Disusun Oleh :
PEKANBARU
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpah kan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami diberikan waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan
makalah Bahasa Indonesia dengan judul Penalaran. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia program studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Suska Riau. Kami menulis makalah ini untuk membantu mahasiswa supaya lebih
memahami mata kuliah Bahasa Indonesia khususnya mengenal Penalaran.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Welli Marlisa M.Pd. yang telah berpartisipasi dalam
membimbing tugas ini sehingga memungkinkan terselesaikan makalah ini, meskipun banyak
terdapat kekurangan. Akhir kata, kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan
sumbangan pikiran dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan kami. Oleh karena itu, dengan terbuka dansenang hati kami menerima kritik dan saran
dari semua pihak.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
1. Kesimpulan ...............................................................................................................18
2. Saran .........................................................................................................................18
II
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum,
yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan
pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran
Induktif. Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum,
yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis,
definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu
gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian di lapangan.
Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci
untuk memahami suatu gejala. Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari
peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari
penalaran deduktif. Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran
tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu
wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan penalaran ?
b. Apa yang dimaksud dengan penalaran Deduktif ?
c. Apa yang dimaksud dengan penalaran Induktif ?
d. Apa yang dimaksud dengan salah nalar ?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui penalaran!
b. Untuk mengetahui penalaran Deduktif!
c. Untuk mengetahui penalaran Induktif!
1
d. Untuk mengetahui salah nalar!
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik)
yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Dalam pengertian yang lain penalaran adalah
suatu proses berfikir untuk menghubung- hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai
pada suatu kesimpulan. Cara penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika. Secara umum,
logika dapat didefinisikan sebagai sarana untuk berfikir secara benar atau sahih. Yang mana
didalam logika itu, menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip- prinsip abstrak dalam
merumuskan kesimpulan.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga, maka akan terbentuk proposisi – proposisi yang
sejenis. Berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang akan
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam penalaran,
proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut Premis dan hasil kesimpulannya disebut
konklusi. Berdasarkan jenisnya, proposisi dapat dibedakan menjadi dua jenis.Yakni proposisi
empirik dan proposisi mutlak. Proposisi empirik adalah pernyataan yang dapat diverifikasi secara
empirik. Sedangkan Proposisi mutlak adalah proposisi yang jelas dengan sendirinya sehingga tidak
perlu dibuktikan secara empiris.
Adapun dalam proses bernalar, terdapat dua jenis metode yang dapat digunakan, yaitu bernalar
secara deduktif dan induktif.
2. Penalaran Deduktif
Bernalar secara Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik suatu kesimpulan dari suatu
prinsip atau sikap yang berlaku umum untuk kemudian ditarik kesimpulan yang khusus.
Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku
kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah. Contoh: Al- musaddadiyah adalah
sebuah yayasan yang menyediakan berbagai jenjang pendidikan, seperti SD, SMP, MTS, SMA,
MA, SMK, Perguruan Tinggi dan Pesantren.
3
Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula
dilakukan secara tak langsung.
Simpulan (konklusi) secara langsung atau entimen, adalah suatu proses penarikan
kesimpulan yang ditarik dari satu premis. Misalnya:
4
- Tak satu pun gajah adalah takberbelalai. (simpulan
- Tidak satu pu yang takberbelalai adalah gajah. (simpulan)
B. Menarik Simpulan secara Tidak Langsung
Penarikan simpulan secara tidak langsung atau silogisme, adalah suatu proses penarikan
kesimpulan yang memerlukan dua data sebagai data utamanya. Dari dua data ini, akan
dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan
premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis
(pernyataan dasar) yang bersifat umum (PU) dan premis yang kedua bersifat khusus (PK).
Sebagai umpama:
Hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu silogisme adalah sebagai
berikut:
Pola penarikan kesimpulan tidak langsung atau silogisme, dapat dikelompokan kedalam
beberapa jenis:
a) Silogisme Kategorial
Yang dimaksud dengan silogisme kategorial adalah, silogisme yang terjadi dari tiga
proposisi (pernyataan). Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi, merupakan
simpulan. Premis yang bersifat umum, disebut premis mayor. Dan premis yang bersifat
5
khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek
simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor. Contoh:
Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara
premis mayor dan premis minor. Term penengah adalah silogisme diatas ialah manusia.
Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term
penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil. Contoh:
a) Silogisme harus terdiri atas tiga term. Yaitu term mayor, term minor dan term
penengah.
Contoh :
- PU : Semua atlet harus giat berlatih.
- PK : Yoga adalah seorang atlet.
- K : Yoga harus giat berlatih.
➢ Term mayor = Yoga
➢ Term minor = harus giat berlatih.
➢ Term penengah = atlet.
Kalau lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah. Contoh:
Dalam premis ini terdapat empat term, yaitu gambar yang menempel di dinding dan
dinding menempel ditiang. Oleh sebab itu, disini tidak dapat ditarik kesimpulan.
6
b) Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor dan
simpulan
c) Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh:
- Semua semut bukan ulat
- Tidak seekor ulat pun adalah manusia.
d) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
Contoh :
- PU : Tidak seekor gajah pun adalah singa
- PK : Semua gajah berbelalai
- K : Jadi, tidak seekor singa pun berbelalai.
e) Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif
Contoh:
- PU : Semua mahasiswa adalah lulusan SMA
- PK : Ujang adalah mahasiswa
- K : Ujang adalah lulusan SMA
f) Dari dua premis yang khusus, tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh :
- PU : Sebagian orang jujur adalah petani.
- PK : Sebagian pegawai negeri adalah orang jujur.
- K : Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
g) Bila salah satu premis khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh:
- PU : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
- PK : Sebagian pemuda adalah mahasiswa.
- K : Jadi, sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.
h) Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik
satu simpulan.
Contoh:
- PU : Beberapa manusia adalah bijaksana.
- K : Tidak seekor binatang pun adalah manusia.
7
- K : Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
b) Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas pernyataan umum, pernyataan
khusus, dan kesimpulan. Akan tetapi, premis umumnya bersifat pengandaian. Hal ini
ditandai adanya penggunaan konjungsi jika dalam pernyataannya. Dengan demikian,
pernyataan umumnya dibentuk oleh dua bagian. Bagian pertama disebut anteseden dan
bagian keduanya disebut konsekuensi. Sementara itu, pernyataan khususnya menyatakan
kenyataan yang terjadi, yang kemungkinannya hanya dua: sesuai atau tidak sesuai dengan
yang diandaikannya itu. Contoh :
Silogisme ini menggunakan pernyataan umum yang memiliki dua alternatif. Jika
alternative satu itu benar menurut pernyaataan khususnya, alternatif yang lain itu salah.
Contoh:
- PU : Lampu tempel ini akan mati apabila minyaknya habis atau sumbunya pendek
- PK : Lampu ini mati, tetapi minyaknya tidak habis.
- K : Lampu ini mati karena sumbunya pendek.
d) Entimen
Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
tulisan maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai
premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan
hanya premis minor dan simpulan. Contoh:
Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia
adalah seorang sarjana”. Beberapa contoh entimen:
8
- Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
3. Penalaran Induktif
Contoh : Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit.
Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin
menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biaya hidup sehari-hari
bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya yang tertua dan adiknya masih
kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku
SMA. Sungguh (kata kunci) berat beban hidupnya. (Ide pokok).
Seperti halnya penalaran deduktif, cara bernalar induktif juga terbagi kedalam beberapa
macam. Yakni:
a. Generalisasi
Benar atau tidak benarnya rumusan kesimpulan secara generalisasi, itu dapat dilihat
dari hal-hal berikut.:
9
a) Data itu harus memadai jumlahnya. Semakin banyak data yang dipaparkan,
semakin benar simpulan yang diperoleh.
b) Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan
simpulan yang benar.
c) Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus
tidak dapat dijadikan data.
Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat
yang sama. Contoh:
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang memiliki
pola hubungan sebab akibat. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam
kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Hujan turun dan jalan-
jalan becek. Ia kena penyakit kanker darah dan meninggal dunia. Dalam kaitannya dengan
hubungan kausal ini, terdapat tiga pola hubungan kausalitas. Yaitu sebagai berikut:
- Sebab-Akibat
10
Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat
pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa
yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
- Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu
kemudian kita analisis untuk dicari penyebabnya. Contoh :
➢ Kemarin pak maman tidak masuk kantor. Hari inipun tidak. Pagi tadi istrinya
pergi ke apotek membeli obat. Oleh karena itu, pasti Pak Maman sedang sakit.
- Sebab Akibat -1 Akibat -2
Mulai bulan mei 2012, harga beberapa jenis BBM direncanakan akan mengalami
kenaikan. Terutama premium dan solar. Hal ini karena pemerintah ingin mengurangi
subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal.
Dikarenakan harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan
naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang pasti ikut naik. Naiknya harga
barang akan dirasakan berat oleh masyarakat. Oleh karena itu, kenaikan harga
barang harus diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan rakyat.
4. Salah Nalar
A) Pengertian Salah Nalar
11
Salah nalar merupakan Gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah,
keliru, atau cacat. Dalam proses berpikir sering sekali kita keliru menafsirkan atau menarik
kesimpulan, kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan, atau
ketidaktahuan.
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang tepat pada sasarannya. Oleh karena itu,
dalam berkomunikasi perlu untuk kita perhatikan kalimat dalam berbahasa Indonesia
secara cermat sehingga salah nalar dapat terminimalisasikan. Ada beberapa macam salah
nalar, yaitu sebagai berikut :
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukunggeneralisasi
tidak seimbang dengan besarnya generalisasi tersebut sehingga kesimpulan yang
diambil menjadi salah. Selain itu, salah nalar jenis ini terjadi dikarenakan kurangnya
data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap “menggampangkan”, malas untuk
mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang
lain dengan bahan yang terbatas.
Premis adalah kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar penarikan simpulan di
dalam logika. Sementara itu yang dimaksud dengan generalisasi adalah perihal membuat
suatu gagasan lebih sederhana dari pada yang sebenarnya. Contoh Generalisasi yang
terlalu luas sebagai berikut:
Ada dua bentuk kesalahan generalisasi yang biasa muncul. Dua bentuk kesalahan
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Generalisasi Sepintas
12
Kesalahan ini terjadi dikarenakan penulis membuat generalisasi berdasarkan data
atau evidensi yang sangat sedikit.
Pernyataan tersebut tidaklah benar karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang
tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Masih banyak faktor
penentu lain yang terlibat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan
lingkungan belajar, dan sebagainya.
2) Generalisasi Apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala
atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak
penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu
kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau
profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu
disimpulkan sama. Contoh: semua pejabat pemerintah melakukan tindakan korupsi.
Benarkah pernyataan tersebut? Silahkan Anda jawab.
2. Kerancuan Analogi
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan
pada segi yang lain. Analogi adalahpersamaan atau persesuaian antara dua benda atau
hal yg berlainan, kiasan. Contoh dari kerancuan analogi adalah sebagai berikut:
13
Kekeliruan kausalitas terjadi karena kekeliruan menentukan dengan tepat sebab
dari suatu peristiwa atau hasil (akibat) dari suatu peristiwa atau kejadian. Contoh dari
kekeliruan kausalitas (sebab-akibat) adalah sebagai berikut:
- Saya tidak bisa berenang karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat
berenang.
- Saya tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan.
4. Kesalahan Relevansi
Kesalahan ini akan terjadi jika antar premis tidak punya hubungan logika dengan
kesimpulan. Misalnya, bukti peristiwa atau alasan yang diajukan tidak berhubungan
atau tidak menunjang konklusi. Jadi, perlu berhati-hati, ketika sebuah argumen
bergantung pada premis yang tidak relevan dengan konklusi, maka tidak mungkin
dibangun kebenarannya. Terdapat beberapa jenis kesesatan relevansi yang umum
dikenal, berikut penjelasannya :
a) Argumentum ad hominem: terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau
menolak suatu usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena
alasan yang berhubungan dengan kepentingan si pembuat usul.
b) Argumentum ad verecundiam: terjadi karena orang yang mengemukakannya
adalah orang yang berwibawa dan dapat dipercaya, jadi bukan terjadi karena
penalaran logis.
c) Argumentum ad baculum (menampilkan kekuasaan): terjadi apabila orang menolak
atau menerima suatu argumen bukan atas dasar penalaran logis, melainkan karena
ancaman atau terror (bisa juga karena faktor kekuatan/kekuasaan).
d) Argumentum ad populum (menampilkan emosi): artinya ialah ditujukan untuk
massa/rakyat. Pembuktian secara logis tidak diperlukan, dan mengutamakan
prinsip menggugah perasaan massa sehingga emosinya terbakar dan akhirnya akan
menerima sesuatu konklusi tertentu. Contoh sederhananya seperti demonstrasi dan
propaganda.
e) Argumentum ad misericordian (menampilkan rasa kasihan): disebabkan karena
adanya rasa belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditunjukkan untuk
14
menimbulkan belas kasihan sehingga pernyataan dapat diterima, dan biasanya
berhubungan dengan usaha agar suatu perbuatan dimaafkan.
f) Post hoc propter hoc: terjadi karena orang menganggap sesuatu sebagai sebab,
padahal bukan. Pada suatu urutan peristiwa, orang menunjukkan apa yang terjadi
lebih dahulu adalah penyebab peristiwa yang terjadi sesudahnya, padahal bukan.
g) Petitio principii: berarti mengajukan pertanyaan dengan mengamsusikan kebenaran
dari apa yang berusaha untuk dibuktikan, dalam upaya untuk membuktikannya.
Dikenal dengan pernyataan berupa pengulangan prinsip dengan prinsip.
h) Argumentum ad ignorantiam (argumen dari keridaktahuan): kesalahan terjadi
ketika berargumen bahwa proposisi adalah benar hanya atas dasar bahwa belum
terbukti salah, atau bahwa itu adalah salah karena belum terbukti benar.
i) Ignorantia elenchi: terjadi karena tidak adanya hubungan logis antara premis dan
konklusif.
5. Penyandaran Terhadap Prestise Seseorang
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang
yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan
ahlinya.
Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi
rambu-rambu sebagai berikut:
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh asal mengutip semata-
mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang, terkenal atau kaya raya dan baik
status sosial ekonominya.
15
Salah nalar sering terjadi karena disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga
mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud. Contoh penyebab yang salah nalar adalah
sebagai berikut:
Terjadinya salah nalar, disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan
pada segi yang lain. Contoh: Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat
mengerjakan tugasnya dengan baik.
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan
tugas yang diembannya. Contoh: Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di
desa kami karena petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak
Ada beberapa cara untuk mengatasi dan menghindari salah nalar. Cara-cara tersebut
adalah sebagai berikut:
16
- Tidak cepat menafsirkan atau menarik kesimpulan sebelum dikaji terlebih
dahulu kebenarannya; dan lain-lain.
17
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2
macam yaitu penalaran Deduktif dan Induktif .
Penalaran Deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu, untuk seterusnya diambil kesimpulan yang khusus. Penalaran Induktif adalah metode yang
digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari bentuk penalaran deduktif. Yakni menarik
kesimpulan dari fakta yang sifatnya khusus, untuk kemudian ditarik kesimpulan yang sifatnya
umum.
2. Saran
Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca khusus pada penulis. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati
dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah M.K., Sabarti dkk. 1991/1992. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.
Rahardi, R Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Erlangga.
Widjono Hs. 2007. Bahasa Indonesia : Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi. Jakarta: PT: Grasindo.
19