Rp) (Rp/Tahun)
1 Kandang 1 buah 7.000.000 1.400.000
2 Cangkul 1 buah 60.000 12.000
3 Sapu Lidi 1 buah 15.000 5.000
4 Garuk 1 buah 50.000 10.000
5 Selang 15 meter 75.000 15.000
6 Sikat 1 buah 6.000 2.000
7 Arit 1 buah 60.000 12.000
8 Ember 5 buah 75.000 25.000
9 Sepatu Boots 1 pasang 80.000 16.000
10 Gerobak Sorong 1 buah 400.000 80.000
Total 7.821.000 1.577.000

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

STIMLOG Indonesia
IV-27

Adapun biaya tetap dan biaya variabel untuk menjalankan


usaha ternak sapi potong dalam 1 periode atau selama 4 bulan
dengan kepemilikan 5 ekor adalah sebagai berikut.
Tabel 4. 20 Biaya tetap dan variabel kepemilakan 5 ekor ternak

Biaya Tetap
No Biaya Nilai (Rp)
Sapi bakalan (5 ekor @Rp
1 72.500.000
14.500.000)
2 Penyusutan 525.667
Total 73.025.667
Biaya Variabel
No Biaya Nilai (Rp)
1 Tenaga Kerja 4.500.000
2 Pakan tambahan 7.200.000
3 Obat-obatan 250.000
4 Garam 50.000
5 Listrik 60.000
6 BBM 300.000
7 Lain-lain 100.000
Total 12.460.000
Sumber : Pengolahan data primer, 2020
D. Usaha ternak dengan kepemilikan 6 ekor
Adapun biaya investasi untuk menjalankan usaha ternak sapi
potong dengan kepemilikan 6 ekor adalah sebagai berikut.
Tabel 4. 21 Biaya investasi kepemilakan 6 ekor ternak

Biaya Penyusutan
No Investasi Jumlah
(Rp) (Rp/Tahun)
1 Kandang 1 buah 7.500.000 1.500.000
2 Cangkul 1 buah 60.000 12.000
3 Sapu Lidi 1 buah 15.000 5.000
4 Garuk 1 buah 50.000 10.000
5 Selang 15 meter 75.000 15.000
6 Sikat 1 buah 6.000 2.000
7 Arit 1 buah 60.000 12.000
8 Ember 6 buah 90.000 30.000
9 Sepatu Boots 1 pasang 80.000 16.000
Gerobak
10 400.000
Sorong 1 buah 80.000
Total 8.336.000 1.682.000
Sumber : Pengolahan data primer, 2020

STIMLOG Indonesia
IV-28

Adapun biaya tetap dan biaya variabel untuk menjalankan


usaha ternak sapi potong dalam 1 periode atau selama 4 bulan
dengan kepemilikan 6 ekor adalah sebagai berikut.
Tabel 4. 22 Biaya tetap dan variabel kepemilakan 6 ekor ternak

Biaya Tetap
No Biaya Nilai (Rp)
Sapi bakalan (6 ekor @Rp
1 87.000.000
14.500.000)
2 Penyusutan 560.667
Total 87.560.667
Biaya Variabel
No Biaya Nilai (Rp)
1 Tenaga Kerja 4.500.000
2 Pakan tambahan 8.640.000
3 Obat-obatan 300.000
4 Garam 60.000
5 Listrik 60.000
6 BBM 300.000
7 Lain-lain 100.000
Total 13.960.000

Sumber : Pengolahan data primer, 2020


4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Uji Instrumen Penelitian
Uji instrumen penelitian dilakukan untuk melihat sejauh mana ketepatan
dan kecermatan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Sebelum
disebarluaskan kepada seluruh sampel atau responden, maka dilakukan
pengujian terlebih dahulu kepada 5 responden secara acak. Pengujian
instrumen penelitian yang dilakukan ialah uji validitas dan reliabilitas
dengan bantuan software SPSS versi 25. Adapun hasil uji validitas dan
reliabilitas adalah sebagai berikut.
4.2.1.1 Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk menunjukan tingkat keandalan
atau ketepatan suatu alat ukur. Validitas menunjukan derajat
ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek
dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

STIMLOG Indonesia
IV-29

seharusnya diukur. Menurut Sugiyono (2017) nilai standar dari


validitas adalah sebesar 0,3. Jika memiliki koefisien korelasi
lebih besar dari 0,3 atau rHitung > rTabel maka dinyatakan valid.
Adapun uji yang dilakukan ialah uji dua arah dengan tingkat
signifikansi 5 % atau 0,05. Berdasarkan jumlah sampel pada
pengujian ini, rTabel yang diperoleh adalah sebesar 0,8783. Hasil
dari uji validitas instrumen penelitian dapat dilhat pada Tabel 4.
23 berikut ini :
Tabel 4. 23 Hasil uji validitas instrumen penelitian

Item rHitung rTabel Keterangan


Y1 0,918 0,8783 Valid
Y2 0,918 0,8783 Valid
Y3 0,889 0,8783 Valid
Y4 0,969 0,8783 Valid
Y5 0,889 0,8783 Valid
X1.1 0,930 0,8783 Valid
X1.2 0,881 0,8783 Valid
X2.1 0,976 0,8783 Valid
X2.2 0,889 0,8783 Valid
X2.3 0,942 0,8783 Valid
X3.1 0,964 0,8783 Valid
X3.2 0,969 0,8783 Valid
X4.1 0,963 0,8783 Valid
X4.2 0,910 0,8783 Valid
X5.1 0,930 0,8783 Valid
X5.2 0,881 0,8783 Valid

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Berdasarkan hasil uji validitas, didapatkan hasil bahwa semua


item yang digunakan mengahasilkan nilai rHitung > rTabel.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item pada instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid.

4.2.1.2 Uji Reliabilitas


Menurut Sugiyono (2017) menyatakan bahwa uji reliabilitas
adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan objek

STIMLOG Indonesia
IV-30

yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas


dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh pernyataan atau
pertanyaan yang digunakan. Suatu kuesioner dikatakan dapat
dipercaya/andal (reliable) jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Dengan kata lain reliabilitas instrumen mencirikan tingkat
konsistensi. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik
jika memiliki alpha cronbach > 0,60. Hasil dari uji reliabilitas
instrumen penelitian dapat dilhat pada Tabel 4. 24 berikut ini :

Tabel 4. 24 Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian


Alpha
Variabel Kriteria Keterangan
Cronbach
Harga ternak sapi potong
0,947 > 0,60 Reliable
(Y)
Harga daging sapi (X1) 0,769 > 0,60 Reliable
Jenis sapi (X2) 0,921 > 0,60 Reliable
Transportasi (X3) 0,929 > 0,60 Reliable
Pakan (X4) 0,824 > 0,60 Reliable
Waktu pemeliharaan (X5) 0,769 > 0,60 Reliable

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Berdasarkan Tabel 4. 24 di atas, diketahui bahwa hasil dari Alpha


Cronbach setiap variabel memiliki nilai diatas kriteria sehingga
dapat dinyatakan bahwa setiap variabel adalah reliable. Dengan
demikian keseluruhan variabel memiliki kemampuan konsistensi
yang baik sehingga penelitian ini layak untuk dilanjutkan.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik yang dilakukan pada penelitian ini antara uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji
autokorelasi. Pengujian dilakukan dengan bantuan software SPSS versi
25. Adapun hasil dari pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data yang

STIMLOG Indonesia
IV-31

digunakan memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai


dalam statistik parametrik. Untuk mengetahui apakah data dalam
penelitian ini berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan
pengujian dengan pendekatan Kolmogorov-Smirnov. Berikut
adalah hasil pengujian dengan pendekatan Kolmogorov-Smirnov
:
Tabel 4. 25 Hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 36
Normal Mean 0.0000000
Parametersa,b Std. Deviation 1.10992925
Most Extreme Absolute 0.112
Differences Positive 0.078
Negative -0.112
Test Statistic 0.112
Asymp. Sig. (2-tailed) .200
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Dari tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test di atas,


diperoleh angka probabilitas atau Asym. Sig. (2-tailed) sebesar
0,200. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai
signifikansi yaitu 5% atau 0,05. Karena nilai Asym. Sig. (2-tailed)
lebih besar dari nilai signifikansi (0,200 > 0,05) maka data dalam
penelitian ini memiliki distribusi normal.
4.2.2.2 Uji Multikolinieritas
Untuk mendeteksi terjadinya multikolinieritas, dilakukan dengan
melihat apakah nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih
besar dari 10 atau nilai Tolerance ≥ 0,10 maka model terbebas
dari multikolinieritas. Berikut adalah hasil uji multikolinieritas.

STIMLOG Indonesia
IV-32

Tabel 4. 26 Hasil uji multikolinieritas

Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
(Constant)
Harga Daging Sapi (X1) 0.839 1.192
Jenis Sapi (X2) 0.839 1.192
1
Transportasi (X3) 0.936 1.068
Pakan (X4) 0.964 1.037
Waktu Pemeliharaan (X5) 0.866 1.155

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Berdasarkan Tabel 4.26 di atas, dapat diketahui bahwa dari


variabel harga daging sapi (X1), jenis sapi (X2), transportasi
(X3), pakan (X4), dan waktu pemeliharaan (X5) tidak terjadi
multikolinieritas karena didapat nilai VIF lebih kecil dari 10 dan
nilai Tolerance ≥ 0,10.
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas merupakan alat uji model regresi untuk
mengetahui ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Berikut adalah hasil uji
heterokedastisitas.

Gambar 4. 3 Hasil uji heterokedastisitas

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

STIMLOG Indonesia
IV-33

Dari gambar grafik scatterplot di atas, dapat dilihat bahwa titik-


titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas.
4.2.2.4 Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi merupakan alat uji model regresi untuk
mengetahui adanya korelasi antara kesalahan penggangu pada
periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya. Apabila terdapat korelasi, maka terjadi masalah
autokorelasi. Berikut adalah hasil uji autokorelasi.
Tabel 4. 27 Hasil uji autokorelasi

Model Summaryb

Std. Error
R Adjusted Durbin-
Model R of the
Square R Square Watson
Estimate

1 .811a 0.658 0.601 1.199 1.595

a. Predictors: (Constant), Waktu Pemeliharaan (X5), Pakan (X4),


Transportasi (X3), Harga Daging Sapi (X1), Jenis Sapi (X2)

b. Dependent Variable: Harga Ternak Sapi Potong (Y)

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Dari hasil output didapatkan nilai statistik uji Durbin-Watson


sebesar 1,595, nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai tabel
signifikansi 5% dengan (n=36) dan jumlah variabel independen
(K=5) yang menghasilkan nilai dL = 1,1755 dan dU = 1,7987.
Karena nilai tersebut terletak antara dL dan dU (dL < d < dU atau
1,1755 < 1,595 < 1,7987) maka pengujian tidak ada kesimpulan
yang pasti. Dengan demikian maka perlu dilakukan uji Run Test
dengan hasil sebagai berikut.

STIMLOG Indonesia
IV-34

Tabel 4. 28 Hasil uji Run Test

Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea 0.02700
Cases < Test Value 18
Cases >= Test Value 18
Total Cases 36
Number of Runs 15
Z -1.184
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.237
a. Median

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Dari Tabel 2. 28 di atas, diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed)


sebesar 0,237. Kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan nilai
signifikansi yang digunakan yakni 5% atau 0,05. Karena nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari nilai signifikansi yang digunakan
(0,237 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
gejala autokolerasi.

4.2.3 Uji Regresi Linear Berganda


Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan baik untuk variabel
terikat (Y) maupun variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5), dilakukan uji
regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS
versi 25. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi harga ternak sapi potong di Kecamatan Sidomulyo
Kabupaten Lampung Selatan. Maka diperoleh hasil perhitungan regresi
linear berganda sebagai berikut :

STIMLOG Indonesia
IV-35

Tabel 4. 29 Hasil perhitungan regresi linear berganda


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std.
B Beta
Error
(Constant) 2.214 2.469 0.897 0.377
Harga Daging Sapi
0.615 0.179 0.401 3.440 0.002
(X1)
Jenis Sapi (X2) 0.409 0.148 0.322 2.763 0.010
1
Transportasi (X3) 0.077 0.163 0.052 0.476 0.638
Pakan (X4) 0.491 0.129 0.418 3.792 0.001
Waktu Pemeliharaan
0.377 0.129 0.336 2.929 0.006
(X5)
a. Dependent Variable: Harga Ternak Sapi Potong (Y)

Sumber : Pengolahan data primer, 2020


Berdasarkan Tabel 4. 25 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat pegaruh
antara variabel harga daging sapi (X1), jenis sapi (X2), transportasi (X3),
pakan (X4), dan waktu pemeliharaan (X5) terhadap variabel harga ternak
sapi potong (Y). Untuk pengaruh tersebut dapat dirumuskan dalam
bentuk persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + 𝑏3𝑋3 + 𝑏4𝑋4 + 𝑏5𝑋5 + 𝑒

𝑌 = 2,214 + 0,615𝑋1 + 0,409𝑋2 + 0,077𝑋3 + 0,491𝑋4 + 0,377𝑋5 + 𝑒

Keterangan :

𝑌 = Harga ternak sapi potong


𝑎 = Konstanta
𝑏1, 𝑏2, 𝑏3, 𝑏4, 𝑏5 = Koefisien regresi
𝑋1 = Harga daging sapi
𝑋2 = Jenis sapi
𝑋3 = Transportasi

STIMLOG Indonesia
IV-36

𝑋4 = Pakan
𝑋5 = Waktu pemeliharaan
𝑒 = Standar error

Berdasarkan persamaan di atas, diketahui bahwa nilai konstanta yang


diperoleh adalah sebesar 2,214. Hal tersebut menandakan bahwa terjadi
hubungan yang positif antara variabel bebas dan variabel terikat. Nilai
konstanta harga ternak sapi potong sebesar 2,214 menunjukkan bahwa
semakin meningkatnya nilai variabel bebas maka akan mempengaruhi
harga jual ternak sapi potong. Kemudian koefisien regresi dari masing-
masing variabel X1, X2, X3, X4, dan X5 secara berturut-turut adalah
0.614, 0.409, 0.077, 0.491, dan 0.377. Artinya bahwa seluruh variabel
bebas yakni harga daging sapi, jenis sapi, transportasi, pakan, dan waktu
pemeliharaan berpengaruh positif terhadap variabel terikat yakni harga
ternak sapi potong.
4.2.3.1 Analisis Kolerasi Berganda (R)
Analisis korelasi berganda digunakan untuk mengetahui derajat
atau kekuatan hubungan antara seluruh variabel X terhadap
variabel Y secara bersamaan. Dari hasil pengujian yang
dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4. 30 Hasil uji kolerasi berganda

Model Summary
Std. Error
Adjusted R
Model R R Square of the
Square
Estimate
1 .811a 0.658 0.601 1.199
a. Predictors: (Constant), Waktu Pemeliharaan (X5), Transportasi
(X3), Pakan (X4), Harga Daging Sapi (X1), Jenis Sapi (X2)

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Berdasarkan Tabel 4. 26 di atas, diketahui bahwa nilai R adalah


sebesar 0,811. Dengan nilai koefisien kolerasi sebesar 0,811
tersebut, menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat

STIMLOG Indonesia
IV-37

antara variabel independen (harga daging sapi, jenis sapi,


transportasi, pakan, dan waktu pemeliharaan) terhadap variabel
dependen (harga ternak sapi potong).
4.2.3.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan
untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel
independen (X1, X2, …, Xn) secara serentak terhadap variabel
dependen (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar
persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam
model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. Dari hasil
pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. 31 Hasil uji koefisien determinasi

Model Summary
Std. Error
Adjusted R
Model R R Square of the
Square
Estimate
1 .811a 0.658 0.601 1.199
a. Predictors: (Constant), Waktu Pemeliharaan (X5), Transportasi
(X3), Pakan (X4), Harga Daging Sapi (X1), Jenis Sapi (X2)

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Berdasarkan Tabel 4. 27 di atas, diperoleh nilai R2 (R Square)


sebesar 0,658 atau sebesar 65,8%. Hal ini menunjukkan bahwa
persentase sumbangan pengaruh variabel independen (harga
daging sapi, jenis sapi, transportasi, pakan, dan waktu
pemeliharaan) terhadap variabel dependen (harga ternak sapi
potong) adalah sebesar 65,8%. Atau variasi variabel independen
yang digunakan dalam model (harga daging sapi, jenis sapi,
transportasi, pakan, dan waktu pemeliharaan) mampu
menjelaskan sebesar 65,8% variasi variabel dependen (harga
ternak sapi potong). Sedangkan sisanya sebesar 34,2%
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini.

STIMLOG Indonesia
IV-38

4.2.3.3 Uji F (Simultan)


Uji F adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independen yang terdapat di dalam model secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Dari hasil
pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4. 32 Hasil uji F (Simultan)

ANOVAa
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
Regression 83.104 5 16.621 11.564 .000b
1 Residual 43.118 30 1.437
Total 126.222 35
a. Dependent Variable: Harga Ternak Sapi Potong (Y)

b. Predictors: (Constant), Waktu Pemeliharaan (X5), Transportasi


(X3), Pakan (X4), Harga Daging Sapi (X1), Jenis Sapi (X2)

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Berdasarkan Tabel 4. 28 di atas, dilakukan langkah-langkah


berikut untuk melakukan uji F :
1. Menentukan hipotesis
Ho = Harga daging sapi, jenis sapi, transportasi, pakan, dan
waktu pemeliharaan secara bersama-sama tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga
ternak sapi potong.
Ha = Harga daging sapi, jenis sapi, transportasi, pakan, dan
waktu pemeliharaan secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga
ternak sapi potong.
2. Menentukan tingkat sigifikansi
Tingkat signifikan yang digunakan dalam pengujian ini
adalah α = 5 % atau 0,05.

STIMLOG Indonesia
IV-39

3. Menentukan F hitung
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai F hitung sebesar
11,564.
4. Menentukan F tabel
Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df 1
(jumlah variabel) = 5, dan df 2 (n-k-1) atau 36-5-1 = 30 (n
adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel
independen), diperoleh hasil untuk F tabel sebesar 2,53 atau
dapat dicari di Ms Excel dengan cara pada cell kosong ketik
=finv(0.05,5,30) lalu tekan enter.
5. Menentukan kriteria pengujian
Ho diterima jika nilai F hitung < F tabel
Ho ditolak jika nilai F hitung > F tabel
6. Membandingkan F hitung engan F tabel
Nilai F hitung > F tabel (11,564 > 2,53), maka Ho ditolak.
7. Kesimpulan
Berdarkan pengujian statistik dengan metode uji F, diperoleh
perbandingan antara F hitung dan F tabel, di mana F hitung
sebesar 11,564 lebih besar dari F tabel yakni 2,53, maka
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Sehinggga dapat dikatakan bahwa harga daging sapi, jenis
sapi, transportasi, pakan, dan waktu pemeliharaan secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga ternak sapi potong.
4.2.3.4 Uji t (Parsial)
Uji t adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran
secara parsial antara variabel independen terhadap variabel
dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel independen
lain dianggap konstan. Dari hasil pengujian yang dilakukan,
diperoleh hasil sebagai berikut :

STIMLOG Indonesia
IV-40

Tabel 4. 33 Hasil uji t (Parsial)


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std.
B Beta
Error
(Constant) 2.214 2.469 0.897 0.377
Harga Daging
0.615 0.179 0.401 3.440 0.002
Sapi (X1)
Jenis Sapi (X2) 0.409 0.148 0.322 2.763 0.010
Transportasi
1 0.077 0.163 0.052 0.476 0.638
(X3)
Pakan (X4) 0.491 0.129 0.418 3.792 0.001
Waktu
Pemeliharaan 0.377 0.129 0.336 2.929 0.006
(X5)
a. Dependent Variable: Harga Ternak Sapi Potong (Y)

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Berdasarkan Tabel 4. 29 di atas, dilakukan langkah-langkah


berikut untuk melakukan uji t :
a. Variabel harga daging sapi (X1)
1. Menentukan hipotesis
Ho1 = Harga daging sapi secara parsial tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap harga ternak
sapi potong.
Ha1 = Harga daging sapi secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap harga ternak sapi
potong.
2. Menentukan tingkat sigifikansi
Tingkat signifikan yang digunakan dalam pengujian ini
adalah α = 5 % atau 0,05.
3. Menentukan t hitung

STIMLOG Indonesia
IV-41

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai t hitung untuk


variabel harga daging sapi sebesar 3,440.
4. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)
dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 36-5-1 = 30 (n
adalah jumlah jumlah responden dan k adalah jumlah
variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi
(signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar
2,04227 atau dapat dicari di Ms Excel dengan cara pada
cell kosong ketik =tinv(0.05,30) lalu tekan enter.
5. Menentukan kriteria pengujian
Ho1 diterima jika nilai t hitung ≤ t tabel
Ho1 ditolak jika nilai t hitung ≥ t tabel
6. Membandingkan t hitung engan t tabel
Nilai t hitung ≥ t tabel (3,440 ≥ 2,04227), maka Ho1
ditolak.
7. Kesimpulan
Berdarkan pengujian statistik dengan metode uji t,
diperoleh perbandingan antara t hitung dan t tabel, di
mana t hitung sebesar 3,440 lebih besar dari t tabel yakni
2,04227, maka dapat disimpulkan bahwa Ho1 ditolak dan
Ha1 diterima. Sehinggga dapat dikatakan bahwa harga
daging sapi secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga ternak sapi potong.
b. Variabel jenis sapi (X2)
1. Menentukan hipotesis
Ho2 = Jenis sapi secara parsial tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap harga ternak sapi potong.

Ha2 = Jenis sapi secara parsial mempunyai pengaruh yang


signifikan terhadap harga ternak sapi potong.
2. Menentukan tingkat sigifikansi

STIMLOG Indonesia
IV-42

Tingkat signifikan yang digunakan dalam pengujian ini


adalah α = 5 % atau 0,05.
3. Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai t hitung untuk
variabel jenis sapi sebesar 2,763.
4. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)
dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 36-5-1 = 30 (n
adalah jumlah jumlah responden dan k adalah jumlah
variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi
(signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar
2,04227 atau dapat dicari di Ms Excel dengan cara pada cell
kosong ketik =tinv(0.05,30) lalu tekan enter.
5. Menentukan kriteria pengujian
Ho2 diterima jika nilai t hitung ≤ t tabel
Ho2 ditolak jika nilai t hitung ≥ t tabel
6. Membandingkan t hitung engan t tabel
Nilai t hitung ≥ t tabel (2,763 ≥ 2,04227), maka Ho2
ditolak.
7. Kesimpulan
Berdarkan pengujian statistik dengan metode uji t,
diperoleh perbandingan antara t hitung dan t tabel, di mana
t hitung sebesar 2,763 lebih besar dari t tabel yakni 2,04227,
maka dapat disimpulkan bahwa Ho2 ditolak dan Ha2
diterima. Sehinggga dapat dikatakan bahwa jenis sapi
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga ternak sapi potong.
c. Variabel transportasi (X3)
1. Menentukan hipotesis
Ho3 = Transportasi secara parsial tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap harga ternak
sapi potong.

STIMLOG Indonesia
IV-43

Ha3 = Transportasi secara parsial mempunyai pengaruh


yang signifikan terhadap harga ternak sapi potong.
2. Menentukan tingkat sigifikansi
Tingkat signifikan yang digunakan dalam pengujian ini
adalah α = 5 % atau 0,05.
3. Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai t hitung untuk
variabel transportasi sebesar 0,476.
4. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)
dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 36-5-1 = 30 (n
adalah jumlah jumlah responden dan k adalah jumlah
variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi
(signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar
2,04227 atau dapat dicari di Ms Excel dengan cara pada
cell kosong ketik =tinv(0.05,30) lalu tekan enter.
5. Menentukan kriteria pengujian
Ho3 diterima jika nilai t hitung ≤ t tabel
Ho3 ditolak jika nilai t hitung ≥ t tabel
6. Membandingkan t hitung engan t tabel
Nilai t hitung ≤ t tabel (0,476 ≤ 2,04227), maka Ho3
diterima.
7. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian statistik dengan metode uji t,
diperoleh perbandingan antara t hitung dan t tabel, di
mana t hitung sebesar 0,476 kurang dari t tabel yakni
2,04227, maka dapat disimpulkan bahwa Ho3 diterima dan
Ha3 ditolak. Sehinggga dapat dikatakan bahwa
transporatsi secara parsial tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap harga ternak sapi potong.
d. Variabel pakan (X4)
1. Menentukan hipotesis

STIMLOG Indonesia
IV-44

Ho4 = Pakan secara parsial tidak mempunyai pengaruh


yang signifikan terhadap harga ternak sapi potong.
Ha4 = Pakan secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga ternak sapi potong.
2. Menentukan tingkat sigifikansi
Tingkat signifikan yang digunakan dalam pengujian ini
adalah α = 5 % atau 0,05.
3. Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai t hitung untuk
variabel pakan sebesar 3,792.
4. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)
dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 36-5-1 = 30 (n
adalah jumlah jumlah responden dan k adalah jumlah
variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi
(signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar
2,04227 atau dapat dicari di Ms Excel dengan cara pada
cell kosong ketik =tinv(0.05,30) lalu tekan enter.
5. Menentukan kriteria pengujian
Ho4 diterima jika nilai t hitung ≤ t tabel
Ho4 ditolak jika nilai t hitung ≥ t tabel
6. Membandingkan t hitung engan t tabel
Nilai t hitung ≥ t tabel (3,792 ≥ 2,04227), maka Ho4
ditolak.
7. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian statistik dengan metode uji t,
diperoleh perbandingan antara t hitung dan t tabel, di
mana t hitung sebesar 3,792 lebih besar dari t tabel yakni
2,04227, maka dapat disimpulkan bahwa Ho4 ditolak dan
Ha4 diterima. Sehinggga dapat dikatakan bahwa pakan
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga ternak sapi potong.

STIMLOG Indonesia
IV-45

e. Variabel waktu pemeliharaan (X5)


1. Menentukan hipotesis
Ho5 = Waktu pemeliharaan secara parsial tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
harga ternak sapi potong.
Ha5 = Waktu pemeliharaan secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap harga ternak
sapi potong.
2. Menentukan tingkat sigifikansi
Tingkat signifikan yang digunakan dalam pengujian ini
adalah α = 5 % atau 0,05.
3. Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai t hitung untuk
variabel jenis sapi sebesar 2,929.
4. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)
dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 36-5-1 = 30 (n
adalah jumlah jumlah responden dan k adalah jumlah
variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi
(signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar
2,04227 atau dapat dicari di Ms Excel dengan cara pada
cell kosong ketik =tinv(0.05,30) lalu tekan enter.
5. Menentukan kriteria pengujian
Ho1 diterima jika nilai t hitung ≤ t tabel
Ho1 ditolak jika nilai t hitung ≥ t tabel
6. Membandingkan t hitung engan t tabel
Nilai t hitung ≥ t tabel (2,929 ≥ 2,04227), maka Ho5
ditolak.
7. Kesimpulan
Berdarkan pengujian statistik dengan metode uji t,
diperoleh perbandingan antara t hitung dan t tabel, di
mana t hitung sebesar 2,929 lebih besar dari t tabel yakni

STIMLOG Indonesia
IV-46

2,04227, maka dapat disimpulkan bahwa Ho5 ditolak dan


Ha5 diterima. Sehinggga dapat dikatakan bahwa waktu
pemeliharaan secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga ternak sapi potong.

4.2.4 Uji Kelayakan Finansial Usaha


Pengujian kelayakan finansial pada usaha peternakan sapi potong di
Kecamatan Sidomulyo dilakukan berdasarkan jumlah kepemilikan
ternak. Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan, terdapat
empat kelompok kepemilikan ternak yang terdapat di Kecamatan
Sidomulyo. Adapun hasil perhitungan uji kelayakan finansial usaha dari
setiap jumlah kepemilikan ternak adalah sebagai berikut :
4.2.4.1 Usaha dengan Kepemilikan 3 Ekor
a. Biaya Produksi, Penerimaan, dan Keuntungan
Berikut merupakan biaya produksi, penerimaan, dan
keuntungan yang diperoleh peternak dalam 1 periode atau
selama 4 bulan. Adapun total biaya produksi yang dikeluarkan
oleh peternak dengan kepemilikan 3 ekor adalah sebagai
berikut :

𝑇𝐶 = 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶
𝑇𝐶 = 𝑅𝑝 43.955.667 + 𝑅𝑝 9.460.000
𝑇𝐶 = 𝑅𝑝 53.415.667
Sedangkan penerimaan yang diterima oleh peternak dengan
kepemilikan 3 ekor adalah sebagai berikut :
𝑇𝑅 = 𝑃 × 𝑄
𝑇𝑅 = 𝑅𝑝 18.500.000 × 3
𝑇𝑅 = 𝑅𝑝 55.500.000
Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh peternak
dengan kepemilikan 3 ekor dalam 1 periode panen (4 bulan)
adalah sebagai berikut :
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
𝜋 = 𝑅𝑝 55.500.000 − 𝑅𝑝 53.415.667

STIMLOG Indonesia
IV-47

𝜋 = 𝑅𝑝 2.084.333
Sehigga dalam 1 tahun peternak mendapat keuntungan bersih
sebesar Rp 6.252.999.

b. Break Even Ponit (BEP)


Adapun BEP untuk usaha ternak sapi potong dalam 1 periode
atau selama 4 bulan dengan kepemilikan 3 ekor ternak adalah
sebagai berikut.

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑃 − 𝑉𝐶
𝑅𝑝 43.955.667
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑅𝑝 18.500.000 − (𝑅𝑝 9.460.000/3)
𝑅𝑝 43.955.667
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑅𝑝 18.500.000 − 𝑅𝑝 3.153.333
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 = 2,86 ≈ 3 𝑒𝑘𝑜𝑟

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
𝑉𝐶
1− 𝑃
𝑅𝑝 43.955.667
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
𝑅𝑝 3.153.333
1−( )
𝑅𝑝 18.500.000
𝑅𝑝 43.955.667
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
1 − 0,170
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = 𝑅𝑝 52.958.635

c. Net Present Value (NPV)


Usaha ternak sapi potong dengan jumlah 3 ekor membutuhan
biaya invesatsi awal untuk kandang dan peralatan sebesar Rp
6.791.000, biaya untuk sapi bakalan sebesar Rp 43.500.000
serta biaya variabel sebesar Rp 9.460.000. Dengan demikian
maka didapat nilai C0 sebesar Rp 59.751.000. Dalam 1 tahun
peternak menerima keuntungan bersih sebesar Rp 6.252.999.
Tingkat suku bunga yang digunakan sebesar 4%/tahun (suku
bunga BI), selain itu digunakan juga alternatif 6% untuk suku

STIMLOG Indonesia
IV-48

bunga KUR, serta 10% untuk suku bunga PT BPD Lampung.


Dengan asumsi bahwa kas bersih yang diterima peternak dan
suku bunga adalah tetap, maka NPV usaha ternak sapi potong
selama 5 tahun adalah sebagai berikut.

Untuk suku bunga 4% :


𝑛 𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡
− 𝐶0
𝑡=1 (1 + 𝑖 )

𝑅𝑝 6.252.999 𝑅𝑝 6.252.999 𝑅𝑝 6.252.999


𝑁𝑃𝑉 = [ + +
(1 + 0,04)1 (1 + 0,04)2 (1 + 0,04)3
𝑅𝑝 6.252.999 𝑅𝑝 6.252.999
+ + ]
(1 + 0,04)4 (1 + 0,04)5
− 𝑅𝑝 59.751.000
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 6.012.499 + 𝑅𝑝 5.781.249 + 𝑅𝑝 5.558.893
+ 𝑅𝑝 5.345.090 + 𝑅𝑝 5.139.509]
− 𝑅𝑝 59.751.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 27.837.241 − 𝑅𝑝 59.751.000
𝑁𝑃𝑉 = − 𝑅𝑝 31.913.759

Untuk suku bunga 6% :


𝑛 𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡
− 𝐶0
𝑡=1 (1 + 𝑖 )

𝑅𝑝 6.252.999 𝑅𝑝 6.252.999 𝑅𝑝 6.252.999


𝑁𝑃𝑉 = [ + +
(1 + 0,06)1 (1 + 0,06)2 (1 + 0,06)3
𝑅𝑝 6.252.999 𝑅𝑝 6.252.999
+ + ]
(1 + 0,06)4 (1 + 0,06)5
− 𝑅𝑝 59.751.000
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 5.899.056 + 𝑅𝑝 5.565.147 + 𝑅𝑝 5.250.139
+ 𝑅𝑝 4.952.961 + 𝑅𝑝 4.672.605]
− 𝑅𝑝 59.751.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 26.339.907 − 𝑅𝑝 59.751.000
𝑁𝑃𝑉 = − 𝑅𝑝 33.411.093

STIMLOG Indonesia
IV-49

Untuk suku bunga 10% :


𝑛 𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡
− 𝐶0
𝑡=1 (1 + 𝑖 )

𝑅𝑝 6.252.999 𝑅𝑝 6.252.999 𝑅𝑝 6.252.999


𝑁𝑃𝑉 = [ + +
(1 + 0,1)1 (1 + 0,1)2 (1 + 0,1)3
𝑅𝑝 6.252.999 𝑅𝑝 6.252.999
+ + ]
(1 + 0,1)4 (1 + 0,1)5
− 𝑅𝑝 59.751.000
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 5.684.545 + 𝑅𝑝 5.167.768 + 𝑅𝑝 4.697.971
+ 𝑅𝑝 4.270.882 + 𝑅𝑝 3.882.620]
− 𝑅𝑝 59.751.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 23.703.786 − 𝑅𝑝 59.751.000
𝑁𝑃𝑉 = − 𝑅𝑝 36.047.214
d. Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat suku bunga maksimum yang dapat
mengembalikan biaya-biaya yang ditanam. Untuk
memperoleh nilai IRR, dilakukan serangkaian perhitungan
NPV dengan cara trail and eror (coba-coba) sampai dengan
nilai NPV menunjukan nilai 0 atau kurang dari 0, setelah itu
diambil 2 hasil NPV yang berdekatan antara nilai yang positif
dan negatif untuk digunakan dalam perhitungan IRR dengan
rumus interpolasi. Setelah dilakukan perhitungan trial and
eror, diperoleh hasil bahwa dengan discount rate sebesar 0,5%
akan menghasilkan nilai NPV positif yakni sebesar Rp
1.093.256. Sedangkan dengan mengunakan discount rate
sebesar 4% diperoleh nilai NPV negatif yakni sebesar -Rp
9.033.557. Dengan demikian diperoleh IRR usaha ternak sapi
potong dengan kepemilikan 3 ekor adalah sebagai berikut :
𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑖 − 𝑖1 )
(𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2) 2

𝑅𝑝 1.093.256
𝐼𝑅𝑅 = 0,5% + (4% − 0,5%)
(𝑅𝑝 1.093.256 + 𝑅𝑝 9.033.577)

STIMLOG Indonesia
IV-50

𝑅𝑝 1.093.256
𝐼𝑅𝑅 = 0,5% + (3,5%)
(𝑅𝑝 10.126.833)
𝐼𝑅𝑅 = 0,5% + (0,107956)(3,5%)
𝐼𝑅𝑅 = 0,5% + 0,4%
𝐼𝑅𝑅 = 0,9%
e. Benefit Cost Ratio (BCR)
Biaya produksi yang dikeluarkan peternak dalam satu periode
atau selama 4 bulan adalah sebesar Rp 53.415.667. Kemudian
penerimaan yang diperoleh dalam satu periode tersebut adalah
sebesar Rp 55.500.000. Dalam setahun peternak dapat
melakukan panen sebanyak 3 kali. Sehingga dalam setahun
peternak mengeluarkan biaya sebesar Rp 160.247.001 dan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 166.500.000. Dengan
tingkat suku bunga sebesar 4%/tahun serta pengeluaran dan
penerimaan peternak adalah tetap, maka Benefit Cost Ratio
usaha ternak sapi potong adalah sebagai berikut :
𝐵𝑡
∑𝑛𝑡
( 1 + 𝑖 )𝑡
𝐵𝐶𝑅 =
𝐶𝑡
∑𝑛𝑡
( 1 + 𝑖 )𝑡

𝑛 𝐵𝑡 𝑅𝑝 166.500.000
∑ =
𝑡 (1 + 𝑖 )𝑡 (1 + 0,04)1
𝑛 𝐵𝑡
∑ = 𝑅𝑝 160.096.154
𝑡 (1 + 𝑖 )𝑡

𝑛 𝐶𝑡 𝑅𝑝 160.247.001
∑ 𝑡
=
𝑡 (1 + 𝑖 ) (1 + 0,04)1
𝑛 𝐶𝑡
∑ = 𝑅𝑝 154.083.665
𝑡 (1 + 𝑖 )𝑡

𝑅𝑝 160.096.154
𝐵𝐶𝑅 =
𝑅𝑝 154.083.665
𝐵𝐶𝑅 = 1,04

STIMLOG Indonesia
IV-51

f. Payback Period (PP)


Dengan modal investasi awal atau C0 sebesar Rp 59.751.000
dan kentungan yang diperoleh sebesar Rp 2.084.333/periode
atau sebesar Rp 6.252.999/tahun, maka payback periode untuk
usaha ternak sapi potong dengan kepemilikan 3 ekor adalah
sebagai berikut.

𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑃𝑃 = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
𝑅𝑝 59.751.000
𝑃𝑃 = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑅𝑝 6.252.999
𝑃𝑃 = 9,5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

4.2.4.2 Usaha dengan Kepemilikan 4 Ekor


a. Biaya Produksi, Penerimaan, dan Keuntungan
Berikut merupakan biaya produksi, penerimaan, dan
keuntungan yang diperoleh peternak dalam 1 periode atau
selama 4 bulan. Adapun total biaya produksi yang dikeluarkan
oleh peternak dengan kepemilikan 4 ekor adalah sebagai
berikut :
𝑇𝐶 = 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶
𝑇𝐶 = 𝑅𝑝 58.490.667 + 𝑅𝑝 10.960.000
𝑇𝐶 = 𝑅𝑝 69.450.667
Sedangkan penerimaan yang diterima oleh peternak dengan
kepemilikan 4 ekor adalah sebagai berikut :
𝑇𝑅 = 𝑃 × 𝑄
𝑇𝑅 = 𝑅𝑝 18.500.000 × 4
𝑇𝑅 = 𝑅𝑝 74.000.000
Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh peternak
dengan kepemilikan 4 ekor dalam 1 periode panen (4 bulan)
adalah sebagai berikut :
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶

STIMLOG Indonesia
IV-52

𝜋 = 𝑅𝑝 74.000.000 − 𝑅𝑝 69.450.667
𝜋 = 𝑅𝑝 4.549.333
Sehigga dalam 1 tahun peternak mendapat keuntungan bersih
sebesar Rp 13.647.999.
b. Break Even Ponit (BEP)
Adapun BEP untuk usaha ternak sapi potong dalam 1 periode
atau selama 4 bulan dengan kepemilikan 4 ekor ternak adalah
sebagai berikut.

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑃 − 𝑉𝐶
𝑅𝑝 58.490.667
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑅𝑝 18.500.000 − (𝑅𝑝 10.960.000/4)
𝑅𝑝 58.490.667
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑅𝑝 18.500.000 − 𝑅𝑝 2.740.000
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 = 3,71 ≈ 4 𝑒𝑘𝑜𝑟

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
𝑉𝐶
1− 𝑃
𝑅𝑝 58.490.667
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
𝑅𝑝 2.740.000
1 − (𝑅𝑝 18.500.000)

𝑅𝑝 58.490.667
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
1 − 0,148
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = 𝑅𝑝 68.651.018
c. Net Present Value (NPV)
Usaha ternak sapi potong dengan jumlah 4 ekor membutuhan
biaya invesatsi awal untuk kandang dan peralatan sebesar Rp
7.306.000, biaya untuk sapi bakalan sebesar Rp 58.000.000
serta biaya variabel sebesar Rp 10.960.000. Dengan demikian
maka didapat nilai C0 sebesar Rp 76.266.000. Dalam 1 tahun
peternak menerima keuntungan bersih sebesar Rp 13.647.999.
Tingkat suku bunga yang digunakan sebesar 4% (suku bunga
BI), selain itu digunakan juga alternatif 6% untuk suku bunga

STIMLOG Indonesia
IV-53

KUR, serta 10% untuk suku bunga PT BPD Lampung. Dengan


asumsi bahwa kas bersih yang diterima peternak dan suku
bunga adalah tetap, maka NPV usaha ternak sapi potong
selama 5 tahun adalah sebagai berikut.
Untuk suku bunga 4% :
𝑛 𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡
− 𝐶0
𝑡=1 (1 + 𝑖 )

Rp 13.647.999 Rp 13.647.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,04)1 (1 + 0,04)2
Rp 13.647.999 Rp 13.647.999
+ +
(1 + 0,04)3 (1 + 0,04)4
Rp 13.647.999
+ ] − Rp 76.266.000
(1 + 0,04)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 13.123.076 + 𝑅𝑝 12.618.342
+ 𝑅𝑝 12.133.021 + 𝑅𝑝11.666.367
+ 𝑅𝑝 11.217.660] − Rp 76.266.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 60.758.467 − Rp 76.266.000
𝑁𝑃𝑉 = − 𝑅𝑝 15.507.533

Untuk suku bunga 6% :


𝑛 𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡
− 𝐶0
𝑡=1 (1 + 𝑖 )

Rp 13.647.999 Rp 13.647.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,06)1 (1 + 0,06)2
Rp 13.647.999 Rp 13.647.999
+ +
(1 + 0,06)3 (1 + 0,06)4
Rp 13.647.999
+ ] − Rp 76.266.000
(1 + 0,06)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 12.875.471 + 𝑅𝑝 12.146.671
+ 𝑅𝑝 11.459.123 + 𝑅𝑝 10.810.494
+ 𝑅𝑝 10.198.579] − Rp 76.266.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 57.490.337 − Rp 76.266.000
𝑁𝑃𝑉 = − 𝑅𝑝 18.775.663

STIMLOG Indonesia
IV-54

Untuk suku bunga 10% :


𝑛 𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡
− 𝐶0
𝑡=1 (1 + 𝑖 )

Rp 13.647.999 Rp 13.647.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,1)1 (1 + 0,1)2
Rp 13.647.999 Rp 13.647.999
+ +
(1 + 0,1)3 (1 + 0,1)4
Rp 13.647.999
+ ] − Rp 76.266.000
(1 + 0,1)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 12.407.272 + 𝑅𝑝 11.279.338
+ 𝑅𝑝 10.253.944 + 𝑅𝑝 9.321.767
+ 𝑅𝑝 8.474.334] − Rp 76.266.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 51.736.654 − Rp 76.266.000
𝑁𝑃𝑉 = − 𝑅𝑝 24.529.346
d. Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat suku bunga maksimum yang dapat
mengembalikan biaya-biaya yang ditanam. Untuk
memperoleh nilai IRR, dilakukan serangkaian perhitungan
NPV dengan cara trail and eror (coba-coba) sampai dengan
nilai NPV menunjukan nilai 0 atau kurang dari 0, setelah itu
diambil 2 hasil NPV yang berdekatan antara nilai yang positif
dan negatif untuk digunakan dalam perhitungan IRR dengan
rumus interpolasi. Setelah dilakukan perhitungan trial and
eror, diperoleh hasil bahwa dengan discount rate sebesar 1%
akan menghasilkan nilai NPV positif yakni sebesar Rp
2.830.657. Sedangkan dengan mengunakan discount rate
sebesar 4% diperoleh nilai NPV negatif yakni sebesar -Rp
4.721.321. Dengan demikian diperoleh IRR usaha ternak sapi
potong dengan kepemilikan 4 ekor adalah sebagai berikut :
𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑖 − 𝑖1 )
(𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2) 2
𝑅𝑝 2.830.657
𝐼𝑅𝑅 = 1% + (4% − 1%)
(𝑅𝑝 2.830.657 + 𝑅𝑝 4.721.321)

STIMLOG Indonesia
IV-55

𝑅𝑝 2.830.657
𝐼𝑅𝑅 = 1% + (3%)
(𝑅𝑝 7.551.978)
𝐼𝑅𝑅 = 1% + (0,374823)(3%)
𝐼𝑅𝑅 = 1% + 1,1%
𝐼𝑅𝑅 = 2,1%
e. Benefit Cost Ratio (BCR)
Biaya produksi yang dikeluarkan peternak dalam satu periode
atau selama 4 bulan adalah sebesar Rp 69.450.667. Kemudian
penerimaan yang diperoleh dalam satu periode tersebut adalah
sebesar Rp 74.000.000. Dalam setahun peternak dapat
melakukan panen sebanyak 3 kali. Sehingga dalam setahun
peternak mengeluarkan biaya sebesar Rp 208.352.001 dan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 222.000.000. Dengan
tingkat suku bunga sebesar 4%/tahun serta pengeluaran dan
penerimaan peternak adalah tetap, maka Benefit Cost Ratio
usaha ternak sapi potong adalah sebagai berikut :

𝐵𝑡
∑𝑛𝑡
( 1 + 𝑖 )𝑡
𝐵𝐶𝑅 =
𝐶𝑡
∑𝑛𝑡
( 1 + 𝑖 )𝑡

𝑛 𝐵𝑡 Rp 222.000.000
∑ 𝑡
=
𝑡 (1 + 𝑖 ) (1 + 0,04)1
𝑛 𝐵𝑡
∑ = 𝑅𝑝 213.461.538
𝑡 (1 + 𝑖 )𝑡

𝑛 𝐶𝑡 Rp 208.352.001
∑ 𝑡
=
𝑡 (1 + 𝑖 ) (1 + 0,04)1
𝑛 𝐶𝑡
∑ = 𝑅𝑝 200.338.463
𝑡 (1 + 𝑖 )𝑡

𝑅𝑝 213.461.538
𝐵𝐶𝑅 =
𝑅𝑝 200.338.463
𝐵𝐶𝑅 = 1,07

STIMLOG Indonesia
IV-56

f. Payback Period (PP)


Dengan modal investasi awal atau C0 sebesar Rp 76.266.000
dan kentungan yang diperoleh sebesar Rp 4.549.333/periode
atau sebesar Rp 13.647.999/tahun, maka payback periode
untuk usaha ternak sapi potong dengan kepemilikan 4 ekor
adalah sebagai berikut.
𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑃𝑃 = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
𝑅𝑝 76.266.000
𝑃𝑃 = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑅𝑝 13.647.999
𝑃𝑃 = 5,6 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

4.2.4.3 Usaha dengan Kepemilikan 5 Ekor


a. Biaya Produksi, Penerimaan, dan Keuntungan
Berikut merupakan biaya produksi, penerimaan, dan
keuntungan yang diperoleh peternak dalam 1 periode atau
selama 4 bulan. Adapun total biaya produksi yang dikeluarkan
oleh peternak dengan kepemilikan 5 ekor adalah sebagai
berikut :
𝑇𝐶 = 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶
𝑇𝐶 = 𝑅𝑝 73.025.667 + 𝑅𝑝 12.460.000
𝑇𝐶 = 𝑅𝑝 85.485.667
Sedangkan penerimaan yang diterima oleh peternak dengan
kepemilikan 5 ekor adalah sebagai berikut :
𝑇𝑅 = 𝑃 × 𝑄
𝑇𝑅 = 𝑅𝑝 18.500.000 × 5
𝑇𝑅 = 𝑅𝑝 92.500.000
Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh peternak
dengan kepemilikan 5 ekor dalam 1 periode panen (4 bulan)
adalah sebagai berikut :
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
𝜋 = 𝑅𝑝 92.500.000 − 𝑅𝑝 85.485.667

STIMLOG Indonesia
IV-57

𝜋 = 𝑅𝑝 7.014.333
Sehigga dalam 1 tahun peternak mendapat keuntungan bersih
sebesar Rp 21.042.999.
b. Break Even Point (BEP)
Adapun BEP untuk usaha ternak sapi potong dalam 1 periode
atau selama 4 bulan dengan kepemilikan 5 ekor ternak adalah
sebagai berikut.
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑃 − 𝑉𝐶
𝑅𝑝 73.025.667
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑅𝑝 18.500.000 − (𝑅𝑝 12.460.000/5)
𝑅𝑝 73.025.667
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑅𝑝 18.500.000 − 𝑅𝑝 2.492.000
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 = 4,56 ≈ 5 𝑒𝑘𝑜𝑟

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
𝑉𝐶
1− 𝑃
𝑅𝑝 73.025.667
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
𝑅𝑝 2.492.000
1 − (𝑅𝑝 18.500.000)

𝑅𝑝 73.025.667
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
1 − 0,135
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = 𝑅𝑝 84.422.736

c. Net Present Value (NPV)


Usaha ternak sapi potong dengan jumlah 5 ekor membutuhan
biaya invesatsi awal untuk kandang dan peralatan sebesar Rp
7.821.000, biaya untuk sapi bakalan sebesar Rp 72.500.000
serta biaya variabel sebesar Rp 12.460.000. Dengan demikian
maka didapat nilai C0 sebesar Rp 92.781.000. Dalam 1 tahun
peternak menerima keuntungan bersih sebesar Rp 21.042.999.
Tingkat suku bunga yang digunakan sebesar 4% (suku bunga
BI), selain itu digunakan juga alternatif 6% untuk suku bunga
KUR, serta 10% untuk suku bunga PT BPD Lampung. Dengan

STIMLOG Indonesia
IV-58

asumsi bahwa kas bersih yang diterima peternak dan suku


bunga adalah tetap, maka NPV usaha ternak sapi potong
selama 5 tahun adalah sebagai berikut.

Untuk suku bunga 4% :


𝑛 𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡
− 𝐶0
𝑡=1 (1 + 𝑖 )

Rp 21.042.999 Rp 21.042.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,04)1 (1 + 0,04)2
Rp 21.042.999 Rp 21.042.999
+ +
(1 + 0,04)3 (1 + 0,04)4
Rp 21.042.999
+ ] − Rp 92.781.000
(1 + 0,04)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 20.233.653 + 𝑅𝑝 19.455.435
+ 𝑅𝑝 18.707.149 + 𝑅𝑝17.987.644
+ 𝑅𝑝 17.295.811] − Rp 92.781.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 93.679.693 − Rp 92.781.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 898.693

Untuk suku bunga 6% :


𝑛 𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡
− 𝐶0
𝑡=1 (1 + 𝑖 )

Rp 21.042.999 Rp 21.042.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,06)1 (1 + 0,06)2
Rp 21.042.999 Rp 21.042.999
+ +
(1 + 0,06)3 (1 + 0,06)4
Rp 21.042.999
+ ] − Rp 92.781.000
(1 + 0,06)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 19.851.886 + 𝑅𝑝 18.728.194
+ 𝑅𝑝 17.668.108 + 𝑅𝑝16.668.026
+ 𝑅𝑝 15.724.553] − Rp 92.781.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 88.640.767 − Rp 92.781.000
𝑁𝑃𝑉 = − 𝑅𝑝 4.140.233

STIMLOG Indonesia
IV-59

Untuk suku bunga 10% :


𝑛 𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡
− 𝐶0
𝑡=1 (1 + 𝑖 )

Rp 21.042.999 Rp 21.042.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,1)1 (1 + 0,1)2
Rp 21.042.999 Rp 21.042.999
+ +
(1 + 0,1)3 (1 + 0,1)4
Rp 21.042.999
+ ] − Rp 92.781.000
(1 + 0,1)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 19.129.999 + 𝑅𝑝 17.390.908
+ 𝑅𝑝 15.809.917 + 𝑅𝑝14.372.651
+ 𝑅𝑝 13.066.047] − Rp 92.781.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 79.769.522 − Rp 92.781.000
𝑁𝑃𝑉 = − 𝑅𝑝 13.011.478
d. Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat suku bunga maksimum yang dapat
mengembalikan biaya-biaya yang ditanam. Untuk
memperoleh nilai IRR, dilakukan serangkaian perhitungan
NPV dengan cara trail and eror (coba-coba) sampai dengan
nilai NPV menunjukan nilai 0 atau kurang dari 0, setelah itu
diambil 2 hasil NPV yang berdekatan antara nilai yang positif
dan negatif untuk digunakan dalam perhitungan IRR dengan
rumus interpolasi. Setelah dilakukan perhitungan trial and
eror, diperoleh hasil bahwa dengan discount rate sebesar 4%
akan menghasilkan nilai NPV positif yakni sebesar Rp
898.693. Sedangkan dengan mengunakan discount rate
sebesar 6% diperoleh nilai NPV negatif yakni sebesar -Rp
4.140.233. Dengan demikian diperoleh IRR usaha ternak sapi
potong dengan kepemilikan 5 ekor adalah sebagai berikut :

𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑖 − 𝑖1 )
(𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2) 2
𝑅𝑝 898.693
𝐼𝑅𝑅 = 4% + (6% − 4%)
(𝑅𝑝 898.693 + 𝑅𝑝 4.140.233)

STIMLOG Indonesia
IV-60

𝑅𝑝 898.693
𝐼𝑅𝑅 = 4% + (2%)
(𝑅𝑝 5.038.926)
𝐼𝑅𝑅 = 4% + (0,17835)(2%)
𝐼𝑅𝑅 = 4% + 0,4%
𝐼𝑅𝑅 = 4,4%
e. Benefit Cost Ratio (BCR)
Biaya produksi yang dikeluarkan peternak dalam satu periode
atau selama 4 bulan adalah sebesar Rp 85.485.667. Kemudian
penerimaan yang diperoleh dalam satu periode tersebut adalah
sebesar Rp 92.500.000. Dalam setahun peternak dapat
melakukan panen sebanyak 3 kali. Sehingga dalam setahun
peternak mengeluarkan biaya sebesar Rp 256.457.001 dan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 277.500.000. Dengan
tingkat suku bunga sebesar 4%/tahun serta pengeluaran dan
penerimaan peternak adalah tetap, maka Benefit Cost Ratio
usaha ternak sapi potong adalah sebagai berikut :

𝐵𝑡
∑𝑛𝑡
(1 + 𝑖 )𝑡
𝐵𝐶𝑅 =
𝐶𝑡
∑𝑛𝑡
(1 + 𝑖 )𝑡

𝑛 𝐵𝑡 Rp 277.500.000
∑ 𝑡
=
𝑡 (1 + 𝑖 ) (1 + 0,04)1
𝑛 𝐵𝑡
∑ = 𝑅𝑝 266.826.923
𝑡 (1 + 𝑖 ) 𝑡

𝑛 𝐶𝑡 Rp 256.457.001
∑ 𝑡
=
𝑡 (1 + 𝑖 ) (1 + 0,04)1
𝑛 𝐶𝑡
∑ = 𝑅𝑝 246.593.270
𝑡 (1 + 𝑖 ) 𝑡

𝑅𝑝 266.826.923
𝐵𝐶𝑅 =
𝑅𝑝 246.593.270
𝐵𝐶𝑅 = 1,08

STIMLOG Indonesia
IV-61

f. Payback Period (PP)


Dengan modal investasi awal atau C0 sebesar Rp 92.781.000
dan kentungan yang diperoleh sebesar Rp 7.014.333/periode
atau sebesar Rp 21.042.999/tahun, maka payback periode
untuk usaha ternak sapi potong dengan kepemilikan 5 ekor
adalah sebagai berikut.

𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑃𝑃 = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
𝑅𝑝 92.781.000
𝑃𝑃 = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Rp 21.042.999
𝑃𝑃 = 4,4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

4.2.4.4 Usaha dengan Kepemilikan 6 Ekor


a. Biaya Produksi, Penerimaan, dan Keuntungan
Berikut merupakan biaya produksi, penerimaan, dan
keuntungan yang diperoleh peternak dalam 1 periode atau
selama 4 bulan. Adapun total biaya produksi yang dikeluarkan
oleh peternak dengan kepemilikan 6 ekor adalah sebagai
berikut :
𝑇𝐶 = 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶
𝑇𝐶 = 𝑅𝑝 87.560.667 + 𝑅𝑝 13.960.000
𝑇𝐶 = 𝑅𝑝 101.520.667
Sedangkan penerimaan yang diterima oleh peternak dengan
kepemilikan 6 ekor adalah sebagai berikut :
𝑇𝑅 = 𝑃 × 𝑄
𝑇𝑅 = 𝑅𝑝 18.500.000 × 6
𝑇𝑅 = 𝑅𝑝 111.000.000
Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh peternak
dengan kepemilikan 6 ekor dalam 1 periode panen (4 bulan)
adalah sebagai berikut :
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
𝜋 = 𝑅𝑝 111.000.000 − 𝑅𝑝 101.520.667
𝜋 = 𝑅𝑝 9.473.333

STIMLOG Indonesia
IV-62

Sehigga dalam 1 tahun peternak mendapat keuntungan bersih


sebesar Rp 28.437.999.
b. Berak Even Point (BEP)
Adapun BEP untuk usaha ternak sapi potong dalam 1 periode
atau selama 4 bulan dengan kepemilikan 6 ekor ternak adalah
sebagai berikut.
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑃 − 𝑉𝐶
𝑅𝑝 87.560.667
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑅𝑝 18.500.000 − (𝑅𝑝 13.960.000/6)
𝑅𝑝 87.560.667
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =
𝑅𝑝 18.500.000 − 𝑅𝑝 2.326.667
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 = 5,41 ≈ 6 𝑒𝑘𝑜𝑟
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
𝑉𝐶
1− 𝑃
𝑅𝑝 87.560.667
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
𝑅𝑝 2.326.667
1 − (𝑅𝑝 18.500.000)

𝑅𝑝 87.560.667
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =
1 − 0,126
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = 𝑅𝑝 100.183.830

c. Net Present Value (NPV)


Usaha ternak sapi potong dengan jumlah 6 ekor membutuhan
biaya invesatsi awal untuk kandang dan peralatan sebesar Rp
8.336.000, biaya untuk sapi bakalan sebesar Rp 87.000.000
serta biaya variabel sebesar Rp 13.960.000. Dengan demikian
maka didapat nilai C0 sebesar Rp 109.296.000. Dalam 1 tahun
peternak menerima keuntungan bersih sebesar Rp 28.437.999.
Tingkat suku bunga yang digunakan sebesar 4% (suku bunga
BI), selain itu digunakan juga alternatif 6% untuk suku bunga
KUR, serta 10% untuk suku bunga PT BPD Lampung. Dengan
asumsi bahwa kas bersih yang diterima peternak dan suku
bunga adalah tetap, maka NPV usaha ternak sapi potong

STIMLOG Indonesia
IV-63

selama 5 tahun adalah sebagai berikut.


Untuk suku bunga 4% :
𝑛 𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡
− 𝐶0
𝑡=1 (1 + 𝑖 )

Rp 28.437.999 Rp 28.437.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,04)1 (1 + 0,04)2
Rp 28.437.999 Rp 28.437.999
+ +
(1 + 0,04)3 (1 + 0,04)4
Rp 28.437.999
+ ] − Rp 109.296.000
(1 + 0,04)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 27.344.230 + 𝑅𝑝 26.292.529
+ 𝑅𝑝 25.281.278 + 𝑅𝑝24.308.921
+ 𝑅𝑝 23.373.962] − Rp 109.296.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 126.600.919 − Rp 109.296.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 17.304.919

Untuk suku bunga 6% :


𝑛 𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡
− 𝐶0
𝑡=1 (1 + 𝑖 )

Rp 28.437.999 Rp 28.437.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,06)1 (1 + 0,06)2
Rp 28.437.999 Rp 28.437.999
+ +
(1 + 0,06)3 (1 + 0,06)4
Rp 28.437.999
+ ] − Rp 109.296.000
(1 + 0,06)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 26.828.301 + 𝑅𝑝 25.309.718
+ 𝑅𝑝 23.877.092 + 𝑅𝑝22.525.559
+ 𝑅𝑝 21.250.527] − Rp 109.296.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 119.791.197 − Rp 109.296.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 10.495.197

Untuk suku bunga 10% :


𝑛 𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡
− 𝐶0
𝑡=1 (1 + 𝑖 )

STIMLOG Indonesia
IV-64

Rp 28.437.999 Rp 28.437.999
𝑁𝑃𝑉 = [ +
(1 + 0,1)1 (1 + 0,1)2
Rp 28.437.999 Rp 28.437.999
+ +
(1 + 0,1)3 (1 + 0,1)4
Rp 28.437.999
+ ] − Rp 109.296.000
(1 + 0,1)5
𝑁𝑃𝑉 = [𝑅𝑝 25.852.726 + 𝑅𝑝 23.502.479
+ 𝑅𝑝 21.365.890 + 𝑅𝑝19.423.536
+ 𝑅𝑝 17.657.760] − Rp 109.296.000
𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝 107.802.390 − Rp 109.296.000
𝑁𝑃𝑉 = − 𝑅𝑝 1.493.610
d. Iternal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan tingkat suku bunga maksimum yang dapat
mengembalikan biaya-biaya yang ditanam. Untuk
memperoleh nilai IRR, dilakukan serangkaian perhitungan
NPV dengan cara trail and eror (coba-coba) sampai dengan
nilai NPV menunjukan nilai 0 atau kurang dari 0, setelah itu
diambil 2 hasil NPV yang berdekatan antara nilai yang positif
dan negatif untuk digunakan dalam perhitungan IRR dengan
rumus interpolasi. Setelah dilakukan perhitungan trial and
eror, diperoleh hasil bahwa dengan discount rate sebesar 4%
akan menghasilkan nilai NPV positif yakni sebesar Rp
17.304.919. Sedangkan dengan mengunakan discount rate
sebesar 10% diperoleh nilai NPV negatif yakni sebesar -Rp
1.493.610. Dengan demikian diperoleh IRR usaha ternak sapi
potong dengan kepemilikan 6 ekor adalah sebagai berikut :
𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑖 − 𝑖1 )
(𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2) 2

𝑅𝑝 17.304.919
𝐼𝑅𝑅 = 4% + (10% − 4%)
(𝑅𝑝 17.304.919 + 𝑅𝑝 1.493.610)
𝑅𝑝 17.304.919
𝐼𝑅𝑅 = 4% + (6%)
(𝑅𝑝 18.798.529)
𝐼𝑅𝑅 = 4% + (0,920546)(6%)

STIMLOG Indonesia
IV-65

𝐼𝑅𝑅 = 4% + 5,5%
𝐼𝑅𝑅 = 9,5%
e. Benefit Cost Ratio (BCR))
Biaya produksi yang dikeluarkan peternak dalam satu periode
atau selama 4 bulan adalah sebesar Rp 101.520.667. Kemudian
penerimaan yang diperoleh dalam satu periode tersebut adalah
sebesar Rp 111.000.000. Dalam setahun peternak dapat
melakukan panen sebanyak 3 kali. Sehingga dalam setahun
peternak mengeluarkan biaya sebesar Rp 304.562.001 dan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 333.000.000. Dengan
tingkat suku bunga sebesar 4%/tahun serta pengeluaran dan
penerimaan peternak adalah tetap, maka Benefit Cost Ratio
usaha ternak sapi potong adalah sebagai berikut :

𝐵𝑡
∑𝑛𝑡
(1 + 𝑖 )𝑡
𝐵𝐶𝑅 =
𝐶𝑡
∑𝑛𝑡
(1 + 𝑖 )𝑡

𝑛 𝐵𝑡 Rp 333.000.000
∑ =
𝑡 (1 + 𝑖 ) 𝑡 (1 + 0,04)1
𝑛 𝐵𝑡
∑ = 𝑅𝑝 320.192.308
𝑡 (1 + 𝑖 ) 𝑡

𝑛 𝐶𝑡 Rp 304.562.001
∑ 𝑡
=
𝑡 (1 + 𝑖 ) (1 + 0,04)1
𝑛 𝐶𝑡
∑ = 𝑅𝑝 292.848.078
𝑡 (1 + 𝑖 ) 𝑡

𝑅𝑝 320.192.308
𝐵𝐶𝑅 =
𝑅𝑝 292.848.078
𝐵𝐶𝑅 = 1,09
f. Payback Period (PP)
Dengan modal investasi awal atau C0 sebesar Rp 109.296.000
dan kentungan yang diperoleh sebesar Rp 9.479.333/periode

STIMLOG Indonesia
IV-66

atau sebesar Rp 28.437.999/tahun, maka payback periode


untuk usaha ternak sapi potong dengan kepemilikan 6 ekor
adalah sebagai berikut.

𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑃𝑃 = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
𝑅𝑝 109.296.000
𝑃𝑃 = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Rp 28.437.999
𝑃𝑃 = 3,8 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

STIMLOG Indonesia
BAB V
ANALISIS

5.1 Analisis Regresi Linear Berganda


Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakuan, dapat dilihat bahwa terdapat
pegaruh antara variabel harga daging sapi (X1), jenis sapi (X2), transportasi
(X3), pakan (X4), dan waktu pemeliharaan (X5) terhadap variabel harga ternak
sapi potong (Y). Untuk pengaruh tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk
persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

𝑌 = 2,214 + 0,615𝑋1 + 0,409𝑋2 + 0,077𝑋3 + 0,491𝑋4 + 0,377𝑋5 + 𝑒

Dari persamaan regresi yang telah diperoleh, dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Konstanta sebesar 2,214 dan bernilai positif. Menandakan bahwa
variabel bebas atau independen mempunyai hubungan yang positif
dengan variabel terikat atau dependen. Nilai konstanta harga ternak sapi
potong sebesar 2,214 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya nilai
variabel bebas maka akan mempengaruhi harga jual ternak sapi potong
menjadi semakin meningkat pula.
2. Koefisien variabel harga daging sapi (X1) sebesar 0,615. Menandakan
bahwa setiap peningkatan variabel harga daging sapi sebesar 1%, maka
harga jual ternak sapi potong meningkat sebesar 0,615 satuan dengan
asumsi bahwa variabel independen lainnya bernilai konstan.
3. Koefisien variabel jenis sapi (X2) sebesar 0,409. Menandakan bahwa
setiap peningkatan variabel jenis sapi sebesar 1%, maka harga jual ternak
sapi potong meningkat sebesar 0,409 satuan dengan asumsi bahwa
variabel independen lainnya bernilai konstan.
4. Koefisien variabel trasnportasi (X3) sebesar 0,077. Menandakan bahwa
setiap peningkatan variabel transportasi sebesar 1%, maka harga jual
ternak sapi potong meningkat sebesar 0,077 satuan dengan asumsi bahwa
variabel independen lainnya bernilai konstan.
5. Koefisien variabel pakan (X4) sebesar 0,491. Menandakan bahwa setiap
peningkatan variabel pakan sebesar 1%, maka harga jual ternak sapi

V-1
STIMLOG Indonesia
V-2

potong meningkat sebesar 0,491 satuan dengan asumsi bahwa variabel


independen lainnya bernilai konstan.
6. Koefisien variabel waktu pemeliharaan (X5) sebesar 0,377. Menandakan
bahwa setiap peningkatan variabel waktu pemeliharaan sebesar 1%,
maka harga jual ternak sapi potong meningkat sebesar 0,377 satuan
dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya bernilai konstan.
7. Standar error sebesar 2,469 artinya seluruh variabel yang dihitung dalam
uji SPSS memiliki tingkat variabel pengganggu sebesar 2,469.

Hasil regresi berganda yang telah dilakukan menunjukkan bahwa seluruh


variabel bebas yakni harga daging sapi, jenis sapi, transportasi, pakan, dan
waktu pemeliharaan berpengaruh positif terhadap variabel terikat yakni harga
ternak sapi potong. Setiap terjadi kenaikan pada variabel bebas, maka akan
diikuti pula oleh kenaikan variabel terikat. Dari hasil regresi berganda tersebut
juga dapat dilihat bahwa variabel bebas yang paling dominan memberikan
pengaruh terhadap variabel terikat adalah harga daging sapi (X1) dengan nilai
koefisien sebesar 0,615. Sedangkan variabel bebas yang memberikan pengaruh
paling sedikit atau paling kecil terhadap variabel terikat adalah transportsi (X3)
dengan nilai koefisien sebesar 0,077.

5.2 Analisis Koefisien Kolerasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2)


Adapun hasil uji untuk koefisien kolerasi berganda (R) diperoleh nilai sebesar
0,811. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat
antara variabel bebas yakni harga daging sapi, jenis sapi, transportasi, pakan,
dan waktu pemeliharaan dengan variabel terikat yakni harga ternak sapi
potong.
Selanjutnya untuk koefisien determinasi (R2) diperoleh nilai sebesar 0,658.
Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel bebas
(harga daging sapi, jenis sapi, transportasi, pakan, dan waktu pemeliharaan)
terhadap variabel terikat (harga ternak sapi potong) adalah sebesar 65,8%.
Dapat dikatakan juga variasi variabel bebas yang digunakan dalam model
(harga daging sapi, jenis sapi, transportasi, pakan, dan waktu pemeliharaan)
mampu menjelaskan sebesar 65,8% variasi variabel terikat (harga ternak sapi

STIMLOG Indonesia
V-3

potong). Sedangkan sisanya sebesar 34,2% dipengaruhi atau dijelaskan oleh


variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

5.3 Analisis Uji F (Simultan)


Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df 1 (jumlah
variabel) = 5, dan df 2 (n-k-1) atau 36-5-1 = 30, maka diperoleh hasil untuk F
tabel adalah sebesar 2,53. Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan
diperoleh nilai F hitung sebesar 11,564.
Berdasarkan kriteria pengujian, didapat hasil bahwa nilai F hitung > F tabel
(11,564 > 2,53), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat dikatakan
bahwa harga daging sapi, jenis sapi, transportasi, pakan, dan waktu
pemeliharaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga ternak sapi potong.

5.4 Analisis Uji t (Parsial)


Dengan menggunakan α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dan derajat kebebasan (df)
n-k-1 atau 36-5-1 = 30 (n adalah jumlah jumlah responden dan k adalah
jumlah variabel independen), maka diperoleh hasil untuk t tabel adalah sebesar
2,04227. Adapun hasil Uji t terhadap variabel penelitian adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh nilai t
hitung untuk variabel harga daging sapi (X1) adalah sebesar 3,440.
Berdasarkan kriteria pengujian, didapat hasil bahwa t hitung ≥ t tabel
(3,440 ≥ 2,04227), maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Sehinggga dapat
dikatakan bahwa harga daging sapi secara parsial mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap harga ternak sapi potong.
2. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh nilai t
hitung untuk variabel jenis sapi (X2) adalah sebesar 2,763. Berdasarkan
kriteria pengujian, didapat hasil bahwa t hitung ≥ t tabel (2,763 ≥
2,04227), maka Ho2 ditolak dan Ha2 diterima. Sehinggga dapat dikatakan
bahwa jenis sapi secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga ternak sapi potong.
3. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh nilai t
hitung untuk variabel transportasi (X3) adalah sebesar 0,476.

STIMLOG Indonesia
V-4

Berdasarkan kriteria pengujian, didapat hasil bahwa t hitung ≤ t tabel


(0,476 ≤ 2,04227), maka Ho3 diterima dan Ha3 ditolak. Sehinggga dapat
dikatakan bahwa trasportasi secara parsial tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap harga ternak sapi potong.
4. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh nilai t
hitung untuk variabel pakan (X4) adalah sebesar 3,792. Berdasarkan
kriteria pengujian, didapat hasil bahwa t hitung ≥ t tabel (3,792 ≥
2,04227), maka Ho4 ditolak dan Ha4 diterima. Sehinggga dapat dikatakan
bahwa pakan secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga ternak sapi potong.
5. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh nilai t
hitung untuk variabel waktu pemeliharaan (X5) adalah sebesar 2,929.
Berdasarkan kriteria pengujian, didapat hasil bahwa t hitung ≥ t tabel
(2,929 ≥ 2,04227), maka Ho5 ditolak dan Ha5 diterima. Sehinggga dapat
dikatakan bahwa waktu pemeliharaan secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap harga ternak sapi potong.

Dari keseluruhan variabel bebas yang digunakan, 4 variabel bebas memiliki


pengaruh yang siginifikan dan 1 variabel bebas tidak memiliki pengaruh yang
signifikasn terhadap variabel terikat. Variabel yang memberikan pengaruh
signifikan terhadap harga ternak sapi potong antara lain harga daging sapi, jenis
sapi, pakan, dan waktu pemeliharaan. Sedangkan variabel transportasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga ternak sapi potong.

Secara teoritis penetapan harga dapat dilakukan atas dasar permintaan pasar
serta biaya atau pengorbanan yang dikeluarkan selama proses produksi. Maka
dari itu harga daging sapi, jenis sapi, pakan, dan waktu pemeliharaan dijadikan
acuan oleh para peternak sapi di Kecamatan Sidomulyo dalam penetapan harga
jual ternak mereka. Ketika terjadi kenaikan harga daging sapi akibat tingginya
permintaan konsumen, maka peternak akan menyesuaikan harga jual ternak
mereka berdasarkan harga daging dipasaran. Jenis sapi juga mempengaruhi
penetapan harga ternak sapi potong di kalangan peternak. Hal tersebut
dikarenakan berbeda jenis sapi maka akan berbeda pula karakteristik dan

STIMLOG Indonesia
V-5

kualitasnya. Perbedaan tersebut umumnya terkait fisik sapi, pertambahan


bobot, daya tahan dan tingkat kesulitan dalam mengembangkannya.
Pakan dan waktu pemeliharaan juga menjadi faktor penting bagi para
peternak sapi di Kecamatan Sidomulyo dalam menentukan harga ternak
mereka. Hal tersebut terkait dengan biaya serta pengrobanan yang dikeluarkan
oleh peternak selama proses pemeliharaan dan penggemukan. Biaya pakan
merupakan salah satu biaya terbesar yang dikeluarkan peternak dalam
menjalankan usahanya. Pemberian pakan harus tetap terjaga agar petambahan
bobot sapi dapat terus stabil dan meningkat seiring waktu pemeliharaan. Maka
dari itu biaya untuk pakan tidak bisa diabaikan jika menginginkan hasil panen
yang maksimal. Kemudian untuk waktu pemeliharaan yang dilakukan yakni
selama 4 bulan, tentu para peternak mengharapakan hasil atau keuntungan dari
pengorbana waktu yang telah dikeluarkan tersebut.
Variabel yang tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap harga ternak
sapi potong di Kecamatan Sidomulyo adalah transportasi. Hal tersebut
dikarenakan transportasi atau perpindahan hewan ternak yang terjadi hanya
dilakukan antar desa dan paling jauh hanya ke kecamatan yang bersebelahan
dengan Kecamatan Sidomulyo. Dengan demikian perpindahan yang terjadi
tidak menempuh jarak yang jauh sehingga biaya transportasi yang dikeluarkan
oleh peternak relatif kecil, yakni berkisar antara Rp 150.000 – Rp 250.00/ekor
atau hanya berkisar 1% dari harga ternak itu sendiri. Bahkan tak jarang harga
jual/beli hewan ternak yang terjadi sudah termasuk biaya transportasi atau
pengirimaan ternak ke lokasi tujuan. Maka dari itu transportasi bukan menjadi
pertimbangan yang penting bagi peternak sapi di Kecamatan Sidomulyo dalam
menetapkan harga jual ternak sapi potong mereka.
5.5 Analisis Kelayakan Finansial Usaha
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan mengenai kelayakan
finansial usaha ternak sapi potong di Kecamatan Sidomulyo, diperoleh hasil
sebagai berikut :

A. Usaha dengan kepemilikan 3 ekor


Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai kelayakan usaha dari aspek
finansial, untuk usaha ternak dengan kepemilikan 3 ekor diperoleh hasil

STIMLOG Indonesia
V-6

sebagai berikut.
Tabel 5. 1 Analisis kelayakan finansial usaha ternak 3 ekor

Indikator Nilai
unit 3 ekor
BEP
rupiah Rp 52.958.635
i=4% -Rp 31.913.759
NPV i=6% -Rp 33.411.093
i=10% -Rp 59.751.000
IRR 0,9%
BCR 1,04
PP 9,5 tahun

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Berdasarkan Tabel 5. 1 di atas, untuk usaha ternak sapi dengan


kepemilikan 3 ekor diperoleh Break Even Point (BEP) masing-masing
untuk BEP unit adalah 3 ekor dan BEP rupiah sebesar Rp 52.958.635.
Artinya bahwa dalam satu periode pemeliharaan peternak harus berhasil
menjual semua ternaknya dengan minimal pendapatan yang diperoleh
sebesar Rp 52.958.635, dengan demikian untuk mencapai BEP peternak
harus menjual ternaknya dengan minimal harga sebesar Rp
17.652.878/ekor.
Net Present Value (NPV) yang diperoleh adalah sebesar -Rp
31.913.759 untuk suku bunga 4%, -Rp 33.411.093 untuk alternatif suku
bunga 6%, dan -Rp 59.751.000 untuk alternatif suku bunga 10%. Dengan
demikian didapat nilai NPV < 0 atau bernilai negatif untuk semua alternatif
suku bunga yang digunakan. Hal tersebut menandakan bahwa usaha ternak
dengan kepemilikan 3 ekor tidak layak untuk dijalankan.
Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh adalah sebesar 0,9%.
Hal tersebut berarti bahwa usaha yang dijalankan akan dapat
mengembalikan investasi yang dikeluarkan apabila tingkat bunga yang
ditetapkan adalah sebesar 0,9%. Dengan demikian IRR lebih kecil dari
suku bunga yang saat ini digunakan (0,9% < 4%), maka usaha ternak
dengan kepemilikan 3 ekor tidak layak untuk dijalankan.
Benefit Cost Ratio (BCR) dari usaha ternak dengan kepemilikan 3

STIMLOG Indonesia
V-7

ekor adalah sebesar 1,04. Artinya bahwa setiap Rp 1 biaya yang dieluarkan
akan diperoleh manfaat bersih sebesar Rp 1,04. Nilai BCR yang didapat
lebih dari sama dengan 1 (1,04 > 1), maka usaha ternak dengan
kepemilikan 3 ekor layak untuk dijalankan. Kemudian payback period
(PP) yang dibutuhkan adalah selama 9,5 tahun atau pada panen di periode
ke-29. Payback period tersebut lebih besar dari umur usaha yakni 5 tahun,
sehingga usaha ternak dengan kepemilikan 3 ekor tidak layak untuk
dijalankan.
B. Usaha dengan kepemilikan 4 ekor
Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai kelayakan usaha dari aspek
finansial, untuk usaha ternak dengan kepemilikan 4 ekor diperoleh hasil
sebagai berikut.
Tabel 5. 2 Analisis kelayakan finansial usaha ternak 4 ekor

Indikator Nilai
unit 4 ekor
BEP
rupiah Rp 68.651.018
i=4% -Rp 15.507.533
NPV i=6% -Rp 18.775.663
i=10% -Rp 24.529.346
IRR 2,1%
BCR 1,07
PP 5,6 tahun

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Berdasarkan Tabel 5. 2 di atas, untuk usaha ternak sapi dengan


kepemilikan 4 ekor diperoleh Break Even Point (BEP) masing-masing
untuk BEP unit adalah 4 ekor dan BEP rupiah sebesar Rp 68.651.018.
Artinya bahwa dalam satu periode pemeliharaan peternak harus berhasil
menjual semua ternaknya dengan minimal pendapatan yang diperoleh
sebesar Rp 68.651.018, dengan demikian untuk mencapai BEP peternak
harus menjual ternaknya dengan minimal harga sebesar Rp
17.162.754/ekor.
Net Present Value (NPV) yang diperoleh adalah sebesar -Rp
15.507.533 untuk suku bunga 4%, -Rp 18.775.663 untuk alternatif suku

STIMLOG Indonesia
V-8

bunga 6%, dan -Rp 24.529.346 untuk alternatif suku bunga 10%. Dengan
demikian didapat nilai NPV < 0 untuk semua alternatif suku bunga yang
digunakan. Hal tersebut menandakan bahwa usaha ternak dengan
kepemilikan 4 ekor tidak layak untuk dijalankan.
Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh adalah sebesar 2,1%.
Hal tersebut berarti bahwa usaha yang dijalankan akan dapat
mengembalikan investasi yang dikeluarkan apabila tingkat bunga yang
ditetapkan adalah sebesar 2,1%. Dengan demikian IRR lebih kecil dari
suku bunga yang saat ini digunakan (2,1% < 4%), maka usaha ternak
dengan kepemilikan 4 ekor tidak layak untuk dijalankan.
Benefit Cost Ratio (BCR) dari usaha ternak dengan kepemilikan 4
ekor adalah sebesar 1,07. Artinya bahwa setiap Rp 1 biaya yang dieluarkan
akan diperoleh manfaat bersih sebesar Rp 1,07. Nilai BCR yang didapat
lebih dari sama dengan 1 (1,07 > 1), maka usaha ternak dengan
kepemilikan 4 ekor layak untuk dijalankan. Kemudian payback period
(PP) yang dibutuhkan adalah selama 5,6 tahun atau pada panen di periode
ke-17. Payback period tersebut lebih besar dari umur usaha yakni 5 tahun,
sehingga usaha ternak dengan kepemilikan 4 ekor tidak layak untuk
dijalankan.
C. Usaha dengan kepemilikan 5 ekor
Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai kelayakan usaha dari aspek
finansial, untuk usaha ternak dengan kepemilikan 5 ekor diperoleh hasil
sebagai berikut.
Tabel 5. 3 Analisis kelayakan finansial usaha ternak 5 ekor

Indikator Nilai
unit 5 ekor
BEP
rupiah Rp 84.442.736
i=4% Rp 898.693
NPV i=6% -Rp 4.140.233
i=10% -Rp 13.011.478
IRR 4,4%
BCR 1,08
PP 4,4 tahun

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

STIMLOG Indonesia
V-9

Berdasarkan Tabel 5. 3 di atas, untuk usaha ternak sapi dengan


kepemilikan 5 ekor diperoleh Break Even Point (BEP) masing-masing
untuk BEP unit adalah 5 ekor dan BEP rupiah sebesar Rp 84.442.736.
Artinya bahwa dalam satu periode pemeliharaan peternak harus berhasil
menjual semua ternaknya dengan minimal pendapatan yang diperoleh
sebesar Rp 84.442.736, dengan demikian untuk mencapai BEP peternak
harus menjual ternaknya dengan minimal harga sebesar Rp
16.884.547/ekor.
Net Present Value (NPV) yang diperoleh adalah sebesar Rp 898.693
untuk suku bunga 4%, -Rp 4.140.233 untuk alternatif suku bunga 6%, dan
-Rp 13.011.478 untuk alternatif suku bunga 10%. Dengan demikian
didapat nilai NPV > 0 untuk tingkat suku bunga yang saat ini digunakan
yakni 4%. Hal tersebut menandakan bahwa usaha ternak dengan
kepemilikan 5 ekor layak untuk dijalankan.
Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh adalah sebesar 4,4%.
Hal tersebut berarti bahwa usaha yang dijalankan akan tetap dapat
mengembalikan investasi yang dikeluarkan meski buga yang ditetapkan
sebesar 4,4%. Dengan demikian IRR lebih besar dari suku bunga yang saat
ini digunakan (4,4% > 4%), maka usaha ternak dengan kepemilikan 5 ekor
layak untuk dijalankan.
Benefit Cost Ratio (BCR) dari usaha ternak dengan kepemilikan 5
ekor adalah sebesar 1,08. Artinya bahwa setiap Rp 1 biaya yang dieluarkan
akan diperoleh manfaat bersih sebesar Rp 1,08. Nilai BCR yang didapat
lebih dari sama dengan 1 (1,08 > 1), maka usaha ternak dengan
kepemilikan 5 ekor layak untuk dijalankan. Kemudian payback period
(PP) yang dibutuhkan adalah selama 4,4 tahun atau pada panen di periode
ke-14. Payback period tersebut lebih kecil dari umur usaha yakni 5 tahun,
sehingga usaha ternak dengan kepemilikan 5 ekor layak untuk dijalankan.
D. Usaha dengan kepemilikan 6 ekor
Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai kelayakan usaha dari aspek
finansial, untuk usaha ternak dengan kepemilikan 6 ekor diperoleh hasil
sebagai berikut.

STIMLOG Indonesia
V-10

Tabel 5. 4 Analisis kelayakan finansial usaha ternak 6 ekor

Indikator Nilai
unit 6 ekor
BEP
rupiah Rp 100.183.830
i=4% Rp 17.304.919
NPV i=6% Rp 10.495.197
i=10% -Rp 1.493.610
IRR 9,5%
BCR 1,09
PP 3,8 tahun

Sumber : Pengolahan data primer, 2020

Berdasarkan Tabel 5. 4 di atas, untuk usaha ternak sapi dengan


kepemilikan 6 ekor diperoleh Break Even Point (BEP) masing-masing
untuk BEP unit adalah 6 ekor dan BEP rupiah sebesar Rp 100.183.830.
Artinya bahwa dalam satu periode pemeliharaan peternak harus berhasil
menjual semua ternaknya dengan minimal pendapatan yang diperoleh
sebesar Rp 100.183.830, dengan demikian untuk mencapai BEP peternak
harus menjual ternaknya dengan minimal harga sebesar Rp
16.697.305/ekor.
Net Present Value (NPV) yang diperoleh adalah sebesar Rp
17.304.919 untuk suku bunga 4%, Rp 10.495.197 untuk alternatif suku
bunga 6%, dan -Rp 1.493.610 untuk alternatif suku bunga 10%. Dengan
demikian didapat nilai NPV > 0 untuk tingkat suku bunga yang saat ini
digunakan yakni 4%. Hal tersebut menandakan bahwa usaha ternak
dengan kepemilikan 6 ekor layak untuk dijalankan.
Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh adalah sebesar 9,5%.
Hal tersebut berarti bahwa usaha yang dijalankan akan tetap dapat
mengembalikan investasi yang dikeluarkan meski buga yang ditetapkan
sebesar 9,5%. Dengan demikian IRR lebih besar dari suku bunga yang saat
ini digunakan (9,5% > 4%), maka usaha ternak dengan kepemilikan 6 ekor
layak untuk dijalankan.

STIMLOG Indonesia
V-11

Benefit Cost Ratio (BCR) dari usaha ternak dengan kepemilikan 6


ekor adalah sebesar 1,09. Artinya bahwa setiap Rp 1 biaya yang dieluarkan
akan diperoleh manfaat bersih sebesar Rp 1,09. Nilai BCR yang didapat
lebih dari sama dengan 1 (1,09 > 1), maka usaha ternak dengan
kepemilikan 6 ekor layak untuk dijalankan. Kemudian payback period
(PP) yang dibutuhkan adalah selama 3,8 tahun atau pada panen di periode
ke-12. Payback period tersebut lebih kecil dari umur usaha yakni 5 tahun,
sehingga usaha ternak dengan kepemilikan 6 ekor layak untuk dijalankan.

STIMLOG Indonesia
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga ternak sapi potong di
Kecamatan Sidomulyo khususnya dikalangan peternak antara lain harga
daging sapi, jenis sapi, transportasi, pakan, dan waktu pemeliharaan.
Semua faktor tersebut memiliki hubungan yang kuat dan memberi
pengaruh positif terhadap harga ternak sapi potong. Adapun pengaruh
dari faktor-faktor tersebut terhadap harga ternak sapi potong di
Kecamatan Sidomulyo dapat dirumuskan dalam persamaan regresi
sebagai berikut :

𝑌 = 2,214 + 0,615𝑋1 + 0,409𝑋2 + 0,077𝑋3 + 0,491𝑋4 + 0,377𝑋5 + 𝑒

Dari keseluruhan faktor yang digunakan, harga daging sapi merupakan


faktor yang paling dominan memberi pengaruh terhadap harga ternak
sapi potong. Sedangkan transportasi merupakan faktor yang paling kecil
memberi pengaruh terhadap harga ternak sapi potong. Keseluruhan
faktor yang ada memberikan pengaruh terhadap harga ternak sapi potong
sebesar 65,8%, sedangkan sisanya 34,2% dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Secara parsial harga daging
sapi, jenis sapi, pakan, dan waktu pemeliharaan merupakan faktor yang
memberi pengaruh signifikan terhadap harga ternak sapi potong.
Sedangkan transportasi merupakan faktor yang tidak memberi pengaruh
signifikan terhadap harga ternak sapi potong pada tingkat peternak di
Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.
2. Kelayakan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Sidomulyo ditinjau
dari aspek finansial dinyatakan tidak layak untuk dijalankan bagi usaha
peternakan dengan kepemilikan 3 dan 4 ekor. Sedangkan usaha ternak

VI-1
STIMLOG Indonesia
VI-2

sapi potong dengan kepemilikan 5 dan 6 ekor dinyatakan layak untuk


dijalankan dengan rincian sebagai berikut :
a. Usaha ternak dengan kepemilikan 3 ekor didapat BEP unit yakni 3
ekor, BEP rupiah sebesar Rp 52.958.635, NPV sebesar -Rp
31.913.759, IRR sebesar 0,9%, BCR sebesar 1,04 serta Payback
period selama 9,5 tahun.
b. Usaha ternak dengan kepemilikan 4 ekor didapat BEP unit yakni 4
ekor, BEP rupiah sebesar Rp 68.651.018, NPV sebesar -Rp
15.507.533, IRR sebesar 2,1%, BCR sebesar 1,07 serta Payback
period selama 5,6 tahun.
c. Usaha ternak dengan kepemilikan 5 ekor didapat BEP unit yakni 5
ekor, BEP rupiah sebesar Rp 84.442.736, NPV sebesar Rp 898.693,
IRR sebesar 4,4%, BCR sebesar 1,08 serta Payback period selama
4,4 tahun.
d. Usaha ternak dengan kepemilikan 6 ekor didapat BEP unit yakni 6
ekor, BEP rupiah sebesar Rp 100.183.830, NPV sebesar Rp
17.304.919, IRR sebesar 9,5%, BCR sebesar 1,09 serta Payback
period selama 3,8 tahun.

6.2 Saran
Adapun saran yang diberikan untuk penelitian selanjutya adalah diharapkan
dapat menggunakan faktor atau variabel lain yang belum dijelaskan dalam
penelitian ini agar mendapat hasil yang lebih baik dan lebih sempurna.
Kemudian untuk para peternak sapi potong di Kecamatan Sidomulyo,
sebaiknya melakukan penambahan jumlah ternak apabila kepemilikan usaha
yang dijalankan masih kurang dari 5 ekor. Selain itu disarankan juga untuk
melakukan pemanfaatan terhadap limbah yang hasilkan agar dapat menambah
pemasukan selain hanya dari penjualan hewan ternak.

STIMLOG Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif, Muhammad. (2018). Supply Chain Management. Yogyakarta :


Deepublish, CV Budi Utama.

2. Arrifien, Afferdhy. (2019). Pedoman Tugas Akhir Program Studi Manajemen


Logistik. Bandung : Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia.

3. Badan Pusat Statistik (BPS). (2015). Kecamatan Sidomulyo dalam Angka


2015. Lampung Selatan : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan.

4. Badan Pusat Statistik (BPS). (2019). Data dan Informasi Kabupaten Lampung
Selatan. Lampung Selatan : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung
Selatan.

5. Bappenas. (2014). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-


2019. Buku I: Agenda Pembangunan Nasional. Jakarta : Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.

6. Daniel, M. (2014). Pengantar Ekonomi Pertania Untuk Perencanaan. Jakarta


: Universitas Indonesia Press.

7. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. (2015). Pedoman Sentra Peternakan


Rakyat. Jakarta : Kementrian Pertanian Republik Indonesia.

8. Eghi Firmansyah S, Novie Andri Setianto dan Nunung Noor Hidayat. (2019).
Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Ternak Sapi Potong di Kecamatan
Bawang Kabupaten Banjarnegara. Journal of Logistics and Animal
Production Vololume 2 (1).

9. Fahmi Hidayat Agriananta., Zulham Widya B., Wiharyani Werdiningsih., Yeni


Sulastri. (2018). Analisa Kelayakan Finansial Usaha Agroindustri Abon Ikan
di Tanjung Karang, Kota Mataram. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan
Biosistem, Vol.6, No. 1.

10. Furqon, Chairul. (2014). Analisis Manajemen dan Kinerja Ratai Pasokan
Agribisnis Buah Stroberi di Kabupaten Bandung. Ejournal UPI, Bandung.

xiv
STIMLOG Indonesia
11. Ghozali, HI .(2016). Aplikasi Analisis Multivarianate dengan Program IBM
SPSS 21. Universitas Diponegoro Semarang, dari www.undip.ac.id.

12. Harlan, Johan. (2018). Analisis Regresi Linear. Depok : Penerbit Gunadarma.

13. Hartatik, Tety. (2019). Analisis Genetik Ternak Lokal. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.

14. Hartono, Budi. (2016). Prinsip Analisis Ekonomi. Malang : UB Press.

15. Hasbi Munarka MS, Samsul Bachri, Askar. (2015). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Permintaan Dagang Sapi Potong di Kota Palopo. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol.02, No.01.

16. Hasyifuddin, Helmi. (2018). Mekanisme Penetapan Harga Jual Beli Sapi di
Pasar Sibreh Aceh Besar. Aceh : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda
Aceh.

17. Kementerian Pertanian. (2017). Kinerja 2016 dan Program Pembangunan


Pertanian 2017. Jakarta : Biro Perencanaan, Kementerian Pertanian.

18. Kusuma, P.T.W.W dan Mayasati, N.K.I. (2014). Analisa Kelayakan Finansial
Pengembanan Usaha Produksi Komoditas Lokal: Mie Berbasis Jagung. Jurnal
Agritech, Volume 34 (2): 194-202.

19. Lampungprov.go.id. (2015). Tanjung Sari dijadikan Sentra Peternakan Sapi di


Lampung. Diakses pada 2 Agustus 2020, dari https://lampungprov.go.id/detail-
post/tanjung-sari-di-jadikan-sentra-peternakan-sapi-di-lampung.

20. Maghfiroh, Marimin Nurul. (2010). Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan


dalam Manajemen Rantai pasok. Bogor: PT. Penerbit IPB Press.

21. Muhammad Aminawar, Tanri Giling Rasyid, Syahriadi Kadir, Muhammad


Darwis, Muhammad Erik Kurniawan. (2016). Strategi Pengembangan Ternak
Sapi Potong Melalui Model Rantai Pasok dalam Pencapaian Keunggulan
Bersaing Sapi Potong Lokal Berbasis Peternakan Rakyat. Departemen Sosial
Ekonomi Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

xv
STIMLOG Indonesia
22. Otampi, Ricky S., F.H Elly., M.A Manese., G.D Lenzun. (2017). Pengaruh
Harga Pakan dan Upah Tenaga Kerja Terhadap Usaha Ternak Sapi Potong
Petani Peternak di Desa Wineru Kecamatan Likupang Timur Kabupaten
Minahasa Utara. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado,
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal) Vol. 37 (2), 483 – 495.

23. Perdana, Echo. (2016). Olah Data Skripsi Dengan SPSS 22. LAB KOM
MANAJEMEN FE UBB, Universitas Bangka Belitung.

24. Pujawan, I Nyoman & Mahendrawati. (2010). Supply Chain Management,


Edisi ke-2. Surabaya : Guna Widya.

25. Pujawan, I Nyoman. (2017). Supply Chain Management Edisi ke-3. Surabaya:
Guna Widya.

26. Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional. (2020). Informasi
Harga Pangan Antar Daerah. Diakses pada 2 Agustus 2020, dari
https://hargapangan.id/tabel-harga/pasar-tradisional/daerah.

27. Ramdhani, Dadan., Merida., Ai Hendrani., Suherni. (2020). Akuntansi Biaya


(Konsep dan Implementasi di Industri Manufaktur). Yogyakarta : CV
Markumi.

28. Saptana, Nyak Ilham. (2017). Manajemen Rantai Pasok Komoditas Ternak dan
Daging Sapi. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Analisis
Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Bogor.

29. Sugandi, W.K., Kramadibrata, M.A.M, Widyasanti, A., Putri, A.R. (2017). Uji
kinerja dan analisis ekonomi mesin pengupas bawang merah (MPB TEP-
0315). Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem Vol. 5 No. 2: 440 –
451.

30. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung : Alfabeta.

31. Supply Chain Indonesia. (2015). Rantai Pasok Sapi Potong di Indonesia.
Bandung.

xvi
STIMLOG Indonesia
32. Susilawati, Trinil. (2017). Sapi Lokal Indonesia. Malang : UB Press.

33. Suyono. (2018). Analisis Regresi Untuk Penelitian Edisi ke-1. Yogyakarta :
Deepublish, CV Budi Utama.

34. Turban, Rainer, Porter. Supply Chain Management. Dalam Widyarto, A.,
(2012). Peran Supply Chain Management dalam Sistem Produksi dan Operasi
Perusahaan. Benefit Journal of Management and Business. 16(2), 91-98.

35. Wibowo, Hendro. (2019). Meraup Rupiah dengan Beternak Sapi Potong.
Yogyakarta : Laksana.

xvii
STIMLOG Indonesia
LAMPIRAN
Identitas responden peternak sapi potong di Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan.

No Nama Umur (Tahun) Jenis Kelamin Pendidikan Kepemilikan Ternak (ekor) Lama Beternak (Tahun)

1 Yatno 51 Laki-laki SD 3 18
2 Iksan 48 Laki-laki SD 3 12
3 Warsum 55 Laki-laki SD 4 16
4 Lukman 42 Laki-laki SMP 3 15
5 Haryono 50 Laki-laki SD 5 20
6 Dofir 51 Laki-laki SD 3 19
7 Jaidin 44 Laki-laki SMP 4 16
8 Pomo 46 Laki-laki SMP 3 11
9 Misiran 52 Laki-laki SD 3 22
10 Naim 56 Laki-laki SD 4 19
11 Maryanto 37 Laki-laki SMA 3 7
12 Wasis 46 Laki-laki SMP 6 13
13 Paidi 56 Laki-laki SD 3 23
14 Deden 38 Laki-laki SMK 4 12
15 Yusuf 36 Laki-laki SMA 4 8
16 Waki 48 Laki-laki SD 5 14
17 Hasan 38 Laki-laki SMP 3 5
18 Jono 40 Laki-laki SMP 5 12
19 Dahrun 58 Laki-laki SD 3 24
No Nama Umur (Tahun) Jenis Kelamin Pendidikan Kepemilikan Ternak (ekor) Lama Beternak (Tahun)

20 Pendi 34 Laki-laki SMA 4 8


21 Ibrahim 32 Laki-laki SMK 3 6
22 Agus kts 49 Laki-laki SD 3 10
23 Katemun 52 Laki-laki SD 4 18
24 Rahmat 35 Laki-laki SMA 3 7
25 Selamet 40 Laki-laki SMA 4 8
26 Udin 45 Laki-laki SMP 4 10
27 Jumadi 55 Laki-laki SD 3 24
28 Deni 48 Laki-laki SD 5 13
29 Kadek 51 Laki-laki SD 3 20
30 Rohman 42 Laki-laki SMP 4 15
31 Tohir 39 Laki-laki SMA 3 6
32 Edi 51 Laki-laki SD 3 18
33 Turino 42 Laki-laki SMP 5 10
34 Hadan 48 Laki-laki SD 4 5
35 Riyanto 46 Laki-laki SD 3 12
36 Bagiyo 52 Laki-laki SD 4 15
Contoh pengisian kuisioner penelitian
Tabulasi data hasil kuisioner untuk variabel harga daging sapi (X1) dan jenis sapi
(X2)
X1 Total X2 Total
Responden
X1.1 X1.2 X1 X2.1 X2.2 X2.3 X2
1 4 4 8 4 4 4 12
2 3 3 6 4 5 4 13
3 4 3 7 5 4 3 12
4 5 4 9 4 4 4 12
5 4 4 8 4 5 4 13
6 5 5 10 5 4 4 13
7 4 4 8 4 4 4 12
8 5 4 9 5 5 5 15
9 4 4 8 5 4 3 12
10 4 4 8 4 4 4 12
11 3 3 6 4 4 3 11
12 4 4 8 5 4 4 13
13 4 3 7 4 4 4 12
14 5 5 10 5 4 4 13
15 4 4 8 5 5 5 15
16 5 4 9 4 4 4 12
17 4 3 7 4 4 3 11
18 3 3 6 5 5 4 14
19 4 4 8 5 5 5 15
20 5 5 10 5 4 4 13
21 4 4 8 4 4 3 11
22 4 4 8 4 4 4 12
23 5 4 9 5 5 5 15
24 5 5 10 5 4 4 13
25 5 4 9 5 4 3 12
26 3 3 6 4 4 4 12
27 4 4 8 4 4 3 11
28 4 3 7 3 3 3 9
29 4 4 8 4 4 4 12
30 4 4 8 5 5 5 15
31 5 5 10 5 4 4 13
32 4 4 8 4 4 4 12
33 5 5 10 4 4 4 12
34 5 4 9 3 3 3 9
35 3 3 6 4 3 3 10
36 4 4 8 4 4 4 12
Grand total 292 Grand total 445
Tabulasi data hasil kuisioner untuk variabel transportai (X3) dan pakan (X4)
X3 Total X4 Total
Responden
X3.1 X3.2 X3 X4.1 X4.2 X4
1 3 3 6 3 3 6
2 2 3 5 2 2 4
3 3 3 6 4 4 8
4 2 2 4 3 3 6
5 4 4 8 2 2 4
6 3 3 6 3 2 5
7 3 4 7 2 2 4
8 2 2 4 2 2 4
9 4 4 8 3 3 6
10 3 3 6 4 3 7
11 3 3 6 3 3 6
12 4 4 8 3 2 5
13 2 3 5 2 2 4
14 3 4 7 2 1 3
15 3 3 6 3 3 6
16 2 2 4 2 2 4
17 3 4 7 1 1 2
18 2 3 5 2 1 3
19 3 3 6 2 2 4
20 4 4 8 2 1 3
21 3 3 6 3 3 6
22 4 4 8 1 1 2
23 3 3 6 3 3 6
24 2 3 5 3 2 5
25 3 3 6 4 4 8
26 3 3 6 1 1 2
27 4 4 8 2 2 4
28 4 3 7 3 3 6
29 3 4 7 2 2 4
30 2 3 5 1 1 2
31 4 4 8 3 3 6
32 3 3 6 2 2 4
33 4 4 8 3 2 5
34 2 2 4 2 2 4
35 3 3 6 4 3 7
36 3 3 6 2 2 4
Grand total 224 Grand total 169
Tabulasi data hasil kuisioner untuk variabel waktu pemeliharaan (X5) dan harga
ternak sapi (Y)
X5 Total Y Total
Responden
X5.1 X5.2 X5 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y
1 3 3 6 4 4 3 3 3 17
2 2 2 4 5 4 2 2 2 15
3 3 3 6 4 4 3 3 3 17
4 3 2 5 5 4 2 2 3 16
5 2 2 4 4 4 2 4 2 16
6 4 4 8 5 4 2 3 4 18
7 3 3 6 3 3 3 3 3 15
8 2 2 4 4 4 4 4 4 20
9 3 3 6 4 4 4 3 3 18
10 3 2 5 4 4 3 3 3 17
11 2 2 4 3 3 3 3 3 15
12 3 3 6 4 4 4 4 4 20
13 3 3 6 4 4 3 2 3 16
14 2 2 4 3 3 3 3 3 15
15 4 4 8 4 4 4 3 3 18
16 2 2 4 4 4 3 3 3 17
17 3 3 6 3 3 3 3 3 15
18 2 2 4 3 3 3 3 3 15
19 3 3 6 4 5 3 2 3 17
20 2 2 4 5 4 3 3 3 18
21 4 3 7 4 4 4 3 3 18
22 2 2 4 3 3 3 3 3 15
23 3 3 6 5 5 4 3 4 21
24 5 5 10 5 4 4 4 4 21
25 2 2 4 4 4 4 4 4 20
26 3 3 6 3 3 3 3 3 15
27 4 3 7 4 4 3 2 4 17
28 3 3 6 4 3 3 3 3 16
29 4 4 8 4 4 3 3 4 18
30 2 2 4 4 3 3 3 3 16
31 3 2 5 4 4 4 4 4 20
32 4 3 7 4 4 4 3 4 19
33 5 5 10 4 4 4 4 4 20
34 4 4 8 5 3 3 3 3 17
35 3 3 6 4 3 4 3 3 17
36 2 2 4 3 3 3 3 3 15
Grand total 208 Grand total 620
Beberapa foto yang diambil selama melakukan observasi

Anda mungkin juga menyukai