Anda di halaman 1dari 2

ANTU AYEK

Konon kabarnya, dahulu kala hiduplah seorang gadis dari keluarga sederhana bernama Juani. Juani merupakan
gadis kampung yang elok rupawan, berkulit kuning langsat dan rambut panjangnya yang hitam lebat.

Keelokan rupa Gadis Juani sudah begitu terkenal di kalangan masyarakat. Sehingga wajar kiranya jika banyak
bujang yang berharap bisa duduk bersanding dengannya. Namun apalah daya, Gadis Juani belum mau
menentukan pilihan hati kepada satu bujang pun di kampungnya.

Hingga, pada suatu masa, bapak Gadis Juani terpaksa menerima pinangan dari Bujang Juandan, karena terjerat
hutang dengan keluarga Bujang Juandan. Bujang Juandan adalah pemuda dari keluarga kaya raya, namun yang
menjadi masalah adalah Bujang Juandan bukanlah pemuda tampan. Bahkan tidak sekadar kurang tampan,
Bujang Juandan pun menderita penyakit kulit di sekujur tubuhnya, sehingga ia pun dikenal sebagai Bujang
Kurap.
 

Mendengar kabar itu, Gadis Juani pun bersedih hati. Ia hendak menolak namun tak kuasa karena kasihan kepada
bapaknya. Berhari-hari ia menangisi nasibnya yang begitu malang. Namun apa hendak dikata, pesta pernikahan
pun sudah mulai dipersiapkan. Orang sekampung ikut sibuk menyiapkan upacara perkawinan Gadis Juani dan
Bujang Juandan.

Akhirnya malam perkawinan itu pun tiba, Gadis Juani yang cantik dipakaikan aesan penganten yang begitu
anggun menunggu di kamar tidurnya sambil berurai air mata.
Ketika orang serumah turun menyambut kedatangan arak-arakan rombongan Bujang Juandan, hati Gadis Juani
semakin hancur. Di tengah kekalutan pikiran, ia pun mengambil keputusan, dengan berurai air mata ia keluar
lewat pintu belakang dan berlari menuju sungai.

Akhirnya dengan berurai air mata Gadis Juani pun mengakhiri hidupnya dengan terjun ke sungai.

Kematiannya yang penuh derita menjadikannya arwah penunggu sungai yang dikenal sebagai Antu Ayek yang
sering mencari korban anak-anak.

Begitulah asal mula hikayat Antu Ayek di daerah ini.Meski kisah ini sangat “hidup” di tengah masyarakat, pesan
dari kisah ini hanya untuk menakuti anak-anak kecil yang belum pandai berenang agar tidak sembarangan
bermain sendiri di sungai. Karena tidak sedikit nyawa anak-anak yang melayang akibat tenggelam di sungai.
Lucunya, semasa kecil aku sering diajarkan mantera pengusir Antu Ayek oleh orang-orang tua bilamana akan ke
kayek (pergi ke sungai). “Nyisih kau Gadis Juani, Bujang Juandan nak ke kayek” (Menyingkirlah engkau gadis
Juani, Bujang Juandan hendak turun ke sungai), konon kalau kita baca syair itu Antu Ayek akan menjauh karena
enggan bertemu si Bujang Kurap
Konon kabarnya, dahulu kala hiduplah seorang gadis dari keluarga sederhana bernama
Juani. Juani merupakan gadis kampung yang elok rupawan, berkulit kuning langsat dan
rambut panjangnya yang hitam lebat. Keelokan rupa Gadis Juani sudah begitu terkenal di
kalangan masyarakat. Sehingga wajar kiranya jika banyak bujang yang berharap bisa duduk
bersanding dengannya. Namun apalah daya, Gadis Juani belum mau menentukan pilihan
hati kepada satu bujang pun di kampungnya. Hingga, pada suatu masa, bapak Gadis Juani
terpaksa menerima pinangan dari Bujang Juandan, karena terjerat hutang dengan keluarga
Bujang Juandan. Bujang Juandan adalah pemuda dari keluarga kaya raya, namun yang
menjadi masalah adalah Bujang Juandan bukanlah pemuda tampan. Bahkan tidak sekadar
kurang tampan, Bujang Juandan pun menderita penyakit kulit di sekujur tubuhnya, sehingga
ia pun dikenal sebagai Bujang Kurap.

 
Mendengar kabar itu, Gadis Juani pun bersedih hati. Ia hendak menolak namun tak kuasa
karena kasihan kepada bapaknya. Berhari-hari ia menangisi nasibnya yang begitu malang.
Namun apa hendak dikata, pesta pernikahan pun sudah mulai dipersiapkan. Orang
sekampung ikut sibuk menyiapkan upacara perkawinan Gadis Juani dan Bujang Juandan.
Akhirnya malam perkawinan itu pun tiba, Gadis Juani yang cantik dipakaikan aesan
penganten yang begitu anggun menunggu di kamar tidurnya sambil berurai air mata.
Ketika orang serumah turun menyambut kedatangan arak-arakan rombongan Bujang
Juandan, hati Gadis Juani semakin hancur. Di tengah kekalutan pikiran, ia pun mengambil
keputusan, dengan berurai air mata ia keluar lewat pintu belakang dan berlari menuju sungai.
Akhirnya dengan berurai air mata Gadis Juani pun mengakhiri hidupnya dengan terjun ke
sungai. Kematiannya yang penuh derita menjadikannya arwah penunggu sungai yang dikenal
sebagai Antu Ayek yang sering mencari korban anak-anak.
Begitulah asal mula hikayat Antu Ayek di daerah ini.Meski kisah ini sangat “hidup” di tengah
masyarakat, pesan dari kisah ini hanya untuk menakuti anak-anak kecil yang belum pandai
berenang agar tidak sembarangan bermain sendiri di sungai. Karena tidak sedikit nyawa
anak-anak yang melayang akibat tenggelam di sungai. Lucunya, semasa kecil aku sering
diajarkan mantera pengusir Antu Ayek oleh orang-orang tua bilamana akan ke kayek (pergi
ke sungai). “Nyisih kau Gadis Juani, Bujang Juandan nak ke kayek” (Menyingkirlah engkau
gadis Juani, Bujang Juandan hendak turun ke sungai), konon kalau kita baca syair itu Antu
Ayek akan menjauh karena enggan bertemu si Bujang Kurap

Anda mungkin juga menyukai