Anda di halaman 1dari 278

HALAL-HARAM PRODUK FARMASI

STUDI KASUS OBAT LIQUID HERBAL DAN NON HERBAL


HALAL-HARAM PRODUK FARMASI
STUDI KASUS OBAT LIQUID HERBAL DAN NON HERBAL

MUHAMAD IKHWAN LUKMANUDIN

TRANSWACANA

PRESS
Halal-Haram Produk Farmasi
Studi Kasus Obat Liquid Herbal Dan Non Herbal

Copyright © 2015

ISBN : 978-602-8070-19-5
Cetakan Pertama, Agustus 2015

Transwacana Press. 2015

Penulis
Muhamad Ikhwan Lukmanudin

Hak Cipta Dilindungi Undang – Undang

Penerbit
Transwacana Press
Ciputat, Tangerang Selatan
HALAL-HARAM PRODUK FARMASI
STUDI KASUS OBAT LIQUD HERBAL DAN NON HERBAL

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna mencapai gelar Magister dalam
bidang Agama dan Sains

Oleh :
MUHAMAD IKHWAN LUKMANUDIN
NIM. 13.2.00.0.29.01.0097

Promotor :
Prof. Dr. HUZAIMAH T. YANGGO.,MA
Dr. AZRIFITRIA.,M.Si.,Apt

KONSENTRASI ANALISIS PRODUK HALAL


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M / 1436 H
HALAL-HARAM PRODUK FARMASI
STUDI KASUS OBAT LIQUID HERBAL DAN NON HERBAL

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna mencapai gelar Magister dalam
bidang Agama dan Sains

Oleh :
MUHAMAD IKHWAN LUKMANUDIN
NIM. 13.2.00.0.29.01.0097

Promotor :
Prof. Dr. HUZAIMAH T. YANGGO.,MA
Dr. AZRIFITRIA.,M.Si.,Apt

KONSENTRASI ANALISIS PRODUK HALAL


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M / 1436 H

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
TIM PENGUJI
UJIAN PENDAHULUAN

Prof. Dr. Masykuri Abdillah


Prof. Dr. dr. HC. MK. Tajuddin. Sp.And
Prof. Dr. Huzaimah Tahido Yanggo. MA
Dr. Azrifitria. M.Si. Apt
Fase Badriah. SKM. M.Kes. Ph.D

ix
x
xi
xii
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
xviii
xix
xx
xxi
xxii
TIM PENGUJI
UJIAN PROMOSI

Prof. Dr. Masykuri Abdillah


Prof. Dr. dr. HC. MK. Tajuddin. Sp.And
Prof. Dr. Huzaimah Tahido Yanggo. MA
Dr. Azrifitria. M.Si. Apt
Fase Badriah. SKM. M.Kes. Ph.D
JM. Muslimin. MA. Ph.D

xxiii
xxiv
xxv
xxvi
ABSTRAK

Penelitian menunjukan bahwa obat liquid non herbal y pada sampel (n=16)
teridentifikasi alkohol (etanol) dengan kadar ±2% dan obat liquid herbal x pada
sampel (n=16) tidak mengandung alkohol. Bahaya yang ditimbulkan alkohol lebih
besar daripada manfaatnya, maka obat liquid non herbal y diharamkan dan ͑illat
ḍarūrat nya hilang dengan adanya obat liquid herbal x yang terbukti halal sebagai
alternatif. "Apa yang dibolehkan karena uzur (halangan) maka batal (tidak
dibolehkan lagi) dengan hilangnya halangan tadi".
Tesis ini menguatkan penelitian Chilwan Pandji (2012) yang menghimbau
untuk tidak menggunakan obat beralkohol. Penelitian yang berlawanan adalah
Harmy Mohammad Yusof (2012) yang membolehkan penggunaan obat beralkohol
secukupnya selagi tidak memabukkan, karena i͑ llat ḍarūrat.
Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan menganalisis kadar etanol
secara kuantitatif. Hasilnya dibahas secara normatif melalui pendekatan prespektif
ulama terkait kehalalan atau keharamannya dan prespektif farmasis terkait manfaat
serta bahayanya. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah, dua obat liquid
berlabel halal yaitu, obat herbal x dan non herbal y. Sumber data skunder adalah,
beberapa ayat Al-Qur֙ ān, Aḥādīth al-Nabāwiyah, WHO : Global Information
System on Alcohol and Health, Peraturan Badan POM Nomor HK.00.05.1.23.3516,
Tahun 2009 Tentang Izin Edar Obat Mengandung Alkohol dan Fatwa MUI
Nomor.11 Tahun 2009 Tentang Hukum Alkohol.
Berdasarkan hasil penelitian, MUI harus mengklarifikasi label halal obat
liquid non herbal x yang terbukti mengandung bahan haram, BPOM mencabut izin
label halal karena terbukti mengandung bahan berbahaya dan perlu adanya penelitian
dan pengembangan lebih lanjut untuk memformulasi obat-obat halal, terutama obat
liquid non herbal (kimia), sehingga memudahkan masyarakat dalam mengkonsumsi
obat yang aman dan halal.

Kata kunci : obat, alkohol, halal dan haram.

xxvii
xxviii
xxix
xxx
xxxi
xxxii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur sebesar-besarnya saya panjatkan khadirat Allah SWT yang telah
memperlihatkan kemaha besaran-Nya selama proses penelitian yang telah saya
jalani, usaha dan do’a serta dibarengi dengan campur tangan-Nya semangkin
meningkatkan keimanan dengan memperlihatkan hasil analisis yang luar biasa
sehingga ilmu yang saya peroleh diharapkan bisa bermanfaat untuk segenap
kalangan.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Agama dan Kesehatan Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
segala pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Tesis ini, kiranya
sulit bagi saya untuk menyelesaikan penulisan ini tepat pada waktunya. Pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati saya menyampaikan terimakasih yang
tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada., MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Masykuri Abdillah selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak JM. Muslimin., MA., Ph.D selaku Kepala Prodi Magister Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Prof. Dr. Huzaimah T.Yanggo.,MA selaku pembimbing pertama dan Ibu Dr.
Azrifitria.,M.Si., Apt sebagai pembimbing kedua yang selalu sabar membimbing
dan memberi saran dalam penyusunan stesis dan teknis pengerjaan selama
penelitian berlangsung sampai tersusunnya tesis ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen, Staf administrasi serta Laboran yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program
Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ummi beserta Ayunda tersayang yang tidak pernah berhenti mendo'akan saya.
Mereka merupakan kunci keberhasilan saya.
7. Sahabat-Sahabat seperjuangan, terimakasih atas doa, nasehat, perhatian, kasih
sayang, kesabaran dan pengorbanan baik moral maupun materil yang diberikan
kepada saya.

Saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan tesis ini.
Semoga tesis ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 06 Juli 2015


Penulis
Muhamad Ikhwan Lukmanudin

xxxiii
xxxiv
PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Letters of the Alphabet

‫ب‬ b ‫ذ‬ dh ‫ط‬ ṭ ‫ل‬ l


‫ت‬ t ‫ر‬ r ‫ظ‬ ẓ ‫م‬ m
‫ث‬ th ‫ز‬ z ‫ع‬ ͑ (ayn) ‫ن‬ n
‫ج‬ j ‫س‬ s ‫غ‬ gh ‫ھ‬ h
‫ح‬ ḥ ‫ش‬ sh ‫ف‬ f ‫و‬ w
‫خ‬ kh ‫ص‬ ṣ ‫ق‬ q ‫ء‬ ͗
‫د‬ d ‫ض‬ ḍ ‫ك‬ k ‫ي‬ y

2. Vowels and Diphthongs

َ a ‫ا‬ ā ٛ
‫ى‬ ī
ُ u ‫ى‬ á ‫و‬ aw
َ i ‫و‬ ū ‫ى‬ ay

3. Others
a. Transliterasi shaddah atau tashdid (َ) dilakukan dengan menggandakan huruf
yang sama.
b. Trasliterasi ta ͗ marbuṭah (‫ )ة‬adalah "h", termasuk ketika ia diikuti oleh kata
sandang "al", kecuali dalam transliterasi ayat Al-Qur'an
c. Nama-nama dan kata-kata yang telah ada versi populernya dalam tulisan latin,
pada umumnya, akan di tulis berdasarkan versi populer tersebut.

4. Transiasi
Kecuali terjemahan Al-Qur'an, dan kecuali dinyatakan sebaliknya. Seluruh
terjemahan dalam tesis ini adalah milik penulis.

xxxv
xxxvi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Kerangka Teori Obat Beralkohol .......................................................... 52

xxxvii
xxxviii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Panjang Gelombang Maksimum Etanol ................................................. 55


Tabel 3.2. Hasil Uji Kesesuaian Sistem .................................................................. 55
Tabel 3.3. Hasil Kurva Kalibrasi dan Uji Linieritas ............................................... 58
Tabel 3.4. Hasil Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ....................................... 59
Tabel 3.5. Nilai Simpangan Baku Risidual, LOD dan LOQ ................................... 60
Tabel 3.6. Hasil Uji Selektivitas ............................................................................. 61
Tabel 3.7. Hasil Uji Akurasi .................................................................................... 63
Tabel 3.8. Hasil Uji Presisi ...................................................................................... 64
Tabel 3.9. Hasil Penetapan Kadar Etanol Obat Liquid Herbal X ........................... 66
Tabel 3.10. Hasil Penetapan Kadar Etanol Obat Liquid Non Herbal Y ................. 69
Tabel 3.11. Hasil Penetapan Kadar Standar Etanol ............................................... 72

xxxix
xl
DAFTAR KURVA

Kurva B.4. Kadar Etanol Pada Larutan Standar, Obat Herbal dan Non Herbal..... 72

xli
xlii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Waktu Larut Batuk Hitam dan Herbal ............................................ 143


Lampiran 2 Kromatogram Panjang Maksimum Etanol ...................................... 145
Lampiran 3 Hasil Uji Kesesuaian Sistem ............................................................ 146
Lampiran 4 Surat Izin Analisis di Laboratorium Produk Halal Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah ................................. 148
Lampiran 5 Surat Izin Analisis di Laboratorium Forensik Markas Besar Kepolisian
Republik Indonesia ........................................................................... 149
Lampiran 6 Surat Hasil Uji Laboratorium di PT. Saraswati Indo Genetech ...... 150

xliii
xliv
DAFTAR SINGKATAN

AAS : Atomic Absorption Spectrophotometer


ALDH : Aldehyde-Dehydrogenase
APINDO : Asosiasi Pengusaha Indonesia
AUC : Area Under Curve
CPOTB : Cara Pembuatan Obat Tradinasional yang Baik
BPJPH : Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
FTIR : Fourier Trasform Infra Red
GC-MS : Gas Chromatography Mass Spectrometry
GMP : Good Manufacturing Practice
HETP : Height Equivalent of Theoretical Plate
HIV : Human Immunodeficiency Virus
HPLC : High Performance Liquid Chromatography
JPH : Jaminan Produk Halal
LC-MS : Liquid Chromatography Mass Spectrometry
LOD : Limit of Detection
LOQ : Limit of Quantification
MUI : Majelis Ulama Indonesia
NSF : National Sanitation Food
RSD : Relative Standar Devisiason
TLC-Scanner : Thin-Layer Chromatography -Scanners
WHO : World Health Organization
UV-Vis : Ultraviolet±Visible Spectroscopy

xlv
xlvi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN PENULIS ................................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN PENDAHULUAN ....................................... ix
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN PROMOSI ................................................xxiii
ABSTRAK ...................................................................................................... xxvii
PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... xxxiii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xxxv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xxxvii
DAFTAR KURVA ......................................................................................... xxxix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xIiii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xIv
DAFTAR ISI .................................................................................................. xIvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Permasalahan......................................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 8
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................................................... 9
E. Metodologi Penelitian ......................................................................... 16
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 22
BAB II OBAT BERALKOHOL ......................................................................... 25
A. Obat Beralkohol Perspektif Farmasis ................................................. 25
B. Obat Beralkohol Perspektif Ulama .................................................... 39
BAB III ANALISIS EKSPERIMENTAL ........................................................... 55
A. Validasi Metode Analisis ..................................................................... 55
B. Analisis Kadar Etanol ......................................................................... 65
BAB IV KEAMANAN DAN HUKUM OBAT ................................................... 71
A. Keamanan Obat Perspektif Farmasis................................................... 71
B. Hukum Obat Perspekstif Ulama ......................................................... 95
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 119
A. Kesimpulan ........................................................................................ 119
B. Saran................................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 121
LAMPIRAN....................................................................................................... 145
INDEKS ............................................................................................................ 153
GLOSSARI ........................................................................................................ 161
BIODATA PENULIS ........................................................................................ 183

xlvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Makanan, minuman, obat dan kosmetika merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan manusia. Bersamaan dengan kemajuan
teknologi dan era perdagangan global, banyak produk-produk dari dalam dan
luar negeri yang beredar di sekitar kita. Menurut undang-undang, konsumen
berhak untuk mendapatkan jaminan serta perlindungan keamanan dan
kehalalan dari produk tersebut.1
Indonesia sebagai pusat sertifikasi acuan halal2 dan penduduk Muslim
serta pasar produk halal terbesar di dunia,3 maka pemerintah sudah seharusnya
meningkatkan pengawasan kehalalan. Langkah pemerintah untuk
mengantisipasi maraknya produk haram yang masuk atau bahkan di produksi
di Indonesia yaitu, dengan membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Produk
Halal (BPJPH). BPJPH merupakan lembaga Non Kementerian yang
berkoordinasi dengan Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia
(MUI). Badan ini bertanggung jawab langsung kepada Presiden melalui
Sekertaris Negara.4
BPJPH bertugas untuk memberikan jaminan dan kepastian hukum
produk terhadap konsumen. Tugas penting lainnya adalah, menumbuhkan
kesadaran konsumen dan produsen akan pentingnya produk halal dengan cara
meningkatkan serta mendorong produsen untuk memproduksi produk yang
halal serta memberikan informasi tentang kehalalan produk.5

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Undang-Undang No.8


1

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Jakarta : Kementerian


Perdagangan RI, 1999), 03.
2
Majelis Ulama Indonesia, LPPOM MUI Pelopor Standar Halal dan
Pendiri Dewan Pangan Halal Dunia (Jakarta : Lembaga Pengkajian Pangan
Obat obatan dan Kosmetika Majelis Ulama, 8 Desember 2011), 01.
http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/go_to_section/2/31/page,
Accessed 29 April, 2014.
3
Kassim, The Global Market Potential of Halal (Kuala Lumpur :
Penang Press, 2009), cet.I, 28.
4
Muhamad Julheri, DPR Setujui Pengesahan RUU Jaminan Produk
Halal (Palembang : Sumatra Ekspres, 25 September 2015),
http://www.sumeks.co.id/sumeks/beritautama/nasional/28469-dpr-setujui-
pengesahan-ruu-jaminan-produk-halal, Accessed 1 Oktober 2014, 01.
5
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Undang-Undang No.33
Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal (Jakarta : Kemenhum, 17 Oktober
2014), 07.
1
Penyelenggaraan BPJPH ini belum berjalan sesuai dengan yang telah
diprogramkan, karena langkah pemerintah tersebut menuai penolakan oleh
beberapa tokoh. Tokoh-tokoh yang kontra di antaranya adalah, pengusaha
keturunan Tionghoa yang juga sebagai Ketua Umum Asosiasi Pengusaha
Indonesia (APINDO) yang menyatakan bahwa, program ini hanya akan
membatasi investasi.6
Wakil Ketua Komisi VIII dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan juga tidak setuju. Menurutnya program ini bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah tidak adil, karena mementingkan
umat Islam saja, sedangkan agama lain tidak dipertimbangkan.7 Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Fraksi Grindra juga tidak menyetujui. Mereka
berpendapat bahwa, masalah halal tidak harus ditangani oleh pemerintah,
karena hal ini hanya akan menambah beban kerja dan hanya akan menambah
persoalan baru.8
Penolakan berbagai pihak terkait BPJPH mengakibatkan masih
maraknya produk-produk yang mengandung bahan berbahaya9 dan haram.10
Produk tersebut semakin banyak di pasaran baik di Indonesia maupun di luar

Chaira, Sofyan Wanandi dan PDI-P Menolak Label Halal (Jakarta :


6

Metro News, 08 September 2009), 01.


http://pikirancerah.wordpress.com/2009/09/09/sofyan-wanandi-dan-pdi-p-
menolak-label-halal/#more-468, Accessed 08 Oktober 2014.
7
Jabir, Sah, RUU Jaminan Produk Halal Diketok DPR (Jakarta :
Okezone, 25 September 2014), 01.
http://news.okezone.com/read/2014/09/25/339/1044228/sah-ruu-jaminan-
produk-halal-diketok-dpr, Accessed 08 Oktober 2014.
8
Muhamad Iqbal, Sempat Tarik Menarik, DPR Akhirnya Sahkan UU
Jaminan Produk Halal (Jakarta : Detik News, 25 September 2014), 01.
http://news.detik.com/read/2014/09/25/125711/2700961/10/sempat-tarik-
menarik-dpr-akhirnya-sahkan-uu-jaminan-produk-halal, Accessed 8 Oktober
2014.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Temuan Pangan dan Kosmetika
9

Ilegal Hasil Pemeriksaan Tim Penyidik Direktorat Kepolisian Perairan


Baharkam Polri (Jakarta : Direktorat Kepolisian Perairan (POLAIR) Badan
Pemelihara Keamanan (BAHARKAM), 06 Juli, 2015), 01.
http://www.pom.go.id/new/index.php/view/pers/257/SIARAN-PERS-Balai-
Besar-POM-di-Lampung-Musnahkan-Lebih-Dari-1-5-Milyar-Produk-
Ilegal.html, Accessed 08 Juli 2015.
10
Majelis Ulama Indonesia, Lima Puluh Empat Persen Makanan yang
Beredar di Pasaran Tidak Halal (Jakarta : embaga Pengkajian Pangan, Obat,
Makanan dan Kosmetika (LPPOM) MUI, 05 Juni, 2015), 12.
http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/8/1412/30/1,
Accessed 08 Juli 2015.
2
Negeri.11 Bahan berbahaya yang paling banyak dan tersebar luas
penggunaanya pada campuran produk adalah alkohol.12
Menurut data yang dikeluarkan oleh World Health Organization
(WHO) pada tahun 2010, total konsumsi alkohol di seluruh dunia mencapai
6,2 liter per orang dan lebih dari 3.3 juta orang meninggal karena
mengkonsumsi alkohol per tahunnya.13 Kuota impor produk alkohol di
Indonesia untuk periode 2014 mencapai 511.246 karton atau setara dengan
4,6 juta liter.14 Produk beralkohol impor yang beredar di tanah air sebanyak
95 persen dan dipasok dari pasar ilegal yang jumlahnya tidak diketahui,15
belum lagi jika di tambah dengan produksi produk beralkohol dalam negeri
yang mencapai 7,2 juta liter per tahunnya.16
Produk beralkohol dapat berupa makanan, minuman, kosmetika,
suplemen, alat kesehatan dan obat-obatan. Jika produk tersebut mengandung
alkohol dan menimbulkan efek yang merugikan bagi penggunannya, maka
yang membahayakan seperti ini menjadi penyebab diharamkannya dalam
Islam.17 Alkohol merupakan senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil

Food and Drug Administration, Some Bee Pollen Weight Loss


11

Products Are a Dangerous Scam (Amerika Serikat : Consumer Health


Information, 10 Juni 2014), 25-29.
12
Word Health Organitation, Global Information System on Alkohol
and Health (GISAH), (New York : Global Health Observatory, 02 Juni 2010,
03. http://www.who.int/gho/alkohol/en/, Accessed 15 Juni 2014.
13
Word Health Organitation, Global Information System on Alkohol
and Health (GISAH), (New York : Global Health Observatory, 02 Juni 2010,
03. http://www.who.int/gho/alkohol/en/, Accessed 15 Juni 2014.
14
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Kuota Impor Produk
Beralkohol (Jakarta : Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Kementerian Perdagangan, 4 April 2014), 04.
http://finance.detik.com/read/2014/05/16/140212/2583936/4/tahun-ini-jatah-
kuota-impor-obat batuk sirup-beralkohol-berkurang-7, Accessed 15 Juni
2014.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 95% Produk
15

Beralkohol di Impor Secara Ilegal (Jakarta : Direktorat Jenderal Perdagangan


Luar Negeri Kementerian Perdagangan, 29 November 2014), 03.
http://mirror.unpad.ac.id/koran/bisnis/2010-11-29/bisnis_20101129_006.pdf,
Accessed 15 Juni 2014.
16
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Kajian Kebijakan Cukai
Alkohol dan Produk Mengandung Alkohol Tahun 2014 (Jakarta : Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, 2014), 7-8.
17
Hasyim As'ari dan Suriana Nikmatul Fadilah, "Hubungan
Pengetahuan tentang Bahaya Alkohol dengan Konsumsi Alkohol pada
Remaja", Jurnal Penelitian Politeknik Kesehatan, Vol.7, No.4, 2009, 263.
Lihat Q.S. al-Aʼrāf : 157
3
–OH,18 dalam dunia farmasi disederhanakan menjadi etanol19 dan metanol.20
Alkohol banyak digunakan dalam berbagai bidang, terutama dalam proses
ekstraksi dan destilasi zat aktif obat yang berasal dari tumbuhan serta
digunakan sebagai pelarut dan pengawet dalam pembuatan obat.21 Obat yang
teregistrasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia
berjumlah 20.839 merek, untuk obat tradinasional sebanyak 9.071 merek.22
Obat yang mengandung alkohol dan beredar di Indonesia berjumlah 553
merek dan obat batuk dengan sediaan liquid yang mengandung alkohol
terdapat 49 merek, sementara obat batuk yang tidak mencantumkan kadar
alkohol dalam kemasanya berjumlah 160 merek, kemudian obat batuk yang
mencantumkan label bebas alkohol terdapat 13 merek.23
Pada akhir Desember 2013, MUI mengeluarkan sertifikasi halal untuk
18 merek obat dan 162 merek obat tradinasional.24 Obat batuk di pasaran yang
sudah berlabel halal terdapat dua macam, yaitu obat batuk liquid herbal x dan
non herbal y.25 Pertama obat liquid non herbal x 30 mL, di mana dalam tiap 5
mL mengandung Glycyrrhiza Succus 100 mg yang berkhasiat sebagai
ekpektoran dan antitusif. Ephedrine HCL 2.5 mg yang berfungsi sebagai
bronkodilator atau melebarkan saluran nafas yang sempit. Chlorpheniramine
Maleate 1.3 mg bekerja sebagai antihistamin atau antialergi. Ammonium
Clorida 40 mg bertindak sebagai ekspektoran yang merangsang lendir keluar
saat batuk. Paracetamol 135 mg berperan sebagai antiperetik atau

َ ‫علَ ْي ِه ُُّمُّ ْال َخ َبائ‬


ُّ‫ِث‬ َ ُّ‫تُّ َويُ َح ِر ُُّم‬ َّ ُّ‫َويُحِ لُُّّلَ ُه ُُّم‬
ُِّ ‫الط ِي َبا‬
Lihat J. E. Lodgsdon, Ethanol (New York : Kroschwitz of Chemical
18

Technology, 1994), cet.IX, 820.


19
Lihat Myers Richard, The 100 Most Important Chemical Compounds
: A Reference Guide (London : Greenwood Press, 1990), cet.I, 122.
20
Lihat William Reusch, Alcohols (London : Virtual Text of Organic
Chemistry, 1991), cet.I, 97.
21
J. E.Lodgsdon, Ethanol (New York : Kroschwitz of Chemical
Technology, 1994), cet.IX, 821.
22
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Data Base Registrasi Obat dan
Obat Tradinasional (Jakarta : Direktorat Registrasi Obat dan Obat
Tradinasional Badan POM, 19 November, 2014), 01.
http://www.pom.go.id/webreg/index.php/home/produk/7d5c6bc6b3a4aab157
3e6a494ac136ce/01, Accessed 19 November 2014.
23
MIMS Indonesia, Drug A to Z (Jakarta : MIMS Online : Drugs Brand
and Generic, 19 November, 2014), 01.
http://www.mims.com/Indonesia/Browse/Alphabet/A?cat=drug, Accessed
19 November 2014.
24
Majelis Ulama Indonesia, Panduan Belanja Produk Halal (Jakarta :
MUI Publishing, edisi tahun 2013), 92.
25
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Laporan Tahunan Direktorat
Inspeksi dan Sertifikasi Pangan (Jakarta : Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi
Pangan, Laporan Tahunan 2013), 48.
4
menurunkan demam.26 Ephedrine HCL dan Chlorpheniramine Maleate mudah
larut dalam air dengan 1:4. Ammonium Clorida larut dengan 1:2 bagian.
Glycyrrhiza Succus larut menggunakan air panas. Permasalahannya adalah,
Paracetamol sukar larut dalam air, di mana senyawa ini hanya bisa larut
dengan 1:70 bagian air, sedangkan jika dilarutkan menggunakan etanol 95%,
akan lebih mudah larut dengan hanya memerlukan 1:7 bagian air.27
Teknologi pembuatan obat non herbal semakin berkembang, hal ini
terbukti dengan ditemukanya berbagai macam metode peningkat kelarutan
seperti, penambahan Surfaktan, memperkecil ukuran patikel, teknologi
nanosuspensi, pengaturan pH, dispersi padat,28 pembentukan kompleks dan
penambahan kosolven.29 Terkait dengan berbagai macam metode yang telah
ada, Paracetamol yang sukar larut dalam air seharusnya sekarang bisa
diformulasikan sebagai obat liquid tanpa menggunakan alkohol dalam proses
pembuatanya. Zat aktif yang berkhasiat sama dengan paracetamol juga
tersedia sebagai alternatif seperti Ibuprofen, Aspirin, Metimazol dan lain
sebagainya.30
Pelarut zat aktif dan eksipien juga beraneka ragam seperti, Etil Asetat,
Heksana, Asetonitril, n-Propanol dan lain sebagainya.31 Berdasarkan
kemajuan ilmu farmasi, formulator sediaan farmasi seharusnya bisa memilih
pelarut yang baik dan aman untuk digunakan selain alkohol. Kendati
demikian, tidak menutup kemungkinan pada hasil akhir obat liquid masih
mengandung pelarut yang seharusnya 0 persen sebagaimana standar yang
ditetapkan oleh Badan POM.32

26
Elin Yulinah Sukandar, Retnosari Andrajati, ISO Farmakoterapi 2
(Jakarta : Ikatan Apoteker Indonesia, 2011), cet.I, 210-215.
27
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Farmakope
Indonesia (Jakarta : Badan POM, edisi III, 1979), 105, 86, 64, 241.
28
Wells, J. I, Pharmaceutical Preformulatioan (London : Ellis
Horwood, 1988), cet.I, 107-110.
29
Florence, Physicochemical Principles of Pharmacy (London : Mc
Millan Publiser, 1988), cet.II, 55.
30
MIMS Indonesia, Petunjuk Konsultasi Edisi 2014/2015 (Jakarta :
Buana Ilmu Populer, 2014), cet.I, 85.
31
American Pharmaceutical Association, Handbook of Pharmaceutical
Excipients (New York : The Pharmaceutical Press, 2006), cet.V, 122.
32
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Cara
Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (Jakarta : Badan POM, 2011), 202-
204.
5
Polemik muncul di masyarakat bahwa, sebagian besar obat liquid non
herbal mengandung alkohol yang kadarnya lebih besar dari 1%.33 Obat liquid
non herbal yang sudah mendapatkan label bebas alkohol pun ternyata diisukan
masih mengandung alkohol,34 meskipun pernyataan tersebut belum teruji
secara ilmiah. Kesimpulannya, obat batuk yang seharusnya bebas alkohol pun
patut untuk diragukan, atau dalam Islam hal yang meragukan seperti ini lebih
dikenal dengan istilah shubhāt.35
Masalah shubhāt ditegaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim, di mana seorang Muslim lebih baik untuk meninggalkan
perkara yang shubhāt, karena dengan demikian akan membawa ketenangan
dalam menjalani kehidupan dan menghindarkan diri dari kegundahan.36
Barangsiapa menjaga dirinya dari perkara shubhāt, maka telah terjaga
kehormatannya.37
Obat batuk liquid berlabel halal kedua adalah obat herbal x 30 mL.
Obat ini berbahan aktif dari tumbuhan, di mana tiap 5 mL mengandung
ekstrak Zingiberis Rhizoma 4,5 g yang berfungsi sebagai antiinflamasi untuk
meredakan radang. Kaempferiae Rhizoma 1,5 g untuk mengatasi masalah
gangguan pernafasan. Citrus Aurantifolii Fructus 1,5 g yang berkhasiat
sebagai pengencer dahak. Thymi Herba 1,5 g bekerja sebagai ekspektoran dan
melegakan tenggorokan. Menthae Folia 0,75 g yang mempunyai fungsi
sebagai ekspektoran atau pengencer dahak. Myristicae Semen 0,75 g yang

33
Halal guide, Alkohol Dalam Obat Batuk (Jakarta : Halal Corner,
Agustus, 2012), 01.
http://www.myhalalcorner.com/alkohol-dalam-obat-batuk/, Accessed 19
November 2014.
34
Tysar, "Saatnya Beralih ke Pelarut Halal", Jurnal Halal LPPOM MUI,
Vol.1, No.67, Juni 2007, 11.
35
Lihat al-Bakistānī, Zakarīyā ibn Ghulām Qādir, min Uṣūl al-Fiqh ֜alā
Manḥaj Ahl al-Ḥadīth (Madinah : Dār al-Ḥurrāz, 2002), cet.II,182.
36
Al-Nawāwī, al-Durrah al-Salafīyyah Sharḥ al-͑Arba’īn al-
Nawāwiyyah (Cairo : Markaz Fajr, 2006), cet.II, 47 dan 36.
ُّ‫إنُّالحاللُّبينُّوإنُّالحرامُّبينُّوبينهماُّأمورُّمشتتهبهاتُّالُّيعلمهنُّكثيرُّمنُّالناسُّفمنُّاتقىُّالشتتبهات‬
ُّ‫فقدُّاسهبرأُّلدينهُّوعرضهُّومنُّوقعُّفيُّالشبهاتُّوقعُّفيُّالحرامُّكالراعيُّيرعىُّحولُّالحمىُّيوشكُّأن‬
ُّ‫يرتعُّفيهُّأالُّوإنُّلكلُّملكُّحمىُّأالُّوإنُّحمىُّهللاُّمحارمهُّأالُّوإنُّفيُّالجستدُّمضتة ُّإذاُّصلحتُّصلح‬
ُّ ‫الجسدُّكلهُّوإذاُّفسدتُّفسدُّالجسدُّكلهُّأالُّوهيُّالقلب‬
37
Ibn Ḥibbān, Muḥammad ibn Aḥmad ibn Abī Khātim al-Tamīmī
Basaṭī, Ṣaḥīḥ ibn Ḥibbān (Bairut : Muʿassasat al-Risālah, 1993), cet.III, 380.
ُّ‫عنُّأبيُّمحمدُّالحسنُّبنُّعليُّبنُّأبيُّطالبُّسبطُّرسولُّهللاُّصلىُّهللاُّعليهُّوآلهُّوسلمُّوريحانههُّرضي‬
‫ُّحفظتُّمنُّرسولُّهللاُّصلىُّهللاُّعليهُّوآلهُّوسلمُّدعُّماُّيريبكُّإلىُّماُّالُّيريبك‬:ُّ‫هللاُّعنهماُّقال‬
6
berkhasiat sebagai zat penenang atau relaksasi. Licorice 0,25 g yang berfungsi
sebagai ekspektoran38 dan Madu sebagai pemanis alami.39
Senyawa aktif yang berasal dari bahan alam diperoleh dengan cara
ekstraksi untuk kemudian didestilasi. Pelarut yang digunakan berasal dari
senyawa-senyawa organik seperti etanol, metanol, etil asetat dan drivat
alkohol lainnya.40 Pada pengukuran kadar pelarut akhir, masih
mengindikasikan adanya alkohol yang dapat menimbulkan perkara shubhāt.
Seiring kemajuan teknologi bahan alam, terdapat beberapa metode
ekstraksi yang bisa digunakan pada proses pembuatan obat herbal, di
antaranya ekstraksi dengan cara dingin (Maserasi dan Perkolasi), dan dengan
cara panas (Refluks, Soxhletasi, Digesti dan Infusa). Macam-macam destilasi
yang bisa digunakan adalah destilasi Sederhana, Fraksionisasi, Uap, Vakum
dan destilasi Menara yang digunakan dalam skala industri.41 Berbagai metode
yang bisa digunakan ini tentunya dapat menghasilkan produk dengan mutu
yang baik, aman dan halal.
Kemajuan teknologi di bidang farmasi menjadi pemicu produsen obat
untuk meningkatkan produksi yang lebih baik.42 Pemerintah juga sudah mulai
mewajibkan produsen untuk mengajukan sertifikasi halal dari sebelumnya
yang hanya bersifat sukarela.43 Hasilnya, obat liquid halal telah beredar di
pasaran, yaitu obat liquid herbal y dan non herbal x yang telah dijelaskan
sebelumnya. Kedua obat tersebut terdaftar sebagai obat halal pada tahun
2011. Pada dua tahun berikutnya yakni 2014, kedua obat tersebut tidak
terdaftar kembali, namun label halalnya masih tercantum pada kemasannya
sampai saat ini.44 Kadar obat beralkohol yang diizinkan menurut fatwa MUI

38
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Herbal
Indonesia (Jakarta : Kemenkes, 2008), cet.I, 319, 140, 87, 284, 179, 201, 158.
39
Claire Brittain, Neal Williams, "Synergistic Effects of non-Apis Bees
and Honey Bees for Pollination Services", Proceedings : Biological Sciences,
Vol.280, No.1754, 07 Maret 2013, 1-7.
40
Naveed Akhtar, Akhtar Rasu, "Investigation of the Effects of
Extraction solvent/Technique on the Antioxidant Activity of Cassia Fistula
L", Journal of Medicinal Plants Research, Vol. 6, No.3, Januari 2012, 500-
503.
41
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Herbal
Indonesia (Jakarta : Kemenkes, 2008), cet.I, 392.
42
Chilwan Pandji, Alkohol Dalam Obat Batuk (Jakarta : Halal Corner
News, 29 Agustus 2012), 01. http://www.myhalalcorner.com/alkohol-dalam-
obat-batuk/, Accessed 15 Juni 2014.
43
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Undang-Undang
No.33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal (Jakarta : Kemenhum, 17
Oktober 2014). 06.
44
Majelis Ulama Indonesia, Daftar Produk Bersertifikat Halal (Jakarta
: Tim LPPOM MUI, cet.I, Desember 2014), 01-85.
7
No.11 tahun 2009 adalah ˂ 1%.45 Menurut Badan POM, labelisasi halal hanya
diberikan pada obat jika 0% mengandung alkohol,46 demikian pula menurut
Amidan pada seminar produk halal beberapa waktu lalu.47 Menurut United
States Pharmacopeia, kadar maksimum etanol dalam sediaan obat liquid OTC
(Over The Counter) untuk usia ≥12 tahun adalah 10% v/v, sedangkan untuk
usia 6-12 tahun adalah 5% v/v dan usia ≤ 6 tahun adalah 0,5 % v/v.48
Penelitian analisis kadar alkohol dalam obat perlu dilakukan untuk
mengetahui keamanan dan kehalalan obat liquid herbal y dan non herbal x
yang telah beredar di pasaran. Sebagai akademisi, maka perlu untuk
membantu MUI dan BPOM dalam melakukan pengujian ulang sebagai upaya
pengawasan postmarket untuk membuktikan tanggungjawab dan konsistensi
produsen dalam menerapkan produksi obat halalnya.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Terdapat dua obat liquid yang berlabel halal, yaitu obat herbal x dan
non herbal y. Polemik muncul di masyarakat bahwa makanan49 dan
minuman50 yang dianalisir bebas dari bahan yang diharamkan ternyata tidak
demikian, maka sebagai akademisi perlu untuk membantu MUI dan BPOM
dalam melakukan evaluasi dan pengawasan postmarket terhadap produk yang

45
Majelis Ulama Indonesia, Fatwa MUI Tentang Hukum Alkohol
(Jakarta : Dewan Fatwa MUI, Nomor.11, Tahun 2009). 05.
46
Meuthia, Inspeksi Produk Berlabel Halal, Makalah disampaikan pada
acara "Kuliah Umum Praktek Kerja Profesi Apoteker" di Gedung C lantai 4
Badan Pengwas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Jakarta : 02 April
2014).
47
Amidhan, Kriteria Obat Halal, Makalah disampaikan pada seminar
"Produk Farmasi Halal 2014" di Auditorium Fakutas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Lantai 2 (Jakarta : 24
Juli 2014).
48
American Pharmaceutical Association, Handbook of Pharmaceutical
Excipients (New York : The Pharmaceutical Press, 2006), cet.V, 82.
49
Pusat Halal, Kumpulan Kasus Produk Haram di Indonesia (Jakarta :
Pusat Informasi, Pendidikan dan Komunitas Halalan Tayyiba, 08 April 2013).
01.http://pusathalal.com/artikel-referensi/info-penting-halal/152-info-
penting/info-penting-halal-9/604-kumpulan-kasus-produk-haram-di-
indonesia, Accessed 16 Juni 2014.
50
Nur Ratna, Rahasia x Terkuak, ini Resepnya (Jakarta : Republika
Online, 24 Maret, 2013). 02.
file:///E:/LA%20tansa%20LIBrRY/KULIAH%20S2/thesis%20penetapan%2
0kadar%20alkohol%20dalam%20obatbatuksirup/coca%20cola%20dan%20
MUI/Rahasia%20Coca%20Cola%20Terkuak,%20Ini%20Resepnya.htm.
Accessed 16 Juni 2014.
8
beredar khususnya obat-obatan. Berdasarkan latar belakang masalah yang
terjadi, maka terdapat sejumlah masalah yang teridentifikasi. Masalah
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Analisa kandungan alkohol dalam obat belum pernah dilakukan, padahal
terdapat potensi penggunaan alkohol dalam sediaan obat liquid herbal
pada proses ekstraksinya dan obat non herbal pada proses pelarutannya.
b. Belum adanya uji evaluasi posmarket efek farmakologi terhadap kadar
alkohol sebagai eksipien dalam obat liquid terutama untuk Anak (6-12
tahun), Balita (4-6 tahun), Batita (2-4 tahun) dan Bayi (0-2 tahun), maka
perlu mengkaji keamanan obat tersebut menurut perspektif farmasis dan
hukumnya menurut perspektif ulama.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini terbatas
pada pengukuran persentase kadar alkohol dalam obat batuk liquid herbal x
dan non herbal y, kemudian melihat perspektif farmasis terkait keamanannya,
serta perspektif Ulama terkait hukumnya.
3. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimana keamanan
obat batuk liquid herbal x dan non herbal y menurut perspektif farmasis ?.
Apa hukumnya menurut perspektif Ulama ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah, mengkaji keamanan obat liquid herbal x
dan non herbal y menurut perspektif farmasis dan memastikan hukumnya
menurut perspektif Ulama. Manfaat penelitian ini adalah, menunjukan kepada
masyarakat luas dalam menggunakan obat yang ḥalālan ṭayyiban. Berkenaan
dengan hal ini, disiplin ilmu farmasi memberikan kontribusinya dalam
memecahkan permasalahan yang timbul dalam Islam terkait haramnya
mengkonsumsi obat beralkohol. Sabda Rosullulah Saw dalam hal ini adalah,
"sesungguhnya agama itu mudah".51
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Terdapat banyak penelitian terdahulu yang relevan baik secara empiris
maupun normatif, penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Empiris
a. Penelitian terkait analisis kadar alkohol yaitu, analisis kadar alkohol dalam
minuman yang di lakukan oleh M. Rota dan E. Pasqual pada tahun 2014 di

Al-Athqalānī, Fatḥ al-Bārī Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Cairo : Dār al-


51

Taqwā, 2010), cet.II, 116.


9
Inggris,52 analisis kadar alkohol dalam minuman tradinasional yang
dilakukan oleh Tadele Yohannes dan Fekadu Melak pada tahun 2013
bertempat di Jimma University Etiopia ,53 analisis kadar alkohol dalam
makanan yang dilakukan oleh Michelle Durand pada tahun 2014 di
laboratorium Sacramento.CA California,54 analisis kadar alkohol dalam
darah yang dilakukan oleh Lorenzo Leggio dan William H. Zywiak di
National Institutes of Health Amerika Serikat.55
Penelitian selanjutnya adalah, analisis kadar alkohol dalam
suplemen yang dilakukan oleh A.W. Lord pada tahun 2014 bertempat di
laboratorium Thomson Reuters Polandia,56 analisis kadar alkohol dalam
kosmetik yang dilakukan oleh Hashim Puziah dan Che Man pada tahun
2009 di Universitas Putra Malaysia,57 dan analisis stabilitas krim kosmetik
yang mengandung cetyl alcohol yang dilakukan oleh M. Yamaguchi, F.
Harusawa, S. Fukushima dan M. Takahashi pada tahun 2010 di
Universitas Tokyo Jepang.58 Analisis alkohol dalam obat kemungkinan
sudah dilakukan, hanya saja penulis belum menemukan dan mendapatkan
penelitian tersebut yang sudah dipublikasikan.
b. Penelitian terkait analisis bahaya alkohol yaitu, gangguan kesehatan pada
pengguna alkohol yang dilakukan oleh Alex J Mitchell, Maria Rizzo pada

52
M. Rota dan E. Pasqual, "Alcohol Drinking and Cutaneous
Melanoma Risk : a Systematic Review and Dose–Risk Meta-Analysis",
British Journal of Dermatology, Vol.170, No.5, Mei 2014, 105-115.
53
Tadele Yohannes dan Fekadu Melak, "Preparation and
Physicochemical Analysis of Some Ethiopian Traditional Alcoholic
Beverages", Academic Journal of Department Chemistry, College of Natural
Sciences, Jimma University, Vol.7, No.11, November 2013, 166-183.
54
Michelle Durand, "Report Finds Many Stores Have Unhealthy
Offerings : Analysis Shows Flavored Tobacco and Alcohol Prevalent by
Schools", Daily Journal, Vol.10, No.12, Maret 2014, 132-140.
55
Lorenzo Leggio dan William H. Zywiak, "Intravenous Ghrelin
Administration Increases Alcohol Craving in Alcohol-Dependent Heavy
Drinkers : a Preliminary Investigation", Biological Psychiatry Journal,
Vol.76, No.9, November 2014, 117-130.
56
A.W. Lord, "Food and Nutritional Analysis", Sciences and Chemical
Journal, Vol.10, No.2, Agustus 2014, 30-36.
57
Hashim Puziah dan Che Man, "Analysis of Alcohol in Cosmetic
Products by Headspace Gas Chromatography–Mass Spectrometry", Journal
of University Putra Malaysia, Vol.9, No.9, Desember 2009, 126-141.
58
M. Yamaguchi, F. Harusawa, S. Fukushima dan M. Takahashi,
"Mechanism of Stabillization by Cetyl Alcohol for Oil in Water Cream",
Journal of Society of Cosmetic Chemists of Japan, Vol.12, No.2, Agustus
2010, 41-62.
10
tahun 2014 di Universitas Leicester London,59 bahaya minuman
beralkohol terhadap penderita penyakit kanker yang dilakukan oleh Cai.
Shaofang Li, Yingjun Ding pada tahun 2014 di Laboratorium Nasional
Cancer Institut Amerika Serikat,60 alkohol sebagai penyebab penyakit hati
yang dilakukan oleh Rajasekaran Raghu dan Chun-Ting Liu pada tahun
2012 bertempat di Universitas Minnesota Amerika Serikat.61
Penelitian selanjutnya adalah, resiko fibrillation atrial terhadap
peminum alkohol yang dilakukan oleh Susanna C. Larsson dan Nikola pada
tahun 2014 bertempat di laboratorium American College of Cardiology
Foundation Amerika Serikat62 dan bahaya kesehatan tubuh terhadap
penggunaan drivat alkohol dalam produk kosmetik yang dilakukan oleh M.
O. Masse dan V. Duvallet pada tahun 2001 di Universitas Brussels
Belgia.63
2. Penelitian Normatif
a. Penelitian terkait produk halal yaitu, tingkat kesadaran masyarakat
terhadap produk halal yang dilakukan oleh Abdul Rauf Ambalia dan
Ahmad Naqiyuddin Bakara pada tahun 2014 bertempat di Universitas
Teknologi Mara Selangor Malaysia,64 tingkat belanja konsumen terhadap

59
Alex J Mitchell, Maria Rizzo, "Accuracy of One or Two Simple
Questions to Identify Alcohol-Use Disorder in Primary Care : a Meta-
Analysis", British Journal of General Practice, Vol.10, No.33, Juli 2014, 528-
541.
60
Cai. Shaofang Li, Yingjun Ding, "Alcohol Drinking and the Risk of
Colorectal Cancer Death : a Meta-Analysis", European Journal of Cancer
Prevention, Vol.23, No.6, November 2014, 126-146.
61
Rajasekaran Raghu dan Chun-Ting Liu, "Transcriptome Analysis of
Garlic-Induced Hepatoprotection Against Alcoholic Fatty Liver",
Department of Surgery, University of Minnesota, Minneapolis, Minnesota,
Vol.6, No.44, Oktober 2012, 792-809.
62
Susanna C. Larsson dan Nikola, "Moderate Alcohol use Associated
with Increased Risk for Atrial Fibrillation, Journal of the American College
of Cardiology, Vol.64, No.3, 14 Juli 2014, 47-63.
63
M. O. Masse dan V. Duvallet, "Identification and Quantitative
Analysis of Kojic Acid and Arbutine in Skin-Whitening Cosmetics",
International Journal of Cosmetic Science, Vol.23, No.4, Augustus 2001,
144–182.
64
Abdul Rauf Ambalia dan Ahmad Naqiyuddin Bakara, "People's
Awareness on Halal Foods and Products : Potential Issues for Policy-Makers",
Journal Procedia - Social and Behavioral Sciences, Vol.121, No.19, Maret
2014, 285-297.
11
produk halal yang dilakukan oleh Syed Nazura pada tahun 2011 di
Universitas Teknologi Mara Selangor Malaysia.65
Penelitian selanjutnya adalah, faktor penentu konsumsi daging halal
di Prancis yang dilakukan oleh Bonne. K dan Vermeir pada tahun 2007 di
Universitas Gent Prancis,66 tingkat kepercayaan konsumen Muslim
terhadap penjual daging halal di Belgia pada tahun 2007 yang dilakukan
oleh Bonne. K dan Vermeir. I di Universitas Gent Prancis,67 tingkat
pemahaman konsumen Muslim terhadap produk halal di Belgia pada tahun
2006 yang dilakukan oleh Bonne. K dan Vermeir. I di Universitas Gent
Prancis.68
Penelitian selanjutnya adalah, persepsi konsumen Muslim dan
Nonmuslim Malaysia terhadap produk halal di Malaysia yang dilakukan
oleh Farah Raihana Binti Haji Ismail dan Kauthar Binti Nasiruddin pada
tahun 2014 di Universitas Teknologi Mara Selangor Malaysia,69 studi
minat konsumen terhadap produk-produk berlabel halal yang dilakukan
oleh Mahiah Said dan Khairul Nizam pada tahun 2010 di Universitas
Tenaga Nasional Malaysia,70 respon konsumen terhadap produk berlabel
halal di negara-negara Eropa yang dilakukan oleh Ameur Ahmed Ameur
pada tahun 2011 di Universitas Munchen.71
Penelitian selanjutnya adalah, pengaruh pencantuman label halal
pada kemasan mie instan terhadap minat beli masyarakat Muslim (studi

65
Syed Nazura, "Applying the Theory of Planned Behaviour (TPB) in
Halal Food Purchasing", International Journal of Commerce and
Management, Vol.21, No.1, Mei 2011, 8-20.
66
Bonne. K dan Vermeir. I, "Determinants of Halal Meat Consumption
in France", British Food Journal, Vol.100, No.5, Februari 2007, 67- 86.
67
Bonne. K dan Vermeir. I, "Muslim Consumer Trust in Halal Meat
Status and Control in Belgium", Science Direct Journal, Vol.79, No.1,
Agustus 2007, 11-23.
68
Bonne. K dan Verbeke. W, "Muslim Consumers’ Attitude Towards
Meat Consumption in Belgium : Insights From a Means end Chain
Approach", Journal Anthropology of Food, Vol.5, No.4, September 2006, 48-
59.
69
Farah Raihana Binti Haji Ismail dan Kauthar Binti Nasiruddin,
"Perception of Nonmuslim Consumers Towards Halal Product in Malaysia",
International Journal of Accounting and Business Management, Vol.2, No.1,
April 2014, 5-23.
70
Mahiah Said dan Khairul Nizam, "The Empirical Study on the
Determinants of Moslem Consumers to Purchase Halal Products", Jornal
Manajemen dan Bisnis, Vol.9, No.1, Maret 2010, 3-28.
71
Ameur Ahmed Ameur, "The Lifestyle Halal in European Marketing",
Journal University of Abdel Hamid ben Badis Kharrouba, Mostaganem,
Vol.83, No.8, Februari 2011, 112-126.
12
kasus pada Mahasiswa Universitas al-Washliyah, Medan) yang dilakukan
oleh Yuli Mutiah Rambe dan Syaad Afifuddin pada tahun 2012 di
Sumatera Utara,72 respon Muslim Penang terhadap restauran yang telah
mendapatkan sertifikasi halal yang dilakukan oleh Jamal Abdul Nassir
Shaari dan Muhammad Khalique pada tahun 2013 di Universitas Islam
Internasional Malaysia.73
Penelitian selanjutnya adalah, tingkat efektifitas kinerja badan
jaminan produk halal dalam memproses pengeluaran sertifikasi halal yang
dilakukan oleh Mohd Rizal Razalli dan Suzzaini Abdullah pada tahun 2012
di Universitas Teknologi Mara Selangor Malaysia,74 persepsi Muslim dan
Nonmuslim Malaysia terhadap produk-produk halal yang dilakukan oleh
Maisarah Ahmad dan Suhaila Abdul Kadir pada tahun 2013 di Universitas
Nasional Malaysia75 dan penelitian tentang hal-hal yang mempengaruhi
konsumen untuk memilih dan membeli produk halal yang dilakukan oleh
Arshia Mukhtar dan Mohsin Muhammad Butt pada tahun 2012 di Intitut
Teknologi Malaysia.76
b. Penelitian terkait produsen produk halal yaitu, konsep menejemen industri
pangan halal di Malaysia yang dilakukan oleh Amanda S. A pada tahun
2012 di Universitas Teknologi Mara Selangor Malaysia,77 perkembangan
kosmetik halal di Malaysia yang dilakukan oleh Rosita Husain dan Ishak
pada tahun 2012 di laboratorium Halal JAKIM (Jabatan Kemajuan Islam
Malaysia) Bandar Enstek Malaysia.78

72
Yuli Mutiah Rambe dan Syaad Afifuddin, "Pengaruh Pencantuman
Label Halal Pada Kemasan Mie Instan Terhadap Minat Pembelian
Masyarakat Muslim (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas al-Washliyah,
Medan)", Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.1, No.1, Desember 2012, 8-27.
73
Jamal Abdul Nassir Shaari dan Muhammad Khalique, "Halal
Restaurant : Lifestyle of Muslims in Penang", International Journal of Global
Business, Vol.6, No.2, Desember 2013, 9-32.
74
Mohd Rizal Razalli dan Suzzaini Abdullah, "is Halal Certification
Process “Green”?", the Asian Journal of Technology Management, Vol.5
No.1, Oktober 2012, 3-21.
75
Maisarah Ahmad dan Suhaila Abdul Kadir, "Perceptions and
Behavior’s of Muslims and Nonmuslims Towards Halal Products", Journal of
Social and Development Sciences, Vol.4, No.6, Juni 2013, 249-257.
76
Arshia Mukhtar dan Mohsin Muhammad Butt, "Intention to Choose
Halal Products : The Role of Religiosity", Journal of Islamic Marketing,
Vol.3, No.2, Maret 2012, 18-34.
77
Amanda S. A, "About The Malaysian Halal Food Industry", Halal
Journal, Vol.6, No.2, November 2012, 25-42.
78
Rosita Husain dan Ishak, "Current Practices Among Halal Cosmetics
Manufacturers in Malaysia", Journal of Statistical Modeling and Analytic,
Vol.3 No.1, Januari 2012, 46-51.
13
Penelitian selanjutnya adalah, pemahaman produsen makanan
tentang sertifikasi halal (studi kasus di Surakarta) yang dilakukan oleh
Nurul Huda pada tahun 2012 di Universitas Sebelas Maret Jawa Tengah,79
perkembangan produsen dan ekspor produk halal di Canada yang
dilakukan oleh Sharifah Mariam Alhabshi pada tahun 2013 di lembaga
Halal Monitoring Authority Kanada,80 perkembangan restauran halal di
New Zealand yang dilakukan oleh Wan Melissa Wan dan Hassana pada
tahun 2009 di Universitas Putra Malaysia.81
Penelitian selanjutnya adalah, strategi pemasaran produk halal yang
dilakukan oleh Nik Maheran dan Filzah pada tahun 2009 di Universitas
Malaysia Kelantan,82 daya saing industri pangan halal di Malaysia yang
dilakukan oleh Abdul Manaf Bohari dan Cheng Wei Hin pada tahun 2013
di Universitas Kebangsaan Malaysia,83 perkembangan produk halal di
Malaysia yang dilakukan oleh Jonathan A. J. Wilson dan Jonathan Liu
pada tahun 2010 di Universitas Oxford Inggris,84 peluang Malaysia sebagai
pusat industri dan pasar halal dunia yang dilakukan oleh Pazim Othman
dan Irfan Sungkar pada tahun 2009 di Universitas Johns Hopkins Amerika
Serikat.85
Penelitian selanjutnya adalah, perkembangan produk halal di
California yang dilakukan oleh H. E. Chehabi pada tahun 2007 di
Universitas California,86 pengaduan terhadap lembaga sertifikasi halal di

79
Nurul Huda, "Pemahaman Produsen Makanan Tentang Sertifikasi
Halal, Studi Kasus di Surakarta", Jurnal Ishraqi, Vol.10, No.1, Juni 2012, 07-
29.
80
Sharifah Mariam Alhabshi, "Halal Food Dilemmas: Case of Muslims
in British Columbia, Kanada", International Journal of Asian Social Science,
Vol.03, No.04, Februari 2013, 97-117.
81
Wan Melissa Wan dan Hassana, "Halal Food in New Zealand
Restaurants: an Exploratory Study", Journal of Economics and Management,
Vol.3, No.2, April, 2009, 385–402.
82
Nik Maheran dan Filzah, "Positioning Malaysia as Halal-Hub:
Integration Role of Supply Chain Strategy and Halal Assurance System",
Journal Asian Social Science, Vol.5, No.7, Juli 2009, 104-127.
83
Abdul Manaf Bohari dan Cheng Wei Hin, "The Competitiveness of
Halal Food Industry in Malaysia : a SWOT-ICT Analysis", Journal of Society
and Space, Vol.9, No.1, Agustus 2013, 8-21.
84
Jonathan A. J. Wilson dan Jonathan Liu, "Shaping the Halal into a
Brand?", Journal of Islamic Marketing, Vol.1, No.2, September 2010, 17–33.
85
Pazim Othman dan Irfan Sungkar, "Malaysia as an International
Halal Food Hub : Competitiveness and Potential of Meat-Based Industries,
ASEAN Economic Journal, Vol.26, No.3, Desember 2009, 306-320.
86
H. E. Chehabi, "How Caviar Turned out to be Halal", The Journal of
Food and Culture, Vol.7, No.2, Mei 2007, 17-23.
14
Malaysia yang dilakukan oleh Zainal Abidin Mohamed dan Baizuri
Badruldin pada tahun 2012 di Universitas Putra Malaysia,87 tingkat
keberhasilan produsen produk halal yang dilakukan oleh Marco Tieman
pada tahun 2011 di Universitas Melbourne Australia,88 dan penelitian
perspektif produk halal menurut pengusaha pangan yang dilakukan oleh
Mohamed Syazwan Talib dan Abu Bakar Abdul Hamid pada tahun 2014
di Universitas Teknologi Johor Baru Malaysia.89
c. Penelitian terkait konsep dan kriteria produk halal yaitu, kereteria produk
yang dinyatakan halal di Prancis yang dilakukan oleh Bergeaud Blackler.
F pada tahun 2005 di Universitas De Poitiers Prancis,90 konsep Ḥalālan
Ṭayyibā dan penerapannya dalam produk berlabel halal yang dilakukan
oleh Anas. M.Y dan Wan Mohd Yusof. W.C pada tahun 2011 di
Universitas Kuala Terengganu Malaysia,91 penelitian penilaian,
pengetahuan, sikap dan persepsi apoteker mengenai obat-obatan halal
yang dilakukan oleh Saleha Sadeeqa dan Azmi Sarriff pada tahun 2014 di
Universitas Sains Penang Malaysia.92
Penelitian selanjutnya adalah, pengembangan standar cara
pembuatan makanan yang halal yang dilakukan oleh Zakiah Samori dan
Amal Hayati Ishak pada tahun 2014 di Universitas Teknologi Mara
Malaysia,93 tingkat penerapan cara pembuatan produk halal di industri

87
Zainal Abidin Mohamed dan Baizuri Badruldin, "Clients' Perception
Towards JAKIM Service Quality in Halal Certification", Journal of Islamic
Marketing, Vol.3, No.1, April 2012, 59–71.
88
Marco Tieman, "The Application of Halal in Supply Chain
Management : in-Depth Interviews", Journal of Islamic Marketing, Vol.2,
No.2, Mei 2011, 186–195.
89
Mohamed Syazwan Talib dan Abu Bakar Abdul Hamid, "Halal
Logistics PEST Analysis : The Malaysia Perspectives", Journal Asian Social
Science,Vol.10, No.14, Agustus 2014, 115-127.
90
Bergeaud Blackler. F, "De Viande Halal a Halal Food : Comment le
Halal S.Est Développé en France", Journal Revu Europé-enne de Migrations
Internationales, Vo.21, No.3, September 2005, 25-47.
91
Anas. M.Y dan Wan Mohd Yusof. W.C, "The Concept of Halalan
Tayyiba and it's Application in Products Marketing : a Case Study at Sabasan
Hyper Runcit Kuala Terengganu", International Journal of Business and
Social Science, Vol.1, No.3, April 2011, 39-48.
92
Saleha Sadeeqa dan Azmi Sarriff, "Assessment of Knowledge,
Attitude and Perception Among Hospital Pharmacists Regarding Halal
Pharmaceuticals", Journal of Applied Pharmaceutical Science,Vol.4, No.5,
Mei 2014, 74-95.
93
Zakiah Samori dan Amal Hayati Ishak, "Understanding the
Development of Halal Food Standard : Suggestion for Future Research",
15
makanan, minuman, kosmetika dan obat-obatan yang dilakukan oleh Tetty
Havinga pada tahun 2010 di Universitas Nijmegen Belanda,94 kriteria
produk-produk yang berhak mendapatkan sertifikasi dan label halal yang
dilakukan oleh Marco Tieman dan Arshad Ayub pada tahun 2013 di
Universitas Melbourne Australia,95 serta penelitian standar produk halal di
dunia yang dilakukan oleh Zalina Zakaria pada tahun 2008 di Universitas
Malaysia.96
Berdasarkan penelitian empiris yang telah dilakukan, penulis belum
mendapatkan adanya penelitian terkait analisis kadar alkohol dalam obat,
terutama obat berlabel halal, sedangkan penelitian normatif yang belum
pernah dilakukan adalah analisis hukum Islam terhadap obat, jadi celah dari
penelitian ini adalah, adanya kalaborasi anatara analisis eksperimental dan
analisis hukum (halal dan haram) pada obat.
E. Metodologi Penelitian
1. Disain Penelitian
Penelitian ini bersifat kalaborasi analisis empiris dan normatif.
Penelitian empiris dilakukan dengan menghitung persen kadar alkohol dalam
obat liquid herbal y dan non herbal x. Penelitian normatif dilakukan melalui
kajian pendekatan prespektif ulama terkait hukum (halal dan haram) obat
liquid herbal y dan non herbal x serta prespektif farmasis terkait manfaat dan
bahayanya.
2. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah obat liquid berlabel halal. Terdapat dua
merek obat liquid berlabel halal yang telah mendapatkan sertifikasi halal dari
MUI dan labelisasi halal dari BPOM yaitu, obat liquid herbal y dan non herbal
x. Wilayah pengambilan sampel adalah kabupaten Tangerang Selatan, karena
peneliti dan universitas terletak di wilayah tersebut. Sampel diambil dari
rumah sakit, karena penyimpanan obat di rumah sakit lebih baik (dalam

International Journal of Social Science and Humanity, Vol.4, No.6, November


2014, 81-96.
94
Tetty Havinga, "Regulating Halal and Kosher Foods : Different
Arrangements Between State, Industry and Religious Actors", Journal
Erasmus, Vol.3, No.4, September 2010, 81-104.
95
Marco Tieman dan Arshad Ayub, "Establishing the Principles in
Halal Logistics", Journal of Emerging Economies and Islamic Research, Vol.1
No.1, Juli 2013, 2-18.
96
Zalina Zakaria, "Tapping in to the World Halal Market : Some
Discussions on Malaysian Laws and Standards", Jurnal Syariah, Vo.16, No.4,
Mei 2008, 603-616.
16
menjalankan standar oprasional) daripada di apotik97, terlebih lagi stabilitas
alkohol dalam obat dipengaruhi oleh penyimpanannya.98 Keterbatasan dalam
penelitian ini adalah, sampel uji tidak diambil dari apotik.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka sampel uji diambil dari tempat
yang lebih baik, agar hasil yang didapatkan sesuai. Terdapat 17 rumah sakit
yang berada di kabupaten Tangerang Selatan.99 Semua rumah sakit tersebut
menjual obat liquid herbal y dan non herbal x, dengan demikian, jumlah
populasi keseluruhannya adalah 17 obat. Besaran sampel yang akan diuji
dalam penelitian ini diambil melalui metode sample acak (Probability
Sampling) dengan menggunakan rumus slovin, adapun tingkat kesalahannya
adalah 5% (0,05). Rumusnya adalah sebagai berikut :
N
n =
(1 + N × 0.052 )

Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Prersentase (%), toleransi ketidaktelitian karena kesalahan dalam
pengambilan sampel.100
Berdasarkan rumus solvin tersebut, maka jumlah sampel yang akan
diambil dan digunakan dalam penelitian ini adalah :
n = 17
(1 + 17 × 0.052 )
= 17
(1 + 17 × 0,0025)
= 17
1.042
= 16
Hasil dari perhitungan menggunakan rumus di atas menunjukan bahwa,
jumlah sampel yang diidentifikasi kadar alkoholnya sebanyak 1 obat liquid

97
Max Joseph Herman, Rini Sasanti Handayani dan Selma Arsit
Siahaan, "Analysis of Pharmacy Practice by Pharmacist in Hospital Setting",
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 7, No. 8, Maret 2013, 365-372.
98
Kurniawan Marta, Penentuan Kadar Etanol Serta Pendeteksian
Senyawa Dalam Bir Akibat Waktu dan Suhu Penyimpanan (Surabaya : Tesis
Institut Teknologi Surabaya, 31 Oktober 2012), 01.
http://digilib.its.ac.id/penentuan-kadar-etanol-serta-pendeteksian-senyawa-
dalam-bir-akibat-waktu-dan-suhu-penyimpanan-21854.html, Accessed 16
Maret 2015.
99
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Selatan, Daftar Rumah Sakit
di Tangerang Selatan (Tangerang Selatan : Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan, 12 Januari 2015), 01. Dinkes-Tangsel.com, Accessed 15 Maret 2015.
100
Evilla, Consuelo G, Research Methods (Manila : Rex Printing
CompaKny, 2007), cet.VII, 37.
17
herbal y (n=16) dan 1 obat liquid non herbal x (n=16) yang terdapat dari
berbagai rumah sakit dengan identitas sebagai berikut :
A = RS. Sari Asih di Jl. Otista No.03 Ciputat
B = RS. Ibu dan Anak Ichsan Medical Center Ciputat
C = RS. Citra Baersalin Ananda Ciputat
D = RS. Syahid Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Ciputat
E = RS. Bersalin Prima Medika Ciputat
F = RS. Ibu dan Anak Cinta Kasih Ciputat
G = RS. Ibu dan Anak Hermina Ciputat Timur
H = RSUD Kota Tangerang Selatan Jl. Raya Pajajaran, Pamulang
I = Eka Hospital Central Business District Lot IX BSD City Serpong
J = RS. Omni Internasional Jl. Alam Sutera Boulevard Pondok Jagung
K = RS. Internasional Bintaro Jl. MH. Thamrin Blok B3 No.1 Sektor 7
L = RS. Medika, Bumi Serpong Damai City
M = RS. Islam Asshobirin, Jl. Raya Serpong KM.11 Pondok Jagung
N = RS. Bhineka Bakti Husada, Pamulang
O = RS. Ibu dan Anak Buah Hati - Jl. Aria Putra Ciputat
P = RS. Ibu dan Anak Buah Hati - Jl. Siliwangi Pamulang

3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah, dua obat liqid berlabel halal
yaitu, obat liquid herbal y yang menggunakan pelarut organik pada proses
ekstraksinya dan obat non herbal x yang mengandung paracetamol dan
menggunakan pelarut organik pada proses pelarutannya.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah, obat liquid herbal dan non
herbal tanpa label halal serta obat batuk liquid herbal y dan non herbal x yang
tidak diedarkan di pasaran dan juga kadaluwarsa.
4. Sumber Data
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah 1 obat liquid herbal y
(n=16) dan 1 obat liquid non herbal x (n=16). Sedangkan sumber data skunder
adalah beberapa ayat Al-Qur֙ ān, Ahādīth al-Nabawīyat, peraturan BPOM
seperti Nomor HK.00.05.1.23.3516 tahun 2009 tentang izin edar obat yang
mengandung alkohol, peraturan-peraturan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia seperti farmakope indonesia dan farmakope herbal serta fatwa MUI
seperti Nomor 11 Tahun 2009 tentang hukum alkohol.
Sumber data tersier adalah, kitab tafsir seperti tafsīr Al-Qur֙ ān al-Aẓīm
karya Ibn Katsīr, kitab usul fiqih seperti al-Fawāid al-Janīyat Sharḥ al-Farāid
al-Bahīyat karya al-Fadānī, kitab Fiqih seperti Bidāyat al-Mujtahid wa-
Nihāyat al-Muqtaṣid karya Ibn Rushd, buku farmasi seperti pharmaceutical
analysis karya Watson dan dokumen WHO seperti global information system
on alcohol and health.

18
5. Tempat Penelitian
Penelitian bertempat di laboratorium Analisis Produk Halal Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Cara Kerja
a. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, GC–MS (Gas
Chromatography-Mass Spectroscopy) model Shimadzu Kyoto Japan, injektor
Aristospan®-20, detektor Kenalog®-40, silica capillary column, 30 m×0.25
mm, 0.25 μm film Thickness (Superchrom, Milan, Italia), UV-1800
UV/Visible Scanning Spectrophotometer 115 VAC model Shimadzu, alat-
alat gelas Pyrex, botol aquadest, pipet volumetrik Pyrex, bola karet,
termometer Fisher, neraca analytic Chyo, labu alas bulat Pyrex, labu takar
Pyrex, map pipet Fisher, ultrasonic batch (Bronson 1510), pompa vakum,
vakum filter 0,45 μm, mikropipet beserta tip mikropipet eppendrof 100-1000
dan 20- 200 μL, Allpure syringe filter 0,45 μm dan microsiringe 100 μL
Nipro. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, etanol p.a
Merck sebagai standar dan aquadest Biopure sebagai pelarut.
b. Kondisi Analisis
Suhu injektor 250 oC, suhu detektor 250 oC, suhu kolom 150-250 oC
dengan kenaikan suhu bertahap (tiap 1 menit di naikkan 5 oC), fase diam
adalah MS (Molecular Sieve) 5A, detektor pembawa (gas He) dengan
kecepatan alir 21 mL/menit dan volume injeksi 20 uL.101
c. Preparasi sampel
Etanol grade dengan konsentrasi 96% dipipet sebanyak 1 mL dan di
add kan dengan aquadest sampai tanda batas 100 mL, sehingga didapatkan
konsentrasinya adalah 10.000 ppm, perhitunganya menggunakan rumus
berikut :
V1.N1 = V2.N2
Selanjutnya pembuatan larutan induk etanol dengan konsentrasi 100
ppm dengan perhitungan sebagai berikut :
V1.N1 = V2.N2
100 ppm x 100 mL = x.10.000 ppm
x = 10.000 : 10.000 = 1 mL

101
Shimadzu, Analysis of Blood Alcohol by Headspace with
Simultaneous GC-FID and MS Detection (Bogotá : Shimadzu Scientific
Instruments, Januari 2014), cet.I, 1-5.
19
Keterangan :
V1 = Konsentrasi larutan yang akan dibuat
V2 = Banyaknya larutan yang akan dibuat dengan pengenceran
N1 = Banyaknya larutan murni yang diambil
N2 = Konsentrasi larutan yang akan diencerkan

Hasil dari larutan 1 mL yang diperoleh selanjutnya di add dengan


aquadest hingga tanda batas 100 mL, sehingga konsentrasi yang didapatkan
adalah 100 ppm dalam 100 mL (v/v) yang digunakan sebagai larutan induk.102
Tahap kedua adalah, penentuan panjang gelombang maksimum etanol.
Penentuan dilakukan dengan cara membuat spektrum serapan ultraviolet
larutan etanol dengan konsentrasi 100 ppm.103 λ maks literatur adalah 220 nm
menggunakan spectrofotometer UV-Visible.104 Tahap ketiga adalah,
penetapan pelarut. Pelarut yang dipilih adalah aquadest 100%. Karena dapat
melarutkan dengan cepat, yaitu kurang dari 1 menit.105 Tahap keempat
adalah, preparasi sampel. Larutan obat liquid herbal y dan non herbal x A
sampai P dipipet sebanyak 1 mL dan dilarutkan dalam 10 mL aquadest 100%,
kemudian diaduk. Larutan yang telah homogen untuk selanjutnya diambil
menggunakan sheringe 5 cc dan dimasukan kedalam vial melalui filter 0,45
μm, setelah itu diinjeksikan dengan kondisi analisis yang telah disesuaikan.106
d. Uji Kesesuaian Sistem
Uji ini dimaksudkan untuk memastikan sistem yang akan digunakan
dapat berjalan dengan baik dan benar. Caranya dengan menginjeksikan

102
Luchai Butkhup, Montri Jeenphakdee, "HS-SPME-GC-MS Analysis
of Volatile Aromatic Compounds in Alcohol Related Beverages Made with
Mulberry Fruits", Food SCI. Biotechnol, Vol.20, No.4, Mei 2011, 1021-1032,
http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10068-011-0140-4, Accessed
11 April 2014.
103
C. Harman, I. Allan, K.V. Thomas, "Comprehensive Sampling and
Sample Preparation", Analytical Techniques for Scientists, Vo.I, No.14, 23
April 2014, 265–280,
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780123813732000144,
Accessed 11 April 2014.
104
Jesica Wesland, Craig Marfin, Quantitation and Confirmation of
Blood Ethanol Content Using a New GC/FID/MS Blood Alcohol Analyzer
(New York : Agilens Tecnologies, Mei 2014), cet.I, 1-5.
105
Shimadzu, Analysis of Blood Alcohol by Headspace with
Simultaneous GC-FID and MS Detection (Bogotá : Shimadzu Scientific
Instruments, Januari 2014), cet.I, 1-5.
106
Indrajit Sen, Ajay Shandil, "Shrivastava, Gas Chromatography-
Mass Spectrometric Determination of Benzyl Alcohol in Injectable
Suspensions", Scholars Research Library Der Pharmacia Lettre, Vol.3, No.2,
(2011), 218-225, www.scholarsresearchlibrary.com, Accessed 19 Mei 2014.
20
larutan etanol dengan konsentrasi 100 ppm sebanyak 20 uL dan di ulang 6
kali, kemudian dilihat parameternya yaitu, plat teoritis (N), Height
Equivalent of Theoretical Plate (HETP), faktor kapasitas dan asimetris.
Parameter tersebut harus memenuhi syarat yang ditentukan.107
e. Kurva Kalibrasi dan Uji Linieritas
Kalibrasi dan uji linieritas dimaksudkan untuk mendapatkan nilai a, b
dan r yang kemudian dimasukan ke dalam rumus regresi liner untuk
menghitung kadar etanol. Larutan standar etanol dibuat dengan konsentrasi
0, 20, 40, 60, 80 dan 100 ppm menggunakan rumus : V1.N1 = V2.N2, dari hasil
uji tersebut didapatkan persamaan garis y=a+bx dan koefesien kolerasi (r).108
f. Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah terkecil dari suatu analit
yang masih dapat terdeteksi, sedangkan batas kuantitasi untuk melihat
jumlah terkecil dari suatu analit yang masih dapat terkuantifikasi secara
akurasi dan presisi yang baik. Parameternya adalah nilai S (y/x), LOD (Limit
of Detection) dan LOQ (Limit of Quantification).109
g. Uji Selektifitas
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui spesifitas metode analisis yang
digunakan. Sebanyak 20 uL larutan standar etanol dengan konsentrasi 10 ppm
diinjeksikan dan diulang sebanyak 6 kali. Parameternya adalah nilai RSD
(Relative Standar Devisiason) dengan nilai ≤15%.110
h. Uji Akurasi
Uji ini dimaksudkan untuk melihat kecermatan dan kedekatan dari
hasil uji yang diperoleh dengan kadar analit yang sebenarnya, dengan cara
menginjeksikan tiga sampel dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 5, 10 dan
15 ppm. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan (triplo) untuk

107
Indrajit Sen, Ajay Shandil, "Shrivastava, Gas Chromatography-
Mass Spectrometric Determination of Benzyl Alcohol in Injectable
Suspensions", Scholars Research Library Der Pharmacia Lettre, Vol.3, No.2,
2011, 218-225, www.scholarsresearchlibrary.com, Accessed 21 April 2014.
108
Timothy D. Ruppel, Blood Alcohol Analysis Utilizing Headspace
Autosampling and Dual-column GC Confirmation (New York : Perkin Elmer
Ink, 2013), cet.I, 03.
109
Indrajit Sen, Ajay Shandil, "Shrivastava, Gas Chromatography-
Mass Spectrometric Determination of Benzyl Alcohol in Injectable
Suspensions", Scholars Research Library Der Pharmacia Lettre, Vol.3, No.2,
2011, 218-225, www.scholarsresearchlibrary.com, Accessed 29 April 2014.
110
World Health Organization, "Validation of Analytical Procedures
Used in the Examination of Pharmaceutical Materials", Journal WHO
Technical Report Series, Vol. 5, No.823, 1992, 117.
21
masing-masing konsentrasi. Parameternya adalah % diff = ≤15% dan %
recovery (perolehan kembali) yang harus mendekati 100%.111
i. Uji Presisi
Uji ini di maksudkan untuk melihat kedekatan dari hasil uji yang
diperoleh dari hasil uji rata-rata selama dua hari yang dimaksudkan untuk
melihat kehomogenitasan dalam pengambilan sampel uji. Uji ini dilakukan
dengan tiga konsentrasi yang berbeda yaitu 5, 10 dan 15 ppm dan diulang
sebanyak tiga kali untuk masing-masing konsentrasi. Parameternya adalah %
RSD masing-masing konsentrasi ≤15%.112
j. Penetapan Kadar Etanol
Larutan obat Liquid herbal y dan nom herbal x masing-masing dipipet
sebanyak 0,5 mL dan dilarutkan dalam 10 mL aquadest 100%, kemudian
diaduk. Larutan yang telah homogen untuk kemudian diambil menggunakan
sheringe 5 cc dan dimasukan kedalam vial melalui filter 0,45 μm, setelah itu
diinjeksikan dengan kondisi analisis yang telah disesuaikan. Pada
kromatogram hasil uji didapatkan nilai AUC (Area Under Curve) sebagai nilai
y pada persamaan y=a+bx, setelah itu perhitungan kadarnya menggunakan
rumus x=y-a/b.113
7. Analisis Data
Data-data dalam penelitian ini dianalisis melalui pendekatan :
a. Analisis eksperimental, rumus yang digunakan adalah persamaan regresi
linier (y=a+bx). Rumus tersebut disingkronkan dengan data hasil kurva
kalibrasi dan kromatogram, sehingga diperoleh persen kadar alkoholnya.
b. Analisis keamanan obat batuk liquid herbal x dan non herbal y menurut
perspektif farmasis dan analisis hukumnya menurut prespektif ulama.
c. Teknik penulisan berpedoman pada buku “Penyusunan Proposal Tesis atau
Disertasi” yang disusun oleh Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

111
Indrajit Sen, Ajay Shandil, "Shrivastava, Gas Chromatography-
Mass Spectrometric Determination of Benzyl Alcohol in Injectable
Suspensions", Scholars Research Library Der Pharmacia Lettre, Vol.3, No.2,
2011, 218-225, www.scholarsresearchlibrary.com, Accessed 03 Mei 2014.
112
World Health Organization, "Validation of Analytical Procedures
Used in the Examination of Pharmaceutical Materials", Journal WHO
Technical Report Series, Vol. 5, No.823, 1992, 117.
113
Indrajit Sen, Ajay Shandil, "Shrivastava, Gas Chromatography-
Mass Spectrometric Determination of Benzyl Alcohol in Injectable
Suspensions", Scholars Research Library Der Pharmacia Lettre, Vol.3, No.2,
2011, 218-225, www.scholarsresearchlibrary.com, Accessed 05 Mei 2014.
22
F. Sistematika Penulisan
Uraian dalam tesis ini dibagi ke dalam lima bab, tiap-tiap bab dibagi
lagi ke dalam beberapa sub bab pokok bahasan, bab pertama membahas latar
belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, penelitian terdahulu yang
relevan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua membahas hukum obat beralkohol, dimulai dengan
perspektif ulama terkait kehalalan dan keharaman obat beralkohol dan
dilanjutkan dengan perspektif farmasis terkait manfaat dan bahaya obat
beralkohol, sehingga terbentuklah kerangka teori hukum obat beralkohol.
Bab ketiga analisis laboratorium obat liquid herbal y dan non herbal x.
Pertama-tama terlebih dahulu menjabarkan cara kerja alat GC (kromatografi
gas) dan MS (spektrofotometri massa) beserta alasan memilih alat tersebut,
kemudian dilanjutkan dengan melakukan serangkaian proses validasi yang
dimulai dengan preparasi sampel, uji kesesuaian sistem, membuat kurva
kalibrasi dan uji linieritas, uji batas deteksi dan batas kuantitasi, uji
selektifitas, uji akurasi dan uji presisi. Validasi ini dimaksudkan untuk
memperoleh data yang akurat. Setelah itu mengidentifikasi alkohol dalam
obat sampel, setelah diketahui adanya alkohol atau tidak, maka dilanjutkan
dengan menghitung kadar alkohol dalam bentuk persen.
Bab keempat analisis hukum obat liquid herbal y dan non herbal x yang
sudah diketahui teridentifikasi alkohol atau tidak. Pertama melakukan
pendekatan prespektif ulama terkait hukum (halal atau haram) dan dengan
pendekatan prespektif farmasis terkait manfaat dan bahaya alkohol dalam
obat tersebut, kemudian Bab kelima adalah penutup yang berisikan
kesimpulan dan saran.

23
24
BAB II
OBAT BERALKOHOL

Produk farmasi terutama obat sering diidentik dengan unsur alkohol. Obat
dengan sediaan liquid yang paling populer mengandung alkohol adalah obat
batuk, kadarnya bervariasi antara 0,02-10%. Bab ini mengulas keamanan obat
beralkohol menurut perspektif farmasis dan hukumnya menurut perspektif
ulama
A. Obat Beralkohol Perspektif Farmasis
Robert Boyle (w.1691 M) melalui karyanya The Sceptical Chymist
menjelaskan sifat materi alkohol dan perubahan-perubahannya, kemudian
disusul dengan Antoine Laurent Lavoisier (w.1794 M) dalam karyanya Traite
Elementaire de Chimie yang menemukan unsur-unsur alkohol, setelah itu
Saussure (w.1808 M) berhasil menentukan rumus kimia etanol. Henry Hennel
(w.1826 M) mendifinisikan alkohol sebagai senyawa organik apa pun yang
memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon dan terikat pada
atom hidrogen atau atom karbon lain.1
Tiga puluh dua tahun setelahnya, ilmuan Couper (w.1858 M)
mempublikasikan rumus kimia etanol, kemudian Dmitri Mendeleyev (w.1869
M) menciptakan tabel periodik unsur kimia yang menjadikan babak baru kimia
modern,2 selang 3 tahun kemudian, John John A. Monick (w.1972 M)
mempunyai pendapat yang sama dengan al-Malibary yang menyatakan bahwa,
kata alkohol berasal dari bahasa Arab “Alghol”, maksudnya sesuatu yang
memabukkan atau merusak akal di mana oleh ahli kimia Arab dahulunya disebut
dengan istilah “kuḥl”.3
WHO sebagai organisasi dunia yang mewadahi kesehatan menyatakan
alkohol sebagai zat psikoatif yang bersifat adiktif. Zat psikoatif adalah golongan
zat yang bekerja secara selektif pada otak, sehingga menimbulkan perubahan
perilaku, emosi, kognitif, persepsi dan kesadaran, sedangkan adiksi atau adiktif
adalah suatu keadaan ketergantungan, di mana seseorang yang menggunakan
alkohol mempunyai rentang respon yang tidak stabil.4 Terkait dengan alkohol,
Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa, minuman keras merupakan semua

1
Gotham, a Cultural History of Alcohol (New York : Penguin Grup,
2008), cet.II, 29-30.
2
Gotham, a Cultural History of Alcohol (New York : Penguin Grup,
2008), cet.II, 31-32.
3
John John A. Monick, Alkohol : Their Chemistry, Properties and
Manufacture (New York : Reinhold Book Corporation, 1968), cet.I, 08.
4
World Health Organitation, Alcohol (New York : WHO, 21 Maret 2007,
01. http://www.who.int/substance_abuse/facts/alcohol/en/, Accessed 15 Juni
2014.

52
jenis minuman beralkohol.5 Masalah ini dijelaskan lebih lanjut oleh Badan POM
yang menyatakan alkohol adalah etanol dengan rumus kimia C2H5OH.6 Obat
diibaratkan sebagai pisau bermata dua, di suatu sisi dimanfaatkan sebagai
pengobatan, namun di sisi lain jika tidak tepat pemberianya memberikan efek
yang merugikan. WHO menyatakan obat sebagai zat yang mempengaruhi fisik
atau psikis.7
Masalah ini dirincikan lebih lanjut oleh Kementerian Kesehatan yang
mendifinisikan obat sebagai sediaan dengan perpaduan tambahan lain yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.8
Obat dengan sediaan liquid lebih dispesifikan sebagai sediaan yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut,9 di mana pembuatanya
dengan melarutkan satu jenis obat atau lebih menggunakan pelarut yang sesuai
dan dimaksudkan untuk penggunaan pada organ tubuh.10 Pada pemakaian oral,
obat harus mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, dengan atau
tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air. Obat
sediaan eliksir mengandung 90% pelarut etanol, dengan satu jenis zat aktif atau
lebih dan dengan atau tanpa zat tambahan yang digunakan untuk pengobatan.11
Badan POM mendifinisikan obat sebagai produk biologi yang
mengandung zat aktif dan bahan tambahan, termasuk narkotika, psikotropika,

5
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Menteri
Kesehatan Tentang Minuman Keras (Jakarta : Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.86/Menkes/Per/IV/1997), 09.
6
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tentang Izin
Edar Produk Obat, Obat Tradisional, Kosmetik, Suplemen Makanan dan
Makanan yang Bersumber, Mengandung, dari Bahan Tertentu dan atau
Mengandung Alkohol, 03. (Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.00.05.1.23.3516, 2009).
7
World Health Organization, Drug Information, 21 Maret 2007, 02.
http://hinfo.humaninfo.ro/gsdl/whdruginfo/, Accessed 30 April 2014.
8
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Kebijakan Obat Nasional
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Jakarta : Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, No.949, 2000), 14.
9
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia IV
(Jakarta : Kemenkes, 1995), cet.IV, 350.
10
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Formularium Nasional
(Jakarta : Kemenkes, 1978), cet.III, 322.
11
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia IV
(Jakarta : Kemenkes, 1995), cet.IV, 11-15.

52
kontrasepsi dan alat kesehatan yang mengandung obat.12 Sediaan cair dipisahkan
menjadi dua, yaitu sediaan tanpa alkohol yang kadar alkoholnya 0% dan sediaan
beralkohol yang konsentrasinya bervariasi, sehingga obat yang telah disetujui
untuk mencantumkan label halal adalah obat yang bebas alkohol dan telah
mendapatkan sertifikasi halal dari MUI.13
Pendapat lain muncul dari seorang pakar kimia modern Katzung,14 obat
diibaratkan suatu substansi di mana efek kimianya memberikan perubahan
fungsi biologik,15sedangkan Ansel16 lebih spesifik memporsikan obat sebagai zat
yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit, untuk penegakan diagnosis,
mengobati dan mencegah penyakit yang ada pada manusia atau hewan,17
sedangkan eliksir dimaksudkan untuk pemberian oral dan mengandung flavoring
agent dan pewarna dengan tujuan agar obat lebih menarik dan enak,
ditambahkan juga stabilisator untuk menjaga stabilitas fisika dan kimia zat aktif
dan bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan jasad renik, diformulasikan
dan dikemas dengan baik, di mana pasien dapat langsung mengkonsumsinya
dengan dosis lazim sehingga terapi tercapai.18
Menurut al-Kitab, Tuhan menasehati untuk menghindar dalam
menggunakan alkohol, hal ini terlihat dalam (Imamat 10:9; Bilangan 6:3;
Ulangan 14:26; 29:6; Hakim-Hakim 13:4,7,14; 1 Samuel 1:15; Amsal
20:1;31:4,6; Yesaya 5:11,22; 24:9; 28:7; 29:9; 56:12; Mikha 2:11; Lukas 1:15),

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Implementasi


12

NSW Tahap 5 Program 100 Hari Pemerintahan Kabinet Reformasi (Jakarta :


Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2013), cet.I, 11.
13
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Surat
Keputusan Kepala Badan POM Republik Indonesia Tentang Katagori Pangan
(Jakarta : Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor : HK.00.05.52.4040. 254.2011), 05.
14
Bertram G. Katzung, Beliau merupakan Ketua Departemen
Farmakologi dan Eksperimental Therapeutics di California.
15
Bertram G. Katzung, Basic and Clinical Pharmacology (California : Mc
Graw-Hill, 2010), cet.XII, 15.
16
Howard C. Ansel. Ketua Dewan American Association of Colleges of
Pharmacy, Konsultan Food and Drug Administration, Ketua Komite Pendidikan
Kesehatan University of Georgia dan Educator Obat Departemen Pendidikan
Negara, buku-bukunya banyak digunakan oleh dosen dan diterbitkan dalam
bahasa Cina, Jepang, Arab, Portugis, Mesir dan Indonesia.
17
Howard C. Ansel, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery
Systems (Atlanta : Wolters Kluwer, 2011), cet.IV, 12.
18
Howard C. Ansel, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery
Systems (Atlanta : Wolters Kluwer, 2011), cet.IV, 318-319.
52
namun demikian, Tuhan juga tidak melarang hambanya dari minum bir, anggur
atau produk lainnya yang beralkohol.19
Penelitian yang dilakukan D. Eastern Kang (2013) membuktikan bahwa,
alkohol dianggap suci menurut pandangan kaum wanita di Amerika. Sampel
penelitian ini sebanyak 100 wanita Korea beragama Kristen yang tinggal di
Amerika dan 100 wanita Amerika beragama Kristen yang tinggal di Amerika.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, dari 200 sampel yang diteliti
mengungkapkan pemahaman mereka mengenai kesucian alkohol, sehingga
produk beralkohol sudah menjadi kebutuhan mereka, penelitian ini membalikan
fakta bahwa wanita Korea beragama Kristen yang selama ini dipandang taat
dalam beragama dan melarang umatnya untuk mengkonsumsi alkohol justru
lebih tinggi dalam mengkonsusmsinya dibandingkan dengan wanita Amerika
yang secara umum dipahami rendah tingkat ketaatanya pada agama.20
Michael A Sayette (2012) dalam penelitiannya memperlihatkan manfaat
alkohol terhadap peningkatan keaktifan otak dalam merespon suatu
permasalahan. Penelitian prospektif ini dilakukan terhadap 720 Siswa dan Siswi
yang kemudian dibagi menjadi tiga kelompok besar, masing-masing kelompok
berjumlah 240 Siswa dan Siswi, di mana kelompok pertama hanya diberi
minuman bebas alkohol, sedangkan kelompok kedua diberi minuman yang
mengandung plasebo21 dan kelompok ketiga diberikan minuman beralkohol
dengan konsentrasi ˂5%. Tiga puluh enam menit setelah diminum, para Siswa
dan Siswi dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yaitu sebanyak 240
kelompok yang terdiri dari tiga Siswa atau Siswi yang merupakan perwakilan
dari tiga kelompok besar, kemudian setiap kelompok diberikan satu kasus yang
sama dengan kelompok lainnya atau berbeda, setelah itu diminta untuk
menyelesaikanya, sementara kegiatan mereka direkam sehingga ekspresi dan
kegiatan yang mereka lakukan dapat dievaluasi oleh Peneliti. Hasilnya
didapatkan bahwa, kelompok tiga yang diberi minuman beralkohol dengan
konsentrasi 5%, mereka lebih aktif dalam memecahkan suatu permasalahan,

19
Tim Lembaga al-Kitab Indonesia, al-Kitāb (Jakarta : Lembaga al-Kitab
Indonesia, 1998), cet.III, 208.
20
D. Eastern Kang Sim, C. Richard Hofstetter, Veronica L. Irvin, " Do
Christian Denominations Exhibit Higher Rates of Alcohol Consumption? a
Study of Korean American Women in California", Journal of Religion and
Health, Vol.52, No.1, Maret 2013, 285-298,
http://www.jstor.org/stable/23352838, Accessed 04 Agustus 2014.
21
Plasebo adalah zat atau obat tidak aktif yang tampak sama dan
diberikan dengan cara yang sama seperti obat aktif atau pengobatan yang diuji.
Efek dari obat aktif atau pengobatan kemudian dibandingkan dengan efek
plasebo. Plasebo juga disebut “pil gula”. Lihat Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Kamus Kefarmasian Online (Jakarta : Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 01. http://binfar.kemkes.go.id/kamus/,
Accesed, 09 November 2014.

52
sedangkan Siwa atau Siswi yang berasal dari kelompok satu dan dua cendrung
tidak lebih aktif.22
Penelitian epidemiologi keamanan alkohol dilakukan oleh Jason M.
Fletcher (2012), di mana sampel dalam penelitian ini adalah enam remaja berusia
antara 17 sampai 20 tahun yang berada dalam satu sekolah, pengamatan
dilakukan selama satu tahun terhadap ketiga Siswa (A) yang ditekan untuk tidak
mengkonsumsi produk yang mengandung alkohol dan ketiga Siswa (B) yang
selalu dipersiapkan dalam rumahnya produk yang mengandung alkohol antara 5-
10%. Hasil penelitian menunjukan bahwa, kelompok Siswa A lebih komunikatif
dalam menjalin hubungan dengan teman-teman sebaya bahkan terhadap
masyarakat lainnya, sehingga hal ini dapat membuka peluang kemajuan mereka
dalam berkarir di masa depan, sedangkan Siswa kelompok B cendrung pasif
dalam berkomunikasi terhadap masyarakat luar bahkan terhadap teman-teman
sebayaknyapun dinilai pendiam dan kurang pintar dalam bersosialisasi.23
Alkohol dengan konsenterasi rendah terbukti aman, hal ini dibuktikan
oleh penelitian epidemiologi yang dilakukan oleh E. F. Mathiesen (2012).
Penelitian dilakukan terhadap 4000 warga Norwegia berusia antara 18-79 tahun
dan dibagi menjadi tiga kelompok besar, di mana kelompok pertama A adalah
konsumen yang biasa mengkonsumsi produk mengandung alkohol dengan
konsentrasi ≥ 20%, sedangkan B adalah konsumen produk dengan kandungan
alkohol ringan 5-20% dan kelompok C adalah konsumen produk mengandung
alkohol ≤ 5%. Hasil penelitian didapatkan bahwa, kelompok A memiliki tingkat
ekonomi sedang dengan kualitas kesehatan rendah, sedangkan kelompok B
memiliki tingkat ekonomi yang tinggi dengan kualitas kesehatan yang baik dan
untuk kelompok C memiliki tingkat ekonomi yang rendah dengan kualitas
kesehatan yang rendah. Penelitian ini membuktikan bahwa, kecendrungan
mengkonsumsi produk beralkohol memberikan berpengaruh terhadap tingkat
ekonomi dan kualitas kesehatan, sedangkan kulaitas kesehatan dapat
dipengaruhi oleh penghasilan ekonominya.24

22
Michael A. Sayette, Kasey G. Creswell, "Alcohol and Group Formation
: a Multimodal Investigation of the Effects of Alcohol on Emotion and Social
Bonding", Psychological Science, Vol.23, No.8, Agustus 2012, 869-878,
http://www.jstor.org/stable/23262511, Accessed 26 Agustus 2014.
23
Jason M. Fletcher, "Peer Influences on Adolescent Alcohol
Consumption : Evidence Using an Instrumental Variables/Fixed Effect
Approach", Journal of Population Economics, Vol.25, No.4, Oktober, 2012,
1265-1286, http://www.jstor.org/stable/23354792, Accessed 02 September
2014.
24
E. F. Mathiesen, S. Nome, "Drinking Patterns, Psychological Distress
and Quality of Life in a Norwegian General Population-Based Sample", Quality
of Life Research, Vol.21, No.9, November 2012, 1527-1536,
http://www.jstor.org/stable/41684644, Accessed 08 Agustus 2014.
52
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh E. F. Mathiesen tersebut
sebelumnya membuktikan bahwa, orang-orang yang mengkonsumsi produk
beralkohol dengan konsentrasi 5-20% memiliki tingkat ekonomi yang tinggi dan
kualitas kesehatan yang baik dibandingkan dengan orang-orang yang
menghindari konsumsi alkohol dengan kadar yang hanya ≤ 5% bahkan tidak
sama sekali yang cendrung memiliki tingkat ekonomi yang rendah dan kualitas
kesehatan yang buruk.25
Pembuktian manfaat alkohol dengan konsentrasi rendah dapat membantu
menurunkan kadar glukosa pada pasien diabetes tipe II dilakukan oleh Kyoko
Kogawa Sato (2012). Sampel dalam penelitian retrospektif terdiri dari 172
pasien diabetes tipe II dengan rentang usia antara 40-55 tahun, pasien dibagi
menjadi dua kelompok besar, di mana kelompok pertama adalah pasien dengan
konsumsi produk mengandung alkohol 1-10% (alkoholik, 1-3 kali dalam sehari)
dan kelompok kedua pasien yang tidak sama sekali mengkonsumsi produk
mengandung alkohol. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa, pasien
kelompok pertama mengalami penurunan kadar glukosa darah secara
berkesinambungan, sedangkan pasein kelompok kedua lebih sulit untuk
menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian ini dilakukan terhadap pasien yang
sama-sama menjalani rawat jalan.26
Manfaat penggunaan alkohol untuk memperpanjang durasi dalam
berhubungan seksual dibuktikan oleh penelitian prospektif yang dilakukan oleh
Amanda K. Gilmore (2013), sampel pada penelitian ini adalah 436 Mahasiswa,
dilakukan perbandingan terhadap para Mahasiswa tersebut dengan memberikan
minuman yang menagandung alkohol sebelum berhubungan seksual dan
terhadap para Mahasiswa yang sama dengan tidak memberikan minuman
beralkohol sebelum berhubungan seksual. Hasilnya membuktikan bahwa,
hubungan seks yang dilakukan berdurasi lebih lama dengan meminum minuman
beralkohol terlebih dahulu dari pada yang tidak. Masing-masing Mahasiswa
mempunyai durasi tersendiri yang lamanya bervariasi, namun setelah dilakukan
perbandingan, diketahui bahwa, setiap Mahasiswa mengalami peningkatan
durasi selama 15-45 menit, hal ini memperlihatkan bahwa, alkohol bermanfaat
dalam memperpanjang durasi dalam berhubungan seksual.27

25
E. F. Mathiesen, S. Nome, "Drinking Patterns, Psychological Distress
and Quality of Life in a Norwegian General Population-Based Sample", Quality
of Life Research, Vol.21, No.9, November 2012, 1527-1536,
http://www.jstor.org/stable/41684644, Accessed 08 Agustus 2014.
26
Kyoko Kogawa Sato, Tomoshige Hayashi, "Relationship Between
Drinking Patterns and The Risk of Type II Diabetes : The Kansai Healthcare
Study", Journal of Epidemiology and Community Health, Vol.66, No.6, Juni
2012, 507-511, http://www.jstor.org/stable/23216009, Accessed 26 Agustus
2014.
27
Amanda K. Gilmore, Hollie F. Granato, "The Use of Drinking and
Condom-Related Protective Strategies in Association with Condom Use and

03
Akke Neel Talsma (2012) melaporkan dalam penelitiannya secara in vitro
bahwa, alkohol memiliki manfaat yang terbukti sebagai antiseptik yang dapat
membunuh segala jenis bakteri kulit, hal ini sangat penting karena di salah satu
departemen pelayanan kesehatan yang berada di wilayah Michigan dalam satu
harinya terdapat di atas 20 pasien yang harus ditangani melalui proses operasi
yang menggunakan antiseptik berupa alkohol, sehingga penggunaan alkohol
dibandingkan menggunakan antiseptik lainnya menjadi lebih bagus dan penting
karena selain efektif juga cepat dan ekonomis.28
Penelitian yang dilakukan oleh Roy R. Reeves (2012) yang membuktikan
bahwa, alkohol dianggap tidak suci menurut para pemuka agama. Penelitian ini
dilakukan dengan wawancara terhadap 210 pemuka agama (Katolik, Protestan
dan Islam) dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar penggunaan atau
konsumsi alkohol. Hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa, alkohol adalah
zat yang berbahaya yang dalam agama harus dihindarkan penggunaanya. Hampir
seluruh pemuka agama berpendapat bahwa, alkohol tidak suci dan mereka juga
tidak menggunakanya, meskipun begitu mereka tidak membenci peminum
alkohol, dan walaupun beberapa di antara para pemuka agama juga ada yang
mensucikannya dan mengkonsumsinya, adapun alasan mereka tidak
mengkonsumsi alkohol adalah, kerena anjuran agama dan termasuk produk yang
buruk atau najis, selain itu juga untuk menjaga kesehatan tubuh.29
Penelitian lainnya oleh Karissa D. Horton (2012) yang membuktikan
bahwa, penggunaan alkohol dan berzina merupakan dua perbuatan terhina dan
berdosa. Peneliti melakukan wawancara terhadap 328 Mahasiswa. Para
Mahasiswa yang menjadi objek penelitian adalah Mahasiswa peminum alkohol
dan melakukan hubungan badan di luar pernikahan, setelah mereka melakukan
kedua perbuatan tersebut, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait
pengetahuan agama dan apa yang mereka ketahui tentang hukum agama atas
perbuatan mereka. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa, rata-rata
Mahasiswa yang diinterview menyatakan rasa cemas terhadap Tuhan atas
perbuatan yang mereka lakukan, mereka menyadari bahwa meminum alkohol
dan melakukan hubungan badan di luar nikah merupakan perbuatan yang

Sex-Related Alcohol Use", The Journal of Sex Research, Vol.50, No.5, Juli 2013,
470-479, http://www.jstor.org/stable/42002075, Accessed 22 Agustus 2014.
28
Akke Neel Talsma, Carol E. Chenoweth, "Infection Control and
Hospital Epidemiology", The University of Chicago Press on be Half of The
Society for Healthcare Epidemiology of America, Vol.33, No.10, Oktober 2012,
1706-1715, http://www.jstor.org/stable/10.1086/667737, Accessed 03
September 2014.
29
Roy R. Reeves, Claire E. Adams, "Are Religiosity and Spirituality
Associated with Obesity Among African Americans in the South Eastern United
States (The Jackson Heart Study)?", Journal of Religion and Health, Vol.51,
No.1, Maret 2012, 32-48, http://www.jstor.org/stable/41349865, Accessed 08
September 2014.

03
dilarang oleh agama, sehingga ini membuktikan bahwa, mereka menganggap
alkohol merupakan minuman yang buruk, meskipun pengetahuan agama mereka
minim dan tetap melakukan perbuatan tersebut.30
Ginny Garcia (2013) dalam penelitianya menyebutkan bahwa, agama
Protestan, Katolik dan Islam memberikan pengaruh besar terhadap kesehatan, di
mana ketiga agama tersebut menganjurkan pemeluknya agar tidak menggunakan
alkohol, karena alkohol dianggap sesuatu yang buruk dan dalam agama Islam
dikenal dengan istilah khabīth. Penelitian ini dibuktikan dengan cara
menginterview terhadap 330 pemuka agama, mereka diajukan pertanyaan-
pertanyaan seputar hukum alkohol dan mengkonsumsinya serta pengetahuan
mereka terkait dampak buruk yang disebabkan oleh alkohol. Hasil dari penelitian
ini menunjukan bahwa, adanya kesamaan antara agama Protestan, Katolik dan
Islam terhadap hukum alkohol, yaitu sama-sama menganjurkan umatnya untuk
menghidar dalam mengkonsumsinya, sehingga hal ini membuktikan bahwa, para
pemuka agama dari Protestan, Kristen dan Islam mempunyai pemahaman yang
sama terkait ketidaksucian alkohol, meskipun beberapa dari mereka yang
membolehkanya dan mensucikanya, namun mayoritas yang menyatakan
keburukanya.31
Penelitian yang dilakukan oleh Philip B. Mason (2013) memperlihatkan
bahwa, adanya keterkaitan antara agama dan peningkatan kesehatan, penelitian
ini dilakukan terhadap 380 pria dan wanita yang diwawancarai terkait pengaruh
agama terhadap kesehatan, hasil penelitian ini membuktikan bahwa, agama
melarang penggunaan alkohol karena senyawa tersebut membawa dampak buruk
bagi kesehatan, seperti timbulnya penyakit diabetes, sehingga orang yang taat
terhadap agamanya cendrung menghindar untuk mengkonsumsi alkohol dan
mereka membuktikan memiliki taraf kesehatan tubuh yang lebih baik.32 Secara
umum, kadar penggunaan alkohol dalam makanan, minuman dan obat-obatan
dianggap berbahaya jika terdeteksi dalam darahnya mencapai 0.08 g/100 mL,
nmun demikian setiap individu memiliki sensitifitas yang berbeda-beda untuk

30
Karissa D. Horton, Christopher G. Ellison, " Examining Attachment to
God and Health Risk-Taking Behaviors in College Students", Journal of
Religion and Health, Vol.51, No.2, Juni 2012, 552-566,
http://www.jstor.org/stable/41653790, Accessed 17 September 2014.
31
Ginny Garcia, Christopher G. Ellison, "Religion and Selected Health
Behaviors Among Latinos in Texas", Journal of Religion and Health, Vol.52,
No.1, Maret 2013, 18-31, http://www.jstor.org/stable/23352816, Accessed 12
September 2014.
32
Philip B. Mason, Xiaohe Xu, "The Risk of Overweight and Obesity
Among Latter-Day Saints", Review of Religious Research, Vol.55, No.1, Maret
2013, 131-147, http://www.jstor.org/stable/41940819, Accessed 21 Agustus
2014.

05
menimbulkan bahayanya atau tidak, oleh karena hal ini berlaku umum, maka
tidak menggunakan alkohol dalam produk itu lebih aman.33
Seorang peneliti Zeynep Atasoy (2011) menyimpulkan bahwa, alkohol
adalah zat yang berbahaya dan haram. Pada penelitian yang dilakukan secara
sistimatika review, Zaynep mampu menyingkap hal-hal yang menurutnya
takhayul dari manfaat-manfaat yang dihasilkan dari alkohol, hal pertama adalah
ketidakrasionalan bahwa alkohol dapat menumbuhkan semangat dan
meningkatkan keaktifan, menurutnya justru alkohol dapat merusak fungsi otak,
karena alkohol mempengaruhi sistem saraf dengan menghambat distribusi sinyal
antara saraf tulang belakang dengan otak, dan juga diserap oleh darah yang pada
akhirnya mempengaruhi saraf sehingga memicu mati rasa.34
Pendapat yang menyatakan bahwa alkohol dapat meningkatkan dan
memperlama dalam berhubungan seksual justru sebenarnya alkohol dapat
menghambat kelancaran aliran darah, sehingga aliran darah ke penis juga akan
terganggu, akibatnya ereksi penis tidak maksimal dan tidak bertahan lama,
selain itu pengaruh alkohol juga dapat mengurangi produksi sperma yang
berakibat pada kesuburan pria, dan penis mati rasa saat berhubungan karena
pengaruh alkohol yang mempengaruhi sistem sarafnya. Pernyataan yang
mengungkapkan bahwa alkohol baik untuk kesehatan jantung, hal ini harus
diperhatikan lebih lanjut, karena alkohol bisa meningkatkan tekanan darah,
sehingga beban kerja jantung meningkat, dan dalam jangka waktu panjang akan
merusak pembuluh darah dan berisiko mengalami serangan jantung, di mana
penyakit tersebut merupakan penyakit yang berkontribusi langsung terhadap
munculnya disfungsi ereksi dan impotensi pada pria.35
Penelitian prospektif yang dilakukan oleh Sitriah Salim Utina (2012)
menunjukan bahwa, alkohol dimanfaatkan untuk menunjukan kejantanan dan
meningkatkan pergaulan, namun penggunaan alkohol dapat menimbulkan
ketergantungan dan merusak mental, salah satu masalah kejiwaan yang diamati
adalah sifat pemarah pada pecandu alkohol. Hasil dari kajian ini membuktikan
bahwa, bahaya alkohol dapat mempengaruhi sistem syaraf untuk mengubah
keadaan, mengubah persepsi dan mengubah suasana hati. Pecandu alkohol
umumnya bersifat pemarah, hal tersebut merupakan gangguan kepribadian yang
sulit untuk disembuhkan, sehingga larangan penggunaan alkohol dalam Islam

33
Dzulkifly Mat Hashim, Nurul Hayati Abdul Hamid, “Penjenisan
Alkohol dan Kesan Penggunaannya dalam Makanan dan Minuman", Jurnal
Halal, Vol.7, No.5, 2008, 90-105.
34
Dzulkifly Mat Hashim, Nurul Hayati Abdul Hamid, “Penjenisan
Alkohol dan Kesan Penggunaannya dalam Makanan dan Minuman", Jurnal
Halal, Vol.7, No.5, 2008, 90-105.
35
Zeynep Atasoy, "Alkol Hurafeleri", Tip Dergisi Journal, Vol.17, No.3,
Mei 2011, 597.

00
sangatlah tepat, karena untuk menghindari dari gangguan-gangguan kejiwaan
lainnya yang dapat membahayakan baik untuk peminum maupun orang lain.36
Penelitian retrospektif bahaya alkohol sebagai penyebab kematian
dibuktikan oleh Manami Inoue (2012). Penelitian ini merujuk pada medical
record di beberapa rumah sakit di Jepang dalam tiga tahun terakhir, kemudian
menganalisis penyakit yang diderita pasien, adapun penyakit yang dititik
beratkan adalah kardiovaskuler dan kanker serta penyebabnya. Pada 309 subyek
yang diteliti, ternyata terdapat 285 berkas rekam medis yang menyimpulkan
bahwa, penyakit yang diderita oleh pasien yang menyebabkan kematiannya
dipengaruhi oleh konsumsi alkohol.37
Penelitian prospektif lain dilakukan oleh Bosco Rowland (2012)
menunjukan bahwa, alkohol bermanfaat untuk meningkatkan keaktifan, namun
dalam jangka panjang justru dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
Penelitian ini dilakukan terhadap dua klub atlet basket dalam satu sekolah yang
sama, klub pertama diberikan minuman beralkohol sebelum bertanding,
sedangkan klub kedua tidak diberikan minuman beralkohol. Pertandingan kedua
klub ini dilakukan sebanyak 12 kali dalam satu tahun. Hasil dari pertandingan
ini adalah, klub pertama memperoleh 9 kali kemenangan jika dibandingkan
dengan klub kedua yang hanya memperoleh 3 kali kemenangan. Penelitian ini
menunjukan bahwa, pengaruh pemberian minuman beralkohol dapat
meningkatkan kinerja pemain, namun setelah dilakukan evaluasi selama satu
tahun, terdapat 38 kali keluhan gangguan kesehatan pada atlet klub pertama,
sedangkan klub kedua hanya terdapat 7 kali keluhan.38
Ruta Everatt (2013) dari hasil penelitianya secara prospektif menunjukan
bahwa, produk yang mengandung alkohol dengan konsentrasi ≥ 10% cendrung
menimbulkan resiko kanker. Studi ini dilakukan terhadap 80 sampel pria dan
wanita (kelompok A) yang sudah terbiasa mengkonsumsi produk mengandung
alkohol dengan konsentrasi ≥ 10% dan terhadap 80 pria dan wanita (kelompok
B) yang hanya mengkonsumsi produk mengandung alkohol ≤ 10%. Peneliti
melakukan pengamatan lapangan terhadap para konsumen tersebut, kemudian
setelah itu memastikan produk-produk yang dikonsumsi mereka serta

36
Sitriah Salim Utina, "Alkohol dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan
Mental", Jurnal Health and Sport, Vol.5, No.2, 2012, 97.
37
Manami Inoue, Chisato Nagata, "Impact of Alcohol Intake on Total
Mortality and Mortality from Major Causes in Japan : a Pooled Analysis of Six
Large-Scale Cohort Studies", Journal of Epidemiology and Community Health,
Vol.66, No.5, Mei 2012, 448-456, http://www.jstor.org/stable/23215964,
Accessed 27 Agustus 2014.
38
Bosco Rowland, Felicity Allen, "Association of Risky Alcohol
Consumption and Accreditation in the 'Good Sports' Alcohol Management
Programme", Journal of Epidemiology and Community Health, Vol.66, No.8,
Augustus 2012, 684-690, http://www.jstor.org/stable/23268881, Accessed 19
September 2014.

03
melakukan wawancara terhadap mereka terkait produk-produk yang selalu
mereka belanjakan dan riwayat penyakit mereka. Hasilnya di dapatkan bahwa,
pada kelompok A ternyata terdapat 51 orang yang memiliki riwayat penyakit
kanker, sedangkan pada kelompok B hanya terdapat 18 orang.39
Penelitian prospektif yang dilakukan oleh David A. Leon (2013) terhadap
angka penyakit kardiovaskuler di Rusia sangatlah tinggi, hal ini dikaitkan
dengan konsumsi terhadap alkohol. Sampel penelitian ini berjumlah 993 pria
berusia 25-60 tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, kerusakan
miokardium yang disebabkan oleh konsumsi alkohol menjadi meningkatnya
penyakit kardiovaskuler.40
Alkohol juga menjadi penyebab terhadap kerusakan macula pada usia 50
tahun ke atas, dampaknya adalah kesulitan dalam membaca atau mengenali
wajah, meskipun penglihatan perifer (sekeliling pinggir luar) yang cukup baik,
hal ini dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Giuseppe La Torre
(2013). Penelitian prospektif ini membandingkan antara konsumsi produk
beralkohol terhadap 170 pria dan wanita sebelum usia 50 tahun (A) dan juga
terhadap 170 pria dan wanita yang berhati-hati dalam mengkonsumsi produk
beralkohol sebelum usia 50 tahun (B). Hasil penelitian ini memperlihatkan
bahwa, gangguan penglihatan terhadap kelompok A lebih banyak yaitu 159
orang, sedangkan pada kelompok B hanya terdapat 63 orang.41
Bahaya alkohol dibuktikan pula oleh penelitian retrospektif yang
dilakukan oleh Richard G. Rogers (2013), di mana alkohol berapapun kadarnya,
beresiko untuk menyebabkan kematian. Penelitian ini memberikan kesimpulan
besar bahwa, alkohol dengan kadar tinggi maupun dengan kadar rendah tetap
sama dapat menyebabkan kematian. Penelitian ini dilakukan dengan cara
mengkaji hasil interview penggunaan alkohol terhadap keluarga pasien yang
meninggal yang telah dilakukan terlebih dahulu oleh National Health Interview
Survey Linked, sejak tahun 1988-2006, terdapat 41.076 berkas dengan usia
kematian diatas 21 tahun. Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan bahwa,

39
Ruta Everatt, Abdonas Tamosiunas, "Consumption of Alcohol and Risk
of Cancer Among Men : a 30 Year Cohort Study in Lithuania", European Journal
of Epidemiology, Vol.28, No.5, 2013, 383-392,
http://www.jstor.org/stable/23441659, Accessed 11 September 2014.
40
David A. Leon, Vladimir M. Shkolnikov, "Hazardous Alcohol
Consumption is Associated with Increased Levels of B-Type Natriuretic Peptide
: Evidence from Two Population-Based Studies", European Journal of
Epidemiology",Vol.28, No.5, 2013, 393-404,
http://www.jstor.org/stable/23441660, Accessed 18 September 2014.
41
Giuseppe La Torre, Elena Pacella, " The Synergistic Effect of Exposure
to Alcohol, Tobacco Smoke and Other Risk Factors for Age-Related Macular
Degeneration", European Journal of Epidemiology, Vol.28, No.5, 2013, 445-
446, http://www.jstor.org/stable/23441665, Accessed 26 Agustus 2014.

02
penggunaan alkohol terhadap riwayat korban dengan konsentrasi tinggi, sedang
maupun ringan dapat menimbulkan penyakit yang berakibat pada kematian.42
Stephanie Von (2014) memberikan himbauan kepada pemerintah untuk
mengurangi produksi produk yang mengandung alkohol, karena bahayanya
dapat menurunkan potensi akademik pelajar, di mana sampai saat ini Stephanie
Von masih melanjutkan penelitian prospektif perbandingan terhadap 20 anak
yang semasa dalam kandungan sampai masuk Sekolah Dasar dibebaskan untuk
mengkonsumsi produk yang mengandung alkohol dan terbukti menghasilkan
prestasi di bawah rata-rata, sedangkan untuk 20 anak yang selama dalam
kandungan sampai masuk Sekolah Dasar terjaga untuk tidak mengkonsumsi
produk yang mengandung alkohol, menghasilkan prestasi yang lebih baik.
Penelitian ini akan terus dilakukan sampai anak-anak tersebut naik kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi.43
Kartono Muhammad (2008) menyatakan bahwa, status kehalalan obat
sampai saat ini belum menjadi perhatian yang serius, sehingga penggunaan
bahan-bahan yang dilarang dalam Islam kian marak ditemukan dalam obat, dalil
ḍarūrat seringkali dijadikan alasan membuka pintu-pintu penggunaan bahan
yang diharamkan oleh Islam, padahal dalam Islam ḍarūrat itu ada batasnya,
lantaran tidak serta merta membebaskan begitu saja, salah satu hal yang sampai
saat ini masih lumrah disebut ḍarūrat adalah pemakaian alkohol dalam obat
batuk sirup, padahal hasil analisis para pakar dibidang teknologi pangan dan gizi
menunjukan bahwa, larutan yang mengandung konsentrasi alkohol ≥ 1% akan
berpotensi memabukkan, padahal patokan dibolehkannya produk yang
mengandung alkohol adalah 0% oleh MUI dan 0,5% oleh JAKIM, sehingga ini
belum memberikan keamanan dan menghilangkan i͑ llat memabukkan dalam
Islam.44
Masalah tersebut di atas seharusnya menjadi perhatian lebih lanjut oleh
institusi berwenang untuk kembali merevisi fatwa-fatwa yang mereka
keluarkan, mengingat kemajuan teknologi kian berkembang sehingga saat ini
banyak prusahaan farmasi yang memproduksi obat batuk dengan klaim bebas
alkohol bahkan beberapa yang sudah mendapatkan lebelisasi halal, namun obat
batuk yang dihalalkan masih memungkinkan adanya kandungan alkohol,
padahal di antara beberapa obat batuk berlabel halal terdapat di antaranya yang
benar-benar bebas dari alkohol, tentunya hal ini menjadikan alternatif obat batuk

42
Richard G. Rogers, Patrick M. Krueger, "Non Drinker Mortality Risk in
the United States", Population Research and Policy Review, Vol.32, No.3, Juni,
2013, 325-352, http://www.jstor.org/stable/42002330, Accessed 26 Juli 2014.
43
Stephanie Von, "Alcohol Exposure in Utero Ano Child Academic
Achievement", The Economic Journal, Vol. 124, No.576, Mei 2014, 634-667,
http://www.jstor.org/stable/42919324, Accessed 12 Agustus 2014.
44
Kartono Muhammad, Menggugat Status Halal Obat Beralkohol,
"Republika Online", 28 November 2008, 01.
http://www.republika.co.id/berita/shortlink/17090, Accesed 07 November 2014.
02
yang benar-benar halal tanpa harus menghalalkan obat batuk yang masih
mengandung alkohol.45
Aisjah Girindra (2008) juga mengungkapkan bahwa, temuan di lapangan
menunjukan sebagaian besar obat batuk mengandung alkohol baik dengan
konsentrasi tinggi maupun rendah, penggunaan alkohol dalam obat batuk
merupakan polemik tersendiri, terutama dikalangan umat Islam, sebenarnya
pada kondisi ḍarūrat, obat yang mengandung bahan haram atau najis bisa
digunakan, namun definisi ḍarūrat dalam pandangan fiqih adalah bila mana
nyawa seseorang sudah terancam dan pada kondisi tersebut tidak ada alternatif
lain yang bisa menyembuhkannya, sehingga perlu adanya kajian ulang terkait
obat batuk sirup yang masih mengandung alkohol yang dikatagorikan sebagai
ḍarūrat. Permasalahan tersebut menjadi penting karena menyangkut halal dan
haramnya produk tersebut, bila mana fungsi alkohol dalam obat batuk tersebut
hanya sebagai pelarut, sebenarnya hal ini bisa digantikan dengan pelarut lain
selain alkohol yang halal dan aman untuk digunakan, sedangkan yang menjadi
titik penting dalam obat adalah zat aktifnya bukan pelarutnya, zat aktif dalam
obat tersebutlah yang menentukan efek terapi, jadi peran alkohol sebenarnya
tidak berkorelasi langsung dengan penyembuhan batuk.46
Chilwan Pandji (2012) menyatakan bahwa, alkohol dalam obat batuk
hanya berfungsi dalam proses pelarutan zat aktif dan jika zat aktifnya berasal
dari bahan alam atau herbal, maka peran alkohol terdapat dalam proses ekstrasi
untuk memperoleh zat aktif tersebut, selain itu alkohol juga berfungsi sebagai
pengawet agar obat lebih tahan lama dan terhindar dari pertumbuhan mikroba.
Berdasarkan penelitian di laboratorium diketahui bahwa, alkohol dalam obat
batuk tidak memiliki efektivitas terhadap proses penyembuhan batuk, sehingga
dapat dikatakan bahwa alkohol tidak berpengaruh terhadap penurunan frekuensi
batuk. Riset lain menyatakan bahwa, alkohol dapat menimbulkan efek
menenangkan yang secara tidak langsung akan menurunkan tingkat frekuensi
batuknya, namun bila karena batuk merupakan penyakit yang sering menimpa
seseorang, kemungkinan mengonsumsi obat batuk yang mengandung alkohol
akan dilakukan secara terus menerus, padahal kondisi seperti inilah yang tidak
diharapkan, karena akan menimbulkan ketergantungan pada alkoholnya.47
Konsumsi alkohol yang berlebih dapat menimbulkan efek fisiologis bagi
kesehatan tubuh, yaitu mematikan sel-sel baru yang terbentuk dalam tubuh. Efek
merugikan lainnya adalah, dapat menimbulkan sirosis dalam hati atau yang lebih

45
Kartono Muhammad, Menggugat Status Halal Obat Beralkohol,
"Republika Online", 28 November 2008, 01.
http://www.republika.co.id/berita/shortlink/17090, Accesed 07 November 2014.
46
Aisjah Girindra, "dari Sertifikasi Menuju Labelisasi Halal : LPPOM
MUI", Pustaka Jurnal Halal, Vol.8, No.11, Juli 2008, 122.
47
Chilwan Pandji, Alkohol dalam Obat Batuk (Jakarta : Halal Corner
News, 29 Agustus 2012), 01. http://www.myhalalcorner.com/alkohol-dalam-
obat-batuk/, Accessed 15 Juni 2014.
02
dikenal dengan penyakit kuning. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat terlihat
jelas bahwa, alkohol memang pada kenyataannya memberikan manfaat dalam
pengobatan, namun di sisi lain ternyata menimbulkan efek negatif yang lebih
besar dan membahayakan, baik dengan waktu yang relatif singat maupun jangka
panjang, sehingga sebaiknya penggunaan alkohol dalam obat-obatan
dihindarkan, karena mengingat alkohol bukanlah satu-satunya senyawa yang
tidak dapat tergantikan oleh senyawa lainnya yang lebih aman dan tidak
membahayakan.48
Beberapa cara untuk mendapatkan obat batuk yang aman dan halal tanpa
menggunakan alkohol adalah, dengan menggunakan zat aktif yang larut dalam
air atau selain alkohol misalnya, Gliseril Guaikolat,49 Bromhexine
Hydrochloride,50 Pseudoefidrin HCL,51 Chlorphenamine Maleate.52 Cara yang
kedua adalah, jika harus terpaksa menggunakan zat aktif yang sulit larut dalam
air, maka bisa menggunakan pelarut selain etanol yang aman misalnya, Sorbitol,
Gliseril, Propilenglikol dan lainnya.53 Cara ketiga adalah, dengan menggunakan
metode peningkatan kelarutan, berbagai metode ini telah dikenal dalam bidang
farmasi, misalnya adalah pembentukan kompleks. Kompleks diartikan senyawa
yang terbentuk melalui jembatan hidrogen atau gaya dipol-dipol, juga melalui
antar aksi hidrofob antar bahan obat yang berlainan seperti juga bahan obat dan
bahan pembantu.
Metode untuk meningkatan kelarutan lainnya adalah penambahan
kosolven, merupakan pelarut yang ditambahkan dalam suatu sistem untuk
membantu melarutkan atau meningkatkan stabilitas dari suatu zat.54 Metode
untuk meningkatan kelarutan lainnya dengan cara penambahan surfaktan, atau
zat aktif permukaan adalah molekul yang struktur kimianya terdiri dari dua
bagian dan mempunyai perbedaan afinitas terhadap berbagai pelarut yaitu

48
Chilwan Pandji, Alkohol dalam Obat Batuk (Jakarta : Halal Corner
News, 29 Agustus 2012), 01. http://www.myhalalcorner.com/alkohol-dalam-
obat-batuk/, Accessed 15 Juni 2014.
49
Sherif, "Immunochromatographic Assays in Diagnosis of Parasitic
Diseases", Parasitologists United Journal, Parasitology Department, Faculty of
Medicine, Suez Canal University, Ismailia, Vol.1, No.1, Mei 2008, 22.
50
Barbara, Pharmacotheraphy Handbook (New York : Mc Graw-Hill
Medical Publising, 2011), cet.VIII, 825.
51
R. Gaur, P. Hansal, The British Pharmacopoeia (London : British
Phamacopoeia Commission, 2013), cet.I, 168.
52
Sean, Martindale (London : Pharmaceutical Press, 2011), cet.XXXVII,
144.
53
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia
(Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995), cet.IV, 567.
54
Florence, Physicochemical Principles of Pharmacy (London : Mc Millan
Publiser, 1988), cet.II, 55.

02
bagian hidrofobik dan hidrofilik.55 Metode lainnya adalah, dengan memperkecil
ukuran patikel, ukuran dan bentuk partikel berpengaruh terhadap kelarutan
partikel tersebut, semakin kecil ukuran partikel semakin besar kelarutan suatu
bahan obat. Metode lainnya yang bisa digunakan adalah dengan teknologi
nanosuspensi. Nanopartikel dapat diperoleh dengan berbagai metode yaitu,
Crushing (Penghancuran), Grinding (Penggilingan), Spray Drying (Pengeringan
semprot) dan Freeze Drying (pengeringan beku), metode paling umum adalah
media mill yang merupakan suatu teknologi pengurangan ukuran partikel dan
telah dibuktikan kehandalannya.56
Metode untuk meningkatan kelarutan selanjutnya yaitu dengan cara
pengaturan pH, zat aktif yang digunakan dalam sediaan farmasi pada umumnya
bersifat asam dan basa lemah. Kelarutan suatu zat asam atau basa lemah sangat
dipengaruhi oleh pH, untuk menjamin suatu larutan homogen yang jernih dan
keefektifan terapi maksimumnya, maka pembuatan sediaan farmasi harus
disesuaikan dengan pH optimumnya. Kelarutan asam-asam lemah akan
meningkat dengan meningkatnya pH larutan, karena berbentuk garam yang
mudah larut, sedangkan kelarutan basa-basa lemah akan bertambah dengan
menurunnya pH larutan. Metode lainnya yang bisa digunakan dengan cara
dispersi padat, dispersi dari satu atau lebih bahan aktif didalam pembawa inert
atau matriks pada keadaan padat yang di preparasi secara peleburan dan
pelarutan,57 jika seperti ini maka i֜ llat58 yang menyatakan bolehnya penggunaan
alkohol dalam pembuatan obat dengan alasan ḍarūrat, itu hilang dan tidak
berlaku lagi.
B. Obat Beralkohol Perspektif Ulama
Alkohol tidak dikatakan jelas dalam Al-Qur֙ān, namun dalil yang
bersinggungan dengan sifat alkohol dijelaskan melalui firmanNya, "dan dari
buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukan dan rizki yang
baik".59 Rasullulah Saw juga tidak menyatakan jelas terkait penamaan alkohol,
namun keberadaan alkohol terdapat pada sabdanya, "Rasullulah Saw dibuatkan
nabīdh pada awal malam, kemudian pada pagi hari, beliau meminumnya. Beliau

Wells, J. I, Pharmaceutical Preformulatioan (London : Ellis Horwood,


55

1988), cet.I, 107-108.


56
Wells, J. I, Pharmaceutical Preformulatioan (London : Ellis Horwood,
1988), cet.I, 109.
57
Wells, J. I, Pharmaceutical Preformulatioan (London : Ellis Horwood,
1988), cet.I, 110.
58
‘Illat boleh disimpulkan sebagai suatu ciri zahir yang konsisten yang
wujud pada sesuatu bahan yang mana ia akan menentukan bentuk hukum
terhadap bahan tersebut. Wahbah al-Zuhayli, Usūl al-Fiqh al-Islāmī, (Damshiq
: Dār al-Fikr, 1986), cet.II, 646.
59
Q.S. al-Naḥl : 67.
َ‫سنًا إِ َّن فِي ذَلِكَ آليَةً ِلِّقَ ۡو ٍم يَعۡ ِقلُون‬
َ ‫سك ًَرا َو ِر ۡزقًا َح‬ ِ ‫ت النَّخِ ي ِل َواأل َ ۡعنَا‬
َ ُ‫ب تَتَّخِ ذُونَ مِ ۡنه‬ ِ ‫َومِ ن ث َ َم َرا‬

02
juga meminumnya pada malam berikutnya, esok hari dan malamnya, dan
esoknya sampai ashar, jika masih ada yang tersisa, beliau memberikanya kepada
pelayan atau menyuruhnya untuk ditumpahkan".60 Sifat alkohol yang
memabukkan dan diperoleh dari hasil fermentasi dapat tergambarkan dari dua
dalil di atas.
Ahli kimia Muslim Jābir ibn Ḥayyān (w.815 M) dalam kitabnya Ikhrāj
mā-fī Quwwa ilā-fī-al-A֙yān, menjelaskan proses mendapatkan alkohol. Al-
Kindī (w.873 M) dalam kitabnya Kimiyyā al-͑Itr wa-al-Tasidāt mengatakan,
alkohol berasal dari kata al-Kuḥūl. Al-Rāzī (w.932 H) dalam kitabnya al-Hawī
menjelaskan proses destilasi alkohol. Al-Farabī (w.950 M) dalam kitabnya al-
Taraffuq fī-al-‘Itr, menjelaskan tentang senyawa kimia yang berasal dari anggur.
Al-Zahrawī (w.1013 M) dalam kitabnya al-Tasrifnyā, mensifatkan alkohol
sebagai senyawa yang mudah terbakar.61
Ibn Badis (w.1061 M) dalam kitabnya ‘Umdat al-Kuttāb, menjelaskan
proses kelarutan serbuk perak menggunakan alkohol yang menghasilkan produk
berupa tinta.62 Al-Malibary (w.1568 M) dalam kitabnya Fatḥ al-Mu i֜ n bi-Sharḥ
͑ yūn menyatakan bahwa, alkohol berasal dari bahasa Arab, yaitu al-
Qurrat al-U
Kuḥūl.63 Al-Shuyuṭhi64 (w.1964 M), yang justru menyatakan bahwa, alkohol
merupakan istilah yang di arabkan dari bahasa Perancis alcool.65 Ulama modern
Said Agil Husin al-Munawar (2014) mengungkapkan alkohol berasal dari kata
al-Ghaul yang terdapat dalam Al-Qur’an surah al-Ṣaffāt,66 sedangkan etanol

60
Shāhīn Mūsā, Fatḥ al-Muʿīn Sharḥ Ṣaḥīḥ Muslim (Cairo : Dār Shurūq,
2002), cet.I, 201.
‫صبَ َح يَ ْو َمهُ ذ ِلكَ َو اللَّ ْيلَةَ الَّتِى‬ ْ َ ‫ َكانَ َرسُ ْو ُل هللاِ ص يُ ْنبَذُ لَهُ ا َ َّو َل اللَّ ْي ِل فَيَ ْش َربُهُ اِذَا ا‬:َ‫َّاس رض قَال‬ ٍ ‫ع ِن اب ِْن َعب‬ َ
َّ‫صب‬َ َ‫سقَاهُ اْل َخد ََّام ا َ ْو ا َ َم َر بِ ِه ف‬
َ ‫ي ٌء‬
ْ ‫ش‬ َ ‫ِي‬َ ‫ق‬ ‫ب‬
َ ‫ا‬َ ‫ذ‬‫ا‬ِ َ ‫ف‬ ،‫ر‬ِ ‫ص‬
ْ ‫ع‬
َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫ى‬َ ‫ل‬ِ ‫ا‬ َ ‫د‬‫غ‬
َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫و‬
َ ‫ى‬ ‫ر‬
َ ْ
‫خ‬ ُ ‫ال‬ْ ‫ا‬ َ ‫ة‬َ ‫ل‬‫ي‬ْ َّ ‫ل‬‫ال‬ ‫و‬
َ َ ‫د‬‫غ‬
َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫و‬
َ ‫ء‬
ُ ‫ي‬
ْ ‫َج‬
ِ ‫ت‬
61
Ja͗far Khadīm al-Yamānī, Jejak Sejarah Kedokteran Islam, terjemahan
dari Mukhtaṣar al-Tārīkh al-Ṭibb fī-al-Islām, oleh Tim Dokter IDAVI (Bandung
: Pustaka Umat Bandung, 2002), cet.I, 33,41,50,68.
62
Ja͗far Khadīm al-Yamānī, Jejak Sejarah Kedokteran Islam, terjemahan
dari Mukhtaṣar al-Tārīkh al-Ṭibb fī-al-Islām, oleh Tim Dokter IDAVI (Bandung
: Pustaka Umat Bandung, 2002), cet.I, 33,41,50,68.
63
Zain al-Dīn ibn ͑Abd al-͑Azīz al-Malibary (dikutip dari Maktabah
Shamīlah), Fatḥ al-Muʿīn bi-Sharḥ Qurrat al-֜Uyūn (Beirut : Dār al-Kitāb al-
Islamīyah, 1982), cet.II, 131.
64
Beliau adalah seorang dokter dan juga seorang ahli usul fiqih, lahir dan
menetap di cairo. Diantara karyanya adalah Muj֨ izat fī-al-Ṭibb li-al-Nabī al-
֜ rabī.
A
65
Muḥammad Sa֜d al-Shuyūṭī (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub), Muj֨ izah
fī-al-Ṭibb li-al-Nabī al-֜Arabī (Cairo : Shirkah Maktabah Musṭafā al-Bābī al-
Ḥalabī, 1944), cet.I, 84.
66
Lihat Al-Qur֨ ān, surah al-Ṣaffāt ayat 47.
‫ال فيها غول وال هم عنها ينزفون‬

33
adalah al-Mathīl dan metanol al-Athīl.67 Pendapat tersebut senada dengan ulama
kontemporer Ali Mustafa Yaqub (2013) yang menyatakan bahwa, dinamakan al-
Ghaul karena dapat merusak akal (yaghtāl al-֜aql).68
MUI menyimpulkan bahwa, alkohol merupakan hasil fermentasi gandum
atau beras,69 dibuat dengan cara fermentasi dengan menggunakan sumber
karbohidrat sebagai substrat, berapapun kadar alkohol dalam suatu produk maka
hukumnya tetap haram.70 Obat menurut MUI adalah, zat utama yang
mempunyai efek mengobati atau mencegah dari suatu penyakit, dan kaidah yang
berlaku untuk obat dan kosmetika sama halnya dengan makanan dan minuman.71
Terkait dengan halal dan haram obat beralkohol, para Ulama berbeda
pendapat dalam memahami istilah al-Ṭayyib dan al-Khabīth yang menjadi
kriteria halal dan haram. Al-Ṭabarī72 (w.310 H) berkata, firman Allah Ṭayyiban73
artinya adalah suci, tidak najis dan tidak diharamkan.74 Ibn Kathīr (w.774 H)
menafsirkan surah al-Baqarah : 168 bahwa, al-Ṭayyib yaitu zat nya dinilai baik

67
Beliau mengungkapkan pendapatnya melalui perkuliahan yang
disampaikan pada mata kuliah Issues in Contemporary Usul al-Fiqh pada tanggal
17 November 2014 di Pascasarjana UIN Jakarta. Beliau juga telah melakukan
penelitian ini dan menuliskannya dalam tugas akhirnya untuk memperoleh gelar
Lecience (Lc) pada tahun 1979 di Universitas Islam Madinah Arab Saudi.
68
Ali Musthafa Yaqub, Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan
Kosmetika menurut Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2013),
cet.II, 120.
69
Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Panduan Strategi
Kampanye Social Produk Halal (Jakarta : Proyek Pembinaan Pangan Halal
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,
2003), cet.I, 15.
70
Kementerian Agama Republik Indonesia, Pedoman Labelisasi Halal
(Jakarta : Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003), cet.I, 51-52.
71
Chilwan Pandji, Panduan Titik Kritis Bahan Untuk Auditor (Jakarta :
LPPOM MUI, 2003), cet.I, 13.
72
Lihat al-Ziriklī, al-A͗ lām Qāmūs Tarājim li-Ash֨ hār al-Rijāl wa-al-
Nisā min-al-֜Arab wa-al-Mustaghribīn wa-al-Mustashriqīn (Beirut : Dār al-ʿIlm
lī-al-Malāyīn, cet.I, 1979), 153. Beliau adalah Muḥammad ibn Jarīr ibn Yazīd
al-Ṭabarī, beliau adalah seorang ahli sejarah dan tafsir. Lahir di Thabaristan pada
tahun 244 H. dan berdomisili di Baghdad hingga meninggal dunia pada tahun
310 H.
73
Q.S. Al-Maidah : 88.
َ‫اَّللَ الَّذِي أ َ ْنت ُ ْم ِب ِه ُمؤْ مِ نُون‬ َّ ‫َو ُكلُوا مِ َّما َرزَ قَ ُك ُم‬
َ ‫اَّللُ َح ََل ًال‬
َّ ‫ط ِِّيبًا ۚ َواتَّقُوا‬
74
Al-Ṭabarī (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub), Jamī ֙ al-Bayān fī-Ṭa͗wīl
ay-Min-Al-Qur֙ ān (Cairo : Dār al-Ma ֜ārif, 1958), cet.II, 301.
33
di mana tidak membahayakan tubuh dan akal.75 Al-Shaukānī76 (w.1256 H)
berkata bahwa, ḥalālan posisinya sebagai maf ͑ūl (objek) atau ḥāl (penjelas),
sesuatu dikatakan halal karena melepas (iḥlāl) ikatan bahaya dari padanya,
sedangkan ṭayyib adalah sesuatu yang dianggap lezat, seperti dikatakan oleh al-
Shafi֜ī (w.204 H). Menurut Mālik (w.179 H) al-Ṭayyib adalah halal, sebagaimana
kata ḥalālan dalam surat al-Maidah ayat 4.77 Berdasarkan hal ini, maka ṭayyib
secara syar’i di dalam Al-Qur֙ān merujuk pada tiga pengertian, yaitu sesuatu
yang tidak membahayakan tubuh dan akal pikiran, sebagaimana pendapat Ibn
Kathīr.78 Sesuatu yang lezat, sebagaimana pendapat al-Shafi֜ī,79 dan ḥalāl adalah
sesuatu yang suci, tidak najis dan tidak diharamkan sebagaimana pendapat
Mālik dan al Ṭabarī.80
Menurut mazhab Ḥanafī, Abu Bakar al-Jaṣṣāṣ81 (w.370 H) dalam kitabnya
Aḥkām Al-Qur֙ ān berkata, al-Ṭayyibāt mengandung dua pengertian, yang baik
lagi lezat dan halal, hal tersebut karena lawan katanya adalah al-Khabīthāt yang
berarti haram82. Menurut mazhab Shafi'ī, al-Nawāwi83 (w.676 H) dalam kitabnya

75
Ibn Kathīr, Tafsīr Al-Qur͗ ān al-͑Aẓīm (Beirut : Dār Iḥyā al-Kutub
al-͑Arabīyā, 1946), cet.I, 253.
76
Lihat al-Ziriklī, 107. Beliau adalah Muḥammad ibn ֜Alī ibn Muḥammad
ibn ֜Abdullāh al-Shaukānī. Beliau adalah seorang ahli fiqih dan mujtahid dari
kalangan Ulama besar Yaman. Lahir di Syaukan Yaman tahun 1173 H. Menjabat
sebagai hakim pada tahun 1229 H hingga meninggal dunia. Menurutnya taqlid
adalah haram.
77
al-Shaukānī (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub), Fatḥ al-Qādir al-Jāmī ͗
li-Aḥkām Baina Fannai al-Riwāyat wa-al-Dirāyat min-I͑ lm al-Tafsīr (Cairo :
Shirkat Maktabat wa-Maṭba͑ah Musṭafa al-Bābī al-Halabī, 1964), cet.I, 168.
78
Ibn Kathīr, Tafsīr Al-Qur͗ ān al-A ͑ ẓīm (Beirut : Dār ibn Hazm, 2000),
cet.I, 253.
79
al-Shaukānī (dikutip dari Maktabah Shamīlah), Tafsīr Al-Qur͗ ān
al-͑Aẓīm (Beirut : Dār Iḥyā al-Kutub al-͑Arabīyā, 1946), cet.I, 168.
80
Abū Ja͗far al-Ṭabarī (dikutip dari Maktabah Shamīlah), Jamī ͗ al-Bayān
fi-Ta w֙ īl ay min-Al-Qur ͗ ān (Beirut : Dār al-Fikr, 1998), cet.II, 301.
81
Lihat al-Ziriklī, 171. Aḥmad ibn ֜Alī Abū Bakr al-Rāzī, popular dengan
nama al-Jaṣṣāṣ, lahir pada tahun 305 H. Kitab-kitabnya antara lain adalah
Aḥkām Al-Qur֨ ān, Sharḥ Mukhtaṣar al-Khirāqī, Sharḥ Mukhtaṣar al-Ṭaḥāwī.
Wafat pada bulan Ḍzulhijjah, 370 H.
82
Abū Bakr al-Jaṣṣāṣ (dikutip dari Maktabah Shamīlah), Ahkām Al-Qur֨
ān, editor Muḥammad al-Ṣādiq Qamḥamī (Cairo : Dār al-Muṣḥaf, Shirkat
Maktabat wa-Maṭba֜ah ֜Abd al-Raḥmān Muḥammad, 1961), cet.II, 312.
83
Lihat al-Ziriklī, 510. Abū Zakarīyā Yaḥyā ibn Sharaf ibn Mārī ibn
Ḥasan al-Ḥazamī al-Ḥaurainī al-Nawāwī al-Shafi֨ ī. Ulama besar dalam bidang
fiqih dan hadis. Lahir di Nawa, Haurah Suriah, pada bulan Muharram 631 H, di
antara kitab-kitabnya adalah Taḥdhīb al-Asmā wa-al-Lughāt dan Minḥāj al-
Ṭālibīn. Wafat pada tahun 676 H.

35
al-Majmū͗ berkata, yang dimaksud dengan al-Ṭayyib adalah sesuatu yang
dipandang baik oleh bangsa Arab, sedangkan al-Khabīth adalah sesuatu yang
dipandang buruk oleh mereka.84 Menurut mazhab Maliki, al-Qurṭubī85 (w.671 H)
dalam kitabnya al-Jāmi ͗ li-al-Aḥkām Al-Qur֙ān mengatakan bahwa, al-Ṭayyibāt
maknanya adalah segala sesuatu yang halal dan segala sesuatu yang tidak Ṭayyib
berarti haram.86 Menurut mazhab Ḥanbalī, al-Khirāqī87 (w.334 H), dalam
kitabnya Mukhtaṣar al-Khirāqī berkata, apa saja yang disebut Ṭayyib oleh
bangsa Arab maka hukumnya halal dan apa saja yang disebut Khabīth oleh
mereka maka hukumnya adalah haram.88
Al-Raghīb al-Ishfahānī89 (w.502 H) berkata, Ṭayyib (baik) merupakan
sesuatu yang dirasakan enak oleh indra dan jiwa.90 Menurut Muḥammad Yūsuf
al-Qarḍawī91, halal adalah al-Ṭayyibāt, di mana segala sesuatu yang dipandang
baik oleh manusia secara keseluruhan92. Wahbah Musṭafa al-Zuhailī93 berkata,

84
Al-Nawāwī (dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Majmū֨ Sharḥ al-
Muḥadhdhab (Beirut : Dār al-Fikr, 1979), cet.II, 299-300.
85
Lihat al-Ziriklī, 322. Muḥammad ibn Aḥmad ibn Abū Bakr ibn Farḥ ibn
al-Anṣārī al-Khazrajī al-Andalūsī al-Malikī Abū ֜Abdillāh al-Qurṭubī, salah satu
Ulama tafsir terkemuka, di antara kitabnya adalah al-Jāmi ֙ li-Ahkām Al-Qur֨ ān,
al-Asmā fī-Sharḥ Asmā Allāh al-Ḥusnā, al-Tidhkār fī-Afḍāl al-Azkār. Wafat
pada malam Senin, 09 Syawal 671 H.
86
Ibn Rushd (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub), al-Jāmi͗ li-Aḥkām Al-
Qur͗ ān (Cairo : al-Maṭba֜ah al-Jamālīyah, 1911), cet.III, 34 dan 269.
87
Lihat al-Ziriklī, 203 Abū al-Qāsim ʿUmar ibn al-Ḥusain al-Khirāqī,
salah satu karyanya yang populer adalah Mukhtaṣar al-Khirāqī, merupakan kitab
induk dalam mazhab Hanbali, di antara kitab syarahnya yang terbaik adalah al-
Mughnī karya Ibn Qudāmah. al-Khirāqī wafat pada tahun 334 H di Damaskus.
88
Al-Khirāqī (dikutip dari Maktabah Shamīlah), ʿUmar ibn Ḥusain ibn
֜Abdillāh, Mukhtaṣar al-Khirāqī (Cairo : Maktabat al-Tijārīyat al-Kubrā, 1953),
cet.XIII, 316.
89
Lihat al-Ziriklī, 133. Beliau adalah al-Ḥusain ibn Muḥammad ibn al-
Mufaḍal Abū al-Qāsim al-Isfaḥānī atau (al-Aṣbiḥānī). Wafat pada tahun 502 H,
di antara karyanya adalah Muhāḍarāt al-֜Udabā dan al-Dharī ֜at ilā-Makārīm al-
Sharī ֜at.
90
Al-Rāghīb al-Iṣfaḥānī (dikutip dari Maktabah Shamīlah), Mu֨ jam
Mufradāt al-Fāẓ Al-Qur֨ ān (Beirut : Mu a֙ ssasat al-Risālat, 1979), cet.II, 349.
91
Yūsuf al-Qarḍawī, lahir di Shafth Turaab, Mesir, 09 September 1926,
karya Beliau yang fenomenal adalah al-Fiqh al-Zakāt, buku yang membahas
persoalan zakat dengan nuansa modern.
92
Muḥammad Yūsuf al-Qarḍawī (dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-
Ḥalāl wa-al-Ḥarām fī-al-Islām (Bairut : al-Maktabah al-Islāmī, 1988), cet.II, 29.
93
Wahbah Musṭafā al-Zuhaylī, lahir di Bandar Dair Atiah, utara Damsyik,
Syria pada tahun 1932, karyanya antara lain Aṭhār al-Ḥarb fī-al-Fiqh al-Islāmī,
al-Fiqh al-Islāmī wa-Adillatuhu.
30
sesuatu yang tidak tercantum dalam naṣ sharī a֜ t, maka hukumnya mengikuti
selera bangsa Arab.94 Ibn Mandhūr (w.711 H) dalam kitabnya Lisān al-֜Arab
berkata, sesuatu itu buruk, maka ia disebut Khabīth (yang buruk). Al-Khabīth
merupakan lawan kata dari al-Ṭayyib.95 Berdasarkan kitab Mu ֜jam al-Wasīṭ
dikatakan bahwa, al-Khabāith secara etimologi adalah bentuk jamak dari kata
al-Khabīthat, yaitu isim fā͑il dari derivasi kata Khabutha-Yakhbuthu-Khubthan
wa-Khabāthat, artinya kerusakan, keburukan, atau tidak menyenangkan. Secara
terminologi, al-Khabāith merupakan antonim dari al-Ṭayyibāt, yaitu sesuatu
yang dipandang baik oleh bangsa Arab,96 terkadang al-Khabīth diartikan sebagai
najis, seperti dalam hadis, "Jika air sudah mencapai dua qullat, maka ia tidak
mengandung najis".97
MUI mengartikan halal berarti boleh dan menjadi sesuatu yang mubah
(diperkenankan) yang terlepas dari ikatan larangan dan diizinkan oleh pembuat
syariat (Allah Swt). Haram adalah sesuatu yang dilarang oleh pembuat syariat.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, produk dikatakan halal manakala tidak
mengandung unsur atau bahan yang haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat
Islam, baik yang menyangkut bahan baku, bahan tambahan, bahan pembantu dan
bahan penolong lainnya yang digunakan selama proses pembuatan sampai
produk tersebut berada di pasaran, termasuk produk yang diolah melalui proses
rekayasa genetika dan iradiasi. Pengelolaan, pendistribusian dan penempatannya
di pasaran harus dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum agama Islam.98
Muḥammad Saʿid al-Shuyuṭī (w.1999 M) dalam kitabnya Mu֨ jizat fī-al-
Ṭibb li-al-Nabī al-֜Arabī menyatakan bahwa, alkohol adalah suci. Mengqiyaskan
alkohol kepada khamar adalah bentuk qiyās yang tidak relevan (al-Qiyās ma ͑ā
al-Farīq) dan tidak benar, karena susunan partikel di dalamnya berbeda, jika
alkohol terkandung di dalam khamar maka yang menjadi penyebab haramnya
adalah khamarnya yang kemudian memabukkan, namun alkoholnya tetap
berbeda, karena jika terpisah dari khamarnya, maka dikatakan suci seperti halnya

94
Wahbah Musṭafā al-Zuhaylī, al-Fiqh al-Islāmī wa-Adillatuhu (Cairo :
Dār al-Hadīth, 1997), cet.IV, 2599.
95
Ibn Mandhūr (dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Ifriqī, Jamāl al-Dīn
Muḥammad ibn al-Imām Jamāl al-Dīn ibn Mandhūr, Abū al-Fadl, Lisān al-֜Arab
(Cairo : al-Maṭba ͑ah al-Munirīyah, 1879), cet.III, 09.
96
Sha ֙ ban ֜Abd al-Aṭhī Aṭhīyah, Aḥmad Hāmid Husain (dikutip dari
Maktabah Shamīlah), al-Wasīṭ (Cairo : Mu ֜jam al-Lughat al-֜Arabīyah, 2004),
cet.IV, 214.
97
al-Nasā ī Aḥmad ibn Shu ͑aib ͑Alī ibn Baḥr, Abū ͑Abd al-Rahmān, Sunan
al-Nasā ī (Cairo : al-Maṭba ֜ah al-Maymānīyah, 1892), cet.II, 65.
‫ ِإذَا َكانَ ال ْما َ ُء قُلَّتَي ِْن لَ ْم‬:‫سلِّم‬ َ ‫صلِّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ي هللا َع ْن ُه َما قَال‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع َم َر َر‬ َ ‫ع ْن‬
ُ ‫ع ْب ِد هللاِ ب ِْن‬ َ ‫َو‬
‫س‬ ‫ج‬ ْ
‫ن‬
ْ ُ َ َ ‫ي‬ْ ‫لم‬: ٍ‫ظ‬‫ف‬ْ َ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ف‬
ِ ‫و‬
ْ َ َ َ
‫ث‬ ‫ب‬‫خ‬ َ ‫ال‬ ‫ل‬
ِ ْ‫َيح‬
ِ‫م‬
98
Kementerian Agama Republik Indonesia, Pedoman Labelisasi Halal
(Jakarta : Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003), cet.I, 51-52.

33
alkohol yang terdapat dalam buah-buahan dan alkohol yang digunakan sebagai
pengobatan.99 Muḥammad ibn Ṣāliḥ al-ʿUthaimin (w.2001 M) mengungkapkan
bahwa, alkohol yang bercampur dengan obat dengan konsentrasi kecil tidaklah
haram, karena tidak memberikan pengaruh, selain itu halalnya alkohol dalam
obat karena istiḥlak dan karena ͑illat (sebab) yang memabukkan pada alkohol
tidak ada, sehingga obat tersebut halal.100
Aṭiyyah Shaqr (w.2006 M) mengungkapkan bahwa, penggunaan alkohol
sudah menjadi keperluan dalam dunia medis, pembuatan obat-obatan, selain itu
alkohol juga digunakan pada proses penyucian (sterilisasi). Alkohol terdapat
juga pada parfum, digunakan sebagai pereaksi berbagai analisa kimia dan lain-
lainnya. Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka penggunaan alkohol
disucikan, kadang pula alkohol difungsikan sebagai minuman memabukkan
layaknya khamar, akan tetapi kenajisannya bukan merupakan kesepakatan
bersama. Atas dasar ini, produk lainnya (termasuk obat-obatan) yang
mengandung alkohol adalah suci.101
Sahal Mahfudh (w.2014 M) mengungkapkan bahwa, sebagian Ulama
memaknai kata rijs dengan najis. Sebagian yang lain (al-Muḥaddithīn)
berpendapat bahwa, khamar meskipun diharamkan hukumnya suci, karena najis
yang dimaksud adalah najis maknawi. Masalah di atas sebagaimana al-Qur֙ān
menyebut orang Musyrik sebagai najis, ini bukan berarti orang Musyrik najis
dalam pengertian najis yang membatalkan shalat, tetapi karena perbuatan syirik
merupakan perbuatan paling buruk menurut akal sehat.102 Secara global, produk
(termasuk obat-obatan) yang bercampur alkohol boleh saja dikonsumsi untuk
manusia, karena tidak ada sumber jelas yang berkenaan dengan adanya
pelarangan. Dasar diperbolehkannya produk yang bercampur alkohol itu antara
lain, karena menurut penuturan kitab Ta֙ līk al-Naẓmī al-Taqrīb, alkohol bukan
termasuk bahan najis. Pendapat tersebut disertai pemahaman bahwa, meskipun
memiliki potensi iskār (memabukkan) sebagaimana keterangan al-Raqāwī yang
mengharamkam nabīdh (minuman keras yang dibuat dari selain perasan atau sari
buah anggur), tapi karena tidak murni dibuat sebagai bahan baku minuman
(Muḥayya֙ li-al-Shurbi) alkohol tidak bisa dikatakan najis. Gambaran tersebut
sama halnya dengan minyak tanah yang tidak najis, walaupun diminum secara
berlebihan bisa memabukkan atau bahkan bisa menimbulkan konsekuensi yang

99
Muḥammad Sa֜d al-Suyūṭī (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub), Mu j֙ izat
fī-al-Ṭibb li-al-Nabī al-֜Arabī (Cairo : Shirkat Maktabat Musṭafā al-Bābī al-
Ḥalabī, 1944), cet.I, 84.
100
Muḥammad ibn Ṣālih al-ʿUthaimin (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub),
Majmū ͗ Fatāwā (Riyadh : Dār al-Waṭan li-al-Naṣr, 1991), cet.II, 313.
101
Aṭiyah Shaqr (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub), "Fatāwā Islāmīyat",
Jurnal Fatāwā Aḥkām, Vol.5, No.3, 2004, 1652.
102
Sahal Mahfudh, Dialog dengan Kiai Sahal Mahfudh (Solusi
Problematika Umat) (Surabaya : Ampel Suci Press, 2003), cet.II, 32.

32
lebih parah.103 Terkait banyak dan sedikitnya penggunaan alkohol, Sahal
Mahfudh mengungkapkan bahwa, campuran sedikit alkohol ke dalam obat-
obatan untuk sekedar menjaga kebaikannya, hukumnya ma֙ fū atau dimaafkan,
jadi boleh digunakan untuk berobat. Beliau menegaskan bahwa, di samping sisi
muḍarāt, disadari maupun tidak sebenarnya manusia telah banyak
memanfaatkan alkohol yang memang penting itu. Penggunaan alkohol dalam
bidang kesehatan misalnya, alkohol digunakan untuk membersihkan luka,
membunuh kuman, pembiusan, pelarutan obat-obatan dan lainnya.104
Alkohol dalam kehidupan sehari-hari juga banyak dijumpai sebagai
campuran minyak wangi atau makanan dan minuman baik sebagai pengawet
ataupun unsur pengurai. Menurut keputusan Lembaga Fikih Islam Dunia,
penggunaan alkohol untuk kepentingan-kepentingan semacam itu tidak
termasuk khamar, jadi minyak wangi yang menggunakan sedikit campuran dari
alkohol atau makanan, minuman dan obat yang dalam pembuatannya
menggunakan sedikit alkohol untuk menguraikan bahan-bahan yang tidak bisa
diuraikan dengan air atau untuk sekedar mengawetkan, boleh digunakan dan
dikonsumsi, karena di rasa sulit untuk menghindarinya (li-u͑ mūm al-Balwā).105
Al-Qarḍawī (2008) dalam fatwanya menyatakan bahwa, keberadaan
alkohol dalam proporsi 5 per seribu (0,5 persen) itu tidak dilarang, karena itu
adalah jumlah minimal, khususnya ketika itu dihasilkan dari fermentasi alami,
oleh karena itu, tidak ada yang salah dengan mengkonsumsi produk (termasuk
obat-obatan) yang mengandung kadar alkohol tidak melebihi 0,5%.106 Berobat
itu tidak dianggap sebagai ḍarūrat seperti halnya orang yang makan, hal ini
didasari oleh hadis Nabi yang menyatkan tidak bolehnya berobat menggunakan
sesuatu yang haram, "Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhanmu
dengan sesuatu yang Ia haramkan atas kamu",107 namun ḍarūratnya berobat
sama halnya seperti makan, karena keduanya merupakan suatu keharusan untuk
kelangsungan hidup.108 Dalinya sabda Rasullulah Saw yang membolehkan
menggunakan yang haram dalam berobat yaitu, disebutkan dalam hadits ṣaḥīḥ
bahwa Nabi Saw memberikan rukhṣat (keringanan) bagi Zubair ibn ͑Awwam

Sahal Mahfudh, Dialog dengan Sahal Mahfudh Telaah Fikih Sosial


103

(Semarang : Yayasan Karyawan Suara Merdeka, 1997), cet.I, 114.


104
Sahal Mahfudh, Dialog dengan Kiai Sahal Mahfudh (Solusi
Problematika Umat) (Surabaya : Ampel Suci Press, 2003), cet.II, 31-33.
105
Sahal Mahfudh, Dialog dengan Kiai Sahal Mahfudh (Solusi
Problematika Umat) (Surabaya : Ampel Suci Press, 2003), cet.II, 31-33.
106
Muḥammad Yūsuf al-Qarḍawī, al-Ghaul fi-al-Islām (Doha : AFP
Publisher, 2008), cet.I, 06.
107
Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Beirut : Dār ibn Kathīr, 1987), cet.III,
218.
‫علَ ْي ُك ْم‬
َ ‫اَّللَ لَ ْم يَجْ عَل ِشفَا َء ُك ْم فِي َما َح َّر َم‬
َّ ‫إِ َّن‬
108
Yūsuf al-Qarḍawī, Hadyu al-Islām Fatāwā Mu ͑aṣirat (Beirut : Dār al-
Ma ֙rifat, 2008), cet.III, 184.

32
dan ͑Abd al-Raḥmān ibn ͑Aūf untuk memakai sutera karena gatal pada tubuh
Beliau berdua, padahal memakai sutera pada dasarnya adalah terlarang. Telah
menceritakan kepada kami Muhammad telah mengabarkan kepada kami Waki’
telah mengabarkan kepada kami Syu’bah dari Qatadah dari Anas dia berkata :
“Nabi s.a.w. pernah memberi izin kepada Zubair bin Awwam dan Abdurrahman
bin Auf untuk memakai kain sutera karena penyakit gatal yang dideritanya.” 109
Dalil inilah yang lebih mendekati kepada Islam, yang selalu melindungi
kehidupan manusia, tetapi berkenaan dengan rukhṣat dalam menggunakan obat
yang haram itu harus dipenuhi syaratnya, yaitu terdapat bahaya yang
mengancam kehidupan manusia dan hanya bisa disembuhkan dengan obat yang
haram tanpa ada obat yang halal lainnya yang mampu menyembuhkannya.110
Mohamad Amri Bin Abdullah (2009), sebagai ketua Hubungan Halal di
JAKIM menyatakan bahwa, alkohol dan arak tidaklah sama. Alkohol adalah
alkohol dan arak adalah arak. Perbedaan ini terdapat dari hasil setelah
fermentasinya, jadi dapat dipahami bahwa, alkohol bukan dihasilkan dari arak,
hal ini yang seharusnya dipahami oleh kebanyakan orang, sehingga alkohol
bukanlah suatu hal yang najis. Produk makanan, minuman, obat-obatan yang
mengandung alkohol jika sesuai dengan rentang keamanannya, maka boleh
untuk dikonsumsi.111 Dzulkifly Mat Hashim (2010), selaku ketua Penyidikan
Produk Halal di JAKIM mengungkapkan bahwa, pandangan yang menyatakan
kesamaan antara arak dan alkohol adalah salah, karena di antara keduanya
memiliki perbedaan dari sudut struktur kimia. Pada saat ini, sudah banyak
sintesis alkohol yang digunakan sebagai campuran dalam produk di pasaran, di
mana peramu tidak bermaksud untuk membuat arak, akan tetapi digunakan
untuk zat penstabil dan pelarut, sehingga alkohol sudah menjadi kebutuhan
dalam dunia medis dan hal ini dibolehkan dan tidak termasuk bahan yang
dinajiskan, lagi pula proses untuk menghasilkan arak lebih mahal dari pada
proses untuk menghasilkan alkohol yang relatif lebih murah.112 Berdasarkan
permasalahan tersebut sebelumnya, seharusnya masyarakat merubah pola pikir
mereka yang menyamakan alkohol dengan arak, sebagai contoh adalah
penyulingan Fermpro di Chuping. Penyulingan tersebut menghasilkan bahan
baku mentah berupa alkohol yang telah mendapatkan sertifikasi halal dari
JAKIM, karena produk yang mereka hasilkan hanya digunakan untuk keperluan
medis, bukan untuk disuplai ke industri minuman arak. Auditor dari JAKIM

109
Al-Athqalānī, Fatḥ al-Bārī (Cairo : Dār al-Taqwā, cet.II, 2010), 5391.
ِ ‫الزبَي ِْر ب ِْن ْالعَ َّو ِام فِي ْالقُ ُم‬
‫ص‬ ُّ ‫ع ْوفٍ َو‬
َ ‫الرحْ َم ِن ب ِْن‬ َ ‫سلَّ َم َر َّخ‬
َّ ‫ص ِلعَ ْب ِد‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫اَّلل‬ َ ِ‫اَّلل‬ َّ ‫سو َل‬ُ ‫َس بْنَ َمالِكٍ أَ ْنبَأ َ ُه ْم أ َ َّن َر‬
َ ‫أَن‬
‫َت ِب ِه َما أ َ ْو َو َجعٍ َكانَ ِب ِه َما‬ْ ‫سف َِر مِ ْن حِ َّك ٍة كَان‬ َّ ‫ال‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ِ ِ ‫ْال َح‬
‫ير‬ ‫ر‬
Yūsuf al-Qarḍawī, Hadyu al-Islām Fatāwā Mu a͑ ṣirat (Beirut : Dār al-
110

Ma ֙rifat, 2008), cet.III, 184.


111
Muḥammad Amr ibn ͑Abdullāh, "Alkohol Halal ?", Jurnal Halal
JAKIM, Vol.5, No.8, Desember 2009, 16.
112
Anisah Ab Ghani, Muhammad Safiri Ismail, "Penentuan Piawaian
Alkohol dalam Makanan yang Dibenarkan dari Perspektif Islam", Journal of
Fiqh, Vol.1, No.7, 2010, 277-299.
32
maupun dari Fermpro sampai saat ini selalu mengawasi produksi mereka agar
tidak ada distribusi secara diam-diam ke industri minuman arak, hal ini
dimaksudkan untuk mencegah kejadian yang tidak diharapkan oleh industri
penyulingan alkohol di Perak yang mendistribusikan hasil olahan mereka ke
industri minuman arak, sehingga menimbulkan kemudaratan bagi
masyarakat.113
Permasalahan di atas sejalan dengan shadd al-Dharī a֜ h. Merupakan upaya
preventif agar tidak terjadi sesuatu yang menimbulkan dampak negatif.
Dzulkifly juga menjelaskan bahwa, proses pembuatan alkohol dan arak adalah
sama, kedua-duanya sama-sama melalui proses fermentasi, hasil dari fermentasi
dari buah dan lain sebagainya tersebut menghasilkan alkohol. Apabila
digunakan sebagai arak, alkohol tersebut dicampur dengan air yang sifatnya
memabukkan, sehingga ini berbeda sifatnya dengan alkohol beracun yang
digunakan dalam medis, di mana industri memproduksi alkohol hasil
fermentasi tersebut sebagai bahan pelarut obat, penstabil, reaksi instrument,
mematikan kuman dan sterilisasi alat-alat di rumah sakit.114
Nazih Hammad (2010) menyatakan bahwa, penggunaan bahan-bahan
yang diharamkan seperti alkohol dalam medis dan obat-obatan selama belum
bisa tergantikan atau tidak ada alternatif lain yang bisa memberikan
kesembuhan pada suatu penyakit kecuali hanya bisa sembuh dengan
mengkonsumsi obat beralkohol tersebut, maka hukumnya dibolehkan. Masalah
tersebut di atas seperti halnya makan sesuatu yang diharamkan dalam keadaan
terpaksa dan tidak ada yang lainnya, sehingga jika tidak memakannya dapat
mengancam nyawanya, jika masalahnya seperti ini, maka hal ini diperbolehkan,
karena berobat dan makan sama-sama untuk kelangsungan hidup, akan tetapi
ḍarūrat di sini ada batasnya, yaitu hanya sampai pada batas yang bisa membuat
keadaanya menjadi pulih dari penyakit yang dideritanya.115 Harmy Mohammad
Yusof (2012) menyatakan bahwa, ḍarūrat dalam berobat dengan menggunakan
sesuatu yang asalanya diharamkan itu dibolehkan. Masalah ini mengacu pada
Qawāid al-Fiqhīyyat yang menyatakan bahwa, "al-Ḍarūrat Tubīḥ al-Maḥḍūrāt".
Berobat masuk dalam kondisi ḍarūrat, di mana jiwanya dalam keadaan
terancam, sehingga dalam keadaan seperti ini, menggunakan obat terlebih
dahulu mengedepankan yang halal, namun jika ternyata harus menggunakan

113
Anisah Ab Ghani, Muhammad Safiri Ismail, "Penentuan Piawaian
Alkohol dalam Makanan yang Dibenarkan dari Perspektif Islam", Journal of
Fiqh, Vol.1, No.7, 2010, 277-299.
114
Anisah Ab Ghani, Muhammad Safiri Ismail, "Penentuan Piawaian
Alkohol dalam Makanan yang Dibenarkan dari Perspektif Islam", Journal of
Fiqh, Vol.1, No.7, 2010, 277-299.
115
Nazih Hammad, Penggunaan Bahan-Bahan yang Haram dan Najis
dalam Makanan dan Ubat-Ubatan (Selangor : al-Hidayah Publication, 2010),
cet.II, 51.

32
yang haram, maka ͑illat ḍarūrat inilah yang membolehkannya, karena Islam
adalah agama yang mudah bagi Umatnya.116
Mahrus Ali (w.1985 M) mengungkapkan bahwa, maraknya obat batuk
yang mengandung alkohol karena i͑ llat ḍarūrat sangat tidak cocok dan tidak
relevan, sebab obat batuk yang halal untuk digunakan masih banyak dijumpai di
sekitar kita. Pengobatan tersebut contohnya seperti dengan cara pijat refleksi,
meminum obat yang berasal dari tumbuh-tubuhan langsung tanpa proses
sulingan, demikian juga dengan akar-akaran (herbal) dan bekam. Alternatif-
alternatif halal yang ada tersebut membuat tidak sepantasnya alasan ḍarūrat
digunakan dalam pengobatan batuk, ketika menggunakan bahan yang haram
sebagai pengobatan, kemudian masuk kedalam tubuh, maka harus mempunyai
dalil yang jelas atas kehalalannya, sampai saat ini belum didapati adanya dalil
yang menyatakan perintah berobat dengan sesuatu yang haram, 117 dalil yang
rājiḥ adalah sabda Rasullulah SAW, "Sesungguhnya Allah telah menciptakan
penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan janganlah berobat dengan barang
yang haram".118
Al-Qarḍawī (2008) mengungkapkan dalam fatwanya bahwa, apabila di
masyarakatnya itu masih terdapat orang Muslim atau Kafir yang masih
mempunyai sisa makanan yang kiranya dapat dipakai untuk mengatasi
keterpaksaannya, maka tidak termasuk syarat ḍarūrat hanya karena seseorang
itu tidak mempunyai makanan, bahkan tidak termasuk ḍarūrat yang
membolehkan seseorang makan makanan yang haram. Masalah semacam ini
juga berlaku untuk obat-obatan, bila mana masih ada alternatif yang halal, maka
tidak ada alasan ḍarūrat untuk menggunakan obat yang haram.119Ali Mustafa
Yaqub (2013) menyatakan bahwa, para Sahabat telah bersepakat mengenai
najisnya khamar, demikian pula para Imam mazhab yang empat. Para Ulama
yang berpendapat bahwa khamar adalah suci, berasal dari kalangan Tābi i͑ n atau
Ittibā͗ al-Tābiʿīn, seperti Rabi ͑ah al-Ra ͑y gurunya Imam Mālik, al-Ḥasan al-Baṣrī
dan al-Laīsh ibn Sad͑ . Pendapat yang berasal dari mereka yang menyatakan

Harmy Mohammad Yusof, Fikah Perubatan (Selangor : PTS Milennia,


116

2012), cet.II, 62.


117
Mahrus Ali, Alkohol dalam Obat Batuk (Lirboyo : Lajnat Baḥth al-
Masāil, 19 Juni, 2011), 01. http://www.lirboyo.net/badan-otonom-pondok-
pesantren-lirboyo/lajnah-bahtsul-masail/ , Accessed 01 Oktober 2014.
118
Al-Nasā ī, Aḥmad ibn Shu֜aib ͑Alī ibn Baḥr, Abū ͑Abd al-Rahmān,
Sunan al-Nasā ī (Cairo : al-Maṭba ֜ah al-Maymānīyah, 1892), cet.II, 149.
‫اَّللَ أ َ ْنزَ َل الدَّا َء َوالد ََّوا َء َو َجعَ َل ِل ُك ِِّل دَاءٍ دَ َوا ًء فَتَدَ َاو ْوا َو َال تَدَ َاو ْوا ِب َح َر ٍام‬
َّ ‫ِإ َّن‬
119
Muḥammad Yūsuf al-Qarḍawī, al-Ḥalāl wa-al-Ḥarām fī-al-Islām
(Bairut : al-Maktabat al-Islāmī, 1988), cet.II, 47.

32
kesucian khamar dapat dipatahkan oleh ijma֙ Sahabat, karena tidak ada satupun
pendapat yang dapat dijadikan ḥujjat jika bertentangan dengan ijma֙ Sahabat.120
Alkohol dinajiskan seperti halnya khamar, karena tidak diragukan lagi
bahwa minuman khamar tidak dinamakan khamar kecuali setelah ia dapat
menutupi akal sehat (khamarāt al-͑Aql). Minuman tersebut tidak dapat menutupi
akal kecuali setelah adanya zat yang menjadikan khamar menjadi haram, yaitu
alkohol, sekiranya di dalam khamar tidak ada alkohol, tentu minuman itu tidak
dinamakan khamar, melainkan disebut sebagai juice (minuman perasan buah)
atau cuka. Minuman dikatakan juice apabila zat yang memabukkan (alkohol)
tidak terdapat di dalamnya, tentunya sebelum juice ini mengalami proses
fermentasi.121
Suatu cairan dikatakan cuka apabila zat yang memabukkan telah hilang
setelah proses pencukaan, jika ternyata khamar itu najis, maka sifat yang
menjadikanya najis tidak mungkin ada kecuali setelah adanya zat yang
memabukkan di dalamnya, jika najisnya khamar itu karena adanya zat tersebut,
yaitu alkohol, maka keputusan untuk menghukumi bahwa alkohol najis itu lebih
tepat, sebab khamar tidak dihukumi haram melainkan karena adanya senyawa
tersebut, karenanya, alkohol lebih tepat untuk diputuskan sebagai zat yang najis
dan haram. Menetapkan najisnya alkohol ini bukan berdasarkan qiyās, yaitu
dengan menganalogikannya kepada khamar, melainkan karena alkohol itu
sendiri yang menjadikan khamar itu dihukumi haram dan najis.122
Kendati demikian, terdapat beberapa Ulama berpendapat bahwa alkohol
adalah suci, salah satunya adalah Muḥammad Sa͑īd al-Shuyūṭi (w.1975 M) dalam
kitabnya Mu֙ jizat fī-al-Tibb al-Nabī, beliau berpendapat bahwa alkohol adalah
suci. Beliau mengungkapkan bahwa, mengqiyaskan alkohol kepada khamar
adalah bentuk qiyās yang tidak relevan (al-Qiyās ma ֜a al-Fārīq) dan tidak benar,
karena susunan partikel di antara keduanya berbeda. Khamar memang najis,
hanya saja penetapan hukum tentang najisnya khamar tidak menjadikan setiap
partikel di dalamnya dihukumi najis. Kadar memabukkan yang ada di dalam
khamar dan rasanya yang tajam secara terpisah adalah suci, demikian pula hal
nya dengan alkohol, jika terpisah dengan khamar, maka hukumnya adalah suci.
Kita sering mengkonsumsi alkohol dari buah-buahan tanpa batas dan
perhitungan, begitu pula minyak bumi, bensin, kloroform dan khloral misalnya,

120
Ali Musthafa Yaqub, Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan
Kosmetika menurut Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2013),
cet.II, 388-389.
121
Ali Musthafa Yaqub, Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan
Kosmetika menurut Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2013),
cet.II, 390-392.
122
Ali Musthafa Yaqub, Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan
Kosmetika menurut Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2013),
cet.II, 393-397.

23
apabila dihirup maka semua itu bisa jadi akan memabukkan, tetapi apakah
semuanya dihukumi najis ? kenapa hanya alkohol saja yang dihukumi najis,
sedangkan senyawa lainnya tidak.123 Orang yang mengaitkan najis hanya pada
alkohol saja, sesungguhnya Ia tidak mengetahui persis senyawa-senyawa yang
tersebut di atas, padahal semua itu memiliki dampak memabukkan juga bagi
yang mengkonsumsinya, sehingga orang tersebut telah menggunakan qiyās yang
salah atau fāsid karena memberatkan.124 Secara Qawāid al-Fiqhīyat, Ali Mustafa
tidak mengqiyaskan alkohol kepada khamar, melainkan dengan cara mencari
֜illat al-Ta֜līl, karena adanya alkohol sebagai zat yang memabukkan, meyebabkan
hukum khamar menjadi haram, seandainya tidak ada alkohol yang memabukkan
di dalamnya, tentu khamar tidak diharamkan. Masalah ini seperti halnya cuka
yang sudah dihilangkan alkoholnya, maka hukumnya suci. Alkohol yang
terdapat dalam buah-buahan dan sejenisnya, yang kita konsumsi sehari-hari
merupakan hukum alkohol dengan satu masalah, sedangkan memakan buah-
buahan yang mengandung alkohol adalah masalah yang lain, sehingga memakan
buah-buahan yang mengandung alkohol, maka alkohol tersebut termasuk
katagori najis yang maf֙ ū (ditoleransi keberadaannya), karena tidak mungkin kita
dapat menghindarinya. Mengkonsumsinya pun boleh, dengan syarat tidak
dipisahkan dari materinya, yaitu buah-buahan.125
Alkohol yang terdapat dalam minyak bumi, bensin, kloroform dan khloral,
maka dikatakan bahwa senyawa-senyawa tersebut tidak termasuk yang
diminum. Menggunakan senyawa-senyawa tersebut termasuk katagori rukhṣat
(kondisi dispensasi yang menjadikan tidak boleh menjadi boleh), sebab kita
sehari-hari tidak dapat lepas dari BBM (Bahan Bakar Minyak), demikian pula
penggunaan alkohol untuk membersihkan alat-alat kesehatan atau untuk
membunuh kuman-kuman dan lain sebagainya, semuanya termasuk katagori
rukhṣat, karena kita memerlukannya. Setiap yang memabukkan apapun jenisnya,
baik cair atau padat, mentah atau matang, berasal dari perasan anggur atau bahan
lainnya adalah haram. Khamar dan sifat memabukkannya dapat menyebabkan
hilangnya akal. Bahaya ini timbul akibat pengaruh alkohol pada sel-sel otak dan
jaringan saraf tulang belakang, sehingga ketika seseorang sudah ketergantungan
dengan alkohol, maka karakternya akan berubah. Lambat laun akalnya pun akan
melemah karena proses sensorik dan daya pikirnya sudah lemah, sehingga
terkadang terlihat gila, selain itu dapat juga mengubah watak seseorang yang

123
Muḥammad Sa͑d al-Suyūṭī (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub), Muj֙ izat
fī-al-Ṭibb li-al-Nabī al-֜Arabī (Cairo : Shirkat Maktabat Musṭafā al-Bābī al-
Ḥalabī, 1964), cet.I, 34.
124
Muḥammad Sa͑d al-Suyūṭī (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub), Mu֙jizat
fī-al-Ṭibb li-al-Nabī al-A֜ rabī (Cairo : Shirkat Maktabat Musṭafā al-Bābī al-
Ḥalabī, 1964), cet.I, 34.
125
Ali Musthafa Yaqub, Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan
Kosmetika Menurut Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2013),
cet.II, 398-399.

23
tadinya lemah lembut menjadi keras dan berakhlak buruk.126 Mayoritas Ulama
dari kalangan ahli fiqih Hijaz seperti al-Shafi͑ī (w.204 H), ahli hadis seperti al-
Khaṭṭābī (w.388 H) dan Ulama-Ulama Hanafiyah seperti al-Sharkhaṣī (w.483
H), ͑Ālā al-Dīn al-Samarqandī (w.540 H), dan Ibn ֜Ābidīn (w.1252 H), Malikīyyah
seperti al-Bājī (w.484 H), Shafi͑īyyah seperti al-Shirāzī (w.476 H) dan al-
Nawāwī (w.676 H) dan Hanabilah seperti al-Khirāqī (w.334 H) dan Ibn
Qudāmah al-Maqdisī (w.620 H). Mereka berpendapat bahwa, sesuatu yang
mengandung bahan yang berpotensi memabukkan maka hukumnya haram,
walaupun setelah meminumnya tidak sampai memabukkan.127
͑Ālā al-Dīn al-Samarqandī (w.540 H) menambahkan keharaman tersebut
baik untuk pengobatan maupun untuk lainnya. Hadis yang berbunyi, "sesuatu
(minuman) yang banyaknya memabukkan, maka (mengkonsumsi) sedikitnya
pun hukumnya haram".128 Terkait hadis ini, Ali Mustafa menyatakan bahwa,
sifat memabukkan pada hadis ini jika dihubungkan karena banyaknya kadar
minuman yang dikonsumsi, maka sedikitnya pun tetap memabukkan, karena
saling melengkapi. Masalah ini seperti halnya minyak Za'faran yang
ditumpahkan sedikit saja kedalam air, maka air itu tidak akan berubah warna,
kecuali jika kadar Za'faran tersebut terus ditambahkan kedalamnya, maka ketika
kadarnya semakin banyak, warnanya pun kian tampak. Pewarnaan tersebut
dihubungkan kepada semua unsur Za'faran atas dasar saling melengkapi.129
Apabila sebuah jenis produk mengandung potensi memabukkan (al-Iskār bi-al-
Quwwat), maka hukumnya adalah haram, meskipun hanya setetes.
Keharamannya tidak ditangguhkan menunggu adanya zat yang memabukkan
secara pasti (al-Iskār bi-al-Fi ͑l), atau berdasarkan keyakinan bahwa tegukan
yang terakhir kali dari produk itulah yang memabukkan, sedangkan yang
pertama tidak.130

Ali Musthafa Yaqub, Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan


126

Kosmetika Menurut Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2013),


cet.II, 388-399 dan 114.
127
Ali Musthafa Yaqub, Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan
Kosmetika Menurut Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2013),
cet.II, 114.
128
Al-Tirmidhī, Sunan al-Tirmidhī (Cairo : Shirkat al-Maktabah wa-al-
Matba ֜ah al-Bābī al-Halabī, 1953), cet.III, 194.
َ ‫ع ْن ُم َح َّم ِد ب ِْن ْال ُم ْن َكد ِِر‬
‫ع ْن َجابِ ِر‬ َ ‫ت‬ ِ ‫ع ْن دَ ُاودَ ب ِْن َب ْك ِر ب ِْن أَبِي ْالفُ َرا‬َ ‫َحدَّثَنَا قُت َ ْيبَةُ َحدَّثَنَا إِ ْس َمعِي ُل يَ ْعنِي ابْنَ َج ْعف ٍَر‬
ُ
‫ِيرهُ فَقَلِيلهُ َح َرا ٌم‬ َ
ُ ‫سل َم َما أ ْسك ََر َكث‬ َّ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫اَّلل‬ َّ ‫اَّللِ قَا َل قَا َل َرسُو ُل‬
َ ِ‫اَّلل‬ َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫ب ِْن‬
129
Ali Musthafa Yaqub, Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan
Kosmetika Menurut Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2013),
cet.II, 114.
130
Ali Musthafa Yaqub, Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan
Kosmetika Menurut Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2013),
cet.II, 116-119 dan 122-123.

25
Bagan II.B. Krangka Teori Obat Beralkohol

Bahan Baku Mengandung


(Buah-buahan dan lainnya) Halal
alkohol

Sari (perasan) Halal

Fermentasi/Ekstraksi/Destilasi

Alkohol

Haram
Farmasi
Khamar
Penggunaan luar tubuh Penggunaan dalam tubuh
Memabukkan

Haram > 0,5% < 0,5% > 0,5% < 0,5%

Bahaya Aman Bahaya Aman Bahaya Aman Bahaya Aman

Haram Ḍarūrat Haram Ḍarūrat Haram Ḍarūrat Haram Ḍarūrat

Boleh Boleh Boleh Boleh

Ada alternatif Ada alternatif Ada alternatif Ada alternatif

Haram Haram Haram Haram

Karena manfaatnya lebih sedikit dari pada mudaratnya

20
23
BAB III
ANALISIS EKSPERIMENTAL

Obat herbal x dan non herbal y dianalisis untuk mengetahui unsur-unsur yang
terkandung di dalamnya, salah satu unsur yang menjadi fokus identifikasi adalah
etanol. Keakuratan data dalam menetapkan persen kadar etanol ditentukan pada
pemilihan alat ukur dan rangkaian proses validasi metode, jika validasi yang
dihasilkan baik, maka hasil analisis yang didapatkan terjamin keakuratannya.
A. Validasi Metode Analisis
Validasi metoda analisis merupakan suatu uji laboratorium sebagai bukti
bahwa, parameter-parameter pengujian telah memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan, sehingga mencapai keakuratan data uji yang diperoleh.1
1. Alat Ukur
Analisis kadar etanol dalam obat batuk liquid menggunakan teknologi
farmasi, yaitu GC (kromatografi gas) dan MS (spektrofotometri massa). GC-MS
digunakan untuk memisahkan suatu senyawa menjadi komponen yang
menyusunnya, dengan kata lain dalam hal ini adalah memisahkan komponen yang
terkandung dalam obat jadi.2 Pemisahan senyawa didasarkan pada volatilitas zat
yang dianalisa. Fase gerak (gas pembawa) yang membawa sampel akan menempel
pada fase diam dan akan bergerak lebih lama dari komponen lainya, sehingga
masing-masing komponen keluar dari fase diam pada saat yang berbeda-beda.3
GC-MS digunakan hanya untuk mendeteksi senyawa-senyawa yang mudah
menguap, seperti alkohol. Zat-zat yang tidak bisa menguap seperti Glukosa,
Laktosa dan Sakarosa tidak dapat dideteksi dengan GC-MS, karena prinsip kerjanya
didasarkan pada perbedaan kepolaran dan massa molekul sampel yang dapat
diuapkan.4 Sampel yang berupa cairan atau gas langsung diinjeksikan ke dalam
injektor, aliran gas yang mengalir akan membawa sampel yang teruapkan untuk
masuk kedalam kolom, kemudian komponen-komponen yang terdapat pada sampel
dipisahkan berdasarkan partisi di antara fase gerak (gas pembawa) dan fase diam
(kolom). Hasilnya berupa molekul gas yang kemudian diionisasikan pada alat

1
Harmita, "Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya", Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.I, No.3, Desember 2004, 117-135,
http://journal.ui.ac.id/index.php/mik/article/view/1136, Accessed 29 April 2014.
2
D. Kealey dan Haines. P.J, Analytical Chemistry (New York : BIOS
Scientific Publishers Limited, 2011), cet.IV, 67.
3
Grob, Modern Practice of Gas Chromatography (New York : Jhon Wiley and
Sons, 2010), cet.V, 188.
4
World Health Organization, "Validation of Analytical Procedures Used in
the Examination of Pharmaceutical Materials", Journal WHO Technical Report
Series, Vol. 5, No.823, 1992, 110.
55
spektrofotometer massa, molekul gas tersebut untuk selanjutnya mengalami
fragmentasi berupa ion-ion positif yang memiliki rasio spesifik antara massa dan
muatannya.5 Sejak tahun 1960 M, alat ini banyak diaplikasikan untuk
mengidentifikasi senyawa organik. Penggunaan alat ini semakin populer karena
dapat menguapkan hampir semua senyawa organik dan mengionkannya, selain itu
fragmen yang dihasilkan dari ion molekul juga dapat dihubungkan dengan struktur
molekulnya.6 Alkohol bisa dideteksi menggunakan alat lainnya seperti High
Performance Liquid Chromatography (HPLC), akan tetapi kurang efektif karena
alkohol mudah menguap.7 Pendeteksian alkohol juga bisa menggunakan metode
konvensional destilasi menggunakan piknometer, sulingan yang diperoleh
ditetapkan bobot jenis alkoholnya dengan menggunakan daftar bobot jenis, selain
itu bisa juga menggunakan metode Mikrokontroler Atmega 8535, alat ini
menggunakan sensor dan suhu tinggi, akan tetapi terbatas hanya untuk konsentrasi
alkohol yang tinggi dan angka yang dihasilkan juga tidak stabil atau bisa berubah-
ubah dalam beberapa pengukuran.8 Metode lainnya untuk mengukur kadar alkohol
menggunakan Biosensor, merupakan membran PANI AOX, adalah membran PANI
yang diimmobilisasi enzim alkohol oksidase AOX yang selektif terhadap analit
yang dideteksi yaitu alkohol, namun alat ini ketersediannya terbatas dan tidak
meluas.9 Dibandingkan dengan menggunakan GSMS, maka hasil yang didapatkan
lebih akurat, pengerjaanya cepat, membutuhkan sedikit analit, umum digunakan
namun dengan biaya yang relatif mahal.10
2. Preparasi Sampel11
Larutan obat herbal x dan non herbal y dari (A-P) masing-masing dipipet
sebanyak 10 mL, lalu di add kan dengan aquadest sampai tanda batas 100 mL.

5
Adamovics, Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals (New York :
Marcel Dekker, 1997), cet.II, 215.
6
R. L. Grob, Modern Practice of Gas Chromatography (New York : Jhon
Wiley and Sons, 2010), cet.V, 98.
7
Adamovics, Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals (New York :
Marcel Dekker, 1997), cet.II, 322.
8
Danang Sulistyo Adiprabowo, R. Rizal Isnanto dan Iwan Setiawan,
Pendeteksi Kadar Alkohol Jenis Etanol Pada Cairan Dengan Menggunakan
Mikrokontroler Atmega 8535 (Semarang : Dahara Prize, 2010), cet.I, 1-65.
9
Titi Irmawati, Pengembangan Sensor Halal Berbasis Pani dan Alkohol
Oksidase (AOX) Untuk Mendeteksi Kadar Alkohol Pada Produk Minuman
(Surabaya : Askara Grafika Surabaya, 2013), cet.I, 1-85.
10
Elibieta Huzar dan Alicja Wodnicka, “Determination of Ethanol Content in
Medicated Syrups by Static Headspace Gas Chromatography”, Polish
Pharmaceutical Society, Vo.70, No.1, 23 November 2013, 41-49.
11
C. Harman, I. Allan, K.V. Thomas, "Comprehensive Sampling and Sample
Preparation", Analytical Techniques for Scientists, Vo.I, No.14, 23 April 2014, 265–
280, http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780123813732000144,
Accessed 12 April 2014.

56
Pelarutan sampel menggunakan aquadest membutuhkan waktu rata-rata 52 detik
untuk sampel obat herbal x (A-P) dan rata-rata 45 detik untuk sampel obat non
herbal y (A-P). Pelarutan ini tidak membutuhkan waktu yang lama, sehingga dapat
digunakan dalam pelarutan sampel dan sangat baik dengan waktu yang sangat cepat.
Waktu larut masing-masing sampel terdapat pada lampiran 1.
3. Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Etanol
Etanol grade dengan konsentrasi 96% dipipet sebanyak 1 mL dan di add kan
dengan aquadest sampai tanda batas 100 mL, sehingga didapatkan konsentrasinya
adalah 10.000 ppm, perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut :
V1.N1 = V2.N212 Pembuatan larutan induk etanol dengan konsentrasi 100 ppm dengan
perhitungan sebagai berikut :
V1.N1 = V2.N2
100 ppm x 100 mL = x.10.000 ppm
x = 10.000 : 10.000 = 1 mL
Larutan induk dengan konsentrasi 100 ppm diinjeksikan ke dalam
spectrofotometer UV-Visible sebanyak tiga kali pengulangan (triplo) dan didaptkan
panjang gelombang maksimumnya adalah sebagi berikut :
Tabel A.3.1. λ Maksimum Etanol
Senyawa λ maks (nm) pada pengukuran ke : λ maks literatur
I II III (nm)13
Etanol 221 223 220 220
Hasil pengujian menggunakan spektrofotometer UV-Visible membuktikan
bahwa, panjang gelombang maksimum etanol pada pengujian pertama, kedua dan
ketiga sudah mendekati panjang maksimum literatur, sehingga dapat disimpulkan
bahwa, pengujian yang dilakukan sesuai dan benar, adapun kromatogram panjang
maksimum etanol terdapat pada lampiran 2.
4. Uji Kesesuaian Sistem14
Larutan induk etanol diinjeksikan dengan kosentrasi 100 ppm sebanyak 20 uL
dan diulang 6 kali, hasilnya adalah sebagai berikut :

12
Luchai Butkhup, Montri Jeenphakdee, "HS-SPME-GC-MS Analysis of
Volatile Aromatic Compounds in Alcohol Related Beverages Made with Mulberry
Fruits", Food SCI. Biotechnol, Vol.20, No.4, Mei 2011, 1021-1032,
http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10068-011-0140-4, Accessed 19 April
2014.
13
Jesica Wesland, Craig Marfin, Quantitation and Confirmation of Blood
Ethanol Content Using a New GC/FID/MS Blood Alcohol Analyzer (New York :
Agilens Tecnologies, Mei 2014), cet.I, 1-5.
14
Ludwig Huber, Validation of Analytical Methods (New York : Informa
Healthcare, 2007), cet.I, 13-15.

57
Tabel A.4. Hasil Uji Kesesuaian Sistem
Senyawa Parameter Persyaratan Ʃ Nilai Pengukuran ke 1-6
Etanol Plat Teoritis (N) ≥ 25.000 31.874
Asimetris ≤ 2,5 2,30
Faktor Kapasitas 1-10 1,24
Waktu Retensi (Menit) - 2,78
HETP - 0,0137
Luas Area (AUC) - 22880
RSD (%) ≤2
Hasil nilai pengukuran ke 1 sampai ke 6 dapat dilihat pada lampiran 3, untuk
memperoleh persen RSD, dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
SD = √∑(𝑥 − 𝑥1)2
𝑛−1
= √(22.910 − 22.880)2 + (22.791 − 22.880)2 + (22.968 − 22.880)2
+ (22.829 − 22.880)2 + (22.847 − 22.880)2 + (22.936 − 22.880)2
𝑛−6 = 5
= 166
5
= 33,2
RSD = 𝑆𝐷
𝑥 100%
𝑥̅
= 33,2
𝑥 100 %
22.880
= 0,15 %
Pada hasil uji kesesuaian sistem dapat diketahui bahwa, nilai hasil uji ke 1
sampai ke 6 telah memenuhi persyaratan nilai yang telah ditetapkan, sehingga sistem
yang digunakan dapat dipastikan berjalan dengan baik dan benar.
5. Kurva Kalibrasi dan Uji Linieritas15
Larutan standar etanol dibuat dengan konsentrasi 0, 20, 40, 60, 80 dan 100
ppm, cara pengencerannya dilakukan dengan menggunakan rumus perbandingan
sebagai berikut :
V1.N1 = V2.N2
100 ppm x 100 mL = x . 1.000 ppm
X = 10.000 : 1.000 = 10 mL

15
Ravichandran V, Shalini S, "Validation of Analytical Methods- Strategies
and Importance", International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,
Vol.2, No.3, Mei 2010, 18-22.

58
Larutan etanol dipipet sebanyak 10 mL dan di add dengan aquadest hingga
tanda batas 100 mL, sehingga konsentrasi yang didapatkan adalah 100 ppm dalam
100 mL (v/v) yang digunakan sebagai larutan induk.16

100 ppm = Larutan induk


80 ppm = V1.N1 = V2.N2
= V1.100 = 5 . 80
= 5
𝑥 80
100
= 4 mL (dari 100 mL larutan induk dipipet sebanyak 4 mL dan
di add kan sampai tanda batas 5 mL).
60 ppm = V1.N1 = V2.N2
= V1.100 = 5.60
5
= 100
𝑥 60
= 3 mL (dari 100 mL larutan induk dipipet sebanyak 3 mL dan
di add kan sampai tanda batas 5 mL).
40 ppm = V1.N1 = V2.N2
= V1.100 = 5.40
= 5
𝑥 40
100
= 2 mL (dari 100 mL larutan induk dipipet sebanyak 2 mL dan
di add kan sampai tanda batas 5 mL).
20 ppm = V1.N1 = V2.N2
= V1.100 = 5.20
= 5
𝑥 20
100
= 1 mL (dari 100 mL larutan induk dipipet sebanyak 1 mL dan
di add kan sampai tanda batas 5 mL).
0 ppm = 100% aquadest
Masing-masing konsentrasi yang telah diperoleh diinjeksikan dengan volume
20 uL,17 dari hasil uji tersebut didapatkan hasilnya sebagai berikut :
Tabel A.5. Hasil Kurva Kalibrasi dan Uji Linieritas
Konsentrasi (ppm) Luas Puncak Nilai (a) Nilai (b) Nilai (r)
(AUC)
0 0 -211,82 69,4 0.9998

16
Luchai Butkhup, Montri Jeenphakdee, "HS-SPME-GC-MS Analysis of
Volatile Aromatic Compounds in Alcohol Related Beverages Made with Mulberry
Fruits", Food SCI. Biotechnol, Vol.20, No.4, Mei 2011, 1021-1032,
http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10068-011-0140-4, Accessed 29 April
2014.
17
Timothy D. Ruppel, Blood Alcohol Analysis Utilizing Headspace
Autosampling and Dual-Column GC Confirmation (New York : Perkin Elmer Ink,
2013), cet.I, 3.

59
20 4011
40 8452
60 12732
80 16821
100 22826
Berikut adalah kurva linieritas etanol :

20000
Etanol y = 211,82x - 69,4
R² = 0,9998
15000

Y-Values
Absorbansi

10000

Linear (Y-
5000 Values)

0
0 20 40 60 80 100
-5000
Konsentrasi

Hasil uji linieritas dan kurva kalibrasi yang diperoleh dapat disimpulkan
memiliki nilai yang sangat baik, hal ini ditandai dengan hasil perolehan nilai
koefesien kolerasi (r) yaitu 0,9998, di mana menurut teori jika mendekati nilai 1
berarti sangat baik, namun sebaliknya jika nilainya menjauhi angka 1 berarti
menunjukan nilai yang buruk.18
6. Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi19
Hasil uji batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel A.6.1. Hasil Uji Batas Deteksi dan Kuantitasi
Konsentrasi (ppm) Luas puncak (y) Luas area (y1) (y-y1) (y-y1)2
0 0 -2,118 2,118 4,485
20 4011 4006,92 4,080 16,646
40 8452 8013,84 8,099 65,593
60 12732 12.720,76 12,204 148,937

18
Indrajit Sen, Ajay Shandil, "Shrivastava, Gas Chromatography-Mass
Spectrometric Determination of Benzyl Alcohol in Injectable Suspensions",
Scholars Research Library Der Pharmacia Lettre, Vol.3, No.2, 2011, 218-225,
www.scholarsresearchlibrary.com, Accessed 09 April 2014.
19
Kashyap Ankita, Rana A, Singh Gurpreet, "Process Validation: Action of
Proving Effectiveness", an International Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 4,
No.3, 1 Juli 2013, 351-362.

60
80 16821 16.850,80 16,320 266,342
100 22826 22.806,15 20,495 420,045
Ʃ (y-y1)2 113,166

Keterangan :
Luas area didapat berdasarkan rumus regresi linier yaitu :
y = a+bx
y1 (0 ppm) = -211,82 + 69,4 (x)
= 69,4 (x) – 211,82
= 69,4 x 0 – 211,82
= -2,11
y1 (20 ppm) = -211,82 + 69,4 (x)
= 69,4 (x) – 211,82
= 69,4 x 20 – 211,82
= 4006,92
y1 (40 ppm) = -211,82 + 69,4 (x)
= 69,4 (x) – 211,82
= 69,4 x 40 – 211,82
= 8013,84
y1 (60 ppm) = -211,82 + 69,4 (x)
= 69,4 (x) – 211,82
= 69,4 x 60 – 211,82
= 12.720,76
y1 (80 ppm) = -211,82 + 69,4 (x)
= 69,4 (x) – 211,82
= 69,4 x 80 – 211,82
= 16.850,80
y1 (100 ppm) = -211,82 + 69,4 (x)
= 69,4 (x) – 211,82
= 69,4 x 100 – 211,82
= 22.806,15
𝑦 √∑(𝑦−𝑦1) 113,166
S( )
𝑥
= 𝑛−2
= √ 4 = 28,279
𝑠𝑦
3 ( ) 3 . 113,166
LOD = 𝑏𝑥 = 69,4 = 1,629 ug/mL
𝑠𝑦
10 ( ) 10 . 113,116
LOQ = 𝑏
𝑥
= 69,4
= 4,987 ug/mL

Tabel A.6.2. Nilai Simpangan Baku Risidual, LOD dan LOQ


Parameter Nilai
Simpangan Baku Risidual (sy/x) 28,279
Limit Deteksi (LOD) 1,629 ug/mL
Limit Deteksi (LOQ) 4,987 ug/mL

61
Hasil uji batas deteksi dan batas kuantitasi yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa, konsentrasi analit minimal yang dapat terdeteksi adalah ≥ 1,629 ug/mL dan
konsentrasi analit minimal yang dapat terkuantitasi adalah ≥ 4,987 ug/mL. Uji LOD
dan LOQ ini membuktikan bahwa, analisis penetapan kadar etanol yang diperoleh
akurat, karena konsentrasi sampel yang diperoleh di atas 20,000 ppm, di mana jika
dikonversikan kedalam mikrogram (ug) setara dengan 20,000 ug atau 2,0 miligram
(mg).
7. Uji Selektifitas20
Larutan standar etanol dengan konsentrasi 10 ppm diinjeksikan 20 uL dan
diulang sebanyak 6 kali.21 Hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel A.7. Hasil Uji Selektifitas
Kadar Luas Kadar Recovery Diƒƒ SD RSD (%)
Sebenarnya Puncak Terukur (%) (%)
(ppm) (AUC) (ug/mL)
10 280,107 9,839 0,162 98,39 0,361 0,120
281,722 9,983 0,170 99,83
279,889 9,808 0,192 98,08
280,231 9,857 0,143 98,57
280,118 9,841 0,159 98,41
280,571 9,906 0,094 99,06
Ʃ 280,439 9,872 0,153 98,723
Keterangan :
Kadar sebenarnya yang diuji adalah 10 ppm, cara pengenceranya dilakukan
dengan menggunakan rumus perbandingan sebagai berikut :
V1.N1 = V2.N2
100 ppm x 100 mL = x . 1.000 ppm
X = 10.000 : 1.000 = 10 mL
Larutan etanol dipipet sebanyak 10 mL dan di add dengan aquadest hingga
tanda batas 100 mL, sehingga konsentrasi yang didapatkan adalah 100 ppm dalam
100 mL (v/v) yang digunakan sebagai larutan induk.22

20
Onna M. C. Pollin, Validation of Analytical Method for Pharmaceutical
Analycis (London : Mourne Trening Services, 2009), cet.II, 113.
21
Harmita, "Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya", Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.I, No.3, Desember 2004, 117-135,
http://journal.ui.ac.id/index.php/mik/article/view/1136, Accessed 20 April 2014.
22
Luchai Butkhup, Montri Jeenphakdee, "HS-SPME-GC-MS Analysis of
Volatile Aromatic Compounds in Alcohol Related Beverages Made with Mulberry
Fruits", Food SCI. Biotechnol, Vol.20, No.4, Mei 2011, 1021-1032,

62
100 ppm = Larutan induk
10 ppm = V1.N1 = V2.N2
= V1.100 = 5 . 10
= 5
𝑥 10
100
= 0,5 mL (dari 100 mL larutan induk dipipet sebanyak 0,5 mL
dan di add kan sampai tanda batas 5 mL).
Pada hasil uji selektifitas yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa,
nilai RSD yang didapatkan yaitu 0,120% memenuhi syarat, karena persyaratannya
adalah ≤ 2%, selain itu nilai % recovery juga sangat baik, karena tidak lebih dari
batas maksimum yang distandarkan yaitu, harus ≤ 15 % dan nilai % diff yang
dihasilkan juga mendekati 100%. Berdasarkan hasil uji selektifitas yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa, spesifitas metode analisis yang digunakan baik dan benar.
8. Uji Akurasi23
Larutan standar etanol grade dengan konsentrasi 5, 10 dan 15 ppm
diinjeksikan 20 uL dan diulang sebanyak 3 kali.24 Hasilnya adalah sebagai berikut:
A.8. Tabel Hasil Uji Akurasi
Konsentrasi Luas Perolehan Recovery Diƒƒ SD RSD
Sebenarnya Puncak Kembali (%) (%)
(ppm) (AUC) (ug/mL)
5 229,008 4,953 0,940 99,06 0,459 0,200
229,101 4,980 0,400 99,60
229,011 4,954 0,920 99,08
Ʃ 229,040 4,951 0,753 99,246
10 280,661 9,910 0,900 99,10 0,241 0,085
280,502 9,824 1,760 98,24
280,648 9,917 0,830 99,17
Ʃ 280,603 9,883 1,163 98,84
15 365,710 14,635 2,433 97,53 0,203 0,055
366,210 14,682 2,120 97,86
366,550 14,714 1,906 98,06
Ʃ 366,156 14,677 2,153 97,82

http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10068-011-0140-4, Accessed 29 April


2014.
23
Kashyap Ankita, Rana A, Singh Gurpreet, "Process Validation: Action of
Proving Effectiveness", an International Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 4,
No.3, 1 Juli 2013, 351-362.
24
World Health Organization, "Validation of Analytical Procedures Used in
the Examination of Pharmaceutical Materials", Journal WHO Technical Report
Series, Vol. 5, No.823, 1992, 117.
63
Pada hasil uji akurasi dapat disimpulkan bahwa, nilai RSD yang diperoleh
kurang atau tidak lebih dari 2%, nilai recovery (perolehan kembali) yang didapatkan
tidak ada yang melebihi dari 15% dan persen diff yang diperoleh semuanya
mendekati 100%,25 hal ini sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, sehingga
dapat disimpulkan bahwa, pengujian yang dilakukan baik dan akurat.
9. Uji Presisi26
Larutan standar etanol grade dengan konsentrasi 5, 10 dan 15 ppm
diinjeksikan 20 uL dan diulang sebanyak 3 kali. Pengujian tersesebut dilakukan dan
diselesaikan dalam satu hari, kemudian pengujian dilakukan dan diselesaikan
kembali pada hari berikutnya.27 Hasilnya adalah sebagai berikut :
A.9. Tabel Hasil Uji Presisi
Konsentrasi Hari Luas Perolehan Recovery Diff SD RSD
Sebenarnya ke : Puncak Kembali (%) (%)
(ppm) (AUC) (ug/mL)
5 1 229,012 4,954 0,920 99,08 0,068 0,029
229,009 4,951 0,980 99,02
229,108 4,956 0,880 99,12
Ʃ 229,013 4,953 0,926 99,07
2 228,913 4,925 1,500 98,50 0,536 0,234
229,111 4,985 0,015 99,70
228,886 4,918 0,082 98,36
Ʃ 228,973 4,942 0,532 98,53
10 1 280,590 9,909 0,910 99,09 0,275 0,098
280,607 9,911 0,890 99,11
280,610 9,912 0,880 99,12
Ʃ 280,602 9,910 0,893 99,10
2 280,601 9,910 0,090 99,10 0,075 0,026
280,599 9,910 0,090 99,10
280,607 9,911 0,890 99,11
Ʃ 280,602 9,910 0,356 99,10
15 1 365,777 14,641 2,393 97,60 0,295 0,080

25
Indrajit Sen, Ajay Shandil, "Shrivastava, Gas Chromatography-Mass
Spectrometric Determination of Benzyl Alcohol in Injectable Suspensions",
Scholars Research Library Der Pharmacia Lettre, Vol.3, No.2, 2011, 218-225,
www.scholarsresearchlibrary.com, Accessed 05 April 2014.
26
Kashyap Ankita, Rana A, Singh Gurpreet, "Process Validation: Action of
Proving Effectiveness", an International Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 4,
No.3, 1 Juli 2013, 351-362.
27
World Health Organization, "Validation of Analytical Procedures Used in
the Examination of Pharmaceutical Materials", Journal WHO Technical Report
Series, Vol. 5, No.823, 1992, 117.
64
365,698 14,633 2,446 97,53
365,753 14,639 2,406 97,57
Ʃ 365,742 14,637 2,415 97,56
2 365,748 14,636 2,413 97,58 0,340 0,092
365,802 14,643 2,380 97,60
365,826 14,646 2,360 97,64
Ʃ 365,792 14,641 2,384 97,60
Dari hasil uji presisi dapat disimpulkan bahwa, nilai RSD dan persen diff yang
di peroleh pada pengujian hari pertama dan hari kedua tidak mengalami perbedaan
yang signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa, pengambilan sampel pada
pengujian yang dilakukan homogen dan sesuai persyaratan yang telah ditentukan.28
B. Analisis Kadar Etanol
Larutan obat liquid herbal x dan non herbal y dari (A-P) dipipet sebanyak 1
mL dan dilarutkan dalam 10 mL aquadest 100%, kemudian diaduk, setelah larutan
homogen, diambil menggunakan syringe 5 cc dan dimasukkan ke dalam vial melalui
filter 0,45 μm, setelah itu diinjeksikan dengan kondisi analisis yang telah
disesuaikan.29 Uji perolehan kadar etanol pada masing-masing sampel dilakukan
sebanyak tiga kali pengulangan (triplo) agar hasil yang diperoleh akurat.
1. Kadar Etanol Obat Liquid Herbal X
Hasil kadar etanol obat liquid herbal x dari (A-P) adalah sebagai berikut :
Tabel B.1. Hasil Penetapan Kadar Etanol Obat Liquid Herbal X
Sampel Luas Puncak Kadar (ppm/30 mL) Kadar (%)
(AUC)
Obat Liquid Herbal X 0 0 0,0
dari (A-P) 0 0 0,0
0 0 0,0
Ʃ 0 0 0,0
Hasil uji pada sampel obat liquid herbal x dari (A-P) menunjukan bahwa,
semua sampel negatif mengandung etanol, karena pada rentang retensi waktu ke
2.5–3.0 menit tidak ditemukan peak yang muncul.

28
Harmita, "Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya", Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.I, No.3, Desember 2004, 117-135,
http://journal.ui.ac.id/index.php/mik/article/view/1136, Accessed 02 Mei 2014.
29
Indrajit Sen, Ajay Shandil, "Shrivastava, Gas Chromatography-Mass
Spectrometric Determination of Benzyl Alcohol in Injectable Suspensions",
Scholars Research Library Der Pharmacia Lettre, Vol.3, No.2, (2011), 218-225,
www.scholarsresearchlibrary.com, Accessed 19 Mei 2014.
65
2. Kadar Etanol Obat Liquid Non Herbal Y
Kadar etanol obat liquid non herbal y dari (A-P) yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
Tabel B.2. Hasil Penetapan Kadar Etanol Obat Liquid Non Herbal Y
Sampel Luas Puncak Kadar Kadar (%)
(AUC) (ppm/30 mL)
Obat Liquid Non Herbal 5118 21,208 2,120
Y (A) 5072 20,966 2,096
5271 21,826 2,182
Ʃ 5153 21,833 2,132
Obat Liquid Non Herbal 5320 22,081 2,208
Y (B) 5199 21,558 2,115
5280 21,908 2,190
Ʃ 5266 21,849 2,171
Obat Liquid Non Herbal 5012 20,750 2,075
Y (C) 5307 22,025 2,202
5211 21,610 2,102
Ʃ 5176 21,461 2,126
Obat Liquid Non Herbal 5284 21,928 2,192
Y (D) 5301 21,999 2,199
5088 21,078 2,107
Ʃ 5224 21,668 2,166
Obat Liquid Non Herbal 5182 21,484 2,148
Y (E) 5178 21,424 2,142
5261 21,947 2,194
Ʃ 5207 21,618 2,161
Obat Liquid Non Herbal 5097 21,117 2,111
Y (F) 5289 21,947 2,194
5299 21,973 2,197
Ʃ 5228 21,679 2,167
Obat Liquid Non Herbal 5217 21,636 2,163
Y (G) 5309 22,855 2,285
5272 21,873 2,187
Ʃ 5266 22,121 2,211
Obat Liquid Non Herbal 5241 21,739 2,173
Y (H) 5300 21,951 2,195
5091 21,091 2,109
Ʃ 5210 21,953 2,159
Obat Liquid Non Herbal 5310 22,038 2,203
Y (I) 5288 21,943 2,194
5272 21,873 2,187
Ʃ 5290 21,951 2,194

66
Obat Liquid Non Herbal 5277 21,895 2,189
Y (J) 5205 21,584 2,158
5070 21,000 2,100
Ʃ 5184 21,493 2,149
Obat Liquid Non Herbal 5126 21,242 2,124
Y (K) 5311 22,042 2,204
5281 21,912 2,191
Ʃ 5239 21,732 2,173
Obat Liquid Non Herbal 5191 21,523 2,152
Y (L) 5308 22.029 2,202
5255 21,800 2,180
Ʃ 5251 21,784 2,178
Obat Liquid Non Herbal 5200 21,562 2,156
Y (M) 5099 21,126 2,112
5371 22,301 2,230
Ʃ 5223 21,663 2,166
Obat Liquid Non Herbal 5099 21,126 2,112
Y (N) 5260 21,822 2,182
5227 21,679 2,167
Ʃ 5195 21,542 2,153
Obat Liquid Non Herbal 5099 21,610 2,161
Y (O) 5260 21,886 2,188
5227 20,996 2,099
Ʃ 5195 21,497 2,149
Obat Liquid Non Herbal 5290 21,951 2,195
Y (P) 5327 22,111 2,211
5049 20,910 2,091
Ʃ 5222 21,657 2,165
Hasil uji pada sampel obat liquid non herbal y dari (A-P) menunjukan bahwa,
semua sampel positif mengandung etanol dengan kadar rata-rata setiap sampel
teridentifikasi etanol sebanyak ± 2 %. Puncak yang menunjukan adanya etanol dapat
terlihat pada peak yang muncul pada retensi waktu antara 2,5 – 3,0 menit, di mana
peak yang muncul sama halnya dengan waktu retensi pada pengujian standar etanol.
Keterangan : Huruf A-P menunjukan identitas ke 16 sampel yang diambil dari
berbagai rumah sakit berikut ini :
A = RS. Sari Asih di Jl. Otista No.03 Ciputat
B = RS. Ibu dan Anak Ichsan Medical Center Ciputat
C = RS. Citra Baersalin Ananda Ciputat
D = RS. Syahid Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Ciputat
E = RS. Bersalin Prima Medika Ciputat
F = RS. Ibu dan Anak Cinta Kasih Ciputat
G = RS. Ibu dan Anak Hermina Ciputat Timur

67
H = RSUD Kota Tangerang Selatan Jl. Raya Pajajaran, Pamulang
I = Eka Hospital Central Business District Lot IX BSD City Serpong
J = RS. Omni Internasional Jl. Alam Sutera Boulevard Pondok Jagung
K = RS. Internasional Bintaro Jl. MH. Thamrin Blok B3 No.1 Sektor 7
L = RS. Medika, Bumi Serpong Damai City
M = RS. Islam Asshobirin, Jl. Raya Serpong KM.11 Pondok Jagung
N = RS. Bhineka Bakti Husada, Pamulang
O = RS. Ibu dan Anak Buah Hati - Jl. Aria Putra Ciputat
P = RS. Ibu dan Anak Buah Hati - Jl. Siliwangi Pamulang

Kurva B.4. Kadar Etanol Pada Larutan Standar, Obat Herbal dan Non Herbal

Kadar Etanol
2,5

2,16 2,21 2,19 2,17


2,13 2,12 2,16 2,149

2 2,17 2,16 2,16 2,15 2,14 2,17 2,15 2,165

1,5
Kadar (Persentase)

0,5

0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0 0 0 0 0 0

-0,5
A B C D E F G H I J K L M N O P

Sampel

Obat Herbal Y Obat Non Hebal X

68
BAB IV
KEAMANAN DAN HUKUM OBAT

Obat liquid herbal x tidak teridentifikasi etanol, sedangkan obat non


herbal y teridentifikasi etanol dengan kadar ± 2%. Analisis keamanan kedua
obat tersebut dilakukan melalui pendekatan perspektif farmasis dan analisis
hukum kedua obat tersebut dilakukan melalui pendekatan perspektif ulama.
A. Keamanan Obat Perspektif Farmasis
Alkohol dalam ilmu kimia merupakan senyawa organik apa saja yang
memiliki gugus hidroksil (–OH). Berdasarkan letak gugus -OH pada atom C
yang mengikatnya, alkohol terdiri dari alkohol primer,1 skunder2 dan tersier,3
sedangkan yang termasuk dalam alkohol primer adalah etanol dan metanol.
Etanol merupakan alkohol dengan rantai tunggal. Etanol dalam dunia farmasi
sering disebut dengan etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau
alkohol saja. Etanol diperoleh dengan cara memproduksi secara biologis
(fermentasi), peterokimia (hidrasi etilena)4 dan dengan cara sintesis
laboratorium secara substitusi5 atau juga reduksi.6
Etanol yang diperoleh dari buah-buahan dan bahan lainnya masuk
dalam katagori cara memperoleh etanol secara fermentasi. Buah-buahan atau
bahan tersebut mengandung gula seperti glukosa, sebelum proses fermentasi,

Lihat John John A. Monick, Alkohol : Their Chemistry, Properties


1

and Manufacture (New York : Reinhold Book Corporation, 1968), cet.I, 06.
Alkohol primer adalah alkohol dengan gugus –OH terikat pada atom C
primer, contohnya adalah etanol dan metanol.
2
Lihat John John A. Monick, 06. Alkohol sekunder adalah alkohol
dengan gugus –OH terikat pada atom C sekunder, contohnya adalah 2-
propanolol dan 2-butanol.
3
Lihat John John A. Monick, 07. Alkohol tersier adalah alkohol dengan
gugus –OH terikat pada atom C tersier, contohnya adalah 2-metil, 2-propanol
dan 3-etil, 3-pentanol.
4
Lihat Gotham, a Cultural History of Alcohol (New York : Penguin
Grup, cet.II, 2008), 47. Perolehan secara langsung menggunakan etilena
(Hidrasi Etilena) atau alkana lain dari proses cracking dari minyak bumi yang
didestilasi.
5
Lihat Gotham, 48. Alkil halida : primer bereaksi dengan NaOH atau
KOH akan menghasilkan alkohol primer. Reagen Grignard : bereaksi dengan
gugus karbonil akan menghasilkan alkohol sekunder dan alkohol tersier.
6
Lihat Gotham, 50. Aldehida atau keton dapat direduksi dengan
Natrium Borohidrida atau Litium Aluminium Hidrida. Reduksi lainnya oleh
Aluminium Isopropilat adalah reduksi Meerwein-Ponndorf-Verley
Hidrogenasi Asimetris Noyori adalah reduksi asimetris β-Keto-Ester.
69
satu molekul glukosa dipecah menjadi 2 molekul piruvat yang disebut dengan
istilah glikolisis, reaksinya adalah, C6H12O6 + 2 ADP + 2 Pi + 2 NAD+ → 2
CH3COCOO− + 2 ATP + 2 NADH + 2 H2O + 2H+. CH3COCOO− merupakan
rumus piruvat, sedangkan Pi merupakan fosfat anorganik. Proses glikolisis
akan mereduksi 2 molekul NAD+ menjadi NADH, kemudian dua molekul
ADP diubah menjadi 2 molekul ATP dan 2 molekul air. Pada proses
fermentasi, glukosa diubah dan menghasilkan etanol dan karbondioksida,
reaksi ini menggunakan organisme Saccharomyces Cerevisiae dalam
lingkungan anaerobik (tanpa oksigen), secara umum reaksinya adalah,
C6H12O6 → 2 CH3CH2OH + 2 CO2.7
Etanol secara garis besar dalam dunia farmasi dimanfaatkan dalam
bentuk penggunaan luar dan dalam tubuh. Penggunaan luar untuk sterilisasi
pada alat-alat yang terkontaminasi mikroorganisme dan sebagai desinfektan
untuk membersihkan tubuh dari cemaran jasad renik yang dapat
membahayakan manusia.8 Penggunaan lainnya bisa dalam untuk keperluan
ekstraksi zat aktif obat, terutama yang berasal dari bahan alam. Alkohol juga
digunakan sebagai pelarut sekaligus pengawet dalam proses pembuatan obat
atau setelahnya.9 Etanol digunakan sebagai pelarut untuk obat-obat tertentu
yang sukar larut dalam air dan pelarut lainnya, selain itu penggunaan etanol
sebagai pelarut berdasarkan sifat zat aktif yang kelarutanya lebih mudah
dengan etanol, sehingga penggunannya lebih efektif dan efesien. Pelarutan
obat sering kali digunakan pada proses pembuatan obat dengan sediaan liquid
dan semi solid, beberapa sediaan liquid dalam farmasi yaitu, Solutiones,
Mixture, Syrup, Elixir, Lotio, Spirit, Tinctur, Aromatic, Enema, Mixtura,
Agitanda, Suspensi, Emulsi, Saturasi, Netralisasi, Infusa, Injectiones,
Inhalasi, Irigasi dan Guttae.10 Sediaan semi solid yaitu, Unguenta,
Occulenta, Pasta, Linimenta, Sapones, Cream dan Gel.11 Pada kasus obat

7
John John A. Monick, Alkohol : Their Chemistry, Properties and
Manufacture (New York : Reinhold Book Corporation, 1968), cet.I, 13.
8
Ernst Mutschler, Dinamika Obat : Farmakologi dan Toksikologi,
penerjemah : Mathilda B.Widianto dan Anna Setiadi R (Bandung : ITB
Publisher, 2008), cet.V, 212.
9
Ansel C Howard, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery
Systems (Atlanta : Wolters Kluwer, 2011), cet.IV, 217.
10
Lachman, Leon, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy
(Philadelphia : Lea and Febiger Publisher, 1976), cet.II, 821, 538, 830, 83,
391, 804, 852, 52, 103, 458, 447, 37, 829, 116, 818, 542, 337, 341, 339, 346
dan 320.
11
Lachman, Leon, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy
(Philadelphia : Lea and Febiger Publisher, 1976), cet.II, 854, 520, 547, 382,
829, 64 dan 311.
70
batuk, sediaan yang paling banyak diproduksi adalah bentuk liquid,12 hal ini
dikarenakan batuk lebih sering diderita oleh anak-anak ketimbang orang
dewasa,13 sedangkan anak-anak sukar untuk menelan sediaan solid, maka
perlu dibuat sediaan liquid berupa larutan, sirup, suspensi dan emulsi.
Sediaan liquid juga mempunyai kentungan lain, seperti memiliki
homogenitas yang cukup tinggi, lebih mudah diabsorpsi daripada sediaan
solid yang harus mengalami proses pemecahan terlebih dahulu dan pelarutan,
selain itu juga luas permukaan kontaknya dengan permukaan saluran cerna
lebih tinggi, kemudian dapat menutupi rasa tidak enak atau pahit dari obat,
terutama untuk pemberian pada anak-anak, selain itu juga dapat mengurangi
resiko terjadinya iritasi lambung oleh senyawa iritan seperti Aspirin dan
KCL, karena dapat langsung diencerkan dalam lambung dan yang terakhir
dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam bentuk solid.14
Zat aktif yang digunakan dalam obat batuk dapat bekerja sebagai
mukolitik atau ekspektoran jika batuknya berdahak, dan antitusif narkotik
atau non narkotik jika batuknya kering. Batuk biasanya disertai dengan nafas
yang tidak lega, sehingga membutuhkan dekongestan, selain itu juga
biasanya disertai dengan demam sehingga butuh golongan antiperetik dan
disertai pula dengan alergi atau hidung meler sehingga sediaan biasanya
dicampur dengan golongan antihistamin.15 Zat aktif dari golongan-golongan
obat tersebut sukar larut dalam air dan lebih mudah larut dalam etanol,
contohnya dari ekspektoran adalah Guafenesin yang kelarutanya dalam air
1:33, sedangkan dalam etanol lebih mudah yaitu 1:11, golongan mukolitik
adalah Bromhexine HCL yang kelarutanya rendah dalam air dan Ambroxsol
HCL yang kelarutannya dalam air 1:100. Antitusif non narkotik adalah
Dekstrometorfan yang praktis tidak larut dalam air dan Noskapin yang sukar
larut dalam air, kemudian antitusif narkotik adalah Kokain yang sukar larut
dalam air, sehingga harus menggunakan etanol 95%, walaupun tidak semua
senyawa tersebut dibuat dalam bentuk sediaan liquid.16 Golongan antiperetik

12
MIMS Indonesia, Drug A To Z (Jakarta : MIMS Online : Drugs
Brand and Generic. 19 November, 2014, 01.
http://www.mims.com/Indonesia/Browse/Alphabet/A?cat=drug,
Accessed 27 November, 2014.
13
Lihat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Health Statistics
2013 (Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, cet.I, 2014), 169.
Kasus batuk terlihat dari gejala penyakit tuberkolosis, demam dan
pneumonia, di mana penyakit tersebut lebih banyak diderita oleh anak-anak
usia antara 0-12 tahun.
14
Lihat Aci Widiastuti, Salma Sehan, Teknologi Sediaan Farmasi
(Bandung : ITB Publisher, 2010), cet.I, 44.
15
Elin Yulinah Sukandar, Retnosari Andrajati, ISO Farmakoterapi 2
(Jakarta : Ikatan Apoteker Indonesia, 2011), cet.I, 211-215.
16
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia
III (Jakarta : Kemenkes, 1995), cet.IV, 85, 51, 39, 72, 231, 109.
71
yang paling populer dan sering dipakai adalah Paracetamol, di mana
kelarutannya lebih mudah dalam etanol yaitu 1:7 ketimbang dalam air 1:70,
sedangkan golongan dekongestan salah satunya adalah Fenilefrin yang
kelarutannya dalam etanol 1:10 lebih mudah daripada kelarutannya dalam air
yaitu 1:70.17 Golongan antihistamin yang kelarutannya rendah dalam air
adalah Feniramin.18 Berdasarkan sifat kelarutan zat aktif obat batuk tersebut,
dapat diketahui bahwa, sukarnya kelarutan zat aktif dalam air mengharuskan
pembuatan obat batuk menggunakan etanol untuk proses pelarutannya.19
Sediaan obat batuk di pasaran yang paling banyak dijumpai adalah
eliksir dan sirup. Kelebihan eliksir dan sirup dari sediaan lainnya adalah,
sediaan eliksir jernih tanpa harus dikocok, bersifat hidroalkohol, sehingga
lebih mampu mempertahankan komponen larutan yang larut dalam alkohol
jika dibandingkan dengan sirup, pembuatannya lebih mudah, dosisnya lebih
seragam, penampilannya lebih menarik dan tingkat kehomogenitasannya
lebih tinggi.20 Kekurangannya adalah, kandungan alkoholnya kurang baik
bagi kesehatan, mudah ditumbuhi mikroorganisme, susah untuk diangkut,
stabilitasnya kurang baik jika dibandingkan dengan sediaan solid, terutama
zat yang mudah terhidrolisis dan ketepatan dosis tergantung pada
kemampuan pasien menakar.21
Eliksir kurang manis dan kurang kental jika dibandingkan dengan
sirup, karena mengandung kadar gula yang lebih rendah sehingga kurang
efektif dalam menutupi rasa obat. Beberapa obat yang mengandung bau yang
kurang menyenangkan sukar ditutupi bila dibandingkan dengan sirup.
Kekurangan lainnya adalah, memerlukan alat sendok untuk meminumnya dan
menakar dosisnya, jika terjatuh maka akan pecah dan terbuang percumah,
selain itu juga mengandung bahan yang mudah menguap, sehingga harus
disimpan dalam botol kedap dan jauh dari sumber api.22
Formulator sediaan eliksir dan sirup harus memperhatikan kelarutan
bahan-bahan yang digunakan, kestabilan zat aktif, kombinasinya, kesesuaian
takaran dosis, penyimpanan, interaksi zat aktif dan penampilannya juga harus

17
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia
III (Jakarta : Kemenkes, 1995), cet.IV, 250, 78.
18
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia
III (Jakarta : Kemenkes, 1995), cet.IV, 80.
19
American Pharmaceutical Association, Handbook of Pharmaceutical
Excipients (New York : The Pharmaceutical Press, 2006), cet.V, 403.
20
American Pharmaceutical Association, Handbook of Pharmaceutical
Excipients (New York : The Pharmaceutical Press, 2006), cet.V, 403.
21
Lihat Aci Widiastuti, Salma Sehan, Teknologi Sediaan Farmasi
(Bandung : ITB Publisher, 2010), cet.I, 52.
22
Lihat Aci Widiastuti, Salma Sehan, Teknologi Sediaan Farmasi
(Bandung : ITB Publisher, 2010), cet.I, 52.
72
menarik,23 sehingga dengan begitu dapat dihasilkan obat yang berkualitas dan
terjamin mutunya. Eksipien yang biasa ditambahkan dalam pembuatan
sediaan eliksir dan sirup adalah pelarut, (pendapar, antioksidan dan
pengkelat), pewarna, pemanis, pewangi, pengawet, dan anticoplocking agent.
Pelarut atau pembawa tujuannya untuk melarutkan zat aktif menjadi
homogen, pemilihannya tergantung pada sifat kimia fisika zat aktif.24 Pelarut
utama yang digunakan dalam sediaan eliksir adalah etanol 90%, dapat juga
ditambahkan Gliserol, Sorbitol, dan Propilenglikol.25
Zat yang range pH stabilitasnya kecil harus didapar dengan pendapar
yang sesuai, yang perlu diperhatikan adalah ketercampuran dengan bahan
yang lain, inert (tahan terhadap reaksi kimia) dan tidak toksik. Larutan dapar
seharusnya disiapkan segar, harus disimpan pada wadah gelas bebas alkali
dan tidak lebih dari tiga bulan setelah tanggal pembuatan.26 Dapar yang bisa
digunakan adalah NaOH, Asam Sitrat dan Posphat, sedangkan antioksidan
berfungsi sebagai proteksi terhadap bahan aktif yang mudah teroksidasi oleh
oksigen, antioksidan yang ideal bersifat non toksik, non iritan, efektif pada
konsentrasi rendah, larut dalam fase pembawa, stabil, tidak berbau dan tidak
berasa.27
Antioksidan yang bisa ditambahkan adalah Asam Askorbat dengan
konsentrasi antara 0,01-0,1% dengan pH stabilitas 5,4 dan Sodium
Metabisulfit dengan konsentrasi antara 0,01-0,1%. Penggunaan pelarut
dalam kebanyakan eliksir sering diperhitungkan terhadap pertimbangan
stabilitas, akan tetapi tetap diperlukan penambahan penstabilisasi, sebagai
contoh Neomiksin Eliksir BPC yang diatur pH nya 4,5 dengan Asam Sitrat
untuk mengurangi timbulnya warna hitam saat penyimpanan, ditambahkan
juga Na EDTA sebagai pemisah terhadap logam yang mengkatalisa
penguraian antibiotik jika terdapat dalam sediaan.28 Tujuan penambahan zat
warna kedalam sediaan untuk menutupi penampilan yang tidak menarik dan
meningkatkan ketertarikan dan penerimaan pasien. Zat warna yang
ditambahkan harus sesuai dengan flavour, non toxic, non iritant dan dapat

23
Howard C. Ansel, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery
Systems (Atlanta : Wolters Kluwer, 2011), cet.IV, 316-317.
24
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Formularium Nasional
(Jakarta : Kemenkes, 1978), cet.III, 313.
25
American Pharmaceutical Association, Handbook of Pharmaceutical
Excipients (New York : The Pharmaceutical Press, 2006), cet.V, 412.
26
Lihat Aci Widiastuti, Salma Sehan, Teknologi Sediaan Farmasi
(Bandung : ITB Publisher, 2010), cet.I, 56.
27
American Pharmaceutical Association, Handbook of Pharmaceutical
Excipients (New York : The Pharmaceutical Press, 2006), cet.V, 425.
28
Lihat Aci Widiastuti, Salma Sehan, Teknologi Sediaan Farmasi
(Bandung : ITB Publisher, 2010), cet.I, 59.
73
tersatukan dengan zat aktif serta zat tambahan lainnya.29 Zat warna yang
digunakan adalah zat warna yang diizinkan untuk obat oral, kebanyakan
pewarna yang biasa digunakan pada sediaan farmasi mempunyai nomor E,
FD dan C, contohnya adalah Tetrazine (E 102, FD, C dan Yellow no.5) dan
Citrus Red no.2,30 sedangkan zat warna yang bisa digunakan pada sediaan
eliksir dan sirup adalah Amaranth, Seny Tartrazin dan Green S. Konsentrasi
yang bisa digunakan antara 0,01-0,1%. Beberapa zat warna yang dilarang
dibeberapa negara Eropa di antaranya adalah Tetrazine, karena menimbulkan
alergi, selain itu adalah Amaranth dan Lisamin Hijau.31
Penambahan pemanis bertujuan untuk memberikan rasa manis yang
dapat menutupi rasa pahit dari beberapa senyawa obat.32 Pemanis yang biasa
digunakan pada eliksir adalah gula atau pemanis lain sebagai pengganti gula
seperti Sirup Simpleks.33 Larutan gula encer merupakan medium yang baik
untuk pertumbuhan cendawan, ragi dan jasad renik lain, oleh karena itu alat
yang digunakan oleh pembuatan sediaan eliksir dan sirup harus benar-benar
bersih.34
Pertumbuhan jasad renik umumnya diperlambat jika kadar Sukrosa
lebih besar dari 65%, tetapi kepekatan ini memungkinkan terjadinya
penghabluran Sukrosa, selain itu dapat juga menyebabkan caplocking pada
tutup botol, oleh karena itu kadar yang ideal dipakai sekitar 20-35% saja.35
Pewangi (flavouring agent) digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dan
membuat agar obat dapat diterima oleh pasien terutama anak–anak,36 dalam
pemilihan pewangi harus dipertimbangkan, untuk siapa obat diberikan dan
berapa usia pengkonsumsinya.37 Pada sediaan eliksir dan sirup, bahan
pewangi rasa buah lebih banyak digunakan daripada pembawa aromatik dan

29
Aulton, M. E, Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design
(London : Churchill Living Stone, 1988), cet.VI, 262.
30
Aulton, M. E, Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design
(London : Churchill Living Stone, 1988), cet.VI, 263.
31
Cooper dan Gunn's, Dispensing for Pharmaceutical Students (New
Delhi : Carter .S.J. Publisher, 1987), cet. I, 76.
32
Lachman, Leon, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy
(Philadelphia : Lea and Febiger Publisher, 1976), cet.II, 311.
33
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Formularium Nasional
(Jakarta : Kemenkes, 1978), cet.III, 98.
34
Lachman, Leon, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy
(Philadelphia : Lea and Febiger Publisher, 1976), cet.II, 213.
35
Lachman, Leon, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy
(Philadelphia : Lea and Febiger Publisher, 1976), cet.II, 213.
36
Lihat Aci Widiastuti, Salma Sehan, Teknologi Sediaan Farmasi
(Bandung : ITB Publisher, 2010), cet.I, 72.
37
American Pharmaceutical Association, Handbook of Pharmaceutical
Excipients (New York : The Pharmaceutical Press, 2006), cet.V, 679-680.
74
ektrak cairan Liquorice, pewangi rasa buah yang sering digunakan adalah
Balck Currant Syrups, Juice Raspberry Pekat, Lemon Spirit, Compound
Orange Spirit. Respberry dan Black Currant yang sangat dikenal oleh anak-
anak, dan sangat baik untuk menutupi rasa pahit obat. Flavore Orange efektif
untuk menutupi rasa agak pahit Barbiturat, sedangkan Asam Sitrat dan
Natrium Sitrat membantu menutupi rasa sedikit pahit dari Streptomisin.38
Pada umumnya, sediaan eliksir dan sirup merupakan sediaan dengan
dosis berulang (multipl dose), sehingga kemungkinan besar mengalami
kontaminasi mikroorganisme, adanya mikroorganisme di dalam sediaan akan
mempengaruhi stabilitas dan potensi zat aktif, maka dibutuhkan pengawet
dalam formulasi obat tersebut.39 Pertumbuhan jamur atau cendawan dalam
eliksir dan sirup sebenarnya dapat dihambat jika pembawanya mengandung
lebih dari 20% Etanol, Gliserol dan Propilenglikol. Besarnya konsentrasi
tersebut dapat menyebabkan tekanan yang tinggi, sehingga menghambat
kerja mikroorganisme, bahkan jika lebih tinggi lagi dapat memusnahkan
pertumbuhan mikroba oleh pengaruh tekanan osmotik terhadap pertumbuhan
mikroba.40 Etanol dengan konsentrasi 85% dengan penambahan Poliol seperti
(Sorbitol, Gliserin dan Propilenglikol), maka akan memiliki potensi
menghambat dan membunuh mikroba lebih baik. Tekanan uap fenol lebih
besar dari tekanan uap normal cairan dan daerah penutup area (cap area)
permukaan, sehingga dapat mengurangi potensial pertumbuhan mikroba
sebagai hasil pengenceran permukaan.41
Konsentrasi pengawet untuk sediaan oral adalah, untuk Metil Paraben
antara 0,015-0,2%, Propil Paraben sekitar 0,01-0,02%, Asam Benzoat adalah
0,01-0,10% untuk oral solution, sedangkan untuk oral sirup dan eliksir adalah
0,15%, Asam dan Garam Sorbat sekitar 0,05-0,2% dan Propilenglikol dengan
konsentrasi antara 15-30% dapat digunakan sebagai pengawet.42 Keriteria
pengawet yang ideal harus efektif dalam mencegah pertumbuhan mikroba dan
berspektrum luas, stabil secara fisik, kimia, tidak toksik, tidak peka, cukup
melarut dan tersatukan dengan komponen formula lainnya. Pengawet yang
digunakan dapat berupa turunan Hidroksi-Benzoat, misalnya Metil P-
Hidroksibenzoat dan Propil P-Hidroksibenzoat. Pemakaian pengawet ini
didasarkan atas rentang kerja pengawet tersebut pada pH 4-8. Kombinasi

38
Cooper dan Gunn's, Dispensing for Pharmaceutical Students (New
Delhi : Carter .S.J. Publisher, 1987), cet. I, 76.
39
Rowe Raymond C, Paul J Sheskey, Handbook of Pharmaceutical
Excipients (Whasington DC : Pharmaceutical Press, 2009), cet.VI, 766.
40
Lachman, Leon, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy
(Philadelphia : Lea and Febiger Publisher, 1976), cet.II, 213.
41
Lachman, Leon, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy
(Philadelphia : Lea and Febiger Publisher, 1976), cet.II, 467-468.
42
Rowe Raymond C, Sheskey, Handbook of Pharmaceutical Excipients
(Whasington DC : Pharmaceutical Press, 2006), cet.V, 50, 390, 521, 526, 588.
75
keduanya sering digunakan karena dapat memperluas spektrum kerja menjadi
antijamur dan antibakteri, adapun konsentrasi kombinasi dimaksud adalah,
Metil Paraben 0,18% sebagai fungistik dan Propil Paraben 0,02% sebagai
bakteristik. Kombinasi keduanya kurang larut air sehingga dilarutkan terlebih
dahulu menggunakan etanol.43 Tujuan penggunaan anticaplocking agent
untuk mencegah kristalisasi gula pada daerah leher botol (caplocking),44
umumnya yang digunakan adalah Alcohol Polyhidric seperti Sorbitol dengan
konsenetrasi antara 15-30%, Gliserol dan Propilenglikol yang berfungsi juga
sebagai pemanis, karena Sirup Simpleks yang digunakan hanya sekitar 20-
35%.45
Ketercampuran zat aktif dengan pelarut campur ataupun zat tambahan
lainnya harus diperhatikan, karena untuk mencegah terjadinya pengendapan,
untuk penambahan Sirup Simpleks lebih dari 30% harus diperhatikan
terjadinya caplocking pada tutup botol sediaan, karena itu perlu diberikan
anticaplocking, penambahan Gliserin sebagai anticaplocking harus
diperhatikan juga karena dengan konsentrasi tinggi yang berlebih dapat
menyebabkan diare.46
Sediaan eliksir dan sirup yang baik harus mempunyai viskositas yang
cukup untuk memudahkan penuangan, sedangkan pelarut campur yang biasa
digunakan adalah Etanol, Propilenglikol, Gliserol dan Sorbitol yang
pemilihanya berdasarkan kelarutan, nilai Kd zat aktif jika diketahui dan Kd
campuran.47 Penyimpanan obat harus sesuai, untuk jenis obat liquid herbal y
dan non herbal x disimpan pada suhu antara 25-30o, karena jika tidak
demikian akan terjadi pembentukan kristal yang dapat mempengaruhi
keseragaman ukuran dan berakibat pada ketidaksesuaian dosisnya.48 Bahan
tambahan yang bervariasi dan banyaknya pilihan yang ada, maka semangkin

43
Rowe, Raymond C. Sheskey, Handbook of Pharmaceutical
Excipients (Whasington DC : Pharmaceutical Press, 2006), cet.V, 390, 391,
527
44
Aulton, M. E, Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design
(London : Churchill Living Stone, 1988), cet.VI, 254-255.
45
Rowe Raymond C, Paul J Sheskey, Handbook of Pharmaceutical
Excipients (Whasington DC : Pharmaceutical Press, 2009), cet.VI, 774.
46
Lihat Aci Widiastuti, Salma Sehan, Teknologi Sediaan Farmasi
(Bandung : ITB Publisher, 2010), cet.I, 82.
47
American Pharmaceutical Association, Handbook of Pharmaceutical
Excipients (New York : The Pharmaceutical Press, 2006), cet.V, 530.
48
International Conference Harmonization, Guidance for Industry Q1A
(R2) Stability Testing of New Drug Substances and Products (New York :
Department of Health and Human Services Food and Drug Administration,
2003), cet.II, 21.
76
banyak bahan haram atau shubhāt yang digunakan dalam pembuatan obat.49
Titik kehalalan obat eliksir dan sirup terletak dari zat aktif yang digunakan
dan bahan tambahannya,50 sebagian besar obat batuk eliksir dan sirup
mengandung etanol, fungsinya sebagai pelarut dalam formulasi dan tidak
memberikan penyembuhan terhadap batuk itu sendiri.51
Obat batuk sediaan liquid yang mengandung etanol di Indonesia sampai
saat ini terdapat 49 merek, sementara obat batuk yang tidak mencantumkan
kadar etanol dalam kemasannya berjumlah 160 merek, untuk obat batuk yang
mencantumkan label bebas alkohol terdapat 13 merek,52 sedangkan obat
batuk liquid yang sudah bersertifikasi halal MUI dan mendapatkan label halal
Badan POM terdapat dua merek yaitu, obat batuk liquid herbal y dan non
herbal x.53
Sediaan obat liquid non herbal x berlabel halal adalah 30 mL, di mana
tiap 5 mL mengandung Glycyrrhiza Succus 100 mg yang berfungsi sebagai
ekpektoran dan antitusif, Ephedrine HCL 2.5 mg bertindak sebagai
bronkodilator atau melebarkan saluran nafas yang sempit akibat adanya alergi
ataupun gangguan-gangguan lain yg ada di saluran nafas.Chlorpheniramine
Maleate 1.3 mg bermanfaat sebagai antihistamin atau antialergi, karena
alergi merupakan penyebab batuk atau pilek, sehingga dengan pemberian
antihistamin dapat meredakan bersin, alergi dan batuknya dapat sembuh,
Ammonium Clorida 40 mg bekerja sebagai ekspektoran yang merangsang,
menekan, atau memodifikasi sekresi selaput lendir bronkial atau tenggorokan
yang kemudian dikeluarkan bersamaan saat batuk. Terakhir adalah
Paracetamol 135 mg yang berkhasiat sebagai antiperetik untuk menurunkan
demam, karena biasanya saat flu dan batuk menyerang, disertai juga dengan
panas.54

49
Sugijanto, “Problematika Farmasi yang berasal dari Bahan Haram
atau Diduga Haram”, disampaikan dalam seminar nasional "Kehalalan Obat
dan Kosmetika" di Universitas Yarsi (Jakarta : 17 April 2007).
50
Anna P. Roswiem, Titik Kritis Kehalalan Obat dan Kosmetika”,
makalah disampaikan dalam seminar "Kehalalan Obat dan Kosmetika" di
Universitas Yarsi (Jakarta : 17 April 2007).
51
Syarif, Alkohol dalam Obat Batuk, (Jakarta : Halal Health, 27 April
2008), 01. http.//halalsehat.com, Accessed 19 November, 2014.
52
MIMS Indonesia, Drug A To Z (Jakarta : MIMS Online : Drugs
Brand and Generic, 19 November, 2014), 01.
http://www.mims.com/Indonesia/Browse/Alphabet/A?cat=drug, Accessed
19 November, 2014.
53
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Laporan Tahunan Direktorat
Inspeksi dan Sertifikasi Pangan (Jakarta : Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi
Pangan, Laporan Tahunan 2013), 48.
54
Elin Yulinah Sukandar, Retnosari Andrajati, ISO Farmakoterapi 2
(Jakarta : Ikatan Apoteker Indonesia, 2011), cet.I, 210-215.
77
Ammonium Clorida mudah larut dalam air yaitu 1:2. Glycyrrhiza
Succus merupakan akar manis yang mengandung zat aktif Gliserizin, untuk
melarutkanya menggunakan air panas, sedangkan Efedrin HCL dan
Chlorpheniramine Maleate larut dalam air dengan 1:4, namun kelarutanya
lebih mudah dalam etanol yaitu 1:1, terlebih lagi Paracetamol yang sukar
larut dalam air yaitu, 1:70, Berarti 100 mg Paracetamol memerlukan 7 mL
air untuk bisa melarutkanya, hal ini lebih sulit daripada kelarutanya dalam
etanol 95% yang mudah larut, yaitu 1:7 yang berarti bahwa, 100 mg
Paracetamol bisa larut dengan hanya 0,7 mL etanol.55
Berdasarkan permasalahan di atas, Paracetamol dalam formulasi obat
batuk dilarutkan menggunakan etanol 95%, dengan demikian hasil dari
analisis kadar etanol dalam obat liquid non herbal x sesuai dengan teori
bahwa, obat batuk liquid non herbal x ternyata benar mengandung etanol
sebanyak ± 2%. Polemik dimasyarakat juga terjawab bahwa, obat batuk non
herbal x yang berlabel halal ternyata masih mengandung etanol.56,57
Berdasarkan hal ini, Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Produk Halal Badan
POM menetapkan bahwa, obat atau produk lainnya yang diberikan labelisasi
halal adalah produk yang sudah mendapatkan sertifikasi halal dari MUI dan
tidak mengandung unsur yang diharamkan dalam Islam seperti etanol, jika
ternyata teridentifikasi bahan yang diharamkan seperti etanol, maka
labelisasi halalnya harus dicabut.58
Eliksir mengandung etanol dan biasanya juga mengandung beberapa
minyak mudah menguap yang rusak oleh adanya udara dan sinar, maka paling
baik disimpan pada wadah tertutup rapat dan tahan cahaya untuk menjaga
terhadap temperatur yang berlebihan,59 jika tidak maka stabilitasnya akan
berkurang, sedangkan stabilitas itu sendiri merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efektifitas penggunaan obat, stablitas dipengaruhi oleh suhu
dan lama penyimpanan, kadaluwarsa dan interaksi zat aktif, jika alkohol yang
digunakan berlebihan, maka Paracetamol dalam hal ini dapat berinteraksi

55
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia
III (Jakarta : Kemenkes, 1979), 105, 86, 64, 241.
56
Halal Guide, Alkohol Dalam Obat Batuk (Jakarta : Halal Corner,
Agustus, 2012), 01. http://www.myhalalcorner.com/alkohol-dalam-obat-
batuk/, Accessed 19 November, 2014.
57
Tysar, "Saatnya Beralih ke Pelarut Halal", Jurnal Halal LPPOM MUI,
Vol.2, No.67, Juni 2007, 11.
58
Meuthia, Inspeksi Produk Berlabel Halal, Makalah disampaikan pada
acara "Kuliah Umum Praktek Kerja Profesi Apoteker" di Gedung C lantai 4
Badan Pengwas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Jakarta : 02 April
2014).
59
Ansel, C Howard, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery
Systems (Atlanta : Wolters Kluwer, 2011), cet.IV, 343.
78
dengan alkohol yang menyebabkan pada peningkatan resiko hepatotoksis.60
Efek samping yang dilaporkan dan bisa ditimbulkan dari Paracetamol adalah
ruam kulit, kelainan darah dan pankreatitis akut setelah penggunaan jangka
panjang. Efek samping Efedrin HCL dapat menyebabkan aritmia, nyeri dada,
depresi, hipertensi, palpitasi, takikardia, pucat yang tidak biasa, kecemasan,
pusing, eksitasi ketakutan, hiperaktivitas, insomnia, irritabilitas, gugup,
gangguan lambung, mual, muntah, tremor dan lemah. Efek samping
Clorpheniramine Maleat adalah sedasi, efek muskarinik, hipotesi, gangguan
gastrointestinal, tinitus, eufria, kelemahan otot dan sakit kepala. Efek
samping dari Ammonium Clorida berupa mulut kering, aritmia, takikardia,
palpitasi, gangguan psikomotor retensi urine, mengantuk, gangguan
pencernaan dan penggunaan dosis besar dan jangka panjang dapat
menyebabkan kerusakan hati.61
Etanol sendiri bekerja dengan cara menghambat sistem saraf pusat,
terutama dalam aktifitas sistem retikular.62 Etanol juga dapat mengganggu
keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi di otak. Aktifitas etanol sangat
kuat namun toksisitasnya relatif lebih rendah daripada metanol.63 Absorpsi
pertama etanol berada di lambung secara difusi sederhana selama 5 sampai
10 menit, setelah itu absorpsi paling banyak berada di dalam usus duodenum
dan jejunum sekitar 70-80%. Pada keadaan puasa, konsentrasi puncak etanol
dalam plasma tercapai dalam waktu 45 menit, sedangkan dalam keadaan
normal (tidak puasa) tercapai dalam waktu 90 menit setelah
mengkonsumsinya.64
Etanol didistribusikan secara perfusi dengan waktu paruh 7-8 menit.
Etanol tersebar secara merata keseluruh jaringan dan cairan tubuh terutama
pada organ hati, paru-paru dan otak. Kadar etanol meningkat dalam otak,
karena otak menerima aliran darah lebih banyak dan etanol dapat menembus

60
Karen Baxter, Stockley's Drug Interactions Edisi 8 (London :
Pharmaceutical Press, November, 2007), cet.I, 96.
61
MIMS USA, Drug Information (New York : MIMS Online, Drug
Information, 19 November, 2014), 01. http://www.mims.com/USA/drug/,
Accessed 19 November, 2014.
62
World Health Organization, Glosario de Términos de Alcohol y
Drogas (Madrid : Centro De Publicaciones Del Prado, 2008), cet.IIXX, 46.
63
World Health Organization, Комитет Экспертов Воз По
Проблемам, Связаннымс Потреблением Алкоголя (Moskow : Комитет
экспертов ВОЗ, 2006), cet.II, 32.
64
World Health Organization, WHO Callaborative Project on
Identification and Management of Alcohol-Related Problems in Primary
Health Care (Geneva : Document from Departement of Mental Health WHO,
2006), 72.
79
sawar uri dan masuk ke dalam janin.65 Etanol dimetabolisme melalui oksidasi
ADH yang merupakan sitosol yang menghasilkan asetildehida, setelah itu
dioksidasi lagi menjadi asetat oleh aldehyde-dehydrogenase (ALDH). ALDH
memiliki dua enzim yaitu, ALDH1 dan ALDH2, keduanya terlibat dalam
metabolisme etanol. ALDH1 merupakan enzim sitosolik, di mana pada setiap
individu memiliki sensitifitas yang berbeda-beda, sedangkan ALDH2
memiliki afinitas yang lebih kuat untuk asetaldehida dibandingkan dengan
ALDH1, terutama pada oksidasi asetaldehid ke asetat, sehingga konsumsi
etanol yang berlebihan akan mengurangi aktivitas ALDH pada manusia.66
Metabolisme awal etanol terjadi di dalam mukosa pencernaan,
kemudian dimetabolisme lagi secara besar-besaran di dalam hati, sampai di
sini, oksidasi etanol memicu peningkatan rasio NADH atau NAD+ yang
dapat menggagnggu metabolisme karbohidrat dan lemak, sehingga dapat
menghambat β-oksidasi asam lemak dan meningkatkan akumulasi
Trigliserida dalam hati.67 First pass effect etanol tidak lebih dari 20%,
sedangkan 80% lainnya masuk ke sirkulasi sistemik, setelah itu etanol
dieliminasi melalui ekspirasi udara, urin dan keringat.68
Etanol ditinjau dari manfaatnya dikenal luas sebagai desinfektan dan
antiseptik, beberapa mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan etanol
adalah bakteri vegetatif seperti M.Tuberkolosis, Virus Hepatitis B, Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan jamur dengan spesies Candida.
Kecepatan membunuhnya berlangsung dengan cepat, hanya membutuhkan
waktu sekitar 10-15 menit, namun tidak dapat membunuh Spora dan Prion,
sedangkan konsentrasi yang efektif adalah 60-95% yang digunakan sebagai
bakterisida, sedangkan dengan konsentrasi 70% lebih digunakan untuk

65
World Health Organization, WHO Callaborative Project on
Identification and Management of Alcohol-Related Problems in Primary
Health Care (Geneva : Document from Departement of Mental Health WHO,
2006), 72.
66
World Health Organization, WHO Callaborative Project on
Identification and Management of Alcohol-Related Problems in Primary
Health Care (Geneva : Document from Departement of Mental Health WHO,
2006), 72.
67
World Health Organization, The Alcohol, Smoking and Substance
Involvement Screening Test (Assist) : Guidelines for Use in Primary Care
(Geneva : Department of Mental Health and Substance Dependence, 2003),
cet.I, 28.
68
World Health Organization, WHO Callaborative Project on
Identification and Management of Alcohol-Related Problems in Primary
Health Care (Geneva : Document from Departement of Mental Health WHO,
2006), 84.
80
desinfeksi kulit.69 Etanol 70% bekerja sebagai antiseptik dengan cara
mengkoagulasi protein pada permukaan yang merupakan bahan utama untuk
membentuk sel-sel mikroorganisme, sedangkan dengan konsentrasi 100%
hanya dapat menyebabkan dinding protein mengeras di sekitar bagian luar
mikroorganisme, sehingga etanol dengan konsentrasi 70% lebih efektif
daripada 100%, namun kerja etanol terbatas, di mana tidak semua sel dapat
terbunuh, akan tetapi sejauh ini hanya etanol yang sangat efektif dalam
mengahambat pertumbuhan dan reproduksi berbagai macam mikroorganisme
seperti bakteri, jamur, protozoa dan virus.70 Etanol juga bekerja sebagai
desinfektan yang memiliki mekanisme kerja yang sama dalam membunuh
mikroorganisme pada bagian tubuh manusia, namun mikroorganisme dapat
mengalami resistensi, sehingga hanya menyebabkan dorminasi protein sel
dan mikroorganisme bisa kembali aktif dan melanjutkan siklus
reproduksinya.71
Etanol 70% bekerja membunuh bakteri secara bertahap dengan cara
memperlambat efektifitas mikroorganisme sebelum proses koagulasi protein,
karena kulit manusia lebih tahan terhadap koagulasi etanol, maka inilah yang
menjadi penyebab mengapa kulit tidak mengalami penggumpalan jika kontak
dengan etanol seperti halnya yang terjadi pada mikroorganisme.72
Etanol larut dalam air, sehingga dapat mencapai setiap sel setelah
dikonsumsi dan masuk kedalam tubuh,73 sebagian besar etanol yang
diabsorpsi mencapai sirkulasi sistemik dan hanya sebagian kecil yang
mengalami first pass effect dan terekresi, sehingga pada tubuh, etanol
berpengaruh pada membran saraf neuron sebagai pengganggu transpor ion.74
Pada uji invitro, menunjukan bahwa ion Na+, K+ -ATP ase dihambat oleh
etanol, terlebih lagi jika konsentrasinya mencapai 5-10%, maka etanol

69
World Health Organization, Glosario de Términos de Alcohol y
Drogas (Madrid : Centro De Publicaciones Del Prado, 2008), cet.IIXX, 52.
70
World Health Organization, Комитет Экспертов Воз По
Проблемам, Связаннымс Потреблением Алкоголя (Moskow : Комитет
экспертов ВОЗ, 2006), cet.II, 57.
71
World Health Organization, Glosario de Términos de Alcohol y
Drogas (Madrid : Centro De Publicaciones Del Prado, 2008), cet.IIXX, 61.
72
World Health Organization, Glosario de Términos de Alcohol y
Drogas (Madrid : Centro De Publicaciones Del Prado, 2008), cet.IIXX, 61.
73
World Health Organization, International Guide for Monitoring
Alcohol Consumption and Related Harm (Geneva : Department of Mental
Health and Substance Dependence Noncommunicable Diseases and Mental
Health Cluster World Health Organization, 2000), cet.I, 94.
74
World Health Organization, WHO Callaborative Project on
Identification and Management of Alcohol-Related Problems in Primary
Health Care (Geneva : Document from Departement of Mental Health WHO,
2006), 84.
81
mampu untuk memblok neuron dalam, sedangkan pada sistem saraf pusat,
pengaruh etanol terlihat pada kemampuannya menghambat pertama kali pada
daerah otak yaitu sistem retikuler aktif. Masalah tersebut di atas lantas
menjadi penyebab terganggunya sistem motorik dan kemampuan dalam
berfikir,75 selain itu etanol juga bertindak sebagai penghambat pada daerah
serebal kortek kemudian kebagian medulla, sehingga mengakibatkan
terjadinya kelainan tingkah laku, hal ini sebenarnya pada masing-masing
individu mempunyai sensitifitas dan pengaruh yang berbeda-beda, namun
secara umum setiap individu akan menurun daya ingatnya.76 Konsentrasi
etanol yang terkandung dalam obat cair selain dapat berpotensi menyebabkan
efek samping menekan susunan saraf pusat, juga berbahaya pada pankreas,
jantung, kelenjar endokrin, otot, sistem pernafasan, darah, saluran
pencernaan dan prilaku seksual.77
Para ahli seperti Dreisbach (1971) mengungkapkan bahwa, etanol yang
dikonsumsi dapat menekan sistem saraf pusat secara tidak teratur, selain itu
juga dapat menimbulkan edema pada otak dan saluran gastrointestinal. Alfin-
Slater dan Aftergood (1980) serta Linder (1992) mereka berpendapat bahwa,
konsumsi etanol dapat meningkatkan kadar laktat dalam darah, sehingga
menekan ekresi asam urat dalam urin dan berujung pada peningkatan asam
urat dalam plasma. Linder juga menyatakan bahwa, senyawa antara alkohol
dan asetat yaitu asetildehid bersifat patogen, sementara Lu Chan (1995)
berpendapat bahwa, metabolisme etanol yang membutuhkan O2 dapat
menyebabkan hipoksia karena dapat mengurangi O2 itu sendiri, sehingga hal
ini juga menyebabkan terjadinya edema dan hematoma.78
Pada kulit, etanol menjadi penyebab terjadinya dilatasi pembuluh
darah kulit dan sensasi hangat, selain itu juga berperan dalam proses
vasokontriksi di kulit pada respon suhu dingin, dengan demikian panas tubuh
dapat menghilang secara tiba-tiba dan temperatur juga menurun secara
menetap, saat mengonsumsi etanol secara berlebih, regulasi menjadi tertekan
dan temperatur tubuh akan semakin menurun, sehingga dalam cuaca dingin

75
World Health Organization, Alcohol and Injuries (Geneva :
Emergency Department Studies in an International Perspective, 2009), cet.I,
217.
76
World Health Organization, Alcohol, Gender and Drinking Problems
(Geneva : Department of Mental Health and Substance Abuse, 2005), cet.I,
173.
77
World Health Organization, Health Promotion in The Work Place-
Alcohol and Drugs Abuse (Geneva : WHO Technical Report Series, 1993),
cet.I, 32.
78
World Health Organization, International Guide for Monitoring
Alcohol Consumption and Related Harm (Geneva : Department of Mental
Health and Substance Dependence Noncommunicable Diseases and Mental
Health Cluster World Health Organization, 2000), cet.I, 162.
82
sekalipun, mengkonsumsi etanol tetap tidak dapat menjadikan tubuh
hangat.79 Konsumsi etanol dalam jangka panjang dapat menyebabkan
gangguan tekanan darah menjadi tinggi, penyakit jantung dan gagal jantung,
meskipun yang dikonsumsi hanya sedikit (˂1%), hal ini dapat menyebabkan
denyut jantung menjadi tidak teratur.80 Terganggunya aliran darah ini
menyebabkan aliran darah ke penis juga akan terganggu, sehingga penis tidak
bisa ereksi secara maksimal dan tidak bisa bertahan lama dalam melakukan
hubungan seksual.81
Pada saluran pencernaan, etanol menstilulasi produksi asam lambung
yang kaya akan asam dan pepsin, di sisi lain etanol melepaskan histamin yang
dapat menyebabkan pengeluaran asam lambung, proses ini tidak diblok oleh
atropin sehingga konsumsi etanol dalam jumlah sedikit dapat menstimulasi
rasa lapar dan membantu proses pencernaan, namun di sisi lain etanol
merusak sel-sel sistem pencernaan yang dilaluinya, hal ini dapat mengganggu
penyerapan dan penghancuran nutrisi, sedangkan konsumsi dengan kadar
banyak (˃10%) dapat menghambat proses pencernaan, selain itu juga
berpotensi menyebabkan kanker kerongkongan, laring dan mulut.82
Ginjal dalam keadaan normal berfungsi mengatur keseimbangan air,
asam basa dan beberapa hormon serta mineral tubuh. Konsumsi etanol dapat
meningkatkan ekskresi Amonium melalui ginjal, sehingga pembentukan
Amonia meningkat pada ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan asidifikasi ginjal dan berpotensi mengalami koma hepatikum.
Peningkatan Amonium juga terjadi pada pembuluh darah yang dapat
mengubah respon hipotalamus terhadap perubahan osmolalitas plasma,
dalam keadaan normal, hormon antideuretik meningkat jika osmolalitas
meningkat, sehingga mengurangi produksi urin, adanya pengaruh etanol,
maka produksi urin akan meningkat secara berlebihan, selain itu dapat
berpengaruh terhadap fungsi ginjal sebagai penyeimbang bahkan dapat
merusaknya.83 Peran hati dalam memetabolisme etanol dapat menyebabkan

79
World Health Organization, Alcohol, Gender and Drinking Problems
(Geneva : Department of Mental Health and Substance Abuse, 2005), cet.I,
204.
80
World Health Organization, Global Status Report on Alcohol and
Health 2014 (New York : WHO Press, 2014), cet.I, 56.
81
World Health Organization, Alcohol Use and Sexual Risk Behaviour
: A Cross-Cultural Study in Eight Countries (Geveva : Mental Health:
Evidence and Research Management of Substance Abuse Department of
Mental Health and Substance Abuse, 2005), cet.I, 68.
82
David H. Jernigan, Global Status Report : Alcohol and Young People
(Geneva : World Health Organization, 2001), cet.II, 49-50.
83
World Health Organization, Services for The Prevention and
Treatment of Dependence on Alcohol and Other Drugs (Geneva : Committee
on Mental Health, 1967), cet.I, 43.
83
penumpukan lemak di hati dan menghambat sintesis protein, mikrotubulus
dipengaruhi oleh asetildehida yang menyebabkan hepatosit mengembung,
sedangkan di sisi lain sintesis kolagen bertambah, sehingga menambah
jaringan fibrotik yang berpotensi sirosis hati dan menyebabkan proses
penyembuhan luka dapat terganggu.84 Etanol dalam jangka lama juga dapat
menimbulkan perubahan pada mitokondria, sehingga menyebabkan
berkurangnya kapasitas untuk mengoksidasi lemak, selain itu dapat juga
menginduksi, meningkatkan metabolisme obat-obatan, meningkatkan
lipoprotein, menyebabkan hiperlipidema serta meningkatkan aktifasi
senyawa hepatotoksik termasuk obat-obatan dan zat karsinogen.85
Pada pankreas, etanol dapat menimbulkan prubahan struktur dan
fungsinya. Perubahan terjadi pada membran sel, peningkatan fluiditasnya dan
mengubah permeabilitasnya terhadap ion, asam amino dan senyawa lain yang
mempunyai peran penting dalam proses metabolisme sel melalui mekanisme
neurohumoral, sehingga menugubah sekresi kelenjar eksokrin pankreas dan
berpotensi menyebabkan pankreatis akut maupun kronik.86 Pada otot, etanol
dapat meyebabkan gangguan keseimbangan elktrolit, yaitu turunya kadar
kalium dan fosfat dalam darah serta defisiensi magnesium yang
megakibatkan timbulnya penyakit miopatia alkoholika (sindroma nekrosis
otot secara tiba-tiba), hal ini ditandai dengan adanya nyeri pada otot,
mioglobinuria, meningkatnya serum kreatin kinase, kelemahan otot-otot
proksimal dan atrofi otot-otot.87
Pada darah, etanol dapat merusak sumsum tulang terutama prekursor
eritrosit dan leukosit, sehingga hal ini dapat menimbulkan anemia dan
leukopenia, selain itu etanol juga berpotensi menghambat pembentukan
trombosit dan mempengaruhi fungsinya, sehingga hal ini dapat
memperpanjang waktu disaat terjadi pendarahan, hal ini diperparah jika
terdapat difesiensi asam folat dan splenomegalia.88 Pada kelenjar endokrin,

84
World Health Organization, Global Status Report on Alcohol and
Health 2014 (Geneva : WHO Press, 2014), cet.I, 103.
85
World Health Organization, Alcohol and Injuries (Geneva :
Emergency Department Studies in an International Perspective, 2009), cet.I,
232.
86
World Health Organization, Health Promotion in The Work Place-
Alcohol and Drugs Abuse (Geneva : WHO Technical Report Series, 1993),
cet.I, 37.
87
World Health Organization, WHO Callaborative Project on
Identification and Management of Alcohol-Related Problems in Primary
Health Care (Geneva : Document from Departement of Mental Health WHO,
2006), 203.
88
World Health Organization, Alcohol, Gender and Drinking Problems
(Geneva : Department of Mental Health and Substance Abuse, 2005), cet.I,
225.
84
etanol dapat menyebabkan terjadinya hipogonadisme pada pria. Etanol
memberikan pengaruh terhadap testis dan hipotalomus sehingga dapat
mengurangi produksi testosteron, di sisi lain, fungsi hepar juga terganggu
yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk memecah hormon
estrogen.89
Etanol dengan konsentrasi antara 0,01-0,05% dalam darah sudah mulai
bekerja dan menimbulkan efek depresan, di mana seseorang mengalami
sensasi rileks dan merasakan kegembiraan (euforia) dan secara garis besar
masih terlihat normal. Pada konsentrasi sekitar 0,06-0,10%, syaraf-syaraf
motorik sudah mengalami gangguan dan akan terlihat pergerakan yang
berbeda saat berjalan, begitu pula dengan pergerakan tangan, gaya berbicara
dan kewaspadaan yang mulai berkurang. Pada konsentrasi 0,11-0,20%, syaraf
motorik seseorang sudah mulai lumpuh, emosinya sudah mengalami
gangguan, serta ingatan, pemahaman, tanggapan dan responya sudah
mengalami penurunan, bahkan koordinasi ototnya terganggu. Pada
konsentrasi 0,21-0,40%, kesadaran dan keseimbanganya lemah, muntah-
muntah, terjadi kolaps dan pingsan. Pada konsentrasi 0,41-0,50%, akan
mengalami koma, terganggunya bagian otak yang mengatur detak jantung
dan pernafasan sehingga dapat menimbulkan kematian.90
Menurut hasil analisis kadar etanol yang telah dilakukan, diketahui
bahwa obat batuk liquid non herbal x mengandung kadar etanol sebesar ± 2%.
Menurut American Pharmacist Association dan British Pharmacist
Association, standar yang telah ditetapkan untuk obat beralkohol maksimum
adalah 10% untuk pemakaian usia ˃12 tahun, sedangkan untuk usia 6-12
tahun adalah 5% dan usia ˂6 tahun adalah 0,5%.91
Berdasarkan standar di atas, dapat disimpulkan bahwa obat batuk non
herbal x dapat menimbulkan bahaya yang ternyata lebih besar dari pada
manfaat yang diberikan jika diminum oleh anak-anak usia ˂6 tahun. Berobat
bertujuan untuk menghilangkan dan menyembuhkan suatu penyakit, jika
ternyata obat yang digunakan dapat menimbulkan suatu penyakit yang lain,
maka hal ini tidak dibenarkan, karena bahaya yang disebabkan oleh obat
batuk liquid non herbal x, maka obat ini tidak dianjurkan pemakainnya.
Obat batuk dengan sediaan liquid berlabel halal yang kedua adalah
obat batuk liquid herbal y dengan sediaan 30 mL, di mana tiap 5 mL

World Health Organization, Alcohol Use and Sexual Risk Behaviour


89

: A Cross-Cultural Study in Eight Countries (Geveva : Mental Health:


Evidence and Research Management of Substance Abuse Department of
Mental Health and Substance Abuse, 2005), cet.I, 92.
90
World Health Organization, Global Status Report on Alcohol and
Health 2014 (Geneva : WHO Press, 2014), cet.I, 340-342.
91
American Pharmaceutical Association, Handbook of Pharmaceutical
Excipients (New York : The Pharmaceutical Press, 2006), cet.V, 82.
85
mengandung ekstrak Zingiberis Rhizoma 4,5 g, Kaempferiae Rhizoma 1,5 g,
Citrus Aurantifolii Fructus 1,5 g, Thymi Herba 1,5 g, Menthae Folia 0,75 g,
Myristicae Semen 0,75 g, Licorice 0,25 g dan Madu 15 mL. Senyawa yang
terkandung dalam obat batuk liquid herbal y semuanya diperoleh dari
tumbuhan unggul yang ditanam pada tempat atau kondisi tanah dan iklim
yang cocok untuk pertumbuhanya, sehingga dengan demikian tumbuhan
tersebut dapat menghasilkan senyawa metabolit skunder yang baik untuk
digunakan sebagai zat aktif obat.92 Pada skala industri, proses produksi
dimulai dari tahap pengumpulan atau pemanenan, untuk mendapatkan
simplisia dengan kualitas yang tinggi harus memperhatikan bagian tanaman
yang dipanen, waktu dan cara pemanenan.93 Bagian daun dipanen saat bunga
mulai mekar dan dilakukan saat cuaca panas, karena jika basah, kualitas
simplisia akan berkurang. Bagian Rhizom dipanen saat musim kemarau untuk
mendapatkan kadar air yang kecil, namun jangan sampai bagian atasnya
kering, karena itu bertanda bahwa senyawa aktifnya sudah mulai digunakan
mensuplai makanan untuk bertahan dalam kelangsungan hidupnya.94
Bagian Mahkota dipanen saat bunga mekar, sedangkan untuk bagian
Kelopak saat masih kuncup, dilakukan saat cuaca panas karena jika basah
memicu pertumbuhan kapang dan memudarkan warna saat pengeringan.
Bagian buah dipanen saat matang, sedangkan biji dipanen sebelum buah
pecah, untuk bagian akar dipanen setelah tanaman berusia dewasa. Bagian
Korteks dipanen setelah pertumbuhan skunder dan diambil saat musim
kemarau, karena terkandung senyawa aktif yang banyak. Tumbuhan yang
mengandung senyawa Folat dipanen menggunakan alat yang tidak terbuat
dari besi, karena akan mempengaruhi metabolit yang dihasilkan.95 Tahap
kedua adalah sortasi basah, bertujuan untuk memisahkan kotoran dan
cemaran serta mengurangi kontaminasi mikroba. Tahap selanjutnya adalah
pencucian dengan maksud untuk mengurangi mikroba seperti Pseudomonas,
Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter dan E.coli.96
Mikroba tersebut biasanya terdapat pada bagian akar, batang dan buah.

92
PT. Deltomed Lab, 100% herbal (Jakarta : OB Herbal Online, 2012),
01. http://www.ob-herbal.com/herbal, Accessed 3 Desember 2014.
93
Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Budidaya dan
Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat (Jakarta : Direktorat Jenderal
Hortikultura, 2012), cet.I, 64.
94
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Penanganan Pasca
Panen Simplisia Untuk Menghasilkan Bahan Baku Terstandar (Bogor : Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2012), cet.I, 44.
95
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Penanganan Pasca
Panen Simplisia Untuk Menghasilkan Bahan Baku Terstandar (Bogor : Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2012), cet.I, 46-59.
96
Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Budidaya dan
Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat (Jakarta : Direktorat Jenderal
Hortikultura, 2012), cet.I, 72-73.
86
Tahap keempat yaitu perajangan, agar pada proses pengeringan, pengepakan
dan penggilingan lebih mudah.97 Alat yang digunakan harus diperhatikan,
pada umumnya menggunakan pemotong terbuat dari stainless steel.98 Tahap
berikutnya adalah pengeringan yang dimaksudkan untuk mengurangi kadar
air yang tidak boleh lebih dari 10% agar simplisia tahan terhadap
pertumbuhan kapang. Terdapat beberapa pengeringan yang bisa digunakan
tentunya disesuaikan dengan ketahanan zat aktif yang terdapat dalam bagian
simplisia. Metode tersebut adalah dengan pengeringan secara langsung di
bawah sinar matahari untuk simplisia yang mengandung Flavonoid, Kuinon,
Kurkuminoid dan Karotenoid. Pengeringan dalam ruangan terlindung dari
cahaya matahari tapi tidak lembab, biasanya untuk simplisia yang rentan
terhadap cahaya matahari.99
Pengeringan menggunakan oven dilakukan pada suhu 30-90oC, untuk
simplisia yang mengandung bahan aktif tidak tahan terhadap panas dan
mudah menguap, maka dilakukan pada suhu 30-45°C. Pengeringan
menggunakan Oven Vakum merupakan metode terbaik, namun memakan
biaya yang cukup mahal.100 Metode pengeringan lainnya dengan Kertas atau
Kanvas, dilakukan untuk bagian bunga dan daun, karena untuk
mempertahankan bentuk dan warnanya.101 Proses selanjutnya adalah Sortasi
Kering, dimaksudkan untuk memperoleh simplisia yang mempunyai mutu
tiggi dan baik untuk diekstraksi,102 selain itu juga untuk memisahkan antara
simplisia yang memiliki nilai tinggi dengan bagian yang tidak diinginkan
atau adanya cemaran. Pada proses pengepakkan, harus dilakukan sebaik
mungkin untuk mencegah faktor-faktor yang menurunkan kualitas senyawa
zat aktif, beberapa faktor tersebut adalah cahaya matahari, oksigen atau
udara, dehidrasi, absorbsi air, pengotoran, serangga dan kapang.
Penyimpanan simplisia umumnya pada suhu 15-30°C, sedangkan simplisia

97
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Penanganan Pasca
Panen Simplisia untuk Menghasilkan Bahan Baku Terstandar (Bogor : Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2012), cet.I, 61.
98
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (Jakarta : Badan POM, 2011), 43.
99
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Penanganan Pasca
Panen Simplisia untuk Menghasilkan Bahan Baku Terstandar (Bogor : Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2012), cet.I, 64.
100
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Herbal
Indonesia (Jakarta : Kemenkes, 2008), cet.I, 38.
101
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Penanganan Pasca
Panen Simplisia Untuk Menghasilkan Bahan Baku Terstandar (Bogor : Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2012), cet.I, 65.
102
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Herbal
Indonesia (Jakarta : Kemenkes, 2008), cet.I, 39.
87
yang tidak stabil pada suhu tersebut disimpan pada suhu 5-15°C, dan untuk
simplisia yang hanya bisa stabil pada suhu dingin disimpan pada suhu 0-
5°C.103 Senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia diperoleh dengan
cara ekstraksi atau destilasi,104 seiring kemajuan teknologi bahan alam,
terdapat beberapa metode ekstraksi yang bisa digunakan, di antaranya adalah
ekstraksi dengan cara dingin (Maserasi dan Perkolasi), dan dengan cara panas
(Refluks, Soxhletasi, Digesti dan Infusa).105
Macam-macam destilasi yang bisa digunakan adalah, destilasi
Sederhana, Fraksionisasi, Uap, Vakum dan destilasi Menara yang biasa
digunakan dalam skala industri, berbagai senyawa yang terdapat dalam
simplisia dipisahkan dengan menggunakan panas sebagai pemisah.106 Prinsip
pemisahanya berdasarkan perbedaan titik didih diantara fraksi-fraksi yang
terdapat dalam simplisia. Senyawa yang memiliki titik didih lebih rendah
akan terpisah terlebih dahulu, kemudian disusul dengan senyawa yang
memiliki titik didih lebih tinggi.107 Ektrak yang diperoleh selanjutnya
diidentifikasi keberadaan senyawa metabolit skundernya dengan cara
skrining fitokimia, menggunakan mikroskop dan teknologi mutakhir seperti
TLC-Scanners, AAS, GCs, HPLCs, GC-MS, LC-MS, UV-Vis, dan FTIR.108
Hasil pengujian secara empiris didapatkan bahwa, Zingiberis Rhizoma
(Rimpang Jahe) mengandung minyak atsiri dan memiliki kandungan senyawa
aktif lainnya seperti Zingiberene, Zingiberol, Camphene, ß-pinene, Myrcene,
Limonene, 1,8-Cineole dan ß-phellandrene yang berfungsi sebagai
antiinflamasi (untuk meredakan radang yang disebabkan selain
mikroorganisme dan juga untuk melancarkan peredaran darah), kemudian
Kaempferiae Rhizoma (Rimpang Kencur) yang mengandung senyawa aktif
Cinnamate (2-4% Etil Sinamat), Pentadecane, 1,8-Cineole dan Terpenoid

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Penanganan Pasca


103

Panen Simplisia Untuk Menghasilkan Bahan Baku Terstandar (Bogor : Pusat


Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2012), cet.I, 68.
104
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (Jakarta : Badan POM, 2011), 78.
105
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Herbal
Indonesia (Jakarta : Kemenkes, 2008), cet.I, 47.
106
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Herbal
Indonesia (Jakarta : Kemenkes, 2008), cet.I, 47.
107
World Health Organization, Research Guidelines for Evaluating the
Safety and Efficacy of Herbal Medicine (Geneva : Departement of Research,
2000), cet.I, 77.
108
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Industri Obat
Tradinational (Jakarta : Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian, 2011), cet.I, 49.
88
yang berkhasiat untuk mengatasi masalah gangguan pernafasan dan juga
sebagai antiinflamasi.109 Citrus Aurantii Fructus (Jeruk Nipis) mengandung
Minyak Atsiri Citral dan Limonen sebagai antimikroba dan pengencer dahak.
Thymi Rerba (daun dan bunga kering dari tanaman Thymus Vulgaris L)
mengandung Thymol dan Carvarol, Linalool, P-Cymol, Cymene, Thymine
dan juga Pinene yang berfungsi sebagai ekspektoran dan antispasmodik,
selain itu juga berperan untuk melegakan tenggorokan, antibakteri dan
antiseptik.110
Kandungan senyawa dari obat liquid herbal y lainnya adalah Menthae
Folium (Daun Mint), yang mengandung Menthe Oil atau Menthol, berkhasiat
sebagai ekspektoran atau pengencer dahak. Myristicae Semen (Biji Pala)
mengandung Myristicin yang berkhasiat sebagai zat penenang atau relaksasi
yang dibutuhkan oleh penderita batuk, karena biasanya susah tidur. Licorice
(Akar Manis) yang mempunyai kandungan Liquiritin dan Liquiritigenin yang
bertindak sebagai antitusif, ekspektoran dan meredakan sakit tenggorokan.111
Kandungan terakhir adalah Madu yang banyak mengandung zat pemanis
seperti Fruktosa, Glukosa, Maltosa dan Sukrosa. Madu juga digunakan
sebagai humektan,112 dan sudah sering digunakan untuk mengobati sakit
tenggorokan dan batuk.113
Rasullulah Saw bersabda, "Sekiranya ada obat yang baik untuk kalian
atau ada sesuatu yang baik untuk kalian jadikan obat, maka itu terdapat pada
bekam atau minum madu atau sengatan api panas (terapi dengan
menempelkan besi panas di daerah yang luka) dan saya tidak menyukai
kay".114 Evaluasi mutu ektrak dapat dilakukan melalui pengujian
organoleptik meliputi (warna, bau, rasa dan bentuk), kadar air dan kadar

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Herbal


109

Indonesia (Jakarta : Kemenkes, 2008), cet.I, 319, 140. 87, 284, 179, 201, 158.
110
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Herbal
Indonesia (Jakarta : Kemenkes, 2008), cet.I, 87, 284, 179, 201, 158.
111
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Herbal
Indonesia (Jakarta : Kemenkes, 2008), cet.I, 87, 284, 179, 201, 158.
112
Lucas A Garibaldi, Ingolf Steffan Dewenter, "Wild Pollinators
Enhance Fruit Set of Crops Regardless of Honey Bee Abundance", American
Association for the Advancement of Science, Vol.339, No.6127, Maret 2013,
1487-1489, http://www.jstor.org/stable/i40090484, Accessed 06 Oktober
2014.
113
Randerson, Honey 'Beats Cough Medicine (London: The Guardian
Publisher), 23.
114
al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Beirut : Dār ibn Kathīr, 1987), cet.III,
512.
ِ َّ ‫ع ْب ِد‬
‫اّل‬ َ َ‫سمِ ْعتُ ََابِ َر بْن‬ َ ‫ع َم َر ب ِْن قَت َادَةَ قَا َل‬ُ ‫اص ِم ب ِْن‬ ِ ‫ع‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫الرحْ َم ِن ْبنُ ْالغَسِي ِل‬ َّ ُ‫َحدَّثَنَا أَبُو نُ َعي ٍْم َحدَّثَنَا َع ْبد‬
َ َ
‫ش ْيءٍ مِ ْن أ ْد ِويَتِ ُك ْم أ ْو يَ ُكونُ فِي‬ َ ‫سل َم يَقو ُل إِ ْن َكانَ فِي‬ُ َّ َ ‫عل ْي ِه َو‬ َ َّ ‫صلى‬
َ ُ‫اّل‬ َّ َ ‫ي‬ َّ ِ‫سمِ ْعتُ النَّب‬ َ ‫ع ْن ُ َما قَا َل‬ َ ُ‫اّل‬ َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫َر‬
‫ي‬
َ ‫و‬
ِ َ ‫ت‬ ْ
‫ك‬ َ ‫أ‬ ‫ن‬ْ َ ‫أ‬ ُّ‫ب‬ ِ‫ح‬ُ ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬َ ‫و‬
َ ‫ء‬
َ ‫َّا‬ ‫د‬‫ال‬ ُ
‫ِق‬ ‫ف‬ ‫ا‬‫و‬َ ُ ‫ت‬ ‫َار‬
ٍ ‫ن‬‫ب‬
ِ ‫ة‬
ٍ ‫ع‬
َ ْ
‫ذ‬ َ ‫ل‬ ‫و‬
ْ َ ‫أ‬ ‫ل‬
ٍ ‫س‬
َ ‫ع‬َ ‫ة‬
ِ ‫ب‬
َ ‫َر‬ْ ‫ش‬ ‫و‬ ْ َ ‫أ‬ ‫م‬
ٍ ‫ج‬
َ ْ‫ح‬ ‫م‬
ِ ‫ة‬ ِ َ
‫ط‬ ‫َر‬
ْ ‫ش‬ ‫ِي‬‫ف‬ َ ‫ف‬ ‫ْر‬
ٌ ‫ي‬‫خ‬َ ‫م‬ْ ُ
‫ك‬ ‫ت‬
ِ ‫ي‬
َ ‫و‬
ِ ْ
‫د‬ َ ‫أ‬ ْ
‫ن‬ ِ‫م‬ ٍ‫ء‬ ‫ي‬ْ ‫ش‬
َ
89
abu.115 Faktor penguapan dan sensitifitas temperatur sangat penting dalam
proses ekstraksi, sehingga untuk menjamin proses berjalan dengan baik, maka
industri obat liquid herbal y menggunakan peralatan seperti Pilot-Extraction
Plant, Pilot-Evaporation Plant dan Pilot-Drying Plant. Pengujian
mikrobiologi menggunakan peralatan steril selama proses, seperti Incubator
dan Culture Counters.116
Obat liquid herbal memiliki kualitas yang baik jika seluruh proses
produksi menerapkan standar Good Manufacturing Practice (GMP),
merupakan sistem yang memastikan bahwa produk yang diproduksi secara
konsisten diawasi sesuai standar yang telah ditetapkan, hal ini dimaksudkan
untuk meminimalkan resiko yang bisa didapatkan pada hasil akhir produk.
Parameter lainnya untuk mendapatkan obat liquid herbal bermutu tinggi
adalah dengan menerapkan Cara Pembuatan Obat Tradinasional yang Baik
(CPOTB), dan National Sanitation Food (NSF) untuk menjaga kebersihan,117
atas dasar kemajuan teknologi inilah produsen obat liquid herbal y bisa untuk
memproduksi obat batuk yang aman dan halal.
Berdasarkan analisis penetapan kadar etanol yang dilakukan terhadap
obat batuk liquid herbal y, didapatkan bahwa obat ini tidak teridentifikasi
etanol dan senyawa bahaya lainnya, sehingga analisis yang dilakukan sesuai
dengan teori yang menyimpulkan bahwa dalam produksinya obat batuk liquid
herbal y tidak sama sekali menggunakan unsur etanol dan bahan bahaya
lainnya, hal ini membuktikan bahwa, dengan kemajuan teknologi farmasi
saat ini, obat halal mulai berkembang, namun demikian obat batuk yang
berasal dari bahan kimia (non herbal) belum terdapat yang halal.
B. Hukum Obat Perspektif Ulama
Alkohol tidak disebutkan secara jelas baik dalam Al-Qur’ān maupun
Ḥadīth, namun yang perlu diketahui bahwa, jenis khamar banyak ditemukan
dalam hadis, di antaranya yang sesuai dengan fermentasi alkohol adalah al-
Ṭilā, yaitu perasan anggur yang dimasak hingga kadarnya menjadi sepertiga,
sedangkan dua pertiganya susut.118

115
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Herbal
Indonesia (Jakarta : Kemenkes, 2008), cet.I, 50.
116
PT. Deltomed Lab, 100% Herbal (Jakarta : OB Herbal Online, 2012),
http://www.ob-herbal.com, 01, Accessed 03 Desember 2014.
117
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Cara
Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (Jakarta : Badan POM, 2011), 61-62.
118
Al-Ḥaṣkafī, Muḥammad ibn ͑Alī ibn Muḥammad ibn ͑Alī ibn ͑Abd
al-Rahmān (dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Durr al-Mukhtār Sharḥ
Tanwīr al-Abṣār (Beirut : Dār al-Ṣādir, 1896), cet.X, 31.
90
Mālik ibn Abū Maryam meriwayatkan bahwa ֜Abd al-Raḥmān ibn
Ghunm masuk ke rumahnya untuk mendiskusikan masalah al-Ṭilā. ͑Abd al-
Raḥmān berkata, Abū Mālik al-Ash ͑ary menceritakan kepada kami bahwa Ia
mendengar Rasūllulah Saw bersabda, "Sekelompok orang dari Umatku
sungguh akan meminum khamar, mereka menamakanya bukan dengan nama
khamar".119 Jenis khamar lainnya adalah al-Mirz, yaitu rendaman jagung. Abū
Mūsā bertanya pada Nabi Saw tentang minuman yang diperas dari jagung,
beliau menjawab bahwa itu adalah al-Mirz, kemudian Beliau bersabda,
"beritakanlah kepada kaumku bahwa setiap yang memabukkan adalah
haram".120 Hasil fermentasi jagung lainnya juga dikenal dengan istilah al-
Ghubairā, yang juga termasuk khamar, selain itu terdapat pula istilah al-
Fadhīkh, yaitu perasan kurma yang dipanaskan hingga menjadi cair,
diriwayatkan dari Anas ibn Mālik bahwa :"Pada saat khamar diharamkan Aku
sedang memberikan minuman kepada kaumku di rumah Abū Ṭalḥat,
minuman itu tiada lain adalah rendaman kurma mentah dan kering. Tiba-tiba
terdengar suara panggilan, "keluarlah dan lihatlah !" Aku pun keluar, di sana
ada seorang yang berseru, "Ingatlah, khamar telah di haramkan!".121
Istilah lain untuk rendaman kurma yang dipanaskan adalah al-Sakar
yang juga termasuk dalam golongan khamar,122 inilah beberapa golongan
khamar yang harus diwaspadai, apapun namanya jika substansinya sama
dengan khamar maka hukumnya pun tidak akan berubah. Kalangan Tābi ʿīn
seperti Shuraik (w.67 H), ibn Abū Lailā (w.148 H), ibn Shubrumah (w.144
H), al-Auzā ʿī (w.158 H) dan Sufyān al-Thaurī (w.161 H) berpendapat bahwa,
letak keharaman dari produk (minuman, makanan dan obat) adalah bahan
yang bisa menyebabkan kemudaratan, jika suatu produk dengan
mengkonsumsinya menimbulkan gejala yang merugikan, maka berapapun

Al-Sijistānī, Sulaīmān ibn al-Ash֙ hāt ibn Isḥāq al-Azdī, Sunan Abū
119

Dāwud (Cairo : Shirkat Maktabah wa-al-Maṭba ֜ah Musṭafā al-Bābī al-Ḥalābī,


1953), cet.II, 173.
‫س ُّم ْونَ َ ا ِبغَي ِْر اسْمِ َ ا‬َ ُ‫َاس مِ ْن ا ُ َّمتِى اْل َخ ْم َر َو ي‬
ٌ ‫ لَ َي ْش َر َب َّن اُن‬:ُ‫ي ص َيقُ ْول‬ َّ ‫سمِ َع النَّ ِب‬
َ ُ‫ي اَنَّه‬ ِِّ ‫ع ْن ا َ ِبى َمالِكٍ اْالَ ْش َع ِر‬
َ
120
Al-Athqalānī, Fatḥ al-Bārī (Cairo : Dār al-Taqwā, cet.II, 2010), 251.
َّ ِ‫سأ َ ْلتُ النَّب‬
‫ي‬ َ ‫ قَا َل‬،‫سى‬ َ ‫ع ْن أَبِي ُمو‬ َ ،َ ‫ع ْن أَبِي ب ُْردَة‬
َ ،‫ب‬ ٍ ‫اص ِم ب ِْن ُكلَ ْي‬
ِ ‫ع‬ َ ‫ع ْن‬ َ ،ٍ‫ع ْن خَا ِلد‬ َ ،َ‫َحدَّثَنَا َو ْهبُ ْبنُ بَ ِقيَّة‬
ُّ
" ‫ فَقَا َل‬. ِ‫ِير َوالذ َرة‬ ِ ‫شع‬ ُ ْ ْ
َّ ‫ قُلتُ َويُ ْنتَبَذ مِ نَ ال‬. " ‫س ِل فَقَا َل " ذَاكَ البِتْ ُع‬ ْ
َ َ‫ب مِ نَ الع‬ ٍ ‫ع ْن ش ََرا‬ َ ‫صلى هللا عليه وسلم‬
‫ ث ُ َّم قَا َل " أ َ ْخبِ ْر قَ ْو َمكَ أ َ َّن ُك َّل ُم ْسك ٍِر َح َرا ٌم‬. " ‫ذَاكَ ْالمِ ْز ُر‬
121
Mūsā Shāhīn, Fatḥ al-Muni͑ m Sharḥ Ṣaḥīḥ Muslim (Cairo : Dār
Shurūq, 2002), cet.I, 211.
،َ‫خمرهم يومئذ الفضيخ‬ ُ ‫ فكان‬،‫ساقي القوم في منزل أبي طلحة‬ َ ُ‫ كنت‬:‫ قال‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫أنس بن مالك‬
‫ فقال لي أبو‬.‫ فَ َجرت في ك ِِّل سكك المدينة‬:‫ قال‬،‫حرمت‬ ِّ ِ ‫ أال إن الخمر قد‬:‫فأمر رسو ُل هللا ُمناديا ً ينادي‬
‫ قد قُتِ َل قوم وهي‬:‫ فقال بعض القوم‬،‫ فج َرت في سكك المدينة‬،‫ فخرَت فأهرقت ا‬،‫ اخرج فأهرق ا‬:‫طلحة‬
‫طعِموا‬َ ‫ت َُنَا ٌح فِيما‬ ِ ‫صا ِل َحا‬ َ ‫ْس على الَّذِينَ آ َمنُوا َو‬
َّ ‫عمِ لُوا ال‬ َ ‫ فأنزل هللا عز وَل {لَي‬،‫في بطون م‬
122
Al-Mubārakfūrī, Abū ͑Alī Muḥammad ibn ͑Abd al-Raḥmān ibn ͑Abd
al-Raḥīm (dikutip dari Maktabah Shamīlah), Tuḥfat al-Aḥwadh bi-Sharḥ
Jāmi ͗ al-Tirmidhī (Cairo : Maṭba ͑ah al-Madānī, 1964), cet.I, 83.
91
kadar bahan berbahaya yang terkandung dalam produk tersebut adalah
haram.123 Al-Auzāʿī menambahkan bahwa, perasan anggur yang dijadikan
minuman selama tidak memabukkan adalah halal, namun jika perasan
tersebut disimpan dengan sengaja sehingga menimbulkan efek yang
memabukkan, maka bahan yang dapat memabukkan tersebutlah yang
diharamkan.124
Abū Ḥanīfah (w.150 H) mengungkapkan bahwa, meminum perasan
anggur jika tujuanya tidak untuk maksiat maka hukumnya tidak haram,
namun jika sampai yang meminumnya mabuk maka menjadi haram. Artinya
adalah, sesuatu dikatakan haram manakala memabukkan, namun jika tidak
sampai memabukkan hukumnya dibolehkan. Apabila peminum tahu bahwa
tiga gelas yang diminumnya menyebabkan kemabukkan, maka tetap
meminum tiga gelas hukumnya adalah haram, hal ini berdasarkan athār
(praktik dan ucapan) Sahabat Raḍiyallāh a͑ nhu, di mana pada suatu hariʿUmar
meminum nabīdh yang aromanya keras menyengat, setelah itu Ia berkata :
kami akan menyembelih unta, karena pembebasan budak diraih oleh
keluargaʿUmar, hal ini tidak dapat terlaksana kecuali dengan meminum
nabīdh yang menyengat. Athār lain yang diperlihatkanʿUmar adalah, ketika
Beliau mengirim surat kepada ͑Ammār ibn Yāsir,ʿUmar berkata dalam
suratnya bahwa, Aku di beri sebuah minuman yang berasal dari Syam.
Minuman itu dimasak hingga 2/3 unsurnya hilang, sisanya tinggal 1/3.
Hukumnya pun menjadi halal, karena keharamnya telah hilang dan tidak lagi
membuat hilangnya pikiran, maka perintahkan olehmu agar mereka
(penduduk Syam) tetap mengkonsumsi minuman tersebut. Teks surat ini
menunjukan bahwaʿUmar menghalalkan nabīdh.125
Dalil yang melarang untuk mengkonsumsinya sampai mabuk adalah
athār berikut ini, pada suatu ketika ͑Alī menjamu suatu kaum. Beliau
menghidangkan minuman untuk mereka, di antara mereka ada seseorang
yang mabuk, maka ͑Alī menghukumnya dengan dera (ḥad), kemudian orang
tersebut berkelit, Anda sendiri yang menjamuku, kenapa sekarang Anda mau
menderaku?, ͑Ali menjawab, Aku menderamu karena kamu mabuk.126 Abū

123
Ibn Rushd, al-Qurṭubī, Abū al-Wālid Muḥammad ibn Aḥmad ibn
Muḥammad ibn Aḥmad, Bidāyat al-Mujtahid wa-Nihāyat al-Muqtaṣid
(Beirut : Dār al-Fikr, 2005), cet.III, 66.
124
Ibn ͑Ābidīn, Muḥammad Amīn (dikutip dari Maktabah Shamīlah),
Radd al-Mukhtaṣar ͑alā-Ḍūrr al-Mukhtaṣar Sharḥ Ṭanwīr al-Abṣār (Cairo :
Shirkat Maktabah wa-Maṭba͑ah Musṭafā al-Bābī al-Ḥalibī. 1966), cet.X, 33.
125
Al-Kasānī, ͑Ālā al-Dīn Abū Bakr ibn Masʿūd (dikutip dari Ali
Musthafa Yaqub), Badāʿī al-Shanāʿī fī-Tartīb al-Sharāʿī (Cairo : al-Maṭba͑ah
al-Jamālīyah, 1910), cet.V, 173 dan 174.
126
Al-Kasānī, ͑Ālā al-Dīn Abū Bakr ibn Masʿūd (dikutip dari Ali
Musthafa Yaqub), Badāʿī al-Shanāʿī fī-Tartīb al-Sharāʿī (Cairo : al-Maṭba͑ah
al-Jamālīyah, 1910), cet.V, 173 dan 174.
92
Yūsuf127 (w.182 H) mengungkapkan bahwa, bahan berbahaya yang
terkandung dalam miniman, makanan atau obat-obatan itu diharamkan.
Pengharaman bahan tersebut tidak dilihat dari sedikit maupun banyaknya
bahan tersebut berada dalam suatu produk, melainkan ada atau tidaknya
bahan tersebut dalam suatu produk, karena sedikit atau banyaknya bahan
berbahaya yang terkandung, maka tetap saja berpotensi membahayakan,
misalkan minuman yang mengandung unsur memabukkan, meskipun
peminumnya tidak mabuk karenanya, maka tetap saja dikenai ḥad sesuai
yang telah ditetapkan.128
Al-Shaibānī129 (w.189 H) menyatakan bahwa, anggur yang diperas dan
dijadikan untuk minuman hukumnya adalah halal dan suci, namun jika telah

127
Lihat al-Ziriklī, al-Aʿalām Qāmūs Tarājim li-Ash֨ hār al-Rijāl wa-
al-Nisā min-al-A ͑arab wa-al-Mustaghribīn wa-al-Mustashriqīn (Beirut : Dār
al-֜Ilm lī-al-Malāyīn, 1979), cet.I, 193. Beliau adalah Ya ͑qūb ibn Ibrāhīm ibn
Ḥabīb al-Anṣārī al-Kūfī al-Baghdādī, diberi nama panggilan Abū Yūsuf.
Beliau adalah Sahabat sekaligus murid Abu Hanifah. Beliaulah orang pertama
yang menyebarkan madzhab Hanafi. Kualifikasinya sebagai seorang ahli
fiqih, dan termasuk para hafizh hadis. Beliau lahir di Kuffah pada tahun 113
H, lalu belajar hadis dan periwayatannya, kemudian Beliau mengikuti jejak
keilmuan Abu Hanifah. Corak rasionalitaspun tampak kental dalam
pemikirannya. Beliau diangkat menjadi hakim di Baghdad pada masa
pemerintahan al-Maḥdī, al-Ḥādī, dan al-Rashīd. Beliau wafat di Baghdad
pada masa pemerintahan al-Rashīd pada tahun 182 H, ketika itu Beliau
menjabat sebagai hakim. Beliau adalah orang pertama yang dijuluki hakim
agung (Qāḍī al-Quḍhāt), sehingga sebuah sebutan disandangkan kepadanya,
yaitu hakim agung dunia (Qāḍī al-Quḍhāt al-Dunyā). Beliau juga merupakan
orang pertama yang menulis kitab tentang usul fiqh menurut madzhab Abu
Hanifah. Beliau seorang yang piawai dalam ilmu tafsir, peperangan, dan
sejarah Arab, di antara buah karyanya adalah kitab al-Kharāj, al-Athār (yaitu
musnad Abū Ḥanīfah), Adab al-Qāḍī, dan al-Radd a͑ lā Mālik ibn Anas.
128
Abū Yūsuf (dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Durr al-Muntaqā
(Cairo : Shirkat Maktabah wa-Maṭba͑ah Musṭafā al-Bābī al-Ḥalibī, 1985),
cet.II, 38.
129
Lihat al-Ziriklī, 180. Beliau adalah Muḥammad ibn Ḥasan ibn
Farqad al-Shaibānī, seorang Imam dalam bidang fiqih dan usul fiqih.
Beliaulah yang menyebarluaskan fiqih Abū Ḥanīfah. Beliau meriwayatkan
Hadis dari Mālik, al-Thaurī, ͑Amr ibn Dinār dan lain-lain. Beliau lahir di
Wasith pada tahun 132 H dan tumbuh dewasa di Kuffah, kemudian
berdomisili di Baghdad. Beliau belajar kepada Abū Ḥanīfah dalam waktu
yang relative singkat dan belajar kepada Abū Yūsuf dengan materi fiqih Abū
Ḥanīfah dari awal sampai selesai. Beliau termasuk hafidz fiqih bangsa Irak.
Usahanya dalam mengodifikasi fiqih merupakan kodifikasi kitab fiqih yang
pertama, mencakup materi-materi fiqih tertentu secara beragam. Gurunya
93
sampai memabukkan maka hukumnya adalah haram dan dikenai ḥad
sebagaimana mestinya. Perasan anggur yang didiamkan selama berhari-hari
sehingga berubah zatnya, maka hukum meminumnya baik sedikit maupun
banyak dan baik memabukkan maupun tidak, adalah haram.130 Bahan yang
najis dan berbahaya, jika terkandung dalam produk maka diharamkan,
meskipun yang mengkonsumsinya tidak terlihat dari padanya sesuatu yang
membahayakan bagi dirinya, maka tetap saja hukum mengkonsumsinya
diharamkan.131
Al-Jaṣṣāṣ132 (w. 370 H) berkata bahwa, khamar dan nabīdh itu berbeda,
jika khamar diharamkan dalam Al-Qur’an, maka nabīdh yang mengandung
unsur memabukkan selama tidak memabukkan adalah halal. Allah Swt
berfirman, "dan dari buah kurma dan anggur, Kamu buat minuman yang
memabukkan dan rizki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
memikirkan"133. Ayat tersebut merupakan dalil yang menghalalkan khamar
dan turun lebih awal dari ayat yang telah menghapusnya, yaitu dalil yang
mengharamkan khamar, namun dapat dipahami bahwa, ayat di atas hanyalah
mengharamkan khamar saja dan tidak termasuk nabīdh, sehingga
berdasarkan makna eksplisit ayat tersebut, nabīdh tetap dihalalkan, maka
seseorang yang mengklaim bahwa ayat di atas merupakan dalil yang
menghapus kehalalan nabīdh adalah tidak benar, karena istilah khamar dan

yang kedua adalah Abū Yūsuf yang membantunya menerbitkan beberapa


ensiklopedi fiqih yang jumlahnya cukup banyak, seperti al-Mabsūṭ, al-
Ziyadāt, al-Jāmi͗ al-Asghār dan al-Jami͗ al-Kabīr. Beliau wafat pada tahun 189
H.
130
Al-Kasānī, al-Dīn Abū Bakr ibn Masʿūd (dikutip dari Ali Musthafa
Yaqub), Badāʿī al-Shanāʿī fi-Tartīb al-Sharāʿī (Cairo : al-Maṭba͑ah al-
Jamālīyah, 1910), cet.V, 173.
131
Ibn ͑Ābidīn, Muḥammad Amīn (dikutip dari Maktabah Shamīlah),
Radd al-Mukhtaṣar ͑alā Dūrr al-Mukhtaṣar Sharḥ Ṭanwīr al-Abṣār (Cairo :
Ṣhirkah Maktabah wa-Maṭba͑ah Musṭafā al-Bābī al-Ḥalibī. 1966), cet.X, 78.
132
Lihat al-Ziriklī, 171. Beliau adalah Aḥmad ibn ͑Alī Abū Bakr al-
Rāzī, popular dengan nama al-Jaṣṣāṣ, dihubungkan dengan pekerjaanya
tukang kapur, Beliau adalah seorang Imam dengan madzhab Hanafi.
Termasuk mujtahid yang menonjol dalam madzhabnya. Beliau lahir pada
tahun 305 H. dan berdomisili di Baghdad. Beliau berguru fiqih pada Abū
Ḥasan al-Khurqī. Kitab-kitabnya antara lain Aḥkām Al-Qur͗ ān Sharḥ
Mukhtaṣar al-Khurqī, Sharḥ Mukhtaṣar al-Ṭaḥāwī dan lain sebagainya.
Beliau meninggal pada bulan Dzulhijjah pada tahun 370 H.
133
Q.S. al-Naḥl : 67.
َ‫سنًا إِ َّن فِي ذَلِكَ ََلَيَةً ِلقَ ْو ٍم يَ ْع ِقلُون‬ ِ ‫ت النَّخِ ي ِل َو ْاْل َ ْعنَا‬
َ ُ‫ب تَتَّخِ ذُونَ مِ ْنه‬
َ ‫سك ًَرا َو ِر ْزقًا َح‬ ِ ‫َومِ ْن ث َ َم َرا‬
94
nabīdh itu berbeda.134 Terkait kehalalan nabīdh, Rosullulah Saw bersabda,
"Nabi Saw diberi minuman nabīdh, kemudian beliau mencium aromanya.
Dahi beliau tampak mengerut karena aroma nabīdh tersebut sangat keras
menyengat, kemudian beliau meminta agar diberi air. Lalu air itu beliau
tuangkan dan beliaupun meminumnya".135 Berdasarkan dalil tersebut, al-
Jaṣṣāṣ menghalalkan perasaan anggur meskipun berpotensi memabukkan,
namun dengan syarat ketika meminumnya tidak sampai membuat
peminumnya mabuk, namun al-Qurṭubī136 (w.671 H) menyatakan bahwa,
kata anugerah pada dalil tersebut menunjukan bahwa Allah Swt
menganugerahkan apa yang Dia ciptakan semuanya untuk hambaNya.
Anugerah yang Allah berikan sudah pasti merupakan sesuatu yang halal, oleh
karena itu, hal inilah yang mendasari bolehnya mengkonsumsi nabīdh yang
tidak sampai pada kadar yang memabukkan, jika sudah memabukkan, maka
hukum meminumnya menjadi haram.137
Al-Sharakhṣī138 (w.483 H), dalam kitabnya al-Mabsūṭ berkata, setiap
yang memabukkan hukumnya haram, jadi setiap minuman, makanan,

134
Al-Jaṣṣāṣ, Aḥmad ibn ͑Alī Abū Bakr al-Rāzī (dikutip dari Ali
Musthafa Yaqub), Aḥkām Al-Qur͗ ān, editor Muḥammad Ṣādiq al-Qamḥāmī
(Cairo : Dār al-Muṣḥaf, Shirkat Maktabah wa-Maṭba͑ah ͑Abd al-Rḥmān
Muḥammad, 1938), cet.III, 185.
135
Al-Nasā ī, Aḥmad ibn Shu ֜aīb ͑Alī ibn Baḥr, AbūʿAbd al-Raḥmān,
Sunan al-Nasā ī (Cairo : al-Maṭba֜ah al-Maymānīyah, 1892), cet.II, 321 dan
325.
‫ فقطب وَ ه‬، ‫ أتي بنبيذ فشمه‬: ‫عن عبد هللا بن عمر رضي هللا عن ما أن النبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫ ثم دعا بماء فصبه عليه وشرب منه‬، ‫لشدته‬
136
Ibn Rushd, Bidāyat al-Mujtahid wa-Nihāyat al-Muqtaṣid (Cairo :
al-Maṭba͑ah al-Jamālīyah, 1911), cet.III, 22.
137
Al-Qurṭubī, Abū ͑Abdillāh Muḥammad ibn Aḥmad al-Anṣārī
(dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Jāmi ͗ li-Aḥkām Al-Qur ͗ ān (Beirut :
Dār al-Kitāb al-͑Arabī li-al-Ṭibā͑ah wa-al-Naṣr, 1967), cet.IX, 116.
138
Lihat al-Ziriklī, 315. Beliau adalah Muḥammad ibn Aḥmad ibn Sahl
Abū Bakr, dijuluki sebagai mataharinya para Imam. Beliau seorang Qāḍī dari
ulama senior madzhab Hanafi. Seorang mujtahid ini berasal dari Sarkhas yang
terletak di Khurasan. Kitabnya yang paling menumental adalah al-Mabsūṭ
dalam bidang fiqih dan syariah sebanyak 30 juz. Beliau mendiktekan langsung
kitab tersebut saat berada di dalam penjara di Jib Ausjand Firgana. Kitab
lainnya adalah Sharḥ al-Jāmi ͗ al-Kabīr li-al-Imām Muḥammad, al-Usūl dalam
bidang Uṣūl al-Fiqh, dan Sharḥ al-Mukhtaṣar al-Ṭaḥāwī, sebab
dijebloskannya ke penjara adalah karena perkataan bernada kritik yang Beliau
sampaikan kepada al-Haqqān, setelah bebas Beliau menetap di Firgana
sampai meninggal dunia pada tahun 483 H.
95
ataupun obat yang mengandung bahan yang bisa memabukkan dengan kadar
sedikit maupun banyak tetap saja diharamkan untuk mengkonsumsinya.139
Al-Sharakhṣī menambahkan bahwa, Abū Ḥafṣ al-Kabīr (w.217 H) juga
mengharamkan sesuatu yang memabukkan, sehingga mengkonsumsinya
dengan kadar sedikit maupun banyak tetap diharamkan. Ada seseorang yang
komplain bahwa Abū Ḥafṣ al-Kabīr telah menyalahi Abū Ḥanīfah yang
membolehkan untuk mengkonsumsi sesuatu yang tidak memabukkan jika
dengan kadar sedikit walaupun itu berpotensi memabukkan. Terkait hal
tersebut, Beliau menjawab bahwa, Abū Ḥanifah membolehkan jika tujuanya
untuk memudahkan masuknya makanan ke dalam kerongkongan (istimrā al-
Ṭaʿām), sementara orang-orang pada masa sekarang, mereka
menggunakannya hanya untuk hura-hura, dan penggunaanya tidak lagi
dibolehkan jika hal yang memaksanya untuk mengkonsumsinya (ḍarūrat)
ternyata sudah tersedia bahan yang nyata halal.140
Al-Dīn al-Samarkandī141 (w. 540 H) mengungkapkan bahwa,
diharamkan meminum khamar yang mengandung unsur memabukkan di
dalamnya, demikian pula halnya dengan memanfaatkannya untuk
pengobatan. Haramnya penggunaan minuman yang memiliki potensi
memabukkan ini baik dengan kadar sedikit maupun banyak.142 Rosullulah
Saw bersabda, "setiap hal yang memabukkan adalah haram. Apa saja yang
satu faraqnya memabukkan, maka sepenuh tapak tangan pun juga haram".143

139
Al-Sharakhṣī, Abū Bakr Muḥammad ibn Abī Sahl (dikutip dari
Maktabah Shamīlah), al-Mabsūṭ (Beirut : Ḍār al-Ma͗rifat, 1965), cet.XXVII,
152.
140
Al-Sharakhṣī, Abū Bakr Muḥammad ibn Abī Sahl (dikutip dari
Maktabah Shamīlah), al-Mabsūṭ (Beirut : Ḍār al-Ma͗rifat, 1965), cet.XXVII,
152.
141
Lihat Ziriklī, 317. Beliau adalah Muḥammad ibn Aḥmad ibn Abū
Aḥmad, Abū Bakr ͑Alā al-Dīn al-Samarqandī. Beliau merupakan seorang
pakar dari kalangan tokoh Ulama Hanafīyah. Beliau bermukim di Halb dan
namanya melambung lewat bukunya Tuḥfat al-Fuqahā, di samping itu Beliau
juga memiliki kitab-kitab lainnya, seperti al-Uṣūl. Beliau meninggal dunia
pada tahun 450 H.
142
Al-Samarqandī, ͑Alā al-Dīn (dikutip dari Maktabah Shamīlah),
Tuḥfat al-Fuqahā (Cairo : al-Maktabah al-Tijārīyah al-Kubrā, 1979), cet.II,
68.
143
Al-Sijistānī, Sulaimān ibn Ashhāt ibn Isḥāq al-Azdī, Sunan Abū
Dāwud (Cairo : Shirkah Maktabah wa-al-Maṭba֜ah Musṭafā al-Bābī al-
Ḥalābī, 1953), cet.II, 91.
ِ ِّ ‫ َو َما ا َ ْس َك َر اْلف ََر ُق مِ ْنهُ فَمِ ْل ُء اْلك‬،‫س ْو ُل هللاِ ص كُ ُّل ُم ْسك ٍِر َح َرا ٌم‬
ُ ‫َف مِ ْنه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ْ‫شةَ رض قَالَت‬ َ ‫ع ْن‬
َ ِ‫عائ‬ َ
‫َح َرا ٌم‬
96
Al-Kasānī144 (w.578 H) berkata bahwa, sesuatu yang kadarnya tidak
menyebabkan mabuk, maka halal untuk dikonsumsi, hal ini dapat dilihat pada
athār yang memperlihatkan kehalalan nabīdh berikut ini, ͑Abdullāh ibn ͑Abbās
pernah ditanya tentang hukum nabīdh, lalu beliau menjawab, minumlah satu,
dua atau tiga gelas, jika sekiranya takut mabuk, maka janganlah
meminumnya. Apabila para Sahabat telah menyatakan kehalalan nabīdh,
maka pendapat yang mengharamkan perasan anggur ini berarti telah
menuduh para Sahabat tersebut fasik, oleh karena itu pernyataan Abū
Ḥanīfah yang membolehkan perasan anggur berarti benar, selama perasan
tersebut tidak membuat peminumnya memabukkan.145
Abū Ḥanīfah juga menguatkan pendapatnya dengan mengeluarkan
pernyataan bahwa, seandainya dunia dan segala isinya diberikan kepadaku
untuk memfatwakan keharaman nabīdh, maka Aku akan tetap dengan
pendirianku untuk menyatakan bahwa perasan anggur atau nabīdh adalah
halal, karena dengan mengharamkanya berarti aku telah mengfasikkan
Sahabat, namun jika seandainya dunia dan seisinya dilimpahkan kepadaku
agar Aku meminum nabīdh, maka Aku akan tetap untuk tidak meminumnya,
karena yang demikian itu tidak ada alasan ḍarūrat bagiku untuk
meminumnya.146
Al-Ḥaṣkafī (w.1099 H) mengungkapkan bahwa, keriteria sesuatu itu
diharamkan adalah, karena dapat memabukkan dan mengeluarkan buih,
mengkonsumsi hal yang demikian hukumnya adalah haram meskipun hanya
sedikit, karena yang menyebabkan keharamannya adalah unsur yang
terkandung di dalamnya. Perasan anggur yang dimasak, kemudian didiamkan
selama berhari-hari, sehingga volumenya berkurang dari volume awal, hal
yang demikian dapat menyebabkan kemabukkan bagi orang-orang yang

144
Lihat ʿUmar Riẓā Khalālah, Mu͗ jam al-Muallifīn (Cairo: al-
Maṭba ͑ah al-Saʿādah, 1948), cet.I, 75-76. Beliau adalah ‘Ālā āl-Dīn Abū Bakr
ibn Masʿūd ibn Aḥmad al-Kasānī al-Ḥanafī yang dijuluki Mālik al-U ͑ lamā
(rajanya para Ulama). Namanya dinisbatkan pada Kasan, sebuah kota di
negeri Turkistan, di belakang sungai Sihun, belakang Syasy. Beliau belajar
fiqih kepada Imam Abū Bakr al-Samarqandī dan membaca sebagian besar
karyanya dihadapannya. Beliau memiliki kitab Badī al-Sanāʿī fī-Tartīb al-
Sharāʿī dan kitab lainnya dalam bidang fiqih dan usul fiqih. Beliau meninggal
di Halb pada tahun 578 H.
145
Al-Kasānī, ͑Ālā al-Dīn Abū Bakr ibn Masʿūd (dikutip dari Maktabah
Shamīlah), Badāʿī al-Shanāʿī fi-Tartīb al-Sharāʿī (Cairo : al-Maṭba͑ah al-
Jamālīyah, 1910), cet.V, 173.
146
Al-Kasānī, ͑Ālā al-Dīn Abū Bakr ibn Masʿūd (dikutip dari Maktabah
Shamīlah), Badāʿī al-Shanāʿī fi-Tartīb al-Sharāʿī (Cairo : al-Maṭba͑ah al-
Jamālīyah, 1910), cet.V, 173.
97
meminumnya, sehingga hukumnya diharamkan.147 Al-Ḥaṣkafī dalam
kitabnya al-Durr al-Mukhtār Sharḥ Tanwīr al-Abṣār menyebutkan bahwa, al-
Qahasṭānī (w.313 H) mengharamkan sesuatu yang memabukkan, seseorang
yang meminumnya baik dengan kadar sedikit maupun banyak dan setelah
meminumnya mabuk maupun tidak maka dikenakan ḥad sesuai dengan
syariat Islam. Terkait dengan perasan anggur, al-Ḥaṣkafī juga memberikan
kesimpulan dengan pernyataan gurunya Abū Ḥanīfah yang membolehkan
meminum nabīdh. Kesimpulan tersebut adalah, boleh untuk meminum nabīdh
jika hanya untuk (istimrā al-Ṭaʿām), sedangkan mengkonsumsinya untuk
keperluan lain yang tidak ada ḍarūrat nya lebih baik ditinggalkan.148
Ibn ͑Ābidīn149 (w.1252 H) menyatakan bahwa, setiap sesuatu yang
memabukkan, maka dihukumi haram. Keharamannya dilihat dari adanya
bahan yang memabukkan yang terkandung di dalamnya, jadi bahan tersebut
baik dengan kadar banyak maupun sedikit hukumnya adalah haram.
Seseorang yang telah mengetahui dan meyakini bahwa sesuatu itu dapat
memabukkan, maka hukum mengkonsumsinya adalah haram. Berdasarkan
ijma͗ Sahabat, hukum perasan anggur yang ketika meminumnya dapat
menyebabkan kemabukkan adalah haram, sehingga sedikitnya juga
diharamkan.150 Rasullulah Saw bersabda, "setiap yang memabukkan adalah
khamar, dan setiap yang memabukkan adalah haram, sesuatu yang banyaknya
memabukkan, maka sedikitnyapun haram".151 Hadis tersebut diriwayatkan

147
Al-Kasānī, ͑Ālā al-Dīn Abū Bakr ibn Masʿūd (dikutip dari Maktabah
Shamīlah), Badāʿī al-Shanāʿī fi-Tartīb al-Sharāʿī (Cairo : al-Maṭba͑ah al-
Jamālīyah, 1910), cet.V, 173.
148
Al-Ḥaṣkafī, Muḥammad ibn ͑Ālī ibn Muḥammad ibn ͑Alī ibn ͑Abd
al-Rahmān (dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Durr al-Mukhtār Sharḥ
Tanwīr al-Abṣār (Beirut : Dār al-Sādir, 1896), cet.X, 32.
149
Lihat al-Ziriklī, 148. Beliau adalah Muḥammad Amīn ibnʿUmar
ibn ͑Abd al-͑Azīz ͑Ābidīn Dimashqī. Beliau lahir di Damaskus Syiria pada tahun
1198 H. Beliau merupakan ahli fiqih dari kalangan Ḥanafīyah, di antara
karyanya adalah Radd al-Mukhtar Sharḥ ͑Abd al-Mukhtar, ͑Uqūd al-Awalī dan
Ḥimashī ͑alā al-Baiḍawī. Beliau meninggal di Damaskus pada tahun 1252 H
dan dimakamkan di pemakaman Bab al-Saqīr.
150
Ibn ͑Ābidīn Muḥammad Amīn (dikutip dari Maktabah Shamīlah),
Radd al-Mukhtaṣar ͑alā-Ḍūrr al-Mukhtaṣar Sharḥ Tanwīr al-Abṣār (Cairo :
Ṣhirkat Maktabah wa-Maṭba ͑ah Musṭafā al-Bābī al-Ḥalibī, 1966), cet.X, 32-
34.
151
Mūsā Shāhīn, Fatḥ al-Muni͑ m Sharḥ Ṣaḥīḥ Muslim (Cairo : Dār
Shurūq, 2002), cet.I, 183.
‫ َما ا َ ْسك ََر َكثِي ُْرهُ فَقَ ِل ْيلُهُ َح َرا ٌم‬.‫ كُ ُّل ُمخ ِ َِّم ٍر َخ ْم ٌر َو كُ ُّل ُم ْسك ٍِر َح َرا ٌم‬:َ‫ي ص قَال‬ِِّ ِ‫ع ِن ال َّنب‬
َ ‫َّاس‬
ٍ ‫عب‬َ ‫ع ِن اب ِْن‬
َ
98
oleh Aḥmad ibn Ḥanbal,152 ibn Mājah153 dan al-Dāruquṭnī.154 Keharaman ini
bertujuan untuk mencegah kerusakan yang ditimbulkan, selain itu juga agar
seseorang tidak mengulangi hal yang demikian yang berakibat menimbulkan
keinginan atau kecanduan untuk kembali mengulanginnya.155
Kesimpulan dari pendapat para ulama Hanafiyah di atas adalah, perasan
anggur adalah halal untuk diminum, namun jika sudah mengalami proses
penyimpanan atau yang sekarang lebih dikenal dengan fermentasi dan
berpotensi memabukkan, maka haram hukumnya, sehingga pendapat yang
paling rājiḥ (unggul) dan mut͗ amad (dijadikan pegangan) dalam madzhab
Hanafi tentang kadar alkohol dalam suatu produk adalah, pendapat yang
menyatakan bahwa sesuatu yang mengandung bahan berbahaya dan
berpotensi memabukkan, maka mengkonsumsinya baik dengan kadar sedikit
maupun banyak dan setelah meminumnya mabuk ataupun tidak, maka
hukumnya tetap haram dan dikenai ḥad. Kesimpulan ini juga yang dijadikan
fatwā oleh ibn ͑Ābidīn (w.1252 H).156
Pendapat yang menyatakan terkait kadar yang diharamkan dalam suatu
produk terdapat pada tegukkan akhir yang menyebabkan kemabukkan, dapat
diperjelas bahwa, Abū Ḥanīfah menyatakan demikian karena pada masanya
banyak orang yang menggunakan perasan anggur sebagai minuman dalam
membantu memudahkan dan melancarkan makanan untuk masuk ke dalam
kerongkongan (istimrā al-Ṭaʿām), penggunaan perasaan anggur tersebut
halal, namun jika disimpan pada waktu tertentu memang berpotensi
memabukkan, sehingga Abū Ḥanifah melarang penggunaanya jika sampai
memabukkan. Pada masa al-Shaibānī, beliau memfatwakan bahwasanya
haram untuk mengkonsumsi sesuatu yang mengandung bahan yang dapat atau
berpotensi memabukkan, pengharaman tersebut baik sedikit penggunaannya

152
Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn As͑ad al-Marwazī
al-Baghdādī, Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal (Riyad : Bait al-Afkār, 1998), cet.I,
163.
153
Ibn Mājah al-Qazwinī, Abū ͑Abdullāh Muḥammad ibn Yazīd, Sunan
ibn Mājah, editor dan komentar Muḥammad Fuād ͑Ābd al-Bāqi (Cairo : Dār
Iḥyā al-Kutub al-֜Arābīyat, 1960), cet.III, 184.
154
Al-Dāruquṭnī, ͑Ālī ibnʿUmā (dikutip dari Maktabah Shamīlah),
Sunan al-Dāruquṭnī (Cairo : Dār al-Maḥāsin li-al-Ṭibā ͑at, 1966), cet.III, 68.
155
Ibn ͑Ābidīn (dikutip dari Maktabah Shamīlah), Muḥammad Amīn,
Radd al-Mukhtaṣar a͑ lā-Dūrr al-Mukhtaṣar Sharḥ Tanwīr al-Abṣār (Cairo :
Shirkat Maktabah wa-Maṭba͑ah Musṭafā al-Bābī al-Ḥalibī, 1966), cet.X, 32-
34.
156
Ibn ͑Ābidīn (dikutip dari Maktabah Shamīlah), Muḥammad Amīn,
Radd al-Mukhtaṣar a͑ lā-Dūrr al-Mukhtaṣar Sharḥ Tanwīr al-Abṣār (Cairo :
Ṣhirkat Maktabah wa-Maṭba͑ah Musṭafā al-Bābī al-Ḥalibī, 1966), cet.X, 32-
34.
99
maupun banyak dan setelah meminumnya mabuk ataupun tidak.157 Rosullulah
Saw bersabda, "Khamar diharamkan karena zat khamar itu sendiri, baik
sedikit maupun banyak, dan diharamkan yang memabukkan dari setiap
minuman".158
Mālik ibn Anas (w.179 H) menetapkan bahwa, seseorang yang
mengkonsumsi sesuatu yang mengandung unsur memabukkan, kemudian
setelah meminumnya mabuk ataupun tidak, maka Ia wajib dikenai ḥad
(dera),159 untuk memperjelas pernyataan tersebut, al-Bājī160 (w.484 H) dari
ulama Malikīyyah menerangkan bahwa, seseorang yang mengkonsumsi
produk yang dibuat dari jenis apa saja, dan produk tersebut mengandung unsur
yang berpotensi memabukkan, baik produk tersebut terbuat dari bahan anggur
maupun bukan, dimasak terlebih dahulu maupun tidak, meminumnya sedikit
ataupun banyak, maka Ia wajib dikenai ḥad, baik setelah mengkonsumsinya
seseorang tersebut mabuk atau tidak161. Hadis yang diriwayatkan dari Jābir
ibn ͑Abdillāh menyatakan bahwa, "sesuatu yang banyaknya dapat
memabukkan, maka mengkonsumsi sedikitnya pun hukumnya haram".162 Al-

157
Al-Kasānī, ͑Ālā al-Dīn Abū Bakr ibn Masʿūd (dikutip dari Ali
Musthafa Yaqub, Badāʿī al-Shanāʿī fi-Tartīb al-Sharāʿī (Cairo : al-Maṭba͑ah
al-Jamālīyah, 1910), cet.V,173.
158
Al-Nasā ī, Aḥmad ibn Shu֜aib ͑Alī ibn Baḥr, Abū ͑Abd al-Rahmān,
Sunan al-Nasā ī (Cairo : al-Maṭba ֜ah al-Maymānīyah, 1892), cet.II, 144.
‫حرمت الخمر لعين ا قليل ا وكثيرها والسكر من كل شراب‬
159
Mālik ibn al-Nas, al-Muwaṭṭa֨ (Cairo : Matba֜at Iḥyā al-Kutub al-
֜Arābīyat, 1901), cet.IV, 147.
160
Lihat al-Ziriklī, 125. Beliau adalah Sulaimān ibn Khalāf ibn Sa֙ad
al-Tājibī al-Qurṭubī, Abū al-Walīd al-Bājī. Beliau adalah Ulama fiqih senior
dari kalangan Malikīyah. Beliau termasuk Rāwī hadis, berasal dari Batlius
dan beliau lahir di Bajah Andalusia pada tahun 403 H. Beliau mengembara ke
Hijaz pada tahun 426 H dan menetap di sana selama tiga tahun. Beliau
bermukim di Baghdad selama tiga tahun, di Mosul selama satu tahun, dan
beberapa saat di Damaskus dan Halb, kemudian Beliau kembali ke Andalusia
dan menjabat sebagai Qāḍī di sebuah daerah di sana. Beliau meninggal di
Almeria pada tahun 474 H, di antara karya tulisannya adalah al-Sirāj I͑ lm al-
Ḥujjāj, Iḥkām al-Fuṣūl fī-Aḥkām al-Uṣūl, Sharḥ Fuṣūl al-Aḥkām, Bayān Mā-
Maḍā ibn al-͑Amāl min-al-Fuqahā wa-al-Ḥukkām, al-Muntaqā fī-Sharḥ al-
Muwaṭṭa֙ al-Mālik, Sharḥ al-Mudawwamat, dan al-Ta֙dīl wa-al-Tajrīḥ li-man-
Rawā ʿanhu al-Bukhārī al-Ṣaḥīḥ.
161
Al-Bājī, Sulaimān ibn Khalāf, Abū al-Walīd (dikutip dari Maktabah
Shamīlah), al-Muntaqā fī-Sharḥ al-Muwaṭṭa֙ al-Mālik (Cairo : al-Maṭba͑ah al-
Sa͑adah, 1963), cet.III, 147.
162
Al-Tirmidhī, Sunan al-Tirmidhī (Cairo : Shirkat al-Maktabah wa-al-
Matba֜ah al-Bābī al-Halabī, 1953), cet.III, 194.
‫ َما ا َ ْسك ََر َكثِي ُْرهُ فَقَ ِل ْيلُهُ َح َرا ٌم‬:َ‫ي ص قَال‬ِِّ ِ‫ع ِن النَّب‬
َ ‫ع َم َر رض‬
ُ ‫ع ِن اب ِْن‬
َ
100
Muẓaffar163 (w. 489 H) menyatakan bahwa, sesuatu yang mengandung bahan
dengan unsur memabukkan itu haram untuk dikonsumsi, namun jika
digunakan dalam pengobatan hukumnya dibolehkan, akan tetapi hal ini masih
dikhawatrirkan penggunaannya melebihi batas yang dibolehkan dalam
batasan ḍarūrat, oleh karena itu, jika memang tidak dalam keadaan yang
memaksa dan mengancam nyawa lebih baik untuk meninggalkannya.164
Hadis yang diriwayatkan dari Abu Haura al-Sa’dy Ia berkata, Aku
bertanya kepada Husain bin Ali, Apakah (hadith) yang engkau hafal dari
Rasulullah Saw? Ia menjawab : Aku hafal sabda Rasulullah Saw:
“Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu menuju perkara yang tidak
meragukanmu.165

163
Lihat Ibn Qaḍī Shaibah, Ṭabaqāt al-Shafiʿīyah (Cairo : Dār al-
Ḥarmain, 1968), cet.II, 46. Beliau adalah Mansūr ibn Muḥammad ibn ͑Abd al-
Jabbār ibn Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ja֙far ibn Aḥmad ibn ͑Abd al-Jabbār
ibn al-Fadl ibn al-Rabī ͗ ibn Muṣlī, al-Imām Abū al-Muzaffar, al-Samʿānī al-
Tamīmī, al-Marwazī, Beliau bermadzab Hanafi dan kemudian beralih kepada
madzhab Syafi’i. Beliau belajar fiqih dari ayahnya hingga muncul menjadi
tokoh dalam madzhab Hanafi dan termasuk Ulama terkemuka yang pandai
berdebat. Tiga puluh tahun lebih beliau bermadzhab Hanafi, kemudian beralih
ke madzhab Syafi’i, hal ini terjadi pada tahun 468 H. Beliau pindah bersama
sekelompok Ulama ahli fiqih. Beliau mengarahkan perjalanannya menuju
Naisabur. Sesampainya di sana, Beliau disambut hangat oleh Sahabat-
Sahabatnya. Mereka menyambut dan memuliakan kedatangannya. Beliau
mulai menekuni corak pemikiran madzhab Syafi’i dan menetapkan masalah
dengan madzhab ini, kemudian Beliau kembali ke Marwa dan mengajarkan
corak pemikiran madzhab Syafi’i di sana. Namanya kian melambung hingga
banyak santri yang belajar kepadanya. Cucunya, Abū Sa͑ad al-Samʿānī,
mengatakan bahwa buah karya Abū al-Muzhaffar, di antaranya dalam bidang
tafsir, fiqih dan hadis dan usul fiqh, seperti kitab al-Burhān, al-Qawaṭi ͗ fī-
Uṣūl al-Fiqh, al-Intiṣār fī-al-Radd ʿalā al-Mukallafīn, al-Minhāj lī-Ahl al-
Sunnah, al-Qadr. Beliau berceramah hampir di 90 tempat. Beliau lahir pada
bulan Dzulhijjah tahun 426 H dan meninggal pada Rabiul Awwal tahun 489
H.
164
Muḥammad Muḥyī al-Dīn, Abū al-Muzaffar (dikutip dari Ali
Musthafa Yaqub), al-Fatāwā al-Hindīyā, (New Delhi : Maṭba͑at al-Dāirat al-
Maʿārif al-Niẓāmīyat, 1934), cet.II, 87.
165
Al-Nawāwī, Ibn Daqīq al-Sa͑d, al-Uthaimīn, dan Saīyid al-Ḥuwaiṭī
(dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Turāth al-Salafīyat Sharḥ al-͑Arbaʿīn al-
Nawawīyat (Cairo : Markaz Fajr, 2006), cet.II, 36.
‫عن أبي محمد الحسن بن علي بن أبي طالب سبط رسول هللا صلى هللا عليه وآله وسلم وريحانته رضي‬
‫ حفظت من رسول هللا صلى هللا عليه وآله وسلم دع ما يريبك إلى ما ال يريبك‬: ‫هللا عن ما قال‬
101
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī166 dan al-Nasā ī167. Hadis
lainnya adalah, “jadikanlah antara kalian dengan sesuatu yang haram itu suatu
penghalang berupa sesuatu yang halal, barangsiapa yang melakukan hal itu,
maka Ia telah menjaga kehormatannya dan kebersihan agamanya”.168 Hadis
ini diriwayatkan oleh Ibn Ḥibbān.169Terkait dengan firman Allah Swt yang

166
Lihat al-Ziriklī, 401. Beliau adalah Muḥammad ibnʿIsā ibn Saurah
ibn Mūsā ibn ͑Adl al-Dahlaq al-Tirmidhī, Beliau lahir pada tahun 209 H di
daerah Tirmidz, al-Tirmidhī keluar dari negerinya menuju Khurasan, Iraq dan
Harmain dalam rangka menuntut ilmu, hasil karya Beliau adalah kitab al-
Jāmi ͗, terkenal dengan sebutan Sunan al-Tirmidhī, al-I͑ lāl, al-Shamāʿī al-
Nabawīyat. Beliau wafat di Tirmidz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H
bertepatan dengan 8 Oktober 892 M, usia Beliau pada saat itu 70 tahun.
167
Lihat al-Ziriklī, 439. Beliau adalah Aḥmad ibn Shuaīb ibn ͑Alī ibn
Sinān ibn Baḥr, Beliau lahir di Khurasan pada tahun 215 H, di antara negeri
yang Beliau kunjungi adalah Khurasan, Baghdad, Kuffah, Basrah, Hijaz dan
Mesir. Beliau mempunyai banyak hasil karya, di antaranya adalah al-Sunan
al-Ṣughrā, al-Sunan al-Kubrā, al-Kunā, Khaṣāiṣ A ͑ lī, A
͑ mal al-Yaūm wa-al-
Lailat, al-Tafsīr al-Ḍua͑ fā wa-al-Matrukīn, al-Tasmīyat al-Fuqahā wa-al-
Anṣār, al-Tasmīyat man-lam-Yarwī A ͑ nhu Ghairā Rajūl al-Wāḥid, al-Dhikr
man-Ḥaddatha ͑Anhu ibn Abī Aūrubah, Musnad ͑Alī ibn Abī Ṭālib, Musnad
Ḥadīth Mālik, Asmā al-U ͑ rwah wa-al-Tamyīz Bainahum. Beliau wafat pada
tahun 303 H dan dikebumikan di Bait al-Maqdis, Palestina.
168
Ibn Ḥibbān, Muḥammad ibn Aḥmad ibn Abī Khātim al-Tamīmī al-
Basatī (dikutip dari Maktabah Shamīlah), Ṣaḥīḥ ibn Ḥibbān (Bairut :
Mu֙assasat al-Risālah, 1993), cet.III, 380.
‫اَعلوا بينكم وبين الحرام سترة من فعل ذلك كان أبرأ لعرضه ودينه ومن وقع فيه كالمرتع إلى َانب‬
‫الحمى يوشك أن يقع فيه وإن لكل ملك حمى وإن حمى هللا في اْلرض محارمه‬
169
Lihat al-Ziriklī, 93-102. Beliau adalah al-Imām al-Allāmah al-
Mujawwid, Shayikh Khurasān, Abū Ḥātim, Muḥmmad ibn Ḥibbān ibn
Aḥmad ibn Ḥibbān ibn Mu ͑ād ibn Ma֙ bad ibn Shāhid ibn Hadāyah ibn Murrah
ibn Saʿid ibn Yazīḍ ibn Murrah ibn Zāid ibn ͑Abdillāh al-Tamīmī al-Darmī.
Beliau dilahirkan di Sijistan sekitar tahun 273-277 H, kemudian Beliau
menuju Jurjan dan berguru pada ʿUmrān ibn Mūsā ibn Mujaishī al-Sakhātanī,
dan dari Ulama Baghdad yang bernama Aḥmad ibn Ḥasan ibn Abū ͑Abd al-
Jabbār al-Ṣūfī, dan dari Ulama Damaskus bernama Ja͗far ibn Aḥmad dan
Muḥammad ibn Ḥuzaimī, dan di Baitul Maqdis Beliau belajar pada Abdullāh
ibn Muḥammad ibn Salmī, dan di kota Ubulah beliau berguru pada Abī Ya֙ lā
ibn Zuhair, dan di kota Mekah pada Mufḍal al-Janādī, dan di Bukhara pada
ʿUmar ibn Muḥammad ibn Bujair dan masih banyak Ulama-Ulama yang
menjadi guru-guru Beliau, Ibn Ḥibbān telah melahirkan karya-karya yang
agung di antaranya Tarīkh al-Thiqāt, Gharāib al-Kuffīyīn, al-A ͑ nwā wa-al-
Taqāsīm, Mauqūf Marfū֙ ͑Ilāl Ḥadīth Mālik, Manākib al-Shafiʿī, Mu֙jam al-
Madānī, Gharāib al-Akbar dan lain-lainnya. Belau wafat di Sijistan di kota
102
berbunyi, "dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang
memabukkan dan rizki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
memikirkan".170
Ibn al-͑Arabī (w.543 H) ) ber istidlāl (pengambilan dalil) bahwa, ayat
di atas turun sebelum ayat tentang keharaman khamar diturunkan, sehingga
ketika ada perintah untuk menjauhi khamar, secara otomatis ayat di atas
telah terhapuskan, hal ini sebagaimana yang dikatakan juga oleh ibn ͑Abbās
terkait ayat ini. Ibn ͑Abbās menambahkan bahwa, kata "memabukkan" dalam
ayat ini maksudnya adalah khamar.171 Ibn al-͑Arabī juga menyatakan, secara
terminologi ayat di atas dapat dipahami dari dua sisi yang berbeda, yaitu
pemahaman bahwa ayat ini berlaku sebelum ayat tentang keharaman khamar
diturunkan dan bisa juga maknanya adalah, "Allah telah menganugerahkan
buah kurma dan anggur kepadamu, kamu dapat membuat daripadanya
minuman yang Allah haramkan kepadamu sebagai sebuah pelanggaran dari
padamu, dan minuman yang Allah halalkan kepadamu sebagai kemanfaatan
bagi dirimu". Ibn al-͑Arabī menegaskan bahwa, pendapat yang ṣaḥīḥ adalah,
ayat tersebut turun sebelum khamar diharamkan, oleh karena itu hukum
dibolehkannya khamar menjadi mansūkh (terhapus), sebab berdasarkan
kesepakatan ulama, ayat tersebut masuk dalam kelompok Makīyyat (turun
sebelum Rasullulah Saw hijrah ke Madinah), sedangkan ayat tentang
diharamkannya khamar termasuk dalam kelompok Madīniyyat (turun setelah
hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah).172
Al-Qurṭubī (w.671 H) berpendapat bahwa, athār (praktik dan ucapan)
para Sahabat yang dijadikan dalil atas dibolehkannya sesuatu yang
mengandung unsur dan berpotensi memabukkan, bertentangan dengan hadis-
hadis ṣaḥīḥ tentang haramnya setiap jenis yang memabukkan, baik dengan
kadar yang banyak maupun sedikit, oleh karena itu, athār tersebut tidak dapat
dijadikan sebuah ḥujjat, karena terdapat hadis ṣaḥīḥ terkait hal ini.173

Busta pada bulan Syawal tahun 354 H pada usia kurang lebih delapan puluh
tahunan.
170
Q.S. al-Naḥl : 67.
َ‫سنًا إِ َّن فِي ذَلِكَ ََلَيَةً ِلقَ ْو ٍم يَ ْع ِقلُون‬ ِ ‫ت النَّخِ ي ِل َو ْاْل َ ْعنَا‬
َ ُ‫ب ت َتَّخِ ذُونَ مِ ْنه‬
َ ‫سك ًَرا َو ِر ْزقًا َح‬ ِ ‫َومِ ْن ث َ َم َرا‬
171
Ibn al- ͑Arabī, Abū Bakr Muḥammad ibn ͑Abdullāh (dikutip dari
Maktabah Shamīlah), Aḥkām Al-Qur ͗ ān, editor ͑Alī Muḥammad al-Bajāwi
(Beirut : Dār Iḥyā al-Kutub al-֜Arabīyat, 1957), cet.IV, 115.
172
Ibn al- ͑Arabī, Abū Bakr Muḥammad ibn ͑Abdullāh (dikutip dari
Maktabah Shamīlah), Aḥkām Al-Qur ͗ ān, editor ͑Alī Muḥammad al-Bajāwi
(Beirut : Dār Iḥyā al-Kutub al-֜Arabīyat, 1957), cet.IV, 116.
173
Al-Qurṭubī, Abū ͑Abdillāh Muḥammad ibn Aḥmad al-Anṣārī
(dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Jāmi ͗ lī-Aḥkām Al-Qur ͗ ān (Beirut :
Dār al-Kitāb al-͑Arabī li-al-Ṭibā͑ah wa-al-Naṣr, 1967), cet.IX, 117.
103
Riwayat lain dari al-Sāʿib ibn Yazīd (w.91 H) dikatakan bahwa, nabīdh
yang diminum oleh ʿUmar ibn Khaṭṭāb adalah nabīdh yang sudah berubah
menjadi cuka. Riwayat ini diperkuat lagi oleh hadis ṣaḥīḥ lainnya yang
diriwayatkan pula oleh al-Sāʿib ibn Yazīd bahwa,ʿUmar ibn Khaṭṭāb berkata,
Aku mencium aroma minuman dari mulut si Fulan.ʿUmar ibn Khaṭṭāb
menduga bahwa minuman tersebut adalah al-Ṭilā (perasan anggur yang
dimasak sehingga volumenya tersisa sepertiganya), Aku bertanya kepada si
Fulan itu tentang minuman yang dikonsumsinya, apabila itu memabukkan,
maka Aku akan menderanya, kemudianʿUmar ibn Khaṭṭāb benar mendera
orang tersebut dengan 80 kali cambukkan.174
Ibrāhīm al-Nakhāʿī (w.96 H) adalah seorang Tabi ͑īn dan Ulama besar
di zamannya, Beliau adalah orang yang pertama kali menghalalkan nabīdh
meskipun berpotensi memabukkan, begitu pula halnya dengan al-Ṭaḥāwī dan
Sufyān al-Thaurī yang disinyalir sependapat dengan kehalalannya, bahkan al-
Thaurī pernah meminumnya. Menanggapi hal tersebut, al-Qurṭubī
berkomentar dalam kitabnya al-Jāmi ͗ li-Aḥkām Al-Qur ͗ ān sesuai dengan
yang beliau kutip dari al-Nasāī bahwa, ini merupakan kekeliruan dari seorang
Ulama, dan kita dilarang untuk mengikuti kekeliruan tersebut. Pendapat
seseorang tidak dapat dijadikan ḥujjat jika berseberangan dengan pendapat
para Imam lainnya yang berdalil dengan Sunnah Nabi yang
mengharamkannya. Ternyata, al-Ṭaḥawī yang disinyalir menghalalkan,
justru dalam kitabnya al-Kabīr fī-al-Ikhtilāf menyatakan hal yang berbeda,
di mana Beliau tidak menghalalkan nabīdh yang mempunyai potensi
memabukkan itu.175
Berdasarkan pendapat Ulama Malikiyah (Mālik ibn Anas, al-Bājī, al-
Muẓaffar, ibn al-͑Arabī dan al-Qurṭubī) bahwa, nabīdh selama tidak
berpotensi memabukkan boleh untuk dikonsumsi, sedangkan nabīdh yang
sudah mengandung zat yang dapat memabukkan hukumnya adalah haram
baik dengan kadar sedikit maupun banyak dan ketika meminumnya
mengakibatkan kemabukkan ataupun tidak.
Al-Shafiʿī176 (w.204 H) menyatakan bahwa, setiap sesuatu yang
mengandung bahan berpotensi memabukkan, dengan kadar sedikit maupun

174
Al-Nasā ī, Aḥmad ibn Shu ֜aib ͑Alī ibn Baḥr, Abū ͑Abd al-Rahmān,
Sunan al-Nasā ī (Cairo : al-Maṭba ֜ah al-Maymānīyah, 1892), cet.II, 326.
175
Al-Qurṭubī, Abū ͑Abdillāh Muḥammad ibn Aḥmad al-Anṣārī
(dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Jāmi ͗ li-Aḥkām Al-Qur ͗ ān (Beirut :
Dār al-Kitāb al- ͑Arabī li-al-Ṭibā͑at wa-al-Naṣr, 1967), cet.IX, 119.
176
Lihat al-Ziriklī, 154. Beliau adalah Abū ͑Abdillāh Muḥammad ibn
Idrīs ibn al-͑Abbās ibn Usāmah ibn Shafiʿī ibn al-Sā ͑ib ibn ͑Abd al-Yazīḍ ibn
Hishām ibn al-Muṭallib ibn ͑Abd al-Manāf al-Quraishī al-Muṭallib al-Makkī,
Beliau lahir di Gaza pada tahun 150 H. Pada usia dua tahun, Beliau di bawa
104
banyak, maka hukumnya adalah haram.177 Pernyataan serupa disampaikan
juga oleh al-Shirāzī178 (w.476 H) dan al-Nawāwī179 (w.676 H) Ulama dari
kalangan Shafiʿīyyah.180 Rosullulah Saw bersabda, "setiap hal yang
memabukkan adalah haram. Apa saja yang ukuran satu faraq memabukkan,
maka sepuluh telapak tangan pun juga haram".181
Al-Khaṭṭābī (w.388 H) menerangkan bahwa, al-Faraq yang dimaksud
dalam hadis yang diriwayatkan oleh ͑Aishah adalah, ukuran yang berisi 16 kati
air, sehingga keharamannya mencakup semua bagian yang terdapat dari kati
air tersebut, sedangkan hadis yang meyatakan, "sesuatu minuman yang
banyaknya memabukkan, maka mengkonsumsi sedikitnya pun hukumnya
haram".182 Al-Khaṭṭābī memberikan penjelasan bahwa, hadis di atas

pindah ke Mekkah. Istilah al-Shafiʿīyah dinisbatkan kepada namanya. Karya-


karyanya antara lain adalah al-͑Umm, al-Risālat, dan lain sebagainya.
177
Al-Shafiʿī, Muḥammad ibn Idrīs (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub),
Abū ͑Abdillāh, al-U͑ mm (Cairo : Dār al-Miṣrīyat li-al-Ṭālib wa-li-al-Tarjamat,
1902), cet.I, 181.
178
Lihat al-Ziriklī, 51. Beliau adalah Ibrāhīm ibn ͑Alī ibn Yūsuf al-
Shairāzī, Abū Isḥāq, Beliau seorang Imam yang ahli dalam berdebat. Beliau
lahir di Fairuzabad Paris tahun 393 H, kemudian Beliau pindah ke Syiraz dan
belajar kepada para Ulama di sana, selanjutnya Beliau hijrah ke Bashrah lalu
ke Baghdad pada tahun 415 H, di sini Beliau menyelesaikan masa studi dan
penelitiannya. Kepakaranya dalam ilmu fiqih kian tampak. Beliau menjadi
rujukan para Santri dan Mufti pada masanya. Beliau terkenal dengan
argumentasinya yang kuat saat berdebat dan berdiskusi. Karya-karyanya
cukup banyak, di antaranya adalah al-Tanbīḥ, al-Muhadhdhab fī-al-Fiqh, al-
Tabṣirat fī-Uṣūl al-Shafiʿīyah, dan al-Lumā fī-al-Fiqh. Beliau wafat di
Baghdad pada tahun 476 H.
179
Lihat al-Ziriklī, 510. Beliau adalah Abū Zakarīya Yaḥyā ibn Sharīf
ibn Mārī ibn Ḥasan al-Azamī Abū al-Huraini al-Nawāwī al-Shafiʿī, dipanggil
Abū Zakarīya Muḥyī al-Dīn. Beliau adalah Ulama besar dalam bidang fiqih
dan hadis. Lahir di Nawa, salah satu wilayah Hauran Suriah pada bulan
Muharam 631 H. Pada tanah kelahirannya ini namanya dinisbatkan. Beliau
belajar di Damaskus dan menetap di sana dalam kurun waktu yang lama, di
antara kitab-kitabnya adalah Tahdhīb al-Asmā wa-al-Lughāt dan Minhāj al-
Ṭālibīn. Beliau tutup usia di Nawa pada tahun 676 H.
180
Al-Nawāwī, Abū Zakarīya Muḥyī al-Dīn ibn Sharaf (dikutip dari
Maktabah Shamīlah), Minhāj al-͑Ābidīn (Beirut : Ḍār al-Fikr, 1981), cet.I, 529.
181
Al-Sijistānī, Sulaīmān ibn al-Ash֨ ḥāt ibn Isḥāq al-Azdī, Sunan Abū
Dāwud (Cairo : Shirkat Maktabat wa-al-Maṭba֜at Musṭafā al-Bābī al-Ḥalābī,
1953), cet.II, 91.
‫كل مسكر حرام وما أسكر منه الفرق فملء الكف منه حرام‬
182
Al-Tirmidhī, Sunan al-Tirmidhī (Cairo : Shirkat al-Maktabah wa-al-
Matba֜ah al-Bābī al-Halabī, 1953), cet.III, 187.
105
merupakan sebuah keterangan yang paling jelas, di mana keharamannya
mencakup semua bagian sesuatu yang memabukkan, sehingga
mengkonsumsinya dengan kadar sedikit sama haramnya dengan
mengkonsumsinya dengan kadar yang banyak.183
Al-Nawāwī (w.676 H) mengungkapkan bahwa, dalil yang digunakan
oleh Ibrāhīm al-Nakhāʿī dalam menghalalkan nabīdh yang mempunyai
potensi memabukkan adalah hadis berikut ini, "Rasullullah Saw dibuatkan
nabīdh pada awal malam, kemudian pada pagi hari beliau meminumnya.
Beliau juga meminumnya pada malam berikutnya, esok hari dan malamnya,
dan esoknya sampai ashar, jika masih ada yang tersisa, beliau
memberikannya kepada pelayan atau menyuruhnya untuk ditumpahkan".184
Apabila minuman tersebut haram, tentu beliau tidak akan
memberikannya kepada pelayan, namun hadis tersebut menunjukkan atas
dibolehkannya membuat nabīdh dan boleh meminumnya selagi manis, di
mana aroma, rasa dan zatnya belum berububah serta tidak menghilangkan
akal. Minuman yang seperti ini berdasarkan ijma͗ Ulama adalah halal. Sikap
Rasullulah Saw dengan memberikan minuman tersebut kepada pelayannya
setelah tiga hari atau beliau memerintahkan untuk menumpahkannya, karena
beliau tidak yakin jika setelah tiga hari berselang, minuman tersebut tidak
berubah, sementara Rasullulah Saw sendiri menghindari minuman yang
berpotensi memabukkan, maka memerintahkan pelayan untuk
membuangnya,185 namun jika beliau yakin bahwa minuman tersebut belum
berubah zatnya, maka Nabi Saw membolehkan pelayan untuk meminumnya.
Pernyataan seorang Rāwī (Muslim) terkait hadis Nabi Saw yang memberikan
minuman tersebut kepada pelayannya atau menumpahkannya maknanya
adalah, terkadang minuman itu diberikan kepada pelayannya dan terkadang
beliau menumpahkannya. Sikap Beliau yang berbeda ini karena ada atau
tidak adanya perubahan kondisi pada nabīdh. Apabila minuman tersebut
tidak tampak tanda-tanda adanya perubahan baik warna, aroma, rasa dan
bentuknya serta tidak memabukkan, maka Nabi Saw tidak memerintahkan
untuk menumpahkannya dan memberikan minuman tersebut kepada
pelayannya.186

‫كل مسكر حرام وما أسكر منه الفرق فملء الكف منه حرام‬
183
Al-Khaṭṭābī (dikutip dari Maktabah Shamīlah), Mu͑allim al-Sunan
(Beirut : Dār al-Maktabah al-Ḥayyah, 1959), cet.IV, 91.
184
Shāhīn Mūsā, Fatḥ al-Mun͑im Sharḥ Ṣaḥīḥ Muslim (Cairo : Dār
Shurūq, 2002), cet.I, 201.
‫صبَ َح يَ ْو َمهُ ذلِكَ َو اللَّ ْيلَةَ الَّتِى‬ ْ َ ‫س ْو ُل هللاِ ص يُ ْنبَذُ لَهُ ا َ َّو َل اللَّ ْي ِل فَيَ ْش َربُهُ اِذَا ا‬ ُ ‫ َكانَ َر‬:َ‫َّاس رض قَال‬ ٍ ‫ع ِن اب ِْن َعب‬َ
َ َ‫سقَاهُ اْل َخد ََّام ا َ ْو ا َ َم َر بِ ِه ف‬
َّ‫صب‬ َ ‫ي ٌء‬ْ ‫ش‬َ ‫ِي‬ َ ‫ق‬‫ب‬
َ ‫ا‬َ ‫ذ‬‫ا‬ِ َ ‫ف‬ ،‫ر‬ِ ‫ص‬ْ ‫ع‬
َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫ى‬َ ‫ل‬ِ ‫ا‬ َ ‫د‬‫غ‬
َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫و‬
َ ‫ى‬ ‫ر‬َ ْ
‫خ‬ ُ ‫ال‬ْ ‫ا‬ َ ‫ة‬َ ‫ل‬‫ي‬ْ َّ ‫ل‬‫ال‬ ‫و‬
َ َ ‫د‬‫غ‬
َ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫و‬
َ ‫ء‬
ُ ‫ي‬
ْ ‫َج‬ِ‫ت‬
185
Al-Nawāwī, Abū Zakarīya Muhy al-Dīn ibn Sharf, Ṣaḥīḥ Muslim bi-
Sharḥ al-Nawāwī (Cairo : al-Maṭba͑ah al-Miṣrīyah, 1929), cet.I, 173-174.
186
Al-Nawāwī, Abū Zakarīya Muhy al-Dīn ibn Sharf, Saḥīḥ Muslim
bi-Sharḥ al-Nawāwī (Cairo : al-Maṭba͑ah al-Miṣrīyah, 1929), cet.I, 173-174.
106
Alasan Rosullulah Saw tidak memerintahkan membuangnya langsung
secara percumah adalah, karena Rosullulah Saw menghindari perbuatan
tabdhīr (pemborosan atau penghamburan), jika minuman tersebut muncul
tanda-tanda yang merubah bau, aroma, rasa dan bentuknya, maka Beliau
sendiri yang menumpahkan atau memerintahkan pelayannya, hal ini karena
Beliau khawatir dengan perubahan yang terjadi akan memberikan dampak
memabukkan setelah meminumnya. Perasan anggur yang sudah mengalami
perubahan seperti ini tentunya menjadi najis dan diharamkan. Beliau
menumpahkannya karena memberikan sesuatu yang memabukkan itu tidak
boleh, sebagaimana juga tidak boleh untuk meminumnya, adapun praktik
Nabi Saw yang mengkonsumsi nabīdh tersebut sebelum selang tiga hari,
maka hal ini dikarenakan nabīdh tersebut tidak mengalami perubahan dan
tidak tampak tanda-tanda adanya perubahan.187
Al-Qurṭubī (w.671 H), seorang ulama Malikiyah menanggapi
pernyataan al-Nakhāʿī bahwa, hadis ini memang merupakan hadis ṣaḥīḥ,
hanya saja hadis tersebut dan hadis-hadis lainnya yang semakna denganya
tidak menjadi dalil atas dibolehkannya meminum nabīdh yang memiliki
potensi memabukkan, walaupun dengan kadar sedikit yang tidak sampai pada
memabukkan.188
Rasullulah Saw tidak memberikan nabīdh kepada pelayannya jika
nabīdh itu memabukkan. Beliau lebih memilih untuk membuangnya
dikarenakan aroma nabīdh tersebut sudah berubah menjadi keras menyengat,
sedangkan beliau tidak suka terhadap minuman yang aromanya menyengat,
hal ini diperlihatkan oleh istri-istri beliau yang mengatakan bahwa, ketika
Rasullulah Saw habis meminum nabīdh buatan Zainab, mereka (para istri
Nabi) mengatakan mencium bau maghāfir (bau tidak sedap) dari mulut
Rasullulah Saw, sehingga sejak saat itu beliau tidak lagi meminum nabīdh
yang dibuat oleh Zainab.189
Al-͑Athqalānī (w. 852 H) sebagaimana yang Beliau kutip dari Abū al-
Muẓaffar al-Samʿānī190 (w.489 H) menyatakan tanggapannya bahwa, hadis-

187
Al-Nawāwī, Abū Zakarīya Muhy al-Dīn ibn Sharf, Saḥīḥ Muslim
bi-Sharḥ al-Nawāwī (Cairo : al-Maṭba͑ah al-Miṣrīyah, 1929), cet.I, 173-174.
188
Al-Qurṭubī, Abū ͑Abdillāh Muḥammad ibn Aḥmad al-Anṣārī
(dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Jāmi ͗ lī-Aḥkām Al-Qur ͗ ān (Beirut :
Dār al-Kitāb al-͑Arabī li-al-Ṭibā͑at wa-al-Naṣr, 1967), cet.IX, 117.
189
Al-Qurṭubī, Abū ͑Abdillāh Muḥammad ibn Aḥmad al-Anṣārī
(dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Jāmi ͗ lī-Aḥkām Al-Qur ͗ ān (Beirut :
Dār al-Kitāb al-͑Arabī li-al-Ṭibā͑at wa-al-Naṣr, 1967), cet.IX, 117.
190
Lihat Ibn Qaḍī Shaibah, 46. Beliau adalah Mansūr ibn
Muḥammad ͑Abd al-Jabbār ibn Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ja֙far ibn Aḥmad
ibn ͑Abd al-Jabbār ibn ͑Abd al-Fadl ibn al-Rabi͗ ibn al-Muslim Abū al-Muzaffar
al-Sam ͑ānī al-Tamīmī al-Marwazī, Beliau adalah seorang Ulama yang
107
hadis Nabi Saw tentang keharaman minuman yang memabukkan adalah
ṣaḥīḥ. Al-Samʿānī juga menyebutkan hadis-hadis yang semakna dengannya
dalam jumlah yang cukup banyak. Beliaupun menyatakan bahwa, banyaknya
hadis tentang ini menjadikan sebuah ketetapan yang tidak dapat memberi
celah bagi seseorangpun untuk menyalahinya, sebab hadis-hadis tersebut
merupakan ḥujjat yang qaṭʿī (argumentasi yang sudah bulat, tidak multi
interpretasi). Al-Samʿānī menyatakan bahwa, para Ulama yang menyatakan
kebolehan meminum nabīdh yang berpotensi memabukkan adalah keliru,
mereka meriwayatkan hadis-hadis ma͑lūl (ḍaʿīf secara cacat) yang secara
otomatis tidak dapat dijadikan untuk melawan kekuatan hadis-hadis yang
ṣaḥīḥ.191
Barangsiapa yang mempunyai asumsi bahwa Rasullulah Saw
meminum nabīdh yang memabukkan, maka asumsi tersebut telah
mengantarkannya pada dosa yang besar, karena nabīdh yang diminum oleh
Rasullulah Saw adalah nabīdh yang rasanya manis, yang diperoleh dari
perasan anggur sebelum mengalami proses prubahan zatnya, dan bukan
nabīdh yang mempunyai potensi memabukkan.192
Menurut al-͑Athqalānī, kutipan-kutipan terkait penolakan terhadap
pendapat Ibrāhīm al-Nakhāʿī yang menghalalkan perasan anggur yang
berpotensi memabukkan banyak ditemukan pada kitab-kitab Ulama
setelahnya, karena Beliaulah orang yang pertama kali dari kalangan tabiʿīn
yang menghalalkan minuman tersebut, seperti contoh lainnya
adalah ͑Abdillāh ibn al-Mubārak193 (w.181 H) yang mengungkapkan bahwa,
tidak ada satupun riwayat yang menyatakan bahwa, keharaman nabīdh yang
berpotensi memabukkan itu jika diminum dalam kadar banyak, namun jika

awalnya bermadzhab Hanafi kemudian beralih ke madzhab Syafi'i. Beliau


belajar fiqih dari ayahnya hingga muncul menjadi tokoh mermadzhab Hanafi
dan termasuk ulama terkemuka yang pandai berdebat, di antara karya Beliau
adalah, al-Burhān, al-Qawāṭi-fī-usūl al-Fiqh, al-Intiṣār fī-al-Radd ͑alā al-
Mukallifīn, al-Minhāj Ahl al-Sunnah dan al-Qadr. Beliau lahir pada bulan
Dzulhijjah tahun 426 H dan meninggal pada bulan Rabiul Awwal tahun 489
H.
191
Al-Athqalānī, Fatḥ al-Bārī Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Cairo : Dār al-
Taqwā, 2010), cet.II, 140-141.
192
Al-Athqalānī, Fatḥ al-Bārī Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Cairo : Dār al-
Taqwā, 2010), cet.II, 140-141.
193
Al-Dhahabī (dikutip dari Maktabah Shamīlah), Siyār Al͗ ām al-
Nubalā (Beirut : Mu֙assasat al-Risālat, 2011), cet.XXII, 378. Beliau
adalah ͑Abdullāh ibn al-Mubārak ibn Wāḍiḥ al-Ḥanzalī al-Tamīmī, Beliau
adalah seorang Imam, hafizh dan shayikh al-Islām. Beliau lahir pada tahun
118 H. Beliau banyak menulis karya-karya ilmiah yang bermanfaat. Kitab-
kitab yang ditulisnya memuat 20.000 sampai 221.000 hadis. Beliau
meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun 181 H dalam usia 63 tahun.
108
diminum dengan kadar sedikit dan tidak memabukkan hukumnya halal.
Pernyataan seperti ini tidak pernah ditemukan dikalangan Sahabat dan
dikalangan Tabiʿīn kecuali Ibrahīm al-Nakhāʿī yang menyatakannya.194
Mengkonsumsi sesuatu yang bisa memabukkan dengan kadar sedikit
bisa berdampak pada keinginan untuk mengkonsumsinya dengan kadar yang
lebih banyak, hal ini dikarenakan karakteristik dan organoleptik zat yang
memabukkan terdapat baik pada kadar yang sedikit maupun yang banyak.
Ibn Ḥajar al-͑Athqalānī mengutip dari Abū al-Muẓaffar menyatakan bahwa,
hal-hal yang membahayakan pada khamar terdapat pula pada nabīdh yang
telah disimpan dalam beberapa hari, sehingga mengkonsumsi nabīdh yang
telah berubah karakteristiknya sama halnya dengan mengkonsumsi khamar,
untuk itu i͑ llat dibolehkannya mengkosnsumsi nabīdh yang berpotensi
memabukkan namun dengan kadar sedikit yang tidak sampai memabukkan
adalah tidak benar, karena yang berlaku pada nabīdh yang berpotensi
memabukkan berlaku pula dengan khamar.195
Pada kondisi-kondisi tertentu, maksud seseorang mengkonsumsi
nabīdh hanyalah untuk tujuan berfoya-foya, maka nabīdh yang mereka
minum sudah berubah wujudnya seperti halnya khamar, hanya yang menjadi
pembedanya adalah, jika nabīdh warnanya keruh, sedangkan khamar
memiliki tekstur yang jernih, namun zat yang terkandung di dalamnya sama-
sama memabukkan. Hukum nabīdh secara naṣ sudah jelas bahwa yang
berpotensi memabukkan adalah haram baik sedikit maupun banyak, hal ini
tidak berdasarkan qiyās, melainkan dalilnya sudah jelas dan sesuai dengan
hasil ijtihad para Ulama dengan metode analogi.196
Al-Baijūrī (w.1276 H) menegaskan juga bahwa, sesuatu yang sifatnya
cair ketika diminum membuat mabuk, maka hukumnya haram. Haramnya
bukan hanya ketika meminumnya sampai memabukkan, akan tetapi sedikit
meminumnya tanpa mabuk juga diharamkan. Hukum permasalahan tersebut
harus jelas diinformasikan kepada masyarakat luas, jika hukumnya haram
maka katakan bahwa itu adalah haram, namun jika itu halal maka harus kita
katakan halal, sehingga tidak ada yang disembunyi-sembunyikan dalam
agama, karena dengan demikian, masyarakat tidak terperosok untuk
mengkonsumsi produk yang diharamkan.197

194
Al-Athqalānī, Fatḥ al-Bārī Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Cairo : Dār al-
Taqwā, 2010), cet.II, 143.
195
Al-Athqalānī, Fatḥ al-Bārī Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Cairo : Dār al-
Taqwā, 2010), cet.II, 141.
196
Al-Athqalānī, Fatḥ al-Bārī Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Cairo : Dār al-
Taqwā, 2010), cet.II, 141.
197
Al-Baijūrī, Ibrāhīm ibn Aḥmad ibn ʿIsā ibn Sulaimān (dikutip dari
Ali Musthafa Yaqub), Ḥāshīyat al-Shayikh Ibrāhīm al-Baijūrī a͑ lā Sharḥ ibn
109
Kata "memabukkan" diartikan oleh al-Baijūrī berarti berpotensi
memabukkan (bi-al-Quwwat), meskipun dengan kadar yang sedikit, Ia benar-
benar tidak mabuk (bi-al-Fiʿl), oleh karena itu, segala sesuatu yang
memabukkan jika dikosumsi dengan kadar yang banyak juga berlaku untuk
kadar yang hanya sedikit, meskipun benar-benar tidak sampai pada
memabukkan, hal tersebut untuk mengantisipasi kerusakan yang timbul dari
padanya. Mencium wanita yang bukan mahram dan berdua saja dengannya di
tempat sepi meskipun tidak terjadi perbuatan zina, namun ini lebih baik
untuk tidak dilakukan, karena untuk mencegah kerusakan moral yang
diakibatkannya.198 Berdasarkan pendapat dan argumentasi yang telah
diungkapkan oleh al-Shafiʿī, al-Khaṭṭābī, al-Shirāzī, al-Samʿānī, al-Nawāwī,
al-͑Atsqalānī dan al-Baijūrī, dapat disimpulkan para Ulama Shafiʿīyah
bersepakat bahwa, nabīdh yang mengandung unsur memabukkan hukumnya
adalah haram, baik dengan kadar yang sedikit maupun banyak.
Al-Khirāqī199 (w.334 H) seorang Ulama Hanabilah berkata bahwa,
barang siapa yang mengkonsumsi sesuatu yang memabukkan, baik dengan
kadar sedikit maupun banyak, maka Ia didera sebanyak 80 kali,200 demikian
pula Ibn Qudāmah al-Maqdisī (w.620 H)201 menyatakan bahwa, segala

al-Qāsim al-Ghazī ͑alā Matn Abī Shujā ͗ (Cairo : Shirkat Maktabat wa-al-
Maṭba͑at Musṭafa al-Bābī al-Ḥalabī, 1910), cet.II, 254.
198
Al-Baijūrī, Ibrāhīm ibn Aḥmad ibnʿIsā ibn Sulaimān (dikutip dari
Ali Musthafa Yaqub), Ḥāshīyat al-Shayikh Ibrāhīm al-Baijūrī ͑alā Sharḥ ibn
al-Qāsim al-Ghazī ͑alā Matn Abī Shujā ͗ (Cairo : Shirkat Maktabah wa-al-
Maṭba͑ah Musṭafa al-Bābī al-Ḥalabī, 1910), cet.II, 257.
199
Lihat al-Ziriklī, 203. Beliau adalah ͑Abd al-QāsimʿUmar ibn al-
Ḥusain al-Khirāqī, berasal dari Baghdad dan menetap di Damaskus, Beliau
menulis sebagian besar buku-bukunya tentang masalah fiqh, salah satunya
adalah karyanya yang populer al-Mukhtaṣar al-Khirāqī, adalah salah satu
kitab yang paling masyhur di kalangan mazhab Hanbali, bisa dikatakan kitab
ini adalah kitab induk dalam mazhab Hanbali, oleh karena itulah banyak para
Ulama yang mensyarah kitab tersebut, bahkan menurut Shayikh ʿIzz al-Dīn,
syarah kitab ini ada sekitar 300 kitab, di antara kitab syarahnya yang terbaik
adalah kitab al-Mughnī karya Ibn Qudāmah al-Khirāqī. Beliau wafat pada
tahun 334 H di Damaskus.
200
Al-Khirāqī,ʿUmar ibn al-Ḥusain ibn ͑Abdillāh (dikutip dari
Maktabah Shamīlah), Mukhtaṣar al-Khirāqī (Cairo : al-Maktabah al-
Tijārīyah Kubrā, 1953), cet.II, 495.
201
Lihat al-Ziriklī, 67. Beliau adalah ͑Abdillāh ibn Aḥmad ibn
Muḥammad ibn Qudāmah ibn Miqdam ibn Naṣr ibn ͑Abdillāh al-Maqdisī.
Beliau lahir di Jama’il pada bulan Sya'ban 541 H, ketika berusia 20 tahun,
Beliau bersama keluarganya datang di Damaskus. Beliau mempelajari al-
Qur’an di sana dan sibuk menghafal kitab Mukhtaṣar al-Khirāqī. Beliau
belajar dari ayahnya, kemudian Beliau bersama sepupunya, yaitu al-Ḥāfiz
110
sesuatu yang memabukkan adalah haram, baik bahan yang menjadi penyebab
memabukkan tersebut hanya sedikit maupun banyak.202
Ibn Khaldun203 (w.808 H) menyatakan bahwa, mereka yang
membolehkan meminum nabīdh yang berpotensi memabukkan dengan kadar
yang sedikit berasal dari Ulama Kuffah, ketahuilah bahwa hadis-hadis
pelarangannya bisa jadi tidak sampai kepada mereka. Konon, jumlah hadis
yang diriwayatkan oleh Abū Hanīfah hanya sekitar tujuh belas hadis,
sedangkan Mālik ibn Anas berdasarkan jumlah riwayat ṣaḥīḥ dalam kitabnya
al-Muwaṭa mencapai sekitar tiga ratus hadis, kemudian Aḥmad ibn Ḥanbal
dalam kitabnya al-Musnad menghimpun riwayat sekitar lima ribu hadis.
Penduduk Hijaz lebih banyak meriwayatkan hadis daripada penduduk Irak,
karena Madinah merupakan kota hijrah dan tempat domisili para Sahabat
Nabi Saw, sedangkan orang yang bermigrasi ke Irak termasuk para Sahabat
lebih untuk kepentingan jihad.204
Minimnya Abū Ḥanīfah dalam meriwayatkan hadis karena ketatnya
standar yang beliau gunakan dalam menerima hadis, selain itu Beliau juga
menḍaʿīfkan riwayat hadis yang ṣaḥīḥ jika bertentangan dengan rasionya,
sehingga wajar jika beliau sedikit dalam meriwayatkan hadis.205 Pernyataan
Ibn Khaldun tersebut masih menimbulkan perdebatan, karena para Ulama
Kuffah yang menghalalkan kadar sedikit dari nabīdh yang berpotensi
memabukkan berlandaskan dari athār (praktik) para Sahabat, sehingga
bagaimana bisa dikatakan bahwa hadis-hadis pelarangannya tidak sampai
kepada mereka, sementara pada waktu yang bersamaan mereka dapat
mengakses athār-athār Sahabat, ketika sampai kepada mereka athār tersebut,
maka mereka telah menerima hadis-hadis pelarangannya itu lebih

‘Abḍ al-Ghānī pindah ke Baghdad pada tahun 561 H, di Baghdad Beliau


mendapat pelajaran agama dari banyak para Ulama. Beliau memiliki banyak
karya tulis, di antaranya adalah al-Mughnī fī-Sharḥ Mukhtaṣar al-Khirāqī dan
al-Mughnī. Beliau meninggal di Damaskus pada tahun 620 H.
202
Ibn Qudāmah al-Maqdisī (dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-
Mughnī fī-Sharḥ Mukhtaṣar al-Khirāqī (Cairo : al-Maṭba͑ah al-Manār, 1938),
cet.IV, 495.
203
Lihat al-Ziriklī, 194. Beliau adalah ͑Abd al-Raḥmān ibn Muḥammad
ibn Khaldun, lahir di Tunisia pada 732 H atau 1332 M. Beliau adalah seorang
multidisipliner yang bergelut dibidang sejarah, sosiologi dan agama, di antara
karyanya adalah al-Muqaddimat, al-͑Ibrār, Dīwān al-Mubtada֙, al-Khabar fī-
Ayyām al-A ͑ rab, al-Sulṭān al-A͑ kbar. Beliau wafat di Cairo pada saat bulan
suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25 Ramadan 808 H atau 19 Maret 1406
M.
204
Ibn Khaldun (dikutip dari Maktabah Shamīlah), Muqaddimat Ibn
Khaldun (Beirut : Dār al-Ma֙rifat, 1886), cet.II, 444.
205
Ibn Khaldun (dikutip dari Maktabah Shamīlah), Muqaddimat Ibn
Khaldun (Beirut : Dār al-Ma֙rifat, 1886), cet.II, 444.
111
memungkinkan. Jumlah Sahabat Nabi Saw yang hijrah dari Madinah ke Irak
sangat besar. Ibn Sa ͑ad206 (w.230 H) dalam kitabnya al-Ṭabaqāt al-Kubrā
menuturkan bahwa, para Sahabat yang tinggal di Kuffah tidak kurang dari
370 orang, di antaranya adalah ͑Ali ibn Abū Ṭālib, Sa͑ad ibn Abī Waqāṣ,
Ammār ibn Yāsir, Ḥudhaifah ibn al-Yamān, Salmān al-Farīsī, al-Barā
ibn ͑Azīb, ͑Abdullāh ibn Mas͑ud dan lain-lainnya,207 sedangkan para Sahabat
yang tinggal di Basrah tidak kurang dari 148 orang, di antaranya
adalah ͑Abdullāh ibn ͑Abbas, Anas ibn Mālik,ʿImrān ibn Ḥusain, Abū Bakrah,
Ma͗qil ibn Yassār, Abū Bazrah al-Aslāmī dan lainnya.208
Apabila dilihat dari nama-nama Sahabat tersebut sebelumnya, terdapat
Sahabat yang masuk dalam kelompok yang meriwayatkan hadis dalam
jumlah yang banyak, seperti ʿAbdullāh ibn ͑Abbas dan Anas ibn Mālik. 209
Berdasarkan fenomena tersebut, dapat disimpulkan bahwa, keberadaan
mereka di Irak juga bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam yang
terkandung dalam hadis Nabi Saw. Adapun pernyataan ibn Khaldun yang
menyatakan para Sahabat yang hijrah ke Irak disibukkan dengan urusan jihad,
hal ini belum sepenuhnya tepat, memang pada priode awal para Sahabat
hijrah ke Irak untuk berjihad, namun pada priode berikutnya hijrah yang
mereka lakukan mengemban misi untuk menyebarkan Islam.210
Sebuah indikasi yang menyatakan persoalan ini adalah isi surat yang
dikirimkan oleh khalifah ʿUmar ibn Khaṭṭāb kepada penduduk Kuffah saat
mengutus ͑Ammār ibn Yassār dan ͑Abdullāh ibn Masʿūd ke sana adalah,
"Selanjutnya Aku mengutus kepada kalian ͑Ammar sebagai ͑Āmir (Gubernur)
dan ͑Abdullah sebagai pengajar dan menterinya. Keduanya termasuk Sahabat

206
Lihat al-Ziriklī, 136-137. Beliau adalah Muḥammad ibn Sa͑ad ibn
Māni al-Zuhrī. Beliau adalah salah seorang sejarawan yang kredibel dan
hafizh dalam bidang hadis. Beliau lahir di Basrah pada tahun 168 H dan
memilih bertempat tinggal di Baghdad. Beliau meninggal dunia pada tahun
230 H. Karya tulisnya yang paling populer adalah Ṭabaqāt al-Ṣaḥābat.
207
Ibn Sa͑ad, al-Zuhrī al-Baṣrī Muḥammad ibn Sa͑ad ibn Māni
Abū ͑Abdillāh ibn Sa͑ad (dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Ṭabaqāt al-
Kubrā (Beirut : Dār al-Fikr, 1978), cet.VI, 7-9.
208
Al-Ḥakīm, Muḥammad ibn ͑Abdullāh Abū ͑Abdillāh (dikutip dari
Maktabah Shamīlah), Mar֙ ifat al-U ͑ lūm al-Ḥadīth (Beirut : Dār al-Fikr, 1998),
cet.III, 192.
209
Al-Shuyūṭī, Tadrīb al-Rāwī (Beirut : Dār al-Fikr, 1994), cet.II, 216-
217.
210
Ibn Sa͑ad, al-Zuhrī al-Baṣrī Muḥammad ibn Sa͑ad ibn Māni
Abū ͑Abdillāh ibn Sa͑ad (dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Ṭabaqāt al-
Kubrā (Beirut : Dār al-Fikr, 1978), cet.VI, 64.
112
Nabi yang cerdas, maka dengarkanlah dan ikutilah".211Sebagian besar para
Ulama hadis mulai dari abad pertama sampai sekrang berasal dari negeri Irak,
walaupun beberapa di antaranya yang juga berasal dari Hijaz. Abū Ḥanīfah
sendiri dalam bidang hadis memiliki sebuah karya berjudul Musnad al-Imām
͑ ẓām Abū Ḥanīfah. Musnad ini disusun oleh Qāsim ibn Quṭlubi al-
al-A
Ḥanāfī.212 Al-Ḥanāfī juga mempunyai karya lainnya dari Abū Ḥanīfah yang
berjudul al-͑Amalī sebanyak dua jilid dan Mukhtaṣar al-Musnad yang berjudul
al-Mut͗ amad li-Jamāl al-Dīn Maḥmūd ibn Aḥmad al-Qaunawī al-Dimashqī
(w.777 H),213 dengan demikian maka pernyataan yang dilontarkan kepada
Abū Ḥanīfah dan penduduk Irak memiliki pembendaharaan yang minim
dalam bidang hadis, tidak dapat diterima sepenuhnya.214
Al-Shaukānī (w.1250 H) menyangkal pendapat al-Jaṣṣāṣ yang
menyatakan bahwa, firman Allah yang berbunyi, "dan dari buah kurma dan
anggur, Kamu buat minuman yang memabukkan dan rizki yang baik,
sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang memikirkan".215 Ayat tersebut merupakan dalil
pengharaman atas khamar namun tidak untuk nabīdh. Pada permasalahan ini,
al-Shaukānī beristinbāṭ bahwa, argumentasi yang dinyatakan oleh al-Jaṣṣāṣ
tersebut ditolak oleh hadis ṣaḥīḥ dan mutawātir yang mengatakan bahwa,
nabīdh itu haram jika berpotensi memabukkan, seandainya yang dimaksud
dengan kata memabukkan (iskār) dalam ayat ini adalah nabīdh yang tidak
memabukkan, tentu Rasullullah Saw terlebih dahulu menjelaskan hal
semacam ini kepada Umatnya, sebab di antara tugas pokok Beliau adalah
menjelaskan maksud ayat Al-Qur͗ an kepada manusia,216 sebagaimana firman
Allah Swt berikut ini :

211
Ibn Sa͑ad, al-Zuhrī al-Baṣrī Muḥammad ibn Sa͑ad ibn Māni
Abū A ͑ bdillāh ibn Sa͑ad (dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Ṭabaqāt al-
Kubrā (Beirut : Dār al-Fikr, 1978), cet.VI, 66.
212
Ibn Sa͑ad, al-Zuhrī al-Baṣrī Muḥammad ibn Sa͑ad ibn Māni
Abū ͑Abdillāh ibn Sa͑ad (dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Ṭabaqāt al-
Kubrā (Beirut : Dār al-Fikr, 1978), cet.VI, 67.
213
Al-Mubārakfūrī, Abū ͑Alī Muḥammad ibn ͑Abd al-Raḥmān ibn ͑Abd
al-Raḥīm, Tuḥfat al-Aḥwadh bi-Sharḥ Jāmi ͗ al-Tirmidhī (Cairo : Maṭba͑ah al-
Madānī, 1964), cet.I, 130.
214
Ibn Sa͑ad, al-Zuhrī al-Baṣrī Muḥammad ibn Sa͑ad ibn Māni
Abū ͑Abdillāh ibn Sa͑ad (dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Ṭabaqāt al-
Kubrā (Beirut : Dār al-Fikr, 1978), cet.VI, 54.
215
Q.S. al-Naḥl : 67.
َ‫سنًا ِإ َّن فِي ذَلِكَ ََلَ َيةً ِلقَ ْو ٍم َي ْع ِقلُون‬ ِ ‫ت النَّخِ ي ِل َو ْاْل َ ْعنَا‬
َ ُ‫ب تَتَّخِ ذُونَ مِ ْنه‬
َ ‫سك ًَرا َو ِر ْزقًا َح‬ ِ ‫َومِ ْن ث َ َم َرا‬
216
Ibn Sa͑ad, al-Zuhrī al-Baṣrī Muḥammad ibn Sa͑ad ibn Māni
Abū ͑Abdillāh ibn Sa͑ad (dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Ṭabaqāt al-
Kubrā (Beirut : Dār al-Fikr, 1978), cet.VI, 07.
113
"Dan Kami turunkan Al-Qur͗ an kepadamu, agar Kamu menerangkan
pada Umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka",217 namun
dalam faktanya terdapat hadis ṣaḥīḥ yang menunjukkan bahwa, sesuatu yang
berpotensi memabukkan baik dengan kadar sedikit dan tidak memabukkan
ketika meminumnya tetap hukumnya adalah haram, hal ini terlihat pada hadis
berikut ini, "Khamar diharamkan karena bendanya itu sendiri, baik sedikit
maupun banyak, dan diharamkan yang memabukkan dari setiap minuman".218
Hadis di atas diriwayatkan oleh al-Nasā ī dan al-Dāruquṭnī219. Hadis
yang tercantum dalam kitab sunan al-Nasā ī ini diriwayatkan oleh banyak
jalur dan semuanya mauqūf (sanadnya hanya sampai pada Sahabat)
yaitu ͑Abdullāh ibn ͑Abbās, sehingga semuanya adalah ḍaʿīf, hal semacam ini
disebabkan karena sanadnya yang munqaṭi͗ (putus), atau bisa juga karena
Rawinya yang mudallis (memanipulasi), oleh sebab itu al-Nasā ī menuliskan
penjelasanya terkait hadis ini bahwa, bab ini menerangkan hadis-hadis yang
dinyatakan ḍaʿīf oleh mereka yang membolehkan meminum sesuatu yang
memabukkan.220 Riwayat yang tercantum dalam sunan al-Dāruquṭnī
semuanya berasal dari jalur-jalur periwayatan (transmisi) yang derajadnya
lemah, dan tidak dapat dijadikan sebagai ḥujjat,221 sementara ibn Qudāmah
dalam kitabnya al-Mughnī menyatakan bahwa, Aḥmad ibn Ḥanbal
menyatakan bahwa rukhṣat (toleransi) pada sesuatu yang memabukkan
adalah suatu tindakan yang tidak berlandaskan pada hadis yang ṣaḥīḥ, hal
serupa juga diungkapkan oleh ibn al-Mundhīr222 (w.319 H) yang menyatakan

217
Q.S. al-Naḥl : 44.
ِ َّ‫َوأ َ ْنزَ ْلنَا ِإلَيْكَ ال ِذِّ ْك َر ِلت ُ َب ِِّينَ لِلن‬
َ‫اس َما نُ ِ ِّز َل ِإلَ ْي ِ ْم َولَ َعلَّ ُ ْم َيتَفَ َّك ُرون‬
Al-Nasā ī, Aḥmad ibn Shu͑aib ͑Alī ibn Baḥr, Abū ͑Abd al-Rahmān,
218

Sunan al-Nasā ī (Cairo : al-Maṭba֜ah al-Maymānīyah, 1892), cet.II, 319.


‫حرمت الخمر لعين ا قليل ا وكثيرها والسكر من كل شراب‬
219
Al-Dāruquṭnī, ͑Alī ibn ʿUmar (dikutip dari Maktabah Shamīlah),
Sunan al-Dāruquṭnī (Cairo : Dār al-Maḥāsin li-al-Ṭibāʿat, 1966), cet.III, 263.
220
Al-Nasā ī, Aḥmad ibn Shu֜aib ֜Alī ibn Baḥr, Abū ͑Abd al-Rahmān,
Sunan al-Nasā ī (Cairo : al-Maṭba֜ah al-Maymānīyah, 1892), cet.II, 320.
221
Al-Qurṭubī, Abū ͑Abdillāh Muḥammad ibn Aḥmad al-Anṣārī
(dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Jāmi ͗ li-Aḥkām al-Qur ͗ ān (Beirut :
Dār al-Kitāb al- ͑Arabī li-al-Ṭibā͑at wa-al-Naṣr, 1967), cet.IX, 116.
222
Lihat al-Ziriklī, 294-295. Beliau adalah Muḥammad ibn Ibrāhīm ibn
al-Mundhīr al-Naisābūrī Abū Bakr. Beliau seorang ahli fiqih dan mujtahid
dan termasuk kelompak hafizh hadis. Beliau adalah shayikh di tanah haram
Mekah. al-Dhahabī berkata, Beliau adalah Ulama yang menulis kitab-kitab
yang belum pernah ditulis sebelumnya, di antara kitabnya adalah al-Mabsūṭ
dalam bidang fiqih, al-Awsaṭ fī-al-Sunan wa-al Ijmā͗ wa-al-Ikhtilāf, al-
Ishrāf a͑ lā Madhāḥib Ahl al- I͑ lm, Ikhtilāf al- U ͑ lamā, Tafsīr al-Qur͗ ān al-Kabīr
dan lain-lainnya. Beliau lahir pada tahun 242 H dan wafat di Mekah pada
tahun 319 H.
114
bahwa, hadis terkait kebolehan sesuatu yang berpotensi memabukkan namun
dibolehkan untuk mengkonsumsinya dan yang mengungkapkannya adalah
penduduk Kuffah, hal ini dinilai sebuah kecacatan dan kelemahan-
kelemahannya nyata.223
Al-Athram224 (w.261 H) juga mengungkapkan bahwa, hadis-hadis
yang dibawa oleh para penduduk Kuffah lalu dijadikan sebuah ḥujjat, maka
setelah itu pasti ada yang menḍaʿīfkannya dan menyebutkan kelemahan-
kelemahannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa, hadis yang disebut ḍaʿīf
terkait keharaman nabīdh yang berpotensi memabukkan ternyata di sisi lain
masih banyak hadis ṣaḥīḥ yang semakna dengannya.225 Kesimpulannya,
pendapat yang paling rājiḥ (unggul) dan mu͗tamad (dijadikan pegangan)
adalah, haramnya mengkonsumsi nabīdh yang berpotensi memabukkan baik
dengan kadar sedikit maupun banyak dan setelah meminumnya mabuk
maupun tidak.226
Menurut MUI, kaidah yang berlaku untuk obat dan kosmetika sama
dengan makanan dan minuman, seiring dengan kemajuan teknologi, banyak
obat dan kosmetika yang bersumber dari ekstrak tumbuhan, hewan dan bagian
tubuh manusia, sehingga dalam pembuatan (produksi) obat dan kosmetika
hendaklah terhindar dari bahan yang haram dan najis, apabila bahan atau
campuranya berasal dari unsur kimia, maka harus aman dan tidak
membahayakan manusia.227 Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi
maupun pelarutan zat aktif obat tidaklah menggunakan bahan yang
diharamkan, sehingga titik kritis kehalalan obat terletak dari bahan-bahan

223
Ibn Qudāmah al-Maqdīsī, ͑Abdullāh ibn Aḥmad ibn Muḥammad,
Abū Muḥammad al-Muwaffaq al-Dīn (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub), al-
Mughnī, Editor : ͑Abdullāh (Cairo : Maṭba֜ah al-Manār, 1906), cet.III, 496-
497.
224
Lihat al-Ziriklī, 205. Beliau adalah Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥānī
al-Ṭāʿī atau al-Kalbī al-Iskāfī Abū Bakr al-Athrām. Beliau termasuk dari
kelompok hafizh hadis, beliau belajar kepada Aḥmad ibn Ḥanbal dan para
Imam lainnya, di antara karyanya adalah ͑Ilāl al-Ḥadīth, al-Sunan dan Nāsikh
al-Ḥadīth wa-al-Mansūkh. Beliau wafat pada tahun 261 H.
225
Ibn Sa͑ad, al-Zuhrī al-Baṣrī Muḥammad ibn Sa͑ad ibn Māni
Abū ͑Abdillāh ibn Sa͑ad (dikutip dari Maktabah Shamīlah), al-Ṭabaqāt al-
Kubrā (Beirut : Dār al-Fikr, 1978), cet.VI, 39.
226
Ibn Qudāmah al-Maqdīsī, ͑Abdullāh ibn Aḥmad ibn Muḥammad,
Abū Muḥammad al-Muwaffaq al-Dīn (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub), al-
Mughnī, Editor : ͑Abdullāh (Cairo : Maṭba֜ah al-Manār, 1906), cet.III, 496-
497.
227
Sugiarto, “Titik Kritis Produk Olahan”, makalah disampaikan dalam
pelatihan auditor halal internal “Sistem Jaminan Halal” di hotel wisata
International Jakarta, tgl 16-17 Oktober 2002, 04.
115
yang digunakan selama pembuatan dan fasilitas produksi.228 Bahan aktif yang
tercampur oleh bahan tambahan yang haram, maka hukumnya menjadi
haram.229Alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi atau destilasi buah-
buhan, gandum, jagung dan lainnya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,
di antaranya adalah sebagai campuran dalam minuman keras atau yang
dikenal dengan khamar, selain itu alkohol juga digunakan dalam bidang
farmasi untuk sterilisasi dan sebagai bahan pembantu dalam produksi obat-
obatan. Hasil dari produksi ini kadangkala masih mengandung alkohol, baik
itu dengan kadar yang sedikit maupun banyak, jika demikian maka produk
tersebut adalah haram untuk dikonsumsi,230 karena berapapun kadar alkohol
dalam suatu produk maka hukumnya diharamkan.231Terkadang produk yang
dihasilkan atau prosesnya dibantu dengan alkohol mengalami proses
pemisahan materi, ini dimaksudkan untuk menghilangkan kadar alkohol yang
ada dalam produk tersebut, sehingga sifatnya tidak ditemukan lagi pada hasil
akhirnya. Produk yang dilakukan pemisahan materi sebelum fermentasi
hukumnya suci dan halal, karena yang digunakan adalah hasil perasan anggur
yang belum mengalami perubahan karakteristiknya, sedangkan jika
pemisahan materinya dilakukan setelah terjadi proses fermentasi, maka
produk tersebut adalah najis dan haram, meskipun pada hasil akhirnya tidak
lagi ditemukan karakteristik sifat alkoholnya.232
Produk semacam ini tidak dapat disucikan dengan istiḥālat, karena
istiḥālat dalam hal ini tidak dibenarkan, sebab perasan anggur tersebut telah
berubah menjadi najis dengan terjadinya proses fermentasi,233 oleh karena itu
obat diberikan sertifikat halal jika tidak teridentifikasi alkohol, namun jika

228
Ma’ruf Amin, Pedoman Fatwa Produk Halal (Jakarta : Proyek
Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
dan Penyelenggaraan Haji, 2003), cet.I, 39-43.
229
Lihat fatwa MUI tanggal 01 Juni 1980 tentang “Makanan dan
Minuman yang Bercampur dengan Bahan Haram atau Najis” dalam Nazri
Aldani (Penyunting), Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Jakarta :
Majelis Ulama Indonesia, 113.
230
Muti Arintawati, Produk Turunan Hewan dan Khamar (Jakarta :
LPPOM MUI, 2004), cet.I, 12.
231
Kementerian Agama Republik Indonesia, Pedoman Labelisasi Halal
(Jakarta : Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003), cet.I, 51-52.
232
Ali Musthafa Yaqub, Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan
Kosmetika Menurut Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2013),
cet.II, 196-197.
233
Ali Musthafa Yaqub, Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan
Kosmetika Menurut Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2013),
cet.II, 196-197.
116
teridentifikasi alkohol dengan konsentrasi berapapun diharamkan.234 Menurut
pemaparan para Ulama empat mazhab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa,
obat liquid herbal y halal karena tidak mengandung alkohol, sedangkan obat
liquid non herbal x haram karena mengandung alkohol. Keharaman obat
tersebut diperkuat dengan fatwa MUI yang tidak membolehkan penggunaan
alkohol ˃1% pada produk (makanan dan minuman), begitu pula hal nya
dengan obat, kosmetik, obat tradinational dan produk biologi seperti pada
penjelasan sebelumnya. Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM)
membatasi halalnya produk yang mengandung alkohol jika ˂ 0,5%.235
Menurut Association Researches for The Inspection and Certification of Food
and Supplies (GIMDES) di Turki, batas kehalalan produk beralkohol
manakala mengandung ˂0,3% alkohol.236
World Halal Council sebagai organisasi halal dunia menyatakan bahwa
di Shandong Islamic Association (SIA) Cina, Islamic Centre Aachen (ICA)
Jerman, Devision of Halal India, International Center for Halal
Standardization and Certification Rusia, Islamic Council of South Africa,
Islamic Society of Washington Area (ISWA) Amerika Serikat, Islamic
Da’wah Council of The Philippines (IDCP), Kenya Bureau of Halal
Certification dan Muslim Association of Malawi bersepakat bahwa, batas
minuman beralkohol yang ingin mendapatkan sertifikat halal harus
mengandung tidak lebih atau ˂0,3% etanol.237
Peraturan batas kehalalan penggunaan alkohol khusus dalam obat
belum ditemukan secara pasti, maka penulis menganologikannya pada produk
lainnya seperti makanan dan minuman yang telah diatur batas penggunaan
etanolnya tidak ˃1%. Menurut United States Pharmacopeia (USP), kadar
maksimum etanol dalam sediaan obat liquid untuk usia ≥12 tahun adalah 10%

234
Amidhan, Kriteria Obat Halal, Makalah disampaikan pada seminar
"Produk Farmasi Halal 2014" di Auditorium Fakutas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah (Jakarta : 24 Juli
2014).
235
Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Alkohol dalam Makanan,
Minuman, Pewangi dan Ubat-Ubatan (Malaysia : Jawatan Kuasa Fatwa
Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia No.14 Tahun
2011), 02.
236
Association Researches for The Inspection and Certification of Food
and Supplies, Kaşer sınır üründeki alkol kullanımı (Istambul : Halal
Cerfication Turki Tahun 2005), 01.
http://www.halalcertificationturkey.com/en/2013/04/contained-alcohol-
expression-will-be-on-the-label-anymore/ , Accessed 01 Oktober 2014.
237
World Halal Council, do Energy Drinks Really Provide us with
Energy? (Jakarta : World Halal Food Council Tahun 2012), 02.
(http://www.worldhalalcouncil.com/do-energy-drinks-really-provide-us-
with-energy.html, Accessed 01 Oktober 2014.
117
v/v, sedangkan untuk usia 6-12 tahun adalah 5% v/v dan usia ≤6 tahun adalah
0,5 % v/v.238 Kadar 2% alkohol pada obat batuk liquid non herbal y jika
dihubungkan dengan peraturan yang dikeluarkan oleh USP masih dalam
rentang aman apabila dikonsumsi oleh anak berusia 6-12 tahun sebanyak 7,5
mL dalam sehari. Permasalahan yang terjadi dilapangan adalah, tidak ada
yang bisa menjamin bahwa obat tersebut hanya dikonsumsi oleh anak usia ≥6
tahun dan cara mengkonsumsinya sesuai dengan dosis, karena jika dikonsumsi
oleh anak usia ≤6 tahun, maka akan menimbulkan bahaya.239
Kadar 2% alkohol dalam 30 mL sediaan adalah sama dengan 0,02%
dalam darah. Jika dalam sekali minum adalah 5 mL, maka terkandung 0,3%
alkohol dan dalam darah konsentrasinya sama dengan 0,003%. Kadar tersebut
jika dihubungkan dengan gejala toxsisitas yang dapat diakibatkan, maka
masuk dalam katagori ringan berupa penglihatan yang menurun, reaksi
lambat namun kepercayaan diri meningkat. 240

238
American Pharmaceutical Association, Handbook of
Pharmaceutical Excipients (New York : The Pharmaceutical Press, 2006),
cet.V, 82.
239
American Pharmaceutical Association, Handbook of
Pharmaceutical Excipients (New York : The Pharmaceutical Press, 2006),
cet.V, 82.
240
Thomas A. Gossel dan J. Douglas Bricker, Principles of Clinical
Toxicology (London : Raven Publication, 1990), cet. IX, 216.
118
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat diibaratkan sebagai pisau bermata dua, di suatu sisi dapat
memberikan manfaat untuk menyembuhkan penyakit, namun di sisi lain
justru dapat membahayakan. Tujuan dari pengobatan tiada lain adalah untuk
memperoleh kesembuhan, salah satu perantara yang menjadi penyebab
kesembuhan itu sendiri adalah obat. Penggunaan obat harus
mempertimbangkan aspek ḥalālan ṭayyibā untuk menghindari efek lain yang
merugikan, salah satu efek yang merugikan timbul dari bahan-bahan yang
terkandung dalam obat, di antaranya adalah alkohol.
Perspektif farmasis ternyata memiliki kesamaan dengan prespektif
ulama. Menurut perspektif farmasi, obat beralkohol tidak dibolehkan karena
bahaya yang ditimbulkan lebih besar dari manfaat yang diberikan. Menurut
perspektif ulama, obat beralkohol diharamkan karena terdapat alternatif yang
halal. Berdasarkan kesamaan kedua perspektif tersebut, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Hukum obat liquid herbal y halal karena tidak mengandung alkohol;
2. Hukum obat liquid non herbal x haram karena mengandung ± 2% alkohol.
B. Saran
Demi kemajuan bersama dalam bidang farmasi dan keislaman, maka
saran-saran dari penelitian ini adalah :
1. MUI mengklarifikasi label halal obat liquid non herbal x, karena setelah
dilakukan pengawasan postmarket teridentifikasi bahan haram.
2. BPOM mencabut izin pencantuman label halal dan menarik obat liquid
non herbal x di pasaran, karena terbukti teridentifikasi mengandung bahan
berbahaya.
3. BPJPH segera menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal di Indonesia.
4. Perlu adanya penelitian dan pengembangan lebih lanjut untuk
memformulasi obat-obat halal, terutama obat liquid non herbal (kimia),
sehingga memudahkan masyarakat dalam mengkonsumsi obat yang aman
dan halal.

119
DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka dari buku :


Abū, Yūsuf (dikutip dari maktabah shamīlah). al-Durr al-Muntaqā. Cairo :
Shirkat Maktabah wa-Maṭba͑ah Muṣṭafā al-Bābī al-Ḥalibī, cet.II, 1985.
Adamovics, J A. Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals. New York :
Marcel Dekker, cet.II, 1997.
American Pharmaceutical Association. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. New York : The Pharmaceutical Press, cet.V, 2006.
Amin, Ma’ruf. Pedoman Fatwa Produk Halal. Jakarta : Proyek Pembinaan
Pangan Halal Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji, 2003. cet.I.
Apriantono, Anton. Masalah Halal : Kaitan Antara Syar’i, Teknologi dan
Sertifikasi. Bogor : Institut Pertanian Bogor Publised, cet.I, 2010.
Arintawati, Muti. Produk Turunan Hewan dan Khamar. Jakarta : LPPOM
MUI, cet.I, 2004.
al-Aṭhīyah, Sha͗ban, ֜Abd Aḥmad Hāmid Husain (dikutip dari maktabah
shamīlah). al-Wasīṭ. Cairo : Mu͗jam al-Lughat al-֜Arabīyat, cet.IV,
2004.
al-Athqalānī. Fatḥ al-Bārī Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Cairo : Dār al-Taqwā,
cet.II, 2010.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Penanganan Pasca Panen
Simplisia untuk Menghasilkan Bahan Baku Terstandar. Bogor : Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, cet.I, 2012.
------------. Implementasi NSW Tahap 5 Program 100 Hari Pemerintahan
Kabinet Reformasi. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, cet.I, 2013.
------------. Dokumentasi Ramuan Etnomedisin Obat Asli Indonesia. Jakarta :
Direktorat Obat Asli Indonesia, cet.I, 2013.
al-Baijūrī, Ibrāhim ibn Aḥmad ibn ʿIsā ibn Sulaimān (dikutip dari Ali
Musthafa Yaqub). Ḥāshiyat al-Shyikh Ibrāhim al-Baijūrī a͑ lā Sharḥ ibn
al-Qāsim al-Ghazī ͑alā Matn Abī Shujā͗. Cairo : Shirkah Maktabah wa-
Maṭba͑ah Musṭafa al-Bābī al-Ḥalabī, cet.II, 1910.
al-Bājī, Sulaimān ibn Khalāf, Abū al-Walīd (dikutip dari maktabah
shamīlah). al-Muntaqā fī-Sharḥ al-Muwaṭṭa֙ al-Mālik. Cairo : al-
Maṭba͑ah al-Sa͑adah, cet.III, 1963.

121
al-Bānī, Naṣr al-Ḍīn (dikutip dari maktabah shamīlah). ֜Irwā al-Ghalīl fī-
Takhrīj al-Ḥadīth al-Manār al-Sabīl. Riyad : Maktabah al-Islāmī,
cet.VIII, 1997.
Barbara. Pharmacotheraphy Handbook. New York : Mc Graw-Hill Medical
Publising, cet.VIII, 2011.
al-Bāqistānī, Zakariyā ibn Ghulām al-Qādir (dikutip dari maktabah
shamīlah). Min-Uṣūl al-Fiqh a֜ lā-Manḥaj Aḥl al-Ḥadīth. Madinah : Dār
al-Khurāz, 2002.
Bertram, G Katzung. Basic and Clinical Pharmacology. California : Mc Graw-
Hill, cet.XII, 2010.
Baxter, Karen. Stockley's Drug Interactions Edisi 8. London :
Pharmaceutical Press, cet.I, November, 2007.
al-Bukhārī. Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Beirut : Dār ibn Kathīr, cet.III, 1987.
Charter, J, M dan G Nickless. a Solvent Extraction Technique With The
Technicon Auto Analyser. Amsterdam : Elsevier Science Publishers
B.V, 1970.
Consuelo, G Evilla. Research Methods. Manila : Rex Printing Company,
cet.VII, 2007.
Cooper, G and Gunn's. Dispensing for Pharmaceutical Students. New Delhi :
Carter .S.J. Publisher, cet. I, 1987.
al-Dāruquṭnī, ͑Ālī ibn ʿUmā (dikutip dari maktabah shamīlah). Sunan al-
Dāruquṭnī. Cairo : Dār al-Maḥāsin li-al-Ṭibā͑at, cet.III, 1966.
al-Dhahabī. Siyār Aa͑ lām al-Nubalā (dikutip dari maktabah shamīlah). Beirut
: Mu͗assasah al-Risālah, cet.XXII, 2011.
al-Dīn Zain ibn ͑Abd al-͑Azīz al-Malibarī (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub).
Fatḥ al-Munʿim bi-Sharḥ Qurrat al-U ֜ yun. Beirut : Dār al-Kitāb al-
Islamīyat, cet.II, 1982.
al-Dīn Muḥammad Muḥyī, Abū al-Muzaffar (dikutip dari Ali Musthafa
Yaqub). al-Fatāwā al-Hindīyā. New Delhi : Maṭba͑ah al-Dāirat al-Ma
͑ārif al-Niẓāmīyat, cet.II, 1934.
al-Fadānī, ֜Abd al-Fāid Muḥammad Yasīn ibnʿIsā. al-Fawāid al-Janīyat
Hashiyat al-Mawāhi al-Thāniyāt Sharḥ al-Farāid al-Bahīyat fī-Naẓm
al-Qawāid al-Fiqhīyat. Beirut : Dār al-Baṣāir al-Islamīyat, cet.II, 1996.
Florence. Physicochemical Principles of Pharmacy. London : Mc Millan
Publiser, cet.II, 1988.
Gaur, RP Hansal. The British Pharmacopoeia. London : British
Phamacopoeia Commission, cet.I, 2013.

122
Grob, RL. Modern Practice of Gas Chromatography. New York : Jhon Wiley
and Sons Publiser, cet.V, 2010.
al-Ḥakīm, Muḥammad ibn ͑Abdullāh Abū ͑Abdillāh (dikutip dari maktabah
shamīlah). Ma֙rifat al-ʿUlūm al-Ḥadīth. Beirut : Dār al-Fikr, cet.III,
1998.
al-Ḥaṣkafī, Muḥammad ibn ͑Ālī ibn Muḥammad ibn ͑Alī ibn ͑Abd al-Raḥmān
(dikutip dari maktabah shamīlah). al-Durr al-Mukhtār Sharḥ Tanwīr al-
Abṣār. Beirut : Dār al-Ṣādir, cet.X, 1896.
Hammad, Nazih. Penggunaan Bahan-Bahan yang Haram dan Najis dalam
Makanan dan Ubat-Ubatan. Selangor : al-Hidayah Publication, cet.II,
2010.
Howard, C Ansel. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems.
Atlanta : Wolters Kluwer, cet.IV, 2011.
Huber, Ludwig. Validation of Analytical Methods. New York : Informa
Healthcare, cet.I, 2007.
Ibn, Aḥmad Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn As͑ad al-Marwazī al-
Baghdādī (dikutip dari maktabah shamīlah). Musnad Aḥmad ibn
Ḥanbal. Riyad : Bait al-Afkār, cet.I, 1998.
Ibn, ͑Ābiḍīn Muḥammad Amīn. Radd al-Mukhtaṣar a͑ lā Ḍūrr al-Mukhtaṣar
Sharḥ Tanwīr al-Abṣār. Cairo : Ṣhirkat Maktabah wa-Maṭba͑ah
Musṭafā al-Bābī al-Ḥalibī, cet.X, 1966.
Ibn, al- ͑Arabī Abū Bakr Muḥammad ibn ͑Abdullāh (dikutip dari maktabah
shamīlah). Aḥkām al-Qur͗ ān, editor ͑Alī Muḥammad al-Bajāwi. Beirut
: Dār Iḥyā al-Kutub al-֜Arabīyat, cet.IV, 1957.
al-Ifriqī, Ibn Mandhūr, Jamāl al-Dīn Muḥammad ibn al-Imām Jamāl al-Dīn
ibn Mandhūr, Abū al-Fadl (dikutip dari maktabah shamīlah). Lisān al-
֜Arab. Cairo : al-Maṭba֙ah al-Munirīyah, cet.III, 1879.
Ibn Ḥibbān, Muḥammad ibn Aḥmad ibn Abī Khātim al-Tamimī Basatī
(dikutip dari maktabah shamīlah). Ṣaḥīḥ ibn Ḥibbān. Bairut : Mu֙
assasat al-Risālat, cet.III, 1993.
Ibn Khaldun (dikutip dari maktabah shamīlah). Muqaddimat Ibn Khaldun.
Beirut : Dār al-Ma֙ rifat, cet.II, 1886.
Ibn Kathīr, ʿImād al-Dīn Abū al-Fidā Ismaʿīl. Tafsīr al-Qur֨ ān al-A
֜ ẓīm.
Beirut : Dār Iḥyā al-Kutub al-֜Arābīyat, cet.II, 1946.
Ibn Muḥammad, Ismāʿīl Abū ֜Abdullāh Bukhārī. Ṣaḥīḥ Bukhārī. Beirut : Dār
Ibn Kathīr, cet.III, 1998.
Ibn Mājah, al-Qazwinī Abū ͑Abdullāh Muḥammad ibn Yazīd. Sunan ibn
Mājah. editor dan komentar Muḥammad Fuād ͑Ābd al-Bāqi. Cairo :
Dār Iḥyā al-Kutub al-֜Arābīyat, cet.III, 1960.

123
Ibn Muḥammad,ʿIsā ibn AbūʿIsa al-Tirmidhī al-Sulām. al-Jāmi͗ al-Ṣaḥīḥ
Sunan al-Tirmīdhī. Bairut : Dār Iḥyā Turāth al-֜Arābī, cet.IV, 1994.
Ibn Qudāmah, al-Maqdīsī, ֜Abdullāh ibn Aḥmad ibn Muḥammad, Abū
Muḥammad al-Muwaffaq al-Dīn (dikutip dari Ali Mustafa Yaqub). al-
Mughnī. Editor : ֜Abdullāh. Cairo : al-Maṭba ֜ah al-Manār, cet.III, 1906.
Ibn Qaḍī, Shaibah (dikutip dari maktabah shamīlah). Ṭabaqāt al-Shafiʿīyat.
Cairo : Dār al-Ḥarmain, cet.II, 1968.
Ibn Rushd (dikutip dari maktabah shamīlah). al-Jāmi͗ li Aḥkām al-Qur֨ ān.
Cairo: al-Maṭba֜ah al-Jamālīyah, cet.III, 1911.
-----------. Bidāyat al-Mujtahid wa-Nihāyat al-Muqtṣid. Beirut : Dār al-Fikr,
cet.III, 2005.
Ibn Ṣāliḥ, Muḥammad ֜Abdillāh (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub). Majmū ֙
Fatwā. Riyad : Dār Waṭanī li-al-Naṣr, cet.V, 1992.
Ibn Ṣāliḥ, Muḥammad ibn Ḥasan al-Asmarī (dikutip dari maktabah shamīlah).
Majmū֙ Qawā i֜ d al-Bahīyat a֜ lā Manḍhūmat Qawā i֜ d Bahīyat. Lebanon
: Dār Ashāmī֨ ī cet.III, 2003.
Ibn Sa͑ad, al-Zuhrī al-Baṣrī Muḥammad ibn Sa͑ad ibn Māni Abū ͑Abdillāh ibn
Sa͑ad (dikutip dari maktabah shamīlah). al-Ṭabaqāt al-Kubrā. Beirut :
Dār al-Fikr, cet.VI, 1978.
International Conference Harmonization. Guidance for Industry Q1A (R2)
Stability Testing of New Drug Substances and Products. New York :
Department of Health and Human Services Food and Drug
Administration, cet.II, 2003.
Irmawati, Titi. Pengembangan Sensor Halal Berbasis Pani dan Alkohol
Oksidase (AOX) Untuk Mendeteksi Kadar Alkohol Pada Produk
Minuman. Surabaya : Askara Grafika Surabaya, cet.I, Maret 2013.
al-Iṣfaḥānī, al-Rāghib (dikutip dari maktabah shamīlah). Mu֨jam Mufradāt al-
fāẓ al-Qur֨ ān. Beirut : Mu֙ assasah al-Risālah, cet.II, 1979.
al-Jabrīn, Abū Muḥammad ͑Abdullāh (dikutip dari maktabah shamīlah). al-
Fatāwā al-Shari a͑ t fī-al-Ṭibbīyat. Riyadh : Dār Ṭayyibat al-Khaḍrā,
cet.III, 1997.
al-Jaṣṣāṣ, Abū Bakr (dikutip dari maktabah shamīlah). Ahkām al-Qur֨ān,
editor Muḥammad al-Ṣādiq Qamḥamī. Cairo : Dār al-Muṣḥaf, Shirkat
Maktabah wa-Maṭba ͑ah ֜Abd al-Raḥmān Muḥammad, cet.II, 1961.
Jernigan, David H. Global Status Report : Alcohol and Young People. Geneva
: World Health Organization, cet.II, 2001.
John, John A Monick. Alkohol : Their Chemistry, Properties and
Manufacture. New York : Reinhold Book Corporation, cet.I, 1968.

124
al-Kasānī, ͑Ālā al-Dīn Abū Bakr ibn Masʿūd (dikutip dari Ali Musthafa
Yaqub). Badāʿī al-Shanāʿī fi-Tartīb al-Sharāʿī. Cairo : al-Maṭba͑ah al-
Jamālīyah, cet.V, 1910.
Kassim, a The Global Market Potential of Halal. Ministry for Religious
Affairs. Penang : Domestic Trade and Consumer Affairs, cet.I, 2009.
al-Khaṭṭābī. Mu ͑allim al-Sunan. Beirut : Dār al-Maktabah al-Ḥayyah, cet.IV,
1959.
al-Khirāqī,ʿUmar ibn Ḥusain ibn ֜Abdillāh (dikutip dari maktabah shamīlah).
Mukhtaṣar al-Khirāqī. Cairo: al-Maktabah al-Tijārīyah Kubrā,
cet.XIII, 1953.
Kealey, D, Haines P J. Analytical Chemistry. New York : BIOS Scientific
Publishers Limited, cet.IV, 2011.
Kementerian Agama Republik Indonesia. Petunjuk Teknis Pedoman Sistem
Produksi Halal. Jakarta : Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat
Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, cet.I,
2003.
-------------. Pedoman Labelisasi Halal. Jakarta : Proyek Pembinaan Pangan
Halal Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji, cet.I, 2003.
-------------. Pedoman Verivikasi Produk Halal. Jakarta : Proyek Pembinaan
Pangan Halal Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji, cet.I, 2003.
-------------. Buku Panduan Strategi Kampanye Social Produk Halal. Jakarta :
Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, cet.I, 2003.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Formularium Nasional. Jakarta
: Kemenkes, cet.III, 1978.
--------------. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta : Kemenkes, cet.I, 2008.
--------------. Farmakope Indonesia III. Jakarta : Kemenkes, cet.IV, 1995.
--------------. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Kemenkes, cet.IV, 1995.
--------------. Health Statistics 2013. Jakarta : Kemenkes, cet.I, 2014.
--------------. Pedoman Industri Obat Tradinational. Jakarta : Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Kefarmasian, cet.I, 2011.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat. Jakarta : Direktorat Jenderal Hortikultura,
cet.I, 2012.
Kenkel, J. Analytical Chemistry for Technicians. New York : CRC Press,
cet.V, 2012.

125
Leon, Lachman, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy.
Philadelphia : Lea & Febiger Publisher, cet.II, 1976.
Lodgsdon J E, John Wiley dan Sons. "Ethanol". New York : Kroschwitz of
Chemical Technology, cet.IX, 1994.
Mahfudh, Sahal. Dialog Dengan Kiai Sahal Mahfudh, Solusi Problematika
Umat. Surabaya : Ampel Suci Press, cet.II, 2003.
-------------. Dialog dengan Sahal Mahfudh, Telaah Fikih Sosial. Semarang :
Yayasan Karyawan Suara Merdeka, cet.I, 1997.
M, C Onna Pollin. Validation of Analytical Method for Pharmaceutical
Analycis. London : Mourne Trening Services, cet.II, 2009.
Mālik, ibn al-Nas. al-Muwaṭṭa֨. Cairo : Matba͑ah Iḥyā al-Kutub al-֜Arābīyat,
cet.IV, 1901.
M, E, Aulton. Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design. London
: Churchill Living Stone, cet.VI, 1988.
Mohammad, Harmy Yusof. Fikah Perubatan. Selangor : PTS Milennia, cet.II,
2012.
al-Mubārakfūrī, Abū ͑Alī Muḥammad ibn ͑Abd al-Raḥmān ibn ͑Abd al-Raḥīm
(dikutip dari maktabah shamīlah). Tuḥfah al-Aḥwadh bi-Sharḥ Jāmi֙ al-
Tirmidhī. Cairo : Maṭba͑ah al-Madānī, cet.I, 1964.
Musthafa, Ali Yaqub. Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan
Kosmetika menurut Al-Qur’an dan Hadis. Jakarta : Pustaka Firdaus,
cet.II, 2013.
Mutschler, Ernst. Dinamika Obat : Farmakologi dan Toksikologi. Penerjemah
: Mathilda B.Widianto dan Anna Setiadi R. Bandung : ITB Publisher,
cet.V, 2008.
Mūsā, Shāhīn. Fatḥ al-Mun i͑ m Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Muslim. Cairo : Dār al-Shurūq,
cet.I, 2002.
al-Naisābūrī, al-Qushairī, Muslim ibn al-Ḥajjāj, Abū al-Ḥusain. Ṣaḥīḥ al-
Muslim. Beirut : Dār al-Kutub, 1894.
al-Nasā ī, Aḥmad ibn Shu͑aib ͑Alī ibn Baḥr Abū ͑Abd al-Raḥmān. Sunan al-
Nasā ī. Cairo : al-Maṭba͑ah al-Maymānīyah, cet.II, 1892.
al-Nawāwī, Abū Zakarīyā Muḥy al-Dīn ibn Sharaf (dikutip dari maktabah
shamīlah). al-Majmu֙ Sharḥ al-Muḥadhdhab. Beirut : Dār al-Fikr, cet.II,
1979).
-----------.Manhāj al-֜Ābidīn. Bairut : Dār al-Fikr, cet.IV, 1981.
-----------. al-Durrah al-Salafīyah Sharḥ al-Arbaʿīn al-Nawāwīyat. Cairo :
Markaz Fajr, cet.II, 2006.

126
-----------. Ṣaḥīḥ Muslim bi-Sharḥ al-Nawāwī. Cairo : al-Maṭba͑ah al-
Miṣrīyah, cet.I, 1929.
al-Nawāwī, Ibn Daqīq al-Sa ͑d, al-Utsaimīn, dan Saīyid al-Ḥuwaiṭī (dikutip
dari maktabah shamīlah). al-Turāth al-Salafīyat Sharḥ al-A
͑ rbaʿīn al-
Nawawīyat. Cairo : Markaz Fajr, cet.II, 2006.
Nazih Hammad. Penggunaan Bahan-Bahan yang Haram dan Najis dalam
Makanan dan Ubat-Ubatan. Selangor : al-Hidayah Publication, 2010.
cet.II.
Pandji, Chilwan. Panduan Titik Kritis Bahan Untuk Auditor. Jakarta :
LPPOM MUI, cet.I, 2003.
al-Qurṭubī, Abū ͑Abdillāh Muḥammad ibn Aḥmad al-Anṣārī (dikutip dari
maktabah shamīlah). al-Jāmi ͗ lī-Aḥkām al-Qur ͗ ān. Beirut : Dār al-
Kitāb al-͑Arabī li-al-Ṭibā͑at wa-al-Naṣr, cet.IX, 1967.
al-Qarḍawī, Yūsuf. al-Ḥalāl wa-al-Ḥarām fī-al-Islām. Bairut : al-Maktabah
al-Islāmī, cet.II, 1988.
-----------. Hady al-Islām Fatāwā Mu ͑āṣirat Beirut : Dār al-Ma͑rifat, cet.III,
2008.
-----------. al-Ghaul fi-al-Islām. Doha : AFP Publisher, cet.I, 2008.
al-Rāghib, al-Iṣfaḥānī (dikutip dari maktabah shamīlah). Mu֨ jam Mufradāt
al-fāẓ al-Qur֨ān. Beirut : Mu a֙ ssasat al-Risālat, cet.II, 1979.
Raymond, Rowe C, Paul J Sheskey, Marian E Quinn. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Whasington DC : Pharmaceutical Press,
cet.VI, 2009.
R, Gaur, P. Hansal, M Azizi, J Gan, K Harper, R Mannan, A Panchal, K Patel,
N Patel, J Rana dan A Rogowska. The British Pharmacopoeia. London
: British Phamacopoeia Commission, cet.I, 2013.
Richard, L Myers, Rusty L. The 100 Most Important Chemical Compounds.
London : Greenwood Press, cet.II, 2007.
Ruppel, Timothy D. Blood Alcohol Analysis Utilizing Headspace
Autosampling and Dual-Column GC Confirmation. New York : Perkin
Elmer Ink, cet.I, 2013.
Riẓā, Umar Khalālah. Muj͗ am al-Muallifīn. Cairo: al-Maṭba͑ah al-Saʿādah,
cet.I, 1948.
al-Samarqandī, ͑Alā al-Dīn (dikutip dari maktabah shamīlah). Tuḥfah al-
Fuqahā. Cairo : al-Maktabah al-Tijārīyah al-Kubrā, cet.II, 1979.
al-Sharkashī, Abū Bakr Muḥammad ibn Abī Saḥl (dikutip dari maktabah
shamīlah). al-Mabsūṭ. Beirut : Ḍār al-Ma͗rifat, cet.XXVII, 1965.
Sean. Martindale. London : Pharmaceutical Press, cet.XXXVII, 2011.

127
Settle, F. Handbook of Instrumental Techniques for Analytical Chemistry.
New York : Prentice Hall PTR New Jersey, cet.VIII, 2012.
al-Shuyūṭī. Tadrīb al-Rāwī. Beirut : Dār al-Fikr, cet.II, 1994.
al-Shuyūṭī Muḥammad Sa͑ad (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub). Muj֨ izat fī-
al-Ṭibb li-al-Nabī al-֜Arabī. Cairo : Shirkah Maktabah Musṭafā al-Bābī
āl-Ḥalabī, cet.I, 1944.
al-Shafiʿī, Muḥammad ibn Idrīs, Abū ֜Abdillāh (dikutip dari Ali Musthafa
Yaqub). al-֜Umm. Cairo : al-Dār al-Miṣrīyat li-al-Ṭālib wa-al-
Tarjamat, 1902.
al-Shaukānī, Muḥammad ibn ֜Alī ibn Muḥammad (dikutip dari Ali Musthafa
Yaqub). Fatḥ al-Qādir al-Jāmi͗ li-al-Aḥkām Baina al-Fanānī al-
Riwāyat wa-al-Dirāyat min-͑Ilm al-Tafsīr. Cairo : Shirkat Maktabah
wa-al-Maṭba֜ah Musṭafā al-Bābī al-Ḥalābī, 1964.
------------ (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub), Tafsīr al-Qur͗ ān al-A
͑ ẓīm
(Beirut : Dār Iḥyā al-Kutub al-͑Arabīyat, cet.I, 1946.
al-Shirāzī, al-Faīrūz al-Dābī, Ibrāhīm ibn Yūsuf, Abū Isḥāq (dikutip dari
maktabah shamīlah). al-Muhadhab fī-Fiqh al-Imām al-Shāfiʿī. Bairut :
Dār āl-Ma֨rifat, 1969.
Shimadzu. Analysis of Blood Alcohol by Headspace with Simultaneous GC-
FID and MS Detection. Bogotá : Shimadzu Scientific Instruments,
cet.I, Januari 2014.
al-Sijistānī, Sulaimān ibn Ash֙hāt ibn Isḥāq al-Azdī. Sunan Abū Dāwud.
Cairo : Shirkah Maktabah wa-al-Maṭba͑at Musṭafā al-Bābī al-Ḥalābī,
cet.II, 1953.
Sulistyo, Danang Adiprabowo, R. Rizal Isnanto dan Iwan Setiawan.
Pendeteksi Kadar Alkohol Jenis Etanol Pada Cairan Dengan
Menggunakan Mikrokontroler Atmega 8535. Semarang : Dahara Prize,
cet.I, 2010.
al-Ṭabrānī (dikutip dari Ali Musthafa Yaqub), Muḥammad ibn Aḥmad ibn abī
Khātim al-Tamīmī Basaṭī, Mu ͗jam al-Kabīr. Bairut : Dār al-Kutub,
cet.VII, 2007.
-------------.Jāmi֙ al-Bayān fī-Ta֨ wīl ay-min-Al-Qur֨ ān. editor dan pentakhrij
hadis Maḥmūd Muḥamad Shākir dan Aḥmad Muḥammad Shākir.
Cairo : Dār al-Ma֨ arif, 1958.
al-Tirmidhī. Sunan al-Tirmidhī. Cairo : Shirkat al-Maktabah wa-al-Matba ֜ah
al-Bābī al-Halabī, cet.III, 1953.
Tim Lembaga al-Kitab Indonesia. al-Kitāb. Jakarta : Lembaga al-Kitab
Indonesia, cet.III, 1998.

128
Troweel, F. Automated Solvent Ekstraction Laboratory Practice. New York
: Oxford University Press, cet.IV, 1969.
al-ʿUthaimin, Muḥammad ibn Ṣālih. Majmu֙ Fatāwā. Riyad : Dār al-Waṭan
li-al-Naṣr, cet.II, 1991.
Watson, D G. Pharmaceutical Analysis : a Textbook for Pharmacy Students
and Pharmaceutical Chemists. London : Churchill Livingston, cet.VII,
2012.
Wells, J I. Pharmaceutical Preformulatioan, the Physicochemical Properties
of Drug Substances. London : Ellis Horwood, cet.I, 1988.
Wesland, Jesica, Craig Marfin. Quantitation and Confirmation of Blood
Ethanol Content Using a New GC/FID/MS Blood Alcohol Analyzer .
New York : Agilens Tecnologies, cet.I, Mei 2014.
Widiastuti, Aci, Salma Sehan. Teknologi Sediaan Farmasi. Bandung : ITB
Publisher, cet.I, 2010.
World Health Organization. Glosario de Términos de Alcohol y Drogas.
Madrid : Centro De Publicaciones Del Prado, cet.IIXX, 2008.
---------------. Комитет Экспертов Воз По Проблемам, Связаннымс
Потреблением Алкоголя (Moskow : Комитет экспертов ВОЗ,
cet.II, 2006.
--------------. The Alcohol, Smoking and Substance Involvement Screening
Test (Assist) : Guidelines for Use in Primary Care (Geneva :
Department of Mental Health and Substance Dependence, cet.I, 2003.
-------------. International Guide for Monitoring Alcohol Consumption and
Related Harm. Geneva : Department of Mental Health and Substance
Dependence Noncommunicable Diseases and Mental Health Cluster
World Health Organization, cet.I, 2000.
-------------. Alcohol and Injuries. Geneva : Emergency Department Studies in
an International Perspective, cet.I, 2009.
-------------. Health Promotion in The Work Place-Alcohol and Drugs Abuse.
Geneva : WHO Technical Report Series, cet.I, 1993.
-------------. Alcohol, Gender and Drinking Problems. Geneva : Department
of Mental Health and Substance Abuse, cet.I, 2005.
-------------. WHO Callaborative Project on Identification and Management of
Alcohol-Related Problems in Primary Health Care. Geneva : Document
from Departement of Mental Health WHO, 2006.
-------------. Global Status Report on Alcohol and Health 2014. Geneva : WHO
Press, cet.I, 2014.

129
--------------. Services for The Prevention and Treatment of Dependence on
Alcohol and Other Drugs. Geneva : Committee on Mental Health, cet.I,
1967.
--------------. Alcohol Use and Sexual Risk Behaviour : a Cross-Cultural Study
in Eight Countries. Geveva : Mental Health : Evidence and Research
Management of Substance Abuse Department of Mental Health and
Substance Abuse, cet.I, 2005.
--------------. Research Guidelines for Evaluating the Safety and Efficacy of
Herbal Medicine. Geneva : Departement of Research, cet.I, 2000.
al-Yamānī, Ja ֙far Khadīm. Jejak Sejarah Kedokteran Islam. Terjemahan dari
Mukhtaṣar al-Tārīkh al-Ṭibb fī-al-Islām oleh Tim Dokter IDAVI.
Bandung : Pustaka Umat Bandung, cet.I, 2002.
Yulinah, Elin Sukandar, Retnosari Andrajati, Joseph I Sigit, I Ketut Adnyana,
Adji Prayitno Setiadi, Kusnanadar. ISO Farmakoterapi 2. Jakarta :
Ikatan Apoteker Indonesia, cet.I, 2011.
al-Ziriklī, al-Aʿalām Qāmūs Tarājim li-Ash֨ har al-Rijāl wa-al-Nisā min-al-
ʿArab wa-al-Mustaghribīn wa-al-Mustashriqīn. Beirut : Dār al-ʿIlm lī-
al-Malāyīn, cet.I, 1979.
al-Zuhaylī, Wahbah Musṭafā. al-Fiqh al-Islāmī wa-Adillatuhu. Cairo : Dār al-
Hadīth, cet.IV,1997.

Daftar Pustaka dari Jurnal :


A, Jonathan Wilson J dan Jonathan Liu. "Shaping the Halal Into a Brand?".
Journal of Islamic Marketing, Vol.1, No.2, 2010.
A, Michael Sayette, Kasey G Creswell. "Alcohol and Group Formation : a
Multimodal Investigation of the Effects of Alcohol on Emotion and
Social Bonding". Psychological Science, Vol.23, No.8, Agustus 2012.
Abaza, Sherif. "Immunochromatographic Assays in Diagnosis of Parasitic
Diseases". Parasitologists United Journal, Parasitology Department,
Faculty of Medicine, Suez Canal University, Vol.1, No.1, 2008.
Ahmad, Maisarah, Suhaila Abdul Kadir, Nurul Azida Salehuddin.
"Perceptions and Behavior’s of Muslims and Nonmuslims to Wards
Halal Products". Journal of Social and Development Sciences, Vol.4,
No.6, Juni 2013.
Alex, J Mitchell, Victoria Bird, Maria Rizzo, Shahana Hussain, Nick Meader.
"Accuracy of One or Two Simple Questions to Identify Alcohol-Use
Disorder in Primary Care : a Meta-Analysis". British Journal of General
Practice, Vol.10, No.33, Juli 2014.
Akhtar, Naveed, Akhtar Rasu, Tariq Mahmood, Muhammad Shoaib Khan,
Hahiq Uz-Zama, Muhammad Iqbal dan Ghulam Murtaza.

130
"Investigation of the Effects of Extractionsolvent or Technique on the
Antioxidant Activity of Cassia Fistula L". Journal of Medicinal Plants
Research, Vol.6, No.3, 23 Januari 2012.
Ameur, Ameur Ahmed. "The Lifestyle Halal in European Marketing". Journal
University of Abdel Hamid Ben Badis Kharrouba, Mostaganem,
Vol.83, No.08, 5 Februari 2011.
Amr, Muḥammad ibn ͑Abdullāh. "Alkohol Halal ?". Jurnal Halal JAKIM,
Vol.5, No.8, Desember 2009.
As'ari, Hasyim dan Suriana Nikmatul Fadilah. "Hubungan Pengetahuan
tentang Bahaya Alkohol dengan Konsumsi Alkohol pada Remaja".
Jurnal Penelitian Politeknik Kesehatan, Vol.7, No.4, 2009.
Ankita, Kashyap, Rana A, Singh Gurpreet. "Process Validation : Action of
Proving Effectiveness". an International Journal of Pharmaceutical
Sciences, Vol. 4, No.3, 1 Juli 2013.
Atasoy, Zeynep. "Alkohol Hurafeleri". Tıp Dergisi Journal, Vol.17, No.3, Mei
2011.
B, Ghani Anisah A, Muhammad Safiri Ismail. "Penentuan Piawaian Alkohol
dalam Makanan yang Dibenarkan dari Perspektif Islam". Journal of
Fiqh, Vol.1, No.7, 2010.
B, Philip Mason dan Xiaohe Xu. "The Risk of Overweight and Obesity
Among Latter-Day Saints". Review of Religious Research, Vol.55,
No.1, Maret 2013.
Blackler, Bergeaud F. "De Viande Halal a Halal Food : Comment Le Halal
S_Est Développé en France". Journal Revu Europé-enne de Migrations
Internationales, Vo.21, No.3, 2005.
Brittain, Claire, Neal Williams, Claire Kremen and Alexandra Maria Klein.
"Synergistic Effects of Nonapis Bees and Honey Bees for Pollination
Services". Biological Sciences, Vol.280, No.1754, 7 Maret 2013.
Butkhup, Luchai, Sujitar Jorjong, Supachai Samappito, Wannee Samappito,
dan Sawitree Chowtivannakul. "HS-SPME-GC-MS Analysis of
Volatile Aromatic Compounds in Alcohol Related Beverages Made
with Mulberry Fruits". Food SCI. Biotechnol, Vol.20, No.4, Mei 2011.
Budirianto, Tysar. "Saatnya Beralih ke Pelarut Halal". Jurnal Halal LPPOM
MUI, No.67, 2007.
C, Susanna, Larsson, Nikola Drca, Alicja Wolk. "Moderate Alcohol Use
Associated with Increased Risk for Atrial Fibrillation". Journal of the
American College of Cardiology, Vol.64, No.3, 14 Juli 2014.
Charles, C. Woodward dan Glenn S. Rabideau. "The Composition of Plant
Fractions Extracted with 80% Alcohol". American Society of Plant
Biologists, Vol.28, No.3, Juli 1953.

131
Chehabi, H E. "How Caviar Turned out to be Halal". The Journal of Food and
Culture, Vol.7, No.2, 2007.
D, Karissa Horton, Christopher G Ellison. "Examining Attachment to God
and Health Risk-Taking Behaviors in College Students". Journal of
Religion and Health, Vol.51, No.2, Juni 2012.
Durand, Michelle. "Report Finds Many Stores Have Unhealthy Offerings :
Analysis Shows Flavored Tobacco and Alcohol Prevalent by Schools".
Daily Journal, Vol.10, No.12, Maret 2014.
Dwi, Purnomo, E Gumbira, Sa’id Anas, M Fauzi. Khaswar Syamsu dan
Muhammad Tasrif, "Posisi Daya Saing Produk dan Kelembagaan
Agroindustri Halal Asean". Jurnal Teknik Industri, Vol.6, No.3, 2010.
Eastern, D Kang Sim, C Richard Hofstetter, Veronica L Irvin. "Do Christian
Denominations Exhibit Higher Rates of Alcohol Consumption? a
Study of Korean American Women in California". Journal of Religion
and Health, Vol.52, No.1, Maret 2013.
Everatt, Ruta, Abdonas Tamosiunas. "Consumption of Alcohol and Risk of
Cancer Among Men : a 30 Year Cohort Study in Lithuania". European
Journal of Epidemiology, Vol.28, No.5, 2013.
F, E Mathiesen dan S Nome. "Drinking Patterns, Psychological Distress and
Quality of Life in a Norwegian General Population-Based Sample".
Quality of Life Research, Vol.21, No.9, November, 2012.
G. Richard Rogers, Patrick M. Krueger. "Nondrinker Mortality Risk in the
United States". Population Research and Policy Review, Vol.32, No.3,
Juni 2013.
Garcia, Ginny dan Christopher G Ellison. "Religion and Selected Health
Behaviors Among Latinos in Texas". Journal of Religion and Health,
Vol.52, No.1, Maret 2013.
Garibaldi, Lucas A, Ingolf Steffan Dewenter, Rachael Winfree, Marcelo A
Aizen, Riccardo Bommarco, Saul A Cunningham, Claire Kremen,
Luísa G. "Wild Pollinators Enhance Fruit Set of Crops Regardless of
Honey Bee Abundance". American Association for the Advancement
of Science. Vol.339, No.6127. Maret 2013.
Girindra, Aisjah. "dari Sertifikasi Menuju Labelisasi Halal : LPPOM MUI".
Pustaka Jurnal Halal, Vol.8, No.11, Juli 2008.
Harmita. "Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya".
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.I, No.3, Desember 2004.
Havinga, Tetty. "Regulating Halal and Kosher Foods : Different
Arrangements Between State, Industry and Religious Actors". Journal
Erasmus, Vol.3, No.4, 2010.

132
Harman, C I Allan dan K V Thomas. "Comprehensive Sampling and Sample
Preparation". Analytical Techniques for Scientists, Vo.I, No.14, 23
April 2014.
Huda, Nurul. "Pemahaman Produsen Makanan Tentang Sertifikasi Halal,
Studi Kasus di Surakarta". Jurnal Ishraqi, Vol.10, No.1, Juni 2012.
Husain, Rosita, Ishak Abd Ghani, Aziz Fikry Mohammad, Shafie Mehad.
"Current Practices Among Halal Cosmetics Manufacturers in
Malaysia". Journal of Statistical Modeling and Analytic, Vol.3 No.1,
2012.
Huzar, Elibieta dan Alicja Wodnicka. “Determination of Ethanol Content in
Medicated Syrups by Static Headspace Gas Chromatography”. Polish
Pharmaceutical Society, Vo.70, No.1, 23 November 2013.
Inoue, Manami dan Chisato Nagata. "Impact of Alcohol Intake on Total
Mortality and Mortality from Major Causes in Japan : a Pooled
Analysis of Six Large-Scale Cohort Studies". Journal of Epidemiology
and Community Health, Vol.66, No.5, Mei 2012.
Issusilaningtyas, Elisa, Akhmad Kharis Nugroho dan Erna Prawita Setyowati.
"The Comparison of Extraction Method and Solvent Variation on
Yield and Antioxidant Activity of Brassica Oleracea L. Var. Capitata
F. Rubra Extract". Trad Med Journal, Vol.19, No.1, 2014.
Jam, Van Balen. "de Standaard ‘Acuut Hoesten’ Van Het Nederlands
Huisartsen Genootschap; Reactie Vanuit de Pulmonology". Journal
Ned Tidjdschr Geneeskd, Vol.2, No.2, 2004.
Jamal, Abdul Nassir Shaari, Muhammad Khalique, Nurul Izza Abdul Malek.
"Halal Restaurant : Lifestyle of Muslims in Penang". International
Journal of Global Business, Vol.6, No.2, Desember 2013.
Joseph, Max Herman, Rini Sasanti Handayani, Selma Arsit Siahaan.
"Analysis of Pharmacy Practice by Pharmacist in Hospital Setting".
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 7, No. 8, Maret 2013.
K, Amanda Gilmore, Hollie F Granato. "The Use of Drinking and Condom-
Related Protective Strategies in Association with Condom Use and Sex
Related Alcohol Use". The Journal of Sex Research, Vol.50, No.5, Juli
2013.
K, Bonne dan Verbeke, W. "Muslim Consumers’ Attitude to Wards Meat
Consumption in Belgium: Insights From a Means end Chain
Approach". Journal Anthropology of Food, Vol.5, No.4, 2006.
K, Bonne, Vermeir I, Bergeaud Blackler F dan Verbeke W. "Determinants of
Halal Meat Consumption in France". British Food Journal, Vol.100,
No.5, 2007.

133
K, Bonne, Vermeir I, Bergeaud Blackler F dan Verbeke W. "Muslim
Consumer Trust in Halal Meat Status and Control in Belgium". Science
Direct Journal, Vol.79, No.1, 2007.
K, Kaur, K Kaura, G Ranib, Nashi Widodo, A Nagpalb, K Tairaa, S C Kaula
dan R. Wadhwa. "Evaluation of The Anti Proliferative and Anti-
Oxidative Activities of Leaf Extract From in Vivo and in Vitro Raised
Ashwagandha". Journal Elseiver, Vol.42, No.12, 2004.
Kogawa, Kyoko Sato dan Tomoshige Hayashi. "Relationship Between
Drinking Patterns and The Risk of Type II Diabetes : The Kansai
Healthcare Study". Journal of Epidemiology and Community Health,
Vol.66, No.6, Juni 2012.
La, Giuseppe Torre dan Elena Pacella. " The Synergistic Effect of Exposure
to Alcohol, Tobacco Smoke and Other Risk Factors for Age-Related
Macular Degeneration". European Journal of Epidemiology, Vol.28,
No.5, 2013.
Leggio, Lorenzo, William H Zywiak, Samuel R Fricchione, Steven M
Edwards, Suzanne M de la Monte, Robert M Swift, George A Kenna.
"Intravenous Ghrelin Administration Increases Alcohol Craving in
Alcohol Dependent Heavy Drinkers : a Preliminary Investigation".
Biological Psychiatry Journal, Vol.76, No.9, November 2014.
Leon, David A, Vladimir M Shkolnikov. "Hazardous Alcohol Consumption is
Associated with Increased Levels of B-Type Natriuretic Peptide :
Evidence from Two Population Based Studies". European Journal of
Epidemiology, Vol.28, No.5, 2013.
Lord, A W. "Food and Nutritional Analysis". Sciences and Chemical Journal,
Vol.10, No.2, Agustus 2014.
M, Jason Fletcher. "Peer Influences on Adolescent Alcohol Consumption :
Evidence Using an Instrumental Variables or Fixed Effect Approach".
Journal of Population Economics, Vol.25, No.4, Oktober 2012.
M, Y Anas, Wan Mohd Yusof W C. "The Concept of Halalan Tayyiba and it's
Application in Products Marketing : a Case Study at Sabasan Hyper
Runcit Kuala Terengganu". International Journal of Business and
Social Science, Vol.1, No.3, 2011.
Masse, M O, V Duvallet, M Borremans and L Goeyens. "Identification and
Quantitative Analysis of Kojic Acid and Arbutine in Skin-Whitening
Cosmetics". International Journal of Cosmetic Science, Vol.23, No.4,
Agustus 2001.
Maheran, Nik Nik Muhammad, Filzah MD Isa, Bidin Chee Kifli. "Positioning
Malaysia as Halal-Hub : Integration Role of Supply Chain Strategy and
Halal Assurance System". Journal Asian Social Science, Vol.5, No.7,
Juli 2009.

134
Mariam, Sharifah Alhabshi. "Halal Food Dilemmas : Case of Muslims in
British Columbia, Canada". International Journal of Asian Social
Science, Vol.03, No.04, 2013.
Marcus, Y. "Solven Extraction Rivews". Journal Marcel Dekker, Vol.1, No.6,
1971.
Manaf, Abdul Bohari, Cheng Wei Hin, Nurwahida Fuad. "The
Competitiveness of Halal Food Industry in Malaysia : a SWOT ICT
Analysis". Malaysia Journal of Society and Space, Vol.9, No.1, 2013.
Mat, Dzulkifly Hashim, Nurul Hayati Abdul Hamid. “Penjenisan Alkohol
dan Kesan Penggunaannya dalam Makanan dan Minuman". Jurnal
Halal, Vol.7, No.5, 2008.
Melissa, Wan Wan, Hassana, Khairil Wahidin Awang. "Halal Food in New
Zealand Restaurants : an Exploratory Study". Journal of Economics
and Management, Vol.3, No.2, 2009.
Mohamed, Zainalabidin, Baizuri Badruldin, Juwaidah Sharifuddin, Golnaz
Rezai, Amin Mahir Abdullah, Ismail Abd Latif, Mohd Ghazali
Mohayidin. "Clients' Prception Towards JAKIM Service Quality in
Halal Certification". Journal of Islamic Marketing, Vol.3, No.1, 2012.
Mukhtar, Arshia, Mohsin Muhammad Butt. "Intention to Choose Halal
Products : The Role of Religiosity". Journal of Islamic Marketing,
Vol.3, No.2, 2012.
Mutiah, Yuli Rambe dan Syaad Afifuddin. "Pengaruh Pencantuman Label
Halal Pada Kemasan Mie Instan Terhadap Minat Pembelian
Masyarakat Muslim, Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas al-
Washliyah, Medan". Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.1, No.1,
Desember 2012.
Nazura, Syed S A. "Applying The Theory of Planned Behaviour (TPB) in
Halal Food Purchasing". International Journal of Commerce and
Management, Vol.21, No.1, 2011.
Nurul, Huda. "Pemahaman Produsen Makanan Tentang Sertifikasi Halal".
Journal Muhammadiyah Surakarta Ishraqi, Vol.10, No.1, Juni 2012.
Othman, Pazim, Irfan Sungkar dan Wan Sabri Wan Hussin. "Malaysia as an
International Halal Food Hub : Competitiveness and Potential of Meat-
Based Industries". ASEAN Economic Journal, Vol.26, No.3, Desember
2009.
Piercy, K T, A K Björk, R D Myers. "The Mixed 5-HT1A2A Receptor Drug
FG5938 Suppresses Alcohol Drinking While Enhancing Feeding in P
Rats". Elsefier Journal, Vol.13, No.5, September 1996.
Pryce, David dan Jones. "a Western Response to Halal Khashan". Journal
World Affairs, Vol.153, No.4, 1991.

135
Puziah, Hashim dan Che Man, Yaakob dan Kassim, Norrahimah. "Analysis of
Alcohol in Cosmetic Products by Headspace Gas Chromatography–
Mass Spectrometry". Journal of University Putra Malaysia, Vol.9,
No.9, Desember 2009.
R, Roy Reeves dan Claire E Adams. "Are Religiosity and Spirituality
Associated with Obesity Among African Americans in the
Southeastern United States (the Jackson Heart Study)?". Journal of
Religion and Health, Vol.51, No.1, Maret 2012.
Raghu, Rajasekaran, Chun-Ting Liu, Mong Hsun Tsai, Xiaojia Tang, Krishna
R Kalari, Subbaya Subramanian dan Lee Yan Sheen. "Transcriptome
Analysis of Garlic-Induced Hepatoprotection Against Alcoholic Fatty
Liver". Department of Surgery, University of Minnesota, Minneapolis,
Minnesota, Vol.6, No.44, Oktober 2012.
Raihana, Farah Binti Haji Ismail, Kauthar Binti Nasiruddin. "Perception of
Nonmuslim Consumers Towards Halal Product in Malaysia".
International Journal of Accounting and Business Management, Vol.2,
No.1, April 2014.
Richard, Storey. "The Advantages of Chlorophyll Extraction with Alcohol".
University of California Press, Vol.42, No.3, Maret 1980.
Raufu, Abdul Ambalia, Ahmad Naqiyuddin Bakara. "People's Awareness on
Halal Foods and Products : Potential Issues for Policy-Makers". Journal
Procedia-Social and Behavioral Sciences, Vol.121, No.19, Maret 2014.
Rizal, Mohd Razalli, Suzzaini Abdullah and Rushami Zien Yusoff. "is Halal
Certification Process “Green”?". The Asian Journal of Technology
Management, Vol.5 No.1, 2012.
Rowland, Bosco, Felicity Allen. "Association of Risky Alcohol Consumption
and Accreditation in the 'Good Sports' Alcohol Management
Programme". Journal of Epidemiology and Community Health, Vol.66,
No.8, Augustus 2012.
Rota, M, E Pasqual, R Bellocco, V Bagnardi, L Scotti, F Islami, E,P,Boffetta,
C,Pelucchi, G Corrao, C La Vecchia. "Alcohol Drinking and Cutaneous
Melanoma Risk : a Systematic Review and Dose Risk Meta Analysis".
British Journal of Dermatology, Vol.170, No.5, Mei 2014.
S, A Amanda Much Ado. "About The Malaysian Halal Food Industry". Halal
Journal, Vol.6, No.2, 2012.
Salim, Sitriah Utina. "Alkohol dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan
Mental". Jurnal Health and Sport, Vol.5, No.2, 2012.
Sadeeqa, Saleha dan Azmi Sarriff. "Assessment of Knowledge, Attitude and
Perception Among Hospital Pharmacists Regarding Halal
Pharmaceuticals". Journal of Applied Pharmaceutical Science Vol.4,
No.5, Mei 2014.

136
Samori, Zakiah, Amal Hayati Ishak, dan Nurul Himmah Kassan.
"Understanding The Development of Halal Food Standard : Suggestion
for Future Research". International Journal of Social Science and
Humanity, Vol.4, No.6, November 2014.
Said, Mahiah, Khairul Nizam bin Surbaini dan Mohd Anuar bin Awang Idris.
"The Empirical Study on The Determinants of Moslem Consumers to
Purchase Halal Products". Journal Manajemen dan Bisnis, Vol.9, No.1,
Maret 2010.
Sen, Indrajit, Ajay Shandil and V S. "Shrivastava, Gas Chromatography Mass
Spectrometric Determination of Benzyl Alcohol in Injectable
Suspensions". Scholars Research Library Der Pharmacia Lettre. Vol.3,
No.2, 2011.
Sherif. "Immunochromatographic Assays in Diagnosis of Parasitic Diseases".
Parasitologists United Journal, Parasitology Department, Faculty of
Medicine, Suez Canal University, Ismailia, Vol.1, No.1, Mei 2008.
Shaqr, Aṭiyah. "Fatāwā Islāmiyah". Jurnal Fatāwā Ahkām, Vol.5, No.3,
2004.
Shaofang, Li Cai, Yingjun Ding, Ye Chen, Kun Jin, Mingjuan. "Alcohol
Drinking and The Risk of Colorectal Cancer Death : a Meta-Analysis".
European Journal of Cancer Prevention, Vol.23, No.6, November 2014.
Syazwan, Mohamed abi Talib, Abu Bakar Abdul Hamid, Moh Hafiz Zulfakar
dan Ananda S Jeeva. "Halal Logistics Pest Analysis : The Malaysia
Perspectives". Journal Asian Social Science, Published by Canadian
Center of Science and Education, Vol.10, No.14, 2014.
Talsma, Akke Neel, Carol E Chenoweth. "Infection Control and Hospital
Epidemiology". The University of Chicago Press on behalf of The
Society for Healthcare Epidemiology of America, Vol.33, No.10,
Oktober 2012.
Tieman, Marco, Arshad Ayub. "Establishing The Principles in Halal
Logistics". Journal of Emerging Economies and Islamic Research,
Vol.1 No.1, 2013.
Tieman, Marco. "The application of Halal in Supply Chain Management : in-
Depth Interviews". Journal of Islamic Marketing, Vol.2, No.2, 2011.
Tiscione, Nicholas B, Ilene Alford, Dustin Tate Yeatman dan Xiaoqin Shan.
"Ethanol Analysis by Headspace Gas Chromatography with
Simultaneous Flame-Ionization and Mass Spectrometry Detection".
Journal of Analytical Toxicology, Vol. 35, No.4, September 2011.
Tysar. "Saatnya Beralih ke Pelarut Halal", Jurnal Halal LPPOM MUI, Vol.1,
No.67, Juni 2007.

137
V, Ravichandran, Shalini S, Sundram K M And Harish Rajak. "Validation of
Analytical Methods- Strategies & Importance". International Journal
of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Vol.2, No.3, Mei 2010.
Von, Stephanie. "Alcohol Exposure in Utero Ano Child Academic
Achievement". The Economic Journal, Vol. 124, No.576, Mei 2014.
World Health Organization. "Validation of Analytical Procedures Used in the
Examination of Pharmaceutical Materials". Journal WHO Technical
Report Series. Vol. 5, No.823, 1992.
Qing, X Li, Jun Wang. "Chemical Composition, Characterization, and
Differentiation of Honey Botanical and Geographical Origins". Journal
Advances in Food and Nutrition Research Elsevier Inc, Vol. 62, No.13,
2011.
Yamaguchi, M, Takahashi, F Harusawa, S Fukushima. "Mechanism of
Stabillization by Cetyl Alcohol for Oil in Water Cream". Journal of
Society of Cosmetic Chemists of Japan, Vol.12, No.2, Agustus 2010.
Yohannes, Tadele, Fekadu Melak dan Khalid Siraj. "Preparation and
Physicochemical Analysis of Some Ethiopian Traditional Alcoholic
Beverages". Academic Journal of Department Chemistry, College of
Natural Sciences, Jimma University, Vol.7, No.11. November 2013.
Zakaria, Zalina. "Tapping Into The World Halal Market : Some Discussions
on Malaysian Laws and Standards". Jurnal Syariah, Vo.16, No.4, 2008.

Daftar Pustaka dari Dokumen :


Aiedah, Abdul Khalek. Young Consumers’ Attitude Towards Halal Food
Outlets And JAKIM's Halal Certification in Malaysia. Kuala Lumpur :
International Halal Conference InHAC, Juni 2014.
Amidhan. Kriteria Obat Halal. Makalah disampaikan pada seminar "Produk
Farmasi Halal 2014" di Auditorium Fakutas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta : 24
Juli 2014.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Surat Keputusan
Ka.Badan POM RI Tentang Katagori Pangan. Jakarta: Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor :
HK.00.05.52.4040, 2011.
-------------. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Tentang Izin Edar Produk Obat, Obat Tradisional, Kosmetik,
Suplemen Makanan dan Makanan Yang Bersumber, Mengandung, dari
Bahan Tertentu dan atau Mengandung Alkohol. Jakarta : Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.00.05.1.23.3516, 2009.

138
--------------. Laporan Tahunan Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan.
Jakarta : Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan, Laporan Tahunan
2013.
--------------. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 Tentang
Persyaratan Teknis Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik.
Jakarta : Badan POM, 2011.
-------------. Implementasi NSW Tahap 5 Program 100 Hari Pemerintahan
Kabinet Reformasi. Jakarta : Badan POM RI, 2013. cet.I. 11.
Basri, Hasan dan Amin Azis. Muzakarah Nasional Tentang Produk
Beralkohol. Jakarta : Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan
Kosmetika (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 13-14
Rabiul Akhir 1414 Hijriah Bertepatan dengan tanggal 30 September
1993.
Darwis, Aziz. Minuman Yang Mengandung Alkohol, dalam LPPOM MUI.
Jakarta : Hasil Mudzakaroh Nasional LPPOM MUI, 1992.
Food and Drug Administration. Some Bee Pollen Weight Loss Products Are
a Dangerous Scam. Amerika Serikat : Consumer Health Information,
10 Juni 2014.
Hosen, Ibrahim. Status Hukum Alkohol dalam LPPOM MUI, Hasil
Mudzakaroh Nasional : Alkohol dalam Produk Minuman. Jakarta :
LPPOM MUI, 2003.
Ibrahim, Anwar. Hukum Alkohol. Jakarta : Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Nomor : 11 Tahun 2009 Tentang Hukum Alkohol, 2009.
Jabatan Kemajuan Islam Malaysia. Alkohol dalam Makanan, Minuman,
Pewangi dan Ubat-Ubatan. Malaysia : Jawatan Kuasa Fatwa Majlis
Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia No.14 Tahun
2011, 02.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. UU NO.33 Tahun 2014
Tentang Jamninan Produk Halal. Jakarta : Kemenhum, 17 Oktober
2014.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kebijakan Obat Nasional
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta : Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, Nomor.189/Menkes/SK/III/2006.
------------. Kebijakan Obat Nasional Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No.949,
2000.
------------. Peraturan Mentri Kesehatan Tentang Minuman Keras. Jakarta :
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
No.86/Menkes/Per/IV/1997.

139
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Kajian Kebijakan Cukai Etil
Alkohol dan Obat Batuk Sirup Mengandung Etil Alkohol Tahun 2014.
Jakarta : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, 2014.
------------. Kajian Kebijakan Cukai Alkohol dan Produk Mengandung
Alkohol Tahun 2014. Jakarta : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
2014.
Kettani, H. World Muslim Population. San Juan : Department of Electrical
and Computer Engineering and Computer Science Polytechnic
University Of Puerto Rico, 2010.
Majelis Ulama Indonesia. Daftar Produk Bersertifikat Halal. Jakarta : Tim
LPPOM MUI, Desember 2013.
-------------. Fatwa MUI Tentang Hukum Alkohol. Jakarta : Dewan Fatwa
MUI, Nomor.11, Tahun 2009.
-------------. Panduan Belanja Produk Halal, Daftar Produk Bersertifikat Halal
2013. Jakarta : MUI Publisher, 2013.
-------------. Panduan Umum Sistem Jaminan Halal LPPOM–MUI. Jakarta :
Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia, 2008.
-------------. Perkembangan Produk Halal Indonesia. Jakarta : LPPOM-MUI,
2010.
Meuthia. Inspeksi Produk Berlabel Halal. Makalah disampaikan pada acara
"Kuliah Umum Praktek Kerja Profesi Apoteker" di Gedung C lantai 4
Badan Pengwas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta : 02
April 2014.
Mohamad, Norizah. a Framework for The Development of Halal Food
Products in Malaysia. Jakarta : Proceedings of the 2014 International
Conference on Industrial Engineering and Operations Management, 7-
9 Januari, 2014.
Reusch, William. Alcohols, United Kingdom : Virtual Text of Organic
Chemistry, 2007.
T, A Hayati, Habibah, Anuar K, dan Jamaludin K R. Quality Assurance in
Halal Food Manufacturing in Malaysia : a Preliminary Study. Kuala
Lumpur : Proceedings of International Conference on Mechanical and
Manufacturing Engineering (ICME2008), 21-23 Mei 2008.
World Health Organitation. Global Information System on Alkohol and
Health (GISAH). New York : Global Health Observatory (GHO). 2
Juni 2010.
--------------. WHO Callaborative Project on Identification and Management
of Alcohol Related Problems in Primary Health Care. New York :
Document from Departement of Mental Health WHO, 2006.

140
Zain, Ahmad al-Najah. Hukum Mengonsumsi Obat yang Mengandung
Alkohol. Jakarta : Majalah Islam al-Risālah, Edisi 119, Mei 2011.

Daftar Pustaka dari Laman :


Ali, Mahrus. Alkohol Dalam Obat Batuk. Lirboyo : Lajnat Bahts al-Masāil,
19 Juni, 2011. http://www.lirboyo.net/badan-otonom-pondok-
pesantren-lirboyo/lajnah-bahtsul-masail/.
Association Researches for The Inspection and Certification of Food and
Supplies. Kaşer sınır üründeki alkol kullanımı. Istambul : Halal
Cerfication Turki Tahun 2005, 01.
http://www.halalcertificationturkey.com/en/2013/04/contained-
alcohol-expression-will-be-on-the-label-anymore/.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Data Base Registrasi Obat Dan Obat
Tradinasional. Jakarta : Direktorat Registrasi Obat dan Obat
Tradinasional BPOM, 19 November, 2014.
http://www.pom.go.id/webreg/index.php/home/produk/7d5c6bc6b3a4
aab1573e6a494ac136ce/01.
-------------. Temuan Pangan dan Kosmetika Ilegal Hasil Pemeriksaan Tim
Penyidik Direktorat Kepolisian Perairan Baharkam Polri. Jakarta :
Direktorat Kepolisian Perairan (POLAIR) Badan Pemelihara
Keamanan (BAHARKAM), 06 Juli, 2015.
http://www.pom.go.id/new/index.php/view/pers/257/SIARAN-PERS-
Balai-Besar-POM-di-Lampung-Musnahkan-Lebih-Dari-1-5-Milyar-
Produk-Ilegal.html.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Selatan. Daftar Rumah Sakit di
Tangerang Selatan. Tangerang Selatan : Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan, 12 Januari 2015. dinkes-tangsel.com. `
Halal Guide. Alkohol dalam Obat Batuk. Jakarta : Halal Corner, Agustus,
2012. http://www.myhalalcorner.com/alkohol-dalam-obat-batuk/.
Julheri, Muhamad. DPR Setujui Pengesahan RUU Jaminan Produk Halal.
Palembang : Sumatra Ekspres, 25 September 2015.
http://www.sumeks.co.id/sumeks/beritautama/nasional/28469-dpr-
setujui-pengesahan-ruu-jaminan-produk-halal.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kamus Kefarmasian Online.
Jakarta : Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
http://binfar.kemkes.go.id/kamus/.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Kuota Impor Obat Batuk
Sirup Beralkohol. Jakarta : Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Kementerian Perdagangan, 4 April 2014.

141
http://finance.detik.com/read/2014/05/16/140212/2583936/4/tahun-
ini-jatah-kuota-impor-obat batuk sirup-beralkohol-berkurang-7.
------------. 95% Obat Batuk Sirup Beralkohol Impor Illegal. Jakarta : Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, 29
November, 2014.
http://mirror.unpad.ac.id/koran/bisnis/2010-11-29/bisnis_2010-11
29_006.pdf .
Majelis Ulama Indonesia. Lima Puluh Empat Persen Makanan yang Beredar
di Pasaran Tidak Halal. Jakarta : embaga Pengkajian Pangan, Obat,
Makanan dan Kosmetika (LPPOM) MUI, 05 Juni, 2015.
http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/8/1412/
30/1.
Muhamad Iqbal. Sempat Tarik Menarik, DPR Akhirnya Sahkan UU Jaminan
Produk Halal. Jakarta : Detik News, 25 September 2014. 01.
http://news.detik.com/read/2014/09/25/125711/2700961/10/sempat-
tarik-menarik-dpr-akhirnya-sahkan-uu-jaminan-produk-halal,
Muhammad, Kartono. Menggugat Status Halal Obat Beralkohol. Jakarta :
Republika Online, 28 November 2008.
http://www.republika.co.id/berita/shortlink/17090.
Majelis Ulama Indonesia. LPPOM MUI Pelopor Standar Halal & Pendiri
Dewan Pangan Halal Dunia. Jakarta : Lembaga Pengkajian Pangan
Obat obatan dan Kosmetika Majelis Ulama, Desember, 2011.
http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/go_to_section/2/31
/page.
MIMS Indonesia. Drug A To Z. Jakarta : MIMS Online, Drugs Brand and
Generic. 19 November, 2014.
http://www.mims.com/Indonesia/Browse/Alphabet/A?cat=drug
MIMS USA, Drug Information. New York : MIMS Online : Drug
Information, 19 November, 2014.
http://www.mims.com/USA/drug/
Pandji, Chilwan. Alkohol Dalam Obat Batuk. Jakarta : Halal Corner News,
29 Agustus 2012).
http://www.myhalalcorner.com/alkohol-dalam-obat-batuk/.
PT. Deltomed Lab, 100% Herbal (Jakarta : OB Herbal Online, 2012).
http://www.ob-herbal.com/herbal.
Ratna, Nur. Rahasia x Terkuak, ini Resepnya. Jakarta : Republika Online, 24
Maret, 2013.

142
file:///E:/LA%20tansa%20LIBrRY/KULIAH%20S2/thesis%20peneta
pan%20kadar%20alkohol%20dalam%20obatbatuksirup/coca%20cola
%20dan%20MUI/Rahasia%20Coca%20Cola%20Terkuak,%20Ini%20
Resepnya.htm.
Reviyanto, Dhemas. Ada Petinggi MUI di Balik Patgulipat Label Halal.
Jakarta : Tempo, 24 Februari, 2014.
http://www.tempo.co/read/news/2014/02/24/173556947/Ada-
Petinggi-MUI-di-Balik-Patgulipat-Label-Halal.
Syarif. Alkohol dalam Obat Batuk. Jakarta : Halal Health, 27 April 2008.
http.//halalsehat.com.
Siraj, Said Aqil. PBNU Luncurkan Badan Halal NU. Cirbon : NU Online, 06
Februari 2013.
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,42342-
lang,id-c,nasional-t,PBNU+Luncurkan+Badan+Halal-.phpx.
World Health Organitation. Alcohol. New York : WHO, 21 Maret 2007, 01.
http://www.who.int/substance_abuse/facts/alcohol/en/.
World Health Organitation Drug Information. New York : WHO, 21 Maret,
2007.
http://hinfo.humaninfo.ro/gsdl/whdruginfo/.http://www.who.int/gho/al
kohol/en/.
Word Health Organitation. Global Information System on Alkohol and
Health (GISAH). New York : Global Health Observatory, 2 Juni 2010.
http://www.who.int/gho/alkohol/en/.
World Halal Council. do Energy Drinks Really Provide us with Energy?.
Jakarta : World Halal Food Council Tahun 2012.
(http://www.worldhalalcouncil.com/do-energy-drinks-really-provide-
us-with-energy.html.

143
144
Lampiran 1
Waktu Larut Obat Liquid Herbal dan Non Herbal

Nama Obat (Sampel) Identitas Waktu Larut (Detik)


Obat Liquid Herbal A 58
B 52
C 58
D 55
E 56
F 57
G 58
H 53
I 56
J 57
K 57
L 54
M 55
N 55
O 54
P 56
Ʃ 52
Obat Liquid Non Herbal A 47
B 45
C 48
D 42
E 44
F 46
G 45
H 47
I 41
J 47
K 46
L 44
M 45
N 43
O 45
P 46
Ʃ 45

145
Lampiran 2
Kromatogram λ Maksimum Etanol

Pengukuran Panjang Kromatogram


ke- Gelombang
1 221

2 223

3 220

146
Lampiran 3
Hasil Uji Kesesuaian Sistem

Senyawa Parameter Persyaratan Nilai Pengukuran ke 1-6

Etanol Plat Teoritis (N) ≥ 25.000 31.347

31.822

32.003

31.852

32.104

32.118

Ʃ 31.874

Asimetris ≤ 2,5 2,31

2,33

2,30

2,29

2,27

2,32

Ʃ 2,30

Faktor Kapasitas 1-10 1,22

1,32

1,20

1,28

1,23

1,21

147
Ʃ 1,24

Waktu Retensi - 2,77


(Menit)
2,75

2,80

2,81

2,80

2,75

Ʃ 2,78

HETP - 0,0145

0,0132

0,0151

0,0124

0,0134

0,0140

Ʃ 0,0137

Luas Area (AUC) - 22910

22791

22968

22829

22847

22936

Ʃ 22880

RSD (%) ≤2 0,15

148
Lampiran 4
Surat Izin Analisis di Laboratorium Produk Halal Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Lampiran 5

149
Surat Izin Analisis di Laboratorium Forensik Markas Besar Kepolisian Republik
Indonesia

Lampiran 6

150
Surat Hasil Uji Laboratorium di PT. Saraswati Indo Genetech

151
152
INDEKS

A
Antihistamin : 4, 98, 99, 104 Absorpsi : 98, 106, 108

Antiinflamasi : 6, 115 Adiktif : 34

Antimikroba : 115 Afinitas : 47, 107

Antioksidan : 100 Akurasi :` 19, 21, 63, 65

Antiperetik : 5, 98, 99, 104 ALDH1 : 106, 107

Antiseptik : 6, 107, 115 ALDH2 : 106, 107

Antispasmodik : 6, 115 Alkali : 70, 100

Antitusif : 98, 99 Alkohol : 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,


14, 15, 16, 17, 20, 21, 22,
Aritmia : 106 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,
30, 31, 32, 33, 34, 35, 36,
Asetat : 106, 107, 109
37, 38, 39, 40, 41, 42, 43,
Asetildehida : 106, 110 44, 45, 46, 47, 70, 77, 93,
94, 95, 96, 99, 104, 105,
Asimetris : 19, 53
109, 118
Asidifikasi : 106, 110
Al-Kitab : 36
Asimtomatik : 111
Al-Qur'an : 26, 36, 37, 38, 76, 92,
Asam : 47, 96, 97, 100, 102, 95, 98
107, 109, 110, 111
Amaranth : 101
Asam Benzoat : 102
Ambroxsol : 99
Asam Askorbat : 100
Amonium : 110
Asam Lemak : 97, 107
Analit : 19, 60
Aspirin : 98
Ammonium : 4, 5, 104, 106
Asam Sitrat : 100, 102
Analogi : 32
Atsār : 71, 72, 76, 81, 89
Anemia : 111
B Antibakteri : 6, 105
Bacillus : 113 Anticoplocking : 100
Bakterisida : 107

351
D Barbiturat : 102

Dispersi : 96 Bakteri : 107

Dorminasi : 108 Botol Kedap : 99


Bromhexine : 46, 99
E
Bronkodilator : 4, 104
Edema : 109
Ekspor : 12 C
Ekpektoran : 4, 114 Camphene : 115

Eliksir : 35, 36, 99, 100, 101, Cendawan : 101, 102


102, 103, 104, 105 Cetyl Alcohol : 9
Elktrolit : 111 Cinnamate : 115
Eksipien : 7, 100 Citrus : 6, 112
Eksitasi : 106 Citral : 115
Ekstrak : 3, 6, 112, 114, 116 Culture : 116
Ekstraksi : 3, 6, 92, 95, 114, 116 Crushing : 47
Eliminasi : 107 Citrus Red : 101
Empiris : 9, 14 Ḍarār : 118
Enterobacter : 110 Defisiensi : 111
Enzim : 104 Dehidrasi : 114
Ephedrine : 4, 5, 101 Dekstrometorfan : 99
Eritrosit : 108 Desinfektan : 95, 107
Etanol : 5, 6, 9, 17, 18, 19, 20, Destilasi : 22, 93, 114, 115, 46
21, 23, 34, 35, 46, 49, 50,
51, 52, 53, 54, 57, 58, 59, Digesti : 6, 114
60, 62, 65, 66, 67, 91, 92,
Difesiensi : 111
93, 96, 97, 99, 100, 101,
102, 103, 104, 105, 106, Dilatasi : 109
107, 108, 109, 114, 115,
116 Distribusi : 30, 41, 115

Euforia : 109 Disfusi : 106

351
Halal :1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, F
11, 11, 12, 13, 14, 16, 17,
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, Fāsid : 32
27, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
Fenilefrin : 96
36, 41, 44, 45, 46, 48, 67,
68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, Feniramin : 96
75, 77, 78, 79, 81, 83, 84,
86, 89, 90, 101, 102, Fermentasi : 22, 23, 28, 29, 30,31,
48, 67, 74, 90, 91, 92
109, 113, 114, 115, 116.
Fenol : 99
Haram : 1, 2, 3, 7, 8, 9, 14, 17,
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, Fisiologi : 35, 46
27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,
34, 41, 44, 45, 48, 67, 68, Flavonoid : 110
69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, Fluiditas : 108
76, 77, 78, 79, 80, 81, 82,
83, 84, 85, 89, 90, 101, Formulasi : 99, 101, 102
102, 115, 116.
Fosfat : 91, 108
Hematoma : 106
Fraksi : 112
Hepar : 108
Fragmentasi : 50
Hepatosit : 107
Fungistik : 100
Hidroalkohol : 93, 96
G
Hipertensi : 103
Gas Chromatography : 50, 55, 60, 62
Hiperaktivitas : 103
Garam Sorbat : 99
Hidroksi : 100
Gliseril : 46
Hiperlipidema : 108
Glukosa : 91, 92
Hipogonadisme : 108
Glikolisis : 91
Hipoksia : 106
Glycyrrhiza : 4, 5, 101, 102
Hipotalamus : 106, 107
Green S : 101, 102
Histamin : 4, 95, 96, 101, 107
Guafenesin : 96
Homogen : 20, 61, 62, 95, 96, 97
H
Hormon : 107, 108
Ḥad : 69, 70, 73, 75
Hormon : 108

355
Kanvas : 111 Ḥujjat : 31, 79, 83, 88, 89
Kapang : 110, 111 HIV : 104
Karotenoid : 110 Humektan : 113
Karbohidrat : 104 I
Karbondioksida : 92 Ijma֙ : 31, 74, 81, 89
Katalisa : 98 Illat : 5, 16, 31, 32, 45, 47, 84,
KCL : 95 115

Kelenjar : 106,108 Implus Listrik : 105

Khabīts : 23, 25, 26 Impotensi : 42

Kloroform : 32, 33 Incubator : 113

Koagulasi : 104, 105 Inert : 94, 97

Kromatogram : 16, 20, 51, 52, 55, 58, Inhibisi : 103


60. 62, 65, 66 Insomnia : 103
Kompleks : 46 Istiḥālat : 90
Kokain : 96 Istiḥlak : 27
Kolaps : 109 Iskār : 28, 34
Koma : 107, 109 Irritabilitas : 103
Konsentrasi : 17, 18, 19, 20, 27, 37,
38, 39, 43, 44, 45, 50, 51,
J
52, 53, 54, 55, 57, 58, 59, Jamur : 99, 100, 104
60, 90, 97, 98, 99, 100,
103, 104, 106, 108, 109 Janin : 103

Kontrasepsi : 36 Jasad Renik : 92, 98

Korteks : 110 Juice : 99

Kristal : `100 K
Kromatogram : 51, 52, 55, 58, 60, 62, Kadar Air : 109, 110, 113
65, 66
Kadar Abu : 113
Kuantitasi : 19, 55, 57
Kaempferiae : 6, 109, 112
Kuinon : 110

351
Mansūkh : 78 Kurkuminoid : 110
Mauqūf : 78, 88 L
Maserasi : 6, 93, 111 Label : 4, 5, 8, 9, 11, 13, 14, 16,
Medium : 98 101, 102, 109

Medulla : 105 Laktat : 106

Membran : 105, 108 Larutan Induk : 17, 20, 51, 51, 53

Menstilulasi : 107 Lemak : 94, 104, 107

Menthe Oil : 112 Lemon Spirit : 99

Menara : 112 Licorice : 109, 112

Menthol : 112 Limonen : 112

Metabolit : 109, 110, 112 Limonene : 112

Menthae Folia : 109, 110 Linalool : 112

Metabolisme : 104, 106, 107, 108 Linieritas : 19, 54, 55

Metanol : 3, 6, 23, 91, 103 Lipoprotein : 108

Metil Paraben : 99, 100 Liquid : 4, 5, 14, 49, 92, 95, 101,
109
Metil : 100
Liquorice : 112
Micrococcus : 110
Liquiritin : 112
Mikroba : 45, 99, 110, 112
Liquiritigenin : 112
Mikrotubulus : 107
Lisamin Hijau : 98
Minyak Atsiri : 112
M
Mioglobinuria : 108
Magnesium : 111
Miopatia : 108
Maghāfir : 82
Mitokondria : 107
Maf ͑ūl : 24
Mubah : 26
Ma֙ fū : 85, 90
Muḍarāt : 28
Maltosa : 113
Mudallis : 88
Ma ͑lūl : 83
Mukosa : 104

351
111, 112, 113, 114, 115, Mu ͑tamad : 74, 87
116.
Muskarinik : 103
Otot : 94, 103, 104, 106, 108,
Mukolitik : 95, 96
109
Myristicin : 112
Osmolalitas : 107
Myristicae : 109, 112
Oven Vakum : 111

P N
Nabīdh : 22, 28, 60, 70, 71, 73,
Paracetamol : 4, 5, 7, 16, 101, 102,
79, 81, 82, 83, 84, 85, 86,
103
88, 89
Partikel : 93
NAD+ : 91, 104
Pankreas : 106, 108
Na EDTA : 98
Patologi : 35
NaOH : 91, 95
Patogen : 106
Natrium Sitrat : 99
Perkolasi : 93
Nanosuspensi : 7
Presisi : 19, 60, 61
Naṣh : 84
Pengkelat : 97
Neuron : 105
Pepsin : 107
Neurohumoral : 108
Pengepakan : 110, 111
Nilai Kd : 100
Pendapar : 97
Noskapin : 96
Pentadecane : 112
O
Perfusi : 103
Obat : 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
pH : 97, 100 13, 14, 15, 16, 17, 20, 21,
Pinene : 112 22, 23, 27, 28, 29, 30, 31,
32, 33, 34, 35, 36, 37, 41,
Pilot : 113 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50,
62, 63, 64, 65, 66, 67, 68,
Plasma : 103
69, 70, 71, 72, 76, 89, 90,
Plasebo : 37 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97,
98, 99, 100, 101, 102,
Plat Teoritis : 18, 51
106, 107, 108, 109, 110,
Posphat : 97

351
Sirup : 9, 16, 45, 96, 97, 98, 99, Poliol : 99
100, 101,102, 116
Prekursor : 108
Sitosol : 104
Preparasi : 17, 21, 50
Sintesis : 91, 107
Protozoa : 105
Sirosis : 107
P-Cymol : 112
Skrining : 112
Q
Sodium : 97
Qiyas : 27, 32
Solid : 92, 94, 95, 96
R
Solut : 91, 92, 99
Rājiḥ : 89
Sorbitol : 97, 99, 100
Recovery : 20, 57, 58, 59, 60
Sortasi : 110, 111
Relaksasi : 112
Soxhletasi : 111
Refluks : 111
Spektrum : 99, 100
Reproduksi : 105
Spora : 104
Rhizom : 109, 112
Splenomegalia : 108
Rijs : 27
Sterilisasi : 90, 92
Rukhṣat : 88
Streptococcus : 110
Retensi : 51, 65, 66
Stainless : 110
Streptomisin : 99 S
Surfaktan :6 Saccharomyces : 92

Sukrosa : 93, 98, 113 Sawar Uri : 103

Syaraf : 109 Sedasi : 103

T Sekresi : 94, 101, 108


Selaput : 94, 101
Tartrazin : 98
Shubhāt : 5, 6, 101
Thymi Herba : 109, 112
Simplisia : 94, 109, 110, 111, 112
Tabdhīr : 81
Sirkulasi : 104, 105
Takhayul : 41

351
Zingiberene : 112 Ṭayyib : 9, 13, 23, 24, 25, 26,
115
Zingiberol : 112
Testosteron : 118
1,8-Cineole : 112
Terpenoid : 112
ß-Phellandrene : 112
Thymol : 112
Thymine : 112
Thymus : 112
Tinitus : 103
Toksik : 92, 97, 99, 108
Tremor : 103
Trigliserida : 104
Transpor : 105
Trombosit : 108

U
Usus : 103

V
Vakum : 111
Validasi : 19, 20, 21, 49, 57, 59,
60,62
Vasokontriksi : 106
Virus : 104, 105
Viskositas : 100
Volatile : 7, 18

Y
Yellow No.5 : 98

Z
Zingiberis : 109, 112

311
GLOSSARI

Absorpsi :Suatu fenomena fisik atau kimiawi atau suatu proses


sewaktu atom, molekul, atau ion memasuki suatu fase
limbak (bulk) lain yang bisa berupa gas, cairan, atau pun
padatan. Proses ini berbeda dengan adsorpsi karena
pengikatan molekul dilakukan melalui volume dan bukan
permukaan.
Adsorpsi :Proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun
gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penjerap,
adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis
atau film (zat terjerap, adsorbat) pada permukaannya.
Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan
fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu
larutan.
Agitanda :Adalah campuran di mana konstituen mengandung zat
padat yang tidak dapat larut.
Amaranth :Zat warna sintetis berwarna merah yang larut dalam air.
Amonium :Senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini
didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut
bau amonia).
Antibakteri :Zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan
mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme
mikroba yang merugikan. Mikroorganisme dapat
menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan
menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan.
Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang
digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
Anticoplocking Agent :Digunakan untuk kristalisasi gula di cap botol atau
mencegah larutan menempel pada tutup botol wadah
penyimpanan.
Antihistamin :Zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek
histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor –
histamin (penghambatan saingan).

161
Antiinflamasi :Obat-obatan yang mengurangi tanda-tanda dan gejala
peradangan yang disebabkan bukan karena
mikroorganisme (non infeksi).
Antimikroba :Zat yang mampu membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. khususnya yang merugikan
manusia,terbatas yang bukan parasit diantaranya
antibiotika, antiseptika, khemoterapeutika, preservative.
Antioksidan :Senyawa atau zat yang dapat menghambat, menunda,
mencegah atau memperlambat reaksi oksidasi meskipun
dalam kosentrasi yang kecil. Senyawa antioksidan dapat di
temui dalam berbagai jenis bahan pangan dan dari hasil
sintetis reaksi kimia.
Antiperetik :Obat yang berkhasiat menurunkan suhu tubuh, dari suhu
yang tinggi mejadi kembali normal. Obat-obat antipiretik
juga menekan gejala-gejala yang biasanya menyertai
demam seperti mialgia, kedinginan, nyeri kepala, dan lain-
lain
Antiseptik :Senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan
yang hidup seperti pada permukaan kulit dan membran
mukosa. Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan
disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh
mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan
digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda
mati.
Antispasmodik :Obat yang digunakan untuk mengatasi kejang pada
saluran cerna yang mungkin disebabkan diare, gastritis,
tukak peptik dan sebagainya
Aritmia :Gangguan irama jantung, suatu kondisi di mana jantung
berdenyut tidak menentu. Irama jantung mungkin terlalu
cepat (takikardia), terlalu lambat (bradikardia) atau tidak
teratur. Beberapa aritmia, seperti fibrilasi ventrikel, dapat
menyebabkan serangan jantung jika tidak segera diobati.
Aromatic :Adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak
mudah menguap.
Bacillus :Bakteri berbentuk batang, bertanggung jawab atas difteri,
tetanus, disentri, TBC serta penyakit lainnya.

161
Bakteriostatik :Istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu zat
yang menghentikan pertumbuhan bakteri (seperti
antibiotik).
Bakterisida :Sering disebut bakteriosida atau disingkat bside
merupakan bahan atau substansi yang dapat membunuh
bakteri. Bakterisida yang umum dikenal berupa
disinfektan, antibiotik, atau antiseptik.
Barbiturat :Sekelompok obat penenang yang mengurangi aktivitas di
otak; menimbulkan kecanduan dan kemungkinan fatal
ketika diambil bersamaan dengan alkohol. Barbiturat
terutama digunakan untuk sedasi ringan, anestesi umum,
dan sebagai pengobatan untuk beberapa jenis epilepsi.
Bakteri Vegetatif :Merupakan jenis bakteri yang mereproduksi secara
aseksual (tanpa adanya peleburan sel kelamin jantan dan
betina). Reproduksi vegetatif bisa terjadi secara alami
maupun buatan. Pada hewan alami bisa m embelah diri
yaitu, perkembangbiakan dengan membelah diri biasanya
terjadi pada hewan tingkat rendah, bersel satu/protoza,
misalnya : amoeba dan paramaecium. Pembelahan diri
biner jika terjadi pembelahan individu menjadi 2 individu
baru, dan disebut pembelahan diri multipel
(perkembangbiakan dengan spora) jika pembelahan
individu menjadi banyak individu, misalnya: plasmanium
Bronkodilator :Sebuah substansi yang dapat memperlebar luas
permukaan bronkus dan bronkiolus pada paru-paru, dan
membuat kapasitas serapan oksigen paru-paru meningkat.
Senyawa bronkolidator dapat tersedia secara alami dari
dalam tubuh, maupun didapat melalui asupan obat-obatan
dari luar.
Candida :Spesies cendawan patogen dari golongan deuteromycota.
Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi
oportunistik yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa,
dan organ dalam manusia. Beberapa karakteristik dari
spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau
sferis dengan diameter 3-5 µm dan dapat memproduksi
pseudohifa. Spesies C. albicans memiliki dua jenis
morfologi, yaitu bentuk seperti khamir dan bentuk hifa.
Selain itu, fenotipe atau penampakan mikroorganisme ini
juga dapat berubah dari berwarna putih dan rata menjadi

161
kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran,
bentuk seperti topi, dan tidak tembus cahaya. Cendawan
ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang
dan melakukan kolonisasi
Cendawan :Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak
mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof.
Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa.
Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang
disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara
vegetatif ada juga dengan cara generatif. Jamur menyerap
zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya
untuk memperoleh makanannya.
Cream :Adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental,
mengandung air tidak kurang dari 60%, dengan dua tipe
yaitu minyak-air dan air-minyak, biasanya mudah kering
dan rusak.
Defisiensi :Defisiensi atau kekurangan gizi adalah suatu keadaan
yang diakibatkan oleh kurangnya asupan zat gizi dari
makanan sehingga berdampak pada timbulnya masalah
kesehatan. Defisiensi adalah bagian dari kejadian
malnutrisi. Malnutrisi sendiri terdiri atas defisiensi atau
kelebihan dan kekurangan gizi. Defisiensi zat gizi meliputi
defisiensi zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak)
dan defisiensi zat gizi mikro (vitamin dan mineral).
Dekongestan :Obat yang menyusutkan selaput hidung yang
membengkak dan membuatnya lebih mudah untuk
bernapas. Dekongestan dapat diambil secara oral atau
dengan semprot hidung.
Dekstrometorfan :Obat yang secara kimiawi mirip dengan kodein dan
bertindak pada otak untuk menekan batuk, namun tidak
memiliki sifat menghilangkan rasa sakit dan adiktif
kodein.
Depresi :Gangguan mental umum yang ditandai dengan kesedihan,
kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah,
kesulitan berkonsentrasi, tidur terganggu, nafsu makan
berubah dan energi rendah. Masalah ini dapat menjadi
kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan besar
dalam kemampuan seseorang untuk menjalankan tanggung

161
jawab sehari-hari. Pada kasus yang parah, depresi dapat
menyebabkan bunuh diri.
Desinfektan :Bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk
membasmi kuman penyakit. Pengertian lain dari
disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan
memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang
terpapar secara langsung oleh disinfektan. Disinfektan
tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu
membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam celah
atau cemaran mineral. Selain itu disinfektan tidak dapat
membunuh spora bakteri sehingga dibutuhkan metode lain
seperti sterilisasi dengan autoklaf.
Destilasi :Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode
pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan
atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap,
dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam
bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai
unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan,
masing-masing komponen akan menguap pada titik
didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum
Raoult dan Hukum Dalton
Digesti :Merupakan maserasi secara panas dan kinetik yaitu
dengan pengadukan secara kontinu pada suhu 40-50°C.
Dilatasi :Pelebaran atau peregangan struktur tubular. Contoh
dilatasi adalah pembukaan serviks dalam proses
melahirkan (parturisi) atau dilatasi pembuluh darah oleh
obat-obatan yang bekerja untuk menurunkan tekanan
darah.
Dispersi :Sistem dimana suatu zat tersebar merata (fase terdispersi)
di dalam zat lain (fase pendispersi atau medium). Atau
dispersi pangan adalah sistem pangan yang terdiri dari satu
atau lebih fase terdispersi atau fase diskontinyu dalam
suatu fase kontinyu. Larutan adalah keadaan dimana zat
terlarut (molekul, atom, ion) terdispersi secara homogen
dalam zat pelarut. Larutan bersifat stabil dan tak dapat

161
disaring. Diameter partikel zat terlarut lebih kecil dari 10-
7 cm. Contoh : larutan
E.Coli :Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah
satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada
umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor
Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia.
Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa,
seperti E. Coli tipe O157 : H7, dapat mengakibatkan
keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare
berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama
verotoksin. Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan
satu basa adenin dari unit 28S rRNA, sehingga
menghentikan sintesis protein. Sumber bakteri ini
contohnya adalah daging yang belum masak, seperti
daging hamburger yang belum matan.g
Edema :Istilah yang digunakan untuk merujuk pada kondisi
bengkak pada jaringan lunak seperti kulit. Dalam dunia
kedokteran edema adalah salah satu gejala yang sering
dijumpai. Banyak penyakit yang dapat menyebabkan
edema, mulai dari yang ringan seperti alergi kulit dan
gigitan serangga hingga yang berat seperti gagal jantung
dan gagal ginjal.
Ekpektoran :Obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari
saluran pernafasan. Ekspektoran bekerja dengan cara
merangsang selaput lendir lambung dan selanjutnya secara
refleks memicu pengeluaran lendir saluran nafas sehingga
menurunkan tingkat kekentalan dan mempermudah
pengeluaran dahak. Obat ini juga merangsang terjadinya
batuk supaya terjadi pengeluaran dahak.Yang termasuk ke
dalam golongan obat ini adalah Glyceril Guaiacolate,
Ammonium Klorida, Succus liquiritae dan lain-lain.
Eliksir :Sedian berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau
sedap, selain obat juga mengandung zat tambahan seperti
gula atau zat pemanis lainnya, zat warna, zat pewangi, dan
zat pengawet; digunakan sebagai obat dalam. Pelarut
utamanya adalah etanol (mempertinggi kelarutan obat)
selain itu dapat ditambahkan; gliserol, sorbitol,
propillenglikol; sebagai pengganti gula dapat digunakan
sirop gula.

166
Eksipien :Bahan yang tidak aktif yang dibuat bersamaan dengan
bahan aktif dari suatu obat-obatan yang bertujuan untuk
meningkatkan volume (bulking up) bahan aktif tersebut.
Eksipien disebut juga dengan pelarut (diluent) atau
"pengisi" (filler). Dengan meningkatkan volume obat
tanpa menambah dosis bahan aktifnya memungkinkan
obat untuk dikonsumsi lebih mudah. Eksipien tertentu
juga berfungsi untuk melarutkan bahan aktif obat yang
sukar untuk dilarutkan sehingga mempermudah
penyerapan di dalam tubuh. Fungsi lainnya dari eksipien
yaitu mempermudah penanganan obat (terutama jika
bahan aktif sukar untuk mengalir atau bersifat lengket
terhadap kemasan atau mesin pembuat obat),
meningkatkan ketahanan terhadap perubahan temperatur
lingkungan sehingga mencegah denaturasi, dan
memperpanjang usia simpan. Jenis eksipien sangat
tergantung dengan jenis bahan aktifnya dan cara obat
dikonsumsi.
Eksitasi :Stadium eksitasi, dimana pada stadium ini penderita
menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap ada
rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara
(aerofobia), ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan
ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat
adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses
menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang terjadi pada
penderita rabies terutama karena adanya rasa sakit yang
luar biasa di kala berusaha menelan air
Ekstrak :Zat yang dihasilkan dari ekstraksi bahan mentah secara
kimiawi. Senyawa kimia yang diekstrak meliputi senyawa
aromatik, minyak atsiri, ester, dan sebagainya yang
kemudian menjadi bahan baku proses industri atau
digunakan secara langsung oleh masyarakat. Contoh bahan
baku yang umumnya diekstrak yaitu daun mint, batang
kayu pinus (ekstraksi resin), kayu manis, jahe, lemon,
jeruk, vanilla, dan cengkeh.
Ekstraksi :Suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang
berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.

161
Eliminasi :Merupakan proses sekresi dan metabolisme obat didalam
tubuh manusia.
Elixir :Adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai
kosolven.
Emulsi :Adalah dua fase cairan dalam sistem dispersi (tetesan) di
mana fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dalam
merata dalam fase cairan lainnya. Terdapat emulsi O/W
adalah emulsi minyak dalam air dan emulsi W/O adalah
emulsi air dalam minyak.
Enema :Adalah larutan yang dimasukkan ke dalam rectum dan
colon, untuk merangsang pengeluaran kotoran (feses)
memberikan efek terapi lokal atau sistemik.
Enzim :Biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis
(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis
bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Molekul awal
yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya
menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk
yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat,
yang disebut promoter. Semua proses biologis sel
memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup
cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang
ditentukan oleh hormon sebagai promoter. Enzim bekerja
dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk
menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi
kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih
rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena
reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi
membutuhkan waktu lebih lama.
Eritrosit :Sel darah merah yang paling banyak terdapat dalam darah
manusia sehingga berwarna merah. Sel ini berfungsi
sebagai alat transportasi oksigen dan nutrisi keseluruh
tubuh. Komponen utama sel darah merah adalah
Hemoglobin yang terbentuk dari unsur besi dan mampu
mengikat oksigen. Hemoglobin inilah yang menyebabkan
eritrosit berwarna merah.
Etanol :C2H5OH

161
Disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut,
atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah
menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan
alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan
dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan
termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi
yang paling tua.
Etil Sinamat :Senyawa yang berfasa padat dan berukuran sangat kecil,
sehingga untuk memisahkannya dari tanaman kencur,
harus menggunakan teknik pemisahan ekstraksi padat-
cair.
Fermentasi :Proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi
adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi,
terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik
dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
First Pass Effect :Keadaan dimana beberapa obat yang dapat diambil oleh
hati secara efisien dan dimetabolisme secara cepat
sehingga jumlah obat yang mencapai sirkulasi sistemik
jauh berkurang dibanding jumlah obat yang diabsorbsi
masuk ke dalam vena portae.
Flavour :Perisa (bahasa Inggris: flavour) adalah kualitas dari
sesuatu yang memengaruhi rasa dan aroma yang biasanya
ditambahkan pada makanan atau minuman sehingga
menimbulkan rasa dan aroma yang enak dan lezat
Flavonoid :Senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya
tersebar di dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid
yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, namun
ada tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin,
flavonol, dan flavon. Antosianin (dari bahasa Yunani
anthos , bunga dan kyanos, biru-tua) adalah pigmen
berwarna yang umumnya terdapat di bunga berwarna
merah, ungu, dan biru . Pigmen ini juga terdapat di
berbagai bagian tumbuhan lain misalnya, buah tertentu,
batang, daun dan bahkan akar. Flavnoid sering terdapat di
sel epidermis. Sebagian besar flavonoid terhimpn di

161
vakuola sel tumbuhan walaupun tempat sintesisnya ada di
luar vakuola.
Fungistik :Istilah kimia yang bersifat menghambat pertumbuhan
cendawan tanpa mematikannya
Glikolisis :Berasal dari kata glukosa dan lisis (pemecahan), adalah
serangkaian reaksi biokimia di mana glukosa dioksidasi
menjadi molekul asam piruvat. Glikolisis adalah salah satu
proses metabolisme yang paling universal yang kita kenal,
dan terjadi (dengan berbagai variasi) di banyak jenis sel
dalam hampir seluruh bentuk organisme. Proses glikolisis
sendiri menghasilkan lebih sedikit energi per molekul
glukosa dibandingkan dengan oksidasi aerobik yang
sempurna. Energi yang dihasilkan disimpan dalam
senyawa organik berupa adenosine triphosphate atau yang
lebih umum dikenal dengan istilah ATP dan NADH.
Glycyrrhiza Succus :Ekstrak kering ini dibuat dari akar tumbuhan Glycyrriza
glabra. Berbentuk batang berbentuk silinder/bongkah
besar, licin agak mengkilap warna hitam, coklat tua, atau
serbuk berwarna coklat, bau khas lemah, rasa manis khas
dan berkhasiat sebagai obat batuk.
Guttae :Adalah sediaan cairan yang dipakai dengan cara
meneteskan, baik sebagai obat dalam maupun obat luar
dan harus homogen serta tidak boleh ada endapan,
beberapa jenis Guttae adalah Guttae Orisà untuk kumur-
kumur dan tidak untuk ditelan, biasanya diencerkan dulu
dengan air, Guttae auriculares atau tetes telinga biasanya
cairan pembawanya adalah bukan air, tapi lebih kental,
misalkan glycerin dan minyak propylenglikol. Kemudian
Guttae Nasales atau tetes hidung tidak boleh
menggunakan lemak atau minyak mineral sebagai cairan
pembawanya, selanjutnya Guttae Ophthalmic atau tetes
mata berupa larutan atau suspensi steril dan yang terakhir
adalah collyiria atau obat cuci mata tidak termasuk dalam
obat tetesan, tapi cara kerja dan komposisi serta cara
pembuatannya tidak berbeda dengan Guttae Ophthalmic,
hanya jumlahnya lebih banyak.
Grinding :Proses pengurangan ukuran partikel bahan dari bentuk
kasar menjadi ukuran yang lebih halus untuk
menyempurnakan proses mixing yaitu hasil pencampuran

111
yang merata dan menghindari segregasi partikel-partikel
bahan. Untuk itu yang namanya grinding adalah proses
pemecahan atau penggilingan.
Ḥad :Kata hudud (berasal dari bahasa arab) adalah jamak dari
kata had. Secara harfiah ada beberapa kemungkinan arti
antara lain batasan, siksaan, ketentuan atau hukum. Dalam
bahasan fiqh (hukum islam), had artinya ketentuan tentang
sanksi terhadap pelaku kejahatan, berupa siksaan fisik atau
moral, menurut syariat yaitu ketetapan Allah yang
terdapat di dalam al-qur’an, dan atau kenyataan yang
dilakukan oleh Rasulullah. Tindak kejahatan baik
dilakukan oleh seseorang atau kelompok, sengaja atau
tidak sengaja, dalam istilah fiqh disebut dengan jarimah.
Jarimah hudud berarti tindak kejahatan yang menjadikan
pelakunya dikenakan sanksi had . Atau dengan kata lain
jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan
hukuman had. Pengertian hukum had sebagaimana yang
dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah adalah
‫والحد هو العقوبة المقدرة حقا هلل تعالى‬
Hukuman had adalah hukuman yang telah ditentukan oleh
syara’ dan merupakan hak Allah.
Hidrofob :Hidrofob berarti bersifat tidak menyukai pelarut air
(hidrous = air ; phobia = benci).
Ḥujjat :Hujjah atau Hujjat (bahasa Arab : ‫ )الحجة‬adalah istilah
yang banyak digunakan di dalam Al-Qur'an dan literatur
Islam yang bermakna tanda, bukti, dalil, alasan atau
argumentasi. Sehingga kata kerja "berhujjah" diartikan
sebagai "memberikan alasan-alasan". Kadangkala kata
hujjah disinonimkan dengan kata burhan, yaitu
argumentasi yang valid, sehingga dihasilkan kesimpulan
yang dapat diyakini dan dipertanggungjawabkan akan
kebenarannya.
Humektan :Suatu bahan yang bersifat larut dalam air dan mempunyai
kemempuan tinggi menyerap air. Hmektan dapat
menyerap air dari sekeliling dan dari epidermis di bawah
lapisan korneum. Kemampuan humektan menyerap air
dari sekeliling hanya dapat dilakukan bila kelebaban
lingkungan sekitar mncapai 80%. Sebaiknya pemakaian

111
humektan dikombinasi denga emolien sehingga dapat
mencapai efek maksimal. Oleh karena humektan
mempunyai kemampuan menyerap air maka lapisan
korneum menjadi sedikit “bengkak”, perubahan ini akan
memberikan sensasi kulit yang halus tidak keriput.
Beberapa contoh humektan yang benyak digunakan adalah
Gliserin, Sorbitol, Sodium Hyaluronate, Urea, Propylene
Glycol, Hydroxy Acid.
Ijma֙ :Ijmak atau Ijma' (Arab : ‫ )إجماع‬adalah kesepakatan para
ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam
agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu
perkara yang terjadi.
͑Illat :Suatu sifat yang ada pada ashal (al-ashl) yang sifat itu
menjadi dasar untuk menetapkan hukum ashal (al-ashl)
serta untuk mengetahui hukum pada fara’ (al-far’) yang
belum ditetapkan hukumnya, seperti menghabiskan harta
anak yatim merupakan suatu sifat yang terdapat pada
perbuatan memakan harta anak yatim yang menjadi dasar
untuk menetapkan haramnya hukum menjual harta anak
yatim.
Irigasi :Adalah larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau
membersihkan luka terbuka atau rongga-rongga tubuh,
pemakaiannya secara topikal dan tidak boleh secara
parenteral.
Infusa :Adalah sedian air yang dibuat dengan mengektraksi
simplisia nabati dengan air suhu 90°C selama 15 menit,
yang mana ektraksinya dilakukan secara infundasi.
Injectiones : Adalah sediaan steril untuk penggunaan parental.
Istiḥālat :Merupakan perkataan daripada bahasa Arab yang secara
etimologinya berasal dari akar kata ) ‫ ) حال‬yang bererti
berubah .Manakala perkataan istihalah adalah kata
terbitan ‫ استحال – يستحيل – استحالة‬Ia seerti dengan perkataan
) ‫ )حال‬yang membawa maksud perubaha ( ‫ ) انقلب‬dan
pertukaran ( ‫) تغير‬.
Istiḥlak :Istihalah Ain dalam istilah fiqh bererti: Bertukar atau
berbalik hakikatnya, dengan ternafi setengah atau semua
pengertian asalnya. Pengertian teori fiqh ini; bahawa

111
bahan najis atau bahan haram, apabila berubah hakikatnya,
berubah ainnya kepada ain yang lain, berlainan pada nama,
ciri-ciri dan sifat asalnya, maka ia telah menjadi bersih dan
halal dicapai.
Iskār :Dalam bahasa Indonesia artinya memabukkan
Kaempferiae Rhizoma :Kencur, berasal dari keluarga Zingeberaceae,
mengandung zat berkhasiat seperti Alkaloida, minyak
atsiri yang mengandung sineol dan kamferin, mineral dan
pati. Dalam pengobatan digunakan sebagai
Ekspektoransia, diaforetika, karminativa, stimulansia,
roboransia. Bau khas aromatik, rasa pedas, hangat, agak
pahit, akhirnya menimbulkan rasa pedas
Kalium :Suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang K dan nomor atom 19. Kalium berbentuk logam
lunak berwarna putih keperakan dan termasuk golongan
alkali tanah. Secara alami, kalium ditemukan sebagai
senyawa dengan unsur lain dalam air laut atau mineral
lainnya. Kalium teroksidasi dengan sangat cepat dengan
udara, sangat reaktif terutama dalam air, dan secara
kimiawi memiliki sifat yang mirip dengan natrium. Dalam
bahasa Inggris, kalium disebut potassium.
Kapang :Kapang (Inggris: mold) merupakan anggota regnum Fungi
("Kerajaan" Jamur) yang biasanya tumbuh pada
permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama
tidak diolah. Sebagian besar kapang merupakan anggota
dari kelas Ascomycetes.
Karotenoid :Pigmen organik yang ditemukan dalam kloroplas dan
kromoplas tumbuhan dan kelompok organisme lainnya
seperti alga ("ganggang"), sejumlah bakteri (fotosintentik
maupun tidak), dan beberapa fungi (non-fotosintetik).
Karotenoid dapat diproduksi oleh semua organisme
tersebut dari lipid dan molekul-molekul penyusun
metabolit organik dasar. Organisme heterotrof
sepenuhnya, seperti hewan, juga memanfaatkan
karotenoid dan memperolehnya dari makanan yang
dikonsumsinya.
Khabīts :Berasal dari kata ‫ خبث – يخبث – خبيثا‬yang berarti segala
sesuatu yang buruk.

111
Kromatogram :Output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan.
Adanya puncak karakterisitik yang berbeda menunjukkan
adanya senyawa yang berbeda.
Larutan Induk :Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku biasanya
berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang
sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku.
Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau
kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet
volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer.
Limonen :Merupakan cairan hidrokarbon siklik yang
diklasifikasikan sebagai terpena dan tak memiliki warna.
Limonene diambil dari kata 'lemon' yang dikarenakan
limonene di dapat dari kulit jeruk lemon. Selain itu,
Limonene juga memiliki bau jeruk.
Linalool :Alkohol terpene yang melimpah di lavender, dan banyak
lainnya jenis bunga dan rempah-rempah. Linalool
memiliki aroma bunga yang menyenangkan, dan
mengajarkan banyak aroma khas lavender. Linalool juga
merupakan molekul prekursor untuk sintesis Vitamin E.
Linieritas :Sifat hubungan yang linear antar variabel, artinya setiap
perubahan yang terjadi pada satu variabel akan diikuti
perubahan dengan besaran yang sejajar pada variabel
lainnya.
Lipoprotein :Stukrur biokimia yang berisi protein dan lemak, yang
terikat pada protein, yang memungkinkan lemak untuk
bergerak melalui air pada bagian dalam dan di luar sel.
Protein berfungsi untuk mengemulsi lipid (jika tidak
disebut molekul lemak). Banyak enzim, transporter,
protein struktural, antigen, adenin, dan racun merupakan
lipoprotein. Contohnya termasuk lipoprotein densitas
tinggi (HDL) dan lipoprotein densitas rendah (LDL), yang
memungkinkan lemak untuk dibawa dalam aliran darah,
protein transmembran dari mitokondria dan kloroplas, dan
lipoprotein pada bakteri.
Liquid :Merupakan sedian farmasi berbentuk cair yang terdiri dari
Larutan, Suspensi dan Emulsi. Larutan adalah sediaan cair
yang mengandung satu atau lebih jenis obat dalam pelarut

111
(dengan zat pelarut yang sesuai) dan digunakan sebagai
obat dalam atau obat luar. Suspensi adalah sediaan cair
yang mengandung obat padat, tidak melarut dan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau
sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat
halus, dengan atau tanpa zat tambahan yang akan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang
ditetapkan. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung
dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak,
dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butiran-
butiran kecil dalam cairan yang lain.
Linimenta :Adalah sediaan cairan atau kental, mengandung
analgetikum, melemaskan otot atau menghangatkan,
ontohnya adalah Balsamun Peruvianum Oleum
Terebinthinae.
Lotio :Adalah larutan atau suspensi yang digunakan secara
topikal.
Mansūkh :Secara etimologi Nasakh dapat diartikan menghapus,
menghilangkan, yang memindahkan, menyalin, mengubah
dan menggganti. Sejalan dengan pengertian tersebut
Ahmad Syadali mengartikan Nasakh dengan 2 macam
yaitu : pertama ‫ االزلة‬: yang berarti hilangkan, hapuskan.
Definisi ini merujuk pada dialek orang Arab yang sering
berkata ‫( نسحت الشمس الظل‬Cahaya Matahari menghilangkan
bayang-bayang). Kedua ‫نقل الشيئ الى موضع‬.yaitu
memindahkan sesuatu dari satu tempat ketempat yang
lainnya. Difinisi ini juga merujuk pada QS.al-Jaziyah:29.
Mauqūf :Al-Mauquf berasal dari kata waqf yang berarti berhenti.
Seakan-akan perawi menghentikan sebuah hadits pada
shahabat. Hadits Mauquf menurut istilah adalah
“perkataan, atau perbuatan, atau taqrir yang disandarkan
kepada seorang shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam, baik yangbersambung sanadnya kepada Nabi
ataupun tidak bersambung.
Maserasi :Merupakan proses perendaman sampel menggunakan
pelarut organik pada temperatur ruangan. Proses ini sangat
menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena
dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi
pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan

111
tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit
sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna
karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan.
Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan
efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara umum
pelarut metanol merupakan pelarut yang banyak
digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan
alam karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit
sekunder
Menthe Oil :Merupakan sebuah genus yang terbagi menjadi 25 spesies.
Tanaman ini biasanya ditanam di Eropa, Asia, Afrika,
Australia, dan Amerika Utara. Cocok digunakan sebagai
daun mint, khususnya sebagai makanan, minuman, pasta
gigi, permen karet, dan permen.
Menthol :Senyawa kimia yang berasal dari alam dan merupakan
senyawa yang termasuk dalam kelompok terpenoid.
Menthae Folia :Daun Mint, tumbuhan yang satu ini memang sudah
terkenal dengan berbagai khasiatnya, antara lain
ekspektoran yang ampuh mengatasi batuk. Tidak hanya itu
saja, daun mint juga mengandung minyak atsiri yang akan
menstimulasi mukosa saluran sehingga meningkatkan atau
mengencerkan sekresi lendir. Hasilnya, daun mint akan
memberikan efek rasa dingin dan menurunkan tegangan
paru-paru sehingga memperbaiki aliran udara yang masuk
ke dalam paru-paru.
Metabolisme :Suatu proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh semua
makhluk hidup, proses ini merupakan pertukaran zat
ataupun suatu organism dengan lingkungannya.
Metabolisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metabole”
yang berarti perubahan, dapat kita katakana bahwa
makhluk hidup mendapat, mengolah dan mengubah suatu
zat melalui proses kimiawi untuk mempertahankan
hidupnya.
Mixture : Adalah larutan yang di dalamnya terdapat lebih dari satu
macam zat, yang dapat berupa campuran dari cairan
dengan zat padat atau cairan dengan cairan.

116
Mu ͑tamad :Dalam bahasa Indonesia artinya adalah tempat bersandar,
maksudnya dalam redaksi ini adalah para ulama yang
dijadikan tempat sandaran suatu hukum.
Muskarinik :Reseptor muskarinik asetilkolin adalah bagian dari
superfamili GPCR. Ada lima subtipe reseptor muskarinik
yaitu M1-M5. Reseptor ini merupakan target untuk
beberapa penyakit yaitu Alzheimer’s Disesase (AD) dan
skizoprenia. Penyakit Alzheimer yaitu penyakit
degeneratif progresif otak yang menyebabkan gangguan
berpikir dan mengingat yang serius.
Mukolitik :Jenis obat batuk berdahak yang bekerja dengan cara
membuat hancur formasi dahak sehingga dahak tidak lagi
memiliki sifat-sifat alaminya. Mukolitik bekerja dengan
cara menghancurkan benang-benang mukoprotein dan
mukopolisakarida dari dahak. Sebagai hasil akhir, dahak
tidak lagi bersifat kental dan dengan begitu tidak dapat
bertahan atau “nyangkut” di tenggorokan lagi seperti
sebelumnya. Membuat saluran nafas bebas dari dahak.
Myrcene :Salah satu monoterpnenes paling penting. Itu memiliki
bau yang menyenangkan, tetapi jarang digunakan
langsung. Hal ini lebih sangat dihargai sebagai kunci
menengah dalam produksi beberapa rasa dan aroma kimia
seperti mentol, citral, citronellol, citronellal, geraniol,
nerol, dan linalool.
Myristicae :Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa
pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Akibat
nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji
pala telah menjadi komoditi perdagangan yang penting
sejak masa Romawi. Pala disebut-sebut dalam
ensiklopedia karya Plinius "Si Tua". Semenjak zaman
eksplorasi Eropa pala tersebar luas di daerah tropika lain
seperti Mauritius dan Karibia (Grenada). Istilah pala juga
dipakai untuk biji pala yang diperdagangkan.
Nabīdh :Salah satu jenis minuman dari air rendaman kurma,
kismis, dsb dengan tujuan agar air tersebut menjadi manis
dan rasa manis hilang dari buah aslinya.
Occulenta :Adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan
menggunakan dasar salep yang cocok. Syarat-syarat

111
Occulenta yaitu homogen, tidak boleh mengandung bagian
yang kasar, bersih dan steril.
Pasta :Adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaiaan
topikal. Keuntungannya menyerap hasil-hasil sekresi dari
kulit, mengurangi rasa gatal dan memberikan perasaan
sejuk.
Rājiḥ :Makna rajih adalah 'yang terkuat', seperti ungkapan para
ahli Ushul Fiqh:
‫األصل في الكالم حقيقة‬
"Yang terkuat dari [kandungan] suatu ungkapan adalah arti
hakikatnya "
Maksudnya : Kalam atau ungkapan memiliki dua macam,
hakikat dan majaz/majas. Dalam memahami suatu kalam,
ungkapan hakikat lebih kuat dan diutamakan dibanding
majas.
Refluks :Salah satu metode dalam ilmu kimia untuk mensintesis
suatu senyawa, baik organik maupun anorganik.
Umumnya digunakan untuk mensistesis senyawa-senyawa
yang mudah menguap atau volatile.
Resisten :Resistensi obat adalah perlawanan yang terjadi ketika
bakteri, virus dan parasit lainnya secara bertahap
kehilangan kepekaan terhadap obat yang sebelumnya
membunuh mereka. Saat obat lebih banyak digunakan,
risiko resistensi obat meningkat karena kasus penggunaan
antibiotik yang tidak tepat atau putus obat meningkat.
Rhizom :Dalam botani, rimpang atau rizoma (bahasa Latin:
rhizoma) adalah modifikasi batang tumbuhan yang
tumbuhnya menjalar di bawah permukaan tanah dan dapat
menghasilkan tunas dan akar baru dari ruas-ruasnya. Suku
temu-temuan (Zingiberaceae) dan paku-pakuan
(Pteridophyta) merupakan contoh yang biasa dipakai
untuk kelompok tumbuhan yang memiliki organ ini.
Rijs :Dalam istilah ilmu fiqih yang berarti artinya adalah najis,
bisa juga diartikan sebagai suatu hal yang keji
sebagaimana terdapat dalam QS Al-Ma`idah : 90" “Wahai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)

111
khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah adalah perbuatan keji (rijsun) termasuk
perbuatan syaitan.”
Rukhṣat :Kata rukhsah (‫ )رخصة‬secara bahasa bermakna
“keringanan”, kata ini berasal dari kata kerja bentuk
lampau (fi’il madhi) yaitu rakhasa (‫ )ر ّخص‬yang bermakna
“telah menurunkan” atau “telah mengurangkan”. Para Ahli
Ushul Fikih mendefinisikan rukhshah dengan beberapa
definisi. As-Sarkhasi mendefinisikannya dengan sesuatu
yang dibolehkan karena udzur (alasan), tetapi dalil
diharamkannya adalah tetap. Syathibi berpendapat bahwa
rukhshah adalah sesuatu yang disyariatkan karena udzur
yang sulit, sebagai pengecualian dari hukum asli yang
umum, yang dilarang dengan hanya mencukupkan pada
saat-saat dibutuhkan. Sementara Imam Al-Ghazali
mendefinisikan rukhsah sebagai “sesuatu yang dibolehkan
kepada seseorang mukallaf untuk melakukannya karena
uzur”. Pengertian yang sama disebutkan Al-Baidhawi
mendefinisikan rukhsah sebagai “Hukum yang berlaku
yang tidak sesuai dengan dalil yang ada dikarenakan
adanya halangan (udzur)”
Saturasi :Adalah obat yang minumnya dibuat dengan jalan
mencampurkan suatu asam dengan karbonat, di mana
cairan dijenuhkan dengan CO2 (disebut dengan Potio
Effervesces), maka tekanan di dalam botol lebih tinggi dari
pada tekanan di luar.
Sapones :Adalah reaksi garam alkali dan asam lemak tinggi, di
mana konsistensinya tergantung dari basa yang digunakan
untuk menyabun, contohnya adalah Sapomedicatus
merupakan NaOH + Oleum Olivarum.
Spirit :Adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dari
zat yang mudah menguap.
Suspensi :Adalah sediaan cairan yang mengandung partikel padat
tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (cairan
pembawa), zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh
cepat mengendap dan dapat mengandung zat tambahan
untuk menjamin stabilitas suspensi, serta tidak boleh
terlalu kental agar sediaan mudah dikocok dan dituang.

111
Syrup :Adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula
dengan kadar tinggi.
Solutiones :Adalah larutan dari sebuah zat dalam suatu cairan dan
pelarut, dimana zat pelarutnya adalah air, bila bukan air
maka harus dijelaskan dalam namanya, misalnya adalah
Sol. Camphora Spirituosa.
Thymi Herbal :Spesies tanaman berbunga dalam keluarga mint
Lamiaceae, asli ke Eropa selatan dari Mediterania barat ke
Italia selatan. Tumbuh 15-30 cm (6-12 in) tinggi sebesar
40 cm (16 in) lebar, itu adalah lebat, berbasis kayu cemara
subshrub dengan kecil, sangat aromatik, daun abu-abu-
hijau dan kelompok bunga ungu atau merah muda di awal
musim panas. Merupakan salah satu jenis tanaman yang
sudah lama digunakan sebagai anti batuk. Efek utama
sebagai pengeluar dahak atau ekspektoran.
Tinctur :Adalah larutan mengandung etanol atau hidr alkohol
dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia yang
dibuat dengan cara Perkolasi atau Maserasi.
Unguenta :Adalah sediaan setengah padat dan mudah dioleskan
diatas kulit dan selaput lendir, contohnya adalah Adeps
Lanae dan Oleum Cocoa.
Volatile :Senyawa volatil merupakan senyawa yang mudah
menguap. Salah satu contoh senyawa vollatil adalah
kloroform. Kloroform merupakan senyawa yang memiliki
titik didih yaitu 60 oC oleh karenanya pemanasan harus
konstan dan dijaga
Wadah Tertutup Rapat :Harus melindungi isi terhadap masuknya bahan cair,
bahan padat atau uap dan mencegah kehilangan, merekat,
mencair, atau menguapnya bahan selama penanganan,
pengangkutan dan distribusi serta harus dapat ditutup
kembali.
Wadah tertutup baik :Harus dapat melindungi isi terhadap masuknya bahan
padat dan mencegah kehilangan bahan selama
penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi
Wadah tidak tembus cahaya : Harus dapat melindungi isi dari pengaruh cahaya,
dibuat dari bahan khusus (pembungkus yang buram) yang

111
mempunyai sifat menahan cahaya atau dengan melapisi
wadah tersebut.
Wadah tertutup kedap :Harus dapat mencegah tembusnya udara atau gas selama
penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.
Waktu Paruh :Waktu paruh (half-life) dari sejumlah bahan yang menjadi
subjek dari peluruhan eksponensial adalah waktu yang
dibutuhkan untuk jumlah tersebut berkurang menjadi
setengah dari nilai awal. Konsep ini banyak terjadi dalam
fisika, untuk mengukur peluruhan radioaktif dari zat-zat,
tetapi juga terjadi dalam banyak bidang lainnya. Tabel di
kanan menunjukan pengurangan jumlah dalam jumlah
waktu paruh yang terjadi.
Zingiberis Rhizoma :Dikenal dengan nama jahe, umumnya digunakan untuk
menghangatkan badan, meluruhkan keringat, mengatasi
perut kembung dan radang tenggorokan, menambah nafsu
makan. Jahe juga dapat mengurangi rasa sakit akibat
rematik karena mengandung gingerol dan shogaol yang
mampu menghambat pembentukan sikloksigenase dan
lipooksigenase sehinnga mediator terjadinya
pembengkakan (prostaglandin dan leukotrien) menurun.

111
111
CURRICULUM VITAE
Name Muhamad Ikhwan Lukmanudin
Place and Date of Birth Musi Banyuasin , 26 September 1991
Gender Male
Status Single
Religion Islam
Nationality Indonesian
Current Address Jl SD Inpres No 11, Pisangan Barat, Ciputat, South
Tanggerang, Banten. Zip code : 15419
Source Address No 74 RT 02 RW 02 Linggosari Kec.Sungai Lilin Kab.Musi
Banyuasin, South Sumatra. zip code : 30755
Phone 087808069161 or 085273202120
Email ikhwanln@yahoo.com
FORMAL EDUCATION
1996-1997 Kindergarten at Islamic School of At-Taqwa, South Sumatra
1997-2003 Elemetary School of Sungai Lilin, South Sumatra
2003-2006 Madrasah Tsanawiyah at Islamic School of Assalam al-Islami,
South Sumatra
2006-2009 Madrasah Aliyah at Islamic School of Assalam al-Islami, South
Sumatra
2009-2013 Bachelor of Pharmacy at Islamic State University Syarif
Hidayatullah, Jakarta
2010-2014 Bachelor of Hadith Science at Darussunah International
Institute, Jakarta
2013-2014 Propesional of Pharmacist (Apoteker) at National Institute of
Science and Technology, Jakarta
2013-Now Master of Analysis Halal Products at Islamic State University
Syarif Hidayatullah, Jakarta
NON FORMAL EDUCATION
2006-2008 Computer Courses at IHSA, South Sumatra
2003-2008 English Language Courses at ABC Plus, South Sumatra
2010-2014 English Language Courses at Darussunah, Jakarta
2003-2009 Arabic Language Course at Assalam, South Sumatra
2010-2014 Arabic Language Course at Darussunah, Jakarta
2014 French Language Courses at Islamic State University, Jakarta
2010 Journalism Course at IRMAFA, Jakarta
2010 First Aid Training at Islamic State University, Jakarta
2010 Takhrij Hadith Training at Darussunah, Jakarta
2009 Leadership Training at Plaza Twin Hotel Jakarta
2010 Leadership Training at Resimen Induk Kodam Jaya, Jakarta

183
WORK EXPERIENCE
(2011, 3 Months) Assistant Pharmacist at Regional Public Hospital of Sungai
Lilin, South Sumatra
(2013, 1 Month) Assistant Pharmacist at Army Republic Indonesia Hospital of
Mintohardjo, Jakarta
(2014, 3 Months) Pharmacist at Police Republic Indoneisa Hospital of
Dr.Sukanto, Jakarta
(2014, 3 Months) Pharmacist at Food and Drug Regulatory Agency Republic of
Indonesia
(2014, 3 Months) Pharmacist at Chemical Pharmacy Pharma (Ministry of State-
Owned Enterprise Republic of Indonesia)
(2010 - 2013) Pharmacist Social Work at Rempoa, Bogor, Pamulang, Parung,
Bekasi and Pisangan
(2009-2014) Participate in National and International Seminars About
Pharmacy
(2014-Now) Manager at The Company of Guardian Plaza Bintaro
(2015-Now) Apoteker in Charge at Giant Central Business District Bintaro
RESEARCH
2013 Test Stability of Pulverz and Syrup Compound Based on the
Temperatures and the Length of the Storage Time (Asthma
Medications : Theophylline, Salbutamol and Prednisone)
2014 Analysis Halal Drugs in Indonesia (Syirup Cough Medicines :
Glycynhizae Succus, Ephedrine HCL, Chlorpheniramine
Maleate, Ammonium Chloride, Paracetamol, Zingiberis
Rhizoma, Kaempferiae Rhizoma, Citrus Aurantii fructus, Thymi
Herba, Mentahae Folium, Myristicae Semen and Licorice)
2014 Analysis Extract (Ocimum × Citriodorum) as an Herbal
Medicine of Malaria
2014 Analysis of Sildenafil and Tadalafil Drugs as Circulating in The
Illegal Market

184
581
SURAT KEPUTUSAN PENETAPAN PROMOTOR

xxix
SURAT PERMOHONAN BIMBINGAN TESIS

xxx
DAFTAR KONSULTASI AKADEMIS

xxxi
DAFTAR KONSULTASI AKADEMIS

xxxii
UJIAN TEXT COMPREHENSION BAHASA INGGRIS

xxxiii
UJIAN TEXT COMPREHENSION BAHASA ARAB

xxxiv
Notulasi Ujian Proposal Tesis
Rabu, 29 Oktober 2014

Nama : Muhamad Ikhwan Lukmanudin


NIM : 13.2.00.0.29.01.0097
Konsentrasi : Agama dan Sains
Judul : Produk Farmasi Halal: Studi Analisis Obat Batuk Berlabel Halal MUI
Penguji : Dr. Yusuf Rahman, MA
Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA
Sekretaris : Arief Mahmudi, S.Pd.I

Dr. Yusuf Rahman, MA


1. Mohon perbaiki tata cara penulisan (khususnya penulisan judul artikel, harus
ditulis miring/italic).
2. Mohon perbaiki kesimpulan besar Anda karena poin pada kesimpulan besar
tersebut tidak ada yang memperdebatkan.
3. Menurut saya, sumber primer penelitian Anda adalah obat batuk itu sendiri.
4. Usul: walaupun fokus Anda pada obat batuk, perlu Anda tunjukkan juga
obat-obatan lainnya yang berkategori halal atau haram.
5. Mohon perbaiki narasi kalimat.
6. Mohon perbaiki penulisan catatan kaki.
7. Menurut Anda mengapa MUI mengatakan beberapa merk obat batuk itu
halal padahal haram?

Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA


1. Mohon pastikan laboratorium tempat Anda meneliti dan pastikan proses
penelitiannya berjalan sesuai prosedur.
2. Yang Anda tawarkan belum didukung oleh penelitian yang lain, terutama
soal penggunaan alkohol.
3. Perbaiki transliterasi dan mohon perhatikan teknik penulisan (penggunaan
kata yang harus ditulis miring/italic, titik koma, dsb).
4. Perbaiki tata cara penulisan referensi dari jurnal pada catatan kaki dan daftar
pustaka.

xxxv
Notulasi Ujian Work In Progress Thesis I
Senin, 1 Desember 2014

Nama : Muhamad Ikhwan Lukmanudin


NIM : 13.2.00.0.29.01.0097
Konsentrasi : Agama dan Sains
Judul : Produk Farmasi Halal : Studi Kasus Obat OBH Nellco dan OB
Penguji : Prof. Dr. Suwito.MA
Prof. Dr. Said Agil Husin Al-Munawar.MA
Dr. Yusuf Rahman. MA
Sekretaris : Arief Mahmudi, S.Pd.I

Prof. Dr. Suwito.MA


8. Setiap Bab dikasih kata pengantar beberapa kalimat atau 1 paragraf
9. Lebih diperbanyak pembahasan tentang farmasinya
10. Pemilihan kata yang tepat, contohnya "kandungan"
11. Nama pertama kali harus ditulis lengkap
12. Penggunaan transletasi masih ada yang salah
13. Jangan pakai kamus maurid
14. Cari 1 penelitian yang bertentangan nanti sebagai bahan bantahan
15. Yang dicantumkan di abstrak perdebatan yang yang banyak dibahas
Prof. Dr. Said Agil Husin Al-Munawar.MA
5. Rujukan yang tepat, seperti ke MUI karna disana yang memutuskan sudah
dari berbagai ulama
6. Penelitian terdahulu yang relevan terkait konsep darurah dalam islam, lihat
di buku konsep darurah dalam hukum islam
7. Caba cek tanggal wafat al-Razi
8. Lihat fatwa MUI tentang alkohol
9. Illat tidak sama dengan darurah jadi jangan ditulis illat (darurah)
10. Perbaiki tulisan Ahmed Ameur Ameur
11. Perbaiki tulisan al-Sarkhasi
Dr. Yusuf Rahman, MA
1. Perbaiki transliterasi dan mohon perhatikan teknik penulisan (penggunaan
kata yang harus ditulis miring/italic, titik koma, dsb).
2. Perbaiki tata cara penulisan referensi dari jurnal pada catatan kaki dan daftar
pustaka.

xxxvi
Notulasi Ujian Work In Progress Thesis II
Senin, 11 Mei 2015

Nama : Muhamad Ikhwan Lukmanudin


NIM : 13.2.00.0.29.01.0097
Konsentrasi : Agama dan Kesehatan
Judul : Halal-Haram Produk Farmasi : Studi Kasus Obat Batuk Hitam dan
Herbal
Penguji : Prof. Dr. Didin Saepudin.MA
Dr. JM. Muslimin.MA
Dr. Arief Mufraini.Lc.MA
Sekretaris : Mr. Jayadi

Prof. Dr. Didin Saepudin.,MA


16. Punulisan daftar pustaka lebih di dahulukan buku setelahnya jurnal
17. Penelitian terdahulu ditulis siapa penelitinya, tempatnya dan tahunnya
18. Perbanyak belajar mandiri terkait bidang anda
Dr. JM. Muslimin.,MA
12. Lampiran jangan terlalu tebal, sebaiknya cantumkan yang terpenting saja
13. Batas halaman maksimum penulisan tesis diperhatikan, tidak terlalu
berlebihan.
14. Halaman lampiran jangan lebih tebal dari halaman bab inti
15. Baca-baca terkait fatwa MUI tentang alkohol
Dr. Arief Mahmudi.,Lc.,MA
3. Perbaiki transliterasi dan mohon perhatikan teknik penulisan (penggunaan
kata yang harus ditulis miring/italic, titik koma, dsb).
4. Perbaiki tata cara penulisan referensi dari jurnal pada catatan kaki dan daftar
pustaka.

xxxvii
Notulasi Ujian Work In Progress III Tesis
Kamis, 21 Mei 2015

Nama : Muhamad Ikhwan Lukmanudin


NIM : 13.2.00.0.29.01.0097
Konsentrasi : Analisis Produk Halal
Judul : Halal-Haram Produk Farmasi: Studi Kasus Obat Batuk Hitam dan
Herbal
WIP ke : 3
Penguji : Dr. JM Muslimin, MA
Prof. Dr. Abuddin Nata, MA
Prof. Dr. Sukron Kamil, MA
Sekretaris : Arief Mahmudi

Dr. JM Muslimin, MA
1. Dari sisi perdebatan dalam wilayah hukum Islam, mohon agar secara
eksplisit Anda uraikan critical thinking mengenai perdebatan ini.
2. Mohon Anda masukkan pembandingan mengenai lembaga sertifikasi halal.

Prof. Dr. Abuddin Nata, MA


1. Penelitian Anda kualitatif atau kuantatif?
2. Anda menguji hipotesis atau tidak?
3. Di bagian pendahuluan, mohon uraikan perdebatan mengenai obat batuk.
4. Mohon berikan penjelasan yang lebih memadai dalam penelitian terdahulu
yang relevan.

Prof. Dr. Sukron Kamil, MA


1. Jika dimungkinkan untuk dikurangi, kurangi saja lampiran Anda.
2. Menurut saya, agar tidak terlalu deskriptif, coba Anda bahas argumen
hukumnya.
3. Masih banyak kalimat yang terlalu panjang. Mohon agar Anda rampingkan.
4. Mohon lebih cermat saat menulis “di-” sebagai awalan dan penghubung.
5. Perdebatan teoritik dalam bab II kurang terlihat. Mohon Anda perbaiki.
6. Mohon Anda buat kategorisasi pada bab IV, misalnya mengenai perdebatan
kadar halal-haramnya alkohol.

xxxviii
Notulasi Ujian Pendahuluan
Senin, 06 Juni 2015

Nama : Muhamad Ikhwan Lukmanudin


NIM : 13.2.00.0.29.01.0097
Konsentrasi : Analisis Produk Halal
Judul : Halal-Haram Produk Farmasi: Studi Kasus Obat Liquid Herbal dan Non
Herbal
Penguji : Prof.Dr.Masykuri Abdillah.,MA
Prof.Dr.Huzaemah T. Yanggo.,MA
Prod.Dr.dr.HC.MK.Tajuddin.SP.And
Fase Badriah.,SKM.,M.Kes.,P.hD
Dr.Azrifitria.,M.Si.,Apt
Sekretaris : Anang

Prof.Dr.Masykuri Abdillah.,MA
1. Beri penjelasan tentang perbedaan obat liquid, solid, semi solid, herbal dan
kimia, kenapa ada perbedaan tersebut
2. Bagaimana cara menformulasi obat yang halal untuk sedian-sedian tersebut.
Prof.Dr.Huzaemah T. Yanggo.,MA
1. Cantumkan di abstrak bahwa kesimpulan alenia pertama berisi hasil
penelitian obatnya
2. Pemakaian nama al-Quran diawali huruf besar
3. Cantumkan latar belakang kenapa memilih penelitian ini di paragraf terakhir
4. Tuliskan ayat-ayat dan hadis-hadis nya
Fase Badriah.,SKM.,M.Kes.,P.hD
1. Sebutkan knowledge implication, policy implication for Muslim
2. Identifikasi masalah : pada poin A ganti dengan obat bukan makanan dan
minuman lagi.
3. Keterbatasan penelitian ini tidak mengambil sampel dari apotik
4. Penulisan alenia : satu kalimat inti dan satu kalimat penjelas
5. Lebih baik hilangkan penelitian yang kurang mendukung riset saya
6. Poin-poin kesimpulan hendaknya lebih rinci
7. Menurut saya, agar tidak terlalu deskriptif, coba Anda bahas argumen
hukumnya.
Dr.Azrifitria.,M.Si.,Apt
1. Cantumkan kelebihan penggunaan GCMS
2. Perbaiki penulisan dan penggunaan kata yang masih salah dan kurang tepat

xxxix
Notulasi Ujian Promosi Tesis
Jum’at, 31 Juli 2015

Nama : Muhamad Ikhwan Lukmanudin


NIM : 13.2.00.0.29.01.0097
Konsentrasi : Agama dan Sains
Judul : Halal-Haram Produk Farmasi : Studi Kasus Obat Batuk Hitam dan
Herbal
Penguji : Prof.Dr. Masykuri Abdillah
Prof.Dr.dr.MK.Tajuddin.Sp.And
Prof.Huzaimah T. Yanggo.MA
Dr.Azrifitria.M.Si.Apt
Fase Badriah.SKM.M.Kes.P.Hd
Sekretaris : JM.Muslimin.MA.P.hD

Prof. Dr. Masykuri Abdillah


1. Kesimpulan dan Saran ditambahkan lagi minimal 1 halaman.
2. Perbaiki kalimat pada poin 1 saran menjadi “MUI harus mengklarifikasi
label halal yang dicantumkan konsumen” bukan sertifikasi halal
3. Perdebatan akademik pada abstrak yang tidak bersinggungan dengan
penelitian sebaiknya tidak disebutkan.
Prof. Dr. dr. MK. Tajuddin. Sp.And
1. Bagaimana uji klinik pada obat ? apa perbedaan obat yang diresepkan dokter
dan tidak ? apa itu OTC ?
2. Bagaimana labelisasi obat yang mengandung alkohol ? bagaimana
menurutmu tentang insulin mengandung babi ?
3. Seberapa penting umat muslim harus mengedepankan produk halal ?
Prof Huzaimah Tahido Yanggo. MA
1. Sebutkan ayat-ayat dan dalil hadisnya minimal pada foot note
2. Nama Al-qur’an dan nama-nama orang harus diawali dengan huruf besar
3. Kesimpulan dan saran harus berisikan perspektif farmasis dan ulama
Dr. Azrifitria. M.Si. Apt
1. Tambahkan lagi jurnal yang relevan
2. Kelebihan metode yang digunakan apa saja
3. Selain alkohol, zat apalagi yang diharamkan dan berbahaya yang perlu
diteliti oleh akadimisi
Fase Badriah. SKM. M.Kes. P.hD
1. Apakah sampling yang digunakan sudah cukup ? keterbatasan penelitian ini
tidak mengambil sampel di apotik
2. Jelaskan bagaimana penggunaan obat ini pada anak-anak
3. Apakah ada aturan pakai pada kemasan obat yang disampling ?

xl
xli
BERITA ACARA UJIAN PROPOSAL TESIS

xlii
BERITA ACARA UJIAN WORK IN PROGRESS I

xliii
BERITA ACARA UJIAN WORK IN PROGRESS II

xliv
BERITA ACARA UJIAN WORK IN PROGRESS III

xlv
BERITA ACARA UJIAN KOMPREHENSIF

xlvi
BERITA ACARA UJIAN PENDAHULUAN

xlvii
xlviii
DAFTAR HADIR UJIAN PROPOSAL TESIS/DISERTASI

xlix
DAFTAR HADIR UJIAN PROPOSAL TESIS/DISERTASI

l
DAFTAR HADIR UJIAN WORK IN PROGRESS TESIS/DISERTASI

li
DAFTAR HADIR UJIAN WORK IN PROGRESS TESIS/DISERTASI

lii
DAFTAR HADIR UJIAN PENDAHULUAN TESIS/DISERTASI

liii
DAFTAR HADIR UJIAN PENDAHULUAN TESIS/DISERTASI

liv
DAFTAR HADIR UJIAN PROMOSI TESIS/DISERTASI

lv
DAFTAR HADIR UJIAN PROMOSI TESIS/DISERTASI

lvi
TANDA BUKTI ORISINILITAS ABSTRAK

liii
liv
TANDA BUKTI ORISINILITAS BAB I

lv
lvi
TANDA BUKTI ORISINILITAS BAB II

lvii
lviii
TANDA BUKTI ORISINILITAS BAB III

lix
lx
TANDA BUKTI ORISINILITAS BAB IV

lxi
lxii
TANDA BUKTI ORISINILITAS BAB V

lxiii
lxiv

Anda mungkin juga menyukai