Anda di halaman 1dari 60

PENGARUH LAMA PEMBERIAN JUS RUMPUT GANDUM DENGAN

CAMPURAN YOGHURT TERHADAP JUMLAH ERITROSIT

PADA REMAJA

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

AHMAD BAYU GIMNASTIAR

411119093

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS (D-3)

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2022
PENGARUH LAMA PEMBERIAN JUS RUMPUT GANDUM DENGAN

CAMPURAN YOGHURT TERHADAP JUMLAH ERITROSIT

PADA REMAJA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai


Gelar Ahli Madya Kesehatan

OLEH :

AHMAD BAYU GIMNASTIAR

411119093

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS (D-3)

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2022
PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan pada Sidang/Ujian

“Pengaruh Lama Pemberian Jus Rumput Gandum dengan Campuran


Yoghurt Terhadap Jumlah Eritrosit Pada Remaja”
Nama Mahasiswa : Ahmad Bayu Gimnastiar

NPM : 411119093

Program Studi Teknologi Laboratorium Medis (D-3)

Fakultas IImu dan Teknologi Kesehatan Unjani

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Iis Herawati, S.Pd., M.Kes Dr. Arina Novilla, S. Pd.,M. Si


NID : 412120573 NID : 412121173

Mengetahui,
Program Studi Teknologi Laboratorium Medis (D-3)
Ketua,

Iis Herawati, S.Pd., M.Kes


NID : 412120573
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS (D-3)
FAKULRAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN UNJANI 2022

AHMAD BAYU GIMNASTIAR


PENGARUH LAMA PEMBERIAN JUS RUMPUT GANDUM DENGAN
CAMPURAN YOGHURT TERHADAP JUMLAH ERITROSIT PADA REMAJA
xiii + 69 hal + 8 tabel + 4 gambar + 6 lampiran

ABSTRAK

Anemia merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang paling


umum dijumpai di Indonesia. Salah satu penyebab anemia adalah karena kadar
zat besi (Fe) dalam tubuh sangat rendah. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi defisiensi Fe adalah dengan mengkonsumsi bahan pangan yang
banyak mengandung Fe. Salah satu tumbuhan yang memiliki kandungan Fe
yang tinggi adalah rumput gandum (Triticum aestivum L.). Tujuan dari penelitian
ini ialah untuk mengetahui pengaruh pemberian jus rumput gandum terhadap
jumlah eritrosit pada remaja.
Metode yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan subjek
penelitian adalah Mahasiswi D3 ATLM FITkes Unjani Cimahi sebanyak 15 orang.
Seluruh subjek penelitian diberikan campuran jus rumput gandum dengan
yoghurt selama 16 hari. Jumlah eritrosit sebelum dan setelah pemberian jus
rumput gandum diukur dengan menggunakan alat Hematologi analyzer.
Pengukuran jumlah eritrosit yang dilakukan terhadap 15 subjek
penelitian didapatkan hasil rerata jumlah eritrosit sebelum pemberian 4,47 juta
sel/mm³ dan hasil rerata sesudah pemberian 4,69 juta sel/mm³. Adapun hasil dari
uji T didapat nilai p=0,003 (p<0,005) yang artinya penelitian ini berpengaruh
meningkatkan jumlah eritrosit remaja.
Berdasarkan hasil peneltian disimpulkan bahwa pemberian jus rumput
gandum dengan campuran yoghurt mampu meningkatkan jumlah eritrosit pada
remaja, sehingga pemberian jus rumput gandum dengan campuran yoghurt
disarankan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan jumlah eritrosit.

Kata Kunci : Rumput gandum, eritrosit


Kepustakaan : 25, 2010-2021
MEDICAL LABORATORY TECHNOLOGY STUDY PROGRAM (D-3)
FACULTY OF HEALTH SCIENCE AND TECHNOLOGY UNJANI 2022

AHMAD BAYU GIMNASTIAR


THE EFFECT OF TIME OF GIVING WHEATGRASS JUICE WITH YOGHURT
MIXED ON THE NUMBER OF erythrocytes in Adolescents
xiii + 69 page + 8 table + 4 images + 6 attachment

ABSTRACT

Anemia is one of the most common health problems in Indonesia. One of


the causes of anemia is because the level of iron (Fe) in the body is very low.
Efforts that can be made to overcome Fe deficiency are by consuming foods that
contain lots of Fe. One of the plants that has a high Fe content is wheat grass
(Triticum aestivum L.).
The method used is experimental research with 15 students of D3 ATLM
FITkes Unjani Cimahi as the research subject. All research subjects were given a
mixture of wheat grass juice with yoghurt for 16 days. The number of
erythrocytes before and after administration of wheatgrass juice was measured
using a Hematology analyzer.
Measurement of the number of erythrocytes carried out on 15 research
subjects showed the average number of erythrocytes before administration was
4,47 million cells/mm³ and the average result after administration was 4,69
million cells/mm³. The results of the T test obtained a p value of 0.003 (p<0.005),
which means that this study has an effect on increasing the number of
adolescent erythrocytes.
Based on the results of the study, it was concluded that giving wheat grass
juice with a mixture of yoghurt was able to increase the number of erythrocytes in
adolescents, so giving wheat grass juice with a mixture of yoghurt was suggested
as an alternative to increase the number of erythrocytes.

Keywords: Wheat grass, erythrocytes


Literature : 25, 2010-2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalammualaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya tulis ilmiah ini dengan judul : “PENGARUH LAMA PEMBERIAN JUS

RUMPUT GANDUM DENGAN CAMPURAN YOGHURT TERHADAP JUMLAH

ERITROSIT PADA REMAJA”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Kesehatan (Amd, Kes) pada Program

Studi Teknologi Laboratorium Medis (D-3) Universitas Jendral Achmad Yani

Cimahi.

Terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini tidaklah lepas dari bantuan berbagai

pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide,

maupun pemikiran. Penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan namun

berkat bimbingan serta arahan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik meskipun masih banyak

kekurangan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Dalam kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya khususnya

kepada :

1. Bapak dr. Gunawan Irianto, M.Kes (MARS), selaku Dekan Fakultas Ilmu

dan Teknologi Kesehatan Universitas Jendral Achmad Yani Cimahi

2. Ibu Iis Herawati, S.Pd., M.Kes, selaku ketua program studi Teknologi

Laboratorium Medis (D-3) merangkap pembimbing 1 yang memberikan

bimbingan dan saran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.


3. Ibu Dr. Arina Novilla, S.Pd., M.Si, selaku pembimbing 2 yang memberikan

saran dan masukkan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

4. Dr. Betty Nurhayati. M.Si, selaku penguji yang memberikan saran dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

5. Kepada Staff dosen pengajar dan staff laboratorium yang telah

memberikan ilu yang sangat bermanfaat dan bimbingan kepada penulis

selama menjalani pendidikan di fakultas ilmu teknologi dan kesehatan

Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi, khususnya ibu Fretty Lendifah

Eka Nuryani, Amd. Kes yang senantiasa memberikan semangat dan

masukkan dalam penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

6. Untuk teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu khususnya

kelas 3C Teknologi Laboratorium Medis (D-3) serta teman-teman team

hematologi terimakasih telah memberikan motivasi dan dukungan untuk

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

Cimahi, Mei 2022

Ahmad Bayu Gimnastiar


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Fase Remaja merupakan kondisi peralihan dari masa anak–anak

menuju dewasa. Pada masa ini para remaja mengalami perubahan fisik

seperti penambahan tinggi badan hingga 25 cm, perubahan bentuk tubuh dan

masa menstruasi, bagi remaja putri, daya tarik seksualitas merupakan faktor

yang kuat dan berpengaruh dalam kehidupannya. Masa remaja telah

dilaporkan menjadi kesempatan untuk pertumbuhan yang pesat. Kecepatan

pertumbuhan yang tinggi menyebabkan remaja membutuhkan energi dan

protein yang tinggi (Siti Andina Rachmayani, Mury Kuswari, 2018).

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik

secara fisik, mental, dan aktivitas sehingga, kebutuhan makanan yang

mengandung zat-zat gizi menjadi cukup besar. Remaja putri banyak

mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi makanan sehari-harinya.

Remaja putri pada umumnya memiliki karakteristik kebiasaan makan tidak

sehat. Antara lain kebiasaan tidak makan pagi, malas minum air putih, diet

tidak sehat karena ingin langsing (mengabaikan sumber protein, karbohidrat,

vitamin dan mineral), kebiasaan ngemil makanan rendah gizi dan makan

makanan siap saji. Sehingga remaja tidak mampu memenuhi keaneka

ragaman zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuhnya untuk proses sintesis

pembentukan sel darah merah. Bila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang

lama akan menyebabkan kadar Hb terus berkurang dan menimbulkan anemia

(Aliviameita & Puspitasari, 2019).


Kurangnya asupan zat besi merupakan penyebab utama terjadinya

anemia pada remaja putri, namun hal ini juga dipengaruhi oleh kemampuan

penyerapan zat besi baik yang memudahkan maupun yang menghambat.

Protein dan vitamin C adalah zat gizi yang berperan untuk mempercepat

penyerapan zat besi. Fitat, tanin, oksalat, dan kalsium adalah zat gizi yang

berperan sebagai penghambat penyerapan zat besi (Farinendya et al., 2019).

Anemia pada remaja dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan

fisik, gangguan perilaku serta emosional. Hal ini dapat memperlambat proses

pertumbuhan dan perkembangan sel otak sehingga dapat menimbulkan daya

tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar, konsentrasi belajar terganggu,

prestasi belajar menurun serta dapat mengakibatkan produktifitas kerja yang

rendah (Yuviska & Armiyanti, 2019). Menurut data hasil Riskesdas tahun

2018, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 48,9% dengan proporsi anemia

ada di kelompok umur 15 – 24 tahun dan 25 – 34 tahun (Kasumawati,

Holidah, & Jasman, 2020).

Oleh karena itu sebagai upaya pencegahan anemia dapat di lakukan

dengan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dari

bahan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan telur), dari bahan nabati (sayuran

atau tumbuhan yang berwarna hijau, kacang – kacangan, dan tempe) serta

banyak mengkonsumsi makanan – makanan sumber vitamin C yang

bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh (Yuviska &

Armiyanti, 2019).

Rumput gandum (Wheatgrass) atau nama latinnya Triticum Aestivum

merupakan tanaman gandum muda dengan tinggi 7-10 inci. Rumput gandum

dikenal sebagai bahan baku untuk minuman kesehatan karena mengandung


semua zat gizi penting, seperti vitamin,zat gizi lainnya serta antioksidan

(Albaar, 2015).

Rumput gandum kaya akan klorofil, mineral seperti magnesium,

selenium, seng, kromium, zat besi, kalsium, fosfor, kalium, boron dan

molybdenum. Antioksidan seperti beta karoten (pro-vitamin A), vitamin E,

vitamin C, dan vitamin B kompleks, asam amino seperti seperti asam aspartat,

asam glutamat, arginin, alanin dan serin. Berbagai enzim yang berperan

dalam efek farmakologis seperti protease, amilase, lipase, sitokrom oksidase,

transhydrogenase, superoksida dismutase (SOD). Rumput gandum juga

merupakan sumber yang kaya akan fenolik dan flavonoid (Sirajuddin et al.,

2015). Kandungan zat besi dalam rumput gandum sangat tinggi, bahkan lebih

tinggi bila dibandingkan dengan sayuran lain seperti bayam (amaranthus

hybridus), dimana kandungan zat besi yang terdapat dalam rumput gandum

mampu meningkatkan jumlah eritrosit (Yuniarti, Hasanah, & Indika, 2019).

Di Asia dan Eropa, produk berbasis rumput gandum dikonsumsi dalam

bentuk jus, bubuk dan ekstrak untuk pertumbuhan yang sehat dari tubuh

manusia (Kumar & Nair, 2016). Akan tetapi Jus merupakan cara paling

efisien untuk menyuplai tubuh dengan vitamin, mineral, dan antioksidan

(Albar, 2015).

Agar menghilangkan aroma yang kurang sedap pada jus rumput

gandum saat di konsumsi, serta untuk menambah cita rasa pada jus rumput

gandum, dianjurkan untuk memberi tambahan seperti susu atau yoghurt,

selain sebagai campuran tambahan yoghurt juga memiliki banyak kandungan

yang berpengaruh terhadap proses pembentukan darah, diantaranya adalah

asam folat & B12 yang merupakan bahan dasar dalam pembentukan inti sel,
besi (Fe) yang sangat diperlukan untuk pembentukan sel darah merah, cobalt,

magnesium, Cu, Zn, asam amino, vitamin C, B kompleks. Bakteri asam laktat

yang ada pada yoghurt juga mampu melindungi membrane plasma sehingga

dapat mengoptimalkan absorbs nutrisi yang terkandung dalam yoghurt (Putra,

2016).

Berdasarkan data yang komprehensif dan beberapa penelitian klinis

telah membuktikan manfaat rumput untuk berbagai penyakit. Terapi rumput

gandum dapat menjadi tindakan preventif dan kuratif untuk masalah

kesehatan yang dapat menyebabkan penyakit serius seperti diabetes mellitus,

anemia, arthritis, kanker, thalassemia, asma, alergi, radang usus, obesitas,

tekanan darah tinggi, dislipidemia dan eksim. Selain itu, rumput gandum

berperan dalam detoksifikasi tubuh (Sirajuddin et al., 2015).

Molekul klorofil yang terkandung dalam jus rumput gandum hampir

identik dengan hemoglobin dalam erirosit manusia. Rumput gandum disebut

juga sebagai “Green Blood” (Kumar & Nair, 2016). Jus rumput gandum

memiliki kandungan zat besi yang tinggi dalam pigmen hijau klorofil, yang

membantu tubuh untuk meningkatkan dan mengaktifkan sel darah merah dan

membangun kembali aliran darah. Sel darah merah inilah yang bertanggung

jawab untuk memasok oksigen segara ke tubuh dan mencegah anemia

(Rana, Kamboj, & Gandhi, 2011). Hal ini dikarenakan zat besi merupakan

salah satu prekursor dari pembentukan eritrosit (Yuniarti, Hasanah, & Indika,

2019).

Berdasarkan hasil penelitian Laila Hasanah M, (2018), tentang

pengaruh pemberian jus rumput gandum (Triticum aestivum L.) terhadap

Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Mencit Jantan (Mus musculusL.)


Anemia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian jus rumput

gandum selama 16 hari dapat berpengaruh terhadap peningkatan jumlah

eritrosit dan kadar Hb mencit jantan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis melakukan penelitian

pengaruh pemberian jus rumput gandum terhadap jumlah eritrosit pada

remaja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : apakah terdapat pengaruh pemberian jus rumput

gandum terhadap jumlah eritrosit pada remaja?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh pemberian jus

rumput gandum terhadap jumlah eritrosit pada remaja.

2. Tujuan khusus

a) Menentukan jumlah eritrosit sebelum pemberian jus

b) Menentukan jumlah eritrosit setelah pemberian jus selama 16 hari

c) Untuk mengetahui perbandingan jumlah eritrosit sebelum dan

sesudah pemberian jus rumput gandum dengan campuran yoghurt

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ialah mapu

menambah wawasan keilmuan mengenai pengaruh kandungan rumput

gandum terhadap jumlah eritrosit.


2. Manfaat Praktis

Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini ialah dapat

menambah wawasan untuk pembaca, penulis serta masyarakat lainnya

khususnya bagi para penderita anemia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Eritrosit

1. Definisi Eritrosit

Eritrosit (sel darah merah) merupakan komponen sel dengan

jumlah terbesar dalam darah dan memiliki fungsi penting dalam darah

yaitu sebagai sel pengangkut oksigen. Jumlah eritrosit pada laki-laki

dewasa yang sehat sekitar 5,4 juta sel per mikroliter darah, sedangkan

untuk wanita dewasa sehat berjumlah sekitar 4,8 juta sel per mikroliter

darah (Aliviameita & Puspitasari, 2019).

Eritrosit merupakan satu satunya sel darah yang dapat

menjalankan fungsinya tanpa meninggalkan pembuluh darah. Eritrosit

berbentuk seperti cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 µm,

ketebalan sekitar 2,6 µm di tepi dan 0,75 µm ditengah. Karena ukuran

dan bentuknya yang relatif seragam dan hampir pada seluruh jaringan

tubuh terdapat eritrosit, maka para pakar histologi biasa menggunakan

eritrosit sebagai standar untuk memperkirakan ukuran sel-sel lain yang

berdekatan (Ikawati, 2018).

2. Struktur Eritrosit

Eritrosit memiliki diameter normal sekitar 6-8 mikron, ukuran

eritrosit lebih kecil dari ukuran leukosit, tetapi lebih besar dari trombosit.

Eritrosit memiliki struktur bikonkaf yang membuat nilai rasio luas

permukaan berbanding volume menjadi besar dan memaksimalkan

proses pertukaran gas. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan organela sel
lain untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan oksigen. Sitoplasmanya

dipenuhi oleh molekul hemoglobin yang disintesis sebelum eritrosit

(Lieseke & Zeibig, 2017).

Gambar 2.1 Sel darah merah

Eritrosit memiliki membran plasma yang kuat namun fleksibel,

dapat menyesuaikan perubahan bentuk eritrosit saat melewati kapiler

yang sempit tanpa mengalami kerusakan membran sel. Membran plasma

eritrosit tersusun atas 40% lipid, 10% karbohidrat dan 50% protein yang

sebagian besar merupakan protein integral yang tertanam pada dua lapis

fosfolipid membran sel, termasuk kanal ion seperti protein band 3 dan

glycophorin A. Terdapat pula protein perifer yang terdapat pada bagian

internal membran plasma, termasuk protein spectrin dan ankyrin yang

berfungsi mengikatkan spectrin pada protein band 3 dan glycophorin A.

Ikatan antara spectrin, ankyrin, protein band dan glycophorin A ini

berfungsi mempertahankan stabilitas membran dan mempertahankan

bentuk sel serta menciptakan elastisitas sel saat melewati kapiler yang

sempit (Rosita et al., 2019).


Struktur eritrosit sangat disesuaikan dengan fungsinya yaitu

pengangkutan oksigen. Eritrosit bahkan tidak memiliki mitokondria

sehingga produksi ATP intraseluler dilakukan secara anaerob (tanpa

oksigen) dan tidak menggunakan oksigen yang dibawa didalam sel untuk

metabolismenya. Terdapat enzim glikolitik dalam jumlah besar pada

sitoplasma eritrosit untuk menjalankan proses glikolisis sebagai satu

satunya sumber ATP untuk sel. Enzim glikolitik juga berfungsi

mempertahankan konsentrasi ion intraseluler dengan mekanisme

transpor aktif pada membran sel (Rosita et al., 2019).

3. Proses Pembentukan Eritrosit

Eritrosit baru diproduksi oleh tubuh setiap hari melalui proses

eritropoiesis yang kompleks. Eritropoiesis berjalan dari sel induk melalui

sel progenitor CFUGEMM (colony-forming unit granulocyte, erythroid,

monocyte and megakariocyte / unit pembentuk koloni granulosit, eritroid,

monosit dan megakariosit), BFUE(burst-forming unit erythroid / unit

pembentuk letusan eritroid) dan CFU eritroid (CFUE) menjadi prekusor

eritrosit yang dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu

pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru

tua, dengan inti di tengah dan nukleoli, serta kromatin yang sedikit

menggumpal (Setiawan, 2016).

Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian

normoblas yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel (basofilik

eritroblas – polikromatik eritroblas – ortokromatik eritroblas). Normoblas

ini juga mengandung hemoglobin yang semakin banyak (berwarna merah

muda) dalam sitoplasma; warna sitoplasma makin biru pucat sejalan


dengan hilangnya RNA dan aparatus yang mensintesis protein,

sedangkan kromatin inti menjadi semakin padat. Inti akhirnya dikeluarkan

dari normoblas lanjut (ortokromatik eritroblas) di sumsum tulang dan

menghasilkan stadium Retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA

ribosom dan masih mampu mensintesis hemoglobin (Kosasih, dkk, 2018).

Gambar 2.2 : Proses Pembentukan Eritrosit

Sel retikulosit sedikit lebih besar dari pada eritrosit matur,

berada selama 1 – 2 hari sebelum menjadi matur, terutama berada di

limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah muda

seluruhnya, bentuknya adalah cakram bikonkaf tak berinti. Satu

pronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel darah merah

berinti (normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi di

luar sumsum tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada

penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi

manusia yang normal (Setiawan, 2016).

Terjadi mekanisme stimulasi yang kuat pada kasus-kasus

anemia berat oleh eritropoetin terhadap sumsum tulang untuk

meningkatkan produksi dan pelepasan retikulosit lebih dini. Hal ini akan

menyebabkan waktu pematangan retikulosit menjadi eritrosit di dalam


darah tepi bertambah lama, dari 1 – 2 hari menjadi 2 – 3 hari. Maka untuk

mendapatkan gambaran kemampuan yang sebenarnya dari sumsum

tulang untuk memproduksi eritrosit, maka hitung retikulosit pada kasus-

kasus seperti ini perlu dilakukan koreksi lebih lanjut (koreksi kedua), yaitu

koreksi dengan lama waktu pematangan yang dibutuhkan dibagi dua.

Nilai normal retikulosit dalam hitung jumlah (%) yaitu 0,5 – 2,0 % dari

jumlah eritrosit, sehingga didapatkan nilai normal yang mutlak adalah 25

– 85 x 103 sel /mm3 (Kosasih, dkk, 2018).

4. Fungsi Eritrosit

Fungsi eritrosit (sel darah merah) pada dasarnya memiliki

keterkaitan erat dengan kandungan hemoglobin di dalamnya. hemoglobin

dalam darah merah berfungsi untuk mengikat oksigen dan karbon

dioksida yang akan diedarkan melalui sistem peredaran darah.

berdasarkan fungsi hemoglobin tersebut, maka fungsi sel darah merah

dapat dikatakan berperan dalam pengangkutan oksigen dari paru-paru ke

seluruh bagian tubuh, serta mengangkut karbon dioksida dari tubuh

menuju paru-paru (Sadiman, dkk.2019).

Di samping berperan sebagai pengangkut oksigen dan karbon

dioksida dalam sistem peredaran darah, eritrosit atau sel darah merah

juga berfungsi untuk memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh

manusia. Secara umum manfaat darah merah dalam tubuh adalah untuk

mengangkut oksigen yang dibutuhkan oleh paru-paru untuk diedarkan ke

seluruh tubuh dan mengangkut karbon dioksida untuk dikeluarkan dari

tubuh (Sadiman, dkk.2019).


5. Faktor-Faktor Mempengaruhi Jumlah Eritrosit

Menurut Guyton & Hall (2014), faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi jumlah eritrosit di antaranya :

a. Jenis Kelamin, pada laki-laki normal jumlah (konsentrasi) eritrosit

mencapai 5,1 – 5,8 juta per mililiter kubik darah. Pada wanita normal

4,3 – 5,2 juta per mililiter kubikdarah.

b. Usia, organisme pada fase dewasa memiliki jumlah eritrosit lebih

banyak dibanding anak-anak.

c. Tempat Ketinggian. orang yang hidup di dataran tinggi cenderung

memiliki jumlah ertrosit lebih banyak.

d. Kondisi Tubuh, sakit dan luka yang mengeluarkan banyak darah

dapat mengurangi jumlah ertrosit dalam darah. Sel-sel pembentuk sel

darah merah ini disebuteritroblast, tetapi pada embrio (bayi), sel-sel

darah merah dibentuk di dalam hatidan limpa. Warna sel-sel darah

merah disebabkan karena pigmen merah yangdisebut hemoglobin

(Hb). Hemoglobin adalah suatu protein yang terdiri atas hemindan

globin. Hemin mengandung zat besi (Fe). Hb ini mempunyai daya ikat

tinggiterhadap O2. Dalam peredarannya ke seluruh tubuh, darah

diikat oleh Hb yangkemudian diberi nama oksihemoglobin. Selain

mengikat O2, Hb juga dapat mengikat CO2 sisa metabolisme tubuh

untuk dibuang melalui organ ekskresi. Hb yang mengangkut CO 2 ini

disebut karbominohemoglobin. Pada kasus donor darah, kehilangan

darah pada tubuh seseorang akan bisa cepat diatasi karena sumsum

tulang akan menghasilkan dan mengembalikan sel darah merah

menjadi normal kembali. Tetapi pada kasus pendarahan yang hebat


misalnya kecelakaan, apabila hilangnya sel darah merah melebihi

laju pembentukannya, akan mengakibatkan kekurangan sel darah

merah, sehingga dapat mengakibatkan anemia. Selain pendarahan,

anemia juga disebabkan karena gizi buruk dan infeksi kuman

penyakit.

6. Penyakit yang Berhubungan dengan Eritrosit

a. Polisitemia vera (PV)

PV adalah suatu keadaan atau penyakit dimana tubuh

memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang berlebih.

Peningkatan sel darah merah pada polisitemia vera lebih

mengarah pada jumlah sel, bukan pada peningkatan masa

kehidupan dari sel. Polisitemia vera merupakan bagian

kelompok penyakit yang dinamakan dengan myeloproliferative

neoplasm (MPN). MPN dapat dibagi menjadi beberapa kelompok

lagi, yaitu: Kromosom Philadelphia positif; Chronic myelogenous

leukemia (CML) atau leukemia granulositik kronik (LGK)

Kromosom Philadelphia negatif, yakni Essential thrombocythemia

(ET) dan Primary Myelofibrosis (PMF) dan polisitemi (Riswan et

al., 2020).

b. Anemia

Menurut Citrakesumasari, (2012) jenis - jenis anemia di

bagi menjadi dua golongan yaitu anemia gizi dan non gizi.

1) Anemia gizi

a) Anemia Zat Besi


Kekurangan pasokan zat gizi besi (Fe) yang

merupakan inti molekul hemoglobin sebagai unsur utama

sel darah merah. Akibat anemia gizi besi terjadi pengecilan

ukuran hemoglobin, kandungan hemoglobin rendah, serta

pengurangan jumlah sel darah merah. Anemia zat besi

biasanya ditandai dengan menurunnya kadar Hb total di

bawah nilai norml (hipokromia) dan ukuran sel darah

merah lebih kecil dari normal (mikrositosis). Tanda tanda

ini biasanya akan menggangu metabolisme energi yang

dapat menurunkan produktivitas.

b) Anemia gizi vitamin E

Anemia defisiensi vitamin E dapat mengakibatkan

integritas dinding sel darah merah menjadi lemah dan tidak

normal sehingga sangat sensitif terhadap hemolisis

(pecahnya sel darah merah). Karena vitamin adalah faktor

esensial bagi integritas sel darah merah.

c) Anemia gizi asam folat

Anemia gizi asam folat disebut juga anemia

megaloblastik atau makrositik; dalam hal ini keadaan sel

darah merah penderita tidak normal dengan ciri-ciri

bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum

matang. Penyebabnya adalah kekurangan asam folat dan

vitamin B12. Padahal kedua zat itu diperlukan dalam

pembentukan nukleoprotein untuk proses pematangan sel

darah merah dalam sumsum tulang.


d) Anemia gizi vitamin B12

Anemia ini disebut juga pernicious, keadaan dan

gejalanya mirip dengan anemia gizi asam folat. Namun,

anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem alat

pencernaan bagian dalam. Pada jenis yang kronis bisa

merusak sel-sel otak dan asam lemak menjadi tidak

normal serta posisinya pada dinding sel jaringan saraf

berubah. Dikhawatirkan, penderita akan mengalami

gangguan kejiwaan.

e) Anemia gizi vitamin B6

Anemia ini disebut juga siderotic. Keadaannya mirip

dengan anemia gizi besi, namun bila darahnya diuji secara

laboratoris, serum besinya normal. Kekurangan vitamin B6

akan mengganggu sintesis (pembentukan) hemoglobin.

2) Anemia Non - gizi

a) Anemia sel sabit

Penyakit Sel Sabit (sickle cell disease / sickle cell

anemia) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai

dengan sel darah merah yang berbentuk sabit, kaku, dan

anemia hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, sel darah

merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen)

yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah

oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi

seperti sabit.
b) Talasemia

Merupakan penyakit keturunan (genetik dimana

terjadi kelainan darah (gangguan pembentukan sel darah

merah). Sel darah merah sangat diperlukan untuk

mengangkut oksigen yang diperlukan oleh tubuh kita.

Pada penderita talasemia karena sel darah

merahnya ada kerusakan (bentuknya tidak normal, cepat

rusak, kemampuan membawa oksigennya menurun) maka

tubuh penderita talasemia akan kekurangan oksigen,

menjadi pucat, lemah, letih, sesak dan sangat

membutuhkan pertolongan yaitu pemberian transfusi

darah. Bila tidak segera ditransfusi bisa berakibat fatal,

bisa meninggal.

c) Anemia Aplastik

Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang

ditandai oleh pansitopenia pada darah tepi dan penurunan

selularitas sumsum tulang. Pada keadaan ini jumlah sel-sel

darah yang diproduksi tidak memadai. Penderita

mengalami pansitopenia, yaitu keadaan dimana terjadi

kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan

trombosit.

c. Limfoma

Limfoma merupakan kanker darah yang berkembang

dalam sistem limfa. Pada pengidap limfoma, sel darah putih


akan menjadi ganas dan menyebar secara abnormal. Limfoma

ditandai dengan gejala pembengkakan pada kelenjar getah

bening pada area leher, ketiak, dan pangkal paha. Gejala ini

kemudian akan menyebar ke sumsum tulang dan organ lain

disekitarnya (Sutrisno et al., 2020).

B. Rumput gandum

1. Klasifikasi

Menurut Ashok, (2011). Rumput gandum dalam dunia tumbuhan

klasifikasikan sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Keluarga : Gramineae

Genus : Triticum

Spesies : Triticum aestivum L.

2. Morfologi Rumput gandum

Rumput gandum (Triticum aestivum L.) biasanya disebut

wheatgrass, merupakan tumbuhan yang berasal dari keluarga

Gramineae. Rumput anual, batangnya tegak, berongga atau bernas,

tinggi tanaman dewasanya mencapai 1,2 m. Daun rata dan sempit


dengan panjang 20-38 cm, lebar sekitar 1,3 cm, spikelet panjang,

ramping, rachis kokoh, spikelet dengan 2-5 floret (Sirajuddin et al., 2015).

Gambar 2.3 Rumput Gandum

Rumput gandum dipanen pada perkembangan vegetatif berumur

10 hari setelah ditanam, dimulai dari munculnya daun pertama dari

koleoptil, yang kemudian diikuti oleh tumbuhnya daun kedua, ketiga dan

seterusnya sampai tanaman berumur 10 hari. Nilai atau keunggulan

rumput gandum dalam kesehatan terkait dengan tingginya kandungan

klorofil (Sirajuddin et al., 2015).

3. Kandungan Rumput Gandum

Rumput gandum kaya akan klorofil, mineral seperti magnesium,

selenium, seng, kromium, zat besi, kalsium, fosfor, kalium, boron dan

molybdenum. Antioksidan seperti beta karoten (pro-vitamin A), vitamin E,

vitamin C, dan vitamin B kompleks, asam amino seperti seperti asam

aspartat, asam glutamat, arginin, alanin dan serin. Berbagai enzim yang

berperan dalam efek farmakologis seperti protease, amilase, lipase,

sitokrom oksidase, transhydrogenase, superoksida dismutase (SOD).


Rumput gandum juga merupakan sumber yang kaya akan fenolik dan

flavonoid (Sirajuddin et al., 2015)

4. Manfaat Rumput Gandum

Berdasarkan data yang komprehensif dan beberapa penelitian

klinis telah membuktikan manfaat rumput untuk berbagai penyakit. Terapi

rumput gandum dapat menjadi tindakan preventif dan kuratif untuk

masalah kesehatan yang dapat menyebabkan penyakit serius seperti

diabetes mellitus, anemia, arthritis, kanker, thalassemia, asma, alergi,

radang usus, obesitas, tekanan darah tinggi, dislipidemia dan eksim.

Selain itu, rumput gandum berperan dalam detoksifikasi tubuh (Sirajuddin

et al., 2015).

C. Yoghurt

1. Definisi Yoghurt

Yoghurt adalah hasil fermentasi susu yang menggunakan mikroba

sebagai starter dalam proses fermentasinya dan memiliki kandungan gizi

yang baik untuk kesehatan. Yoghurt bermanfaat sebagai anti kolesterol

serta memperbaiki keluhan intoleransi laktosa, mencegah diar dan

menormalkan mikroflora usus. yoghurt merupakan produk yang diperoleh

dari fermentasi susu dan atau susu rekonstitusi dengan menggunakan

bakteri Lactobacillus bulgaricus (LB) dan Streptococcus thermophillus (ST)

dan atau bakteri asam laktat lain yang sesuai, dengan atau tanpa

penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang

diizinkan (Iyyah et al., 2019).

2. Manfaat Yoghurt
Yoghurt memiliki beberapa kandungan yang berpengaruh

terhadap proses pembentukan darah, diantaranya adalah asam folat & B12

yang merupakan bahan dasar dalam pembentukan inti sel, besi (Fe) yang

sangat diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, cobalt, magnesium, Cu,

Zn, asam amino, vitamin C, B kompleks. Bakteri asam laktat yang ada

pada yoghurt juga mampu melindungi membran plasma sehingga dapat

mengoptimalkan absorbsi nutrisi yang terkandung dalam yoghurt (Putra ,

2016).

Selain itu menurut Yaguchi, Goto, dan Okonogi, (1992), manfaat

minum yoghurt dan susu terfermentasi lainnya adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pertumbuhan.

Hasil penelitian dengan tikus percobaan menunjukkan bakteri

yang hidup pada yoghurt terutama Streptococcus thermophilus,

memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertambahan berat badan

tikus, yaitu dengan cara meningkatkan daya cerna dan absorpsi pada

saluran pencernaannya.

b. Mengatur saluran pencernaan.

Asam laktat dari yoghurt dapat merangsang gerakan peristaltik

hampir pada semua bagian dalam saluran pencernaan. Rangsangan

gerakan peristaltik tersebut dapat memelihara kesehatan tubuh melalui

peningkatan proses pencernaan, penyerapan, pembuangan feses, dan

pembuangan bakteri patogen dari saluran pencernaan.

c. Memperbaiki gerakan perut.

Suatu penelitian yang dilakukan pada sejumlah lansia

menunjukkan, pemberian kultur Streptococcus thermophilus dapat


meningkatkan gerakan perut dari 4,8 kali dalam 10 hari menjadi 5,7

kali. Gerakan perut ini diperlukan untuk memperlancar proses

pengeluaran feses. Pada saat yoghurt melalui saluran pencernaan

terjadi peningkatan jumlah bakteri bifidobacterium yang ikut berperan

dalam menormalkan gerakan perut.

d. Antikanker.

Penelitian pada tikus menunjukkan, penggandaan sel-sel

kanker pada tikus yang diberi makan yoghurt lebih terhambat daripada

tikus percobaan tanpa yoghurt. Bakteri-bakteri yang berperan dalam

fermentasi susu dapat mengubah zat-zat prekarsinogenik yang ada

dalam saluran pencernaan sehingga dapat menghambat terjadinya

kanker.

e. Antidiare.

Yoghurt dapat mencegah aktivitas dan pertumbuhan berbagai

bakteri patogen penyebab gastrointeritis pemicu penyakit diare.

Lactobacillus bulgaricus (salah satu bakteri yang berperan dalam

pembentukan yoghurt) dapat memproduksi bulgarican, yaitu

antimikroba yang efektif untuk menghambat organisme patogen

3. Kandungan dalam Yoghurt

Yoghurt merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik bagi

tubuh.Susu sapi yang difermentasi terbukti memiliki aktivitas antioksidan

yang lebih tinggi dibandingkan susu murni. Hasil penelitian di China

membuktikan bahwa bakteri Lactobacillus dalam yoghurt memiliki aktivitas

antioksidan yang tinggi, sehingga dapat memberikan manfaat dengan


menyediakan antioksidan alami yang aman dan efektif bagi konsumennya

(Shamiccah, dkk 2017).

D. Remaja

1. Definisi

Masa remaja (adolescene) merupakan tahapan kehidupan

terjadinya perubahan - perubahan pada tubuh yang berlangsung cepat.

Masa remaja merupakan usia peralihan dari kanak-kanak menuju remaja

yang banyak mengalami perubahan (Adriani, dkk 2016).

Remaja dalam masa pertumbuhan biasanya melakukan aktivitas

fisik yang lebih banyak, sehingga penting untuk memenuhi zat kebutuhan

gizi. Kebutuhan gizi remaja sangat di perlukan berkaitan dengan metode

pertumbuhan yang cepat. Sehingga kebutuhan akan zat besi meningkat,

dari 0,7-0,9 mg Fe/hari menjadi sebesar 2,2 mg Fe/ hari atau mungkin lebih

pada saat menstruasi. Hal ini mengakibatkan remaja putri lebih rawan

mengalami anemia besi di banding remaja laki - laki (Arum, 2018).

2. Ciri - Ciri Remaja

Menurut Y. Singgih dan D. Gunarso,(1998). Terdapat beberapa

perubahan atau ciri-ciri yang terjadi selama masa remaja yaitu:

a) Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat.

b) Perbahan yang cepat secara fisik yang juga disertai dengan

kematangan seksual. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya


dan hubungan dengan orang lain. Perubahan nilai, dimana apa yang

mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang

penting karena sudah mendekati dewasa.

c) Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan

yang terjadi.

3. Program Pencegahan Anemia pada Remaja

Prevalensi anemia pada remaja khususnya pada remaja putri

cukup tinggi, di negara berkembang sebanyak 27% dan negara maju

sebanyak 6%. Anemia pada kehamilan terjadi salah satunya akibat dari

penanganan anemia pada masa remaja tidak di obati dengan baik

(Sudargo, 2018).

Sejak tahun 1997, pemerintah indonesia telah melaksanakan

program untuk menanggulangi masalah anemia yaitu pemberian tablet

tambah darah berupa zat besi (60 MgSO4) dan asam folat (0,25 mg).

Untuk mencegah dan menanggulangi masalah anemia gizi pada wanita

usia subur (WUS). Pemerintah telah melakukan intervensi sejak dini yaitu

sejak usia remaja, karena status gizi remaja putri atau pranikah memiliki

efek yang besar pada keselamatan kehamilan dan kelahiran apabila

remaja putri menjadi ibu. Program pemerintah Indonesia yang fokus pada

penanggulangan anemia remaja yakni program penanggulangan dan

pencegahan anemia gizi besi (PPAGB) dengan sasaran para remaja

melalui pemberian suplemen kapsul zat besi (Permatasari et al., 2018).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Rancangan penelitiann

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

eksperimental. Sampel yang digunakan sebanyak 15 orang mahasiswi,

yang akan dilakukan pemberian jus rumput gandum dengan campuran

yoghurt. Pemeriksaan yang dilakukan adalah jumlah eritrosit pada darah

dengan metode hematology analyzer. Adapun rancangan penelitian yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

Pengambilan sampel darah

Pemeriksaan jumlah eritrosit sebelum pemberian

Konsumsi jus rumput gandum dengan campuran


yogurt selama 16 hari

Pemeriksaan jumlah eritrosit setelah pemberian

Hasil dan pengolahan data

Kesimpulan

Gambar 3.1 Skema Penelitian

31
2. Hipotesis

Pada penelitian ini digunakan uji dua arah, dimana hipotesis yang

diajukan oleh penulis yaitu Ha (hipotesis alternatif) : terdapat perbedaan

rata rata antara kelompok sebelum dan setelah pemberian jus rumput

gandum dengan campuran yoghurt.

3. Variabel Penelitian

Pada penelitian pengaruh Pemberian jus rumput gandum dengan

campuran yoghurt terhadap jumlah eritrosit Pada Remaja, variabel

penelitian disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

No Nama Defisiensi Alat ukur Hasil Skala

variabel operasional ukur ukur

1 Jumlah Jumlah eritrosit Hematology Sel/mm3 Rasio

eritrosit pada laki-laki Analyzer

dewasa yang MINDAR BC-

sehat sekitar 5,4 1800

juta sel per

mikroliter darah,

sedangkan

untuk wanita

dewasa sehat

berjumlah

sekitar 4,8 juta

sel per mikroliter


darah

2 Jus Rumput gandum Gelas ukur Ml Volume

Rumput sebanyak 20

Gandum gram, kemudian

campura di buat jus

n dengan

yoghurt ditambahkan

yoghurt sebanyak

100 mL agar lebih

(efisien).

3. Remaja Remaja adalah Laki-laki Quisioner Nominal

seorang anak dan

yang telah perempuan

mencapai umur

10-18 tahun untuk

perempuan dan

12-20 tahun untuk

laki-laki.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ialah Mahasiswi D3 TLM sebanyak 15

orang, yang di pilih secara acak tanpa kriteria tertentu.

.
2. Sampel

Sampel yang digunakan ialah darah vena sebanyak 15 orang

mahasiswi yang dipilih secara acak tanpa kriteria tertentu.

C. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Seluruh subjek penelitian akan diberikan jus rumput gandum

dengan campuran yoghurt, dengan perbandingan 20 gram rumput

gandum dan 100 ml yoghurt selama 16 hari. Diketahui proses

pembentukan eritrosit didalam tubuh ialah 7-9 hari. Kemudian data jumlah

eritrosit yang diperoleh dilihat sebelum dan setelah mengkonsumsi jus

rumput gandum dengan campuran yoghurt.

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Alat - Alat yang Digunakan dalam Penelitian

No Nama Alat Spesifikasi Jumlah

1. Blender - 1 unit

2. Hematologi Analayzer MIDRAY BC-1800 1 unit

3. Rak tabung vacutainer 2

4. Spuit 3 Ml 20 buah

5. Tabung vacutainer EDTA 20 buah

6. Torniquet - 1 buah

3. Bahan

Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :


Tabel 3.3 Bahan yang digunakan dalam penelitian

No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah

1. Alcohol Swab - 1 box

2. Darah Vena 3 Ml 20

4. Plester - 1 box

5. Rumput gandum 20 gram 140

6. Tissue - -

7. Yoghurt 100 ml 140

A.

B.

C.

D. Prosedur Penelitian

1. Prosedur pembuatan jus rumput gandum

a. Gunting rumput gandum yang siap panen.

b. Kemudian di cuci dengan air bersih dan timbang sebanyak 20 gram.

c. Potong menjadi bagian lebih kecil dan masukan ke dalam blender.

d. tambahkan 100 ml yoghurt.

e. Blender hingga halus.

f. Kemudian saring.

2. Cara Pembuatan Yoghurt

a. Panaskan susu murni di atas api kecil sambil terus diaduk selama 30

menit dan jaga agar susu tidak sampai mendidih supaya protein susu

tidak rusak.
b. Setelah 30 menit, angkat susu dan dinginkan hingga hangat kuku

dalam suhu ruangan.

c. Masukan bibit yoghurt lalu aduk sampai rata dengan menggunakan

alat pengaduk steril. Bila kesulitan mencari alat pengaduk dapat

menggunakan spatula kayu yang sebelumnya sudah disiram

menggunakan air panas sebagai proses sterilisasi alat.

d. Apabila sudah selesai masukan ke wadah tertutup lalu tutup dengan

serbet untuk menciptakan kondisi gelap yang adalah syarat hidup

bakteri fermentasi selama 20-24 jam.

e. Sesudah 20-24 jam akan muncul lapisan berwarna kekuningan kental

di atas permukaannya. Apabila masih kurang kental atau kurang

asam bisa dilebihkan lagi waktunya.

f. Bila dirasa sudah pas, aduk menggunakan alat steril sampai

tercampur rata

3. Cara pengambilan darah vena (WHO, 2010)

a. Siapkan peralatan termasuk jarum dan tabung hampa udara (vacum)

dengan antikoagulan EDTA.

b. Bersihkan tangan dengan antiseptik (jika menggunakan sebundan air,

keringkan tangan dengan handuk).

c. Identifikasi dan persiapkan pasien.

d. Memilih lokasi, sebaiknya pada daerah antecubital (tikungan siku)

rentangkan lengan yang akan diambil untuk melihat dan meraba

pembuluh darah jangan sentuh lokasi pengambilan darah bila sudah

diberi alcohol atau antiseptic.

e. Pasang tourniquet sekitar 4-5 jari di atas tempat yang ditusuk.


f. Minta pasien untuk membentuk kepalan sehingga pembuluh darah

lebih terlihat.

g. Memakai sarung tangan.

h. Sterilkan lokasi yang akan ditusuk dengan mengunakan alcohol 70%

isoprofil selama 30 detik dan biarkan kering sepenuhnya (30 detik).

i. Pegang lengan pasien dan menetapkan ibu jari di bawah tampat yang

akan ditusuk.

j. Masukan jarum suntik dengan cepat pada sudut 30 derajat.

k. Setelah pengambilan darah cukup lepaskan tourniquet sebelum

menarik jarum suntik.

l. Tarik dengan lembut dan kemudian memberikan pasien kasa bersih

atau kapas kering untuk digunakan pada lokasi yang ditusuk.

m. Buang jarum suntik yang telah digunakan atau peralatan pengambilan

darah kedalam wadah tang tahan benda tajam.

4. Quality Control Hematology Analyzer MINDRAY BC-1800

a. Reagen control yang digunakan terdiri dari 3 level yaitu reagen kontrol

low, normal dan high.

b. Tekan menu “ l “ kemudian pilih “ QC “ pilih “ X-Edit ” dan pilih “ File 1”

kemudian tekan enter

c. Setelah itu nomor lot reagen, expire date, mean dan range setiap

parameter untuk reagen kontrol diinput ke dalam alat lalu tekan “

Enter ”.

d. File “ Menu “ ditekan kembali lalu pilih “ X Analisi “ pilih “ X-Count “

dan pilih “ Files “ kemudian tekan “ Enter “.


e. Lalu setelah itu reagen kontrol low disiapkan dan dihomogenkan

terlebih dahulu.

f. Reagen kontrol low diletakkan di bawah sampel probe.

g. Kemudian tombol "star cycle" ditekan, ditunngu sampai lampu

berhenti berkedip dan sampel probe naik secara otomatis.

h. Alat akan menganalisa sampel (Lampu merah menyala).

i. Setelah proses selesai, hasil QC akan ditampilkan pada layar LCD

yang dapat dicetak pada printer.

j. Hasil QC yang telah dicetak dibandingkan dengan nilai range yang

telah ditentukan.

k. Lampu akan menyala hijau tanda sudah “ Ready “ (siap untuk analisa

sampel atau reagen kontrol berikutnya).

l. Pemeriksaan QC dilakukan juga pada reagen kontrol normal dan

reagen kontrol high.

5. Pemeriksaan Hitung Jumlah Eritrosit dengan Menggunakan Alat

Hematology Analyzer MINDRAY BC-1800

a. Metode : impedance

b. Prinsip :

Hitung jumlah eritrosit menggunakan Hematology Analyzer

MINDRAY BC-1800 prinsip yang digunakan yaitu WBC yang dihitung

dan diukur dengan metode electrical impedance. Metode ini

didasarkan pada pengukuran perubahan dalam hambatan listrik yang

dihasilkan oleh partikel dalam sel darah. Elektroda tenggelam dalam

cairan kedua sisi bukaan bertujuan membuat jalur listrik. Setiap

partikel melewati bukaan, menghasilkan perubahan fana hambatan


antara elektroda. Perubahan ini menghasilkan sebuah jumlah listrik

yang terukur. Jumlah yang dihasilkan menunjukan jumlah partikel

yang melewati bukaan. Jumlah masing-masing sebanding volume

setiap partikel. Jumlah masing-masing diperkuat dan dibandingkan

dengan saluran tegangan referensi internal, yang hanya menerima

jumlah dari amplitudo tertentu.

c. Cara Kerja Pengoperasian Mindray BC-1800

1) Pastikan reagen (diluents, lyse, cleaner) dan saluran pembuangan

sudah terpasang semua dengan baik.

2) Pastikan juga power supply sudah dihubungkan dengan stop

kontak

3) Kemudian tekan Tombol power “ on / off ”

4) Layar [MENU] ditekan dan pilih “ Mode Sampel ” kemudian “Mode

Sampel”. Ditekan dan pilih “ Whole Bood ”.

5) Masukan ID, lalu tombol [ENTER].

6) Pada layar “ Count “, bagian status system menunjukan “ Ready ”

dan bagian Count Mode menunjukan “ Whole “.

7) Homogenkan sampel kemudian sampel dimasukan pada probe

sambil menekan aspirate key. Status system menunjukan

“Running” dan mulai menyedot sampel.

8) Simpan sampai alat terdengar bunyi beep dan probe naik.

9) Alat akan menganalisa sampel.

10) Setelah Analisa sampel selesai, hasil akan keluar pada layer

sesuai ID dan jika dikehendaki akan dicetak pada printer secara

otomatis.
11) Langkah-langkah diatas diulangi untik sampel selanjutnya.

12) Alat dimatikan jika sudah selesai dengan menekan shut down

pada display menu.

E. Pengumpulan dan Analisa Data

Data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pemeriksaan hitung

Jumlah eritrosit di jadikan dalam bentuk tabel. Hasil hitung jumlah eritrosit

menggunakan alat otomatis Hematology Analyzer disajikan dalam bentuk

tabel yqng di analisis dengan uji t.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian menurut CIOMS, (2016) adalah sebagai berikut :

a. Prinsip Etika Menghormati Harkat Martabat Manusia (Respect for

person)

Prinsip Etika Menghormati Harkat Martabat Manusia merupakan

bentuk penghormatan dari seseorang kepada orang lain. Bentuk

penghormatan terhadap harkat martabat manusia sebagai pribadi yang

memiliki kebebasan dalam memilih beranggung jawab atas keputusannya

sendiri. Peneliti memiliki kewajiban untuk memberikan informed concent

kepada responden yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian untuk

ikut berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti,

peneliti memberikan informasi secara relevan tentang penelitian yang

akan dilakukan kepada responden sampai responden mengerti dan

memahami informasi yang disampaikan oleh peneliti sehingga peneliti


mendapatkan persetujuan dari responden untuk ikut berpartisipasi dalam

penelitian

b. Prinsip Etik berbuat baik (Beneficence) dan tidak merugikan (Non

Benficence)

Prinsip etik berbuat baik (Beneficence) dan tidak merugikan (Non

Beneficence) adalah mneyangkut kewajiban peneliti dalam membantu

orang lain yang dilakukan dengan mengupayakan manfaat yang baik dan

tidak menimbulkan adanya kerugian. Subjek manusia ini diikutsertakan

dalam penelitian kesehatan dimaksudkan untuk membantu tercapainya

tujuan penelitian kesehatan. Pada prinsip etika penelitian berbuat baik

disini kerahasiaan (Confidentiality) pasien harus dijaga dengan baik

seperti identitas (nama, usia, alamat, Riwayat penyakit).

c. Prinsip Etika Keadilan (Justice)

Prinsip etik dalam keadilan ini mengacu pada kewajiban etik untuk

memperlakukan setiap orang dengan perilaku yang sama tanpa

membeda bedakan antara satu dengan yang lainya, prinsip etik keadilan

menyangkut keadilan yang merata (distributive justice) dengan adanya

syarat pembagian yang seimbang (equitable).

G. Waktu dan Tempat Penilitian

a. Waktu Penelitian

Waktu penelitian Pengaruh Pemberian Jus Rumput Gandum

Dengan Campuran Yoghurt Terhadap Jumlah Eritrosit remaja dilakukan

pada bulan april - mei 2022.

b. Tempat Penelitian
Penelitian Pengaruh pemberian Jus Rumput Gandum Dengan

Campuran Yoghurt Terhadap Jumlah Eritrosit remaja dilakukan di

Laboratorium Hematologi Prodi Teknologi Laboratorium Medis (D-3)

Fakultas dan Teknik Kesehatan Universitas Jendral Achmad Yani Cimahi.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan sampel darah vena sebanyak 15

mahasiswi D3 TLM Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi. Pemeriksaan

yang dilakukan yaitu jumlah eritrosit sebelum dan sesudah mengkonsumsi

jus rumput gandum dengan campuran yoghurt. Pemeriksaan jumlah eritrosit

ini menggunakan metode impedance menggunakan alat Mindray BC 1800

saat awal pemeriksaan dan menggunakan Sysmex XS-800i untuk

pemeriksaan jumlah eritrosit setelah mengkonsumsi Jus rumput gandum

dengan campuran yoghurt. Penggunaan kedua alat ini dikarenakan saat

pembacaan jumlah eritrosit setelah perlakuan, dilaksanakan di RSUD

karawang.

Pemeriksaan quality control pada kedua alat terlihat pada tabel 4.1

dan 4.2 berikut :

Tabel 4.1 Quality control Mindray BC 1800

Bahan control Parameter Nilai Rujukan Hasil (10³/uL)

(10³/uL)

Low RBC 2,20 – 2,56 2,29

Normal RBC 4,53 - 5,01 4,55

Hight RBC 5,55 – 6,15 5,56

Keterangan :
RBC : Red Blood Cell
Tabel 4.2 Quality Control Sysmex XS-800i

Bahan kontrol Parameter Nilai Rujukan Hasil (10³/uL)

(10³/uL)

Low RBC 2,22 – 2,58 2,43

Normal RBC 4,56 – 5,04 4,60

Hight RBC 5,60 – 6,20 5,63

Keterangan :
RBC : Red Blood Cell

Untuk memenuhi persyaratan laboratorium menurut standar maka

dilakukan quality control yang diperiksa (low, normal, high) Setelah kontrol

diterima, maka dilakukan pemeriksaan jumlah eritrosit pada sampel.

Tabel 4.3. Karakteristik Sampel

No Usia Jumlah Persentase

1 19 tahun 1 6,7%

2 20 tahun 1 6,7%

3 21 tahun 13 86,6%

Berdasarkan tabel 4.3. karakteristik sampel bahwa usia responden

mahasiswi antara 19 - 21 tahun. Adapun menurut Rosida, A .dkk, (2015) nilai

normal jumlah eritrosit perempuan ialah 4,0 - 5,3 juta sel/mm³. Adapun hasil

pemeriksaan jumlah eritrosit setelah pemberian jus rumput gandum dengan

campuran yoghurt selama 16 hari dapat dilihat pada tabel 4.4. di bawah ini.
Tabel 4. 4 Jumlah Eritrosit Sebelum dan Sesudah Pemberian Jus
Rumput Gandum

No Jumlah eritrosit sebelum Jumlah Persentase


dan setelah perlakuan

1 Tetap 0 0%

2 Menurun 3 20%

3 Meningkat 12 80%

Hasil pemeriksaan jumlah eritrosit sebelum pemberian jus rumput

gandum dengan campuran yoghurt selama 16 hari menunjukan pada 15 orang

responden mahasiswi dengan jumlah eritrosit sebelum pemberian (3,96 - 4,82

juta sel/mm³) dengan rerata 4,47 juta sel/mm³ dengan gambaran jumlah

eritrosit normal 14 orang, serta rendah 1 orang. Adapun Hasil pemeriksaan

jumlah eritrosit setelah pemberian jus rumput gandum dengan campuran

yoghurt selama 16 hari menunjukan pada 15 orang responden mahasiswi

dengan jumlah eritrosit (4,09 - 5.15 juta sel/mm³) dengan rerata jumlah eritrosit

4,69 juta sel/mm³ terdapat 12 orang yang mengalami peningkatan (80%) serta

3 orang mengalami penurunan (20%).

Adapun penelitian ini di lakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu

dengan menggunakan uji T. Yang digunakan untuk melihat perbandingan dari

dua variabel, untuk melihat ada pengaruh atau tidak dari penelitian yang

dilakukan. Didapatkan hasil jika p < 0,005 maka distribusi data normal artinya

penelitian yang dilakukan berpengaruh, sedangkan jika p > 0,005 distribusi data

artinya tidak ada pengaruh. Dari hasil uji statistik pada 15 sampel sebelum dan

sesudah pemberian jus rumput gandum dengan campuran yoghurt dapat dilihat

pada tabel 4.5.


Tabel 4.5. Hasil Uji Statistik Jumlah Eritrosit Sebelum dan Sesudah

Pemberian Jus Rumput Gandum dengan Campuran Yoghurt

Konsumsi p (value) Keterangan


Sebelum dan Sesudah 0,003 Terdapat Pengaruh

Dari 15 sampel responden mahasiswi sebelum dan sesudah pemberian

jus rumput gandum dengan campuran yoghurt didapatkan hasil statistik p =

0,003 yang menunjukkan bahwa p < 0,005 yang berarti berpengaruh.

B. Pembahasan

Penelitian ini membahas mengenai pengaruh lama pemberian jus rumput

gandum dengan campuran yoghurt terhadap jumlah eritrosit. Rumput gandum

kaya akan klorofil, mineral seperti magnesium, selenium, seng, kromium, zat

besi, kalsium, fosfor, kalium, boron dan molybdenum. Antioksidan seperti beta

karoten (pro-vitamin A), vitamin E, vitamin C, dan vitamin B kompleks, asam

amino seperti seperti asam aspartat, asam glutamat, arginin, alanin dan serin

(Yuniarti, Hasanah, & Indika, 2019).

Adapun nilai jumlah eritrosit pada responden mahasiswi sebelum

meminum jus rumput gandum dengan campuran yoghurt memiliki jumlah

eritrosit normal 14 orang dan rendah 1 orang, dengan memiliki rata-rata jumlah

eritrosit sebelumnya 4,47 juta sel/mm³, dan mengalami peningkatan setelah

mengkonsumsi jus rumput gandum dengan campuran yoghurt menjadi 4,69 juta

sel/mm³ dengan gambaran jumlah eritrosit terjadi peningkatan terhadap 12

orang serta 3 orang mengalami penurunan.

Dari hasil uji statistik sebelum dan sesudah pemberian jus rumput

gandum dengan campuran yoghurt selama 16 hari yang diperoleh dari sampel
15 orang remaja putri didapatkan nilai p = 0,003 (p < 0,005). Nilai tersebut

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari pemberian jus rumput gandum

dengan campuran yoghurt terhadap jumlah eritrosit pada remaja putri akan

tetapi tidak begitu signifikan.

Pemberian jus rumput gandum dengan campuran yoghurt selama 16 hari

dengan perbandingan 20 gram rumput gandum dan 100 ml yoghurt cukup

berpengaruh terhadap peningkatan jumlah eritrosit walaupun tidak begitu

signifikan. Hal ini di karenakan Rumput Gandum memiliki kandungan zat besi

yang tinggi dalam pigmen hijau klorofil, yang membantu tubuh untuk

meningkatkan dan mengaktifkan sel darah merah dan membangun kembali

aliran darah (Yuniarti, Hasanah, & Indika, 2019).

Adapun peningkatan yang tidak begitu signifikan bisa di sebabkan karena

responden dalam penelitian rata – rata memiliki jumlah eritrosit yang normal

serta pengaruh efektifitas penyerapan zat besi dalam tubuh. Dimana terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas penyerapan zat besi kedalam

tubuh, dimana status kadar zat besi yang baik pada usia dewasa, hanya dapat

menyerap zat besi sekitar 5 – 15%. Penyerapan zat besi pada makanan akan

lebih tinggi apabila status besi orang tersebut dalam keadaan rendah atau

dalam kondisi anemia. Bentuk senyawa kimia zat besi pada bahan pangan

nabati yaitu besi non hem, sehingga tidak di serap secara maksimal terdapat

zat asam fitat pada kacang – kacangan dan tannin pada sayuran, yang dapat

menghambat penyerapan zat besi kedalam tubuh (Atika, Layli, & Winiastri,

2021).

Pada penelitian ini setelah pemberian jus rumput gandum dengan

campuran yoghurt selama 16 hari dengan perbandingan 20 gram rumput


gandum dan 100 ml yoghurt yang di minum satu kali sehari, terdapat

peningkatan jumlah eritrosit terhadap 12 remaja putri, dan penurunan terhadap

3 orang remaja putri. Adapun terjadinya penurunan jumlah eritrosit yang terjadi

pada remaja putri bisa di sebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi

di antaranya menstruasi, pola makan tidak teratur, gizi yang tidak seimbang,

pola hidup yang tidak baik seperti kebiasaan begadang, dan karena faktor stres

yang dialami.

Pada saat dilakukan wawancara terhadap 3 responden yang mengalami

penurunan, 2 orang mengatakan bahwa pada saat mengkonsumsi jus rumput

gandum dengan campuran yoghurt, mereka sedang mengalami menstruasi.

Mereka juga mengatakan bahwa mereka memiliki jarak menstruasi yg lumayan

pendek. Siklus menstruasi dapat mempengaruhi kejadian anemia. Menstruasi

adalah perubahan fisiologis yang dipengaruhi oleh hormon dan terjadi dalam

tubuh wanita secara berkala. Siklus menstruasi merupakan jarak seseorang

mengalami menstruasi pada waktu lalu dengan menstruasi berikutnya. Anemia

dapat terjadi pada remaja putri apabila mengalami siklus menstruasi pendek

(<21 hari) karena dapat menyebabkan jumlah darah yang keluar lebih banyak

(Farinendya et al., 2019).

Selain itu, ke-3 responden juga mengatakan sering tidur pada larut

malam, hal ini di karenakan responden sedang melakukan penyusunan tugas

akhir kuliah. Kualitas tidur memiliki hubungan dengan jumlah eritrosit,

kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang berbeda-beda. Kebutuhan tidur pada

orang dewasa berkisar 6-9 jam, dan pada usia lanjut berkisar 5-8 jam. Kualitas

tidur yang digambarkan dengan waktu tidur yang kurang akan berdampak bagi

tubuh karena proses biologis yang terjadi saat tidur akan ikut terganggu antara
lain pembentukan eritrosit yang terganggu sehingga menjadi lebih rendah dari

nilai normalnya (Sarjono et al., 2016). Sedangkan menurut Karjono Dan

Rahayu (2014), dijelaskan bahwa durasi tidur yang pendek atau kurang akan

memberikan dampak buruk bagi tubuh. Hal ini dikarenakan proses biologis

yang berlangsung pada saat tidur akan mengalami suatu gangguan juga

diantaranya pembentukan sel darah serta hemoglobin yang terganggu

sehingga kadarnya menjadi rendah dari nilai normal. Selain itu gangguan tidur

juga menyebabkan kualitas tidur seseorang menjadi buruk, hal ini merupakan

pemicu terjadinya stres oksidatif yang apabila berlangsung lebih dari 12 jam

dapat menyebabkan lisisnya eritrosit lebih cepat dari waktunya (Mawo et al.,

2019).
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil peneltian pengaruh pemberian jus rumput

gandum dengan campuran yoghurt terhadap jumlah eritrosit pada remaja

dapat disimpulkan bahwa pemberian jus rumput gandum dengan

campuran yoghurt dapat meningkatkan jumlah eritrosit dengan rerata

awal jumlah eritrosit sebelum pemberian yaitu 4,47 juta sel/mm³,

kemudian setelah dilakukan pemberian rerata jumlah eritrosit mengalami

peningkatan menjadi 4,69 juta sel/mm³, dengan hasil uji T p= 0,003

(p<0,005).

B. Saran

1. Perlu adanya penelitian pemberian jus rumput gandum dengan

campuran yoghurt dengan waktu lebih dari 16 hari.

2. Perlu dilakukan monitoring pada penelitian saat sedang melakukan

pemberian jus rumput gandum dengan campuran yogurt

3. Perlu adanya penelitan dengan responden yang memiliki jumlah

eritrosit di bawah nilai normal .


DAFTAR PUSTAKA

Albaar, N. M. (2015). Aktivitas Antioksidan Jus Rumput Gandum ( Triticum aesti-

vum ) Sebagai Minuman Kesehatan Dengan Metode DPPH The Antioxidant

Activity of Wheatgrass Juice ( Triticum aestivum ) as a Health Drink with the

Method DPPH. Jurnal Mkmi, 1(September), 197–202.

Aliviameita, A., & Puspitasari. (2019). Buku Ajar Hematologi.

Atika, Z., Layli, A. N., & Winiastri, D. (2021, Maret). PENGARUH DAUN KELOR

(moringa Oleifera Lam) TERHADAP KADAR HB IBU HAMIL DI PMB

ZUMMATUL ATIKA. Open jurnal System, 15, 4971 ; 4978.

Farinendya, A., Muniroh, L., & Buanasita, A. (2019). Hubungan Tingkat Kecukupan Zat

Gizi dan Siklus Menstruasi dengan Anemia pada Remaja Putri. Amerta Nutrition,

3(4), 298. https://doi.org/10.20473/amnt.v3i4.2019.298-304Ikawati, K. & R.

(2018). Pengaruh Buah Bit Terhadap Indeks Eritrosit Pada Remaja Putri

Dengan Anemia. Journal of Nursing and Public Health, 6(2), 60–66.

https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jnph/article/view/659

Iyyah, I., Putriningtyas, N. D., & Wahyuningsih, S. (2019). Perbedaan Yoghurt

Kacang Merah (Phaseolus Vulgaris L) dengan Berbagai Starter Ditinjau dari

Sifat Organoleptic, Kadar Protein dan Lemak. Sport and Nutrition Journal,

1(2), 40–47. https://doi.org/10.15294/spnj.v1i2.34946

Mawo, P. R., Rante, S. D. T., & Sasputra, I. N. (2019). Hubungan kualitas Tidur

dengan Kadar Hemoglobin Mahasiswa Fakultas Kedokteran Undana.

Cendana Medical Journal (CMJ), 7(2), 158–163.

https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/CMJ/article/view/1780
Pasalina, P. E., Jurnalis, Y. D., & Ariadi, A. (2019). Hubungan Indeks Massa

Tubuh Dengan Kejadian Anemia Pada Wanita Usia Subur Pranikah. Jurnal

Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 10(1), 12.

https://doi.org/10.26751/jikk.v10i1.584

Permatasari, T., Briawan, D., & Madanijah, S. (2018). Efektivitas Program

Suplementasi Zat Besi pada Remaja Putri di Kota Bogor (Effectiveness of

Iron Supplementation Programme in Adolescent girl at Bogor City). Jurnal

Mkmi, 14(1), 1–8. http://dx.doi.org/10.30597/mkmi.v14i1.3705

Riswan, M., Oetama, R. A., & Muhsin, M. (2020). Polisitemia vera; aspek klinis

dan tatalaksana terbaru. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 20(2), 121–130.

https://doi.org/10.24815/jks.v20i2.18507

Rosita, L., Cahya, A. A., & Arfira, F. R. (2019). Hematologi Dasar. In Angewandte

Chemie International Edition, 6(11), 951–952. Universitas Islam Indonesia.

Sarjono, L., Pandelaki, K., & Ongkowijaya, J. (2016). Perbedaan kadar

hemoglobin pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Ratulangi berdasarkan kualitas tidur. E-CliniC, 4(2), 5–8.

https://doi.org/10.35790/ecl.4.2.2016.14480

Sirajuddin, S., Studi, P., Gizi, I., Kesehatan, F., Universitas, M., Kesehatan, P.,

Makassar, K., & Gizi, J. (2015). Kandungan Zat Gizi Produk Serbuk

Minuman Instan Rumput Gandum Sebagai Minuman Kesehatan Nutrients

Content of Instant Beverage Powder Products of Wheatgrass as Health

Drink. Jurnal Mkmi, 1–7.

Siti Andina Rachmayani, Mury Kuswari, V. M. (2018). Indonesian Journal of

Human Nutrition. Indonesian Journal of Human Nutrition, 5(2), 125–130.

https://www.researchgate.net/profile/Fajar_Ari_Nugroho/publication/
314713055_Kadar_NF-

_Kb_Pankreas_Tikus_Model_Type_2_Diabetes_Mellitus_dengan_Pemberia

n_Tepung_Susu_Sapi/links/5b4dbf09aca27217ff9b6fcb/Kadar-NF-Kb-

Pankreas-Tikus-Model-Type-2-Diabetes-Melli

Sudargo, T. (2018). 1000 Hari Pertama Kehidupan (M. Hakim (ed.)). Gadjah

Mada University Press.

Sutrisno, H., Dharmayuda, T., & Rena, R. (2020). Gambaran Kualitas Hidup

Pasien Kanker Limfoma Non Hodgkin Yang Dirawat Di Rsup Sanglah

Denpasar (Studi Pendahuluan). Journal of Internal Medicine, 11(2).

Yuviska, I. A., & Armiyanti, L. (2019). Perbedaan Pemberian Jus Kacang Hijau

dan Jus Jambu Biji Merah Terhadap Peningkatan Kadar Haemoglobin.

Jurnal Kebidanan, 5(1), 52–60.

http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan/article/view/914
LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan Bahan

Spuit Alcohol Swab


Tabung EDTA

Torniquet
Hematology analyzer Bahan kontrol (QC)
Mindray BC 1800

Hematology Analyzer
Sysmex xs 800i
Lampiran 2. Kegiatan penilitian
Lampiran 3. Surat Persetujuan Responden
Lampiran 4. Surat Keterangan Penelitian di Lab RSUD Karawang
Lampiran 5. Hasil Uji Statistik
Lampiran 6. Tabel selisih jumlah eritrosit sebelum dan setelah pemberian
jus rumput gandum dengan campuran yogurt
N Kode Jenis Jumlah Jumlah Selisih jumlah Keterangan
o Samp Kelamin eritrosit eritrosit eritrosit
el sebelum setelah sebelum dan
pemberian pemberian setelah
(sel/mm³) (sel/mm³) pemberian
(Sel/mm³)
1. NK P 4.38 5.12 0,74 Meningkat

2. SM P 4.82 4.92 0,1 Meningkat

3. SR P 4.65 4.64 0,01 Menurun

4. FU P 4.03 4.42 0,39 Meningkat

5. RA P 4.57 4.67 0,1 Meningkat

6. TL P 4.12 4.09 0,03 Menurun

7. MI P 4.37 4.68 0,31 Meningkat

8. AS P 4.47 4.52 0,05 Meningkat

9. DI P 4.55 4.99 0,44 Meningkat

10. YU P 3.96 4.34 0,38 Meningkat

11. HA P 4.60 5.15 0,69 Meningkat

12. LS P 4.57 4.98 0,41 Meningkat

13. AH P 4.80 4.84 0,04 Meningkat

14. FE P 4.52 4.45 0,07 Menurun

15. EV P 4.58 4.59 0,01 Meningkat


Lampiran 7. Riwayat hidup

Riwayat hidup

Nama : Ahmad Bayu Gimnastiar

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 12 Agustus 2000

Alamat : Kp. Cibaros, Ds. Sukaresmi,

Kec. Rongga, Kab. Bandung Barat

Pendidikan :

1. SDN 1 SUKARESMI : 2006 - 2012

2. SMP HARAPAN CIBITUNG : 2012 - 2015

3. SMK KESEHATAN IT AL - HIDAYAH : 2015 - 2018

4. TLM D3 FITKES UNJANI : 2019 - 2022

Anda mungkin juga menyukai