xxyy
Copyright © 2020 by LPPM UPI YPTK
Yassinta Rahmia1, Fitri Yeni, S.E., M.M.1, Ramdani Bayu Putra, S.E., M.M.3
1
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
Email : yassinta46@gmail.com
2
Universitas Putra Indonesia“YPTK” Padang
Email: fitriyeni.upi@gmail.com
3
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
Email: ramdanibayuputra@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh good corporate governance dan
pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2014-2018. Populasi dari penelitian ini adalah pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018. Sampel ditentukan berdasarkan metode purposive
sampling, sehingga didapatkan sampel sebanyak 44 perusahaan manufaktur. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh melalui www.idx.co.id. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis regresi data panel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepemilikan manajerial, dan Pertumbuhan perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan Komisaris independen tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Firm size sebagai variabel kontrol berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Berdirinya suatu perusahaan harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan
tersebut antara lain mendapat keuntungan yang maksimal, ingin memakmurkan pemilik
perusahaan dan mengoptimalkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari harga sahamnya.
Mempertahankan kontinuitas perusahaan adalah elemen penting yang harus
dipertahankan oleh perusahaan, terutama menyangkut kesejahteraan pemegang saham yang
digambarkan dengan nilai perusahaan. Harga saham merupakan salah satu penilaian dari nilai
perusahaan. Jika harga saham meningkat, maka nilai perusahaan juga akan ikut meningkat,
sehingga berdampak pada peningkatan nilai pemegang saham yang dibuktikan melalui
tingginya return bagi pemegang saham. Keadaan inilah yang mencerminkan kemakmuran para
1
pemegang saham perusahaan. Nilai perusahaan merupakan harga yang harus dibayar oleh calon
pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.
Berikut ini disajikan 5 nilai perusahaan manufaktur selama lima tahun terakhir yang
diproksikan dengan Price to Book Value (PBV). PBV atau nilai buku adalah perbandingan nilai
buku perlembar saham dengan harga pasar perlembar saham.
Tabel 1.1
Nilai perusahaan pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang diukur dengan Price to Book Value (PBV) periode 2014 sampai
2018.
Rata-
Nama Tahun
rata (%)
Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2018
AKPI 0,55 0,54 0,56 0,43 0,42 0,5
AUTO 2,08 0,76 0,96 0,92 0,65 1,074
BUDI 0,48 0,26 0,34 0,35 0,36 0,358
INDS 0,58 0,12 0,26 0,39 0,67 0,404
INCI 0,32 0,36 0,25 0,28 0,39 0,32
Sumber : www.idx.co.id
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan nilai perusahaan yang diproksikan dengan PBV
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018
mengalami fluktuasi. Fluktuasi Nilai perusahaan dengan rentang naik atau turun yang terlalu
jauh dapat menimbulkan masalah, seperti perusahaan akan kehilangan daya tariknya di pasar
modal. Hal ini karena akan membuat para investor kurang percaya terhadap kinerja perusahaan
sehingga mereka akan memilih untuk menghindari berinvestasi pada perusahaan tersebut. Nilai
perusahaan yang tinggi akan membuat investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan
tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Good Corporate Governance dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Firm Size sebagai Variabel Kontrol Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI pada tahun 2014 – 2018”
2
2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh Komisaris Independen terhadap Nilai
Perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2014-2018.
3. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh Pertumbuhan Perusahaan secara parsial
terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2014-2018.
4. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh Firm Size sebagai control terhadap Nilai
Perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2014-2018.
2. Landasan Teori
3
2.3 Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan anggota komisaris yang tidak mempunyai hubungan
dengan anggota komisaris lainnya, anggota dewan diireksi, dan pemegang saham pengendali.
Komisaris independen berjumlah proporsional dengan jumlah saham dimiliki oleh non
pemegang saham pengendali. Ketentuannya adalah jumlah komisaris independen sekurang-
kurangnya harus 30% dari seluruh anggota komisaris. Komisaris independen bisa merangkap
sebagai ketua komite audit. Semakin kecil jumlah komisaris independen akan berdampak
terhadap kinerja perusahaan yang semakin meningkat. Karena hal ini tidak menimbulkan
tumpang tindih informasi dan kebijakan yang nantinya akan disampaikan kepada direksi di
perusahaan (Listiyowati & Indarti, 2018).
Kepemilikan H1 e
Manajerial (X1) H1
H2
Komisaris Independen Nilai Perusahaan
(X2) (Y)
H3
Pertumbuhan
Perusahaan (X3)
Variabel Control H4
Firm Size (Z)
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
4
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat diduga :
H1 : Kepemilikan Manajerial diduga berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.
H2 : Komisaris Independen diduga berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.
H3 : Pertumbuhan Perusahaan diduga berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.
H4 : Ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol diduga berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan.
3. Metodologi Penelitian
5
3.3.1.2 Variabel Independen (X)
Variabel indenpenden merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan atau timbulnyaa variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2016). Variabel indenpenden
atau bebas dalam penelitian ini antara lain :
a. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan
atau dnengan kata lain, manajer sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Maka
dari itu semakin besar nilai kepemilikan manajerial maka akan semakin besar
kepentingan manajemen perusahaan atas kondisi perkembangan dan nilai perusahaan,
persentase besarnya saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan, variabel ini
dinyatakan dalam bentuk persentase dengan perhitungan sebagai berikut (Adri, 2014).
b. Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan anggota komisaris yang tidak mempunyai
hubungan dengan anggota komisaris lainnya, anggota dewan diireksi, dan pemegang
saham pengendali. Komisaris independen berjumlah proporsional dengan jumlah saham
dimiliki oleh non pemegang saham pengendali. Ketentuannya adalah jumlah komisaris
independen sekurang-kurangnya harus 30% dari seluruh anggota komisaris. Komisaris
independen bisa merangkap sebagai ketua komite audit. Semakin kecil jumlah
komisaris independen akan berdampak terhadap kinerja perusahaan yang semakin
meningkat (Listiyowati & Indarti, 2018).
Jumlah komisaris independen
KOI = ×100 %
Jumlah seluruh anggota dewan komisaris
c. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan merupakan rasio pertumbuhan yang mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya ditengah
pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Pertumbuhan aset dihitung sebagai
persentase perubahan aset pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya (Suastini,
Purbawangsa, & Rahyuda, 2016).
Pertumbuhan perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Asset tahunt − Asset tahun t−1
Pertumbuhan Perusahaan= ×100 %
Asset tahun t−1
6
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki
kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Siyoto & Sodik, 2015).
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode (BEI) yang menerbitkan laporan tahunan selama tahun 2014-
2018 yang berjumlah 169 perusahaan.
3.4.2 Sampel
Menurut (Siyoto & Sodik, 2015) juga mengungkapkan bahwa sampel adalah sebagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari
anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.
Sampel yang akan digunakan didalam penelitian ini adalah sebagian dari perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu
purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dari beberapa kelompok atau
tingkatan dengan menggunakan kriteria :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2014- 2018 secara berturut-
turut.
2. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap di
BEI selama tahun 2014-2018.
3. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang tidak mengalami kerugian selama
tahun 2014-2018.
4. Perusahaan manufaktur yang listing selama tahun 2014-2018.
Berdasarkan kriteria pengambilan sampel diatas, maka sampel dalam penelitian ini
dijelaskan pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Seleksi Sampel Penelitian
No Kriteria pengambilan sampel Jumlah perusahaan
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama 169
tahun 2014- 2018 secara berturut-turut.
2 Perusahaan manufaktur yang tidak lengkap (58)
mempublikasikan laporan keuangannya di BEI selama
tahun 2014-2018.
7
objek dalam masalah yang diteliti dari buku-buku pedoman literature dan tulisan ilmiah lainnya
yang berhubungan.
3.5.2 Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu berupa data
time series untuk semua variable. Data diperoleh dari laporan keuangan yang diakses dari situs
www.idx.co.id situs resmi Bursa Efek Indonesia. Serta data pendukung lainnya yang diperoleh
dari berbagai publikasi yang memuat informasi yang relevan dengan penelitian yang sedang
dilakukan.
Sumber data sekunder untuk penelitian ini berupa informasi yang diperoleh dari website
perusahaan dan sumber lain. Sumber data penelitian ini diperoleh dari:
a. Website Perusahaan.
b. Indonesia Stock Exchange (IDX) Fact 2016.
c. ICMD (Indonesia Capital Market Directory).
d. Berbagai artikel, buku, skripsi dan beberapa penelitian terdahulu dari berbagai sumber
yang tersedia.
8
variabel independen yang digunakan memiliki koefisien korelasi > 0,80. Sebaliknya jika
masing-masing variabel independen memiliki koefisien korelasi < 0,80 maka variabel
independen terbebas dari masalah multikolinearitas.
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance
dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan
jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas, (Ghozali, 2013).
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah
heteroskedastisitas. Beberapa metode tersebut salah satunya adalah Uji Glejser. Dimana Glejser
yang akan digunakan. Untuk nilai probabilitasnya harus lebih besar dari α = 5% maka dapat
disimpulkan bahwa data tersebut bebas dari heteroskedastisitas. Sedangkan Uji
heteroskedastisitas dilakukan dengan membuat hipotesis :
H0 : Tidak ada heteroskedastisitas
Ha : Ada Heteroskedastisitas
3.6.3 Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel
3.6.3.1 Uji Chow
Uji chow digunakan untuk menentukan model analisis data panel yang akan digunakan.
Uji chow digunakan untuk memilihantara model fixed effect atau model common efeect yang
sebaiknya dipakai.
Ho: Common Effect Model
Ha: Fixed Effect Model
Apabila hasil uji spesifikasi ini menunjukkan probabilitas chi-square > 0,05 maka
model yang dipilih adalah Common Effect Model. Sebaliknya apabila probabalitas chi-square <
0,05 maka model yang sebaiknya dipakai adalah Fixed Effect Model.
3.6.3.2 Uji Hausman
Uji hausman digunakan untuk mengetahui model yang sebaiknya dipakai, yaitu fixed
effect model (FEM) atau random effect model (REM). Hipotesis dalam uji hausman sebagai
berikut :
H0: Random Effect Model
Ha: Fixed Effect Model
Jika H0 ditolak maka kesimpulannya sebaiknya memakai FEM, karena REM
kemungkinan terkorelasi dengan satu atau lebih variabel bebas. Sebaliknya apabila H a ditolak
maka model yang sebaiknya dipakai adalah REM.
3.6.3.3 Uji Lagrange Multiplier Test (LM test)
Uji LM ini digunakan untuk memastikan model mana yang akan dipakai, dasar
dilakukan uji ini adalah apabila hasil uji chow dan uji hausman tidak konsisten.
H0 : Common Effect Model
Ha : Random Effect Model
Jika H0 ditolak maka kesimpulannya sebaiknya memakai REM, karena CEM
kemungkinan terkorelasi dengan satu atau lebih variabel bebas. Sebaliknya apabila H a ditolak
maka model yang sebaiknya dipakai adalah CEM.
3.6.4 Analisis Regresi Data Panel
Ada tiga pendekatan yang bisa digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel
yaitu Pooled least square (Commond Effect), Fixed Effect dan Random Effect. Untuk
menentukan metode mana yang paling tepat dalam mengestimasi model regresi data panel maka
perlu dilakukan uji spesifikasi model (Basuki & Prawoto, 2016).
3.6.4.1 Pendekatan Model Common Effect
Pendekatan dengan model common effect merupakan pendekatan yang paling sederhana
karena hanya mengombinasikan data time series dan cross section Basuki & Prawoto (2016).
Pada model ini dapat diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan
9
bahwa perilaku data peruahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini menggunakan
pendekatan Ordinal Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengetimasikan
model data panel.
3.6.4.2 Pendekatan Model Fixed Effect
Basuki & Prawoto (2016), Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antara individu
dapat diakomodasikan dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasikan data model Fixed
effect menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap perpedaan intersep antara
perusahaan, perbedaan intersep bisa terjadi karena perbedaan budaya, manajerial, dan insentif.
3.6.4.3 Pendekatan Model Random Effect
Basuki & Prawoto (2016), Pendekatan model random effect ini adalah mengatasi
kelemahan dari model fixed effect. Model ini dikenal juga dengan sebutan model generalized
least square (GLS). Model random effect menggunakan residual yang diduga memiliki
hubungan antar waktu dan antar objek. Untuk menganalisis data panel menggunakan model ini
ada suatu syarat yang harus dipenuhi yaitu objek data silang lebih besar dari banyaknya
koefisien.
Model regresi dalam penelitian ini adalah regresi berganda dimana mengukur antara dua
variabel atau lebih dan alat analis yang digunakan yaitu Eviews 9. Bentuk umum regresi
berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
Y = Nilai Perusahaan (Y) ⍺ = Konstanta
KM = Kepemiliksn Manajerial (X1) β = Koefisien Regresi
KOI = Komisaris Independen (X2) e = Error
PP = Pertumbuhan Perusahaan (X3)
10
Nilai yang mendekat satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum
koefisien determinasi untuk data silang (cross section) relatif rendah karena adanya variasi yang
besar antara masing-masing pengamatan. Sedangkan untuk data runtut waktu (time series)
biasanya mempuunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.
Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut (Prawoto, 2016).
ESS
R 2=
TSS
Keterangan :
R2 = Koefisien determinasi
ESS = Explained sum square (jumlah kuadrat yang ditterapkan)
TSS = Residual sum square (total jumlah kuadrat)
3.7.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Menurut Priyatno (2012) yang dimaksud dengan uji F adalah untuk mengetahui
apakah secara bersama-sama variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen.Uji F bertujuan untuk memprediksi model regresi apakah variabel independen secara
bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan untuk uji F adalah sebagai berikut :
Jika angka signnifikansi F < dari tingkat signifikansi maka H0 diterima.
Jika angka signifikansi F > dari tingkat signifikansi maka H1 ditolak.
3.7.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Menurut Ghozali (2011) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel indenpenden secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Salah satu cara melakukan uji t adalah membandingkan nilai statistic t dengan baik
kritis menurut tabel. Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variabel independen
secara parsia dalam menjelaskan variabel dependen (Widarjono, 2013). Variabel independen
dikatakan berpengaruh terhadap variabel dependen apabila nilai signifikansi yang dihasilkan
lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditentukan yaitu sebesar 5%.
Dasar pengambilan keputusan untuk uji t adalah sebagai berikut :
Jika nilai perusahaan signifikansi t < tingkat signifikansi maka H 0 diterima
Jika nilai perusahaan signifikansi t > tingkat signifikansi maka H 0 ditolak
11
1,16 dan rata-rata (mean) sebesar 4,03 dengan standar deviasi 10,15. Selanjutnya pada
kepemilikan manjerial (KM), hasil analisis deskriptif dari 220 observasi, berkisar antara 0,00
sampai 93,00 dengan nilai tengah (median) sebesar 0,55 dan rata-rata (mean) sebesar 26,57
dengan standar deviasi 33,11. Kemudian pada komisaris independen (KOI), hasil analisis
deskriptif variabel dari 220 observasi, berkisar antara 0,00 sampai 80,00 dengan nilai tengah
(median) sebesar 37,50 dan rata-rata (mean) sebesar 40,33 dengan standar deviasi 10,76.
Pertumbuhan perusahaan (PP), hasil analisis deskriptifdari 220 observasi, berkisar antara -16,06
sampai 80,27 dengan nilai tengah (median) sebesar 8,25 dan rata-rata (mean)sebesar 10,21
dengan standar deviasi 13,58. Dan pada Firm Size (SIZE), hasil analisis deskriptif dari 220
observasi, berkisar antara 5,37 sampai 13,26 dengan nilai tengah (median) sebesar 9,33 dan
rata-rata (mean) sebesar 9,67 dengan standar deviasi 2,47.
Mean 6.90e-16
12 Median -0.223576
Maximum 7.020713
Minimum -5.683117
8 Std. Dev. 2.622222
Skewness 0.375060
Kurtosis 2.967440
4
Jarque-Bera 5.167628
Probability 0.075486
0
-6 -4 -2 0 2 4 6 Catata
n : Hasil Olah Data Eviews 9 Tahun 2020
Gambar 4.1
Histogram Uji Normalitas
Berdasarkan histogram pada uji normalitas menunjukkan residual penelitian memiliki
ketinggian antara sistem yang tidak terlalu jauh antara satu dengan yang lainnya, dan pola
sebaran residual dikatakan juga tidak terlalu rapat dan ada gap. Distribusi residual penelitian
dapat dilihat pada hasil uji Jarque- Bera pada gambar diatas diketahui bahwa nilai Jarque-Bera
sebesar 5,16 dengan probability 0,07 karena nilai probabilitas 0,07 > 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa residual dalam model penelitian ini telah normal.
12
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.3
Uji Heteroskedastisitas (Glejser)
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
X1_KM -0,00 0,00 -1,55 0,12
X2_KOI 0,01 0,00 1,54 0,13
X3_PP 0,00 0,01 0,82 0,41
Catatan: Hasil Olah Data Eviews 9 Tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa nilai probability masing-masing variabel independen
yang diperoleh menunjukkan bahwa Prob. > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh
variabel independen penelitian yang akan dibentuk kedalam model regresi data panel, telah
terbebas dari gejala heteroskedastisitas atau tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
13
Berdasarkan model estimasi yang terpilih, diperoleh persamaan model regresi data
panel sebagai berikut :
PBVit = 26,73 - 0,01 KMit + 0,01 KOIit + 0,01 PPit - 2,36 SIZEit + e
1. Nilai konstanta α sebesar 26,73 artinya jika variabel KM, KOI, PP dan SIZE pada
observasi ke i dan periode ke t di abaikan atau bernilai nol maka PBV naik sebesar
26,73 persen.
2. Nilai koefisien b1 sebesar -0,01 artinya jika KM pada observasi ke i dan periode ke t
meningkat sebesar satu (1) satuan, maka PBV turun sebesar 0,01dengan asumsi variabel
KOI, PP dan SIZE diabaikan.
3. Nilai koefisien b2 sebesar 0,01 artinya jika nilai KOI pada observasi ke i dan periode ke
t meningkat sebesar satu (1) satuan, maka PBV naik sebesar 0,01 dengan asumsi
variabel KM, PP dan SIZE diabaikan.
4. Nilai koefisien b3 sebesar 0,01 artinya jika nilai PP pada observasi ke i dan periode ke t
meningkat sebesar satu (1) satuan, maka PBV naik sebesar 0,01 dengan asumsi variabel
KM, KOI dan SIZE diabaikan.
5. Nilai koefisien b3 sebesar -2,36 artinya jika nilai SIZE pada observasi ke i dan periode
ke t meningkat sebesar satu (1) satuan, maka PBV turunsebesar 2,36 dengan asumsi
variabel KM, KOI dan PP diabaikan.
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa nilai koefisien determinasi yang dihasilkan
dalam pengujian R-squared bernilai 0,92. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa variabel
kepemilikan manajerial, komisaris independen dan pertumbuhan perusahaan mampu
memberikan kontribusi dalam mempengaruhi nilai perusahaan dengan firm size sebagai variabel
kontrol sebesar 92% sedangkan sisanya 8% lagi dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian seperti likuiditas.
4.8 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Tabel 4.8
Uji F-Statistik
F-statistic 44,21
Prob(F-statistic) 0,00
Catatan: Hasil Olah Data Eviews 9 Tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan nilai F-statistik sebesar 44,21 dan probability
sebesar 0,00 dengan tingkat kesalahan yang digunakan sebesar 0,05. hasil yang diperoleh
menunjukan bahwa nilai probability yang dihasilkan sebesar 0,00 < 0,05 maka keputusannya
adalah bahwa variabel kepemilikan manajerial, komisaris independen dan pertumbuhan
perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan ukuran perusahaan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2018. Sehingga H0 ditolak dan Ha
diterima.
14
1. Kepemilikan Manajerial terhadap nilai perusahaan
Hasil analisis menunjukkan kepemilikan manajerial (KM) memiliki nilai koefisien
regresi sebesar -0,01 dan tstatistic sebesar -3,49 dengan nilai probability sebesar 0,00
lebih kecil dari 0,05 atau (0,00 < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
kepemilikan manajerial (KM) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV)
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga H0
ditolak dan Ha diterima.
2. Komisaris Independen terhadap nilai perusahaan
Hasil analisis menunjukkan bahwa komisaris independen (KOI) memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0,01 dan tstatistic sebesar 1,50 dengan nilai probability
sebesar 0,14 lebih besar dari 0,05 atau (0,14 > 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa
variabel komisaris independen (KOI) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan (PBV) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sehingga H0 diterima dan Ha ditolak.
3. Pertumbuhan Perusahaan terhadap nilai perusahaan
Hasil analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan (PP) memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0,01 dan tstatistic sebesar 5,78 dengan nilai probability
sebesar 0,00 lebih besardari 0,05 atau (0,00 < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa
variabel pertumbuhan perusahaan (PP) berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan (PBV) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.
4. Firm Size sebagai variabel kontrol terhadap nilai perusahaan
Hasil analisis menunjukkan firm size (SIZE) memiliki nilai koefisien regresi sebesar
-2,36 dan tstatistic sebesar -6,95 dengan nilai probability 0,00 lebih kecildari 0,05 atau
(0,00 < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa variabel firm size (SIZE) sebagai
variabel kontrol berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga H0 ditolak dan
Ha diterima.
Berikut ringkasan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.11
Pengujian Hipotesis Penelitian
Hip. Pernyataan Prob. Pemb. Keputusan
Diduga kepemilikan manajerial berpengaruh
H1 0,00 0,05 Diterima
terhadap nilai perusahaan
15
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kepemilikan manajerial merupakan proporsi pemegang saham dari pihak manajemen
yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan yaitu para direktur dan
komisaris. Manajer yang sekaligus pemegang saham akan berusaha meningkatkan nilai
perusahaan dengan cara meningkatkan kinerja perusahaan karena semua yang terjadi pada
perusahaan juga akan mempengaruhi harga saham yang dimiliki diperusahaan dengan
meningkatnya nilai perusahaan maka nilai kekayaan yang dimiliki pemegang saham juga akan
meningkat. Anggota manajemen yang sekaligus pemegang saham akan lebih termotivasi dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya demi kemajuan dan kinerja perusahaan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jayaningrat, Wahyuni, &
Sujana, (2017) yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial secara parsial berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan, berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Suastini,
Purbawangsa, & Rahyuda, (2016) yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif signifikan terhadap nilai perusahaan.
4.10.4 Pengaruh Firm Size sebagai variabel kontrol terhadap Nilai Perusahaan
16
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian terhadap regresi, didapatkan nilai
koefisien regresi sebesar -2,36 dan tstatistic sebesar -6,95 dengan nilai probability 0,00 lebih
kecil dari 0,05 atau (0,00 < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa variabel firm size (SIZE)
sebagai variabel kontrol berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan besar ataupun kecil dapat terlihat melalui seberapa banyak perusahaan
memiliki total aktiva. Perusahaan yang memiliki ukuran semakin besar akan membuat seorang
investor menaruh perhatian yang besar pada perusahaan tersebut. Kondisi tersebut dapat terjadi
karena perusahaan besar cenderung mempunyai kondisi yang semakin baik. Kondisi perusahaan
yang baik dapat membuat investor ingin memiliki saham perusahaan sehingga dapat
meningkatkan penawaran harga saham di pasaran. Calon investor akan berharap memperoleh
dividen yang semakin tinggi dari perusahaan yang memiliki ukuran besar.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hidayat, (2018) dan Putra &
Lestari, (2016) yang menunjukkan bahwa firm size berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan, berbeda hasil penelitian dengan Suwardika & Mustanda, (2017) yang
menyatakan bahwa firm size tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
17
perusahaan pada perusahaan manufaktur dan diharapkan dapat menambah sampel
penelitian. Penelitian ini menggunakan lima tahun penelitian dan diharapkan untuk
peneliti selanjutnya menambahkan tahun penelitian agar hasil penelitian lebih dapat
ditandingkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adri, F. (2014). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal, Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan (Property dan Real Estate). Journal of Chemical Information
and Modeling, 1(2), 1–15. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2016). Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi & Bisnis :
Dilengkapi Aplikasi SPSS & EVIEWS. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Dewi, L. C., & Nugrahanti, Y. W. (2017). Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Dewan
Komisaris Independen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Industri Barang
Konsumsi Di Bei Tahun 2011-2013). Kinerja, 18(1), 64.
https://doi.org/10.24002/kinerja.v18i1.518
Erawati, T., & Sulistiyanto, D. (2019). Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Likuiditas,
Dan Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan ( Studi Kasus pada Perusahaan
Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2017 ). 1(1), 15–26.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi AnalisisMultivariate dengan Program IBM SPSS 21Update PLS
Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. (2014). Aplikasi analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP.
Gosal, M. M., Pangemanan, S. S., & Tielung, M. V. J. (2018). The Influence Of Good
Corporate Governance On Firm Value: Empirical Study Of Companies Listed In Idx30
Index Within 2013-2017 Period Pengaruh Good Corporate Governance Pada Nilai
Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Pada Indeks Idx30 P. Jurnal
Emba: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 6(4), 2688–2697.
Harmono. (2015). Manajemen Keuangan (Berbasis Balanced Scorecard). Jakarta: Bumi
Aksara.
18
Hidayat, M. (2018). Pengaruh Manajemen Pajak, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran
Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2014-2016.
Jurnal Akuntansi Universitas Riau Kepulauan, 12(2), 90–100.
Iqbal, M., & Putra, R. J. (2018). Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate
Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Perencanaan Pajak Sebagai Variabel
Moderating. Media Studi Ekonomi, 21(1), 1–9.
Lina. (2013). Faktor-faktor Penentu Pengungkapan Modal Intelektual. Media Riset Akuntansi,
3(2088–2106), 48–64.
Listiyowati, & Indarti, I. (2018). Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada
Perusahaan Kontruksi yang Terdaftar di BEI Tahun 2014-2017). Jurnal Sosial Ekonomi
Dan Humaniora, 4(2), 1–16.
Lumoly, S., Murni, S., & Untu, V. N. (2018). Pengaruh Likuiditas, Ukuran Perusahaan Dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Logam Dan
Sejenisnya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) The Effect Of Liquidity, Firm Size
And Profitability To The Value Of The Company (Study. 6(3), 1108–1117.
M, H. (2019). Capital Structure and Firm Size on Firm Value Moderated by Profitability.
VII(1), 174–191.
Murhadi, W. R. (2013). Analisis Laporan Keuangan, Proyeksi dan Valuasi Saham. Jakarta:
Salemba Empat.
Noradiva, H., Parastou, A., & Azlina, A. (2016). The Effects of Managerial Ownership on the
Relationship between Intellectual Capital Performance and Firm Value. International
Journal of Social Science and Humanity, 6(7), 514–518.
https://doi.org/10.7763/ijssh.2016.v6.702
Pasaribu, M. Y., Topowijono, & Sulasmiyati, S. (2016). Pengaruh Struktur Modal, Struktur
Kepemilikan Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Sektor
Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011-2014. Jurnal Administrasi
Bisnis S1 Universitas Brawijaya, 35(1), 154–164. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/86967-ID-pengaruh-struktur-modal-struktur-
kepemil.pdf
Prastuti, N. K. R., & Sudiartha, I. G. M. (2016). Pengaruh Struktur Modal, Kebijakan Dividen,
Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur. E-
19
Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 5(3), 1572–1598.
Pratama, I. G. S., Idawati, I. A. A., & Sumartini, A. R. (2018). Pengaruh Struktur Kepemilikan
dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Keputusan Pendanaan dan Nilai Perusahaan.
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, 1(1), 60–79.
Priyatno, D. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 (1st ed.). Yogyakarta:
ANDI.
Purwohandoko. (2017). The Influence of Firm’s Size, Growth, and Profitability on Firm Value
with Capital Structure as the Mediator: A Study on the Agricultural Firms Listed in the
Indonesian Stock Exchange. International Journal of Economics and Finance, 9(8), 103.
https://doi.org/10.5539/ijef.v9n8p103
Rudangga, I. G. N. G., & Sudiarta, G. M. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 5(7),
4394–4422.
S, S., & Muslichah, M. (2017). The Effect of Asset Structure and Firm Size on Firm Value with
Capital Structure as Intervening Variable. Journal of Business & Financial Affairs, 6(4),
4–8. https://doi.org/10.4172/2167-0234.1000298
Sawir, A. (2013). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Setiawan, A. M. (2014). Pengaruh Inovasi Produk terhadap Nilai Pelanggan serta Implikasinya
pada Kinerja Pemasaran Kain Songket in Style di Tangan Generasi Muda yang Kaya
Inspirasi. Jurnal Ekonomi Bisnis, 3(1), 1–19.
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar metodologi penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing.
20
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV.
Syardiana, G., Rodoni, A., & Putri, Z. E. (2015). Pengaruh Investment Opportunity Set,
Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Return on Asset Terhadap Nilai
Perusahaan. Akuntabilitas, 8(1), 39–46. https://doi.org/10.15408/akt.v8i1.2760
Torang, S. (2012). Metode Riset Struktur & Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.
21