Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH PEMBERIAN JUS RUMPUT GANDUM DENGAN

CAMPURAN YOGURT TERHADAP JUMLAH ERITROSIT REMAJA

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

AHMAD BAYU GIMNASTIAR

411119093

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS (D-3)

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2021

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Fase Remaja merupakan kondisi peralihan dari masa anak–anak

menuju dewasa. Pada masa ini para remaja mengalami perubahan fisik

seperti penambahan tinggi badan hingga 25 cm, perubahan bentuk tubuh dan

masa menstruasi, bagi remaja putri, daya tarik seksualitas merupakan faktor

yang kuat dan berpengaruh dalam kehidupannya. Masa remaja telah

dilaporkan menjadi kesempatan untuk pertumbuhan yang pesat. Kecepatan

pertumbuhan yang tinggi menyebabakan remaja membutuhkan energi dan

protein yang tinggi (Rachmayani, dkk 2018).

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik

secara fisik, mental, dan aktivitas sehingga, kebutuhan makanan yang

mengandung zat-zat gizi menjadi cukup besar. Remaja putri banyak

mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi makanan sehari-harinya.

Remaja putri pada umumnya memiliki karakteristik kebiasaan makan tidak

sehat. Antara lain kebiasaan tidak makan pagi, malas minum air putih, diet

tidak sehat karena ingin langsing (mengabaikan sumber protein, karbohidrat,

vitamin dan mineral), kebiasaan ngemil makanan rendah gizi dan makan

makanan siap saji. Sehingga remaja tidak mampu memenuhi keaneka

ragaman zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuhnya untuk proses sintesis

pembentukan sel darah merah. Bila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang

lama akan menyebabkan kadar Hb terus berkurang dan menimbulkan anemia

(Kemenkes RI, 2018).

Kurangnya asupan zat besi merupakan penyebab utama terjadinya

anemia pada remaja putri, namun hal ini juga dipengaruhi oleh kemampuan

penyerapan zat besi baik yang memudahkan maupun yang menghambat.


Protein dan vitamin C adalah zat gizi yang berperan untuk mempercepat

penyerapan zat besi. Fitat, tanin, oksalat, dan kalsium adalah zat gizi yang

berperan sebagai penghambat penyerapan zat besi (Farinendya, dkk, 2019).

Anemia pada remaja dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan

fisik, gangguan perilaku serta emosional. Hal ini dapat Memperlambat proses

pertumbuhan dan perkembangan sel otak sehingga dapat menimbulkan daya

tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar, konsentrasi belajar terganggu,

prestasi belajar menurun serta dapat mengakibatkan produktifitas kerja yang

rendah (Yusvika Ate dkk,2019).

Oleh karena itu Sebagai upaya pencegahan anemia dapat di lakukan

dengan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dari

bahan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan telur), dari bahan nabati (sayuran

atau tumbuhan yang berwarna hijau, kacang – kacangan, dan tempe) serta

banyak mengkonsumsi makanan – makanan sumber vitamin C yang

bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh (Yusvika

Ate dkk,2019).

Rumput gandum (Wheatgrass) atau nama latinnya Triticum Aestivum

merupakan tanaman gandum muda dengan tinggi 7-10 inci. Rumput gandum

dikenal sebagai bahan baku untuk minuman kesehatan karena mengandung

semua zat gizi penting, seperti vitamin,zat gizi lainnya serta antioksidan

(Nazla M. Albaar, 2015).

Rumput gandum kaya akan klorofil, mineral seperti magnesium,

selenium, seng, kromium, zat besi, kalsium, fosfor, kalium, boron dan

molybdenum. Antioksidan seperti beta karoten (pro-vitamin A), vitamin E,

vitamin C, dan vitamin B kompleks, asam amino seperti seperti asam aspartat,
asam glutamat, arginin, alanin dan serin. Berbagai enzim yang berperan

dalam efek farmakologis seperti protease, amilase, lipase, sitokrom oksidase,

transhydrogenase, superoksida dismutase (SOD). Rumput gandum juga

merupakan sumber yang kaya akan fenolik dan flavonoid (Irmayanti, dkk

2015).

Berdasarkan data yang komprehensif dan beberapa penelitian klinis

telah membuktikan manfaat rumput untuk berbagai penyakit. Terapi rumput

gandum dapat menjadi tindakan preventif dan kuratif untuk masalah

kesehatan yang dapat menyebabkan penyakit serius seperti diabetes mellitus,

anemia, arthritis, kanker, thalassemia, asma, alergi, radang usus, obesitas,

tekanan darah tinggi, dislipidemia dan eksim. Selain itu, rumput gandum

berperan dalam detoksifikasi tubuh (Irmayanti, dkk 2015).

Berdasarkan hasil penelitian Laila Hasanah M, (2018), tentang

pengaruh pemberian jus rumput gandum (Triticum aestivum L.) terhadap

Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Mencit Jantan (Mus musculusL.)

Anemia. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian jus rumput

gandum selama 14 hari dapat berpengaruh terhadap peningkatan jumlah

eritrosit dan kadar Hb mencit jantan.

Berdasarkan latar belakang diatas, di karenakan penelitian baru

dilakukan terhadap mencit, serta belum dilakukannya penelitian terhadap

manusia, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

pengaruh pemberian jus rumput gandum terhadap jumlah eritrosit remaja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : apakah terdapat pengaruh pemberian jus rumput

gandum terhadap jumlah eritrosit remaja?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh pemberian

jus rumput gandum terhadap jumlah eritrosit remaja.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ialah mapu

menambah wawasan keilmuan mengenai pengaruh kandungan rumput

gandum terhadap jumlah eritrosit.

2. Manfaat Praktis

Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini ialah dapat

menambah wawasan untuk pembaca, penulis serta masyarakat lainnya

khususnya bagi para penderita anemia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Eritrosit

1. Definisi Eritrosit

Eritrosit (sel darah merah) merupakan komponen sel dengan

jumlah terbesar dalam darah dan memiliki fungsi penting dalam darah

yaitu sebagai sel pengangkut oksigen. Jumlah eritrosit pada laki-laki

dewasa yang sehat sekitar 5,4 juta sel per mikroliter darah, sedangkan

untuk wanita dewasa sehat berjumlah sekitar 4,8 juta sel per mikroliter

darah.

Eritrosit merupakan satu satunya sel darah yang dapat

menjalankan fungsinya tanpa meninggalkan pembuluh darah. Eritrosit

berbentuk seperti cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 µm,

ketebalan sekitar 2,6 µm di tepi dan 0,75 µm ditengah. Karena ukuran

dan bentuknya yang relatif seragam dan hampir pada seluruh jaringan

tubuh terdapat eritrosit, maka para pakar histologi biasa menggunakan

eritrosit sebagai standar untuk memperkirakan ukuran sel-sel lain yang

berdekatan.

2. Struktur Eritrosit

Eritrosit memiliki diameter normal sekitar 6-8 mikron, ukuran

eritrosit lebih kecil dari ukuran leukosit, tetapi lebih besar dari trombosit.

Eritrosit memiliki struktur bikonkaf yang membuat nilai rasio luas

permukaan berbanding volume menjadi besar dan memaksimalkan

proses pertukaran gas. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan organela sel
lain untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan oksigen. Sitoplasmanya

dipenuhi oleh molekul hemoglobin yang disintesis sebelum eritrosit

(Lieseke & Zeibig, 2017).

Gambar 2.1 Sel darah merah

Eritrosit memiliki membran plasma yang kuat namun fleksibel,

dapat menyesuaikan perubahan bentuk eritrosit saat melewati kapiler

yang sempit tanpa mengalami kerusakan membran sel. Membran plasma

eritrosit tersusun atas 40% lipid, 10% karbohidrat dan 50% protein yang

sebagian besar merupakan protein integral yang tertanam pada dua lapis

fosfolipid membran sel, termasuk kanal ion seperti protein band 3 dan

glycophorin A. Terdapat pula protein perifer yang terdapat pada bagian

internal membran plasma, termasuk protein spectrin dan ankyrin yang

berfungsi mengikatkan spectrin pada protein band 3 dan glycophorin A.

Ikatan antara spectrin, ankyrin, protein band dan glycophorin A ini

berfungsi mempertahankan stabilitas membran dan mempertahankan

bentuk sel serta menciptakan elastisitas sel saat melewati kapiler yang

sempit (Rosita Linda, dkk 2019).


Struktur eritrosit sangat disesuaikan dengan fungsinya yaitu

pengangkutan oksigen. Eritrosit bahkan tidak memiliki mitokondria

sehingga produksi ATP intraseluler dilakukan secara anaerob (tanpa

oksigen) dan tidak menggunakan oksigen yang dibawa didalam sel untuk

metabolismenya. Terdapat enzim glikolitik dalam jumlah besar pada

sitoplasma eritrosit untuk menjalankan proses glikolisis sebagai satu

satunya sumber ATP untuk sel. Enzim glikolitik juga berfungsi

mempertahankan konsentrasi ion intraseluler dengan mekanisme

transpor aktif pada membran sel (Rosita Linda, dkk 2019).

3. Proses Pembentukan Eritrosit

Eritrosit baru diproduksi oleh tubuh setiap hari melalui proses

eritropoiesis yang kompleks. Eritropoiesis berjalan dari sel induk melalui

sel progenitor CFUGEMM (colony-forming unit granulocyte, erythroid,

monocyte and megakariocyte / unit pembentuk koloni granulosit, eritroid,

monosit dan megakariosit), BFUE(burst-forming unit erythroid / unit

pembentuk letusan eritroid) dan CFU eritroid (CFUU) menjadi prekusor

eritrosit yang dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu

pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru

tua, dengan inti di tengah dan nukleoli, serta kromatin yang sedikit

menggumpal (Setiawan, 2016).

Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian

normoblas yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel (basofilik

eritroblas – polikromatik eritroblas – ortokromatik eritroblas). Normoblas

ini juga mengandung hemoglobin yang semakin banyak (berwarna merah

muda) dalam sitoplasma; warna sitoplasma makin biru pucat sejalan


dengan hilangnya RNA dan aparatus yang mensintesis protein,

sedangkan kromatin inti menjadi semakin padat. Inti akhirnya dikeluarkan

dari normoblas lanjut (ortokromatik eritroblas) di sumsum tulang dan

menghasilkan stadium Retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA

ribosom dan masih mampu mensintesis hemoglobin (Kosasih, dkk, 2018).

Gambar 2.2 Proses Pembentukan Eritrosit

Sel retikulosit sedikit lebih besar dari pada eritrosit matur,

berada selama 1 – 2 hari sebelum menjadi matur, terutama berada di

limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah muda

seluruhnya, bentuknya adalah cakram bikonkaf tak berinti. Satu

pronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel darah merah

berinti (normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi di

luar sumsum tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada

penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi

manusia yang normal (Setiawan, 2016).

Terjadi mekanisme stimulasi yang kuat pada kasus-kasus

anemia berat oleh eritropoetin terhadap sumsum tulang untuk

meningkatkan produksi dan pelepasan retikulosit lebih dini. Hal ini akan

menyebabkan waktu pematangan retikulosit menjadi eritrosit di dalam


darah tepi bertambah lama, dari 1 – 2 hari menjadi 2 – 3 hari. Maka untuk

mendapatkan gambaran kemampuan yang sebenarnya dari sumsum

tulang untuk memproduksi eritrosit, maka hitung retikulosit pada kasus-

kasus seperti ini perlu dilakukan koreksi lebih lanjut (koreksi kedua), yaitu

koreksi dengan lama waktu pematangan yang dibutuhkan dibagi dua.

Nilai normal retikulosit dalam hitung jumlah (%) yaitu 0,5 – 2,0 % dari

jumlah eritrosit, sehingga didapatkan nilai normal yang mutlak adalah 25

– 85 x 103 /mm3 atau 109 sel/L (Kosasih, dkk, 2018)

4. Fungsi Eritrosit

Fungsi eritrosit (sel darah merah) pada dasarnya memiliki

keterkaitan erat dengan kandungan hemoglobin di dalamnya. hemoglobin

dalam darah merah berfungsi untuk mengikat oksigen dan karbon

dioksida yang akan diedarkan melalui sistem peredaran darah.

berdasarkan fungsi hemoglobin tersebut, maka fungsi sel darah merah

dapat dikatakan berperan dalam pengangkutan oksigen dari paru-paru ke

seluruh bagian tubuh, serta mengangkut karbon dioksida dari tubuh

menuju paru-paru (Sadiman, dkk.2019).

Di samping berperan sebagai pengangkut oksigen dan karbon

dioksida dalam sistem peredaran darah, eritrosit atau sel darah merah

juga berfungsi untuk memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh

manusia.secara umum manfaat darah merah dalam tubuh adalah untuk

mengangkut oksigen yang dibutuhkan oleh paru-paru untuk diedarkan ke

seluruh tubuh dan mengangkut karbon dioksida untuk dikeluarkan dari

tubuh (Sadiman, dkk.2019).


5. Faktor-Faktor Mempengaruhi Jumlah Eritrosit

Menurut Guyton & Hall (2014), faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi jumlah eritrosit di antaranya :

a. Jenis Kelamin, pada laki-laki normal jumlah (konsentrasi) eritrosit

mencapai 5,1 – 5,8 juta per mililiter kubik darah. Pada wanita normal

4,3 – 5,2 juta per mililiter kubikdarah.

b. Usia, organisme pada fase dewasa memiliki jumlah eritrosit lebih

banyak dibanding anak-anak.

c. Tempat Ketinggian. orang yang hidup di dataran tinggi cenderung

memiliki jumlah ertrosit lebih banyak.

d. Kondisi Tubuh, sakit dan luka yang mengeluarkan banyak darah

dapat mengurangi jumlah ertrosit dalam darah. Sel-sel pembentuk sel

darah merah ini disebuteritroblast, tetapi pada embrio (bayi), sel-sel

darah merah dibentuk di dalam hatidan limpa. Warna sel-sel darah

merah disebabkan karena pigmen merah yangdisebut hemoglobin

(Hb). Hemoglobin adalah suatu protein yang terdiri atas hemindan

globin. Hemin mengandung zat besi (Fe). Hb ini mempunyai daya ikat

tinggiterhadap O2. Dalam peredarannya ke seluruh tubuh, darah

diikat oleh Hb yangkemudian diberi nama oksihemoglobin. Selain

mengikat O2, Hb juga dapat mengikat CO2 sisa metabolisme tubuh

untuk dibuang melalui organ ekskresi. Hb yangmengangkut CO2 ini

disebut karbominohemoglobin. Pada kasus donor darah,kehilangan

darah pada tubuh seseorang akan bisa cepat diatasi karena sumsum

tulang akan menghasilkan dan mengembalikan sel darah merah

menjadi normal kembali. Tetapi pada kasus pendarahan yang hebat


misalnya kecelakaan, apabila hilangnya sel darah merah melebihi

laju pembentukannya, akan mengakibatkan kekurangan sel darah

merah, sehingga dapat mengakibatkan anemia. Selain pendarahan,

anemia juga disebabkan karena gizi buruk dan infeksi kuman

penyakit.

6. Penyakit yang Berhubungan dengan Eritrosit

a. Polisitemia vera (PV)

PV adalah suatu keadaan atau penyakit dimana tubuh

memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang berlebih.

Peningkatan sel darah merah pada polisitemia vera lebih

mengarah pada jumlah sel, bukan pada peningkatan masa

kehidupan dari sel. Polisitemia vera merupakan bagian

kelompok penyakit yang dinamakan dengan myeloproliferative

neoplasm (MPN). MPN dapat dibagi menjadi beberapa kelompok

lagi, yaitu: Kromosom Philadelphia positif; Chronic myelogenous

leukemia (CML) atau leukemia granulositik kronik (LGK)

Kromosom Philadelphia negatif, yakni Essential thrombocythemia

(ET) dan Primary Myelofibrosis (PMF) dan polisitemi ( Riswan

Muhammad, dkk 2020).

b. Anemia

Menurut Citrakesumasari, (2012) jenis - jenis anemia di

bagi menjadi dua golongan yaitu anemia gizi dan non gizi.

1) Anemia gizi

a) Anemia Zat Besi


Kekurangan pasokan zat gizi besi (Fe) yang

merupakan inti molekul hemoglobin sebagai unsur utama

sel darah merah. Akibat anemia gizi besi terjadi pengecilan

ukuran hemoglobin, kandungan hemoglobin rendah, serta

pengurangan jumlah sel darah merah. Anemia zat besi

biasanya ditandai dengan menurunnya kadar Hb total di

bawah nilai norml (hipokromia) dan ukuran sel darah

merah lebih kecil dari normal (mikrositosis). Tanda tanda

ini biasanya akan menggangu metabolisme energi yang

dapat menurunkan produktivitas.

b) Anemia gizi vitamin E

Anemia defisiensi vitamin E dapat mengakibatkan

integritas dinding sel darah merah menjadi lemah dan tidak

normal sehingga sangat sensitif terhadap hemolisis

(pecahnya sel darah merah). Karena vitamin adalah faktor

esensial bagi integritas sel darah merah.

c) Anemia gizi asam folat

Anemia gizi asam folat disebut juga anemia

megaloblastik atau makrositik; dalam hal ini keadaan sel

darah merah penderita tidak normal dengan ciri-ciri

bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum

matang. Penyebabnya adalah kekurangan asam folat dan

vitamin B12. Padahal kedua zat itu diperlukan dalam

pembentukan nukleoprotein untuk proses pematangan sel

darah merah dalam sumsum tulang.


d) Anemia gizi vitamin B12

Anemia ini disebut juga pernicious, keadaan dan

gejalanya mirip dengan anemia gizi asam folat. Namun,

anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem alat

pencernaan bagian dalam. Pada jenis yang kronis bisa

merusak sel-sel otak dan asam lemak menjadi tidak

normal serta posisinya pada dinding sel jaringan saraf

berubah. Dikhawatirkan, penderita akan mengalami

gangguan kejiwaan.

e) Anemia gizi vitamin B6

Anemia ini disebut juga siderotic. Keadaannya mirip

dengan anemia gizi besi, namun bila darahnya diuji secara

laboratoris, serum besinya normal. Kekurangan vitamin B6

akan mengganggu sintesis (pembentukan) hemoglobin.

2) Anemia Non - gizi

a) Anemoa sel sabit

Penyakit Sel Sabit (sickle cell disease / sickle cell

anemia) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai

dengan sel darah merah yang berbentuk sabit, kaku, dan

anemia hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, sel darah

merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen)

yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah

oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi

seperti sabit.
b) Talasemia

Merupakan penyakit keturunan (genetik dimana

terjadi kelainan darah (gangguan pembentukan sel darah

merah). Sel darah merah sangat diperlukan untuk

mengangkut oksigen yang diperlukan oleh tubuh kita.

Pada penderita talasemia karena sel darah

merahnya ada kerusakan (bentuknya tidak normal, cepat

rusak, kemampuan membawa oksigennya menurun) maka

tubuh penderita talasemia akan kekurangan oksigen,

menjadi pucat, lemah, letih, sesak dan sangat

membutuhkan pertolongan yaitu pemberian transfusi

darah. Bila tidak segera ditransfusi bisa berakibat fatal,

bisa meninggal.

c) Anemia Aplastik

Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang

ditandai oleh pansitopenia pada darah tepi dan penurunan

selularitas sumsum tulang. Pada keadaan ini jumlah sel-sel

darah yang diproduksi tidak memadai. Penderita

mengalami pansitopenia, yaitu keadaan dimana terjadi

kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan

trombosit.

c. Limfoma

Limfoma merupakan kanker darah yang berkembang

dalam sistem limfa. Pada pengidap limfoma, sel darah putih

akan menjadi ganas dan menyebar secara abnormal. Limfoma


ditandai dengan gejala pembengkakan pada kelenjar getah

bening pada area leher, ketiak, dan pangkal paha. Gejala ini

kemudian akan menyebar ke sumsum tulang dan organ lain

disekitarnya.

B. Rumput gandum

1. Klasifikasi

Menurut ashok, (2011). Rumput gandum dalam dunia tumbuhan

klasifikasikan sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Keluarga : Poaceae

Genus : Triticum

Spesies : Triticum aestivum L.

2. Morfologi Rumput gandum

Rumput gandum (Triticum aestivum L.) biasanya disebut

wheatgrass, merupakan tumbuhan yang berasal dari keluarga

Gramineae. Rumput anual, batangnya tegak, berongga atau bernas,

tinggi tanaman dewasanya mencapai 1,2 m. Daun rata dan sempit

dengan panjang 20-38 cm, lebar sekitar 1,3 cm, spikelet panjang,

ramping, rachis kokoh, spikelet dengan 2-5 floret.


Gambar 2.3 Rumput Gandum

Rumput gandum dipanen pada perkembangan vegetatif berumur

10 hari setelah ditanam, dimulai dari munculnya daun pertama dari

koleoptil, yang kemudian diikuti oleh tumbuhnya daun kedua, ketiga dan

seterusnya sampai tanaman berumur 10 hari. Nilai atau keunggulan

rumput gandum dalam kesehatan terkait dengan tingginya kandungan

klorofil.

3. Kandungan Rumput Gandum

Rumput gandum kaya akan klorofil, mineral seperti magnesium,

selenium, seng, kromium, zat besi, kalsium, fosfor, kalium, boron dan

molybdenum. Antioksidan seperti beta karoten (pro-vitamin A), vitamin E,

vitamin C, dan vitamin B kompleks, asam amino seperti seperti asam

aspartat, asam glutamat, arginin, alanin dan serin. Berbagai enzim yang

berperan dalam efek farmakologis seperti protease, amilase, lipase,

sitokrom oksidase, transhydrogenase, superoksida dismutase (SOD).

Rumput gandum juga merupakan sumber yang kaya akan fenolik dan

flavonoid (Irmayanti, dkk 2015).


4. Manfaat Rumput Gandum

Berdasarkan data yang komprehensif dan beberapa penelitian

klinis telah membuktikan manfaat rumput untuk berbagai penyakit. Terapi

rumput gandum dapat menjadi tindakan preventif dan kuratif untuk

masalah kesehatan yang dapat menyebabkan penyakit serius seperti

diabetes mellitus, anemia, arthritis, kanker, thalassemia, asma, alergi,

radang usus, obesitas, tekanan darah tinggi, dislipidemia dan eksim.

Selain itu, rumput gandum berperan dalam detoksifikasi tubuh (Irmayanti,

dkk 2015).

C. Yogurt

1. Definisi Yogurt

Yogurt adalah hasil fermentasi susu yang menggunakan mikroba

sebagai starter dalam proses fermentasinya dan memiliki kandungan gizi

yang baik untuk kesehatan. Yogurt bermanfaat sebagai anti kolesterol serta

memperbaiki keluhan intoleransi laktosa, mencegah diar dan menormalkan

mikroflora usus. yogurt merupakan produk yang diperoleh dari fermentasi

susu dan atau susu rekonstitusi dengan menggunakan bakteri

Lactobacillus bulgaricus (LB) dan Streptococcus thermophillus (ST) dan

atau bakteri asam laktat lain yang sesuai, dengan atau tanpa penambahan

bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan (Iyyah Isra,

dkk 2019).

2. Manfaat Yogurt

Yoghurt memiliki beberapa kandungan yang berpengaruh

terhadap proses pembentukan darah, diantaranya adalah asam folat & B12

yang merupakan bahan dasar dalam pembentukan inti sel, besi (Fe) yang
sangat diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, cobalt, magnesium, Cu,

Zn, asam amino, vitamin C, B kompleks. Bakteri asam laktat yang ada

pada yoghurt juga mampu melindungi membran plasma sehingga dapat

mengoptimalkan absorbsi nutrisi yang terkandung dalam yoghurt.

Menurut Yaguchi, Goto, dan Okonogi, (1992), manfaat minum

yoghurt dan susu terfermentasi lainnya adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pertumbuhan.

Hasil penelitian dengan tikus percobaan menunjukkan bakteri

yang hidup pada yoghurt terutama Streptococcus thermophilus,

memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertambahan berat badan

tikus, yaitu dengan cara meningkatkan daya cerna dan absorpsi pada

saluran pencernaannya.

b. Mengatur saluran pencernaan.

Asam laktat dari yoghurt dapat merangsang gerakan peristaltik

hampir pada semua bagian dalam saluran pencernaan. Rangsangan

gerakan peristaltik tersebut dapat memelihara kesehatan tubuh melalui

peningkatan proses pencernaan, penyerapan, pembuangan feses, dan

pembuangan bakteri patogen dari saluran pencernaan.

c. Memperbaiki gerakan perut.

Suatu penelitian yang dilakukan pada sejumlah lansia

menunjukkan, pemberian kultur streptococcus thermophilus dapat

meningkatkan gerakan perut dari 4,8 kali dalam 10 hari menjadi 5,7

kali. Gerakan perut ini diperlukan untuk memperlancar proses

pengeluaran feses. Pada saat yoghurt melalui saluran pencernaan


terjadi peningkatan jumlah bakteri bifidobacterium yang ikut berperan

dalam menormalkan gerakan perut.

d. Antikanker.

Penelitian pada tikus menunjukkan, penggandaan sel-sel

kanker pada tikus yang diberi makan yoghurt lebih terhambat daripada

tikus percobaan tanpa yoghurt. Bakteri-bakteri yang berperan dalam

fermentasi susu dapat mengubah zat-zat prekarsinogenik yang ada

dalam saluran pencernaan sehingga dapat menghambat terjadinya

kanker.

e. Antidiare.

Yoghurt dapat mencegah aktivitas dan pertumbuhan berbagai

bakteri patogen penyebab gastrointeritis pemicu penyakit diare.

Lactobacillus bulgaricus (salah satu bakteri yang berperan dalam

pembentukan yoghurt) dapat memproduksi bulgarican, yaitu

antimikroba yang efektif untuk menghambat organisme patogen

3. Kandungan dalam Yogurt

Yoghurt merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik bagi

tubuh.Susu sapi yang difermentasi terbukti memiliki aktivitas antioksidan

yang lebih tinggi dibandingkan susu murni. Hasil penelitian di China

membuktikan bahwa bakteri Lactobacillus dalam yoghurt memiliki aktivitas

antioksidan yang tinggi, sehingga dapat memberikan manfaat dengan

menyediakan antioksidan alami yang aman dan efektif bagi konsumennya

(Shamiccah, dkk 2017).


D. Remaja

1. Definisi

Masa remaja (adolescene) merupakan tahapan kehidupan

terjadinya perubahan - perubahan pada tubuh yang berlangsung cepat.

Masa remaja merupakan usia peralihan dari kanak-kanak menuju remaja

yang banyak mengalami perubahan (Adriani, dkk 2016).

Remaja dalam masa pertumbuhan biasanya melakukan aktivitas

fisik yang lebih banyak, sehingga penting untuk memenuhi zat kebutuhan

gizi. Kebutuhan gizi remaja sangat di perlukan berkaitan dengan metode

pertumbuhan yang cepat growth spurt. Sehingga kebutuhan akan zat besi

meningkat, dari 0,7-0,9 mg Fe/hari menjadi sebesar 2,2 mg Fe/ hari atau

mungkin lebih pada saat menstruasi. Hal ini mengakibatkan remaja putri

lebih rawan mengalami anemia besi di banding remaja laki - laki (Arum,

2018).

2. Ciri - Ciri Remaja

Menurut Y. Singgih dan D. Gunarso,(1998). Terdapat beberapa

perubahan atau ciri-ciri yang terjadi selama masa remaja yaitu:

a) Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat.

b) Perbahan yang cepat secara fisik yang juga disertai dengan

kematangan seksual. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya

dan hubungan dengan orang lain. Perubahan nilai, dimana apa yang

mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang

penting karena sudah mendekati dewasa.

c) Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan

yang terjadi.
3. Program Pencegahan Anemia

Prevalensi anemia pada remaja khususnya pada remaja putri

cukup tinggi, di negara berkembang sebanyak 27% dan negara maju

sebanyak 6%. Anemia pada kehamilan terjadi salah satunya akibat dari

penanganan anemia pada masa remaja tidak di obati dengan baik

(Sudargo, T, dkk 2018).

Sejak tahun 1997, pemerintah indonesia telah melaksanakan

program untuk menanggulangi masalah anemia yaitu pemberian tablet

tambah darah berupa zat besi (60 mgSO4) dan asam folat (0,25 mg).

Untuk mencegah dan menanggulangi masalah anemia gizi pada wanita

usia subur (WUS). Pemerintah telah melakukan intervensi sejak dini yaitu

sejak usia remaja, karena status gizi remaja putri atau pranikah memiliki

efek yang besar pada keselamatan kehamilan dan kelahiran apabila

remaja putri menjadi ibu. Program pemerintah indonesia yang fokus pada

penanggulangan anemia remaja yakni program penanggulangan dan

pencegahan anemia gizi besi (PPAGB) dengan sasaran para remaja

melalui pemberian suplemen kapsul zat besi (Tyas, P, dkk, 2018).


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Rancangan penelitiann

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

eksperimental. Sampel yang digunakan sebanyak 20 orang mahasiswa,

dengan kriteria 10 orang memiliki kadar eritrosit normal serta 10 orang

memiliki kadar eritrosit rendah dengan pemberian jus rumput gandum

dengan campuran yogurt. Pemeriksaan yang dilakukan adalah kadar

hemoglobin pada darah dengan metode hematology analyzer. Adapun

rancangan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Skema Penelitian


2. Hipotesis

Pada penelitian ini digunakan uji dua arah, dimana hipotesis yang

diajukan oleh penulis yaitu Ha (hipotesis alternatif) : terdapat perbedaan

rata rata antara kelompok sebelum dan setelah pemberian jus rumput

gandum dengan campuran yoghurt.

3. Variabel Penelitian

Pada penelitian pengaruh Pemberian jus rumput gandum dengan

campuran yogurt terhadap jumlah eritrosit Pada Remaja, variabel

penelitian disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

No Nama Defisiensi Alat ukur Skala Hasil

variabel operasional ukur ukur

1 Eritrosit Eritrosit Hematology Rasio Sel/mm3

adalah Jenis Analyzer

sel darah MINDAR BC-

merah yang 1800

paling banyak

dan berfungsi

membawa

oksigen ke

jaringan -

jaringan tubuh

2 Jus Rumput gandum Gelas ukur volume mL

Rumput dapat dipanen


Gandum dan dikonsumsi

campura setelah 10 hari

n yogurt masa tumbuh,

kemudian akan

dibuat jus agar

saat dikonsumsi

lebih mudah, dan

ditambahkan

yogurt agar lebih

enak.

3 Remaja Remaja adalah Laki-laki nominal Quisioner

seorang anak dan

yang telah perempuan

mencapai umur

10-18 tahun untuk

perempuan dan

12-20 tahun untuk

laki-laki.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ialah Mahasiswa D3 TLM dengan

kriteria 10 mahasiswa yang memiliki jumlah eritrosit rendah serta 10

mahasiswa yang memiliki jumlah eritrosit normal.


2. Sampel

Sampel yang digunakan ialah darah vena sebanyak 20 orang

mahasiswa dengan kriteria 10 mahasiswa yang memiliki kadar

hemoglobin rendah dan 10 mahasiswa yang memiliki kadar hemoglobin

normal.

C. Pengumpulan Data

1. Tekhnik Pengumpulan Data

Seluruh subjek penelitian akan diberikan jus rumput gandum

dengan campuran yoghurt, dengan perbandingan 20 gram rumput

gandum dan 100 ml yoghurt selama 7 hari. Data jumlah eritrosit yang

dipeorleh dilihat sebelum dan setelah mengkonsumsi jus rumput gandum

dengan campuran yoghurt

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Alat - Alat yang Digunakan dalam Penelitian

No Nama Alat Spesifikasi Jumlah

1. Blender - 1 unit

2. Hematologi Analayzer MIDRAY BC-1800 1 unit

3. Rak tabung vacutainer 2

4. Spuit 3 cc 20 buah

5. Tabung vacutainer EDTA 20 buah

6. Torniquet - 1 buah

3. Bahan

Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :


Tabel 3.3 Bahan yang digunakan dalam penelitian

No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah

1. Alcohol Swab - 1 box

2. Darah Vena 3cc 20

4. Plester - 1 box

5. Rumput gandum 20 gram 140

6. Tissue - -

7. Yougurt 100 ml 140

D. Prosedur Penelitian

1. Prosedur pembuatan jus rumput gandum

a. Gunting rumput gandum yang siap panen.

b. Kemudian di cuci dengan air bersih dan timbang sebanyak 20 gram.

c. Potong menjadi bagian lebih kecil dan masukan ke dalam blender.

d. tambahkan 100 ml yogurt.

e. Blender hingga halus.

f. Kemudian saring.

2. Cara Pembuatan Yogurt

a. Panaskan susu murni di atas api kecil sambil terus diaduk selama 30

menit dan jaga agar susu tidak sampai mendidih supaya protein susu

tidak rusak.

b. Setelah 30 menit, angkat susu dan dinginkan hingga hangat kuku

dalam suhu ruangan.

c. Masukan bibit yoghurt lalu aduk sampai rata dengan menggunakan

alat pengaduk steril. Bila kesulitan mencari alat pengaduk dapat


menggunakan spatula kayu yang sebelumnya sudah disiram

menggunakan air panas sebagai proses sterilisasi alat.

d. Apabila sudah selesai masukan ke wadah tertutup lalu tutupin dengan

serbet untuk menciptakan kondisi gelap yang adalah syarat hidup

bakteri fermentasi selama 20-24 jam.

e. Sesudah 20-24 jam akan muncul lapisan berwarna kekuningan kental

di atas permukaannya. Apabila masih kurang kental atau kurang

asam bisa dilebihkan lagi waktunya.

f. Bila dirasa sudah pas, aduk menggunakan alat steril sampai

tercampur rata

3. Cara pengambilan darah vena (WHO, 2010)

a. Siapkan peralatan termasuk jarum dan tabung hampa udara (vacum)

dengan antikoagulan EDTA.

b. Bersihkan tangan dengan antiseptik (jika menggunakan sebundan air,

keringkan tangan dengan handuk).

c. Identifikasi dan persiapkan pasien.

d. Memilih lokasi, sebaiknya pada daerah antecubital (tikungan siku)

rentangkan lengan yang akan diambil untuk melihat dan meraba

pembuluh darah jangan sentuh lokasi pengambilan darah bila sudah

diberi alcohol atau antiseptic.

e. Pasang tourniquet sekitar 4-5 jari di atas tempat yang ditusuk.

f. Minta pasien untuk membentuk kepalan sehingga pembuluh darah

lebih terlihat.

g. Memakai sarung tangan.


h. Sterilkan lokasi yang akan ditusuk dengan mengunakan alcohol 70%

isoprofil selama 30 detik dan biarkan kering sepenuhnya (30 detik).

i. Pegang lengan pasien dan menetapkan ibu jari di bawah tampat yang

akan ditusuk.

j. Masukan jarum suntik dengan cepat pada sudut 30 derajat.

k. Setelah pengambilan darah cukup lepaskan tourniquet sebelum

menarik jarum suntik.

l. Tarik dengan lembut dan kemudian memberikan pasien kasa bersih

atau kapas kering untuk digunakan pada lokasi yang ditusuk.

m. Buang jarum suntik yang telah digunakan atau peralatan pengambilan

darah kedalam wadah tang tahan benda tajam.

4. Quality Control Hematology Analyzer MINDRAY BC-1800

a. Reagen control yang digunakan terdiri dari 3 level yaitu reagen kontrol

low, normal dan high.

b. Tekan “menu” l kemudian pilih “QC” pilih “X-Edit” dan pilih “File 1”

kemudian tekan enter

c. Setelah itu nomor lot reagen, expire date, mean dan range setiap

parameter untuk reagen kontrol diinput ke dalam alat lalu tekan

“Enter”.

d. File “Menu” ditekan kembali lalu pilih “X Analisi” pilih “X-Count” dan

pilih “Files” kemudian tekan “Enter”.

e. Lalu setelah itu reagen kontrol low disiapkan dan dihomogenkan

terlebih dahulu.

f. Reagen kontrol low diletakkan di bawah sampel probe.


g. Kemudian tombol "star cycle" ditekan, ditunngu sampai lampu

berhenti berkedip dan sampel probe naik secara otomatis.

h. Alat akan menganalisa sampel (Lampu merah menyala).

i. Setelah proses selesai, hasil QC akan ditampilkan pada layar LCD

yang dapat dicetak pada printer.

j. Hasil QC yang telah dicetak dibandingkan dengan nilai range yang

telah ditentukan.

k. Lampu akan menyala hijau tanda sudah “Ready” (siap untuk analisa

sampel atau reagen kontrol berikutnya).

l. Pemeriksaan QC dilakukan juga pada reagen kontrol normal dan

reagen kontrol high.

5. Pemeriksaan Hitung Jumlah Eritrosit dengan Menggunakan Alat

Hematology Analyzer MINDRAY BC-1800

a. Metode : impedance

b. Prinsip :

Hitung jumlah eritrosit menggunakan Hematology Analyzer

MINDRAY BC-1800 prinsip yang digunakan yaitu WBC yang dihitung

dan diukur dengan metode electrical impedance. Metode ini

didasarkan pada pengukuran perubahan dalam hambatan listrik yang

dihasilkan oleh partikel dalam sel darah. Elektroda tenggelam dalam

cairan kedua sisi bukaan bertujuan membuat jalur listrik. Setiap

partikel melewati bukaan, menghasilkan perubahan fana hambatan

antara elektroda. Perubahan ini menghasilkan sebuah jumlah listrik

yang terukur. Jumlah yang dihasilkan menunjukan jumlah partikel

yang melewati bukaan. Jumlah masing-masing sebanding volume


setiap partikel. Jumlah masing-masing diperkuat dan dibandingkan

dengan saluran tegangan referensi internal, yang hanya menerima

jumlah dari amplitudo tertentu.

c. Cara Kerja Pengoperasian Mindray BC-1800

1) Pastikan reagen ( diluents, lyse, cleaner) dan saluran

pembuangan sudah terpasang semua dengan baik.

2) Pastikan juga power supply sudah dihubungkan dengan stop

kontak

3) Kemudian tekan Tombol power “ on / off “

4) Layar [MENU] ditekan dan pilih “Mode Sampel” kemudian “Mode

Sampel”. Ditekan dan pilih “Whole Bood”.

5) Masukan ID, lalu tombol [ENTER].

6) Pada layar “Count’, bagian status system menunjukan “Ready”

dan bagian Count Mode menunjukan “Whole”.

7) Homogenkan sampel kemudian sampel dimasukan pada probe

sambil menekan aspirate key. Status system menunjukan

“Running” dan mulai menyedot sampel.

8) Simpan sampai alat terdengar bunyi beep dan probe naik.

9) Alat akan menganalisa sampel.

10) Setelah Analisa sampel selesai, hasil akan keluar pada layer

sesuai ID dan jika dikehendaki akan dicetak pada printer secara

otomatis.

11) Langkah-langkah diatas diulangi untik sampel selanjutnya.

12) Alat dimatikan jika sudah selesai dengan menekan shut down

pada display menu.


E. Pengumpulan dan Analisa Data

Data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pemeriksaan hitung

Jumlah eritrosit remaja putri di jadikan dalam bentuk tabel. Hasil hitung

jumlah eritrosit menggunakan alat otomatis Hematology Analyzer disajikan

dalam bentuk tabel Dummy seperti di bawah ini :

Tabel 3.4 tabel hasil pemeriksaan jumlah eritrosit

No. Kode sampel Jumlah eritrosit sebelum Jumlah eritrosit setelah

perlakuan perlakuan

F. Etika Penelitian

Etika penelitian menurut CIOMS, (2016) adalah sebagai berikut :

a. Prinsip Etika Menghormati Harkat Martabat Manusia (Respect for

person)

Prinsip Etika Menghormati Harkat Martabat Manusia merupakan

bentuk penghormatan dari seseorang kepada orang lain. Bentuk

penghormatan terhadap harkat martabat manusia sebagai pribadi yang

memiliki kebebasan dalam memilih beranggung jawab atas keputusannya

sendiri. Peneliti memiliki kewajiban untuk memberikan informed concent

kepada responden yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian untuk


ikut berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti,

peneliti memberikan informasi secara relevan tentang penelitian yang

akan dilakukan kepada responden sampai responden mengerti dan

memahami informasi yang disampaikan oleh peneliti sehingga peneliti

mendapatkan persetujuan dari responden untuk ikut berpartisipasi dalam

penelitian

b. Prinsip Etik berbuat baik (Beneficence) dan tidak merugikan (Non

Benficence)

Prinsip etik berbuat baik (Beneficence) dan tidak merugikan (Non

Beneficence) adalah mneyangkut kewajiban peneliti dalam membantu

orang lain yang dilakukan dengan mengupayakan manfaat yang baik dan

tidak menimbulkan adanya kerugian. Subjek manusia ini diikutsertakan

dalam penelitian kesehatan dimaksudkan untuk membantu tercapainya

tujuan penelitian kesehatan. Pada prinsip etika penelitian berbuat baik

disini kerahasiaan (Confidentiality) pasien harus dijaga dengan baik

seperti identitas (nama, usia, alamat, Riwayat penyakit).

c. Prinsip Etika Keadilan (Justice)

Prinsip etik dalam keadilan ini mengacu pada kewajiban etik untuk

memperlakukan setiap orang dengan perilaku yang sama tanpa

membeda bedakan antara satu dengan yang lainya, prinsip etik keadilan

menyangkut keadilan yang merata (distributive justice) dengan adanya

syarat pembagian yang seimbang (equitable).


G. Waktu dan Tempat Penilitian

a. Waktu Penelitian

Waktu penelitian Pengaruh Pemberian Jus Rumput Gandum

Dengan Campuran Yogurt Terhadap Jumlah Eritrosit remaja putri

dilakukan pada bulan januari - februari 2022.

b. Tempat Penelitian

Penelitian Pengaruh pemberian Jus Rumput Gandum Dengan

Campuran Yogurt Terhadap Jumlah Eritrosit remaja putri dilakukan di

Laboratorium Hematologi Prodi Teknologi Laboratorium Medis (D-3)

Fakultas dan Teknik Kesehatan Universitas Jendral Achmad Yani Cimahi.

Anda mungkin juga menyukai