Anda di halaman 1dari 10

e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

ANALISIS POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF PADA KARANGAN


SISWA KELAS XI BAHASA I DI SMA N 1 SERIRIT

Ni Wayan Resmayani, I Made Sutama, Ida Ayu Made Darmayanti

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

Email:niwayanresmayani29@gmail.com,imadesutamaubd@gmail.com,
idaayumadedarmayanti@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian deskriptif ini bertujuan mendeskripsikan pola pengembangan paragraf dalam karangan
siswa kelas XI Bahasa I di SMA 1 Seririt. Subjek penelitian ini adalah karangan siswa kelas XI
Bahasa I di SMA N 1 Seririt. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi. Data yang diperoleh diolah melalui beberapa tahap, yaitu (1) identifikasi data, (2),
klasifikasi data, (3), penyajian data, dan (4), penarikan kesimpulan. Hasil penelitian secara umum
membuktikan bahwa pola pengembangan paragraf dalam karangan siswa kelas XI Bahasa I di SMA
N 1 Seririt sudah cukup baik. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh adalah 29 buah karangan
siswa kelas XI Bahasa I di SMA N 1 Seririt, dengan jumlah paragraf sebanyak 78. Dari 78 paragraf
karangan siswa, jumlah paragraf yang mengandung pola pengembangan paragraf adalah 53
paragraf. Sementara itu, paragraf yang tidak menggunakan pola pengembangan paragraf berjumlah
25 paragraf.

Kata kunci :analisis, pola pengembangan paragraf, karangan siswa.

ABSTRACT
This descriptive research aimed to describe the patterns of paragraph development used by students
in writing essays. The subject of this research was the essays written by students of Grade XI Bahasa
in SMA N 1 Seririt. The data was collected by using documentation method and it was processed by
following four certain steps. Those are (1) data identification, (2) data classification, (3) data
presentation, and (4) conclusion. The result of this study generally showed that the essays written by
students of Grade XI Bahasa in SMA N 1 Seriritwere already developed by using good paragraph
development patterns. The data proved that from twenty nine essays written by students of Grade XI
Bahasa in SMA N 1 Seririt which consisted of seventy eight paragraphs, there were fifty three
paragraphs were written by using certain patterns of paragraph development. Meanwhile, there were
twenty five paragraphs were written without following the patterns of paragraph development.

Keywords: analysis, patterns of paragraph development, student’s essay.

PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Menteri membantu peserta didik mengenal dirinya,
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun budayanya, dan budaya orang lain,
2006 menyebutkan bahwa bahasa mengemukakan gagasan dan perasaan,
memiliki peranan sentral dalam partisipasi dalam masyarakat yang
perkembangan intelektual, sosial, dan menggunakaan bahasa tersebut, dan
emosional peserta didik dan merupakan menemukan serta menggunakan
penunjang keberhasilan dalam kemampuan analitis dan imajinatif yang
mempelajari semua bidang studi. ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa
Pembelajaran bahasa diharapkan Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

kemampuan peserta didik untuk yang didapatkan oleh siswa dalam


berkomunikasi dalam bahasa Indonesia pembelajaran bahasa Indonesia tidaklah
dengan dengan baik dan benar, serta lebih baik dari pembelajaran yang
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil menyangkut ilmu eksakta.
karya kesastraan manusia Indonesia. Menulis adalah menuangkan ide
Dilihat dari kurikulum KTSP, dalam bentuk uraian kata, kalimat,
bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia paragraf, yang akhirnya membentuk
bertujuan agar peserta didik memiliki sebuah wacana. Kegiatan menulis
kemampuan sebagai berikut: (1) merupakan bagian yang tak terpisahkan
menggunakan bahasa secara efektif dan dalam sebuah proses belajar yang
efisien sesuai dengan etika yang berlaku, produktif dialami siswa. Sesuai dengan
baik secara lisan maupun tertulis; (2) pendapat Akhadiah, (1988: 112) yang
menghargai dan bangga menggunakan menyatakan kemampuan menulis
bahasa Indonesia sebagai bahasa merupakan kemampuan yang kompleks,
persatuan dan bahasa negara; (3) yang menuntut sejumlah pengetahuan
memahami bahasa Indonesia dan keterampilan. Sejalan dengan yang
menggunakannya dengan tepat dan diungkapkan oleh Suparno bahwa menulis
kreatif untuk berbagai tujuan; (4) merupakan suatu kegiatan penyampaian
menggunakan bahasa Indonesia untuk pesan (komunikasi) dengan menggunakan
meningkatkan kemampuan intelektual, bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
serta kematangan emosional dan sosial; Menulis karangan merupakan salah satu
(5) menikmati dan memanfaatkan karya dari sekian banyak kegiatan yang terdapat
sastra untuk memperluas wawasan, dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
memperhalus budi pekerti, serta sekolah. Dalam kegiatan menulis banyak
meningkatkan pengetahuan dan siswa tidak mampu untuk menentukan
kemampuan berbahasa; (6) menghargai topik, menyusun kerangka
dan membanggakan sastra Indonesia karangan,membangun koherensi dan
sebagai khazanah budaya dan intelektual pengembangan paragraf, menentukan
manusia Indonesia. kalimat utama dalam paragraf, serta
Setiap siswa dalam mengarang menyesuaikan keselarasan isi dengan
mempunyai kemampuan untuk topik.
mengekspresikan pikiran, perasaan dan Menulis ialah menurunkan atau
sikapnya. Kemampuan mengekspresikan melukiskan lambang-lambang grafik yang
tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk menggambarkan suatu bahasa yang di
tulisan seperti artikel,wacana, sketsa, puisi pahami oleh seseorang, sehingga orang
maupun bentuk karangan. Melalui lain dapat membaca lambang-lambang
kegiatan mengarang siswa akan grafik tersebut kalau mereka memahami
memberikan masukan berbagai informasi bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan).
maupun pengetahuan kepada pembaca Di samping itu, Jos Deniel Parera
dari hasil tulisannya. Isi yang terdapat mengatakan bahwa menulis merupakan
dalam karangan tersebut menceritakan suatu pewarisan yang mengatasi dua
hubungan manusia dengan alam semesta dimensi, yaitu dimensi waktu dan tempat.
maupun hubungan antar manusia. Menulis mengatasi dimentasi waktu berarti
Meskipun setiap siswa memiliki menulis itu dapat diwariskan kepada
kemampuan. Namun, masih mempunyai generasi-generasi yang akan datang.
tingkat kesulitan pada pembelajaran Secara kontenporer, hasil penelitian itu
bahasa Indonesia dianggap tidak menjadi dapat dibaca oleh banyak orang pada
kekhawatiran yang perlu untuk dipikirkan. waktu yang sama tanpa kehadiran si
Hal ini sedikit berbeda dengan penulis itu sendiri. Menulis pun mengatasi
pembelajaran yang menyangkut ilmu dimensi tempat. Pembaca di tempat lain,
eksakta, Fisika, Matematika, dan lainnya seperti di luar negeri dan daerah-daerah
yang justru dianggap memiliki tingkat dapat mengetahui gagasan, ide,
kesulitan yang tinggi. Pada akhirnya nilai pengetahuan, dan informasi yang
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

disampaikan oleh penulis walaupun diidentifikasikan berdasarkan jenis


penulis tidak hadir di tempat itu. karangan fiksi atau nonfiksi dan
Menurut Lamuddin Finoza (2010: kesesuaian antara judul dan isi. Dari segi
240-253), jenis tulisan dapat digolongkan bentuk atau cara penyajiannya, karangan
menjadi beberapa jenis yaitu: (1) diidentifikasikan berdasarkan karangan
karangan deskripsi merupakan karangan berupa puisi atau prosa, jika prosa
yang lebih menonjolkan aspek pelukisan penyajiannya berbentuk narasi, eksposisi,
sebuah benda atau objek, keadaan, lokasi argumentasi, deskripsi, atau persuasi.
dengan kat-kata, (2) karangan narasi Di sisi lain, karangan adalah
adalah suatu bentuk tulisan yang pengungkapan gagasan atau ide dalam
berusaha menciptakan, mengisahkan, sebuah karya tulis untuk dipahami oleh
merangkaikan tindak-tanduk perbuatan pembaca. Karangan terdiri atas karangan
manusia dalam sebuah peristiwa sacara fiksi dan nonfiksi. Karangan fiksi adalah
kronologis atau yang berlangsung dalam karangan yang dibuat dengan
kesatuan waktu kejadian, (3) karangan menggunakan sisi imajinatif dari
eksposisi yang merupakan wacana yang pengarang. Selain itu, karangan
bertujuan memberitahu, mengupas, merupakan bentuk tulisan yang
menguraikan, atau menerangkan sesuatu, mengungkapkan pikiran dan perasaan
(4) karangan argumentasi yang pengarang dalam satu kesatuan tema
merupakan karangan yang bertujuan yang utuh. Karangan diartikan pula
meyakinkan pembaca agar menerima dengan rangkaian hasil pikiran atau
atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan ungkapan perasaan ke dalam bentuk
tingkah laku tertentu, dan (5) karangan tulisan yang teratur, yang akan menjadi
persuasi yang merupakan karangan yang suatu keterampilan menulis siswa.
bertujuan membuat pembaca percaya, Nilai keterampilan menulis siswa
yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang saat ini sudah cukup baik, yang telah
dikomunikasikan yang mungkin berupa mencukupi nilai KKM tersebut membuat
fakta, suatu pendirian umum, suatu peneliti tertarik untuk meneliti hasil
pendapat atau gagasan ataupun perasaan karangan para siswa agar dapat
seseorang. mengetahui struktur paragrafnya
Jadi pentingnya menulis bukan berdasarkan macam-macam paragraf dan
hanya menuliskan yang diucapkan pola pengembangannya. Hal-hal di atas
(membahasatuliskan bahasa lisan), yang melatar belakangi peneliti untuk
melainkan juga merupakan suatu kegiatan melakukan penelitian dengan subjek dan
yang sedemuikian rupa sehingga terjadi objek tersebut.
suatu tindak komunikasi (antara penlis Adapun alasan peneliti melakukan
dan pembaca). Pada dasarnya, penelitian ini karena masih banyak siswa
pengertian dan hakikat menulis dapat yang kesulitan dalam membuat karangan
dilihat pada tiga aspek, yaitu 1) menulis dalam melakukan pembelajaran di
sebagai proses berpikir 2) menulis sekolah. Di samping itu, siswa
meliputi proses berpikir meliputi menganggap pelajaran bahasa Indonesia
serangkaian aktivitas, dan 3) menulis lebih gampang dibandingkan dengan mata
sebagai proses berhubugan erat dengan pelajaran lainnya terutama dalam
membaca. pembuatan kalimat, paragraf dan
Menurut Slamet (2009: 99), suatu penggunaan EYD siswa masih sering
karangan dapat dilihat dari segi bahasa memebuat siswa kebingungan dalam
yang digunakan, isi karangan, dan bentuk menetukan kaidah-kaidah yang akan
atau cara penyajiannya. Dari segi bahasa, digunakan dalam membuat sebuah
karangan diidentifikasikan berdasarkan karangan. Padahal sejauh ini dalam
penggunaan bahasa Indonesia yang sulit, kegiatan UTS dan UAS yang paling
sederhana, mudah, dan penggunaan terendah terjadi pada mata pelajaran
paragraf yang tepat dan penggunaan bahasa Indonesia hal itu kurang disadari
diksi yang tepat. Dari segi isi, karangan oleh siswa sendiri, maka dari itu peneliti
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

mencoba untuk meneliti hasil karangan Sendiktyas pada tahun 2012 dengan judul
siswa tersebut. “Analisis Pola Pengembangan Paragraf
Berdasarkan hasil observasi awal pada Karangan Narasi Berbahasa Jawa
yang telah peneliti lakukan, dari seluruh Siswa Kelas X SMA N 1 Bejagoan”.
kelas XI SMA Negeri 1 Seririt hanya kelas Penelitian ini mengkaji macam-macam
XI bahasa 1 yang terlihat memiliki nilai pola pengembangan paragraf dalam
rata-rata yang tinggi. Sehingga peneliti karangan narasi, ciri-ciri paragraf, fungsi
sepakat untuk menggunakan kelas paragraf, dan syarat-syarat pembentukan
bahasa 1 sebagai kelas yang akan di paragraf.
gunakan peneliti. Mengingat nilai kelas Jenis penelitian yang kedua terkait
bahasa 1 yang tinggi dari kelas yang penelitian pola pengembangan paragraf
lainnya. telah dilakukan oleh Ellisa Tesdy Supraba
Dipilihnya SMA Negeri 1 Seririt pada tahun 2008, dengan penelitian yang
sebagai tempat penelitian dikarenakan berjudul “Analisis Pola Pengembangan
sekolah tersebut merupakan sekolah Paragraf dalam Karangan Narasi Siswa
sudah lama berdiri. Selain itu, SMA 1 Kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta”.
Seririt juga memiliki prestasi khususnya Penelitian tersebut mengkaji jenis-jenis
dalam bidang sastra. Sekolah tersebut pola pengembangan paragraf, jenis-jenis
juga memiliki komunitas sastra. Tentunya konjungsi, dan letak konjungsi. Dengan
kondisi belajar siswa dalam mengikut hasil penelitiannya adalah terdapat 5
pelajaran bahasa Indonesia terutama (lima) jenis pola pengembangan paragraf
pada materi pola pengembangan paragraf pada 67 karangan siswa, yaitu pola umum
pada suatu karangan akan semakin khusus, proses, sudut pandang, sebab
meningkat dan diminati. Oleh sebab itu, akibat, dan perbandingan/pertentangan.
peneliti merasa tertari melakukan Selain itu, terdapat 5 (lima) jenis
penelitian di sekolah tersebut. konjungsi, yaitu konjungsi penunjukkan,
Peneliti menemukan penelitian penggantian, pelepasan, perangkaian,
sejenis yang pernah dilakukan oleh dan hubungan leksikal. Letak
peneliti lain. Penelitian sejenis yang konjungsinya ada 3 (tiga), yaitu awal,
pertama dilakukan oleh Devi Agnes tengah, dan akhir paragraf.
orang-orang di tempat penelitian
METODE PENELITIAN (McMillan & Schumacher, 2003: 232).
Metode penelitian merupakan Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan
bagian yang sangat terpenting dalam sebagai jenis penelitian yang temuan-
suatu penelitian. Dengan adanya metode temuannya tidak diperoleh melalui
penelitian, dapat diberikan jawaban prosedur statistik atau bentuk hitungan
tentang cara yang dipilih untuk lainnya (Strauss & Corbin, 2003:143).
memperoleh jawaban atas pertanyaan Penelitian kualitatif digunakan untuk
yang dianjurakan. Metode penelitian ini menggambarkan kepada meneliti pada
sangat bermanfaat untuk menuntun kondisi objek yang alamiah yang
Peneliti dalam melakukan penelitiannya. berkaitan dengan pola pengembangan
Metode penelitian tersebut meliputi: (1) karangan siswa di SMA N I Seririt.
rancangan penelitian, (2) subjek dan ubjek Subjek penelitian pada dasarnya
penelitian, (3) metode pengumpuan data, adalah yang akan dikenai kesimpulan
(4) instrumen penelitian, dan (5) metode hasil penelitian. Apabila subjek
analisis data. penelitiannya terbatas dan masih dalam
Penelitian ini menggunakan jangkauan sumber daya, maka dapat
rancangan penelitian kualitatif. Rancangan dilakukan studi populasi, yaitu
penelitian kualitatif adalah suatu mempelajari seluruh objek secara
pendekatan yang juga disebut pendekatan langsung. Sebaliknya, apabila subjek
investigasi karena biasanya peneliti penelitian sangat banyak dan berada
mengumpulkan data dengan cara bertatap diluar jangkauan sumber daya peneliti,
muka langsung dan berinteraksi dengan atau batasan populasinya tidak mudah
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

untuk didefinisikan, dapat dilakukan studi mudah diolah. Sesuai dengan metode
sempel. Subjek penelitian adalah benda, yang digunakan, dalam penelitian ini
hal, atau orang tempat variabel melekat, instrumen berupa kartu data untuk metode
dan yang dipermasalahkan dalam dokumentasi.
penelitian (Suandi, 2008: 31). Dalam Metode penelitian adalah metode
penelitian ini subjek penelitian mempunyai analisis data yang peneliti lakukan dengan
kedudukan yang sangat sentral. Adapun menggunakan kualitatif yaitu suatu cara
yang menjadi subjek pada penelitian ini pengolahan yang dilakukan dengan cara
adalah karangan siswa kelas XI Bahasa 1 menyusun data secara sistematis
SMA N 1 Seririt. sehingga diperoleh simpulan secara
Objek atau sasaran yang diteliti umum. Prosedur pengolahan data yang
dalam penelitian ini adalah pola dilakukan dengan lima langkah, (a),
pengembangan yang ada pada karangan identifikasi data, (b), klasifikasi data, (c),
siswa kelas XI Bahasa 1 SMA N 1 Seririt. penyajian data, dan (d), penarikan
Dalam proses pengumpulan data kesimpulan.
peneliti menggunakan dua metode untuk Pada tahap identifikasi data,
mempermudah pengambilan data. Metode kegiatan yang dilakukan adalah memilih
yang digunakan dalam penelitian ini hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus
adalah metode dokumentasi. Uraian yang penelitian yaitu pola pengembangan
lebih lengkap mengenai metode karangan siswa. Dengen demikian data
pengumpulan data pada penelitian ini yang telah direduksi akan memberikan
adalah sebagai berikut. gambaran yang jelas dan mempermudah
Metode dokumentasi peneliti peneliti untuk melakukan pengumpulan
gunakan untuk memperoleh data yang data selanjutnya.
benar-benar valid dan memang diperlukan Pada tahap ini dilakukan
dalam penelitian. Dokumentasi bisa pengklasifikasian data atau
berbentuk tulisan, gambar, atau karya- pengelompokan data sesuai dengan sub-
karya monumental seseorang (Sugiono, sub masalah yang dikemukakan dalam
2009;82). Dengan menggunakan metode rumusan masalah. Data yang diperlukan
dekumentasi, peneliti mendokumentasikan dalam penelitian diklasifikasikan
data karangan siswa yang telah dibuat. berdasarkan pola pengembangan
Dalam penelitian ini, data yang dicari karangan siswa.
dengan metode dokumentasi, yaitu pola Setelah data diklasifikasi
pengembangan karangan siswa kelas XI berdasarkan rumusan masalah, data
Bahasa 1 SMA N 1 Seririt. Dokumentasi disajikan secara sistematis. Dalam
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau penelitian ini, data yang telah diidentifikasi
karya-karya monumental seseorang dan dikelompokkan kemudian disajikan
(Sugiono, 2009: 82). dengan uraian singkat dalam bentuk teks
Instrumen penelitian adalah semua yang bersifat naratif. Pada tahap ini, data
alat yang digunakan untuk yang didapat akan menjawab
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki permasalahan yang ingin dipecahkan.
suatu masalah, atau mengumpulkan, Langkah terakhir dalam analisis
mengolah, menganalisa dan menyajikan data adalah penarikan kesimpulan. Untuk
data-data secara sistematis serta objektif mengetahui keakuratan penelitian,
dengan tujuan memecahkan suatu penyimpulan sangat penting dilakukan.
persoalan atau menguji suatu hipotesis. Peneliti merumuskan simpulkan
Arikunto (2010:203) mengatakan berdasarkan hasil temuan yang telah
instrumen penelitian adalah alat atau disajikan dalam penyajian data, yakni
fasilitas yang digunakan oleh peneliti mendeskripsikan temuan-temuan di
dalam mengumpulkan data agar lapangan dengan kata-kata. Penyimpulan
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya yang dilakukan harus dapat menjawab
lebih baik, dalam arti lebih cermat, semua masalah yang diangkat dalam
lengkap dan sistematis sehingga lebih penelitia.
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

HASIL DAN PEMBAHASAN siswa yang terdiri atas 78 paragraf,


Hasil Penelitian diantaranya 8 paragraf tulisan siswa yang
Penyajian dan hasil penelitian termasuk pola pengembangan paragraf
dapat dipaparkan secara lebih rinci dalam pertentangan, 44 paragraf tukisan siswa
bab IV ini. Dalam bab ini, peneliti yang termasuk pola pengenbangan
memaparkan satu permasalahan yaitu sebab-akibat, 1 paragraf tulisan siswa
pola pengembangan paragraf dalam yang termasuk pola pengembangan
karangan siswa kelas XI Bahasa 1 di SMA pargraf klasifikasi, dan 25 paragraf tulisan
1 Seririt. Setalah penelitian ini dipaparkan siswa yang tidak mengandung pola
secara mendalam, selanjutnya, hasil pengembangan pargraf.
penelitian ini akan diuraikan dan dibahas Dari 78 jumlah paragraf siswa,
pada bagian pembahasan. sebagian besar sudah mengandung pola
Hasil penelitian ini peneliti pengembangan paragraf. Hal ini
membahas tentang pola pengembangan disebabkan karena tulisan siswa sudah
paragraf dalam karangan siswa kelas XI memenuhi kreteria penulisan pola
Bahasa 1 di SMA 1 Seririt. Dalam pengembangan paragraf. Kreteria yang
penelitian ini, subjek penelitian yang dimaksud adalah ciri-ciri kebasaan pola
digunakan adalah 29 buah karangan pengembangan masing-masing paragraf
siswa kelas XI Bahasa 1 di SMA 1 Seririt. dan ciri-ciri struktur pola pengembangan
Dengan jumlah paragraf sebanyak 78 paragraf. Sebagian besar teks karangan
paragraf dalam 29 karangan siswa. Dari siswa sudah dapat menjawab pertanyaan
78 paragraf karangan siswa, jumlah tersebut. Dengan demikian, peneliti dapat
paragraf yang mengandung pola mengatakan bahwa teks karangan siswa
pengembangan paragraf adalah 53 sebagian besar sudah mengandung pola
paragraf. Sementara itu, paragraf yang pengembangan paragraf. Adapun,
tidak menggunakan pola pengembangan beberapa hal yang menyebabkan siswa
paragraf berjumlah 25 paragraf. dapat menulis dengan baik. Salah satunya
Berdasarkan pernyataan tersebut adalah peran guru dalam memberikan
dapat dinyatakan bahwa pola pembejalaran. Dalam pembelajaran
pengembangan paragraf yang digunakan menulis karangan guru mampu
oleh siswa dalam menulis opini adalah mengembangkan pelajaran dengan
pola pertentangan, sebab-akibat, dan memadukan buku panduan guru dan buku
klasifikasi. Dari tiga jenis pola panduan siswa. Hal ini dilakukan untuk
pengembangan paragaf yang terdapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama
dalam karangan siswa, pola sebab-akibat dalam meningkatkan pola pikir siswa
paling banyak digunakan oleh siswa, yaitu sehingga mampu mencapai tujuan
berjumlah 44 paragraf. Pola pertentangan pembelajaran yang direncanakan. Hal ini
berjumlah 8 paragraf. Sementara itu, dan sejalan dengan pendapat Tarigan (1985:6)
pola klasifkasi paling sedikit ditemukan, karangan yang baik adalah karangan yang
yaitu hanya berjumlah 1 paragraf. mencerminkan kemampuan pengerang
untuk menggunakan nada yang serasi,
karangan yang mencerminkan pengarang
Pembahasan mampu menyusun karangan secara utuh
Berdasarkan pemaparan hasil dan tidak samar-samar dan dapat
penelitian di atas, teks hasil karangan meyakinkan pembaca.
siswa sebagian besar sudah mengandung Untuk mengetahui sejauh mana
pola pengembangan pararaf. Namun, kemampuan siswa dalam menerapkan
masih ada beberapa paragraf siswa yang pola pengembangan paragraf pada
belim mengandung pola pengembangan karangan siswa, dengan menerapkan
paragarf. Dilihat dari jumlah hasil analisis macam-macam pola pengembangan
tersebut, yaitu analisis pola paragraf. Seperti contoh di bawah ini,
pengembangan paragraf. Berdasarkan paragraf 2 pada tulisan 03:
analisis yang dilakukan, dari 29 karangan
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

Kebakaran ini terjadi pada hari Kamis mengandung pola pengembangan


(3/7) malam, ini terjadi sekitar jam 19.00 paragraf sebab-akibat.
malam. Api pertama kali muncul di kios Berbeda halnya dengan pola
lantai satu. Api ini ditemukan sudah pengembangan paragraf klasifikasi, dalam
membesar dan memakan habis barang pengelompokannya berdasarkan
dagangan milik pedagang. Bahkan, kesamaan dan perpedaan sifat, ciri, dan
sampai menghanguskan seluruh isi karakter. Dengan pola pengmbangan
pasar. Pasukan pemadam kebakaran paragraf klasifikasi ini diharapkan
kewalahan untuk memadamkan api, pembaca dapat lebih mudah memahami
karena api terus membesar . Pemadaman informasi yang disajikan. Seperti contoh di
api ini dilakukan hingga besok pagi. bawah ini.
Paragraf di atas, di ambil dari Paragraf 3 pada tulisan 07.
karangan siswa dengan tema kebakaran Pemadam kebakaran mengaku
pasar Seririt. Paragraf di atas sudah sulit memadamkan api karena titik api
mengandung pola pengambangan belum ditemukan. Barang-barang di lantai
paragraf secara jelas karena sudah dapat satu juga merupakan barang-barang yang
menjawab pertanyaan apa yang sedang mudah terbakar jadi api dapat cepat
terjadi; kapan kejadian tersebut; membesar dan merembet ke sisi lain
bagaimana hal tersebut bisa terjadi; dan pasar. Kerugian yang dialami pedagang di
mengapa bisa terjadi. Pristiwa yang terjadi Pasar Seririt masih belum diketahui
adalah kebakaran pasar Seririt. Terjadinya karena saat itu kondisi masih penuh
pristiwa tersebut ketika malam kamis 03 kepanikan dan warga membantu
Juli di pasar Seririt. Api ditemukan sudah memadamkan api”.
membesar dan memakan habis barang Paragraf di atas adalah contoh
dagangan milik pedagang. Bahkan, paragraf yang mengandung pola
sampai menghanguskan seluruh isi pengembangan paragraf klasifikasi.
pasar. Pasukan pemadam kebakaran Paragraf di atas sudah terdapat ciri
kewalahan untuk memadamkan api, kebahasaan pola pengembangan paragraf
karena api terus membesar. Kemudian, klasifikasi, karena dapat menggolongkan
api terus membesar karena banyak suatu kejadian tersebut. Sehingga mampu
dagangan wagra berupa gas, pakaian dan menjawab “pertanyaan apa yang sedang
barang dagangan lainnya yang mudah terjadi”. Dengan demikian, paragraf
terbakar. dengan kode 07-3 mampu menjawab
Pemaparan di atas akan pertanyaan yang terkait dengan
memjawab kreteria yang ada dalam pola lingkungan kejadian seperti; di mana,
pengembangan paragraf dalam sebuah bagaimana, mengapa kejadian tersebut
karangan siswa. Penulis sudah memebuat terjadi, dan sebaginya. Penelitian ini
karangan dengan pemaparan yang jelas, didukung oleh pendapat Keraf dalam
yaitu memaparkan apa topik yang ingin Mudlofar (2002:103) dalam
dibahas, mengapa kejadian itu terjadi, dan pengembangan karangan kadang-kadang
bagaimana hal itu bisa terjadi. Halini diperlukan pengelompokan hal-hal yang
sangat penting untuk untuk mengetahui mempunyai persamaan. Pengelompokan
kemampuan siswa dalam menulis pola ini bekerja kedua arah yang berlawanan,
pengembangan paragraf dalam sebuah yaitu yang pertama mempersatukan
paragraf. Hal ini sejalan dengan pendapat satuan-satuan ke dalam satu kelompok,
Sakri (1992) bahwa pola pengembangan dan kedua, memisahkan satuan-satuan
paragraf ialah cara penulis merangkai dari kelompok yang lain.
informasi yang dikumpulkan menurut Begitu halnya dengan pola
kerangka dan runtutan tertentu. Dalam pengembangan paragraf pertentangan,
paragraf siswa di atas sudah mampu yang banyak menonjolkan perbedaan
menjawab pertanyaan tersebut sehingga yang ada pada dua benda atau lebih.
paragraf dengan kode 03-2 sudah Seperti contoh di bawah ini.
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

Warga sempat banyak yang panik pengembangan paragraf yang paling


karena takut barang dagangannya habis banyak digunakan atau yang sering
terbakar, namun pemadam kebakaran muncul adalah pola pengembangan
datang dan langsung berusaha untuk paragraf sebab-akibat.
memadamkan api tersebut, tetapi api Banyaknya pola pengembangan
tersebut susah untuk dipadamkan paragraf yang terdapat dalam karangan
sehingga sampai pukl 02:00 Wita. Api siswa, itu dikarenakan peran seorang guru
baru bisa dipadamkan meski masih ada sebagai demonstrator. Dalam
percikan-percikan api kecil di beberapa pembelajaran menulis paragraf guru
sudut pasar itu. Kerugian yang didapat mengembangkan pelajaran dengan
cukup besar, namun pemerintah telah memadukan buku pegangan dan buku
menyediakan tempat agar para pedagang pegangan siswa. Hal ini dilakukan untuk
bisa berjualan kembali. meningkatkan hasil belajar siswa
Paragraf di atas sudah termasuk sehingga mampu mencapai tujuan
kedalam pola pengembangan paragraf pembelajaran yang dirancang. Hal ini
pertentangan, karena sudah terdapat sejalan dengan pendapat Usman (2003:9)
salah satu ciri kebahasaan dari pola bahwa melalui perannya sebagai
pengembangan paragraf pertentangan. demonstrator, lecture, atau pengejar, guru
Selain itu, paragraf di atas juga mampu hendaknya senantiasa menguasai bahan
menjawab pertanyaan apa yang terjadi, atau materi pembelajaran yang akan
kapan kejadian tersebut, bagaimana hal diajarkan serta senantiasa
itu bisa terjadi, dan mengapa bisa terjadi. mengembangkan dalam arti meningkatkan
pristiwa yang terjadi adalah suatu kemampuannya dalam hal ilmu yang
kebakaran yang terjadi di pasar Seririt. dimilikinya karena hal ini akan sangat
Kejadian itu terjadi, saat malam hari di menentukan hasil belajar yang dicapai
lantai 2 pasar. Kemudian, mengakibatkan oleh siswa.
banyak kerugian yang dialami oleh para Dalam proses pembelajaran
warga yang mempunyai toko/kios di pasar menulis pola pengembangan paragraf,
seririt, namum pemerintah sudah guru menuntut siswa untuk memahami
nyediakan tempat yang layak untuk macam macam pola pengembangan
mereka berjualian kembali. Selanjutnya paragraf yang terdapat ciri-ciri
kurangnya ketelitian piha pedagang yang kebahasaan pola pengembangan paragraf
mengakibatkan kebakaran tersebut. Hal dan ciri-ciri strukutur pola pengembangan
ini sejalan dengan pendapat Martin dan paragraf. Hal ini bertujuan agar tulisan
Mary (1990) yang mengatakan pola terssebut mengandung pola
pengembangan paragraf menekankan pengembangan paragraf dengan jelas.
pada perbedaan yang dimiliki oleh dua Selain kejelasan pola yang tekadung
benda atau dua aspek yang berbeda pada dalam paragraf, siswa juga diarahkan agar
satu benda. Perbedaan yang dimaksud jelas apa audien dari tulisan yang akan
adalah hal yang mengandung unsur dilahirkan. Pengelolaan kelas seperti inilah
ekstroversi dan introversi. yang akan mampu menciptakan hasil
Dari hasil penelitian ditemukan tiga belajar yang lebih baik, khususnya dalam
macam pola pengembangan yang menulis karangan.
digunakan dalam paragraf karangan siswa Hal-hal ini sudah nampak pada
kelas XI Bahasa 1 SMA N 1 Seririt. buku pegangan guru bahwa guru harus
Adapun pola pengembangan yang memberikan penjelasan kepada siswa
digunakan oleh siswa dalam membuat agar siswa tahu kemana arah tulisan yang
paragraf pada karanganya, ialah pola akan dibuat. Hasil penellitian ini didukung
pengembangan paragraf pertentanga, dengan oleh pendapat Usman (2003:9)
pola pengembangan paragraf sebab- bahwa dalam proses belajar-mengajar
akibat, dan pola pengambangan paragraf membawa konsekuensi guru untuk
klasifikasi. Dari ketiga macam pola meningkatkan peranan dan
pengembangan paragraf tersebut, pola kompetensinya karena proses belajar-
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

mengajar dan hasil belajar siswa sebagian karena sudah mampu memenuhi ciri-ciri
ditentukan oleh peranan kompetensi guru. dari pola pengembangan paragraf.
Guru yang kompeten akan lebih mampu Selain tulisan siswa yang
menciptakan lingkungan belajar yang mengandung pola pengembangan
efektif dan akan lebih mumpu mengelola paragraf juga ditemukan beberapa tulisan
kelasnya sehingga hasil belajar siswa yang tidak mengandung pola
berada pada tingkat optimal. Dengan pengembangan paragraf. Hal tersebut
demikian, sangat jelas bahwa lahirnya bisa terjadi, dikarenakan siswa yang
tulisan-tulisan siswa yang optimal bukan kurang fokus dalam mengikuti
karena sisten yang terisolasi, melainkan pembelajaran didalam kelas, atau
karena didukung oleh beberapa hal, baik mungkin mereka memang memiliki
dari guru pengajar yang mampu kemampuan yang kurang dari teman-
menjelaskan materi dengan baik, dari temanmya.
materi yang telah dipelajari oleh siswa, Paragraf di atas tidak mengandung
sesta kemauan dari dalam diri siswa untuk pola pengembangan paragraf, karena
membuat sesuatu yang terbaik. tidak jelas kedua ciri-ciri yang digunakan
Di samping itu, banyaknya tulisan pada tulisan siswa. Hal ini yang akan
siswa yang mengandung pola menyebabkan pembaca sulit utuk
pengembangan paragraf sebab-akibat memahami apa informasi yang
karena topik yang ditentukan pada saat disampaikan.
pembelajaran menulis paragraf itu
mengakibatkan tulisan siswa sebagian SIMPULAN DAN SARAN
besar mengandung pola pengembangan Berdasarkan hasil penelitian dan
paragraf sebab-akibat. Dalam hal ini, topik pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
yang di ambil sebagai bahan yang akan pola pengembangan paragraf dalam
dilahirkan adalah “kebakan”. Tentu saja karangan siswa kelas XI Bahasa 1 di SMA
pusat pikiran siswa tertuju pada “apa yang N 1 Seririt. Dalam penelitian ini, ada 29
menyebabkan kebakaran itu terjadi”, “apa buah karangan siswa kelas XI Bahasa 1 di
akibat yang terjadi setelah kebakaran SMA 1 Seririt. Dengan jumlah paragraf
tersebut”, dan “kenapa kebakaran itu bisa sebanyak 78 paragraf dalam 29 karangan
terjadi”. Maka dari itu, muncullah tulisan siswa. Dari 78 paragraf karangan siswa,
siswa yang dominan ciri-ciri mengandung jumlah paragraf yang mengandung pola
pola pengembangan paragraf sebab- pengembangan paragraf adalah 53
akibat, seperti; adanya suatu kejadian paragraf. Sementara itu, paragraf yang
atau penomena, kata penghubung “jadi, tidak menggunakan pola pengembangan
karena, maka dll” dan yang lainnya. paragraf berjumlah 25 paragraf.
Seperti contoh paragraf di bawah ini. Setelah penelitian ini dilaksanakan,
peneliti dapat memberikan saran sebagai
Para warga yang menyaksikan berikut: Bagi siswa hasil penelitian ini
kebakaran tersebut mengatakan bahwa diharapkan mampu memberikan kontribusi
sering terdengar dentuman yang cukup yang positif dalam pelaksanaan
keras. Mereka menduga dentuman pembelajaran pola pengembangan
tersebut diakibatkan oleh tabung gas yang paragraf dalam karangan siswa serta
meledak. Para pemadam kebakaran dapa mengetahui kemampuan siswa
cukup kuwalahan dalam memadamkan dalam menulis karangan, sehingga siswa
api tersebut karena di Pasar Seririt tidak yang merasa kurang dalam menulis suatu
ada pompa air sehingga pemadam karangan lebih bersemangat untuk
kebakaran harus bolak-balik mengambil belajar.
air. Bagi guru penelitian ini dapat
Paragraf di atas sudah sangat menambah wawasan guru dalam
jelas terlihat mengandung pola mengajar siswa mengenai pola
pengembangan paragraf sebab-akibat, pengembangan paragraf, serta
mengetahui kendala yang dialami
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015

siswa saat menulis kaangan, sehingga Indonesia. Yogyakarta : Andi Offset.


guru dapat mengarahkan siswa untuk Sakri, Adjad. 1992. Bangun Paragraf
memahami pola pengembangan Bahasa Indonesia. Bandung: ITB.
paragraf dalam pelajaran bahasa Sendiktyas, Devi Agnes. 2012. Analisis
indonesia, sehingga siswa mampu Pola Pengembangan Paragraf pada
menulis karangan dengan maksimal. Karangan Narasi Berbahasa Jawa
Bagi sekolah penelitian ini dapat Siswa Kelas X SMA N 1 Bejagoan.
memberikan kontribusi positif teradap Skripsi (tidak diterbitkan)
kemajuan sekolah dalam Sudiana, I Nyoman. 2007. Retorika
mengoptimalkan kemampuan menulis Bertutur Efektif. Jakarta:Asri Press.
karangan siswa. Bagi peneliti lain Suparno, Yunus. 2010. Keterampilan
hasil penelitian ini diharapkan dapat Dasar Menulis. Jakarta: Universitas
dijadikan refrensi atau perbandigan Terbuka
oleh peneliti lain yang hendak Supraba, Ellisa Tesdy. 2008. Analisis Pola
melaksanakan penelitian yang sejenis Pengembangan Paragraf dalam
dengan penelitian ini Karangan Narasi Siswa Kelas VIII
SMP Bopkri 3 Yogyakarta. Skripsi
DAFTAR PUSTAKA (tidak diterbitkan).
Ahmadi, Muchsin. (1988). Materi Dasar Tarigan, HG. 1985. Menulis Sebagai
Pengajaran Komposisi Bahasa Suatu Keterampilan Berbahasa.
Indonesia. Jakarta: Bandung:Angkasa.
Depdikbud.Akhadiah, S., Maidar, G.A., Tarigan, 1982. Menulis Sebagai Suatu
dan Sakura, H.R. 1988. Pembinaan Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Kemampuan Menulis Bahasa Angkasa.
Indonesia. Jakarta: Erlangga. Usman, Uzer Moh. 2003. Menjadi Guru
Akhadiah, dkk. 1993. Pembinaan Profesional. Bandung: PT Remaja
Kemampuan Menulis Bahasa Rosdakarya.
Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Widjono, HS. 2007. Bahasa Indonesia
Alek. A, dkk. 2010. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kepribadian di Perguruan Tinggi
Kencana. (Edisi Revisi). Jakarta:
Darmadi, K. 1996. Meningkatkan Grasindo.Widyamartaya, A. (1990).
Kemampuan Menulis Bahasa Seni Menuangkan Gagasan.
Indonesia. Jakarta:Departemen Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
Pendidikan dan Kebudayaan.
Enre, Facrudin Ambo. 1998. Dasar-dasar
Keterampilan Menulis. Jakarta :
Dirjen Dikti Depdikbud.
Gie, The Liang. 1995. Pengantar Dunia
Karang Mengarang. Yogyakarta:
Andi Offset.
Hastuti, P. H, dkk. (1993). Pendidikan
Bahasa Indonesia. Yogyakarta: FBS
UNY.
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Jakarta :
Ikrar Mandiri Abadi.
Keraf, Gorys. 1982. Komposisi. Ende,
Flores: Nusa Indah.
Rahardi, Kunjana. 2009. Penyuntingan
Bahasa Indonesia untuk Karang
Mengarang. Jakarta: Erlangga.
Ramlan, M. 1993. Paragraf Alur Pikiran
dan Kepanduan dalam Bahasa

Anda mungkin juga menyukai