Anda di halaman 1dari 21

Kata Pengantar

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah
memberikan kita nikmat dan sehat selalu. Tak lupa kita bersalawat kepada
Nabi Besar Muhammad Saw. Kepada keluarganya, sahabat sahabatnya.
Makalah ini dibuat sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah Akuntansi
Manajemen Lanjutan dengan judul pembahasan Konsep Manajemen Biaya
dan penentuan Costing Berbasis Akrual. Terimakasih kepada teman-teman
yang sudah membantu dan ikut terlibat dalam terselesaikannya makalah ini.
Adapun kekurangan atau kesalahan baik dari segi penulisan maupun
pemahaman penulis, kami mohon maaf. Semoga saja pembaca dapat
mengambil pelajaran dari makalah ini. Mohon kritik dan saran pembaca untuk
dapat lebih memperbaiki kekurangan dari makalah ini.

Makassar, 05 November 2021

Kelompok I

i
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP MANAJEMEN BIAYA............................................................................... 3
1. Pengertian Manajemen Biaya............................................................................. 3
2. Konsep Dasar Menejemen Biaya........................................................................ 4
3. Pentingnya MAnajemen informasi dalam Perusahaan....................................... 4
4. Jenis-Jenis Biaya................................................................................................. 6
5. Konsep Biaya ntuk Perhitungan Biaya Produk dan Jasa.................................... 7
B. ACTIVITY BASED COSTING...................................................................................... 8
1. Pengertian Activity Based Costing...................................................................... 8
2. Tujuan Activity Based Costing............................................................................ 10
3. Klasifikasi Activity Based Costing...................................................................... 10
4. Tahap-tahap Activity Based Costing................................................................... 12
5. Manfaat Activity Based Costing.......................................................................... 14
6. Keunggulan Sistem Activity Based Costing........................................................ 15

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN............................................................................................................... 17
B. SARAN........................................................................................................................... 18

Daftar Pustaka........................................................................................................................ 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing System)
adalah metode membebankan biaya aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya
pemakaian sumber daya dan membebankan biaya pada objek biaya, seperti
produk/ pelanggan berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas serta untuk
mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan proses dan
objek biaya.
Dalam proses mendesain sistem, diperlukan pemahaman yang berkaitan
dengan jumlah pemicu biaya yang diperlukan dan menentukan pemicu biaya
yang sesuai. Kedua faktor tersebut berhubungan erat sebab tipe dari cost
driver yang dipilih akan mempengaruhi jumlah pemicu yang diperlukan sesuai
tingkat akurasi sistem. Permasalahan timbul apabila jumlah pemicu biaya
yang dipergunakan terlalu banyak, karena secara ekonomis tidak
menguntungkan untuk menentukan pemicu yang berbeda dari setiap aktivitas
dan pada beberapa proses perusahaan yang menggunakan aktivitas secara
bersama-sama (Agregat) dengan pemicu tunggal sebagai dasar penelusuran
biaya aktivitas ke produk yang dihasilkan, terdapat kesulitan untuk memilih
pemicu yang sesuai.
Penerapan sistem biaya berdasarkan aktivitas dapat menjelaskan tingkat
konsumsi jasa melalui penelusuran konsumsi biaya aktivitas perusahaan
terhadap sumber daya. Selain itu juga dapat dilakukan juga pembebanan
biaya overhead keproduk sesuai jumlah konsumsi jasa terhadap aktivitas-
aktivitas yang diperlukan dalam perhitungan dengan sistem activity based
costing melalui prosedur 2 tahap, yaitu :
1. Proses identifikasi aktivitas dan menentukan pemicu biaya (cost
driver) aktivitas yang sesuai tahapan tersebut akan menghasilkan

1
pusat-pusat biaya homogen (cost pool homogen) sebagai dasar untuk
menelusuri biaya aktivitas.

Berisi tentang pembebanan biaya aktivitas overhead keproduk/ jasa


berdasarkan tarif biaya dari setiap pusat biaya dan jumlah konsumsi produk/
jasa terhadap aktivitas sesuai dengan kapasitas pemicu biaya aktivitas yang
digunakan

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana bentuk strategi Manajemen Biaya?
2. Bagaimana bentuk penentuan Biaya Berdasarkan Aktivitas?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk strategi Manajemen Biaya
2. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk penentuan Biaya Berdasarkan
Aktivitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MANAJEMEN BIAYA
1. Pengertian Manajemen Biaya
Manajemen Biaya adalah sistem yang didesain untuk menyediakan
informasi bagi manajemen untuk pengidentifikasian peluang-peluang
penyempurnaan, perencanaan strategi, dan pembuatan keputusan operasional
mengenai pengadaan dan penggunaan sumber-sumber yang diperlukan oleh
organisasi. Ada beberapa penerapan manajemen dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu :
a. Manajemen sebagai ilmu
Suatu bidang ilmu pengetahuan/sains yang berusaha secara sistematis
untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerjasama untuk
mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini bermanfaat bagi
kemanusiaan.
b. Manajemen sebagai seni
Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan
usaha yang minimal, demikian pula mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan maksimal bagi pimpinan maupun pekerja serta memberikan
pelayanan yang sebaik mungkin kepada masyarakat.
c. Manajemen sebagai profesi
Manajemen sebagai profesi merupakan suatu bidang pekerjaan yang
dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan keterampilan sebagai
kader, pemimpin atau menejer pada suatu organisasi atau perusahaan
tertentu.
d. Manajemen sebagai Proses
Manajemen adalah proses yang khas terdiri dari tindakan perencanaan
perorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dimana dalam masing-
masing bidang tersebut digunakan ilmu pengetahuan dan keahlian yang diikuti
secara berurutan dalam usaha mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan.

3
2. Konep Dasar Manajemen Biaya
a. Konsep Nilai Tambah adalah konsep yang menjelaskan bahwa perusahaan
harus berusaha melaksanakan aktivitas-aktivitas bernilai tambah dengan
efisiensi bernilai sempurna dan mengeliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak
bernilai tambah.
b. Konsep Akuntansi Aktivitas adalah proses pengumpulan dan pelacakan
kinerja keuangan dan operasional mengenai aktivitas-aktivitas signifikan
perusahaan dan penyediaan umpan balik antara hasil-hasil sesungguhnya
dengan yang direncanakan serta penentuan tindakan koreksi jika diperlukan.
Activity-based costing (ABC) adalah metodologi untuk mengukur biaya dan
kinerja aktivitas, sumber-sumber, dan obyek biaya.
c. Konsep Biaya Target adalah biaya berbasis pasar yang dihitung dengan
menggunakan harga pasar yang diperlukan untuk mencapai pangsa pasar
yang ditentukan terlebih dahulu. Biaya target = Harga pasar untuk mencapai
pangsa pasar – Laba yang diharapkan. Penentuan biaya target adalah alat
manajemen untuk mengurangi biaya selama daur hidup produk tertentu.

3. Pentingnya Manajemen Informasi Dalam Perusahaan


Manajemen informasi sebagai suatu sumber mempunyai pola yang sama.
Manajer bertanggung jawab untuk mengumpulkan data mentah dan
memprosesnya menjadi informasi yang dapat digunakan. Ia harus memastikan
bahwa orang yang ada dalam perusahaan akan dapat menerima informasi
dengan bentuk yang tepat, pada saat yang tepat pula, sehingga informasi
tersebut dapat digunakan untuk mendukung proses manajemen. Yang terakhir,
manajer harus membuang informasi yang kuno, tidak lengkap, dan salah, dan
menggantikannya dengan informasi yang dapat digunakan semua aktivitas ini
disebut manajemen informasi atau information management.
Minat terhadap menajemen informasi telah meningkat sejak tahun-tahun
terakhir ini yaitu tidak hanya dalam dunia bisnis, namun juga disemua bidang

4
dimana sumber dikelola. Dua alasan utama mengenai hal ini adalah karena
meningkatnya kekomplekan tugas manajemen dan keinginan untuk
menggunakan peralatan pemecahan masalah yang lebih baik. Langkah pertama
yang sangat penting untuk memperoleh keunggulan kompetitif adalah
mengidentifikasi biaya dan penggerak biaya utama dalam perusahaan atau
organisasi. Perusahaan mengeluarkan biaya (cost) jika menggunakan sumber
daya untuk tujuan tertentu.
Sering kali biaya dikumpulkan kedalam kelompok-kelompok tertentu,
disebut dengan tempat penampungan biaya (cost pools). Ada banyak cara yang
berbeda untuk mengelompokkan biaya, antara lain bedasarkan jenis biaya (biaya
tenaga kerja dalam suatu tempat penampungan dan biaya bahan baku dalam
tempat penampungan lainnya).
Penggerak biaya (cost driver) merupakan faktor yang memberi implikasi
pada perubahan tingkat total biaya. Untuk perusahaaan yang berkompetisi
berdasarkan kepemimpinan biaya, manajemen penggerak biaya utama
merupakan hal yang paling penting.
Objek biaya adalah berbagai produk, jasa, pelanggan, aktivitas, atau unit
organisasi dimana biaya dibebankan. Produk, jasa, dan pelanggan pada
umumnya merupakan objek biaya; sementara dapertemen produksi dapat
diperlakukan sebagai tempat penampungan biaya atau objek biaya.
Pembebanan biaya (cost assigment) merupakan proses pembebanan
elemen biaya-biaya ke dalam tempat penampungan biaya ke objek biaya. Ada
dua jenis pembebanan, yaitu penelusuran langsung untuk membebankan biaya
langsung dan alokasi untuk membebankan biaya tidak langsung. Biaya langsung
(direct cost) dapat dengan mudah dan ekonomis ditelusuri secara langsung ke
tempat penampungan biaya atau objek biaya. Sebaliknya, tidak ada cara yang
mudah dan ekonomis untuk menelusuri biaya tidak langsung (indirect cost) dari
biaya ke tempat penampungan biaya atau dari tempat penampungan biaya ke
objek biaya. Pembebanan biaya tidak langsung ke tempat penampungan biaya
dan objek biaya disebut alokasi biaya (cost allocation), yaitu suatu bentuk
pembebanan di mana penelusuran langsung tidak mungkin dilakukan sehingga

5
digunakan penggerak biaya. Penggerak biaya yang digunakan untuk
mengalokasikan biaya disebut dasar alokasi (allocation base).

4. Jenis-jenis Biaya
a. Biaya Bahan Baku Langsung dan Tidak Langsung
Biaya bahan baku langsung (direct material cost) adalah biaya bahan
baku pada produk atau objek lainnya (dikurangi diskon pembelian tetapi
ditambah beban angkut dan yang terkait). Sedangkan, biaya bahan baku tidak
langsung (indirect material cost) merupakan biaya dari bahan baku yang
digunakan dalam produksi tetapi bukan bagian dari produk yang sudah jadi.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) meliputi tenaga kerja
yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa ditambah sebagian jam
kerja tidak produktif yang normal dan tidak dapat dihindari, seperti waktu
istirahat dan solat. Jenis lain dari jam kerja tidak produktif yang dibebaskan
dan dirancanakan adalah waktu jeda. Biaya tenaga kerja tidak langsung
(indirect labor cost) meliputi pengawasan, pengendalian mutu, inspeksi,
pembelian dan penerimaan, penanganan bahan baku, tenaga kerja bagian
kebersihan, waktu jeda, pelatihan, dan kebersihan. Perlu diingat bahwa
elemen dari biaya tenaga kerja kadang kala dapat digolongkan sebagai
langsung sekaligus tidak langsung, tergantung dari objek biayanya
c. Biaya Tidak Langsung Lainnya
Selain biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku tidak langsung, biaya
tidak langsung lainnya juga diperlukan dalam menghasilkan produk atau jasa.
Antara lain adalah biaya fasilitas, peralatan yang digunakan untuk
menghasilkan produk atau jasa, dan peralatan pendukung lainnya. Semua
biaya tidak langsung tersebut biasanya digabungkan ke dalam suatu tempat
penampungan biaya yang disebut overhead atau disebut juga overhead pabrik
(factory overhead). Kadang kala biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga
kerja langsung yang digabungkan menjadi satu, sehingga disebut sebagai

6
biaya utama (prime cost). Sedangkan biaya konversi (conversion cost)
merupakan gabungan dari biaya tenaga kerja langsung dan overhead.
d. Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Total biaya terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fix
cost) merupakan bagian dari total biaya yang tidak berubah meskipun output
berubah dalam rentang yang relevan. Sebaliknya, biaya variabel merupakan
perubahan pada total biaya yang dikaitkan dengan setiap perubahan pada
jumlah penggerak biaya. Biaya tetap meliputi banyak biaya tidak langsung
yang tidak berubah karena unit yang diproduksi. Akan tetapi, beberapa biaya
tidak langsung adalah variabel karena berubah seiring perubahan jumlah dan
unit yang diproduksi. Istilah biaya campuran (mixed cost) digunakan untuk
mengacu pada total biaya yang meliputi komponen biaya tetap maupun
variabel.
e. Biaya per Unit dan Biaya Marginal
Biaya per unit (unit cost) atau biasa disebut biaya rata-rata (average
cost) merupakan total biaya produksi dibagi jumlah unit output.

5. Konsep Biaya untuk Perhitungan Biaya Produk dan Jasa


Informasi yang akurat mengenai biaya produk dan jasa penting pada setiap
fungsi manajemen : manajemen strategis, perencanaan dan pengambilan
keputusan, pengendalian manajemen dan operasional, serta penyusunan
laporan keuangan. Perusahaan juga sering kali memiliki sedikit atau tidak
memiliki persediaan, sehingga sistem perhitungan biayanya relatif sederhana.
Persediaan produk bagi perusahaan manufaktur maupun dagang dianggap
sebagai aset pada neraca. Selama persediaan memiliki nilai pasar, persediaan
dianggap sebagai aset hingga terjual; kemudi. Kemudian biaya dari persediaan
dipindahkan ke laporan laba rugi sebagai Harga Pokok Penjualan (cost of goods
sold).
Biaya produk (product cost) bagi perusahaan manufaktur meliputi biaya-
biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan produk pada langkah proses
produksi dalam rantai nilai : Bahan Baku Langsung, Tenaga Kerja Langsung,

7
Overhead Pabrik. Biaya produk untuk perusahaan dagang meliputi biaya
pembelian produk ditambah biaya transportasi. Seluruh biaya lainnya untuk
mengelola perusahaan dan menjual produk bukan merupakan biaya produk.
Biaya tersebut dibebeankan pada periode saat terjadinya biaya, disebut biaya
periodik (periodic cost). Biaya periodik (biaya nonproduk) meliputi biaya umum,
penjualan, dan administrasi yang diperlukan untuk pengelolaan perusahaan
tetapi tidak termasuk biaya langsung maupun tidak langsung dalam proses
produksi.

B. ACTIVITITY BASED COSTING


1. Pengertian
Menurut Hongren (2005) ABC (Activity Based Costing) didefinisikan
sebagai suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan
aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar
pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan
dalam suatu perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak
langsung dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut.
Menurut Amin Wijaya Tunggal (2009:2) Activity-Based Costing adalah:
“Metode costing yang mendasarkan pada aktivitas yang didesain untuk
memberikan informasi biaya kepada para manajer untuk pembuatan keputusan
stratejik dan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap”.
Sedangkan Activity Based Costing menurut Hansen and Mowen (1999:
321) adalah suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke
aktivitas kemudian ke pr Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:25) Activity-
Based Costing adalah: “Metode membebankan biaya aktivitas-aktivitas
berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya dan membebankan biaya pada
objek biaya, seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian
aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terikat
dengan proses dan objek biaya”.
Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry (2004:496) Activity-Based
Costing adalah: “Suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan

8
biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar
yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume
(non-volume-related factor)”.
Pengertian ABC (Activity Based Cost) sistem dalam Mulyadi (2003:25)
merupakan: “sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap
tentang aktivitas untuk memungkinkan personil perusahaan melakukan
pengelolaan terhadap aktivitas”. 
Definisi lain dikemukakan oleh Garrison dan Norren (2000: 292) adalah
“Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi
manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan
mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.”
Activity-Based Costing (ABC) adalah konsep perhitungan biaya dalam
akuntansi manajemen yang didasarkan pada aktivitas-aktivitas bisnis dalam
organisasi yang dapat diterapkan untuk menghitung biaya produk dengan lebih
akurat. Produk merupakan hasil aktivitas-aktivitas bisnis dan aktivitas-aktivitas
tersebut memanfaatkan sumberdaya yang berarti menimbulkan biaya. Biaya
produk dihubungkan ke aktivitas-aktivitas bisnis relevan dan kemudian ke
sumberdaya-sumberdaya yang dimanfaatkan. Hal ini menghasilkan perhitungan
biaya produk yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan menggunakan
konsep tradisional. ABC baik untuk diterapkan di perusahaan yang memproduksi
lebih dari satu jenis produk dan memiliki komponen biaya tidak langsung yang
signifikan.
Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang
mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan
mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari
aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk
berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang
produk yang bersangkutan.
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan
informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam

9
berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong
oleh:
a. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
b. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya
overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
c. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy.

2. Tujuan Activity Based Costing


Tujuan Activity Based Costing adalah untuk menglokasikan biaya ke
transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi dan kemudian
mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan
pemakaian aktivitas setiap produk. Full costing dan variable costing
(konvensional) menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada fase produk
saja, sedangkan untuk Activity Based Costing menitikberatkan penentuan harga
pokok produk pada semua fase pembuatan produk yang terdiri dari :
a. Fase design dan pengembangan produk
1) Biaya design (design expenses)
2) Biaya pengujian (testing expenses)
b. Fase produksi
1) Unit level activity cost
2) Batch level activity cost
3) Product sustaining activity cost 
4) Facility sustaining activity cost
c. Fase dukungan logistic
1) Biaya iklan (advertising expenses)
2) Biaya distribusi (distribution expenses)
3) Biaya garansi produk (product guarantee expenses)

3. Klasifikasi Activity Based Costing


Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead costs) adalah biaya
produksi yang tidak masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja

10
langsung. Apabila suatu perusahaan juga memiliki departemen-departemen lain
selain departemen produksi maka semua biaya yang terjadi di departemen
pembantu tersebut (termasuk biaya tenaga kerjanya) dikategorikan sebagai
biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik biasanya muncul dari biaya-biaya yang harus
dikeluarkan untuk pemakaian bahan tambahan, biaya tenaga kerja tak langsung,
pengawasan mesin produksi, pajak, asuransi, hingga fasilitas-fasilitas tambahan
yang diperdalam ABC, proses identifikasi aktivitas merupakan salah satu bagian
yang penting dari tahapan tahapan pembebanan biaya overhead pabrik. Tahap
pertama pada identifikasi aktivitas, aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam 4
kategori aktivitas, yaitu :
a. Unit Level Activities (tingkat unit)
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan sekali untuk setiap unit
sehingga biaya produk yang berhubungan dengan aktivitas yang dibebankan
berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Misalnya : jam tenaga kerja
langsung. Semakin banyak jumlah unit yang diproduksi maka semakin banyak
juga tenaga kerja langsung dibutuhkan.
b. Bacth Level Activity (tingkat bacth)
Yaitu berupa ativitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mendukung
produksi sejumlah order tertentu (batch). Aktivitas ini dilakukan sekali untuk
setiap batch sehingga biaya produksi yang berhubungan dengan aktivitas ini
dibebankan berdasarkan jumlah batch yang diproduksi misalnya : biaya set-up
mesin. Semakin banyak unit yang diproduksi tidak mempengaruhi biaya pada
aktivitas set-up, tetapi semakin sering set-up dilakukan maka semakin besar
pula biaya set-up mesin.
c. Product Sustaining Activities
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan
eksistensi suatu produk, pemeliharaan produk, pengembangan produkdan
inovasi produk.Beban biaya yang terjadi pada aktivitas ini dapat ditelusuri
pada setiap jenis produk yang dihasilkan, tetapi sumber daya yang dikonsumsi
tidak tergantung pada jumlah unit ataupun batch dari produk yang dihasilkan

11
perusahaan. Semakin banyak jenis produk yang dihasilkan maka semakin
sering aktivitas ini dilakukan sehingga semakin besar biaya yang
dibutuhkannya.
d. Facility Sustaining Activities.
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan
eksistensi perusahaan, seperti pemasaran, sumber daya manusia,
pengembangan sistem, pemeliharaan fasilitas dan lain-lain. Tetapi aktivitas ini
tidak berhubungan dengan jumlah produk, batch maupun jenis produk.

Sedangkan pada saat melakukan pembebanan biaya dari tiap kelompok


tersebut, biaya yang muncul tersebut diklasifikasikan sesuai dengan kelompok
aktivitasnya, sehingga dalam membebankan biaya sistem ABC dapat
digambarkan dengan dua tahapan, yaitu :
a. Aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi keinginan customer mengkonsumsi
sumber daya dalam sejumlah uang tertentu.
b. Biaya setiap sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap aktivitas harus
dibebankan objek biaya atas dasar unit aktivitas yang dikonsumsi oleh objek
biaya itu sendiri bukan dalam proses produksi.

4. Tahap-tahap Activity Based Costing


Menurut Blocher dkk. (2000 : 123-126) tahap perancangan ABC dibagi dalam
tiga tahap yaitu :
a. Mengidentifikasikan Biaya Sumber Daya dan Aktivitas
Tahap pertama dalam merancang sistem ABC adalah
mengidentifikasikan biaya sumber daya dan melakukan analisis aktivitas.
Biaya sumber daya adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan berbagai
aktivitas. Sebagian besar biaya sumber daya ada dalam subrekening buku
besar, seperti bahan, supplies, pembelian, penanganan bahan, pergudangan,
ruang kantor, mebel, dan peralatan lain, bangunan, peralatan pabrik, utilitas
gaji, dan tunjangan, teknik dan akuntansi.

12
Analisis aktivitas adalah identifikasi dan deskripsi pekerjaan (aktivitas)
dalam organisasi. Analisis aktivitas meliputi pengumpulan data dari dokumen
dan catatan yang ada, dan penelitian/survei dengan menggunakan daftar
pertanyaan, observasi, dan wawancara secara terus-menerus terhadap orang-
orang kunci. Anggota tim proyek ABC biasanya menanyakan hal-hal ini
kepada karyawan atau manajer kunci :
1) Apa pekerjaan/aktivitas yang Anda lakukan?
2) Berapa waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?
3) Apa sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?
4) Nilai apa yang dimiliki oleh aktivitas tersebut bagi perusahaan?
Tim proyek ABC juga mengumpulkan data aktivitas dengan cara
melakukan observasi dan membuat daftar aktivitas/pekerjaan yang dilakukan.
Proses pemanufakturan mempunyai empat kategori aktivitas:
1) Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi
setiap satu unit produk. Contoh aktivitas berlevel unit (berdasarkan volume
atau unit) adalah pemakaian bahan, pemakaian jam kerja langsung,
memasukkan komponen, inspeksi setiap unit, dan aktivitas menjalankan
mesin.
2) Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch
atau kelompok produk. Aktivitas berlevel batch dilakukan setiap satu batch
ingin diproduksi. Contoh aktivitas berlevel batch adalah setup, mesin,
pemesanan pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi untuk setiap batch
dan penanganan bahan.
3) Aktivitas untuk mendukung produk. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk
mendukung produksi produk yang berbeda. Contoh aktivitas untuk
mendukung produk adalah merancang produk, administrasi suku cadang,
penerbitan formulir pesanan untuk mengubah teknik rekayasa dan
ekspedisi.
4) Aktivitas untuk mendukung fasilitas. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk
mendukung produksi secara umum. Contoh aktivitas ini adalah keamanan,

13
keselamatan kerja, pemeliharaan, manajemen pabrik, depresiasi pabrik dan
pembayaran pajak properti.
b. Membebankan Biaya Sumber Daya ke Aktivitas
Aktivitas menimbulkan biaya sumber daya. Driver sumber daya
(Resources driver) digunakan untuk membebankan biaya sumber daya ke
aktivitas. Kriteria penting untuk memilih cost driver yang baik adalah hubungan
sebab akibat. Driver sumber daya biasanya meliputi:
1) meter untuk utilitas
2) jumlah tenaga kerja untuk aktivitas yang berkaitan dengan penggajian
3) jumlah setup untuk aktivitas setup mesin
4) jumlah pemindahan untuk aktivitas penanganan bahan
5) jam mesin untuk aktivitas menjalankan mesin dan
6) luas lantai untuk aktivitas kebersihan.

c. Membebankan Biaya ke Objek Biaya


Jika aktivitas sudah diketahui, selanjutnya perlu untuk mengukur biaya
aktivitas per unit. Hal ini dilakukan dengan cara mengukur biaya per unit untuk
output yang diproduksi oleh aktivitas tersebut. Perbandingan selama beberapa
waktu dengan organisasi lain dapat digunakan untuk menentukan efisiensi
(produktivitas) untuk aktivitas-aktivitas tersebut.
Output merupakan objek biaya yang membutuhkan aktivitas, output
untuk sebuah sistem biaya, biasanya berupa produk, jasa, pelanggan, proyek,
atau unit bisnis. Contohnya, dalam perusahaan asuransi, output dapat berupa
produk atau jasa individual yang ditawarkan kepada pelanggan, pelanggan,
agen asuransi atau divisi yang menerima manfaat dari sumber daya
perusahaan.
Driver aktivitas digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek
biaya. Driver aktivitas biasanya berupa jumlah pesanan pembelian, jumlah
laporan penerimaan barang, jumlah laporan, atau jam inspeksi, jumlah suku
cadang yang disimpan, jumlah pembayaran, jam kerja langsung, jam mesin,
jumlah setup dan waktu siklus produksi.

14
5. Manfaat Activity Based Costing
Manfaat dari sistem ABC adalah sebagai berikut:
a. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik.
b. Pembuatan keputusan yang lebih baik.
c. Perbaikan proses (process improvement).
d. Estimasi biaya.
e. Penentuan biaya kapasitas tak terpakai.
Activity Based Costing sistem menurut Mulyadi (2003:94) mempunyai berbagai
manfaat berikut ini:
1. Menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh
perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer.
2. Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis
aktivitas (activity-based budget).
3. Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana
pengurangan biaya.
4. Menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan.

6. Keunggulan Sistem Activity Based Costing


Nurhayati (2004) menjelaskan beberapa keunggulan dari sistem biaya
Activity based Costing (ABC) dalam penentuan biaya produksi adalah sebagai
berikut:
a. Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur
teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang
signifikan dari total biaya.
b. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang
modern, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang.
Analisis system biaya ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua aktivitas
sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.

15
c. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya
(activities cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi
aktivitas.
d. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya
dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang
tidak menambah nilai terhadap produk.
e. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang
modem dengan menggunakan banyak pemicu biaya (multiple Cost Drivers),
banyak dari pemicu biaya tersebut adalah berbasis transaksi (transaction-
based) dari pada berbasis volume produk. 
f. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari
biaya produk variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang
relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik.
g. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses,
pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk. Sistem
ABC ini akan menghilangkan aktivitas-aktivitas dan waktu yang tidak memiliki
nilai tambah pada proses pembuatan suatu produk. Waktu yang tidak bernilai
tambah tersebut adalah waktu pindah, waktu inspeksi, dan waktu tunggu.

16
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dalam operasi suatu perusahaan, manajemen biaya sangat penting terutama
dalam konsep perhitungan biayanya. Biaya dibagi menjadi dua, yaitu biaya
produksi dan nonproduksi. Perhitungan biaya-biayanya dibentuk untuk
menyajikan laporan keuangan bagi pihak eksternal. Laporan keuangan
manajemen biaya didasarkan atas dua faktor, yaitu keakuratan dan ketepatan
waktu.
2. Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang
mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan
mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari
aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk
berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang
produk yang bersangkutan.
3. Kelemahan Akuntansi Biaya Tradisional secara umum yaitu banyak hal-hal yang
tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen.
Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat
harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut
hanya memberikan laporan manajemen dengan menunjukkan dimana biaya
dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang menimbulkan biaya.
4. Adapun Keunggulan ABC yaitu:
a. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus
mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya
mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan
memfokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana
benar-benar mahalnya proses manufakturing, yang pada akhirnya dapat
memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan
mengurangi biaya.
b. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan. 
c. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran
kompetitif yang lebih wajar. 

17
d. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis
yang lebih akurat mengenai volume, yang 21dilakukan untuk mencari break
even atas produk yang bervolume rendah.
e. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen
dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola
keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.

B. SARAN
Perusahaan-perusahaan di Indonesia akan lebih maju lagi jika mengimplementasikan
ABC maupun ABM System, mengingat betapa bagusnya pengggunaan metode ini
dibandingkan dengan metode perhitungan tradisional. Perusahaan-perusahaan di
Indonesia alangkah baiknya dapat menggunakan metode yang tepat dalam melakukan
perhitungan biaya yaitu dengan menerapkan sistem ABC ini.

18
DAFTAR PUSTAKAN
ala_tiara, Manajemen Biaya http://tiaraps.blogspot.com/2014/03/makalah-konsep-
dasar-manajemen-biaya.html 12 Maret 2014  9:26 PM 

Edward J. Blocher, dkk. 2013. Manajemen Biaya : Penekanan Strategis. Jakarta.


Salemba Empat.

Tyaasstyas.blogspot.com

http://claudiadhe.blogspot.com/2012/10/manajemen-biaya.html

http://emperordeva.wordpress.com/about/prinsip-prinsip-sistem-informasi-manajemen-
sim/

http://www.slideshare.net/ateutiarasari/savedfiles?s_title=pertemuan-2-konsep-dasar-
manajemen-biaya&user_login=yasirafandy

http://sarjana-manajemen.blogspot.com/2017/06/actuvity-based-costing.html

diposting Friday 23 Juni 2017

sarjana-manajemen.blogspot.co.id

19

Anda mungkin juga menyukai