Anda di halaman 1dari 4

Teknik Budidaya Lebah Madu Trigona sp

54Shares

FORDA (27/04/2015)_Trigona
sp baru dikenal dan mulai dibudidayakan oleh masyarakat Pulau
Lombok karena kemudahan budidaya dan tidak membutuhkan biaya
yang banyak. Hanya diperlukan stup dan ketersediaan sumber pakan
untuk dapat membudidayakan lebah. Demikian disampaikan oleh
Septiantina Dyah R, S.Hut dan Krisnawati, S.Hut, peneliti Balai
Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu (BPTHHBK), di
Mataram, NTB.

Dengan membudidayakan trigona akan mendapat manfaat antara


lain : 1) manfaat ekologis : proses penyerbukan oleh lebah dalam
keterkaitan pakan, 2). manfaat ekonomi : produk – produk yang
dihasilkan trigona berupa madu, propolis, bee pollen dll, 3). manfaat
sosial : sebagai sumber penghasilan, membuka peluang usaha bagi
masyarakat, obyek penelitian dan sebagai potensi daerah.
“Trigona sp merupakan salah satu jenis dari genus Meliponini yaitu
jenis lebah madu yang tidak bersengat (stingless bee),” kata Dyah.

Dyah mengatakan bahwa Trigona mengandalkan propolis untuk


melindungi sarang dari serangan predator dan untuk
mempertahankan kestabilan suhu di dalam sarang. Di Pulau Lombok,
teridentifikasi 2 jenis Trigona sp yaitu Trigona clypearis dan Trigona
sapiens. Kedua jenis trigona ini ditemukan di seluruh Pulau Lombok
dengan beragam kondisi habitatnya. Pembudidaya trigona ditemukan
di dataran rendah (daerah pantai) hingga ke daerah dataran tinggi
(pegunungan) dan berhasil dibudidayakan di semua lokasi.

“Teknik budidaya lebah madu trigona sangat mudah. Peralatan yang


harus disiapkan dalam membudidayakantrigona adalah sarang (stup),
tali tambang, pisau kikis, mangkuk, saringan dan tempat hasil
perasan madu,”tegas Dyah

Lebih lanjut Dyah, mengatakan bahwa dalam pembuatan stup


dibutuhkan papan kayu dengan ketebalan kayu ± 2 cm dan paku.
Pembuatan stup lebah madu Trigona sp menggunakan kayu dengan
ketebalan ± 2 cm karena untuk menjaga kelembaban dan stabilitas
sarang (Hermawan, 2007). Jika kayu yang digunakan ketebalannya
kurang dari 2 cm, kebanyakan koloni trigona akan pergi
meninggalkan sarangnya. Stup dibuat dan didiamkan selama 3 hari,
agar kondisi suhu dan kelembaban di dalam stup menjadi stabil.
Setelah 3 hari, stup siap digunakan

Stup diletakkan dengan 2 cara yaitu digantung dan diletakkan di rak


penyimpanan. Digantung di lokasi yang teduh, tidak terkena sinar
matahari langsung dan tidak terkena hujan. Beberapa pembudidaya
meletakkan stup dengan digantung di pohon besar dengan alasan
menciptakan suasana sarang yang sama dengan sarang aslinya.

“Tempat lain untuk menggantung stup yaitu disekitar pinggiran


rumah dan pohon – pohon yang tumbuh di halaman rumah. Untuk rak
penyimpanan stup bisa diletakkan di kebun dan halaman rumah,”kata
Dyah

Dyah mengatakan bahawa di alam, Trigona bersarang di pohon lapuk


dan di ruas pohon bambu. Pohon bambu diambil 2 (dua) ruas yang
menjadi tempat bersarang Trigona, koloni menggunakan sarang di
ruas bambu bagian atas untuk meletakkan telur dan berkumpulnya
koloni, sedangkan di bagian bawah digunakan sebagai penyimpan
madu dan bee polen. Bambu yang berisi koloni dan
madu Trigona ditebang dan diusahakan menebang dan membawa
koloni pada sore hari agar semua anggota koloni pulang ke sarang
dan tidak ada anggota koloni yang tertinggal.

Tahap selanjutnya adalah pemindahan koloni dari sarang alami ke


dalam stup. Pemindahan dilakukan pada malam hari setelah semua
koloni kembali ke sarang atau dini hari ketika koloni belum mencari
pakan keluar sarang. Pemindahan dilakukan dengan membelah
bambu kemudian memindahkan koloni beserta telurnya ke dalam stup
buatan.

Lebih lanjut Dyah mengatakan bahwa teknik memindahkan koloni


lebih mudah dengan cara memindahkan ratunya terlebih dahulu,
ketika ratunya sudah dipindah, secara otomatis anggota koloni akan
mengikuti ratu untuk berpindah tempat. Setelah semua koloni
berpindah, stup yang baru didiamkan 1-2 bulan agar koloni dapat
beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Tahap awal yang
dilakukan trigona adalah menutup semaksimal mungkin lubang yang
ada di dalam stup yang baru dengan menggunakan propolis. Satu hal
yang tidak boleh terlewatkan adalah menandai lubang masuk di kotak
koloni dengan potongan propolis yang sewaktu di sarang alami
dijadikan pintu masuk oleh koloni. Jika sarang sudah tertutup dengan
rapat, trigona mulai memproduksi madu

Perkembangan Trigona sp dalam memproduksi madu cukup


beragam, 2 bulan sampai 6 bulan adalah rentang waktu bagi Trigona
sp untuk memproduksi madu. Selama rentang waktu tersebut, stup
didiamkan tanpa membuka tutupnya, hal ini bertujuan
agar trigona merasa aman dan fokus dalam memproduksi madu.
Hanya dilakukan pemeliharan seperti pembersihan dari sarang laba-
laba, pembersihan dari sarang semut, dan pengecekan kondisi stup
jika terkena air hujan.

Selanjutnya adalah tahap pemanenan. “Pemanenan madu maupun


propolis dilakukan dengan cara tradisional yaitu menggunakan pisau
kikis. Madu maupun propolis dikikis menggunakan pisau secara hati-
hati, tanpa mengganggu telur dan ratu lebah madu trigona. Madu dan
propolis yang sudah dipanen diletakkan di mangkuk untuk kemudian
dilakukan penirisan,”kata Dyah

“Teknik penirisan madu dilakukan agar madu tetap steril dengan tidak
terlalu banyak kontak dengan tangan. Hasil tirisan madu langsung
dimasukkan ke dalam botol dan ketika sudah penuh botol langsung
ditutup. Untuk propolis, setelah propolis dipanen langsung diletakkan
ke dalam toples dan kemudian ditutup rapat. Pemanenan bisa
dilakukan 3x setiap tahun untuk setiap stup. Budidaya trigona cukup
mudah dan tidak membutuhkan biaya yang banyak. Hanya perlu
penyediaan stup dan lokasi yang mempunyai banyak tanaman yang
berbunga dan bergetah,”tegas Dyah

Beberapa tantangan dalam budiya Trigona sp adalah ; 1) kurangnya pengetahuan tentang


budidaya Trigona sp, sehingga tidak tahu waktu memanen madu dan propolis yang tepat.
Hal ini menyebabkan stup penuh dan trigona kabur; 2) meletakkan stup di lokasi terkena
langsung dengan sinar matahari, sehingga suhu didalam stup terlalu tinggi, bisa
menyebabkan trigona pergi dari sarangnya; 3) adanya polusi dari pestisida dari lingkungan
sekitar pembudidaya yang dapat menurunkan produksi madu sampai 0%; dan 4) kondisi
stup yang terlalu besar maupun terlalu kecil karena belum menemukan ukuran stup standar
bagi Trigona sp.

Anda mungkin juga menyukai