NAMA : NURHAJRAH
NIM : H 311 09 275
KELOMPOK : II (DUA)
HARI / TGL. PERC. : KAMIS / 07 APRIL 2011
ASISTEN : YUSTIN
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap hari tubuh kita memerlukan energi untuk menunjang aktivitas yang
kita kerjakan. Energi yang diperlukan ini kita peroleh dari bahan makanan yang
kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok
utama, yaitu karbohidrat, protein dan lipid atau lemak. Dari ketiga unsur utama
memegang peranan yang sangat penting karena merupakan sumber tenaga bagi
karbohidrat, dimana fungsinya sebagai bahan baku atau bahan sumber energi.
yang terbentuk di alam dengan rumus umum Cn(H 2O)n. Dengan rumus empiris
tersebut, senyawa ini dapat diduga sebagai “hidrat dari karbon”, sehingga disebut
karbohidrat.
dalam tubuh manusia. Glukosa merupakan salah satu jenis karbohidrat penting
dan termasuk dalam kelompok gula reduksi. Glukosa dapat mereduksi ion kupri
menjadi kupro sehingga reaksi ini dapat digunakan sebagai dasar di dalam
penentuan glukosa dan dilakukan dengan berbagai metode antara lain : Luff
teknik penentuan kadar glukosa dalam suatu sampel dengan metode Somogy-
Nelson.
spektronik 20D+.
Penentuan kadar glukosa didasarkan dari hasil reduksi ion kupri oleh
memberikan warna biru dan absorbansinya diukur dengan spektronik 20D+ pada
TINJAUAN PUSTAKA
pengertian lebih terbatas untuk menunjukkan zat yang terdiri atas polihidroksi
aldehida dan keton serta turunannya. Gula yang kita kenal dengan sebutan
karbohidrat yang biasanya memiliki tiga sampai sembilan atom karbon (Pine,
dkk., 1988).
serta kapas). Industri (rami, rosela), bahan bangunan (kayu, bambu) atau bahan
baker (kayu baker, seresah). Disamping sebagai sumber utama biokalori dalam
sebagai bahan penstabil dan banyak lagi sebagai bahan pemanis (sukrosa, glukosa,
dibagi atas tiga golongan besar yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida.
Istilah sakarida berasal dari bahasa latin dan mengacu pada rasa manis senyawa
dihidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana (Tim Dosen Kimia, 2009).
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya
hanya terdiri dari beberapa jenis atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan
(Poedjiadi, 1994).
Salah satu monosakarida yang amat penting adalah glukosa atau sering
dikenal dengan dekstrosa. Glukosa adalah gula yang mempunyai enam atom
karbon dan dengan demikian disebut heksosa. Karbohidrat lima karbon dikenal
sebagai pentosa dan selanjutnya. Kenyataan bahwa gugus karbonil adalah sebuah
Monosakarida yang amat penting yaitu D-glukosa sering dikenal sebagai dektrosa.
CHO
H OH
HO H
H OH
H OH
CH2OH
D - glukosa
dan gugus karbonil paling dekat dengan puncak (Pine, dkk., 1988).
Glukosa adalah suatu heksosa dan sering disebut dekstrosa karena sifat dapat
jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap mL darah. Glukosa
darah ini bertambah setelah kita makan-makanan sumber karbohidrat, namun kira-
kira dua jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula.
Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa
darah lebih besar dari 130 mg per 100 mL darah (Poedjiadi, 1994).
fersianida, hydrogen peroksida, atau ion kupri (Cu2+). Pada reaksi seperti ini, gula
Glukosa dan gula-gula lain yang mampu mereduksi senyawa pengoksidasi disebut
gula pereduksi. Sifat ini berguna dalam analisa gula. Dengan mengukur jumlah
dari senyawa pengoksidasi yang tereduksi oleh suatu larutan gula tertentu. Dapat
dilakukan pendugaan konsentrasi gula. Dengan cara ini, darah dan air seni dapat
ini menunjukan tingkat gula darah yang tinggi secara Abnormal, dan pengeluaran
oksidasi dengan kupri. Metoda ini didasarkan pada peristiwa terduksinya kupri-
oksida menjadi kupro-oksida karena adanya gula reduksi. Reagen yang digunakan
merupakan campuran kupri sulfat, Na-karbonat, dan asam sitrat atau campuran
terjadinya pengendapan kupri oksida yang ada dalam reagen. Pada kedua macam
menentukan kelebihan kuprioksida yang ada dalam larutan sebelum dan sesudah
karbohidrat dalam suatu bahan yaitu antara lain dengan cara kimiawi, cara fisik,
Untuk keperluan ini, maka bahan dihidrolisa dengan asam atau enzim pada suatu
Hasil analisisnya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat menentukan
Salah satu alat yang dapat mengukur absorban dari larutan yang berwarna
suatu teknik yang handal untuk deteksi, identifikasi, dan pengukuran kadar
senyawa kimia dalam suatu larutan. Spektrum cahaya yang dapat terlihat oleh
mata terentang antara 400 nm sampai 800 nm. Pada teknik spektrofotometri,
diperoleh cahaya monokromatis yang diserap oleh zat yang akan diperiksa.
gelombang, sehingga cahaya yang diserap oleh larutan berwarna dapat diukur.
eksponensial dan bergantung pada panjang larutan yang dilalui cahaya dan kadar
2001):
I
log = - kcl
Io
Dengan, Io = intensitas cahaya masuk
dalam persen (%). Serapan (Absorbance) = A atau disebut juga kerapatan optik
(optical density) = OD, merupakan istilah yang lebih sering digunakan dan berasal
A = - log T
Jadi, A = Kcl
Pada alat spektrofotometer yang lebih canggih, sinar yang datang benar-
larutan (kuvet) yang sedemikian rupa, sehingga tidak ada sinar yang tertahan. Jika
jalur sinar pada setiap bagian kuvet itu sama, maka nilai k untuk berbagai
senyawa dalam berbagai larutan dan berbagai panjang gelombang dapat dihitung
(Soewoto, 2001).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan sampel M-150,
arsenomolibdat, akuades, spiritus, aluminium foil, tissue roll, korek, sabun dan
kertas label.
3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak
tabung, sikat tabung, pipet tetes, pipet skala 0,2 mL, pipet skala 5 mL, pipet skala
10 mL, gelas kimia 100 mL, labu ukur 10 mL, statif, klem, buret 50 mL, bulb,
filler pipet, gegep, kaki tiga, pembakar spiritus, labu semprot, spektronik 20D+.
mg/mL.
0,02 mL; 0,04 mL; 0,06 mL; 0,08 mL; 0,10 mL dan 0,12 mL. Kemudian
ditambahkan aquades masing-masing 0,98 mL; 0,96 mL; 0,94 mL; 0,92 mL; 0,90
No. M Larutan Standar V Larutan Induk (mL) V H2O (mL) V total (mL)
10.000 kali. Pada tahap pertama dilakukan pengenceran 100 kali, yaitu sampel
dikocok. Dilanjutkan pada tahap kedua, dilakukan lagi pengenceran 100 kali,
yaitu dipipet sebanyak 0,01 larutan sampel tadi kemudian ditambahkan lagi
kemudian dikocok. Hal ini dilakukan karena warna yang ditimbulkan masih
Soewoto, H. M., Sadikin, M. V., Kurniati, S. I., Wanandi, D., Retno, P., Abadi,
A., Retnoprijati, I. P., Harahap, S. A., dan Jusman, 2001, Biokimia
Eksperimen Laboratorium, Widya Medika, Jakarta.
Tim Dosen Kimia, 2009, Kimia Dasar, UPT MKU Universitas Hasanuddin,
Makassar.
LEMBAR PENGESAHAN
Asisten Praktikan
(Yustin) (Nurhajrah)
BAB IV
ion kupri oleh glukosa (gula reduksi) dalam suasana basa dengan reagen
spektrofotometer. Pada percobaan ini absorban yang diukur yaitu pada larutan
650 0,99
660 0,012
670 1,024
675 1,014
680 1,008
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dibuat grafik sebagai berikut :
1.2
1
Absorban
0.8
0.6
0.4
0.2
0
645 650 655 660 665 670 675 680 685
Panjang gelombang (nm)
0,02 0,008
0,04 0,588
0,06 1,026
0,08 1,276
Sampel 1,026
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dibuat grafik sebagai berikut :
1.6
1.4
1.2
Absorban
1
0.8
y = 21.21x - 0.336
0.6
R² = 0.9705
0.4
0.2
0
00.020.040.060.080.1
Konsentrasi larutan
persamaan garis y = 21,21x – 0,336, sehingga kadar glukosa dalam sampel M 150
dapat dihitung :
y = 21,21x – 0,336
x = 1,026 + 0,336
21,21
x = 0,064 mg/mL
konsentrasi 0,02 M; 0,04 M; 0,06 M; 0,08 M; 0,10 M dan 0,12 M. Sampel yang
pereaksi Nelson sebanyak 1 mL, dimana penambahan pereaksi Nelson ini berguna
secara bersamaan selama ± 20 menit hal ini bertujuan agar ion kupri tereduksi
oleh gula pereduksi (glukosa) sehingga menjadi ion kupro dalam suasana basa.
(Cu2O) yang warnanya semakin pekat sesuai dengan konsentrasi glukosa pada
larutan. Semakin banyak glukosa maka semakin merah pula warnanya. Setelah itu
kompleks yang berwarna biru. Setelah itu ditambahkan akuades sebanyak 7 mL.
Karena warna yang ditimbulkan masih sangat pekat, maka ditambahkan lagi pada
pada konsentrasi 0,10 M, sprektonik 20D+ sudah tidak dapat terbaca, hal ini
Dari data yang diperoleh, maka didapatkan kadar glukosa dalam sampel
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Untuk asisten, agar dalam memberi penjelasan jangan terlalu cepat agar
dengan benar.
LAMPIRAN
Bagan Kerja
Glukosa
Hasil
0,02 mg/mL
Larutan Induk
0,04 mg/mL
Larutan Induk
Larutan Induk
Hasil
0,08 mg/mL
Larutan Induk
Hasil
0,10 mg/mL
Larutan Induk
Hasil
0,12 mg/mL
Larutan Induk
Hasil
3. Preparasi Sampel
1 mL larutan sampel
Dik: M = 1 mg/mL
Volume = 10 mL
Penyelesaian:
Mr Glukosa
M = 𝑥 mg
Mr Glukosa monohidrat x
10 mL
180 𝑥 mg
1 mg/mL = x
198 10 mL
2. Pembuatan Larutan
Standar Dik: M1 = 1
mg/mL
M2 :
a. 0,02 mg/mL
b. 0,04 mg/mL
c. 0,06 mg/mL
d. 0,08 mg/mL
e. 0,010 mg/mL
f. 0,012 mg/mL
V2 = 1 mL
Dit: V1 = ...?
Penyelesaian:
V1 . M1 = V2 . M2
V1 = 0,02 mL
V akuades = 1 mL – 0,02 mL
= 0,98 mL
V1 . M1 = V2 . M2
V1 = 0,04 mL
V akuades = 1 mL – 0,04 mL
= 0,96 mL
V1 . M1 = V2 . M2
V1 = 0,06 mL
V akuades = 1 ml – 0,06 mL
= 0,94 mL
V1 . M1 = V2 . M2
V1 = 0,08 mL
V akuades = 1 mL – 0,08 mL
= 0,92 mL
V1 . M1 = V2 . M2
V1 = 0,10 mL
V akuades = 1 mL – 0,10 mL
= 0,99 mL
V1 . M1 = V2 . M2
V1 = 0,12 mL
V akuades = 1 mL – 0,12 mL
= 0,88 mL
3. Preparasi Sampel
dipipet
100 x
0,01 mL + 0,99 mL H2O 1 mL
4. Penyiapan Larutan Nelson
B 25 : 1
25 x 16 : 1 x 16
26 26
15,38 : 0,62
Gambar