Anda di halaman 1dari 66

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT SEBELUM DAN

SESUDAH TERAPI BEKAM BASAH (AL-HIJAMAH)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :
Khoirun Mukhsinin Putra
NIM : 10910300053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2012 M

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1.

Laporan penelitian ini merupakan hasil karya saya yang bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Semua sumber yang saya pergunakan dalanm penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang di berlakukan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika di kemudian hari di temukan bahwa laporan penelitian ini bukan


merupakan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

ii

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI


BEKAM BASAH (AL-HIJAMAH)

Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)

Oleh :
Khoirun Mukhsinin Putra
NIM : 109103000053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433H / 2012 M

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan penelitian ini berjudul Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum Dan
Sesudah Terapi Bekam Basah (Al-Hijamah) yang diajukan oleh Khoirun
Mukhsinin Putra (NIM : 109103000053), telah diajukan dalam sidang di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 14 Agustus 2012. Laporan ini telah
di terima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked).

Jakarta, 14 Agustus 2012

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang
Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta nikmat yang
tiada hentinya kepada manusia. Terutama nikmat akal yang menjadikan manusia
sebagai makhluk yang paling sempurna. Dengan nikmat akal tersebutlah kita
dituntut untuk dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya tanpa menyimpang
dari perintah-Nya.
Shalawat serta salam penulis sanjungkan bagi makhluk termulia junjungan
kita baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam
kebodohan menuju alam kepintaran, serta keluarga dan para sahabatnya.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang
berjudul Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Terapi Bekam
Basah (Al-Hijamah), sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd. dan DR. dr. Syarief Hasan Lutfie,
Sp.KFR., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan Ketua
Program Studi Pend. Dokter UIN Syarif Hidayatulla Jakarta.
2. dr. Fika Ekayanti M, Med. Ed dan Ibu Endah Wulandari M.BioMed sebagai
dosen pembimbing riset penulis, yang telah banyak menyediakan waktu,
tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat kepada
penulis selama penelitian dan penyusunan riset ini.
v

3. drg. Laifa Annisa H. Ph.D, selaku penanggung jawab riset Program Studi
Pendidikan Dokter 2009.
4. dr. Ali Toha Assegaf (Ahli herbal, Penemu metode smart healing, pengkaji
kedokteran nabi, direktur keuangan RSCM) beserta seluruh terapis bekam
Rumah Sehat Afiat yang telah membantu penulis dalam pengambilan data
responden.
5. Ir.H.Alex Noerdin selaku Gubernur Provinsi Sumatera Selatan beserta staff
dan jajaran Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi salah satu Penerima
Beasiswa Santri Jadi Dokter tahun 2009 di PSPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
6. Kedua orang tua tercinta, yang telah memberikan motivasi serta kasih sayang
yang berlebih dan doa terhadap penulis, serta pengertian orang tua selama
penulis melakukan penelitian ini. Serta Ayuk-ayukku dan adik-adikku yang
tersayang.
7. Teman-teman seperjuangan RISET BEKAM dan untuk teman seangkatan
PSPD 2009, semoga kita semua sukses.
Tidak ada harapan dari penulis, semoga dengan terselesaikannya Laporan
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan kita semua. Tiada gading yang tak
retak demikian pepatah mengatakan. Karena itu tiada menutup kemungkinan jika
dalam penulisan Laporan Penelitian ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan saran penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan penelitian ini dan akan penulis terima dengan senang hati.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 31 Juni 2012

Penulis
vi

ABSTRAK
Khoirun Mukhsinin Putra. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbedaan
Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Terapi Bekam Basah (Al-Hijamah).
Bekam merupakan metode pengobatan sejak zaman Nabi Muhammad SAW yang
bertujuan mengeluarkan darah yang mengandung sisa racun dalam tubuh melalui
permukaan kulit. Sekarang masyarakatpun telah banyak menggunakan metode ini
sebagai pengobatan berbagai macam penyakit termasuk penyakit metabolik
seperti penyakit asam urat dll. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan kadar Asam Urat serum sebelum dan sesudah bekam jika
diamati dalam satu waktu pengamatan. Penelitian ini mengambil responden dari
tanggal 1 Januari 2012 hingga 1 Maret 2012 dan menggunakan rancangan
penelitian analitik numerik berpasangan dengan desain cross sectional (potong
lintang), serta teknik pengambilan sampel non random secara Consecutive
sampling. Subyek penelitian berjumlah 34 orang dan semuanya berjenis kelamin
laki-laki. Semua responden diberikan perlakuan bekam yang sama yaitu sebanyak
dua kali pre dan post. Sampel darah responden diambil melalui darah kapiler
kemudian di ukur menggunakan rapid test digital asam urat sebelum dan sesudah
dibekam. Data yang didapatkan diolah dengan menggunakan uji Paired Samples
T-test. Berdasarkan hasil data tersebut, didapatkan perbedaan kadar Asam Urat
yang tidak berbeda bermakna (p > 0,05) sebelum dan sesudah bekam jika diamati
dalam satu waktu pengamatan.
Kata Kunci: Bekam Basah, Asam Urat
ABSTRACT
Khoirun Mukhsinin Putra. Medical Education Department. The Differences of
Uric Acid Levels Before and After Wet Cupping Therapy (Al-Hijamah).
Cupping is a method of treatment since the time of the Prophet Muhammad SAW
that aimed at removing residual blood containing toxins in the body through the
skin surface. Now, all people has been widely used this method as the treatment of
various diseases including metabolic diseases such as gout, etc. This study aims to
determine whether there are differences in serum uric acid levels before and after
cupping when observed in a time of observation. This study took the respondents
from the date of January 1, 2012 until March 1, 2012, and using numerical
analytical study design paired with a cross-sectional design (cross-sectional), as
well as non-random sampling techniques are Consecutive sampling. The study
subjects totaled 34 people and are all male sex. All respondents are given the
same treatment cupping twice the pre and post. Blood samples of respondents
were obtained through the blood capillaries then measured using a rapid test
digital uric acid before and after cupping. The data obtained were analyzed using
test Paired Samples T-test. Based on the data, found differences in levels of uric
acid are not significantly different (p > 0.05) before and after the cupping when
observed in a time of observation.
Keywords: Wet Cupping, Uric Acid

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................

Halaman
ii

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................

iv

KATA PENGANTAR .............................................................................

ABSTRAK ..............................................................................................

vii

ABSTRACT .............................................................................................

vii

DAFTAR ISI ...........................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

xii

DAFTAR BAGAN ..................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

1.1 Latar Belakang .......................................................................

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................

1.3 Hipotesis .................................................................................

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................

1.4.1 Tujuan Umum ..............................................................

1.4.2 Tujuan Khusus ..............................................................

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................

2.1 Bekam ....................................................................................

2.1.1 Definisi Bekam ........................................................

2.1.2 Tujuan Hadist Bekam ..............................................

2.1.2.1 Hukum Mengenai Bekam ...........................

2.1.3 Macam-Macam Bekam dan Peralatannya ...............

2.1.3.1 Macam-Macam Bekam ...............................

viii

2.1.3.2 Peralatan Bekam dan Prosedur Pembekaman .............. 7


2.1.4 Titik Sunnah dan Mekanisme Bekam ..................................... 7
2.2 Asam Urat ............................................................................................. 9
2.2.1 Perubahan Purin Menjadi Asam Urat ..................................... 10
2.2.2 Asam Urat Sebagai Antioksidan ............................................. 11
2.2.3 Eksresi Asam Urat di Ginjal ..................................................... 12
2.2.4 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Eksresi ................ 12
2.2.5 Kelainan Asam Urat ................................................................ 13
2.2.6 Hiperurisemia .......................................................................... 14
2.2.6.1 Etiologi dan Patofisiologi ............................................ 14
2.2.6.2 Manifestasi Klinik ........................................................ 18
2.2.7 Terapi Hiperurisemia ............................................................... 19
2.2.7.1 Golongan Urikosurik ................................................... 19
2.2.7.2 Golongan Inhibitor Xantin Oksidase .......................... 19
2.3 Pengobatan Asam Urat dengan Metode Bekam ..................................... 20
2.4 Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat Darah ...................................... 20
2.5 Kerangka Teori ....................................................................................... 21
2.6 Kerangka Konsep ................................................................................... 21
2.7 Definisi Operasional ............................................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 22
3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 22
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 22
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 22
3.4 Kriteria Penelitian ................................................................................... 23
3.4.1 Kriteria Inklusi ........................................................................ 23
3.4.2 Kriteria Eklusi ......................................................................... 23
3.4.3 Variabel Penelitian .................................................................. 23
3.5 Cara Kerja Penelitian ............................................................................. 23
ix

3.6 Alur Kerja dan Etika Penelitian .............................................................. 24


3.7 Alat, bahan dan Cara Kerja .................................................................... 25
3.7.1 Alat ........................................................................................... 25
3.7.2 Bahan ........................................................................................ 25
3.7.3 Cara Kerja ................................................................................. 25
3.8 Analisis Data .......................................................................................... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 26
4.1 Data Distribusi Responden ...................................................................... 26
4.2 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam ................................... 31
4.3 Kadar Asam Urat Berdasarkan Distribusi Riwayat Kadar Asam Urat ... 33
4.4 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan
Banyak Kunjungan dan Cup yang Digunakan ....................................... 34
4.5 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan
Distribusi Usia ........................................................................................ 35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 38
5.1 Simpulan ................................................................................................. 38
5.2 Saran ........................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 40
LAMPIRAN ............................................................................................................. 43

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.

Halaman
Definisi Operasional.................................................................... 21

Tabel 4.1.

Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Bekam........................ 31

Tabel 4.2.

Kadar Asam Urat Berdasarkan Distribusi Riwayat Kadar Asam


Urat ............................................................................................. 33

Tabel 4.3.

Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan


Banyak Kunjungan ..................................................................... 34

Tabel 4.4.

Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan


Banyak Cup ................................................................................. 34

Tabel 4.5.

Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan


Distribusi Usia ............................................................................ 35

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Bekam Basah ...............................................................................6
Gambar 2.2. Peralatan Bekam ..........................................................................7
Gambar 2.3. Struktur asam urat........................................................................10
Gambar 2.4. Metabolisme Purin Menjadi Asam Urat .....................................11
Gambar 2.5. Metabolisme Purin.......................................................................17
Gambar 4.1. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat
Sebelum Bekam ...........................................................................26
Gambar 4.2. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat
Sesudah Bekam ...........................................................................27
Gambat 4.3.

Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Usia ......................27

Gambar 4.4. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan


Usia Produktif (15-55 Tahun) .....................................................28
Gambar 4.5. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan
Usia NonProduktif (>55 Tahun) ..................................................28
Gambar 4.6. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Bekam ....29
Gambar 4.7. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan
Riwayat Bekam 2 kali ..............................................................29
Gambar 4.8. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan
Riwayat Bekam 3-4 kali .............................................................29
Gambar 4.9. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Cup .........30
Gambar 4.10. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan
Jumlah Cup 11 .........................................................................30
Gambar 4.11. Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan
Jumlah Cup 12 ...........................................................................31

xii

DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 2.3.1

Kerangka Teori ..................................................................

21

Bagan 2.3.2

Kerangka Konsep ..............................................................

21

Bagan 3.5

Cara Kerja Peneliian ..........................................................

23

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1

Hasil Uji Statistik ..............................................................

43

Lampiran 2

Informed Consent dan Kuisioner.......................................

51

Lampiran 3

Daftar Riwayat Hidup........................................................

52

xiv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah


Bekam atau Al-Hijamah atau di Eropa lebih dikenal sebagai cupping atau

fire bottle merupakan salah satu metode pengobatan alternatif yang sudah dikenal
sejak zaman dahulu hingga sekarang. Mereka menggunakannya sebagai terapi
untuk berbagai macam penyakit.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam telah bersabda Sesungguhnya
cara pengobatan paling ideal yang kalian pergunakan adalah hijamah atau
Bekam (Muttafaq 'alaihi, Shahih Bukhari (no. 2280) dan Shahih Muslim (no.
2214).1 Hadist ini menjelaskan bahwa Rasullah SAW-pun mengatakan bahwa
bekam merupakan salah satu pengobatan yang paling ideal, termasuk untuk
hiperurisemia.
Penyakit hiperurisemia sudah dikenal oleh Hipocrates pada zaman Yunani
kuno. Penyakit ini dianggap sebagai penyakit kalangan sosial elite yang
disebabkan karena terlalu banyak makan. Hiperurisemia dapat berkembang
menjadi penyakit gout. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia dan pada semua
ras manusia. Gout jarang ditemukan pada wanita, sekitar 95% penderita gout
adalah kalangan pria terutama yang berusia 40 tahun keatas. Pada perempuan
kasus penyakit ini meningkat tajam setelah masa menopause dimana kadar
hormon esterogen yang berperan dalam mengeksresikan asam urat melalui urin
menurun.2
Hiperurisemia terjadi diakibatkan karena penumpukan asam urat dalam
tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat atau pengeluaran
melalui ginjal yang menurun serta dapat disebabkan oleh peningkatan asupan
makanan kaya purin.2
Purin yang merupakan prekursor asam urat diperoleh dari tiga sumber
yaitu purin dari makanan, akibat perubahan asam nukleat jaringan menjadi
nukleotida purin dan sintesis de novo basa purin. Adanya gangguan enzim yang
meregulasi metabolisme purin dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
produksi asam urat3. Sekitar dua pertiga dari asam urat yang di produksi setiap
1

harinya akan dieksresikan bersama dengan urin. Sisanya akan dieliminasi melalui
saluran cerna setelah mengalami degradasi enzimatik oleh bakteri kolon4.
Banyak cara untuk mengurangi kadar asam urat mulai dari mengonsumsi
obat-obatan kimia (medis) maupun menggunakan pengobatan berdasarkan yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW, salah satunya menggunakan cara pengobatan
bekam. Namun pengobatan bekam belum dibuktikan secara ilmiah, sehingga
masih belum banyak hasil yang menjelaskan cara kerja dan patofisiologi bekam
secara medis.
Berdasarkan hadist dan uraian di atas, maka peneliti akan meneliti
perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah terapi bekam.

1.2.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana Perbedaan kadar

asam urat sebelum dan sesudah terapi bekam basah (Al-Hijamah)?

1.3.

Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan kadar asam urat

sebelum dan sesudah terapi bekam basah (Al-Hijamah).

1.4.

Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati perbedaan kadar
asam urat sebelum dan sesudah terapi bekam basah (Al-Hijamah).
1.4.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengaruh terapi bekam basah terhadap kadar
asam urat.

1.5.

Manfaat penelitian

Untuk memberikan tambahan informasi mengenai manfaat bekam


terhadap kadar asam urat pada masyarakat

Untuk membuktikan secara evidence based mengenai manfaat terapi


bekam yang merupakan salah satu dari Thibbun Nabawi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Bekam

2.1.1 Definisi Bekam


Dalam bahasa arab disebut hijamah, dari kata al-hijmu yang berarti
pekerjaan, yaitu membekam. Al-Hajjam berarti ahli bekam. Al-Hijmu berarti
menghisap atau menyedot. Sedangkan Al-Mihjam atau Al-Mihjamah merupakan
alat untuk membekam, yang berupa gelas untuk menampung darah yang
dikeluarkan dari kulit atau gelas untuk mengumpulkan darah hijamah. Bekam
mempunyai beberapa sebutan, seperti : canduk, canthuk, kop atau mambakan1.
Di Eropa, bekam disebut cupping dan fire bottle. Dalam bahasa mandarin
disebut Pa Hou kuan. Maka secara bahasa, bekam berarti menghisap. Menurut
istilah, bekam berarti peristiwa penghisapan kulit, penyayatan dan mengeluarkan
darahnya dari permukaan kulit, yang kemudian ditampung di dalam gelas. Bekam
didefinisikan sebagai suatu metode pengobatan dengan menggunakan tabung atau
gelas yang ditelungkupkan pada permukaan kulit agar menimbulkan bendungan
lokal. Hal ini disebabkan oleh tekanan negatif di dalam tabung, agar terjadi
pengumpulan darah lokal. Kemudian darah tersebut dikeluarkan dari kulit dengan
dihisap, dengan tujuan meningkatkan sirkulasi energi chi (bahasa China) dan
menimbulkan efek analgetik (menghilangkan nyeri)1.
Sedangkan kitab-kitab Arab, pengertian bekam adalah mengeluarkan darah
dari kulit dengan cara menghisap, kemudian penyayatan ringan pada permukaan
kulit, kemudian dilakukan penghisapan lagi agar darah bisa keluar dan
menimbulkan kesembuhan dengan izin Allah SWT1.
Proses pengobatan bekam

melalui tiga peristiwa yakni penghisapan,

penyayatan dan pengeluaran darah. Prinsipnya bekam adalah pengobatan dengan


cara menghisap permukaan kulit, sehingga darah dan segala sesuatu yang berada
di bawah kulit akan ikut tersedot dan membanjiri daerah yang dihisap tersebut,
dan terjadilah fenomena pengumpulan darah.1

2.1.2 Tujuan Hadist Bekam


Bekam, walaupun bukan urusan ibadah langsung kepada Allah Swt, namun
banyak disinggung Rasulullah Saw. Tujuan Rasulullah Saw menyampaikan hadits
tentang bekam adalah1 :

Bahwa bekam merupakan perbuatan yang baik. Sebab, pada zaman


Rasulullah Saw, bekam sudah menjadi pengobatan sehari-hari masyarakat,
sehingga para sahabat khawatir jika bekam itu bertentangan dengan islam.
Lalu, Rasulullah membolehkan membekam dan memerintahkannya.

Memberikan pendidikan kepada manusia, agar manusia mempelajari bekam


dan melakukan penelitian-penelitian tentang bekam.

Menunjukkan bahwa bekam merupakan pilihan utama dari berbagai metode


pengobatan yang sudah ada pada saat itu.

Menunjukkan kekuasaan Allah, bahwa walaupun Rasulullah Saw bukan ahli


bekam dan menyerahkan pengobatan bekam kepada sahabat yang lain, namun
ternyata

Rasulullah

Saw

dengan

bimbingan

wahyu

ilahi,

mampu

menunjukkan titik titik bekam yang efektif.

2.1.2.1 Hukum Mengenai Bekam


Secara nash, banyak hadits yang menyebutkan tentang hijamah
(berbekam) yang mengarah kepada hukum yang mewajibkan. Namun sebenarnya
para ulama masih berbeda pendapat tentang hukumnya, bahkan juga berbeda
pendapat tentang apakah hijamah itu bagian dari syariat atau bukan.5
Di antara nash tentang hijamah (berbekam) antara lain sebagai berikut :
Dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: kesembuhan itu ada
dalam tiga hal, Yaitu minum madu, sayatan dengan alat bekam, dan kay. Namun,
aku melarang umatku melakukan kay (HR Bukhari)1
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu bahwa dia berkata kepada
orang sakit yang dijenguknya, Tidak akan sembuh kecuali dengan berbekam.
Sungguh aku mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam berkata bahwa
pada berbekam itu ada kesembuhan. (HR Bukhari dan Muslim).5
Dari Salma pelayan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam berkata
bahwa tidak ada seorang pun yang mengadukan penyakitnya kepada Rasulullah

Shalallahu Alaihi Wa Sallam di kepala kecuali beliau memerintahkan,


Berbekamlah. (HR Abu Daud dengan isnad hasan)5
Dari Abi Hurairah radhiyallahu anhu berkata, telah bersabda Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wa Sallam, Berbekamlah (pada tanggal) 17, 19 dan 21.
Karena itu obat dari segala penyakit. (HR Abu Daud dengan isnad hasan dengan
syarat dari Muslim)5
Dr. Yusuf Al Qaradhawi dan banyak ulama di masa lalu, membahas
tentang hukum hijamah dan berpendapat bahwa hijamah tidak lebih dari sebuah
teknologi kesehatan yang sedang berkembang di masa lalu. walaupun ada riwayat
bahwa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi WaSallam melakukan hijamah
(dibekam), bukan berarti hal itu menjadi bagian dari risalah beliau sebagai nabi.5
Menurut beliau, ketika Nabi memberi pengarahan tentang berbekam,
beliau sedang tidak dalam kapasitas sebagai pembawa risalah, melainkan sebagai
orang yang punya pengalaman teknis dengan hijamah. Jadi sekedar ijtihad, bukan
syariat.5
Sama seperti ketika Nabi mengatur posisi pasukan dalam perang Badar.
Oleh para shahabat yang jauh lebih berpengalaman, petunjuk Nabi ini dianggap
kurang tepat. Setelah memastikan bahwa ketetapan itu bukan wahyu melainkan
hanya ijithad Nabi belaka, maka posisi pasukan pun diubah supaya lebih
menguntungkan. Dan hal itu sangat dimungkinkan.5
Tentang adanya tindakan Nabi yang menjadi bagian dari syariah dan
bukan

syariah,

hal

ini

dijelaskan

oleh

Syeikh

Ad

Dahlawi

Dalam

kitabnya Hujjatullah Al-Balighah, beliau mengatakan bahwa sunnah (perkataan


dan perbuatan) Nabi itu terbagi menjadi dua klasifikasi5:
Pertama, bagian yang terkait dengan hukum syariah, di mana hukumnya
bisa ditetapkan menjadi 5 yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.
Kedua, bagian yang tidak terkait dengan hukum syariah, melainkan
sekedar menjadi bagian dari fenomena sosial, teknologi dan hal-hal yang berbau
teknis pada zaman dan wilayah tertentu.
Dan

praktek hijamah ini

dikelompokkan

sebagai

perbuatan

Nabi

Shalallahu Alaihi Wa Sallam yang bukan termasuk syariah. Sehingga hukumnya

tidak terkait dengan hukum wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Hukumnya
dikembalikan kepada semata-mata pertimbangan berdasarkan penelitian dan ilmu
kedokteran. Dan jika ternyata manfaat hijamah terbukti sesuai dengan ilmu
kesehatan yang berkembang sekarang, maka dapat dipertimbangkan untuk
menjadi salah satu alternatif pengobatan namun jika sebaliknya maka dapat
ditinggalkan saja karena tidak ada kaitannya dengan hukum wajib ataupun
sunnah, semuanya dikembalikan berdasarkan manfaatnya.5

2.1.3

Macam-macam Bekam dan Peralatannya

2.1.3.1 Macam-Macam Bekam


Setelah dilakukan penghisapan, bisa dilakukan penyayatan untuk
mengeluarkan darah, bisa juga tanpa penyayatan, sehingga darah tidak keluar.
Bekam yang tidak diikuti dengan pengeluaran darah inilah yang disebut bekam
Kering (Hijamah Jaffah). Bekam kering ini cocok untuk orang yang tidak tahan
suntikan jarum, sayatan pisau dan takut melihat darah. Kulit yang dibekam akan
tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari. Lebam ini dapat dihilangkan
dengan minyak zaitun, minyak habbatus sauda atau qusthul hindi1.
Bekam Basah (Hijamah Rothbah atau Hijamah Damamiyah) (gambar
2.1), dilakukan dengan bekam kering dahulu, kemudian permukaan kulit disayat
dengan pisau bedah atau ditusuk menggunakan jarum lancet, lalu di dihisap
kembali dengan alat cupping set untuk mengeluarkan darah dari permukaan kulit.1

Gambar 2.1 Bekam Basah (ABI Asosiasi Bekam Indonesia)6

2.1.3.2 Peralatan Bekam dan Prosedur Pembekaman


Peralatan yang digunakan untuk berbekam terdiri dari sarung tangan, gelas
bekam, lancet, kapas steril, betadine dan pompa untuk menghisap udara dari
dalam gelas (gambar 2.2).

Gambar 2.2 Peralatan Bekam (ABI Asosiasi Bekam Indonesi)6


Gelas bekam dipasang pada titik-titik yang ditentukan untuk pembekaman.
Udara diisap dari dalam gelas, sehingga gelas tersebut menarik sebagian kulit dan
terlihat warna merah pada kulit di lokasi pembekaman. Kuatnya isapan relatif
tergantung pada ketahanan pasien.7
Gelas dibiarkan selama kurang lebih 5 menit kemudian dilepaskan. Lokasi
pembekaman dibersihkan terlebih dahulu dengan betadin kemudian dilakukan
penusukan jarum lancet menggunakan pen lancet di lokasi tersebut atau dapat
juga dilakukan sayatan tipis menggunakan bisturi. Setelah itu, gelas bekam
dipasang kembali untuk menghisap darah bekam selama kurang lebih 5 menit atau
hingga gelas terisi penuh seperti pada gambar 2.1. Setelah selesai dilakukan terapi
bekam, setiap titik atau lokasi pembekaman dibersihkan dengan betadin dan jika
perlu dioleskan minyak zaitun atau minyak habbatus sauda7.

2.1.4

Titik Sunah dan Mekanisme Bekam


Titik bekam sunnah adalah titik bekam yang dianjurkan, titik ini

ditentukan berdasarkan hadist yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW. Ada 5


titik yang berbeda yang merupakan titik bekam sunah, yaitu Kahil, akhda;ain,
yafukh, punggung telapak kaki dan pinggul.7

Ada beberapa hadist yang menjelaskan mengenai titik bekam sunnah ini,
diantaranya 7:

Dari Abu Hurairah; bahwa Abu Hind membekam Nabi Muhammad SAW
di titik yafukh. Maka, Nabi Muhammad SAW bersabda:wahai Bani
Bayadhah, nikahkan Abu Hind dan nikahkan anak perempuan kalian
kepadanya.Beliau juga bersabda: jika ada kebaikan dalam pengobatan
kalian maka itu ada dalam bekam. (HR. Abu Dawud, Daruqutni dan
Ibnu Hidan)

Dari Anas, Nabi Muhammad SAW bersabda: beliau berbekam tiga


bekaman, yaitu di akhdaain (dua akhda) dan kahil. (HR. Ahmad, Abu
Dawud, Ibnu Majah dan Tarmidzi)

Dari Jabir, bahwa Nabi Muhammad SAW berbekam di pinggulnya


disebabkan oleh wats (luka memar)19.
Patofisiologi dan cara kerja bekam memang sulit dipahami dengan

pendekatan ilmiah medis. Sehingga banyak kalangan medis menganggap terapi


bekam ini mengada-ada, tidak ilmiah dan mistik. Saat ini cara paling mudah untuk
mempelajari metode pengobatan bekam adalah dengan memakai konsep
patofisiologi akupuntur.1
Konsep dasar mekanisme terapi bekam, didasarkan pada ilmu cina kuno,
yang berpatokan pada teori Zang Xiang, yang merupakan pengembangan dari
teori Lima Elemen dari teori Ying Yang. Zang berarti organ tubuh bagian dalam
yang tidak terlihat langsung.Xiang berarti penampilan luar yang bisa diamati.
Zang atau Zang Fu berarti fungsi dari lima organ bagian dalam atau organ padat,
yang terdiri dari jantung, hati, paru-paru, ginjal, limpa. Fu berarti organ luar atau
organ yang berongga seperti: usus kecil, kandung empedu, usus besar, kandung
kencing dan lambung. Hubungan harmonis antara organ luar dan dalam dan
keseluruhan bagian tubuh manusia menentukan kondisi kesehatan jiwa raganya.
Hubungan ini dikenal sebagai aliran chi atau meridian. Jika chi terhambat, maka
penyakit mudah timbul. Untuk mengobatinya, salah satunya dengan menstimulasi
beberapa titik meridian. Bekam bisa digunakan untuk menstimulasi titik meridian
ini.1

Alasan kenapa kulit yang dibekam karena dipermukaan tubuh maupun


didalam tubuh manusia terdapat suatu sistem menyerupai saluran atau jala-jala
yang disebut cing luo, meridian, jala, habel, khottuz zawaal atau tho. Dengan
adanya saluran ini, maka bagian tubuh yang satu dengan yang lainnya akan
terhubung. Misalnya, antara permukaan tubuh dengan organ tubuh, antara organ
dengan organ, antara organ dengan jaringan penunjang dan antara jaringan
penunjang satu dengan yang lainnya.1
Masuknya penyakit melalui saluran meridian tersebut akan menimbulkan
keluhan-keluhan sepanjang meridian. Misalnya, bila penyakit masuk ke dalam
lambung, maka sepanjang saluran meridian tadi akan menimbulkan keluhankeluhan pada lambung. Demikian juga sebaliknya, penyakit yang ada di dalam
organ tubuh akan dimanifestasikan ke permukaan tubuh melalui saluran meridian
ini.1
Dengan adanya hubungan ini, maka bisa dilakukan pengobatan pada titik
tersebut. Sebab, chi dari permukaan tubuh akan mengalir di sepanjang meridian
menuju organ yang sakit. Dengan demikian, saluran tadi bisa berfungsi untuk
menyelaraskan chi dan mengobati bagian tubuh yang tidak seimbang.1
Selain itu juga, pada saat terjadi penusukan menggunakan lancet ataupun
penyayatan dengan bisturi, diproduksi juga nitrit oksida. Zat ini bertanggung
jawab terhadap sebagaian besar perbaikan kondisi tubuh yang terjadi setelah
berbekam, karena zat ini merupakan vasodilator, sehingga memudahkan proses
inflamasi dan pengeluaran opioid endogen seperti endorfin dan enkafalin7.

2.2

Asam urat
Asam urat adalah suatu senyawa nitrogenous yang merupakan produk akhir

metabolisme purin (gambar 2.3). Purin (adenin dan guanin) merupakan konstituen
asam nukleat. Di dalam tubuh, metabolisme purin terjadi secara terus menerus
seiring dengan sintesis dan penguraian RNA dan DNA, sehingga walaupun tidak
ada asupan purin, tetap terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial8.
Purin yang merupakan sumber utama dari asam urat dapat berasal dari tiga
sumber yaitu purin dari makanan, perubahan asam nukleat jaringan menjadi
nukleotida purin dan sintesis de novo basa purin. Kadar asam urat serum

10

dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kecepatan eksresinya oleh ginjal, usia dan
juga jenis kelamin.3,4.9

Gambar 2.3 Struktur asam urat10

2.2.1 Perubahan Purin Menjadi Asam Urat


Purin adalah salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel
atau nukleotida. Nukleotida yang terdapat dalam sel terus menerus mengalami
pergantian. Nukleotida dipecah menjadi nukleosida melalui hidrolisis oleh
nukleotidase. Pemutusan nukleosida secara fosforolitik menjadi basa bebas dan
ribosa 1-fosfat (deoksiribosa 1-fosfat) dikatalisis oleh nukleosida fosforilase.
Ribosa 1-fosfat mengalami isomerasi oleh fosforibomutase menjadi ribosa 5fosfat, yaitu suatu substrat untuk sintesis PRPP (5-fosforibosil-1-pirifosfat dalam
sintesis triptofan). Beberapa dari basa-basa itu digunakan kembali untuk
membentuk nukleotida melalui jalur penyelamatan (salvage).11
Pada jalur degradasi AMP (pemecahan AMP menjadi asam urat) terdapat
satu langkah tambahan. AMP dideaminasi menjadi IMP oleh adenilat deaminase.
Gugus 5-fosfat pada IMP dikeluarkan secara hidrolisis dan ikatan glikosidik
diputus oleh Pi untuk menghasilkan hipoxantin, yaitu suatu basa bebas. Xantin
oksidase suatu enzim flavoprotein yang mengandung molibdenum dan besi,
mengoksidasi hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat
(gambar 2.4). Molekul oksigen yang menjadi oksidan pada kedua reaksi itu
direduksi menjadi H2O2, yang kemudian dipecah menjadi H2O dan O2 oleh
katalase. Asam urat bentuk keto terdapat dalam keadaan seimbang dengan bentuk
enol, yang akan kehilangan sebuah proton pada pH fisiologis untuk membentuk
urat. Pada manusia urat merupakan hasil pemecahan purin dan diekskresikan
melalui urin.11

11

Gambar 2.4 Metabolisme purin menjadi asam urat12


Pada manusia, asam urat diekresikan didalam urin, tetapi pada mamalia lain,
asam urat dioksidasi lagi menjadi alantoin sebelum dieksresi. kadar asam urat
darah normal pada manusia adalah sekitar 4mg/dl (0,24 mmol/L). Di ginjal asam
urat difiltrasi, direabsorpsi dan disekresi. Normalnya, 98% asam urat yang
difiltrasi direabsorpsi dan 2% sisanya merupakan sekitar 20% jumlah yang
dieksresi. 80% lainnya berasal dari sekresi tubulus. Eksresi asam urat pada diet
bebas purin adalah sekitar 0,5 g/24 jam dan pada diet reguler sekitar 1g/24 jam.11

2.2.2

Asam Urat sebagai Antioksidan


Kadar rata-rata dalam serum manusia mendekati batas kelarutannya.

Peningkatan kadar urat yang nyata terjadi pada evolusi primata. Terdapat
keuntungan khusus yang diperoleh dari peningkatan kadar urat sedemikian
tingginya, sehingga nyaris nenimbulkan pirai pada kebanyakan orang. Ternyata,
urat mempunyai aktifitas kerja yang menguntungkan. Urat merupakan pemusnah
(scavenger) efisien untuk menyingkirkan spesies oksigen yang sangat reaktif dan
berbahaya seperti radikal hidroksil, anion superperoksida, oksiden singlet dan zatzat antara hem yang teroksigenasi pada status Fe dengan valensi tinggi (+4 dan
+5). Sesungguhnya urat sebagai antioksidan hampir sama efektifnya askorbat.

12

Dapat kita lihat pada urat, ekspresi suatu prinsip bahwa berbagai produk akhir
pada jalur katabolisme memainkan peran penting sebagai senyawa-senyawa
pelindung.8

2.2.3 Eksresi Asam Urat di Ginjal


Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa hasil
metabolisme yang sudah tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Produk tersebut
meliputi urea, kreatinin, asam urat, produk akhir pemecahan hemoglobin dan
metabolit dari berbagai hormon. Sekitar 75% dari asam urat akan dieksresikan
melalui ginjal dan sisanya dieksresikan melalui saluran cerna setelah mengalami
degradasi oleh bakteri kolon.4,13

2.2.4 Faktor yang Berpengaruh terhadap Eksresi Asam Urat melalui Ginjal
a. Volume Cairan Ekstraselular
Volume cairan ekstraselular atau sirkulasi arteri efektif memiliki pengaruh
yang sangat besar pada pengendalian asam urat oleh ginjal, eksresi asam urat akan
mengalami peningkatan oleh adanya peningkatan dari volume cairan ekstraselular
dan eksresi ini akan mengalami penurunan jika terjadi kontraksi dari volume
cairan ekstraselular. Pengaruh-pengaruh yang ada ini mencerminkan pengaruh
dari volume cairan ekstraselular terhadap perubahan absorpsi dari urat, dimana
reabsorpsi akan meningkat jika terjadi kontraksi volume cairan ekstraselular dan
akan menurun jika terjadi dengan adanya peningkatan volume cairan
ekstraselular.9
b. Kecepatan Aliran Urin
Sulit untuk membedakan pengaruh dari kecepatan aliran urin terhadap
pengendalian asam urat oleh ginjal dengan volume cairan ekstraselular sebab
pengaruh dari keduanya sering terjadi secara bersamaan. Beberapa studi yang
dilakukan pada subjek manusia menunjukkan adanya pengaruh yang kecil dari
kecepatan aliran urin secara independent terhadap pengendalian asam urat oleh
ginjal, tanpa adanya pengaruh dari volume cairan ekstraselular, ketika kecepatan
aliran urin dibawah 2ml/menit.9

13

c. pH Urin
pH urin akan mempengaruhi kelarutan asam urat. Jika pH urin mengalami
penurunan maka asam urat akan berada dalam bentuk ion yang sangat tidak larut.
Pada pH yang basa senyawa akan terdisosiasi menjadi bentuk yang lebih larut.9
d. Hormon
Beberapa hormon mempengaruhi pengedalian asam urat. Angiotensin dan
norepinefrin akan menyebabkan penurunan klirens asam urat secara langsung
berkaitan dengan aliran darah ginjal.9
e. Pengaruh Sistem Asam-Basa dan Metabolit Endogen
Perubahan pada asam urat plasma dan ekskresi asam urat memiliki kaitan
dengan abnormalitas dari sistem asam basa. Penurunan eksresi asam urat
dilaporkan terjadi pada kondisi severe respiratory acidosis, diabetes ketoasidosis
dan alkalosis metabolit. Beberapa metabolit endogen akan meningkatan eksresi
asam urat, seperti glukosa (hiperglikemia) dan glisin.9
f. Obat-obat
Beberapa obat-obatan dapat mempengaruhi eksresi asam urat, yang mana
dapat menyebabkan hiperurisemia maupun hipourisemia. Obat-obatan seperti
asam salisilat dosis rendah, etambutol, pirazinamid, asam nikotinat dan golongan
diuretik dapat menyebabkan terjadiya hiperurisemia sedangkan obat-obatan
seperti sulfinpirazon, probenezid, fenilbutazone dan lain lain akan mengakibatkan
hipourisemia.9

2.2.5 Kelainan Asam Urat


Pada manusia, asam urat merupakan produk sisa akhir dari degradasi
senyawa purin. Karena ketidakberadaan urikase pada manusia, maka terdapat
kemungkinan adanya timbunan asam urat yang apabila melewati batas tertentu
akan menimbulkan gangguan patologis.14
Pada kondisi normal kadar asam urat pada laki-laki 3,5-7,0 mg/dl dan
perempuan antara 2,5 -5,6 mg/dl.15 Jika kelebihan produksi ataupun penurunan
eksresi asam urat dalam tubuh akan meningkat yang disebut hiperurisemia.
Keadaan tersebut dapat menimbulkan penyakit gout sebagai akibat adanya

14

penimbunan kristal natrium urat pada persendian yang disertai dengan rasa
nyeri.14
Banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap kadar asam urat serum,
seperti stres yang dapat meningkatkan kadar asam urat serum meningkat. Obatobatan juga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam serum antara lain alkohol,
asam askorbit, aspirin dosis rendah, kafein, cisplatin, diazoxide, diuretik,
epinefrin, ethambutol, levodopa, metildopa, asam nikotinat, fenotiazin dan
theofilin. Obat-obatan yang menurunkan kadar asam urat dalam serum:
alopurinol, aspirin dosis tinggi, azathioprin, clofibrat, kortikosteroid, estrogen,
infuse glucose, guafenisin, manitol, probenecid dan warfarin.14
Nilai abdnormal dimana kadar dalam serum meningkat (hiperurisemia)
juga bisa disebabkan oleh penyakit atau keadaan sebagai berikut: pirai (gout),
intake purin yang berlebihan, gangguan metabolisme purin pada bayi (genetik),
karsinoma metastase, multiple myeloma, leukemia, kemoterapi karsinoma,
rhabdomiolisis (olahraga/latihan yang berat), luka baka, trauma, penurunan
kesadaran pada epilepsy, infark miokard), penyakit ginjal kronik, asidosis (ketotik
atau

laktak),

hipotiroid,

kehamilan

dengan

keracunan

(eklampsia),

hiperlipoproteinemia, alkohol dan idiopatik.14


Nilai abdnormal kadar asam urat dalam serum menurun juga bisa
disebabkan oleh penyakit atau keadaan sebagai berikut: penyakit wilson, sindroma
fnconi, keracunan pb (timah), ikterus karena kelainan hati.14

2.2.6 Hiperurisemia
Hiperurisemia adalah keadaan di mana terjadi peningkatan kadar asam urat
serum. Secara biokimia akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di
serum yang melewati ambang batasnya.16
2.2.6.1 Etiologi dan Patofisiologi
Penyebab hiperurisemia sebagai suatu proses metabolic yang dapat
menimbulkan manifestasi gout, dibedakan dengan hiperurisemia primer, sekunder
dan idiopatik. Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia atau gout
yang disebabkan karena penyakit lain atau penyebab lain. Hiperurisemia dan gout

15

idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer, kelaianan


genetik, tidak ada kelainan fisiologi atau anatomi yang jelas.16
Hiperurisemia dan gout primer adalah hiperurisemia dan gout tanpa
disebabkan penyakit atau penyebab lain, terdiri dari hiperurisemia primer dengan
kelainan molekular yang masih belum jelas dan hiperurisemia primer karena
adanya kelainan enzim.16
Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia atau gout yang
disebabkan karena penyakit lain atau penyebab lain. Hiperurisemia dan gout
sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu kelainan yang menyebabkan
peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang menyebabkan peningkatan
degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang menyebabkan
underexcretion.16
Hiperurisemia dan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas
penyebab primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi
yang jelas. Hiperurisemia dapat pula terjadi karena peningkatan metabolisme
asam

urat

(overproduction),

penurunan

pengeluaran

asam

urat

urin

(underexcretion) atau gabungan keduanya.13,16


a. Overproduksi
Beberapa sistem enzim meregulasi metabolisme dari purin. Adanya
abnormalitas pada sistem regulasi ini dapat menyebabkan overproduksi dari asam
urat. Overproduksi asam urat juga dapat terjadi karena peningkatan perombakan
asam

nukleat

jaringan,

seperti

pada

penyakit

mieloproliferatif

dan

limfoproliferatif. Enzim yang berperan dalam regulasi metabolisme purin adalah


Phosporibosyl

Pirophoshatase

(PRPP)

dan

Hypoxanthine-guanine

Phosphoribosyl Transferase (HGPRT) (Gambar 2.5). Peningkatan aktivitas PRPP


sintetase akan meningkatkan konsentrasi PRPP. PRPP memiliki peranan dalam
proses sintesis purin sehingga akan terbentuk asam urat. HGPRT adalah enzim
yang bertanggung jawab pada proses konversi guanin menjadi asam guanilat dan
hipoxantin menjadi asam inosinat. Kedua proses konversi ini memerlukan PRPP
sebagai ko-substrast dan merupakan proses penting yang terlibat dalam sintesis
asam nukleat. Penurunan HGPRT akan menyebabkan peningkatan metabolisme
guanin dan hipoxantin menjadi asam urat dan lebih banyak PRPP akan yang akan

16

berinteraksi dengan glutamin pada proses awal dari jalur purin. Beberapa kondisi
yang dapat menyebabkan overproduksi dari asam urat16 :
Defisiensi HGPRT pada sindroma Lesh-Nyhan : pada sindroma LeshNyhan terjadi gangguan X-linked. HGPRT mengkatalisa konversi
hipoxantin menjadi asam inosinat, dimana PRPP bertindak sebagai donor
fosfat.

Defisiensi

HGPRT menghasilkan akumulasi

PRPP

yang

mempercepat biosintesis purin.


Defisiensi parsial HGPRT pada sindroma Killey-seegmiller : pada
sindroma ini juga terjadi gangguan X-linked yang akan berkembang ke
kondisi arthritis gout, menimbulkan nefrolotiasis asam urat dan defisiensi
neurologik ringan.
Peningkatan aktivitas sintetase PRPP : kondisi ini terjadi oleh karena
adanya gangguan X-linked yang menyebabkan terjadinya peningkatan
aktivitas enzim sintetase PRPP degan memutasikannya.
Diet kaya purin : daging (jeroan), daging unggas, alkohol, polongpolongan yang menyebabkan produksi asam urat berlebihan.
Peningkatan perubahan asam nukleat : terjadi pada pasien anemia
hemolitik dan malignansi hematologis seperti limphoma, myeloma atau
leukimia.
Sindroma lisis tumor : menghasilkan komplikasi serius hiperurisemia.
Glikogenolisis III, V dan VII

17

Gambar 2.5 Metabolisme Purin13

b. Penurunan Eksresi Asam Urat


Adanya penurunan eksresi asam urat disebabkan beberapa kondisi, salah
satunya adalah gangguan pada fungsi ginjal. Beberapa kondisi lain yang
menyebabkan penurunan eksresi asam urat antara lain16 :
Insufisiensi ginjal : gagal ginjal merupakan salah satu penyebab umum
hiperurismeia. Penurunan klirens ginjal akan menyebabkan penurunan
klirens asam urat yang dapat menahan asam organik bersaing untuk
sekresi di tubulus proksimal.
Familial jouvenile gouty nephropathy : keadaan autosomonal dominan
yang jarang ditandai dengan progresivitas insufisiensi ginjal. Pasien
mempunyai eksresi fraksional urat yang rendah.
Sindroma X : sindroma ini ditandai dengan hipertensi, obesitas, resistensi
insulin, dislipidemia dan hiperurisemia. Hiperinsulin akan menurunkan
eksresi urat dan natrium oleh ginjal yang dimediasi melalui stimulasi

18

sodium-hydrogen exchanger di tubulus ginjal sehingga mempermudah


reabsorpsi urat.
Obat-obatan, meliputi diuretika, tiazid dan furosemida, salisilat dosis
rendah, siklosporim, pirasinamida, etambutol, levodopa dan asam
nikotinat.
Hipertensi : kondisi hipertensi akan meningkatkan reabsopsi tubulus
proksimal urat sehingga mendepresi sekresinya di tubulus ginjal.
Asidosis : asidosis yang menyebabkan hiperurisemia adalah asidosis
laktat, diabetik ketoasidosis, ketoasidosis alkoholik dan ketoasidosis
kematian (starvation).
c. Kombinasi Penurunan Eksresi Dan Produksi Berlebihan Asam Urat
Alkohol : meningkatkan produksi asam urat dengan mengubah edenin
nukleotida yaitu mempercepat degradasi ATP menjadi ADP melalui
perubahan asetat ke asetil CoA pada metabolisme alkohol. Selain itu
menurunkan ekskresi asam urat oleh ginjal.
Excersie : meningkatkan peruraian jaringan dan penurunan eksresi ginjal
karena deplesi volume ringan.
Defisiensi aldolase B (fructose-1-phosphate aldolase) yang menyebabkan
gangguan umum berupa gout.
Defisiensi glucose-7-phospate pada glikogenosis tipe 1, penyakit von
Gierke : penyakit ini terjadi karena gangguan resesif autosomal yang
ditandai

dengan

berkembangnya

hipoglikemia

simptomatik

dan

hepatomegalu. Ditemukan juga kekerdilan (short stature), tertundanya


adolescence, hiperlipidemia dan peningkatan kadar laktat serum.

2.2.6.2 Manifestasi Klinis


Secara garis besar, perjalanan penyakit gout adalah diawali dengan kondisi
hiperurisemia asimtomatik kemudian dilanjutkan kedalam stadium gout akut,
stadium interkritikal dan stadium gout kronik (kronik tofaseus gout).16
Kondisi hiperurisemia yang dibiarkan berlarut-larut akan menyebabkan
berbagai penyakit bagi tubuh termasuk pada ginjal. Penumpukan asam urat di
dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya gout artritis. Asam urat dalam tubuh

19

dapat mengendap dalam intertitium medular ginjal dan juga tubulus atau sistem
pengumpul ginjal, yang mana jika terjadi penumpukan dan terbentuk kristal maka
akan dapat menyebabkan terjadinya penyakit ginjal yaitu nefropati asam urat akut,
nefrolitiasis asam urat serta nefropati urat kronik. Selain itu kondisi hiperurisemia
dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi.17-20

2.2.7 Terapi Hiperurisemia


Dengan adanya manifestasi yang berbahaya dari kondisi hiperurisemia
maka perlu dilakukan penanganan secepat mungkin. Tujuan terapi pada kondisi
hiperurisemia adalah untuk menurunkan kadar asam urat serum pasien serta
menjaga agar tetap berada pada rentang yang normal. Pengubahan atau modifikasi
gaya hidup dengan cara menurunkan berat badan bila terjadi obesitas dan juga
menurunkan intake alkohol serta makanan tinggi purin. Selain itu juga diperlukan
terapi farmakologis bagi pasien hiperurisemia. Terapi farmakologis yang dapat
diberikan pada pasien hiperurisemia adalah dengan menggunakan golongan
urikosurik atau dengan inhibitor xantin oksidase. Golongan urikosurik berkerja
dengan cara meningkatkan klirens ginjal untuk asam urat melalui mekanisme
penghambat pada proses reabsorpsi tubular dari asam urat. Obat-obatan golongan
inhibitor xantin oksidase bekerja dengan cara menghambat perubahan hipoxantin
menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat.3
2.2.7.1 Golongan Urikosurik
Probenesid dan juga sulfinpirazone meningkatkan klirens ginjal untuk asam
urat dengan menghambat proses reabsopsi tubular dari asam urat. Terapi dengan
golongan urikosurik harus dimulai pada dosis kecil untuk menghindari uriksuria
dan kemungkinan pembentukan batu. Obat-obatan ini dikontraindikasikan pada
pasien dengan kelainan fungsi ginjal.3
2.2.7.2 Golongan Inhibitor Xantin Oksidase
Allopurinol merupakan suatu isomer hipoxantin struktural dan merupakan
suatu penghambat xantin oksidase sehingga tidak terjadi perubahan xantin
menjadi asam urat. Allopurinol juga akan menurunkan konsentrasi PRPP
intraseluler sehingga akan menurunkan biosintesa purin de novo.3,21
2.3

Pengobatan Asam Urat dengan Metode Bekam

20

Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam telah bersabda : Sesungguhnya


cara pengobatan paling ideal yang kalian pergunakan adalah hijamah (bekam)
(Muttafaq alaihi, Shahih Bukhari (no. 2280) dan Shahih Muslim (no. 2214).
Bekam membantu

meningkatkan kemampuan kerja ginjal dalam

mengeluarkan kristal asam urat. Untuk mengurangi kadar asam urat tidak bisa
dilakukan melalui sekali pertemuan terapi bekam. Diperlukan pula disiplin
mengonsumsi berbagai jenis makanan yang rendah kandungan asam urat.7

2.4

Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat Dalam Darah


Pengukuran kadar asam urat dapat dilakukan dengan menggunakan alat tes

strip asam urat. Alat ini merupakan alat yang banyak digunakan untuk mengetahui
tingkat asam urat di dalam darah.
Alat yang digunakan adalah BeneChek Plus. Alat ini merupakan alat test
darah 3 in 1 yaitu Gula darah, Asam urat dan Kolesterol. BeneChek plus
menghasilkan pengukuran yang akurat, dengan akurasi alat 20 %; untuk kadar
gula 75 mg/dl (4,17 mmol/l), untuk asam urat 5 mg/dl (0,30 mmol/l) dan
untuk kolesterol total 200 mg/dl. Selain itu juga alat ini terkalibrasi secara
plasma equivalent dengan menggunakan teknologi electrochemical biosensor.

21

2.5 .

Kerangka Teori

2.6.

Kerangka Konsep

2.7.

Definisi Operasional

Variabel

Definisi

Asam Urat

Produk

Alat Ukur
akhir

katabolisme purin.

hasil Deteksi

Kadar normal
asam laki-laki 3,5 - 7,0 mg/dl

urat digital strip

perempuan 2,5 - 5,6 mg/dl.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik numerik berpasangan dengan

desain cross sectional (potong lintang). Variabel penelitian ini bersifat independen
dan dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama. Analisis ini
memungkinkan untuk mengetahui perbandingan kadar asam urat sebelum dan
setelah diterapi bekam.22,23

3.2

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Rumah Sehat AFIAT yang beralamat JL. Limo

Raya no. 3, kompleks Griya Ruko Cinere II, Depok dan JL. Kampung Utan (WR.
Supratman) No. 1 Rt/Rw 04/04 Ciputat Tanggerang Selatan. Sampel diambil pada
rentang waktu 1 Januari 1 Maret 2012.

3.3

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang melakukan terapi bekam di

2 cabang Rumah Sehat AFIAT. Pengambilan sampel dilakukan secara


Consecutive sampling dimana semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria
pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai subyek yang diperlukan terpenuhi
atau sampai batas waktu penelitian.
Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus penelitian analitis numerik
berpasangan23 :

22

23

Keterangan :
Z = 1,64 (kesalahan 5%)
Z = 1,28 (kesalahan 10%)
Selisih minimal yang dianggap bermakna (X1 X2) = 0,3
Standart Deviasi berdasarkan studi/penelitian pendahuluan 10 sampel = 0,6

3.4

Kriteria Sampel dan Variabel Penelitian


3.4.1

Kriteria Inklusi
Subjek berusia 20 tahun baik laki-laki maupun perempuan

3.4.2

Kriteria Eksklusi
Subjek yang kontraindikasi bekam
Subjek yang sebelum bekam menkonsusmsi obat-obatan yang
dapat meningkatkan kadar asam urat.
Subjek yang memiliki penyakit lain yang dapat mempengaruhi
kadar asam urat (ex. gagal ginjal kronis).

3.4.3

Variabel Penelitian
Variabel penelitian meliputi :

3.5

1. Variabel independen

: Bekam

2. Variabel dependen

: Kadar Asam Urat

Cara Kerja Penelitian

24

3.6

Alur Kerja dan Etika Penelitian

Identifikasi Subjek
Identifikasi subjek yang selanjutnya dilakukan prosedur informed consent

Informed Consent
Informed consent dilakukan pada responden dengan guna mengetahui
kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian, didokumentasikan dengan
penandatanganan formulir persetujuan.

Etika penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Membuat surat keterangan penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta

Membuat usulan ethical clearance kepada Komisi Etik Kedokteran

Meminta izin kepada pihak Rumah Sehat AFIAT

Melakukan informed consent kepada responden, agar tidak melanggar


hak-hak dan privasi responden

Menjaga kerahasiaan responden

Usulan ethical clearance diserahkan kepada sekretariat Komisi Etik Penelitian


Kesehatan. Kelengkapan berkas terdiri dari :

Surat usulan dari FKIK UIN SyarifHidayatullah Jakarta

Protokol penelitian

Informed Consent

Pengambilan data sekunder melalui wawancara (lampiran)

Pengambilan Sampel

Sampel diukur kadar asamnya dengan menggunakan deteksi asam urat


menggunakan strip melalui digital (BeneChek Plus) yang telah dikalibrasi.
Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali sebelum dan setelah terapi
bekam.

3.7 Alat, bahan dan cara kerja


3.7.1 Alat
Alat yang di gunakan antara lain : alat deteksi asam urat digital
BeneChek Plus, strip asam urat, alkohol tab, pen lancet dan jarum
lancet.

25

3.7.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel darah kapiler
sebelum dan sesudah bekam.
3.7.3 Cara Kerja
1. Sampel darah diambil dari ujung jari responden dibersihkan
menggunakan alkohol tab kemudian darah kapiler diambil dengan
menggunakan pen lancet
2. Darah yang sudah di ambil, diukur kadar asam uratnya
menggunakan alat deteksi asam urat digital, ditunggu hingga
diperoleh hasil
3. Setelah dibekam, kadar asam urat sampel diukur kembali dengan
menggunakan alat yang sama dan prosedur yang sama.

3.8 Analisis Data


Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan uji T berpasangan
(bila distribusi normal), uji wilcoxon (bila distribusi tidak normal) dan Two
Ways Anova guna menunjukkan kemaknaan dari penelitian ini.
Data yang diperoleh dianalisis juga kemaknaan kadar asam urat
berdasarkan usia, riwayat terapi bekam dan jumlah cup atau mangkuk yang
digunakan dalam proses bekam.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Distribusi Responden


Pada penelitian ini, responden yang menjalani terapi pengobatan bekam di
Rumah Sehat Afiat, selama periode 1 januari sampai dengan maret 2012 yang
masuk dalam populasi penelitian adalah sebanyak 34 orang. Seluruh responden
penelitian tersebut adalah laki-laki. Karena salah satu syarat melakukan bekam
adalah jika pasien laki laki maka terapis bekamnya juga harus laki laki. Hal ini
merupakan kekurangan atau keterbatasan pada penelitian ini sehingga peneliti
tidak mendapatkan responden dengan jenis kelamin perempuan. Disamping itu
kondisi hiperurisemia lebih sering terjadi pada laki-laki, hal ini diduga karena
pada perempuan premenopouse hormon estrogen berfungsi sebagai urikosurik
dengan mekanisme yang belum jelas24. Pada gambar 4.1 didapatkan bahwa dari
34 responden, sekitar 12 responden mengaku mempunyai kadar asam urat yang
tinggi dan sisanya tidak mengetahui kadar asam uratnya.
Tinggi (12
Responden)

35%

Tidak Diketauhi
(22
Responden)

65%

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat


Sebelum Bekam Basah
Setelah melakukan pembekaman, responden langsung dilakukan post test.
Hal ini dimaksudkan agar melihat langsung efek bekam terhadap kadar asam urat
dalam satu waktu. Hasil post test dari semua responden ditemukan hasil yang
berbeda-beda. Dimana sekitar 6% responden memiliki kadar asam urat yang
cenderung tetap, 38% responden terjadi penurunan kadar asam urat dan sebagian
besar responden sekitar 56% mengalami kenaikan kadar asam urat sesudah bekam
(Gambar 4.2). Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor seperti jenis makanan
26

27

yang dikonsumsi responden sebelum bekam, usia responden, penyakit yang


diderita maupun fungsi ginjal responden yang dapat mempengaruhi hasil.

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat


Sesudah Bekam

Sedangkan untuk informasi distribusi responden berdasarkan usia (gambar


4.3) diperoleh data 79% responden memiliki rentang usia 15-55 tahun dan 21%
responden memiliki rentang usia >55 tahun.

Gambar 4.3 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Setelah melakukan pembekaman, hasil post test dari semua responden


ditemukan hasil yang berbeda-beda. Dimana pada kelompok usia produktif (15-55
tahun) sekitar 8% responden memiliki kadar asam urat yang cenderung tetap, 44%
responden terjadi penurunan kadar asam urat dan sebagian besar responden sekitar
48% mengalami kenaikan kadar asam urat sesudah bekam (Gambar 4.4)

28

Gambar 4.4 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Usia


Produktif (15-55 Tahun)
Sedangkan untuk kelompok usia produktif (> 55 tahun) diperoleh 14%
responden terjadi penurunan kadar asam urat dan 86% mengalami kenaikan kadar
asam urat sesudah bekam (gambar 4.5).

Gambar 4.5 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Usia


NonProduktif (>55 Tahun)
Informasi distribusi responden berdasarkan riwayat bekam (gambar 4.6)
diperoleh data 28 responden melakukan bekam 2 kali dan 6 responden yang
memiliki riwayat bekam sebanyak 3 4 kali.

Gambar 4.6 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Bekam

29

Setelah melakukan pembekaman, Hasil post test dari semua responden


ditemukan hasil yang berbeda-beda. Dimana pada kelompok responden dengan
riwayat bekam 2 kali sekitar 4% responden memiliki kadar asam urat yang
cenderung tetap, 39% responden terjadi penurunan kadar asam urat dan sebagian
besar responden sekitar 57% mengalami kenaikan kadar asam urat sesudah bekam
(Gambar 4.7)

Gambar 4.7 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Riwayat


Bekam 2 kali
Sedangkan untuk kelompok responden dengan riwayat bekam 3-4 kali
diperoleh 17% memiliki kadar asam urat yang tetap, 33% responden terjadi
penurunan kadar asam urat dan 50% mengalami kenaikan kadar asam urat
sesudah bekam (gambar 4.8).

Gambar 4.8 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam Berdasarkan Riwayat


Bekam 3-4 kali
Informasi distribusi responden berdasarkan jumlah cup yang digunakan pada
saat berbekam (gambar 4.9) diperoleh data 56% atau sekitar 19 responden
menggunakan lebih dari 12 cup dan sekitar 44% atau 15 responden menggunakan
kurang dari 11 cup.

30

Gambar 4.9 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Cup yang


Digunakan
Setelah melakukan pembekaman, Hasil post test dari semua responden
ditemukan hasil yang berbeda-beda. Dimana pada kelompok responden yang
menggunakan kuranga dari 11 cup adalah sekitar 6% responden memiliki kadar
asam urat yang cenderung tetap, 47% responden terjadi penurunan dan
peningkatan kadar asam urat (gambar 4.10)

Gambar 4.10 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam dengan Jumlah Cup
11
Sedangkan untuk kelompok responden yang menggunakan lebih dari 12 cup
diperoleh 5% memiliki kadar asam urat yang tetap, 32% responden terjadi
penurunan kadar asam urat dan 63% mengalami kenaikan kadar asam urat
sesudah bekam (gambar 4.11).

31

Gambar 4.11 Diagram Distribusi Responden Sesudah Bekam dengan Jumlah Cup
12

4.2 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam


Hasil rata rata kadar asam urat beradasarkan sebelum dan sesudah bekam
dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Bekam
Kadar Asam Urat
Mean std. Deviasi (mg/dl)
Sebelum
6,324 1,1367

Sesudah
6,368 1,3325

Hasil data yang diperoleh menunjukkan rata rata kadar asam urat sebelum
bekam adalah 6,324 mg/dl dan sesudah bekam mengalami peningkatan mencapai
6,368 mg/dl, namun rata rata keduanya masih dalam taraf normal. Dari data
tersebut terdapat 13 responden mengalami penurunan kadar asam urat setelah
bekam, 19 responden mengalami kenaikan asam urat setelah bekam dan 3
responden memiliki kadar asam urat yang tetap setelah bekam.
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan rata rata
kadar asam urat sesudah bekam sebesar 0,044 mg/dl. Tetapi setelah dilakukan
pengujian secara statistik (T-paired), didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa
kenaikan tersebut tidak berbeda bermakna (p > 0,05). Hal ini menunjukkan asam
urat sebelum dan sesudah bekam bila diambil langsung dalam satu waktu, tidak
berbeda bermakna.
Prinsip kerja dari terapi bekam adalah mengeluarkan darah kotor pada
dasarnya sama dengan prinsip metode Oxidane Drainage Therapy (ODT). ODT
merupakan suatu cara mengeluarkan oksidan atau radikal bebas dari dalam tubuh.

32

Apabila oksidan ini dapat dikeluarkan dari dalam tubuh maka sistem imun pasien
akan meningkat sehingga akan lebih resisten terhadap penyakit-penyakit.
Pada penelitian ini dilihat pengaruh bekam terhadap kadar asam urat yang
merupakan salah satu dari radikal bebas didalam tubuh. Kelebihan kadar asam
urat didalam tubuh disebut hiperurisemia. Hiperurisemia adalah konsentrasi urat
dalam darah yang melebihi batas kelarutan urat monosodium dalam plasma.
Penyebab hiperurisemia bisa disebabkan oleh peningkatan metabolisme asam urat
(overproduction), penurunan pengeluaran asam urat urin (underexcretion) akibat
gangguan ginjal atau gabungan keduanya. Sekitar 98% individu dengan
hiperurisemia dan gout primer memiliki penyakit ginjal sehingga terdapat
gangguan pada eksresi asam urat.
Serangan asam urat yang berakibat peradangan sendi atau arthritis memiliki
sasaran utama ujung jari tangan dan kaki, ibu jari terutama pada kaki, sendi lutut
dan pergelangan kaki dan daun telinga. Adapun gejala penyakit ini umumnya
ditandai dengan rasa nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sebuah sendi pada saat
tengah malam biasanya pada ibu jari kaki (sendi metatarsophalangeal pertama)
atau jari kaki (sendi tarsal). Jumlah sendi yang meradang kurang dari empat
(oligoartritis) dan serangannya disatu sisi (unilateral). Kulit berwarna kemerahan,
terasa panas, bengkak, sangat nyeri, dan umumnya asimetris atau satu sisi tubuh21.
Responden pada penelitian ini yang mengalami hiperurisemia juga pernah
mengeluhkan beberapa gejala asam urat, seperti bengkak ataupun nyeri hebat
diujung jari kaki pada malam hari.
Untuk menghasilkan hasil atau penurunan kadar asam urat yang maksimal
tidak bisa dilakukan melalui sekali terapi bekam, namun diperlukan beberapa kali
pertemuan, kadang kadang mencapai 7 kali pertemuan bahkan lebih, hal ini
dikarenakan belum optimalnya fungsi ginjal dalam mengekskresikan asam urat ke
urin dan harus disertai dengan menghindari atau mengurangi konsumsi bahan
makanan tinggi purin7. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini dimana pada
tabel 4.1 menjelaskan bahwa kadar asam urat jika langsung diamati dalam satu
waktu langsung sesudah bekam maka tidak menunjukkan suatu perbedaan yang
bermakna (p > 0,05). Penelitian lain pun mendapatkan hasil yang serupa dimana

33

untuk satu kali terapi bekam tidak dapat menurunkan kadar asam urat secara
signifikan (p > 0,05).

4.3

Kadar Asam Urat Berdasarkan Distribusi Riwayat Kadar Asam Urat


Sebelum Bekam
Dari hasil pengukuran kadar asam urat diperoleh 12 responden memiliki

riwayat kadar asam urat tinggi, dengan rata rata kadar asam urat sebelum bekam
yakni 7,483 mg/dl dan terjadi penurunan hingga 7,458 mg/dl sesudah bekam.
Sedangkan kelompok responden yang tidak mengetahui kadar asam urat diperoleh
hasil rata rata kadar asam urat sebelum bekam yakni 5,691 mg/dl dan terjadi
peningkatan hingga 5,773 mg/dl sesudah bekam. Pada hasil ini tidak diperoleh
hasil kadar asam urat yang dibawah normal.
Tabel 4.2. Kadar Asam Urat Berdasarkan Distribusi Riwayat Kadar Asam Urat
Riwayat

Tinggi
Tidak Diketahui

Kadar Asam Urat


Sebelum
Sesudah
Mean std. Deviasi (mg/dl)
Mean std. Deviasi (mg/dl)
7,483 0,4764
7,458 1,3514
5,691 0,8507
5,773 0,8849

Pada kelompok yang memiliki riwayat kadar asam urat tinggi terjadi
penurunan kadar asam urat sesudah bekam sebesar 0,025 mg/dl, sedangkan pada
kelompok yang tidak mengetahui riwayat kadar asam terjadi peningkatan kadar
asam urat sebesar 0,082 mg/dl. Berdasarkan uji statistik (Two ways Anova)
didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan secara
bermakna (p > 0,05) kadar asam urat sesudah dan sebelum bekam pada kelompok
tersebut dan juga tidak terdapat interaksi atau pengaruh bersama secara langsung
antara riwayat kadar asam urat, bekam dan kadar asam urat (p > 0,05). namun
terdapat pengaruh langsung riwayat kadar asam urat terhadap kadar asam urat (p <
0,05).

34

4.4 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Banyak
Kunjungan dan Cup yang Digunakan
Hasil kadar asam urat beradasarkan banyak kunjungan dapat dilihat pada
tabel 4.3.
Tabel 4.3. Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Banyak
Kunjungan Responden
Banyak
Kunjungan
2 kali
3 4 kali

Kadar Asam Urat


Sebelum
Mean std. Deviasi (mg/dl)
6,154 0,247
7,033 0,220

Sesudah
Mean std. Deviasi (mg/dl)
6,171 0,223
7,367 0,449

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan bahwa rata rata kadar asam urat
berdasarkan jumlah kunjungan responden, responden dengan kunjungan 2 kali
diperoleh rata rata kadar asam urat sebelum bekam kali sebesar 6,154 mg/dl dan
sesudah dibekam terjadi peningkatan menjadi 6,171 mg/dl. sedangkan responden
dengan jumlah kunjungan 3-4 kali, rata rata kadar asam urat sebelum bekam
sebesar 7,033 mg/dl dan terjadi peningkatan kadar asam urat menjadi 7,367 mg/dl.
Berdasarkan uji statistik (Two ways Anova) didapatkan hasil yang
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan secara bermakna (p > 0,05) kadar
asam urat sesudah dan sebelum bekam pada kelompok tersebut, selain itu juga
tidak terdapat interaksi atau pengaruh bersama secara langsung antara riwayat
bekam, bekam dan kadar asam urat (p > 0,05) namun terdapat pengaruh langsung
riwayat kunjungan bekam terhadap kadar asam urat (p < 0,05).
Untuk hasil rata rata kadar asam urat berdasarkan banyak cup yang digunakan
dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Kadar Asam Urat Sesudah Bekam Berdasarkan Banyak Cup
Banyak cup

Kadar Asam Urat


Sebelum
Mean std. Deviasi (mg/dl)

Sesudah
Mean std. Deviasi (mg/dl)

11 cup

6,440 1,3087

6,393 1,5687

12 cup

6,232 1,0083

6,347 1,1578

35

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata rata kadar asam urat sebelum dan
sesudah bekam berdasarkan jumlah cup yang digunakan. Berdasarkan tabel
tersebut didapatkan bahwa terjadi penurunan kadar asam urat sebelum dan
sesudah bekam sebesar 0,047 mg/dl pada responden yang jumlah cup 11,
sedangkan terjadi peningkatan kadar asam urat pada responden yang
menggunakan 12 cup sebesar 0,115 mg/dk.
Berdasarkan uji statistik (Two ways Anova) didapatkan hasil yang
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan secara bermakna (p > 0,05) kadar
asam urat sesudah dan sebelum bekam pada kelompok tersebut, selain itu juga
tidak terdapat pengaruh langsung antara jumlah cup yang digunakan terhadap
kadar asam urat (p < 0,05) dan tidak terdapat interaksi atau pengaruh bersama
secara langsung antara jumlah cup yang digunakan, bekam dan kadar asam urat (p
> 0,05).

4.5 Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Distribusi
Usia
Hasil kadar asam urat berdasarkan distribusi usia dapat dilihat pada tabel 4.5.
responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok usia 15 55 tahun (usia
produktif) dan kelompok usia > 55 tahun (usia non produktif).

Tabel 4.5. Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan Distribusi
Usia
Usia

15 55 th
>55 th

Kadar Asam Urat


Sebelum
Mean std. Deviasi (mg/dl)
6,307 1,2172
6,386 0,8255

Sesudah
Mean std. Deviasi (mg/dl)
6,319 1,3854
6,557 1,1816

Hasil pengukuran kadar asam urat berdasarkan distribusi usia diperoleh kadar
asam urat rata rata sebelum bekam pada usia produktif adalah 6,307 mg/dl dan
sesudah bekam terjadi peningkatan kadar asam urat rata rata sebesar 6,319 mg/dl.
Begitupun pada usia non produktif, kadar asam urat rata rata sebelum bekam
sebesar 6,386 mg/dl dan sesudah bekam terjadi peningkatan mencapai 6,557
mg/dl. Walaupun terjadi peningkatan kadar asam urat disetiap kelompok usia
namun peningkatan tersebut tidak bermakna. hal ini dikarenakan setelah

36

dilakukan uji statistik (Two ways Anova) didapatkan hasil yang menunjukkan
bahwa tidak adanya hubungan secara bermakna (p > 0,05) kadar asam urat
sesudah dan sebelum bekam pada kelompok tersebut, selain itu juga tidak terdapat
pengaruh langsung usia terhadap kadar asam urat (p > 0,05) dan tidak terdapat
interaksi atau pengaruh bersama secara langsung antara usia, bekam dan kadar
asam urat (p > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara kadar asam urat sebelum dan sesudah bekam berdasarkan
usia.
Pada penelitian ini setelah melakukan pre test asam urat kemudian responden
dibekam, pada proses pembekaman pasien dibekam sesuai dengan titik sunnah
serta titik tambahan. Menurut Montazer (2004) kandungan asam urat dalam darah
yang terambil melalui bekam lebih tinggi daripada yang diambil melalui vena. Hal
ini berhubungan dengan kadar iron dalam serum. Besi (Fe) dapat mengaktifkan
xantin oksidase (XO), akhirnya Fe yang tinggi dapat menghasilkan XO lebih aktif
dan menyebabkan lebih tinggi kadar asam urat. Bekam memiliki khasiat lebih
dalam ekskresi elemen berlebihan, seperti Fe berlebih dapat dihilangkan melalui
proses mengeluarkan darah dan mengurangi tingkat asam urat.25-29 Hasil
penelitian lain pun mendapatkan bahwa kadar asam urat dalam darah bekam lebih
tinggi dibandingkan darah vena, hal inipun dikaitkan dengan kadar besi (fe)
serum.30
Fungsi ginjal memiliki peran yang penting dalam mengeksresikan asam urat
ke urin. Banyak hal yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal seperti penyakit
ginjal, usia dan lain lain. Fungsi ginjal akan menurun dengan bertambahnya usia
seseorang. Rata-rata penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) pada orang
normal dengan usia 20-30 tahun adalah 1 mL/menit/1,73 m2 per tahun, GFR
menjadi 70 mL/menit/1,73 m2 pada laki-laki dengan usia kurang lebih 70 tahun31.
Pada penelitian ini (Tabel 4.3) menjelaskan kadar asam urat sebelum dan sesudah
bekam berdasarkan distribusi usia, berdasarkan tabel tersebut didapatkan bahwa
pada usia produktif (15-55 tahun) rerata kadar asam urat responden lebih rendah
dibandingkan rerata kadar asam urat responden pada usia nonproduktif
(>55tahun). Hal ini menandakan bahwa fungsi ginjal untuk mengeksresikan asam
urat ke urin pada kelompok usia tersebut masih berfungsi dengan baik, sehingga

37

membantu proses filtrasi asam urat oleh ginjal, sehingga kadar asam urat serum
menjadi lebih rendah. Sedangkan pada usia nonproduktif dimana sudah terjadi
proses aging, hal ini dapat berdampak pada fungsi fisiologis ginjal dalam proses
filtrasi asam urat sehingga filtrasi asam urat cenderung melambat. Pada beberapa
buku bekam menjelaskan bahwa bekam membantu meningkatkan kerja ginjal
melalui mekanisme yang sama seperti akupuntur dalam membantu mengeluarkan
atau mengeksresikan asam urat ke dalam urin.1

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian selama tiga bulan (1 Januari 1 Maret 2012) didapat
kesimpulan sebagai berikut:
Pada penelitian ini didapatkan respon kadar asam urat yang berbeda-beda
sesudah bekam dimana sekitar 6% responden memiliki kadar asam urat yang
cenderung tetap, 38% responden terjadi penurunan kadar asam urat dan
sebagian besar responden sekitar 56% mengalami kenaikan kadar asam urat
sesudah bekam.
Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar asam urat sebelum dan
sesudah bekam jika hanya diamati dalam satu waktu.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar asam urat sebelum dan
sesudah bekam berdasarkan riwayat kadar asam urat tinggi dan tidak diketahui,
riwayat bekam, usia produktif maupun non-produktif dan jumlah cup yang
digunakan jika hanya diamati dalam satu waktu. Namun, terdapat pengaruh
langsung riwayat kunjungan bekam dan riwayat kadar asam urat terhadap
kadar asam urat secara keseluruhan
Bekam merupakan perbuatan yang baik, Nabi Muhammad SAW membolehkan
berbekam dengan kata lain bekam bukan suatu kewajiban bagi umat muslim
namun merupakan pilihan aternatif dalam metoda pengobatan jika terbukti
secara ilmiah.

5.2 Saran
Pada penelitian selanjutnya sebaiknya memberikan rentang waktu yang lebih
dalam mengamati kadar asam urat sebelum dan sesudah bekam dan dilakukan
beberapa kali bekam dalam rentang waktu tersebut untuk mengetahui
efektivitas bekam dalam menurunkan kadar asam urat.
Pada penelitian ini, hanya mendapatkan pasien laki laki, sehingga diharapkan
untuk penelitian selanjutnya bisa mengikutsertakan wanita dalam sampel
38

39

sehingga bisa mengetahui efek bekam terhadap kadar asam urat berdasarkan
jenis kelamin.
Penelitian ini mengambil responden yang tidak memiliki keluhan spesifik
penyakit asam urat, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya bisa
mengambil responden yang mempunyai keluhan penyakit asam urat saja.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara molekuler bagaimana pengaruh
bekam terhadap fungsi kerja ginjal dan efeknya terhadap eksresi asam urat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Umar A Wadda dr.Sembuh dengan satu titik.Solo:Al-Qowam:2008
2. Widodo A W.Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 2 Ed 5.Jakarta :Pusat
Penerbitan FKUI: 2009
3. Dowling, T. C., Comstock, T. J., 2005. Qualification of Renal Function. In:
DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey,
L. M., Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach, 6th edition, New
York: McGraw Hill Medical Publishing Devision., p. 761-780
4. Deska Pagana, Kathleen, James Pagana, Timothy, 2002, Mosbys Manual of
Diagnostic and Laboratory Test, 2nd edition, St. Louis: Mosbys Inc

5. Sarwat

Ahmad.

Hukum

Bekam

Sunnah

atau

mubah

at

http://fimadani.com/bekam-sunnah-atau-mubah/
6. anonim. Bekam Mukjizat Nabi, Ujian Keimanan Islam. 2011. ABI (Asosiasi
Bekam Indonesia).
7. Razak, S. Ahmad. Dr. Penyakit dan Terapi Bekamnya ; Dasar-dasar Ilmiah
Terapi Bekam. Surakarta : Thibbia. 2012
8. Stryer L. Biokimia ed 4 vol2. jakarta: Egc:2000
9. Sica, A.D., Scoolwerth, C.A., 1996. Renal Handling of Organic Anions and
Cation and Renal Excretion of Uric Acid, In: Brenner, M.Barry, The Kidney,
volume I, 5th edition, Philadelphia: W.B. Saunders, p: 607-621
10. Smith, collen. Marks, Allan D, Lieberman Michael. Marks Basic Medical
Biochemistry ; a clinical approach 2nd. USA .Lippincott Williams &
Wilkins:2007
11. Ganong W F. Buku ajar fisiologi kedokteran ed 20. Jakarta:Egc: 2003. p.287
12. Robert K. Murray, David A Bender, Kathleen M. Botham, Peter J. Kennelly,
Victor W. Rodwell, P. Anthony Weil. Harper's Illustrated Biochemistry, 28th
Edition. 2009.The McGraw-Hill Companies, Inc. USA
13. Howkin DW, Rahn DW. Gout and hyperurisemia. In DiPiro JT, et al, eds.
Pharmacotheraphy: A pathohysiological approach 7 th ed. New York
:McGraw Hill: 2008
14. Syukri M. Asam Urat dan Hiperurisemia. Depatemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran, Unsyiah/BPK RSU dr. Zainoel Abidin Banda
40

41

Aceh:2007.

Available

at

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19076/1/mkn-mar200740%20(10).pdf
15. Sluss PM. Appendix: Laboratory Values of Clinical Importance . In:
Harrisons Principles of Internal Medicine 17th Ed. Editors: Isselbacher KJ,
Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS and Kasper DL. New York
:McGraw Hill: 2008.
16. Putra, R.T., 2006. Hiperurisemia, In: Sudoyo, Aru, W., Setiyohadi, B., Alwi,
I., Simadibrata, M., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 2, edisi
ke empat, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, p: 1213-1217
17. Obemayr, P. Rudolf, Temml, Christian, Gutjhan, Georg, et al., 2008. Elevated
Uric Acid Increases The Risk Factor for Kidney Disease, J Am Soc Nephrol
19: 2407-2413
18. Wilson, L. M. 1995. Patofisiologi Ginjal, In: Price, A. Sylvia., Lorraine, M.
Wilson. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Ed. 4 Volume 2.
Jakarta : ECG, p. 769-885
19. Weiner, E. Daniel, Tighiourat, Hocine, Elsayed, F. Essam, Griffith, L. John,
Salem, N. Deeb, Levey, S. Andrew, 2008.Acid and Incident Kidney Disease
in The Community, J Am Soc Nephrol 19: 1204-1211
20. Kang, Duk-Hee, Nakagawa, Takahiko, Feng, Lili, Watanabe, Susumu, et al.,
2002. A Role of Uric Acid in The Progression of Renal Disease, J Am Soc
Nephrol 13: 2888-2897
21. Mc Evoy, K. Gerald, 2002. AHFS Drug Information, Wincousin: American
Society of Health-System Pharmacist Inc, p: 3578-3581
22. Sastroasmoro, Sudigdo & Ismael,S ofyan. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian
Klinis ed.3. Jakarta: Sagung seto.2010
23. Dahlan, Sopiyudin. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam
penelitian kedokteran & kesehatan ed.2 jakarta : Penerbit Salemba
Medika.2009

42

24. Li-ying, Chen, Wen-hua, Zhu, Zhou-wen, Chen, 2007. Relationship Between
Hyperuricemia and Metabolic Syndrome. Journal of Zhejiang University. p.
593-598
25. Sluss PM. Appendix: Laboratory Values of Clinical Importance . In:
Harrisons Principles of Internal Medicine 17th Ed. Editors: Isselbacher KJ,
Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS and Kasper DL. New York
:McGraw Hill: 2008.
26. Brand, F., McGee, D., Kannel,

W., Stokes, J., & Castelli, W. (1985).

Hyperuricemia as a risk factor of coronary heart disease: The Framingham


Study. American journal of epidemiology, 121(1), 11.
27. Iblher, N., & Stark, B. (2007). Cupping treatment and associated burn risk: a
plastic surgeon's perspective. Journal of burn care & research, 28(2), 355.
28. Khosla, U. M., Zharikov, S., Finch, J. L., Nakagawa, T., Roncal, C., Mu, W.,
et al. (2005). Hyperuricemia induces endothelial dysfunction. Kidney
international, 67(5), 1739-1742.
29. Miller, D., Grover, T., Nayini, N., & Aust, S. (1993). Xanthine oxidase-and
iron-dependent lipid peroxidation. Archives of biochemistry and biophysics,
301(1), 1-7.
30. Mahdavi et al. Evalution of the effects of traditional cupping on the
biochemical, hematological and immunological factors of human venous
blood. Shahed University, Faculty of medicine, Islamic Republic of iran.
2008. Avalaible at http://cdn.intechweb.org/pdfs/26488.pdf
31. Nielson, G. Eric, George, L. Alfred, 2008. Cellular and Molecular Biology of
The Kidney, In: Fauci, S. Anthony, Kasper, L. Dennis, Longo, L. Dan,
Braunwald, Eugene, HARRISONS: Principles of Internal Medicine, 17th
edition, Singapore: Mc Graw Hill Inc, p: 1741-1747 .

LAMPIRAN 1
(Data Hasil Uji Statistik)
1. Distribusi Responden berdasarkan kadar asam urat sebelum bekam
Awal
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

22

64,7

64,7

64,7

12

35,3

35,3

100,0

Total

34

100,0

100,0

2. Distribusi Responden berdasarkan Kadar asam urat sesudah bekam


hasil akhir
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

13

38,2

38,2

38,2

19

55,9

55,9

94,1

5,9

5,9

100,0

34

100,0

100,0

Valid
Total

3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia


usia1
Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid

27

79,4

79,4

79,4

20,6

20,6

100,0

34

100,0

100,0

Total

43

44

4. Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Bekam


Case Processing Summary
Cases
Valid
N

Missing

Percent

Total

Percent

Percent

Sebelum

34

100,0%

0,0%

34

100,0%

Sesudah

34

100,0%

0,0%

34

100,0%

Descriptives
Statistic
Mean

Sebelum

sesudah

6,324

95% Confidence Interval for

Lower Bound

5,927

Mean

Upper Bound

6,720

5% Trimmed Mean

6,336

Median

6,400

Variance

1,292

Std. Deviation

Std. Error
,1949

1,1367

Minimum

3,9

Maximum

8,6

Range

4,7

Interquartile Range

1,7

Skewness

-,264

,403

Kurtosis

-,471

,788

Mean

6,368

,2285

95% Confidence Interval for

Lower Bound

5,903

Mean

Upper Bound

6,833

5% Trimmed Mean

6,338

Median

6,250

Variance

1,776

Std. Deviation

1,3325

Minimum

3,7

Maximum

9,4

Range

5,7

Interquartile Range

2,0

Skewness
Kurtosis

,273

,403

-,224

,788

45

Tests of Normality
a

Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Sebelum

df

,077

sesudah

Shapiro-Wilk

Sig.
34

,074

34

Statistic

Df

Sig.

,200

,983

34

,858

,200

,984

34

,885

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
Paired Samples Statistics
Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

sebelum

6,324

34

1,1367

,1949

sesudah

6,368

34

1,3325

,2285

Pair 1

Paired Samples Correlations


N
Pair 1

Correlation

sebelum & sesudah

34

Sig.

,777

,000

Paired Samples Test


Paired Differences
Mean

Std.

Std. Error

95% Confidence Interval

Deviation

Mean

of the Difference
Lower

Pair 1

sebelum sesudah

-,0441

,8450

,1449

-,3390

df

tailed)

Upper
,2507

-,304

5. Hubungan Asam urat sebelum dan sesudah bekam dengan riwayat


kadar asam urat responden
Between-Subjects Factors
Value Label

Normal

44

Tinggi

24

Sebelum

34

Sesudah

34

Kadar_Asam_Urat_Sebelum

Bekam

Sig. (2-

33

,763

46

Descriptive Statistics
Dependent Variable: Kadar_Asam_Urat
Kadar_Asam_Urat_Sebelum Bekam

Normal

Tinggi

Total

Mean

Std. Deviation

Sebelum

5,691

,8507

22

Sesudah

5,773

,8849

22

Total

5,732

,8588

44

Sebelum

7,483

,4764

12

Sesudah

7,458

1,3514

12

Total

7,471

,9910

24

Sebelum

6,324

1,1367

34

Sesudah

6,368

1,3325

34

Total

6,346

1,2294

68

Levene's Test of Equality of Error Variances

Dependent Variable: Kadar_Asam_Urat


F

df1

1,959

df2
3

Sig.
64

,129

Tests the null hypothesis that the error variance of


the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept +
Kadar_Asam_Urat_Sebelum + Bekam +
Kadar_Asam_Urat_Sebelum * Bekam

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Kadar_Asam_Urat
Source

Type III Sum of

df

Mean Square

Sig.

Squares
a

15,680

18,506

,000

2706,932

2706,932

3194,747

,000

46,964

46,964

55,427

,000

,013

,013

,015

,904

,044

,044

,052

,820

Error

54,228

64

,847

Total

2839,390

68

101,269

67

Corrected Model
Intercept
Kadar_Asam_Urat_Sebelu
m
Bekam
Kadar_Asam_Urat_Sebelu
m * Bekam

Corrected Total

47,041

a. R Squared = ,465 (Adjusted R Squared = ,439)

47

6. Hubungan Asam urat sebelum dan sesudah bekam berdasarkan Umur


responden produktif ataupun non-produktif
Between-Subjects Factors
Value Label

15-55 Tahun

54

> 55 Tahun

14

Sebelum

34

Sesudah

34

Usia

Bekam

Descriptive Statistics
Dependent Variable: Hasil
Usia

Bekam

15-55 Tahun

> 55 Tahun

Total

Mean

Std. Deviation

sebelum

6,3074

1,21716

27

sesudah

6,3185

1,38537

27

Total

6,3130

1,29163

54

sebelum

6,3857

,82549

sesudah

6,5571

1,18161

Total

6,4714

,98327

14

sebelum

6,3235

1,13673

34

sesudah

6,3676

1,33251

34

Total

6,3456

1,22942

68

Levene's Test of Equality of Error Variances

Dependent Variable: Hasil


F

df1
,823

df2
3

Sig.
64

,486

Tests the null hypothesis that the error variance of


the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Usia + Bekam + Usia *
Bekam

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Hasil

48

Source

Type III Sum of

df

Mean Square

Sig.

Squares
a

,128

,081

,970

1817,076

1817,076

1152,727

,000

Usia

,279

,279

,177

,675

Bekam

,093

,093

,059

,809

Usia * Bekam

,071

,071

,045

,832

Error

100,885

64

1,576

Total

2839,390

68

101,269

67

Corrected Model

,384

Intercept

Corrected Total

a. R Squared = ,004 (Adjusted R Squared = -,043)

7. Hubungan Asam urat sebelum dan sesudah bekam berdasarkan riwayat


Kunjungan responden
Between-Subjects Factors
Value Label

<2 Kali

56

>3 Kali

12

Sebelum

34

Sesudah

34

Riwayat_Bekam

Bekam

Descriptive Statistics
Dependent Variable: Kadar_Asam_Urat
Riwayat_Bekam

<2 Kali

>3 Kali

Total

Bekam

Mean

Std. Deviation

Sebelum

6,171

1,1788

28

Sesudah

6,154

1,2949

28

Total

6,163

1,2269

56

Sebelum

7,033

,5391

Sesudah

7,367

1,1003

Total

7,200

,8442

12

Sebelum

6,324

1,1367

34

Sesudah

6,368

1,3325

34

Total

6,346

1,2294

68

Levene's Test of Equality of Error Variances

49

Dependent Variable: Kadar_Asam_Urat


F

df1

1,610

df2

Sig.

64

,196

Tests the null hypothesis that the error variance of


the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Riwayat_Bekam + Bekam +
Riwayat_Bekam * Bekam

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Kadar_Asam_Urat
Source

Type III Sum of

df

Mean Square

Sig.

Squares
a

3,658

2,593

,060

1764,557

1764,557

1250,718

,000

10,637

10,637

7,540

,008

Bekam

,246

,246

,174

,678

Riwayat_Bekam * Bekam

,305

,305

,216

,644

Error

90,293

64

1,411

Total

2839,390

68

101,269

67

Corrected Model

10,975

Intercept
Riwayat_Bekam

Corrected Total

a. R Squared = ,108 (Adjusted R Squared = ,067)

8. Hubungan Asam urat sebelum dan sesudah bekam berdasarkan jumlah


cup yang digunakan
Between-Subjects Factors
Value Label

11

30

12

38

Sebelum

34

Sesudah

34

cuping

bekam

Descriptive Statistics
Dependent Variable: hasil

50

cuping

11

12

Total

bekam

Mean

Std. Deviation

sebelum

6,440

1,3087

15

sesudah

6,393

1,5687

15

Total

6,417

1,4196

30

sebelum

6,232

1,0083

19

sesudah

6,347

1,1578

19

Total

6,289

1,0725

38

sebelum

6,324

1,1367

34

sesudah

6,368

1,3325

34

Total

6,346

1,2294

68

Levene's Test of Equality of Error Variances

Dependent Variable: hasil


F

df1
,868

df2

Sig.

64

,462

Tests the null hypothesis that the error variance of


the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + cuping + bekam + cuping *
bekam

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: hasil
Source

Type III Sum of

df

Mean Square

Sig.

Squares

Partial Eta
Squared

,138

,088

,967

,004

2706,595

2706,595

1717,557

,000

,964

Cuping

,271

,271

,172

,680

,003

Bekam

,020

,020

,013

,911

,000

cuping * bekam

,111

,111

,070

,792

,001

Error

100,854

64

1,576

Total

2839,390

68

101,269

67

Corrected Model
Intercept

Corrected Total

,415

a. R Squared = ,004 (Adjusted R Squared = -,043)

51

LAMPIRAN 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian


Saya yang bertanda tangan di bawah ini
nama

usia

jenis kelamin

: L/P

alamat/ no HP

Kunjungan

bersedia menjadi peserta penelitian Perbandingan kadar asam urat sebelum


dan setelah terapi bekam di Rumah Sehat AFIAT Th. 2011
Saya telah mendapatkan informasi mengenai proses yang akan dijalani dalam
penelitian ini dan mengikuti penelitian ini atas kemauan sendiri, tanpa paksaan dari pihak
manapun dan tidak akan melakukan tuntutan hukum di kemudian hari mengenai hal ini.
Tanda tangan

_______________________________
(nama lengkap)
Tanggal Pengambilan

Kadar Asam Urat Sebelum

mg/dl

Kadar Asam Urat Sesudah

mg/dl

Kunjungan

Metode/ jumlah Cup yg digunakan oleh Terapis

52

LAMPIRAN 3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Khoirun Mukhsinin Putra

Tempat, Tanggal Lahir

: Palembang, 23 Januari 1991

Alamat

: Jl. S. Suparman lr. Suka melati 2 no.3735 RT.29


RW. 06 Sukajaya Sukarami Palembang Sumatera
Selatan

Email

: Khoirun_mputra@yahoo.com

No.Telpon

: 081510851233

Riwayat Pendidikan

1995 1996

: TK Prima Nusantara Palembang

1996 2002

: SD Negeri 578 Palembang

2002 2005

: SMP Negeri 46 Palembang

2005 2008

: MA Negeri 2 Palembang

2008 2009

:Teknik Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

2009 sekarang

: Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK Universitas


Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai