Anda di halaman 1dari 10

PERANCANGAN SISTEM MONITORING KERUSAKAN MESIN DENGAN

PEMISAHAN BANYAK SUMBER SUARA MENGGUNAKAN INDEPENDENT


COMPONENT ANALYSIS (ICA)

Design of Machines Fault Monitoring With Sound Separation Using Independent Component Analysis (ICA)
1 2 3
Devi Anggraini Achmad Rizal, ST., MT. Suryo Adhi Wibowo, ST., MT.
1,2,3
Fakultas Teknik Elektro – Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi, Dayeuh Kolot Bandung 40257 Indonesia
1 2
devz.dep@gmail.com achmadrizal@telkomuniversity.ac.id 3 suryoadhiwibowo@telkomuniversity.ac.id

ABSTRAK
Dalam proses produksi di industri, pemeliharaan mesin-mesin produksi adalah hal yang sangat penting.
Pemeliharaan kondisi mesin di industri membutuhkan kecepatan dan kemudahan, salah satu metodenya adalah
dengan analisis getaran (analisis vibrasi). Getaran mesin menyebabkan pola suara yang diemisikan mesin,
dimana suara mesin yang satu bercampur dengan suara mesin yang lainnya. Perubahan getaran mesin akan
mengakibatkan perubahan pola suara yang diemisikan mesin.
Pada Tugas Akhir ini dilakukan perancangan sistem monitoring dan pendeteksian kerusakan mesin dengan
pemisahan sinyal suara yang berasal dari banyak sumber suara pada mesin. Beberapa suara motor direkam
secara bersamaan melalui microphone array (beberapa mikrofon yang disusun). Setiap mikrofon menerima
sinyal suara dari beberapa motor tersebut, sehingga sinyal output dari tiap mikrofon merupakan sinyal campuran.
Pemisahan sinyal campuran tersebut dilakukan dengan menggunakan Blind Source Separation (BSS) dengan
metode Independent Component Analysis (ICA) dan algoritma FastICA. Pada penelitian sebelumnya, digunakan
algoritma natural gradient, tetapi dalam penerapannya masih memiliki beberapa kelemahan.
Untuk memisahkan sinyal campuran digunakan metode ICA dengan pendekatan dari domain waktu (Time
Domain ICA-TDICA), pendekatan domain frekuensi (Frequency Domain-FDICA), gabungan keduanya secara
bertahap (Multistage ICA-MSICA), serta FastICA. Hasil dalam Tugas Akhir ini yaitu dengan menggunakan
algoritma FastICA didapatkan performansi sistem yang lebih baik ditandai dengan nilai parameter performansi
SNR yang tinggi.

Kata kunci: ICA, FastICA, sinyal suara, deteksi kerusakan.

ABSTRACT
In the process of industrial production, the maintenance of production machinery is very important. Maintenance
of machinery conditions in industry requires speed and ease, one of the methods is the analysis of vibration.
Machine vibration causes the machine emitted sound pattern, wherein the engine sound mixes with the sound of
the other machines. The change of machine vibration will cause the change of emitted sound machine pattern.
In this final project, a system for monitoring and detection of fault of the machines is designed with the
separation of sound signals from many sources on the machines. Some motor sounds are recorded
simultaneously through microphone array (multiple microphones arranged). Each microphone receives sound
signals from some of the motors, so that the output of each microphone signal is mixed signal. Separation of
mixed signals is done by using Blind Source Separation (BSS) with Independent Component Analysis (ICA)
method and FastICA algorithm. In previous study, using the natural gradient algorithm, but the application still
has some drawbacks.
To separate mixed signals, using ICA method with the approach of Time Domain ICA (TDICA), the approach of
Frequancy Domain ICA (FDICA), combination of both gradually (Multistage ICA-MSICA), and FastICA. The
result in this final project by using FastICA algorithm obtained a better system performance, characterized by the
high SNR value.

Keywords: ICA, FastICA, sound signal, fault detection.

1. Pendahuluan terjadinya kerusakan pada mesin, karena sinyal


Monitoring dan pendeteksian kerusakan pada mesin suara juga memiliki parameter yang sama seperti
bermotor di pabrik dengan menggunakan analisis sinyal getaran. Menggunakan analisis sinyal suara,
getaran (vibrasi), merupakan metode yang saat ini biasa memiliki beberapa keunggulan daripada analisis
dipakai oleh kalangan industri. Analisis getaran ini getaran. Diantaranya, mempermudah pengukuran
menganalisis pola getaran berdasarkan beberapa karena tidak harus menempelkan langsung sensor
parameter, yaitu amplitudo, frekuensi, dan fasa. Jika getaran (accelerometer) ke badan mesin yang
timbul perubahan getaran, maka suara yang diemisikan mempunyai suhu dan getaran yang tinggi. Selain
mesin ikut berubah dan ini bisa menjadi indikasi itu, efektif dan efisien karena bisa memantau

1
kondisi mesin secara kontinyu dan terus-menerus, atau
sedang pada analisis getaran hanya dilakukan n
pengukuran setiap periode tertentu, sehingga bila ada x   ai si (2.3)
kerusakan di luar periode, analisis getaran tidak bisa i 1
mendeteksi kerusakan mesin.
Blind Source Separation (BSS) adalah teknik Persamaan (2.2) di atas dikenal sebagai
memisahkan sinyal yang lazim dipakai pada model dari Independent Component Analysis
telekomunikasi nirkabel, untuk memisahkan antara (ICA). Model tersebut bersifat general. Komponen
pengguna satu dengan yang lain agar pesan tidak salah independen s, merupakan komponen laten, dimana
alamat. Secara garis besar, BSS merupakan teknik komponen tersebut tidak dapat langsung diamati.
untuk memisahkan penggabungan sinyal output tanpa Matriks pencampur A, juga tidak diketahui, hanya
mengetahui karakteristik dan jumlah sumbernya. sinyal yang terukur saja, x, yang diketahui.
Berdasarkan statistik sinyal masukan (independensi) Komponen A dan s diestimasi dari sinyal terukur x
maka dapat ditentukan komponen-komponen sinyalnya. tersebut.
Metode analisis komponen independen (Independent Tujuan dari metode ICA adalah mencari
Component Analysis – ICA) sering digunakan untuk sinyal estimasi y. Bila persamaan (2.3) di atas
menyelesaikan permasalahan BSS. ditulis dalam bentuk matriks dua dimensi, maka:
Pada Tugas Akhir ini, dirancang sebuah sistem    
 x1   A11 A12   s1   y1  W11 W12   x1 
monitoring dan pendeteksian kerusakan mesin yang       *    dan       *   
berbasis pemisahan sinyal suara yang berasal dari
 x2   A21 A22   s2   y2  W21 W22   x2 
banyak sumber suara pada mesin dengan menggunakan
microphone array sebagai perekamnya. Pemisahan (2.4)
sinyal campuran tersebut dilakukan dengan
menggunakan Blind Source Separation (BSS) dengan Sehingga sinyal estimasi dapat dinyatakan:
metode Independent Component Analysis (ICA). Pada y = Wx (2.5)
penelitian sebelumnya, digunakan algoritma natural dimana W= A-1.
gradient dalam pemisahan sinyal suara tercampur, Permasalahan utama metode ICA adalah
tetapi masih memiliki beberapa kelemahan sehingga di mencari model filter linear W, dimana W
sini akan digunakan algoritma FastICA karena lebih merupakan invers dari matriks pencampur A.
cepat konvergen. Ketepatan pemilihan model filter ini akan
mempengaruhi kualitas pemisahan sinyal. Beberapa
2. Dasar Teori metode optimasi untuk mencari nilai W ini akan
2.1 Independent Component Analysis (ICA) dijelaskan kemudian.
2.1.1 Teori ICA[4] Unknown mixing system Separation system

Prinsip dari metode ICA adalah menghitung


secara implisit matriks campuran dari sinyal sehingga X
dapat ditemukan kembali estimasi sinyal yang S m A n W m
y
diinginkan. ICA merupakan suatu teknik perhitungan
statistik untuk menemukan faktor-faktor tersembunyi
yang mendasari sekumpulan variabel random, Gambar 2.1 Blok Diagram Model ICA
pengukuran, atau sinyal-sinyal. Salah satu aplikasi
metode ICA yaitu digunakan untuk memisahkan sinyal-
sinyal tercampur yang berasal dari sumber yang saling 2.1.2 Ambiguitas ICA[6]
bebas statistik. Asumsi pengamatan dilakukan pada n Dalam Algoritma ICA terdapat beberapa hal
linier pencampuran x1, x2, ..., xn dari n komponen bersifat ambigu yang muncul, yaitu:
bebas. 1. Variansi dan energi tidak dapat ditentukan
Bila ada sumber-sumber yang saling bebas satu Setiap sinyal memiliki suatu nilai
sama lain (independent) tercampur, maka komponen variansi tertentu yang menyatakan tingkat
terukur sensor dalam domain waktu dapat dimodelkan energi sinyal tersebut, begitu juga dengan
sebagai: sinyal asli pembentuk mixed signal. ICA
x j (t )  a j1s1 (t )  a j 2 s2 (t )  ...  a jn sn (t ) memungkinkan proses pemisahan sejumlah
(2.1) komponen bebas dari suatu sinyal (2.1)tercampur,
Persamaan di atas apabila ditulis dalam bentuk vektor- namun ICA tidak dapat menentukan nilai
matriks maka menjadi: variansi sinyal asli. Hal ini disebabkan karena
pada saat perekaman data akan terdapat faktor
x = As (2.2) bebas skalar yang menyebabkan pelemahan
atau penguatan sinyal hasil rekaman, sehingga
nilai variansi sinyal asli tidak dapat ditentukan
melalui proses ICA.

2
2. Urutan Independent Component tidak dapat sehingga didapatkan vektor data baru
ditentukan dengan karakteristik:
Komponen bebas yang dihasilkan melalui  antara baris yang satu dan baris
kalkulasi ICA dapat berubah-ubah urutannya, hal yang lainnya tidak saling
ini jelas ketika proses simulasi ICA dilakukan. berkorelasi
 memiliki variasi yang sama
2.1.3 Optimasi ICA[6][7]  kovariansi matriks = matriks
Ada beberapa algoritma ICA yang digunakan. identitas [I]
3. PCAmat
Masing-masing algoritma memiliki kelebihan satu sama
PCAmat adalah proses yang
lain, dan dari tahun ke tahun algoritma ini terus
ditujukan untuk
disempurnakan. Beberapa algoritma untuk optimasi
ICA adalah sebagai berikut: mengurangi/meminimalkan jumlah
1. Infomax redudancy/pengulangan yang terjadi
Algoritma infomax mendekati model ICA di dalam data yang diobservasi.
Sehingga data yang diolah benar-
berdasarkan fungsi non-linear.
benar data yang tidak mengandung
2. Natural Gradient
pengulangan. Pembuangan data
Amari, Chicocki, dan Yang (1996)
mengusulkan untuk memodifikasi besar redundan oleh PCAmat hanya
pembobotan filter pemisah pada algoritma Infomax. didasarkan pada sifat korelasi antara
elemen-elemen yang terdapat di
Algoritma ini lebih cepat konvergen daripada
dalam data tersebut.
infomax.
b. Processing FastICA
3. FastICA
Pada ICA, setiap sinyal yang
FastICA merupakan suatu algoritma yang
ditujukan untuk melakukan proses ekstraksi ditangkap/direkam merupakan hasil dari
berdasarkan algoritma ICA. Algoritma FastICA ini suatu fungsi linier. Dengan menganggap
bahwa Si bebas statistika, maka invers dari
dikenal lebih cepat konvergen dari algoritma-
persamaan x=As dapat ditulis:
algoritma sebelumnya. Algoritma FastICA
S=Wx (2.7)
memodelkan ICA dengan pendekatan non-
dimana W adalah matriks invers dari
gaussianity yang didasarkan pada negentropy
dengan iterasi titik tetap (fixed-point). Algoritma ini matriks pencampur A. Jika y adalah salah
dapat pula didekati dengan iterasi Newton yang satu nilai komponen bebas dari mixed
signal, atau y = WTx dan wi merupakan
menghasilkan persamaan yang sama pula. Aturan
salah satu komponen baris dari matriks
pembobotan filter pemisah pada algoritma FastICA
invers A, maka y adalah salah satu
ditentukan dengan:
komponen bebas dari X. Permasalahan
yang dihadapi sekarang adalah bagaimana
cara untuk mendapatkan wi yang memiliki
nilai yang sama dengan salah satu baris
dari vektor A. Untuk melihat konsep dasar
(2.6)
ICA, persamaan y = WTx = dituliskan
dimana fungsi g merupakan turunan dari fungsi kembali menjadi z = ATx, sehingga
kontras. didapatkan y = WTx = WTAs = zTs.
Terlihat bahwa y merupakan kombinasi
Proses FastICA[5] terbagi menjadi dua, yaitu pre-
linear dari s dengan weightened factor.
processing dan processing.
Karena jumlah dari dua komponen bebas
a. Pre-processing FastICA
atau lebih memiliki sifat gaussian yang
1. Remmean
Remmean atau centering adalah lebih besar dari sinyal asli s, maka zTs
tahapan pre-proses yang dilakukan untuk lebih gaussian dari semua komponen s
yang ada, dan nilai gaussian zTs akan
membuang mean/removing mean, m=E.
semakin kecil dan mendekati nilai s jika
Pada tahapan ini, data input diolah
zTs mendekati atau sama dengan salah satu
sehingga didapatkan matriks rata-
variabel bebas s. Berdasarkan hal ini, nilai
rata/mean. Matriks pusat inilah yang
kemudian akan diolah ke tahapan dari vektor W dapat dicari dengan cara
selanjutnya, sedangkan matriks rata-rata memaksimalkan gaussianity nilai WTx.
akan ditambahkan saat algoritma ICA
2.2 Microphone Array[1][5]
telah selesai dilakukan.
Mikrofon merupakan transduser yang
2. Whitenv
Setelah proses remmean, tahapan mengubah sinyal suara menjadi sinyal listrik.
pre-proses selanjutnya adalah whitenv. Pembagian jenis mikrofon dapat digolongkan
Pada tahapan ini data ditransformasikan

3
menjadi beberapa macam berdasarkan bahannya, dimana,
keterarahannya, dan fungsinya. 0  2 fi (2.10)
Microphone array merupakan sekumpulan
mikrofon yang terhubung menjadi satu kesatuan untuk Maka didapat:
menerima serta mentransmisikan sinyal suara. Dengan t 
x(t )  a cos   2 fi (t )dt   
menggunakan susunan mikrofon, maka dapat dicapai 0 (2.11)
seleksi spasial, memperkuat propagasi sumber dari arah Frekuensi sesaat dapat diturunkan dari Short
tertentu dan melemahkan propagasi sumber dari arah Time Fourrier Transform (STFT). STFT
lainnya. merupakan modifikasi dari Trasnsformasi Fourier,
Konsep pemrosesan microphone array dapat yakni teknik memecah suatu sinyal menjadi
diilustrasikan seperti Gambar 2.3. Misalkan dua sumber komponen-komponen sinusoid-nya dalam domain
bunyi s1 dan s2 diletakkan pada jarak r1 dan r2 dari frekuensi. STFT digunakan untuk menganalisa
sepasang mikrofon (m1 dan m2). Jarak antara s1 dan s2 sinyal yang bersifat non-stasioner, membagi
sama panjang terhadap kedua mikrofon (“on-axis”), menjadi bagian-bagian kecil yang diasumsikan
sedang s2 lebih dekat ke mikrofon m2 daripada mikrofon stasioner. Pembagian ini dilakukan dengan fungsi
m1 (“off-axis”). Karena jarak s1 terhadap dua mikrofon window dengan lebar tertentu yang kemudian
adalah sama maka akan diterima oleh kedua mikrofon digeser dan dikalikan dengan sinyal asli untuk
pada fasa yang sama dan kombinasi antar keduanya memperoleh sinyal stasioner yang sempit. Setelah
akan memperkuat sinyal dua kali. Sedangkan jarak antar sinyal-sinyal tersebut dibagi menjadi sinyal-sinyal
sumber s2 dengan kedua mikrofon berbeda sehingga stasioner yang sempit, maka sinyal tersebut
terjadi perbedaan fasa antar keduanya dan kombinasi ditransformasikan dengan Tranformasi Fourier
antar kedua mikrofon akan saling melemahkan. untuk memperoleh STFT.
Perbedaan ini bergantung pada sudut datang (θ) dan Frekuensi sesaat merupakan frekuensi kurva
jarak antar mikrofon (d). sinus yang sesuai dengan sinyal pengukuran. Nilai
frekuensi ini bukan berarti frekuensi dalam cycle
per satuan waktu, karena dalam frekuensi sesaat
ada nilai negatifnya (-∞, ∞). Karena sifat ketidak-
elastisan dan tipe kerusakan yang lain dapat
dianggap berpengaruh terhadap komposisi
frekuensi dari respon, maka frekuensi sesaat ini
diharapkan sangat berguna dalam karakterisasi
kerusakan.

3. Perancangan dan Realisasi Sistem


3.1 Perancangan Sistem
Gambar 2.2 Konsep microphone array Sistem monitoring dan deteksi kerusakan
Susunan sejumlah mikrofon pada dasarnya mesin yang berbasis pemisahan sinyal suara ini
mencuplik medan suara pada titik yang berbeda pada dilakukan dalam beberapa tahap, dimulai dari
suatu ruang. Sebagai akibatnya, pada pemrosesan array proses perekaman multikanal untuk memperoleh
akan terjadi masalah spatial aliasing jika sinyal yang data sinyal suara tercampur. Lalu tahap-tahap
dicuplik sangat lambat. Ketika spatial aliasing terjadi selanjutnya adalah pemisahan sinyal suara
maka array tidak bisa membedakan di antara sudut tercampur, perhitungan frekuensi sesaat untuk
datang untuk frekuensi yang ingin ditangkap dan arah mendeteksi kerusakan mesin berdasarkan analisis
yang tidak diinginkan. Untuk menghindari spatial pola suaranya.
aliasing, maka digunakan aturan:
min
d
2 (2.8)
dimana min adalah panjang gelombang minimum dari
obyek sumber suara (sebanding dengan frekuensi
maksimum).

2.3 Frekuensi Sesaat[2] Gambar 3.1 Skema diagram perancangan system


Suatu sinyal dapat ditampilkan dalam domain
waktu dan domain frekuensi. Pada kedua domain inilah
(waktu-frekuensi) biasanya analisa sinyal dilakukan.
Pada domain waktu suatu sinyal dapat dituliskan
sebagai:
x(t )  a cos 0t
(2.9)

4
X1, X2, X3 = mikrofon/sensor
Aij = sinyal suara dari sumber Si yang diterima oleh
mikrofon Xj (contoh: A11 = sinyal suara dari
sumber S1 yang diterima oleh mikrofon X1)

3.3 Pemisahan Sinyal Suara


Pada proses pemisahan sinyal suara,
digunakan metode Independent Component
Analysis (ICA). Proses ICA diawali dengan
menginputkan sinyal campuran dari tiap-tiap
mikrofon. Sinyal yang sudah dalam bentuk matriks
ini kemudian dicampur (mixing) satu sama lain
untuk menghasilkan matriks campuran dengan orde
gabungan dari sinyal input. Matriks campuran akan
di-sphere untuk mencari arah putar yang tepat.
Setelah melalui proses sphering matriks akan
diputar (rotating) untuk mencapai konvergensi
melalui beberapa kali iterasi. Diagram alir ICA
Gambar 3.2 Flowchart perancangan sistem ditunjukkan oleh Gambar 3.4.
Start
3.2 Perekaman Multikanal
Perekaman sinyal suara mesin bertujuan untuk
memperoleh data suara yang diemisikan motor mesin, Input Data
(x1,x2..xn)
dimana nantinya data ini yang akan diolah.
Proses perekaman dilakukan pada tiap kanal.
Mixing Data
Jumlah sensor yang digunakan harus memenuhi kriteria
mirophone array dimana m ≥ n (m = jumlah
mikrofon/sensor; n = jumlah motor/sumber). Di sini Sphering

digunakan dua sensor-dua sumber, tiga sensor-tiga


sumber, dan empat sensor-tiga sumber. Pada tiap-tiap Rotating
kanal dilakukan proses perekaman secara tidak
simultan/bersamaan dan tiap file disimpan dengan
ekstensi „.wav‟. Mikrofon diletakkan secara spesifik Konvergen

terhadap kondisi salah satu motor, sehingga sinyal yang ya


diterima mikrofon akan lebih kuat pada motor yang
Ouput Data
berada di dekatnya namun tercampur dengan sinyal (y1,y2..yn)
emisi dari motor lainnya.
A11 End

Gambar 3.4 Flowchart ICA


S1 A12
+ x1

A13 Untuk melakukan proses ekstraksi berdasarkan


algoritma ICA, digunakan algoritma FastICA.
A21

A22
+ x2

S2 A23

A31

A32
+ x3

A33

S3

Source Sensor

Gambar 3.3 Blok diagram perekaman multikanal


(contoh: 3 sumber 3 sensor)

Keterangan Gambar 3.3:


S1, S2, S3 = motor/sumber suara Gambar 3.5 Diagram alur proses FastICA

5
Tahap awal yaitu pre-processing, bertujuan Start
untuk meningkatkan kemampuan ICA dalam
mengestimasi matriks dekomposisi agar kualitas output
X(t)
yang akan dihasilkan algoritma ICA dapat ditingkatkan.
Tahap ini terdiri atas 3 bagian, yaitu remmean, whitenv,
dan PCAmat. STFT
Pada tahap remmean (centering), data input
diolah sehingga didapatkan matriks rata-rata/mean.
Ekstrak Peak
Matriks pusat inilah yang kemudian akan diolah ke Magnitude
tahapan selanjutnya, sedangkan matriks rata-rata akan
ditambahkan saat algoritma ICA telah selesai dilakukan.
Setelah proses remmean, tahapan selanjutnya Interpolasi
adalah whitenv. Pada tahapan ini data ditransformasikan
sehingga didapatkan vektor data baru dengan beberapa
IF
karakteristik yaitu antara baris yang satu dan baris yang
lainnya tidak saling berkorelasi, memiliki variasi yang
End
sama, dan kovariansi matriks = matriks identitas [I].
Tahap selanjutnya adalah PCAmat yaitu proses Gambar 3.6 Flowchart perhitungan frekuensi
yang ditujukan untuk mengurangi/meminimalkan sesaat
jumlah redudancy/pengulangan yang terjadi di dalam
data yang diobservasi sehingga data yang diolah benar- 3.5 Parameter Performansi
benar tidak mengandung pengulangan. Untuk mengukur tingkat performansi sistem,
Setelah tahap pre-processing, maka dilanjutkan ke tentunya diperlukan perhitungan terhadap
tahap processing yaitu proses ICA itu sendiri. Pada parameter yang bisa menunjukkan performansi
ICA, ekstraksi sinyal tidak hanya dilakukan berdasarkan yang dicapai oleh sistem. Di sini dipakai parameter
nilai korelasinya, namun juga faktor-faktor lainnya. SNR atau Signal-to-Noise Ratio. SNR adalah
Data diasumsikan memiliki sifat non-gaussian dan perbandingan antara daya sinyal yang diinginkan
tanpa asumsi ini, proses ICA tidak mungkin dilakukan. terhadap daya noise yang diterima pada suatu titik
pengukuran. SNR digunakan untuk menunjukkan
3.4 Perhitungan Frekuensi Sesaat tingkat kualitas sinyal penerimaan, dimana semakin
Setelah dilakukan pemisahan sinyal, maka sinyal besar harga SNR maka kualitas akan semakin baik.
estimasi yang diperoleh digunakan untuk mendeteksi Satuan SNR adalah dB.
kerusakan mesin dengan metode frekuensi sesaat yang 𝑆𝑁𝑅 =
Daya sinyal informasi
(3.2)
dapat ditelusuri dari spectrogram (time-frequency Daya sinyal 𝑛𝑜𝑖𝑠𝑒
representation) sinyal. Spectrogram menunjukkan
besarnya nilai amplitudo untuk setiap frekuensi sinyal 4. Analisis Dan Pengujian
pada tiap waktu pengukuran. 4.1 Pengujian Sistem
Perhitungan frekuensi sesaat menggunakan Data pengujian terdiri dari 4 jenis data
perhitungan Short Time Fourier Transform (STFT) rekaman yaitu:
yaitu dengan cara membagi sinyal x(t) menjadi 1. Bearing-Normal-Misalignment
beberapa segmen. Frekuensi sesaat ini diperoleh dengan 2. Bearing-Unbalance-Misalignment
menurunkan fasa dari sinyal terhadap waktu. Untuk 3. Bearing-Unbalance-Normal
mengetahui fasa dari suatu sinyal, maka perlu diketahui 4. Misalignment-Unbalance-Normal
bentuk sinyal analisanya. Turunan dari fasa ini dapat Masing-masing data terdiri dari 3 file
ditentukan dengan persamaan: rekaman yang merepresentasikan 3 mic saat

1 s(t ) perekaman.
H [ s(t )]   dt
  t   (3.1) 4.2 Pemisahan Sinyal Suara
Frekuensi sesaat yang ditelusuri adalah frekuensi Untuk memisahkan sinyal campuran ini,
sesaat yang memiliki amplitudo terbesar, sehingga digunakan metode ICA dengan pendekatan dari
diperoleh frekuensi sesaat yang mewakili frekuensi domain waktu (Time Domain ICA-TDICA),
dominan (frekuensi fundamental) dari sinyal. Hasilnya pendekatan domain frekuensi (FDICA), gabungan
berupa spectrogram dengan garis-garis tunggal yang keduanya secara bertahap (Multistage ICA-
menunjukkan frekuensi dengan amplitudo yang lebih MSICA), serta Fast ICA. Hasil pemisahan sinyal
besar dari treshold yang telah ditentukan. suara mesin dengan beberapa metode ICA dapat
Selanjutnya dilakukan interpolasi hasil dijabarkan pada sub-bab berikut.
penelusuran agar diperoleh hasil frekuensi sesaat yang
lebih baik, sehingga frekuensi fundamentalnya akan
terlihat lebih jelas.

6
4.2.1 Time Domain ICA (TDICA)
10
Analisa dasar suatu sinyal dapat dilakukan dalam
domain waktu (time-series). Pada domain ini 5

ditampilkan informasi besarnya amplitudo sinyal tiap 0


waktu sampel. Time domain ICA (TDICA) memisahkan -5
sinyal dalam domain waktu. Pada percobaan pertama
-10
dengan dua mikrofon-dua motor dikondisikan motor 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
4
dalam keadaan bearing fault dan misalignmnet. x 10

Berdasarkan perekaman baseline penelitian dengan 10

single mic diperoleh sinyal asli dan campurran dari 5


kondisi bearing fault dan unbalance dalam domain 0
waktu sebagai berikut:
-3 -5
x 10
2
-10
1 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
4
0
x 10

-1 Gambar 4.3 Sinyal Estimasi TDICA


-2
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5

-4
4
x 10 Untuk mengidentifikasi apakah sinyal
x 10
4 tersebut adalah sinyal dari bearing fault atau
2 misalignment sulit dianalisa dari domain waktu.
0 Pola frekuensi sesaat digunakan untuk identifikasi
-2 sinyal dan menghasilkan diagram seperti pada
-4 Tabel 4.5. Dari pola frekuensi sesaat terlihat bahwa
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
4
x 10 sinyal bagian atas adalah sinyal dari bearing fault
Gambar 4.1 Sinyal Asli Kondisi Bearing Fault dan dan sinyal bagian bawah merupakan sinyal kondisi
Misalignment misalignment. Kuantitas hasil pemisahan sinyal
-3 suara dalam domain waktu (TDICA) ini dapat
x 10
2 ditunjukkan pada tabel di bawah.
1

0
Tabel 4.1 Kondisi dan Kualitas TDICA
Parameter Nilai
-1
Besar Langkah 0.000001
-2
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 Blok Proses 30
4

-3
x 10 Jumlah Iterasi 100
x 10
1 Angle 0.2
0.5
SNR -4.6321
0
4.2.2 Frequency Domain ICA (FDICA)
-0.5
Analisa dalam domain waktu terkadang
-1
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
kurang bisa memberikan informasi yang
x 10
4 terkandung dalam suatu sinyal. Begitu juga dalam
Gambar 4.2 Sinyal Campuran tiap mikrofon pemisahan sinyal dengan metode ICA. Maka,
pemisahan dalam domain frekuensi menjadi
Hasil pemisahan sinyal dengan TDICA adalah sebagai alternatif, dan secara matematik lebih mudah
berikut: karena hanya melibatkan perkalian dot product.
Untuk merubah sinyal dalam domain waktu
menjadi domain frekuensi, sinyal ditransformasikan
dengan fourier transform dan secara komputasi
dilakukan dengan FFT (fast fourier transform).
Hasil dari FDICA berupa sinyal estimasi dalam
domain frekuensi, sehingga perlu ditransformasi
balik dalam domain waktu dengan IFFT (Inverse
FFT). Sinyal estimasi ini dicari pola frekuensi
sesaatnya untuk identifikasi sinyal.

7
Tabel 4.2 Kondisi dan Kualitas FDICA 4.2.5 FastICA
Parameter Nilai Selanjutnya, FastICA dilakukan untuk
Besar Langkah 0.000001 dibandingkan dengan teknik ICA yang lain.
Blok Proses 30 Hasil pemisahan sinyal suara mesin dengan
Jumlah Iterasi 100 FastICA untuk nilai parameter yang sama dengan
Angle 1,4 metode sebelumnya dapat ditunjukkan pada tabel di
SNR (dB) 11.9272 bawah ini:

4.2.3 Time-Frequency ICA (MSICA 1) Tabel 4.5 Kondisi dan Kualitas FastICA
Pemisahan sinyal suara mesin dengan metode Parameter Nilai
ICA pada kedua domain waktu dan frekuensi telah Besar Langkah 0.000001
berhasil dilakukan dan diketahui hasil pemisahannya. Blok Proses 30
Pengembangan pendekatan tersebut adalah dengan Jumlah Iterasi 100
menggabungkan pemisahan dalam domain waktu dan SNR 26,667
frekuensi sekaligus secara bertahap (Multistage ICA –
MSICA). Pada tahap pertama pengembangan ini 4.3 Perhitungan Frekuensi Sesaat
(MSICA 1), TDICA dilakukan terlebih dahulu daripada Pada sub-bab ini data yang ditampilkan
FDICA. Ouput dari TDICA menjadi input bagi TDICA dapat digolongkan menjadi dua jenis diagram atau
dan sinyal estimasi dari TDICA akan dicari pola grafik, yakni spektrogram sinyal dan frekuensi
frekuensi sesaatnya. Dengan menggunakan nilai sesaatnya. Spektrogram menggambarkan sinyal
parameter yang sama dengan sebelumnya diperoleh dalam domain waktu-frekuensi. Diagram ini
sinyal estimasi dengan pola dan kualitas. memperlihatkan perbedaan warna yang
Untuk kondisi besar langkah, blok proses dan menunjukan besarnya amplitudo (dB SPL) tiap
jumlah iterasi yang sama, MSICA 1 menghasilkan frekuensi waktu. Pola warna biru mewakili
konvergensi yang lebih baik dari metode-metode amplitudo yang rendah sedang pola garis merah
sebelumnya. mewakili amplitudo tinggi.
Pola frekuensi sesaat menggambarkan
Tabel 4.3 Kondisi dan Kualitas MSICA 1 perubahan fekuensi tiap sampel waktu. Grafik atau
Parameter Nilai diagram ini berupa titik-titik serta garis, dimana
Besar Langkah 0.000001 titik-titik yang terhubung terus sepanjang waktu
Blok Proses 30 membentuk garis lurus menunjukkan frekuensi
Jumlah Iterasi 100 dominan dari kondisi tersebut. Pola frekuensi sesaat
Angle TDICA 0.0 ini diperoleh dengan menurunkan fasa sinyal
Angle FDICA 0.0 terhadap waktu.
SNR 12.6752 Identifikasi sinyal estimasi terhadap sinyal
asli yang telah dilakukan sebelumnya mengacu
4.2.4 Frequency-Time ICA (MSICA 2) pada pola frekuensi sesaat kedua sinyal tersebut.
Pada pendekatan multi tahap selanjutnya, FDICA Untuk menentukan bahwa pola frekuensi sesaat
dilakukan terlebih dahulu terhadap TDICA. Sinyal input sinyal tersebut adalah bearing fault atau unbalance
dalam domain waktu ditransformasi fourier dalam maka perlu ditelusuri pola frekuensi sesat sinyal
domain fekuensi. Sinyal estimasi output FDICA juga asli (baseline penelitian). Penelusuran frekuensi
dalam domain frekuensi dan ditransformasi balik (IFFT) sesaat dari empat kondisi motor tersebut adalah
ke dalam domain waktu untuk di-inputkan pada sebagai berikut:
TDICA. Output dari TDICA berupa sinyal estimasi  Kondisi Normal
akhir dalam domain waktu. 3000
Hasil pemisahan sinyal suara mesin dengan
MSICA 2 untuk nilai parameter yang sama dengan 2500

metode sebelumnya dapat ditunjukkan pada tabel di


bawah ini. 2000
Frequency (Hz)

Tabel 4.4 Kondisi dan Kualitas MSICA 2 1500

Parameter Nilai
1000
Besar Langkah 0.000001
Blok Proses 30
500
Jumlah Iterasi 100
Angle FDICA 1,4 0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Angle TDICA 0,3 Time (s)
SNR 22.9999
Gambar 4.4 Pola Frekuensi Sesaat Sinyal
kondisi Normal

8
Pada spektrogram kondisi normal terlihat pola 3000
garis gelap pada frekuensi rendah. Pola ini terlihat
kembali di sekitar frekuensi 1000 Hz, 1700 Hz, serta 2500
2600 Hz. Untuk mencari nilai numerik frekuensi
tersebut maka spektrogram diubah menjadi diagram 2000

Frequency (Hz)
pola frekuensi sesaat yang menunjukkan lebih detil nilai
frekuensi fundamentalnya. Dari penelusuran frekuensi 1500

sesaat akan didapat satu atau beberapa frekuensi


fundamental, frekuensi tersebut dikarakterisasi sebagai 1000

frekuensi mesin pada kondisi normal.


 Kondisi Unbalance 500

Pada kondisi unbalance terlihat spektrogram 0


mulai berubah warna menjadi lebih merah. Hal ini 0 0.5 1 1.5 2 2.5
Time (s)
3 3.5 4 4.5

mengindikasikan peningkatan ampitudo dari


kondisi normal. Sedangkan penelusuran frekuensi Gambar 4.6 Frekuensi Sesaat Sinyal Kondisi
sesaat menghasilkan perubahan yang tidak Misalignment
mencolok dibandingkan kondisi normal.
3000  Kondisi Bearing Fault
3000
2500

2500
2000
Frequency (Hz)

2000
Frequency (Hz)

1500
1500

1000
1000

500
500

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Time (s) Time (s)

Gambar 4.5 Pola Frekuensi Sesaat Sinyal Kondisi Gambar 4.7 Pola Frekuensi Sesaat Sinyal
Unbalance Kondisi Bearing Fault

Pada kondisi unbalance ini didapatkan Kondisi Bearing Fault atau kerusakan
frekuensi fundamental yang rendah yakni di sekitar bearing diberikan dengan merusak rumah
50 Hz, 360 Hz, 1700 Hz dan 1900 Hz. Frekuensi penahan ball bearing atau disebut ball cage.
2600 Hz yang sebelumnya tampak pada kondisi Kerusakan ini mengakibatkan pergerakan
normal mulai tidak tampak pada kondisi unbalance bearing yang dapat merusak mesin/motor.
ini. Kondisi unbalane pada penelitian ini dilakukan Hasil citra spektrogram menunjukkan warna
dengan penambaham masa 25 gr pada impeler yang paling gelap daripada ketiga spektrogram
motor/pompa. pada kondisi sebelumnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada kondisi ini suara
 Kondisi Misalignment mesin cenderung bertambah keras. Frekuensi
Pada kondisi misalignment, motor fundamental pada kondisi ini cenderung
diletakkan dengan posisi miring 30o dari kondisi dominan pada frekuensi-frekuensi rendah
normal. Spektrogram yang didapatkan masih mirip dengan amplitudo tinggi pada 70 Hz, 260 Hz,
dengan kondisi normal namun terjadi peningkatan 350 Hz dan 586 Hz.
amplitudo dan juga frekuensi fundamental baru di
sekitar 5200 Hz dan 5300 Hz. 5. Kesimpulan Dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil implementasi, pengujian,
dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kualitas pemisahan sinyal suara meningkat
dengan metode FastICA dilihat dari nilai SNR
yang meningkat yaitu 26,667 dB.
2. Dapat dideteksi masing-masing jenis kerusakan
dengan melihat pola frekuensi sesaat tiap-tiap
kerusakan.

9
5.2 Saran
Saran yang dapat digunakan untuk
perkembangan penelitian Tugas Akhir selanjutnya,
yaitu:
1. Pengembangan metode ekstraksi ciri lain yang
dapat meningkatkan akurasi.
2. Tugas Akhir ini juga dapat dikembangkan
menggunakan SMS Gateway untuk proses yang
lebih real time.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Atmaja, B.T. Tugas Akhir. 2009. Pemisahan


Banyak Sumber Suara Mesin dari Microphone
Array dengan Metode Independent Component
Analysis (ICA) untuk Deteksi Kerusakan.
Jurusan Teknik Fisika ITS, Surabaya.
[2] Anda, A R. Tugas Akhir. 2006. Penggunaan
Frekuensi Sesaat untuk Deteksi Pola Suara
Kerusakan Motor Listrik. ITS, Surabaya.
[3] Antoni J. 2005. Blind Separation of Vibration
Component: Principle and Demonstration. Elsevier
Mechanical System and Signal Processing 19
1166-1180.
[4] Bell, A J and Sejnowksi T J. 1996. The
‘Independent Components’ of Natural Scene are
Edge Filters. CNL: The Salk Institute (submitted
to vission research).
[5] Douglas, SC. 2001. Microphone Array Tehcnique
and Application: BSS of Acoustic Signal.
(Bredstein-D.Ware, Eds.). Berlin: Springer Inc,
2001.
[6] Ihsan, Muhammad. Tugas Akhir. 2008. Optimasi
Metode Pengenalan Individu dengan Analisis
Iris Mata Menggunakan Independent
Component Analysis. Jurusan Teknik
Telekomunikasi IT Telkom, Bandung.
[7] Mutiara, Nova Daryanti. Tugas Akhir. 2009.
Watermarking Citra Digital Menggunakan
Spread Spectrum Pada Domain ICA
(Independent Component Analysis). Jurusan
Teknik Informatika IT Telkom, Bandung.

10

Anda mungkin juga menyukai