Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
Khoirun Mukhsinin Putra
NIM : 10910300053
Laporan penelitian ini merupakan hasil karya saya yang bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya pergunakan dalanm penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang di berlakukan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.
ii
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh :
Khoirun Mukhsinin Putra
NIM : 109103000053
iii
Laporan penelitian ini berjudul Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum Dan
Sesudah Terapi Bekam Basah (Al-Hijamah) yang diajukan oleh Khoirun
Mukhsinin Putra (NIM : 109103000053), telah diajukan dalam sidang di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 14 Agustus 2012. Laporan ini telah
di terima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked).
iv
KATA PENGANTAR
3. drg. Laifa Annisa H. Ph.D, selaku penanggung jawab riset Program Studi
Pendidikan Dokter 2009.
4. dr. Ali Toha Assegaf (Ahli herbal, Penemu metode smart healing, pengkaji
kedokteran nabi, direktur keuangan RSCM) beserta seluruh terapis bekam
Rumah Sehat Afiat yang telah membantu penulis dalam pengambilan data
responden.
5. Ir.H.Alex Noerdin selaku Gubernur Provinsi Sumatera Selatan beserta staff
dan jajaran Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi salah satu Penerima
Beasiswa Santri Jadi Dokter tahun 2009 di PSPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
6. Kedua orang tua tercinta, yang telah memberikan motivasi serta kasih sayang
yang berlebih dan doa terhadap penulis, serta pengertian orang tua selama
penulis melakukan penelitian ini. Serta Ayuk-ayukku dan adik-adikku yang
tersayang.
7. Teman-teman seperjuangan RISET BEKAM dan untuk teman seangkatan
PSPD 2009, semoga kita semua sukses.
Tidak ada harapan dari penulis, semoga dengan terselesaikannya Laporan
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan kita semua. Tiada gading yang tak
retak demikian pepatah mengatakan. Karena itu tiada menutup kemungkinan jika
dalam penulisan Laporan Penelitian ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan saran penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan penelitian ini dan akan penulis terima dengan senang hati.
Penulis
vi
ABSTRAK
Khoirun Mukhsinin Putra. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbedaan
Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Terapi Bekam Basah (Al-Hijamah).
Bekam merupakan metode pengobatan sejak zaman Nabi Muhammad SAW yang
bertujuan mengeluarkan darah yang mengandung sisa racun dalam tubuh melalui
permukaan kulit. Sekarang masyarakatpun telah banyak menggunakan metode ini
sebagai pengobatan berbagai macam penyakit termasuk penyakit metabolik
seperti penyakit asam urat dll. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan kadar Asam Urat serum sebelum dan sesudah bekam jika
diamati dalam satu waktu pengamatan. Penelitian ini mengambil responden dari
tanggal 1 Januari 2012 hingga 1 Maret 2012 dan menggunakan rancangan
penelitian analitik numerik berpasangan dengan desain cross sectional (potong
lintang), serta teknik pengambilan sampel non random secara Consecutive
sampling. Subyek penelitian berjumlah 34 orang dan semuanya berjenis kelamin
laki-laki. Semua responden diberikan perlakuan bekam yang sama yaitu sebanyak
dua kali pre dan post. Sampel darah responden diambil melalui darah kapiler
kemudian di ukur menggunakan rapid test digital asam urat sebelum dan sesudah
dibekam. Data yang didapatkan diolah dengan menggunakan uji Paired Samples
T-test. Berdasarkan hasil data tersebut, didapatkan perbedaan kadar Asam Urat
yang tidak berbeda bermakna (p > 0,05) sebelum dan sesudah bekam jika diamati
dalam satu waktu pengamatan.
Kata Kunci: Bekam Basah, Asam Urat
ABSTRACT
Khoirun Mukhsinin Putra. Medical Education Department. The Differences of
Uric Acid Levels Before and After Wet Cupping Therapy (Al-Hijamah).
Cupping is a method of treatment since the time of the Prophet Muhammad SAW
that aimed at removing residual blood containing toxins in the body through the
skin surface. Now, all people has been widely used this method as the treatment of
various diseases including metabolic diseases such as gout, etc. This study aims to
determine whether there are differences in serum uric acid levels before and after
cupping when observed in a time of observation. This study took the respondents
from the date of January 1, 2012 until March 1, 2012, and using numerical
analytical study design paired with a cross-sectional design (cross-sectional), as
well as non-random sampling techniques are Consecutive sampling. The study
subjects totaled 34 people and are all male sex. All respondents are given the
same treatment cupping twice the pre and post. Blood samples of respondents
were obtained through the blood capillaries then measured using a rapid test
digital uric acid before and after cupping. The data obtained were analyzed using
test Paired Samples T-test. Based on the data, found differences in levels of uric
acid are not significantly different (p > 0.05) before and after the cupping when
observed in a time of observation.
Keywords: Wet Cupping, Uric Acid
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ii
iii
iv
ABSTRAK ..............................................................................................
vii
ABSTRACT .............................................................................................
vii
viii
xi
xii
xiii
xiv
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Halaman
Definisi Operasional.................................................................... 21
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Bekam Basah ...............................................................................6
Gambar 2.2. Peralatan Bekam ..........................................................................7
Gambar 2.3. Struktur asam urat........................................................................10
Gambar 2.4. Metabolisme Purin Menjadi Asam Urat .....................................11
Gambar 2.5. Metabolisme Purin.......................................................................17
Gambar 4.1. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat
Sebelum Bekam ...........................................................................26
Gambar 4.2. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat
Sesudah Bekam ...........................................................................27
Gambat 4.3.
xii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.3.1
21
Bagan 2.3.2
21
Bagan 3.5
23
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
43
Lampiran 2
51
Lampiran 3
52
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
fire bottle merupakan salah satu metode pengobatan alternatif yang sudah dikenal
sejak zaman dahulu hingga sekarang. Mereka menggunakannya sebagai terapi
untuk berbagai macam penyakit.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam telah bersabda Sesungguhnya
cara pengobatan paling ideal yang kalian pergunakan adalah hijamah atau
Bekam (Muttafaq 'alaihi, Shahih Bukhari (no. 2280) dan Shahih Muslim (no.
2214).1 Hadist ini menjelaskan bahwa Rasullah SAW-pun mengatakan bahwa
bekam merupakan salah satu pengobatan yang paling ideal, termasuk untuk
hiperurisemia.
Penyakit hiperurisemia sudah dikenal oleh Hipocrates pada zaman Yunani
kuno. Penyakit ini dianggap sebagai penyakit kalangan sosial elite yang
disebabkan karena terlalu banyak makan. Hiperurisemia dapat berkembang
menjadi penyakit gout. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia dan pada semua
ras manusia. Gout jarang ditemukan pada wanita, sekitar 95% penderita gout
adalah kalangan pria terutama yang berusia 40 tahun keatas. Pada perempuan
kasus penyakit ini meningkat tajam setelah masa menopause dimana kadar
hormon esterogen yang berperan dalam mengeksresikan asam urat melalui urin
menurun.2
Hiperurisemia terjadi diakibatkan karena penumpukan asam urat dalam
tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat atau pengeluaran
melalui ginjal yang menurun serta dapat disebabkan oleh peningkatan asupan
makanan kaya purin.2
Purin yang merupakan prekursor asam urat diperoleh dari tiga sumber
yaitu purin dari makanan, akibat perubahan asam nukleat jaringan menjadi
nukleotida purin dan sintesis de novo basa purin. Adanya gangguan enzim yang
meregulasi metabolisme purin dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
produksi asam urat3. Sekitar dua pertiga dari asam urat yang di produksi setiap
1
harinya akan dieksresikan bersama dengan urin. Sisanya akan dieliminasi melalui
saluran cerna setelah mengalami degradasi enzimatik oleh bakteri kolon4.
Banyak cara untuk mengurangi kadar asam urat mulai dari mengonsumsi
obat-obatan kimia (medis) maupun menggunakan pengobatan berdasarkan yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW, salah satunya menggunakan cara pengobatan
bekam. Namun pengobatan bekam belum dibuktikan secara ilmiah, sehingga
masih belum banyak hasil yang menjelaskan cara kerja dan patofisiologi bekam
secara medis.
Berdasarkan hadist dan uraian di atas, maka peneliti akan meneliti
perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah terapi bekam.
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana Perbedaan kadar
1.3.
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan kadar asam urat
1.4.
Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati perbedaan kadar
asam urat sebelum dan sesudah terapi bekam basah (Al-Hijamah).
1.4.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengaruh terapi bekam basah terhadap kadar
asam urat.
1.5.
Manfaat penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bekam
Rasulullah
Saw
dengan
bimbingan
wahyu
ilahi,
mampu
syariah,
hal
ini
dijelaskan
oleh
Syeikh
Ad
Dahlawi
Dalam
dikelompokkan
sebagai
perbuatan
Nabi
tidak terkait dengan hukum wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Hukumnya
dikembalikan kepada semata-mata pertimbangan berdasarkan penelitian dan ilmu
kedokteran. Dan jika ternyata manfaat hijamah terbukti sesuai dengan ilmu
kesehatan yang berkembang sekarang, maka dapat dipertimbangkan untuk
menjadi salah satu alternatif pengobatan namun jika sebaliknya maka dapat
ditinggalkan saja karena tidak ada kaitannya dengan hukum wajib ataupun
sunnah, semuanya dikembalikan berdasarkan manfaatnya.5
2.1.3
2.1.4
Ada beberapa hadist yang menjelaskan mengenai titik bekam sunnah ini,
diantaranya 7:
Dari Abu Hurairah; bahwa Abu Hind membekam Nabi Muhammad SAW
di titik yafukh. Maka, Nabi Muhammad SAW bersabda:wahai Bani
Bayadhah, nikahkan Abu Hind dan nikahkan anak perempuan kalian
kepadanya.Beliau juga bersabda: jika ada kebaikan dalam pengobatan
kalian maka itu ada dalam bekam. (HR. Abu Dawud, Daruqutni dan
Ibnu Hidan)
2.2
Asam urat
Asam urat adalah suatu senyawa nitrogenous yang merupakan produk akhir
metabolisme purin (gambar 2.3). Purin (adenin dan guanin) merupakan konstituen
asam nukleat. Di dalam tubuh, metabolisme purin terjadi secara terus menerus
seiring dengan sintesis dan penguraian RNA dan DNA, sehingga walaupun tidak
ada asupan purin, tetap terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial8.
Purin yang merupakan sumber utama dari asam urat dapat berasal dari tiga
sumber yaitu purin dari makanan, perubahan asam nukleat jaringan menjadi
nukleotida purin dan sintesis de novo basa purin. Kadar asam urat serum
10
dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kecepatan eksresinya oleh ginjal, usia dan
juga jenis kelamin.3,4.9
11
2.2.2
Peningkatan kadar urat yang nyata terjadi pada evolusi primata. Terdapat
keuntungan khusus yang diperoleh dari peningkatan kadar urat sedemikian
tingginya, sehingga nyaris nenimbulkan pirai pada kebanyakan orang. Ternyata,
urat mempunyai aktifitas kerja yang menguntungkan. Urat merupakan pemusnah
(scavenger) efisien untuk menyingkirkan spesies oksigen yang sangat reaktif dan
berbahaya seperti radikal hidroksil, anion superperoksida, oksiden singlet dan zatzat antara hem yang teroksigenasi pada status Fe dengan valensi tinggi (+4 dan
+5). Sesungguhnya urat sebagai antioksidan hampir sama efektifnya askorbat.
12
Dapat kita lihat pada urat, ekspresi suatu prinsip bahwa berbagai produk akhir
pada jalur katabolisme memainkan peran penting sebagai senyawa-senyawa
pelindung.8
2.2.4 Faktor yang Berpengaruh terhadap Eksresi Asam Urat melalui Ginjal
a. Volume Cairan Ekstraselular
Volume cairan ekstraselular atau sirkulasi arteri efektif memiliki pengaruh
yang sangat besar pada pengendalian asam urat oleh ginjal, eksresi asam urat akan
mengalami peningkatan oleh adanya peningkatan dari volume cairan ekstraselular
dan eksresi ini akan mengalami penurunan jika terjadi kontraksi dari volume
cairan ekstraselular. Pengaruh-pengaruh yang ada ini mencerminkan pengaruh
dari volume cairan ekstraselular terhadap perubahan absorpsi dari urat, dimana
reabsorpsi akan meningkat jika terjadi kontraksi volume cairan ekstraselular dan
akan menurun jika terjadi dengan adanya peningkatan volume cairan
ekstraselular.9
b. Kecepatan Aliran Urin
Sulit untuk membedakan pengaruh dari kecepatan aliran urin terhadap
pengendalian asam urat oleh ginjal dengan volume cairan ekstraselular sebab
pengaruh dari keduanya sering terjadi secara bersamaan. Beberapa studi yang
dilakukan pada subjek manusia menunjukkan adanya pengaruh yang kecil dari
kecepatan aliran urin secara independent terhadap pengendalian asam urat oleh
ginjal, tanpa adanya pengaruh dari volume cairan ekstraselular, ketika kecepatan
aliran urin dibawah 2ml/menit.9
13
c. pH Urin
pH urin akan mempengaruhi kelarutan asam urat. Jika pH urin mengalami
penurunan maka asam urat akan berada dalam bentuk ion yang sangat tidak larut.
Pada pH yang basa senyawa akan terdisosiasi menjadi bentuk yang lebih larut.9
d. Hormon
Beberapa hormon mempengaruhi pengedalian asam urat. Angiotensin dan
norepinefrin akan menyebabkan penurunan klirens asam urat secara langsung
berkaitan dengan aliran darah ginjal.9
e. Pengaruh Sistem Asam-Basa dan Metabolit Endogen
Perubahan pada asam urat plasma dan ekskresi asam urat memiliki kaitan
dengan abnormalitas dari sistem asam basa. Penurunan eksresi asam urat
dilaporkan terjadi pada kondisi severe respiratory acidosis, diabetes ketoasidosis
dan alkalosis metabolit. Beberapa metabolit endogen akan meningkatan eksresi
asam urat, seperti glukosa (hiperglikemia) dan glisin.9
f. Obat-obat
Beberapa obat-obatan dapat mempengaruhi eksresi asam urat, yang mana
dapat menyebabkan hiperurisemia maupun hipourisemia. Obat-obatan seperti
asam salisilat dosis rendah, etambutol, pirazinamid, asam nikotinat dan golongan
diuretik dapat menyebabkan terjadiya hiperurisemia sedangkan obat-obatan
seperti sulfinpirazon, probenezid, fenilbutazone dan lain lain akan mengakibatkan
hipourisemia.9
14
penimbunan kristal natrium urat pada persendian yang disertai dengan rasa
nyeri.14
Banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap kadar asam urat serum,
seperti stres yang dapat meningkatkan kadar asam urat serum meningkat. Obatobatan juga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam serum antara lain alkohol,
asam askorbit, aspirin dosis rendah, kafein, cisplatin, diazoxide, diuretik,
epinefrin, ethambutol, levodopa, metildopa, asam nikotinat, fenotiazin dan
theofilin. Obat-obatan yang menurunkan kadar asam urat dalam serum:
alopurinol, aspirin dosis tinggi, azathioprin, clofibrat, kortikosteroid, estrogen,
infuse glucose, guafenisin, manitol, probenecid dan warfarin.14
Nilai abdnormal dimana kadar dalam serum meningkat (hiperurisemia)
juga bisa disebabkan oleh penyakit atau keadaan sebagai berikut: pirai (gout),
intake purin yang berlebihan, gangguan metabolisme purin pada bayi (genetik),
karsinoma metastase, multiple myeloma, leukemia, kemoterapi karsinoma,
rhabdomiolisis (olahraga/latihan yang berat), luka baka, trauma, penurunan
kesadaran pada epilepsy, infark miokard), penyakit ginjal kronik, asidosis (ketotik
atau
laktak),
hipotiroid,
kehamilan
dengan
keracunan
(eklampsia),
2.2.6 Hiperurisemia
Hiperurisemia adalah keadaan di mana terjadi peningkatan kadar asam urat
serum. Secara biokimia akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di
serum yang melewati ambang batasnya.16
2.2.6.1 Etiologi dan Patofisiologi
Penyebab hiperurisemia sebagai suatu proses metabolic yang dapat
menimbulkan manifestasi gout, dibedakan dengan hiperurisemia primer, sekunder
dan idiopatik. Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia atau gout
yang disebabkan karena penyakit lain atau penyebab lain. Hiperurisemia dan gout
15
urat
(overproduction),
penurunan
pengeluaran
asam
urat
urin
nukleat
jaringan,
seperti
pada
penyakit
mieloproliferatif
dan
Pirophoshatase
(PRPP)
dan
Hypoxanthine-guanine
16
berinteraksi dengan glutamin pada proses awal dari jalur purin. Beberapa kondisi
yang dapat menyebabkan overproduksi dari asam urat16 :
Defisiensi HGPRT pada sindroma Lesh-Nyhan : pada sindroma LeshNyhan terjadi gangguan X-linked. HGPRT mengkatalisa konversi
hipoxantin menjadi asam inosinat, dimana PRPP bertindak sebagai donor
fosfat.
Defisiensi
PRPP
yang
17
18
dengan
berkembangnya
hipoglikemia
simptomatik
dan
19
dapat mengendap dalam intertitium medular ginjal dan juga tubulus atau sistem
pengumpul ginjal, yang mana jika terjadi penumpukan dan terbentuk kristal maka
akan dapat menyebabkan terjadinya penyakit ginjal yaitu nefropati asam urat akut,
nefrolitiasis asam urat serta nefropati urat kronik. Selain itu kondisi hiperurisemia
dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi.17-20
20
mengeluarkan kristal asam urat. Untuk mengurangi kadar asam urat tidak bisa
dilakukan melalui sekali pertemuan terapi bekam. Diperlukan pula disiplin
mengonsumsi berbagai jenis makanan yang rendah kandungan asam urat.7
2.4
strip asam urat. Alat ini merupakan alat yang banyak digunakan untuk mengetahui
tingkat asam urat di dalam darah.
Alat yang digunakan adalah BeneChek Plus. Alat ini merupakan alat test
darah 3 in 1 yaitu Gula darah, Asam urat dan Kolesterol. BeneChek plus
menghasilkan pengukuran yang akurat, dengan akurasi alat 20 %; untuk kadar
gula 75 mg/dl (4,17 mmol/l), untuk asam urat 5 mg/dl (0,30 mmol/l) dan
untuk kolesterol total 200 mg/dl. Selain itu juga alat ini terkalibrasi secara
plasma equivalent dengan menggunakan teknologi electrochemical biosensor.
21
2.5 .
Kerangka Teori
2.6.
Kerangka Konsep
2.7.
Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Asam Urat
Produk
Alat Ukur
akhir
katabolisme purin.
hasil Deteksi
Kadar normal
asam laki-laki 3,5 - 7,0 mg/dl
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik numerik berpasangan dengan
desain cross sectional (potong lintang). Variabel penelitian ini bersifat independen
dan dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama. Analisis ini
memungkinkan untuk mengetahui perbandingan kadar asam urat sebelum dan
setelah diterapi bekam.22,23
3.2
Raya no. 3, kompleks Griya Ruko Cinere II, Depok dan JL. Kampung Utan (WR.
Supratman) No. 1 Rt/Rw 04/04 Ciputat Tanggerang Selatan. Sampel diambil pada
rentang waktu 1 Januari 1 Maret 2012.
3.3
22
23
Keterangan :
Z = 1,64 (kesalahan 5%)
Z = 1,28 (kesalahan 10%)
Selisih minimal yang dianggap bermakna (X1 X2) = 0,3
Standart Deviasi berdasarkan studi/penelitian pendahuluan 10 sampel = 0,6
3.4
Kriteria Inklusi
Subjek berusia 20 tahun baik laki-laki maupun perempuan
3.4.2
Kriteria Eksklusi
Subjek yang kontraindikasi bekam
Subjek yang sebelum bekam menkonsusmsi obat-obatan yang
dapat meningkatkan kadar asam urat.
Subjek yang memiliki penyakit lain yang dapat mempengaruhi
kadar asam urat (ex. gagal ginjal kronis).
3.4.3
Variabel Penelitian
Variabel penelitian meliputi :
3.5
1. Variabel independen
: Bekam
2. Variabel dependen
24
3.6
Identifikasi Subjek
Identifikasi subjek yang selanjutnya dilakukan prosedur informed consent
Informed Consent
Informed consent dilakukan pada responden dengan guna mengetahui
kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian, didokumentasikan dengan
penandatanganan formulir persetujuan.
Protokol penelitian
Informed Consent
Pengambilan Sampel
25
3.7.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel darah kapiler
sebelum dan sesudah bekam.
3.7.3 Cara Kerja
1. Sampel darah diambil dari ujung jari responden dibersihkan
menggunakan alkohol tab kemudian darah kapiler diambil dengan
menggunakan pen lancet
2. Darah yang sudah di ambil, diukur kadar asam uratnya
menggunakan alat deteksi asam urat digital, ditunggu hingga
diperoleh hasil
3. Setelah dibekam, kadar asam urat sampel diukur kembali dengan
menggunakan alat yang sama dan prosedur yang sama.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
35%
Tidak Diketauhi
(22
Responden)
65%
27
28
29
30
Gambar 4.10 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam dengan Jumlah Cup
11
Sedangkan untuk kelompok responden yang menggunakan lebih dari 12 cup
diperoleh 5% memiliki kadar asam urat yang tetap, 32% responden terjadi
penurunan kadar asam urat dan 63% mengalami kenaikan kadar asam urat
sesudah bekam (gambar 4.11).
31
Gambar 4.11 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam dengan Jumlah Cup
12
Sesudah
6,368 1,3325
Hasil data yang diperoleh menunjukkan rata rata kadar asam urat sebelum
bekam adalah 6,324 mg/dl dan sesudah bekam mengalami peningkatan mencapai
6,368 mg/dl, namun rata rata keduanya masih dalam taraf normal. Dari data
tersebut terdapat 13 responden mengalami penurunan kadar asam urat setelah
bekam, 19 responden mengalami kenaikan asam urat setelah bekam dan 3
responden memiliki kadar asam urat yang tetap setelah bekam.
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan rata rata
kadar asam urat sesudah bekam sebesar 0,044 mg/dl. Tetapi setelah dilakukan
pengujian secara statistik (T-paired), didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa
kenaikan tersebut tidak berbeda bermakna (p > 0,05). Hal ini menunjukkan asam
urat sebelum dan sesudah bekam bila diambil langsung dalam satu waktu, tidak
berbeda bermakna.
Prinsip kerja dari terapi bekam adalah mengeluarkan darah kotor pada
dasarnya sama dengan prinsip metode Oxidane Drainage Therapy (ODT). ODT
merupakan suatu cara mengeluarkan oksidan atau radikal bebas dari dalam tubuh.
32
Apabila oksidan ini dapat dikeluarkan dari dalam tubuh maka sistem imun pasien
akan meningkat sehingga akan lebih resisten terhadap penyakit-penyakit.
Pada penelitian ini dilihat pengaruh bekam terhadap kadar asam urat yang
merupakan salah satu dari radikal bebas didalam tubuh. Kelebihan kadar asam
urat didalam tubuh disebut hiperurisemia. Hiperurisemia adalah konsentrasi urat
dalam darah yang melebihi batas kelarutan urat monosodium dalam plasma.
Penyebab hiperurisemia bisa disebabkan oleh peningkatan metabolisme asam urat
(overproduction), penurunan pengeluaran asam urat urin (underexcretion) akibat
gangguan ginjal atau gabungan keduanya. Sekitar 98% individu dengan
hiperurisemia dan gout primer memiliki penyakit ginjal sehingga terdapat
gangguan pada eksresi asam urat.
Serangan asam urat yang berakibat peradangan sendi atau arthritis memiliki
sasaran utama ujung jari tangan dan kaki, ibu jari terutama pada kaki, sendi lutut
dan pergelangan kaki dan daun telinga. Adapun gejala penyakit ini umumnya
ditandai dengan rasa nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sebuah sendi pada saat
tengah malam biasanya pada ibu jari kaki (sendi metatarsophalangeal pertama)
atau jari kaki (sendi tarsal). Jumlah sendi yang meradang kurang dari empat
(oligoartritis) dan serangannya disatu sisi (unilateral). Kulit berwarna kemerahan,
terasa panas, bengkak, sangat nyeri, dan umumnya asimetris atau satu sisi tubuh21.
Responden pada penelitian ini yang mengalami hiperurisemia juga pernah
mengeluhkan beberapa gejala asam urat, seperti bengkak ataupun nyeri hebat
diujung jari kaki pada malam hari.
Untuk menghasilkan hasil atau penurunan kadar asam urat yang maksimal
tidak bisa dilakukan melalui sekali terapi bekam, namun diperlukan beberapa kali
pertemuan, kadang kadang mencapai 7 kali pertemuan bahkan lebih, hal ini
dikarenakan belum optimalnya fungsi ginjal dalam mengekskresikan asam urat ke
urin dan harus disertai dengan menghindari atau mengurangi konsumsi bahan
makanan tinggi purin7. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini dimana pada
tabel 4.1 menjelaskan bahwa kadar asam urat jika langsung diamati dalam satu
waktu langsung sesudah bekam maka tidak menunjukkan suatu perbedaan yang
bermakna (p > 0,05). Penelitian lain pun mendapatkan hasil yang serupa dimana
33
untuk satu kali terapi bekam tidak dapat menurunkan kadar asam urat secara
signifikan (p > 0,05).
4.3
riwayat kadar asam urat tinggi, dengan rata rata kadar asam urat sebelum bekam
yakni 7,483 mg/dl dan terjadi penurunan hingga 7,458 mg/dl sesudah bekam.
Sedangkan kelompok responden yang tidak mengetahui kadar asam urat diperoleh
hasil rata rata kadar asam urat sebelum bekam yakni 5,691 mg/dl dan terjadi
peningkatan hingga 5,773 mg/dl sesudah bekam. Pada hasil ini tidak diperoleh
hasil kadar asam urat yang dibawah normal.
Tabel 4.2. Kadar Asam Urat Berdasarkan Distribusi Riwayat Kadar Asam Urat
Riwayat
Tinggi
Tidak Diketahui
Pada kelompok yang memiliki riwayat kadar asam urat tinggi terjadi
penurunan kadar asam urat sesudah bekam sebesar 0,025 mg/dl, sedangkan pada
kelompok yang tidak mengetahui riwayat kadar asam terjadi peningkatan kadar
asam urat sebesar 0,082 mg/dl. Berdasarkan uji statistik (Two ways Anova)
didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan secara
bermakna (p > 0,05) kadar asam urat sesudah dan sebelum bekam pada kelompok
tersebut dan juga tidak terdapat interaksi atau pengaruh bersama secara langsung
antara riwayat kadar asam urat, bekam dan kadar asam urat (p > 0,05). namun
terdapat pengaruh langsung riwayat kadar asam urat terhadap kadar asam urat (p <
0,05).
34
4.4 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Banyak
Kunjungan dan Cup yang Digunakan
Hasil kadar asam urat beradasarkan banyak kunjungan dapat dilihat pada
tabel 4.3.
Tabel 4.3. Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Banyak
Kunjungan Responden
Banyak
Kunjungan
2 kali
3 4 kali
Sesudah
Mean std. Deviasi (mg/dl)
6,171 0,223
7,367 0,449
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan bahwa rata rata kadar asam urat
berdasarkan jumlah kunjungan responden, responden dengan kunjungan 2 kali
diperoleh rata rata kadar asam urat sebelum bekam kali sebesar 6,154 mg/dl dan
sesudah dibekam terjadi peningkatan menjadi 6,171 mg/dl. sedangkan responden
dengan jumlah kunjungan 3-4 kali, rata rata kadar asam urat sebelum bekam
sebesar 7,033 mg/dl dan terjadi peningkatan kadar asam urat menjadi 7,367 mg/dl.
Berdasarkan uji statistik (Two ways Anova) didapatkan hasil yang
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan secara bermakna (p > 0,05) kadar
asam urat sesudah dan sebelum bekam pada kelompok tersebut, selain itu juga
tidak terdapat interaksi atau pengaruh bersama secara langsung antara riwayat
bekam, bekam dan kadar asam urat (p > 0,05) namun terdapat pengaruh langsung
riwayat kunjungan bekam terhadap kadar asam urat (p < 0,05).
Untuk hasil rata rata kadar asam urat berdasarkan banyak cup yang digunakan
dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Kadar Asam Urat Sesudah Bekam Berdasarkan Banyak Cup
Banyak cup
Sesudah
Mean std. Deviasi (mg/dl)
11 cup
6,440 1,3087
6,393 1,5687
12 cup
6,232 1,0083
6,347 1,1578
35
Tabel diatas menunjukkan bahwa rata rata kadar asam urat sebelum dan
sesudah bekam berdasarkan jumlah cup yang digunakan. Berdasarkan tabel
tersebut didapatkan bahwa terjadi penurunan kadar asam urat sebelum dan
sesudah bekam sebesar 0,047 mg/dl pada responden yang jumlah cup 11,
sedangkan terjadi peningkatan kadar asam urat pada responden yang
menggunakan 12 cup sebesar 0,115 mg/dk.
Berdasarkan uji statistik (Two ways Anova) didapatkan hasil yang
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan secara bermakna (p > 0,05) kadar
asam urat sesudah dan sebelum bekam pada kelompok tersebut, selain itu juga
tidak terdapat pengaruh langsung antara jumlah cup yang digunakan terhadap
kadar asam urat (p < 0,05) dan tidak terdapat interaksi atau pengaruh bersama
secara langsung antara jumlah cup yang digunakan, bekam dan kadar asam urat (p
> 0,05).
4.5 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Distribusi
Usia
Hasil kadar asam urat berdasarkan distribusi usia dapat dilihat pada tabel 4.5.
responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok usia 15 55 tahun (usia
produktif) dan kelompok usia > 55 tahun (usia non produktif).
Tabel 4.5. Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Distribusi
Usia
Usia
15 55 th
>55 th
Sesudah
Mean std. Deviasi (mg/dl)
6,319 1,3854
6,557 1,1816
Hasil pengukuran kadar asam urat berdasarkan distribusi usia diperoleh kadar
asam urat rata rata sebelum bekam pada usia produktif adalah 6,307 mg/dl dan
sesudah bekam terjadi peningkatan kadar asam urat rata rata sebesar 6,319 mg/dl.
Begitupun pada usia non produktif, kadar asam urat rata rata sebelum bekam
sebesar 6,386 mg/dl dan sesudah bekam terjadi peningkatan mencapai 6,557
mg/dl. Walaupun terjadi peningkatan kadar asam urat disetiap kelompok usia
namun peningkatan tersebut tidak bermakna. hal ini dikarenakan setelah
36
dilakukan uji statistik (Two ways Anova) didapatkan hasil yang menunjukkan
bahwa tidak adanya hubungan secara bermakna (p > 0,05) kadar asam urat
sesudah dan sebelum bekam pada kelompok tersebut, selain itu juga tidak terdapat
pengaruh langsung usia terhadap kadar asam urat (p > 0,05) dan tidak terdapat
interaksi atau pengaruh bersama secara langsung antara usia, bekam dan kadar
asam urat (p > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara kadar asam urat sebelum dan sesudah bekam berdasarkan
usia.
Pada penelitian ini setelah melakukan pre test asam urat kemudian responden
dibekam, pada proses pembekaman pasien dibekam sesuai dengan titik sunnah
serta titik tambahan. Menurut Montazer (2004) kandungan asam urat dalam darah
yang terambil melalui bekam lebih tinggi daripada yang diambil melalui vena. Hal
ini berhubungan dengan kadar iron dalam serum. Besi (Fe) dapat mengaktifkan
xantin oksidase (XO), akhirnya Fe yang tinggi dapat menghasilkan XO lebih aktif
dan menyebabkan lebih tinggi kadar asam urat. Bekam memiliki khasiat lebih
dalam ekskresi elemen berlebihan, seperti Fe berlebih dapat dihilangkan melalui
proses mengeluarkan darah dan mengurangi tingkat asam urat.25-29 Hasil
penelitian lain pun mendapatkan bahwa kadar asam urat dalam darah bekam lebih
tinggi dibandingkan darah vena, hal inipun dikaitkan dengan kadar besi (fe)
serum.30
Fungsi ginjal memiliki peran yang penting dalam mengeksresikan asam urat
ke urin. Banyak hal yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal seperti penyakit
ginjal, usia dan lain lain. Fungsi ginjal akan menurun dengan bertambahnya usia
seseorang. Rata-rata penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) pada orang
normal dengan usia 20-30 tahun adalah 1 mL/menit/1,73 m2 per tahun, GFR
menjadi 70 mL/menit/1,73 m2 pada laki-laki dengan usia kurang lebih 70 tahun31.
Pada penelitian ini (Tabel 4.3) menjelaskan kadar asam urat sebelum dan sesudah
bekam berdasarkan distribusi usia, berdasarkan tabel tersebut didapatkan bahwa
pada usia produktif (15-55 tahun) rerata kadar asam urat responden lebih rendah
dibandingkan rerata kadar asam urat responden pada usia nonproduktif
(>55tahun). Hal ini menandakan bahwa fungsi ginjal untuk mengeksresikan asam
urat ke urin pada kelompok usia tersebut masih berfungsi dengan baik, sehingga
37
membantu proses filtrasi asam urat oleh ginjal, sehingga kadar asam urat serum
menjadi lebih rendah. Sedangkan pada usia nonproduktif dimana sudah terjadi
proses aging, hal ini dapat berdampak pada fungsi fisiologis ginjal dalam proses
filtrasi asam urat sehingga filtrasi asam urat cenderung melambat. Pada beberapa
buku bekam menjelaskan bahwa bekam membantu meningkatkan kerja ginjal
melalui mekanisme yang sama seperti akupuntur dalam membantu mengeluarkan
atau mengeksresikan asam urat ke dalam urin.1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian selama tiga bulan (1 Januari 1 Maret 2012) didapat
kesimpulan sebagai berikut:
Pada penelitian ini didapatkan respon kadar asam urat yang berbeda-beda
sesudah bekam dimana sekitar 6% responden memiliki kadar asam urat yang
cenderung tetap, 38% responden terjadi penurunan kadar asam urat dan
sebagian besar responden sekitar 56% mengalami kenaikan kadar asam urat
sesudah bekam.
Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar asam urat sebelum dan
sesudah bekam jika hanya diamati dalam satu waktu.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar asam urat sebelum dan
sesudah bekam berdasarkan riwayat kadar asam urat tinggi dan tidak diketahui,
riwayat bekam, usia produktif maupun non-produktif dan jumlah cup yang
digunakan jika hanya diamati dalam satu waktu. Namun, terdapat pengaruh
langsung riwayat kunjungan bekam dan riwayat kadar asam urat terhadap
kadar asam urat secara keseluruhan
Bekam merupakan perbuatan yang baik, Nabi Muhammad SAW membolehkan
berbekam dengan kata lain bekam bukan suatu kewajiban bagi umat muslim
namun merupakan pilihan aternatif dalam metoda pengobatan jika terbukti
secara ilmiah.
5.2 Saran
Pada penelitian selanjutnya sebaiknya memberikan rentang waktu yang lebih
dalam mengamati kadar asam urat sebelum dan sesudah bekam dan dilakukan
beberapa kali bekam dalam rentang waktu tersebut untuk mengetahui
efektivitas bekam dalam menurunkan kadar asam urat.
Pada penelitian ini, hanya mendapatkan pasien laki laki, sehingga diharapkan
untuk penelitian selanjutnya bisa mengikutsertakan wanita dalam sampel
38
39
sehingga bisa mengetahui efek bekam terhadap kadar asam urat berdasarkan
jenis kelamin.
Penelitian ini mengambil responden yang tidak memiliki keluhan spesifik
penyakit asam urat, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya bisa
mengambil responden yang mempunyai keluhan penyakit asam urat saja.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara molekuler bagaimana pengaruh
bekam terhadap fungsi kerja ginjal dan efeknya terhadap eksresi asam urat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Umar A Wadda dr.Sembuh dengan satu titik.Solo:Al-Qowam:2008
2. Widodo A W.Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 2 Ed 5.Jakarta :Pusat
Penerbitan FKUI: 2009
3. Dowling, T. C., Comstock, T. J., 2005. Qualification of Renal Function. In:
DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey,
L. M., Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach, 6th edition, New
York: McGraw Hill Medical Publishing Devision., p. 761-780
4. Deska Pagana, Kathleen, James Pagana, Timothy, 2002, Mosbys Manual of
Diagnostic and Laboratory Test, 2nd edition, St. Louis: Mosbys Inc
5. Sarwat
Ahmad.
Hukum
Bekam
Sunnah
atau
mubah
at
http://fimadani.com/bekam-sunnah-atau-mubah/
6. anonim. Bekam Mukjizat Nabi, Ujian Keimanan Islam. 2011. ABI (Asosiasi
Bekam Indonesia).
7. Razak, S. Ahmad. Dr. Penyakit dan Terapi Bekamnya ; Dasar-dasar Ilmiah
Terapi Bekam. Surakarta : Thibbia. 2012
8. Stryer L. Biokimia ed 4 vol2. jakarta: Egc:2000
9. Sica, A.D., Scoolwerth, C.A., 1996. Renal Handling of Organic Anions and
Cation and Renal Excretion of Uric Acid, In: Brenner, M.Barry, The Kidney,
volume I, 5th edition, Philadelphia: W.B. Saunders, p: 607-621
10. Smith, collen. Marks, Allan D, Lieberman Michael. Marks Basic Medical
Biochemistry ; a clinical approach 2nd. USA .Lippincott Williams &
Wilkins:2007
11. Ganong W F. Buku ajar fisiologi kedokteran ed 20. Jakarta:Egc: 2003. p.287
12. Robert K. Murray, David A Bender, Kathleen M. Botham, Peter J. Kennelly,
Victor W. Rodwell, P. Anthony Weil. Harper's Illustrated Biochemistry, 28th
Edition. 2009.The McGraw-Hill Companies, Inc. USA
13. Howkin DW, Rahn DW. Gout and hyperurisemia. In DiPiro JT, et al, eds.
Pharmacotheraphy: A pathohysiological approach 7 th ed. New York
:McGraw Hill: 2008
14. Syukri M. Asam Urat dan Hiperurisemia. Depatemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran, Unsyiah/BPK RSU dr. Zainoel Abidin Banda
40
41
Aceh:2007.
Available
at
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19076/1/mkn-mar200740%20(10).pdf
15. Sluss PM. Appendix: Laboratory Values of Clinical Importance . In:
Harrisons Principles of Internal Medicine 17th Ed. Editors: Isselbacher KJ,
Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS and Kasper DL. New York
:McGraw Hill: 2008.
16. Putra, R.T., 2006. Hiperurisemia, In: Sudoyo, Aru, W., Setiyohadi, B., Alwi,
I., Simadibrata, M., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 2, edisi
ke empat, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, p: 1213-1217
17. Obemayr, P. Rudolf, Temml, Christian, Gutjhan, Georg, et al., 2008. Elevated
Uric Acid Increases The Risk Factor for Kidney Disease, J Am Soc Nephrol
19: 2407-2413
18. Wilson, L. M. 1995. Patofisiologi Ginjal, In: Price, A. Sylvia., Lorraine, M.
Wilson. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Ed. 4 Volume 2.
Jakarta : ECG, p. 769-885
19. Weiner, E. Daniel, Tighiourat, Hocine, Elsayed, F. Essam, Griffith, L. John,
Salem, N. Deeb, Levey, S. Andrew, 2008.Acid and Incident Kidney Disease
in The Community, J Am Soc Nephrol 19: 1204-1211
20. Kang, Duk-Hee, Nakagawa, Takahiko, Feng, Lili, Watanabe, Susumu, et al.,
2002. A Role of Uric Acid in The Progression of Renal Disease, J Am Soc
Nephrol 13: 2888-2897
21. Mc Evoy, K. Gerald, 2002. AHFS Drug Information, Wincousin: American
Society of Health-System Pharmacist Inc, p: 3578-3581
22. Sastroasmoro, Sudigdo & Ismael,S ofyan. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian
Klinis ed.3. Jakarta: Sagung seto.2010
23. Dahlan, Sopiyudin. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam
penelitian kedokteran & kesehatan ed.2 jakarta : Penerbit Salemba
Medika.2009
42
24. Li-ying, Chen, Wen-hua, Zhu, Zhou-wen, Chen, 2007. Relationship Between
Hyperuricemia and Metabolic Syndrome. Journal of Zhejiang University. p.
593-598
25. Sluss PM. Appendix: Laboratory Values of Clinical Importance . In:
Harrisons Principles of Internal Medicine 17th Ed. Editors: Isselbacher KJ,
Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS and Kasper DL. New York
:McGraw Hill: 2008.
26. Brand, F., McGee, D., Kannel,
LAMPIRAN 1
(Data Hasil Uji Statistik)
1. Distribusi Responden berdasarkan kadar asam urat sebelum bekam
Awal
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
22
64,7
64,7
64,7
12
35,3
35,3
100,0
Total
34
100,0
100,0
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
13
38,2
38,2
38,2
19
55,9
55,9
94,1
5,9
5,9
100,0
34
100,0
100,0
Valid
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
27
79,4
79,4
79,4
20,6
20,6
100,0
34
100,0
100,0
Total
43
44
Missing
Percent
Total
Percent
Percent
Sebelum
34
100,0%
0,0%
34
100,0%
Sesudah
34
100,0%
0,0%
34
100,0%
Descriptives
Statistic
Mean
Sebelum
sesudah
6,324
Lower Bound
5,927
Mean
Upper Bound
6,720
5% Trimmed Mean
6,336
Median
6,400
Variance
1,292
Std. Deviation
Std. Error
,1949
1,1367
Minimum
3,9
Maximum
8,6
Range
4,7
Interquartile Range
1,7
Skewness
-,264
,403
Kurtosis
-,471
,788
Mean
6,368
,2285
Lower Bound
5,903
Mean
Upper Bound
6,833
5% Trimmed Mean
6,338
Median
6,250
Variance
1,776
Std. Deviation
1,3325
Minimum
3,7
Maximum
9,4
Range
5,7
Interquartile Range
2,0
Skewness
Kurtosis
,273
,403
-,224
,788
45
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Sebelum
df
,077
sesudah
Shapiro-Wilk
Sig.
34
,074
34
Statistic
Df
Sig.
,200
,983
34
,858
,200
,984
34
,885
Std. Deviation
sebelum
6,324
34
1,1367
,1949
sesudah
6,368
34
1,3325
,2285
Pair 1
Correlation
34
Sig.
,777
,000
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
of the Difference
Lower
Pair 1
sebelum sesudah
-,0441
,8450
,1449
-,3390
df
tailed)
Upper
,2507
-,304
Normal
44
Tinggi
24
Sebelum
34
Sesudah
34
Kadar_Asam_Urat_Sebelum
Bekam
Sig. (2-
33
,763
46
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Kadar_Asam_Urat
Kadar_Asam_Urat_Sebelum Bekam
Normal
Tinggi
Total
Mean
Std. Deviation
Sebelum
5,691
,8507
22
Sesudah
5,773
,8849
22
Total
5,732
,8588
44
Sebelum
7,483
,4764
12
Sesudah
7,458
1,3514
12
Total
7,471
,9910
24
Sebelum
6,324
1,1367
34
Sesudah
6,368
1,3325
34
Total
6,346
1,2294
68
df1
1,959
df2
3
Sig.
64
,129
df
Mean Square
Sig.
Squares
a
15,680
18,506
,000
2706,932
2706,932
3194,747
,000
46,964
46,964
55,427
,000
,013
,013
,015
,904
,044
,044
,052
,820
Error
54,228
64
,847
Total
2839,390
68
101,269
67
Corrected Model
Intercept
Kadar_Asam_Urat_Sebelu
m
Bekam
Kadar_Asam_Urat_Sebelu
m * Bekam
Corrected Total
47,041
47
15-55 Tahun
54
> 55 Tahun
14
Sebelum
34
Sesudah
34
Usia
Bekam
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Hasil
Usia
Bekam
15-55 Tahun
> 55 Tahun
Total
Mean
Std. Deviation
sebelum
6,3074
1,21716
27
sesudah
6,3185
1,38537
27
Total
6,3130
1,29163
54
sebelum
6,3857
,82549
sesudah
6,5571
1,18161
Total
6,4714
,98327
14
sebelum
6,3235
1,13673
34
sesudah
6,3676
1,33251
34
Total
6,3456
1,22942
68
df1
,823
df2
3
Sig.
64
,486
48
Source
df
Mean Square
Sig.
Squares
a
,128
,081
,970
1817,076
1817,076
1152,727
,000
Usia
,279
,279
,177
,675
Bekam
,093
,093
,059
,809
Usia * Bekam
,071
,071
,045
,832
Error
100,885
64
1,576
Total
2839,390
68
101,269
67
Corrected Model
,384
Intercept
Corrected Total
<2 Kali
56
>3 Kali
12
Sebelum
34
Sesudah
34
Riwayat_Bekam
Bekam
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Kadar_Asam_Urat
Riwayat_Bekam
<2 Kali
>3 Kali
Total
Bekam
Mean
Std. Deviation
Sebelum
6,171
1,1788
28
Sesudah
6,154
1,2949
28
Total
6,163
1,2269
56
Sebelum
7,033
,5391
Sesudah
7,367
1,1003
Total
7,200
,8442
12
Sebelum
6,324
1,1367
34
Sesudah
6,368
1,3325
34
Total
6,346
1,2294
68
49
df1
1,610
df2
Sig.
64
,196
df
Mean Square
Sig.
Squares
a
3,658
2,593
,060
1764,557
1764,557
1250,718
,000
10,637
10,637
7,540
,008
Bekam
,246
,246
,174
,678
Riwayat_Bekam * Bekam
,305
,305
,216
,644
Error
90,293
64
1,411
Total
2839,390
68
101,269
67
Corrected Model
10,975
Intercept
Riwayat_Bekam
Corrected Total
11
30
12
38
Sebelum
34
Sesudah
34
cuping
bekam
Descriptive Statistics
Dependent Variable: hasil
50
cuping
11
12
Total
bekam
Mean
Std. Deviation
sebelum
6,440
1,3087
15
sesudah
6,393
1,5687
15
Total
6,417
1,4196
30
sebelum
6,232
1,0083
19
sesudah
6,347
1,1578
19
Total
6,289
1,0725
38
sebelum
6,324
1,1367
34
sesudah
6,368
1,3325
34
Total
6,346
1,2294
68
df1
,868
df2
Sig.
64
,462
df
Mean Square
Sig.
Squares
Partial Eta
Squared
,138
,088
,967
,004
2706,595
2706,595
1717,557
,000
,964
Cuping
,271
,271
,172
,680
,003
Bekam
,020
,020
,013
,911
,000
cuping * bekam
,111
,111
,070
,792
,001
Error
100,854
64
1,576
Total
2839,390
68
101,269
67
Corrected Model
Intercept
Corrected Total
,415
51
LAMPIRAN 2
usia
jenis kelamin
: L/P
alamat/ no HP
Kunjungan
_______________________________
(nama lengkap)
Tanggal Pengambilan
mg/dl
mg/dl
Kunjungan
52
LAMPIRAN 3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
Alamat
: Khoirun_mputra@yahoo.com
No.Telpon
: 081510851233
Riwayat Pendidikan
1995 1996
1996 2002
2002 2005
2005 2008
: MA Negeri 2 Palembang
2008 2009
2009 sekarang