Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN BENGKEL

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS

Oleh :
Billy Fauzan
Kelas XII A TSM

JURUSAN TEKNIK
TEKNIK SEPEDA MOTOR

SMK NEGERI 1 MANGGAR


TAHUN PELAJARAN 2019/2020

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan tentunya tidak hanya mengajarkan mengenai teori
saja, tetapi peserta didik tentunya juga dibekali dengan praktik dari teori-teori
yang telah diajarkan. Khususnya dalam pendidikan menengah kejuruan yang
mengutamakan praktik bagi peserta didiknya agar peserta didik memiliki
keterampilan sehingga siap untuk memasuki dunia industri setelah menyelesaikan
studinya.
Dalam pelaksanaan praktik di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tentunya
didukung dengan adanya bengkel/laboratorium sebagai sarana belajar dan
mengasah keterampilan. Pembuatan bengkel memiliki standar tersendiri yang
telah ditentukan oleh permendiknas nomor 40 tahun 2008. Sudah seharusnya
diberlakukan pada seluruh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) agar selalu
bekerja sesuai dengan SOP (Standart Operational Procedur).
Manajemen bengkel merupakan cara untuk mengatur segala sesuatu dan
sumber daya yang ada pada bengkel secara efektif dan efisien. Bengkel
merupakan bagian dari sarana pendidikan, menjadi suatu yang sangat penting
terutama bagi sekolah yang berkaitan dengan bidang eksaka. Pengelolaan bengkel
pendidikan kejuruan merupakan petunjuk praktis bagi para pendidik di sekolah-
sekolah kejuruan. Para pendidik harus mengerti bagaimana tata cara dalam
memanajemen bengkel dengan baik dan benar. Dalam manajemen terdapat
beberapa proses yaitu mulai dari perencanaan bengkel, pengorganisasian bengkel,
penggerakan bengkel, serta pengawasan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam makalah ini akan diuraikan
beberapa hal yang berkenaan dengan manajemen bengkel,diantaranya yaitu
pengertian manajemen, pengertian dan fungsi bengkel, pengorganisasian sarana
dan prasarana bengkel praktik, pengawasan dan perawatan sarana dan prasarana
praktik dan penataran dan pengalaman guru teknik.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan bengkel/laboratorium?
2. Bagaimana perencanaan kegiatan praktik?
3. Bagaimana pengorganisasian sarana dan prasarana bengkel praktik?
4. Bagaimana pengawasan dan perawatan sarana dan prasarana praktik?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diperoleh tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian bengkel/laboratorium?
2. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan kegiatan praktik
3. Untuk mengetahui bagaimana pengorganisasian sarana dan prasarana
bengkel praktik
4. Untuk mengetahui bagaimana pengawasan dan perawatan sarana dan
prasarana praktik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN
Manajemen menurut Hasibuan(1990) adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber-sumber lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Terry (1986) bahwa fungsi manajemen yang dipandang sebagai
suatu proses terdiri dari 4 fungsi, yaitu: (1) perencanaan, meliputi serangkaian
keputusan-keputusan termasuk penentuan tujuan, kebijaksanaan, membuat
program, menentukan metode dan prosedur serta menetapkan jadwal waktu
pelaksanaan (2) pengorganisasian, merupakan suatu proses penentuan,
pengelompokan dan pengaturan bermacam aktivitas yang diperlukan untuk
mecapai tujuan menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan
alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif
didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivits-aktivitas
tersebut. (3) penggerakan, merupakan keseluruhan proses memberikan motivasi
bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja
dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
(4) pengawasan, merupakan proses untuk menjaga agar tercapainya tujuan secara
efisien seperti penentuan standar, mengukur pelaksanaan kerja, membandingkan
dan melaksanakan tindakan perbaikan jika terdapat peyimpangan. Robbin (1987)
melihat bahwa fungsi manajemen itu terdiri dari 4 macam, yaitu : (1)
perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) kepemimpinan, dan (4) pengawasan. Dari
pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulannya. Bahwa secara umum
manajemen memiliki 4 fungsi yaitu: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengawasan.

B. PENGERTIAN DAN FUNGSI BENGKEL/LABORATORIUM


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dengan
bengkel adalah suatu tempat untuk orang bekerja, dan atau tempat untuk berlatih,

3
sedangkan laboratorium adalah suatu tempat atau kamar tertentu yang dilengkapi
dengan peralatan untuk mengadakan suatu percobaan atau penyelidikan.
Sedangkan menurut konsorsium ilmu pendidikan (dalam Yoto 1999)
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan laboratorium adalah sarana, prasarana
dan mekanisme kerja yang :
1. Menunjang secara unik melalui pengalaman dalam membentuk
keterampilan, pemahaman, dan wawasan dalam pendidikan dan
pengajaran serta dalam pengembangan ilmu dan teknologi
2. Faktor-faktor serta aspek-aspeknya pada dasarnya dapat dikendalikan
oleh pengajar.
Laboratorium tidak berarti ruangan atau bangunan yang dipergunakan untuk
percobaan ilmiah misalnya dalam bidang science: biologi, kimia, fisika dan
sebagainya, melainkan juga termasuk aktifitas ilmiahnya sendiri, baik berupa
eksperimen, riset, observasi, demonstrasi yang terkait dengan kegiatan belajar
mengajar. Dilihat dari segi kerjanya laboratorium merupakan tempat dimana
dilakukan kegiatan untuk menghasilkan sesuatu.
Dilihat dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
antara bengkel dan laboratorium jika dilihat dari segi aktifitas yang dilakukan oleh
guru dan siswa memiliki makna yang sama.
Secara umum, fungsi laboratorium menurut Yoto(1999:23) antara lain:
1. Memberi kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima sehingga
antara teori dan praktik bukan merupakan dua hal yang terpisah
melainkan dua sisi dari satu mata uang.
2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi siswa
3. Menambah keterampilan dalam mempergunakan alat media yang tersedia
untuk mencari dan menemukan kebenaran
4. Memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan
yang diperolah, penemuan yang didapat dalam proses kegiatan kerja
laboratorium
5. Membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan profesional

4
Menurut Sumaryono (dalam Yoto, 1999) penggunaan bengkel antara lain
adalah sebagai berikut (1) Perawatan dan perbaikan (2) Pelatihan (3)Proses
produksi (4) Penelitian

C. PERENCANAAN KEGIATAN PRAKTIK


Grover (dalam Yoto, 1999) menjelaskan bahwa teknik merencanakan
kegiatan praktikum didefinisikan sebagai penentuan rangkaian kegiatan untuk
memperoleh hasil secara langsung, karena itu suatu rencana memerlukan metode-
metode, sumber-sumber dan waktu serta urutan-urutan kegiatan praktikum. Setiap
bengkel yang terdapat di SMK diharapkan memiliki perencanaan yang mantap,
baik perencanaan semester maupun perencanaan dalam jangka waktu satu tahun
ajaran.
Menurut Yoto (1999:26) dalam membuat perencanaan kegiatan praktikum
ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian secara seksama, yaitu:
1. Perencanaan jadwal
Dalam merencanakan jadwal diperlukan adanya kerjsama dengan wakil
kepala sekolah urusan kurikulum yang biasanya membuat jadwal pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar secara menyeluruh. Selain itu dalam merencanakan
jadwal juga perlu adanya konsultasi dengan unit produksi di sekolah, bahkan
jika diperlukan mengadakan rapat koordinasi sehingga tidak terjadi pemakaian
bengkel secara bersamaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun dan merencanakan
penggunaan sarana dan prasarana praktik ini adalah sebagai berikut:
a. Menginventarisasi jadwal penggunaan sarana dan prasarana praktik
permesinan
b. Menyusun jadwal service peralatan/mesin
c. Menyusun kartu service peralatan/mesin
d. Menyusun kebutuhan peralatan/mesin
e. Menyusun kebutuhan material (bahan-bahan) praktik permesinan
f. Menyusun jadwal kegiatan praktik/pelatihan
2. Perencanaan kebutuhan peralatan atau mesin-mesin
Perencanaan kebutuhan peralatan atau mesin-mesin yang digunakan
untuk praktik Sumaryono (dalam Yoto, 1999) menjelaskan bahwa dalam

5
menentukan jenis dan jumlah peralatan/mesin-mesin berkaitan dengan
kapasitas ruang bengkel dan jenis kegiatan bengkel yang dipilih. Apabila jenis
kegiatan bengkel adalah produksi, maka baru akan diketahui jenis maupun
jumlah mesin atau peralatannya setelah ditentukan lebih dahulu jenis dan
jumlah produksi yang diinginkan. Begitu pula apabila bengkel tersebut akn
digunakan untuk pelatihan, jenis keterampilan yang akan diberikan dan jumlah
peserta latihan yang akan ditampung, akan sangat menentukan dalam
merencanakan peralatan atau mesin-mesin yang akan digunakan.
Menurut Storm (dalam Yoto,1999) syarat-syarat fasilitas sekolah
kejuruan tergantung pada dua faktor. Faktor pertama sehubungan dengan
berapa lama waktu yang ditentukan dalam penggunaan ruang bengkel itu untuk
kegiatan belajar mengajar. Faktor kedua adalah tingkat kegunaan dalam
kegiatan belajar.
Menurut Arikunto(1988:263-264), pedoman yang dapat digunakan dalam
merencanakan peralatan mesin-mesin bagi siswa SMK, secara garis besar
adalah sebagai berikut: (1) Disediakan ruangan yang cukup di laboratorium, (2)
Tersedia tenaga listrik yang sesuai dengan kebutuhan, (3) Tersedia dana yang
dapat digunakan untuk pengoperasian secara rutin, (4) Peralatan merupakan
perangkat yang dapat digunakan dengan ketat efektif menurut keinginan dan
kebutuhan murid, (5) Peralatan hendaknya cocok dengan pengajaran dasar
sesuai dengan konsep pelayanan dan pelaksanaan yang disarankan. Dengan
demikian alat-alat dengan otomatisasi yang tinggi sangat tidak cocok untuk
tujuan ini, (6) Alat-alat tersebut sama dengan hal kemampuan produksi yang
biasa digunakan di dalam bisnis dan industri, (7) Merek-merek khusus untuk
alat-alat bukan merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan kecuali
memang hanya ada sebuah pabrik yang memproduksi alat-alat yang
bersangkutan, (8) Alat-alat yang dibeli harus merupakan alat-alat yang sudah
mendapat persetujuan dari tim penasehat pendidikan kejuruan.
3. Perencanaan material (bahan-bahan praktik)
Barker (dalam Yoto, 1999) menjelaskan bahwa bahan-bahan yang
digunakan dan habis pakai didalam praktikum selalu dikategorikan sebagai
bahan (material). Dalam pelaksanaan penyediaan bahan, hal-hal yang perlu

6
dipertimbangkan adalah jumlah praktikan, jenis praktikum, keuangan, dan
tempat penyimpanan.
Menurut Yoto (1999: 30) pengadaan bahan-bahan praktik permesinan
dalam jumlah yang sangat besar akan menimbulkan masalah apabila tempat
penyimpanan atau gudang tidak tersedia secara luas dan memenuhi syarat
keamanan. Oleh sebab itu perencanaan dan strategi pengadaan dan pengiriman
bahan praktik permesinan harus dijadwal secara teratur. Untuk mempermudah
dalam pemenuhan kebutuhan praktik, maka perencanaan jenis atau macam
praktik, lama praktik, dan jumlah peserta praktik/pelatihan harus
dipertimbangkan secara benar pada perencanaan awal.

D. PENGORGANISASIAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL


PRAKTIK
1. Pengorganisasian Peralatan/Mesin-mesin
a. Tata Letak (Layout) Peralatan/Mesin-mesin
Menurut Oetomo dan Taddjo (dalam Yoto, 1999) perencanaan tata letak
adalah merupakan suatu perencanaan lantai, guna menentukan serta menyusun
alat dan peralatan yang diperlukan. Perencanaan tata letak erat sekali
hubungannya dengan bahan, alat dan perlengkapan yang terdapat dalam
bengkel.
Setelah jenis dan jumlah peralatan/mesin ditentukan, dan agar proses
kegiatan belajar/berlatih didalam bengkel dengan menggunakan
peralatan/mesin-mesin tersebut lancar, maka letak peralatan/mesin-mesin serta
pembagian ruangan didalam bengkel harus diatur sebaik-baiknya. Untuk
pengaturan peralatan/mesin-mesin yang digunakan didalam bengkel menurut
Sumaryono (dalam Yoto, 1999) ada dua pedoman yang dapat dipergunakan
yaitu:
1) Tata letak berdasarkan fungsi (fungsional layout)
Perencanaan tata letak berdasarkan fungsi, peralatan/mesin-mesin
yang sejenis dikelompokkan dalam satu ruangan/bagian yang sama. Dengan
demikian maka pada bengkel mesin produksi akan ada beberapa unit

7
bengkel berdasarkan jenis mesinnya, misalkan unit bubut, unit frais, unit
gerinda, unit pemotongan, dsb.
2) Tata letak berdasarkan produk (product layout)
Perencanaan tata letak berdasarkan produk, peralatan/mesin-mesin di
dalam bengkel dikelompokkan menurut kebutuhan untuk menghasilkan
suatu jenis produk. Misalnya suatu produk dibuat melalui tahapan
pengerjaan dibubut, dibor, dan kemudian dikerjakan dengan mesin gerinda,
maka ketiga jenis mesin tersebut dikelompokkan atau berada dalam satu
ruangan.

b. Tujuan Perencanaan Tata Letak Peralatan/Mesin-mesin


Tujuan pembuatan tata letak peralatan/mesin-mesin menurut Sumaryono
(dalam Yoto, 1999) adalah:
1) Menciptakan ruang gerak yang aman di sekeliling suatu peralatan/mesin
sehingga mencegah resiko kecelakaan kerja
2) Mempermudah melakukan perawatan dan perbaikan peralatan/mesin
3) Menciptakan kenyamanan kerja karena keteraturan bengkel
4) Memanfaatkan ruang bengkel agar secara lebih efisien
5) Melaksanakan mengawasan bengkel lebih mudah
6) Mempercepat proses produksi (bagi bengkel produksi) karena aliran kerja
yang baik
Perencanaan tata letak memegang peranan penting didalam perencanaan
bengkel, sebab apabila tata letak kurang tepat, maka dapat mengganggu siswa
sewaktu bekerja serta keamanan selama bekerja kurang terjamin. Oleh karena
itu suatu tata letak yang baik akan dapat menciptakan sistem kerja yang baik
serta cara kerja yang terjamin.

c. Tipe dan Penyimpanan Peralatan


Peralatan praktek permesinan menurut Oetomo dan Tadjo (dalam Yoto,
1999) dapat digolongkan atas alat tangan, alat ukur, dan alat-alat berat, seperti
dongkrak, mesin bor, mesin bubut, mesin skrap, dan lain sebagainya. Untuk

8
menyimpan peralatan di dalam bengkel ada beberapa syarat yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
1) Aman dari pengaruh unsur kimia
2) Aman terhadap orang yang melayaninya
3) Mudah dilihat dan dikontrol
4) Mudah diambil bila akan digunakan
5) Tidak menghalangi orang bekerja
6) Rapi bila dilihat
Sedangkan untuk tipe penyimpanan alat menurut Oetomo dan Tadjo
(dalam Yoto, 1999) pada dasarnya diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
(1) tipe penyimpanan tertutup, seperti misalnya gudang, lemari penyimpanan
alat dan bangku kerja (2) sistem penyimpanan terbuka, seperti misalnya
penyimpanan alat pada panel atau papan yang dasarnya diberi damber sesuai
dengan alat yang dipasang.
Menurut Yoto (1999:36) keuntungan penyimpanan alat secara terbuka
adalah alat-alat mudah dikontrol kalau ada yang hilang, menghemat waktu
dalam segi pengambilan dan pengembalian sehingga efisiensi kerja meningkat,
menghemat biaya/tempat ditinjau dari segi pemakaian bahan karena dinding
yang kosong dapat dimanfaatkan untuk memasang panel alat secara permanen,
dan dapat meningkatkan suasana keindahan. Sedangkan kerugian alat secara
terbuka adalah faktor keamanannya tidak dapat dijamin.

2. Pengorganisasian Ruangan
a. Susunan Ruang Bengkel
Storm (dalam Yoto,1999) menjelaskan bahwa dalam merencanakan
fasilitas untuk pendidikan kerja, pertimbangan utamanya adalah menyediakan
tempat yang cukup untuk kelompok, individu, dan pengajaran bengkel.
Kecukupan tempat pada tempat kerja di bengkel merupakan unsur penting
untuk kondisi kerja yang diinginkan. Jika tempat kerja memerlukan
pengoperasian perlengkapan besar yang tak dapat bergerak, perlu adanya ruang
tambahan yang berjajar untuk perawatan perlengkapan. Tempat tambahan juga

9
diperlukan untuk operasi-operasi khusus dan tempat penyimpanan
perlengkapan(gudang).
Robert (dalam Yoto, 1999) menjelaskan bahwa kondisi-kondisi dalam
pendidikan kejuruan harus dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang ada pada
dunia kerja/industri. Kondisi-kondisi yang dimaksud adalah menyangkut
penataan dalam bengkel kerja dan bentuk praktik yang dilaksanakan oleh
sekolah kejuruan. Oleh karena itu, untuk menunjang kelancaran kegiatan
praktik di bengkel, maka di dalam bengkel menurut Storm(dalam Yoto,1999)
minimal harus tersedia ruangan-ruangan antara lain: (1) Ruang kepala bengkel
(2) Ruang guru instruktur (3) Ruang laboran (4)Ruang kerja/proses (5) Ruang
perlengkapan/penyimpanan alat (6) Ruang penyimpanan bahan (material) (7)
Ruang PPPK (8) Ruang administrasi.
Pada suatu SMK selain bangunan bengkel, maka terdapat pula bangunan-
bangunan yang lain. Tata letak bangunan sekeliling menurut Rizal (dalam
Yoto,1999) dapat diatur sebagai berikut:
1) Ruang belajar ditempatkan dibagian paling tenang jauh dari segala sumber
kebisingan
2) Ruang bengkel ditempatkan jauh dari ruang teori
3) Ruang administrasi sekolah harus dapat dicapai dengan mudah tanpa
sesuatu yang mengganggu kebisingan sekolah
4) Antara ruang satu dengan ruang lainnya dapat terjadi komunikasi dengan
lancar
5) Pengelompokan ruang secara fungsional
6) Orientasi ruang sesuai dengan fungsinya
7) Letak dan jarak peraltan/mesin antara satu dengan yang lainnya harus
diperhitungkan, sehingga terjadi aliran bahan baku dan barang/hasil lebih
efektif dan efisien.

b. Penerangan Ruangan
Penerangan atau pencahayaan pada bengkel merupakan kebutuhan yang
utama untuk kelancaran dan keamanan dalam bekerja. Menurut Yoto (1999:41)
sumber penerangan dalam ruangan ada dua macam, yaitu penerangan dengan

10
cahaya alam (matahari), dan penerangan dengan cahaya buatan (listrik).
Penerangan yang baik akan dapat mengurangi ketegangan otot mata,
memudahkan penglihatan dan mengusahakan kebersihan, meningkatkan
semangat dan gairah kerja, dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja.

c. Ventilasi, Suhu dan Kelembaban Udara


Yoto (1999:45) menjelaskan bahwa suhu dan kelembaban tinggi adalah
musuh utama ketahanan kerja manusia. Kekurangan udara segar akan segera
menyebabkan lemas dan kelembaban yang tinggi akan menghalangi kelancaran
pelepasan suhu dari permukaan kulit sehingga tubuh merasa sangat tidak
nyaman. Ketidaknyamanan udara akan menyebabkan lesu sehingga
produktivitas kerja menurun demikian pula kewaspadaannya. Oleh karena itu,
dalam merancang sistem ventilasi atau penghawaan perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut, yaitu (1) jumlah manusia per unit volume ruang (2) jenis
kegiatan dan tingkat gerak (3) kinerja mesin (4) suhu dilokasi bengkel/industri
(5) kualitas udara di lingkungan sekitar bengkel/industri (6) persyaratan suhu
kerja proses.
Menurut Yoto (1999:45) peranan ventilasi dalam suatu bangunan adalah
sebagai sirkulator udara dalam suatu ruangan bila penempatannya menurut
ketentuan yang benar, membantu penerangan dalam suatu ruangan. Dengan
pemasangan ventilasi yang baik akan menghasilkan jumlah dan kualitas udara
yang segar keseluruh ruangan yang dapat berfungsi mengurangi dan
membebaskan udara dari gangguan bau maupun udara yang beracun. Udara
yang tidak baik dalam suatu ruangan dapat menyebabkan gangguan terhadap
paru-paru, darah, kulit, mata, selaput lendir, dan lain-lain.

d. Pengaturan Warna
Yoto (1999:50) menjelaskan bahwa penggunaan warna tertentu dapat
mengubah penampakan ruangan. Warna terang menyebabkan obyek atau
ruangan tampak besar, warna gelap menyebabkan obyek atau ruangan tampak
kecil. Warna-warna panas mempengaruhi emosi manusia, sedangkan warna

11
dingin mengendalikan emosi seseorang. Penataan yang berimbang warna-
warna laboratorium dapat meningkatkan keuntungan untuk tujuan belajar.
Robert B.Lytle (dalam Yoto,1999:50) berpendapat bahwa penggunaan
prinsip-prinsip warna merupakan hal yang penting untuk situasi belajar, warna
menunjukkan identitas, intensitas menunjukkan jangkauan pandang, variasi
memperkecil monotoni, dan penggunaan warna mempengaruhi perhatian.
Penggunaan warna pada tempat kerja/bengkel menurut Rizal (dalam
Yoto,1999:50-51), yaitu (1) warna hijau berarti aman digunakan pada alat-alat
PPPK (2) warna kuning berarti hati-hati digunakan pada tempat/bagian yang
membahayakan (3) warna oranye digunakan pada bagian-bagian perlengkapan
berbahaya yang dapat mematahkan, menghancurkan, mengejutkan dan
melukai, seperti: aliranlistrik yang berbahaya, bagian mesin yang berputar,
bagian dalam kotak sekring, dan sebagainya (4) warna merah digunakan untuk
tanda letak peralatan pemadam kebakaran, pintu masuk darurat, saklar listrik
untuk menghidupkan dan mematikan (5) warna biru berarti “perhatian
terhadap”: mesin yang bergerak berlawanan, mesin yang sedang diperbaikai,
jalan antara mesin-mesin/peralatan, jalan tikungan, tempat mencuci peralatan,
dan sekitar tempat sampah (6) warna hitam, putih atau kombinasi hitam putih
berarti tanda-tanda lalu lintas dan tanda-tanda (urusan) rumah tangga (7) warna
putih untuk langit langit.

e. Kebisingan
Rizal (dalam Yoto, 1999:51) memberikan ketentuan-ketentuan untuk
mengurangi kebisingan antara lain (1) menempatkan tempat duduk siswa
paling belakang dekat dengan dinding penyekat lebih besar 2m (2) mengurangi
kegaduhan/kebisingan dengan jalan:membuka dinding cukup lebar, mengatur
letak antara mesin agar terhindar terjadinya frekuensi amplitudo tinggi (3)
menempatkan ruang belajar lebih dari: 60m dengan jalan raya, 23m dengan
tempat bermain anak, dan 300m dengan bengkel mesin.
Menurut Yoto (1999:52) penanganan bunyi sebaiknya dimulai dari
sumbernya. Sehingga, apabila sebuah mesin mengeluarkan bunyi bising
sedapat mungkin diberi pelindung atau peredam bunyi. Penanganan peredam

12
bunyi cukup sulit, karena bunyi dapat merambat melalui struktur bangunan dan
mneggetarkan elemen lain dan kemudian elemen ini menjadi sumber bunyi
sekunder. Dengan demikian layout ruang harus dikelompokkan secara jelas
area bising dan area yang tenang.

3. Pengorganisasian Bahan Praktik (Material)


a. Penyimpanan Bahan Praktek
Hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan penyimpanan material
adalah adanya inventarisasi bahan dalam bentuk himpunan catatan data
material. Yoto (1999:55) menjelaskan bahwa inventarisasi disusun dengan
tujuan untuk menertibkan administrasi material, memperoleh data untuk
menghitung kekayaan sekolah, dan mempermudah pengendalian dan
pengawasan. Selain itu, inventarisasi juga bermanfaat untuk mengetahui
jumlah material yang ada, mengidentifikasi setiap jenis material, mendeteksi
keadaan material dalam setiap kurun waktu tertentu, dan merencanakan
besarnya biaya operasional.

b. Pengeluaran Bahan Praktek


Menurut Yoto (1999:56-58) pengeluaran bahan dari gudang harus selalu
dicatat dalam buku catatan pengeluaran barang. Pencatatan ini harus lengkap
mengenai spesifikasi bahan yang keluar, jumlah, hari, tanggal, digunakan
untuk apa, siapa yang menggunakan, dan sebagainya. Pencatatan tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah bahan yang keluar dalam satu
semester atau dalam satu tahun, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengadaan bahan dan penyusunan anggaran pada tahun-
tahun berikutnya. Selain itu dengan mencatat barang/alat/bahan yang keluar
dapat dijadikan alat kontrol pada periode tertentu apabila diadakan penegcekan
pada barang/alat/bahan tersebut. Dengan demikian antara barang yang sisa
ditambah barang yang keluar harus sama dengan barang yang mula-mula
disediakan.

13
E. PENGAWASAN DAN PERAWATAN SARANA DAN PRASARANA
PRATIK
1. Maksud dan Tujuan dari Pengawasan dan Perawatan
Dalam Yoto (1999:59) menjelaskan bahwa guru pembimbing
praktik/instruktur harus senantiasa melakukan pengawasan dan bimbingan
kepada siswa yang sedang berlatih. Selain melaksanakan pengawasan terhadap
kegiatan siswa dalam melaksanakan praktik, guru hendaknya sebagai manajer
kelas dan sekaligus manajer bengkel harus juga melaksanakan pengawasan
terhadap penggunaan material yang digunakan untuk praktik/latihan. Dalam
hal ini, pengwasan tidak terbatas pada pemantauan kerja mesin dan
pemantauan kondisi bengkel atau sarana dan prasarana yang lain, tetapi juga
terkait dengan adanya perawatan dan perbaikan.
Menurut Sumaryono (dalam Yoto,1999:60) yang dimaksud dengan
perawatan adalah usaha sadar yang dilakukan terhadap mesin/peraltan agar
selalu siap digunakan. Perwatan dimaksudkan agar laju kerusakan dapat
ditahan serta kerusakan fatal dapat dihindari. Perawatan pada mesin dapat
dilakukan setiap hari atau secara periodik. Perawatan harian dapat ditangani
oleh siswa dibawah koordinasi guru, meliputi tindakan-tindakan: pembersihan
mesin, pembersihan beram-beram/total, dan pemberian oli/stempet pada bagian
yang bergerak. Sedangkan perawatan periodik dilaksanakan oleh pegawai
perawatan dan perbaikan dengan tugas: pengecekan mesin secara
berkesinambungan, perbaikan kerusakan kecil, penggantian oli secara periodik,
dan perbaikan besar.
Sumantri (dalam Yoto, 1999:61 – 62) menjelaskan bahwa penggunaan
sistem perawatan pada dasarnya mempunyai tujuan, antara lain untuk merawat
peralatan/mesin sehingga peralatan/mesin akan selalu dalam kondisi optimal
produktifitasnya dan dapat dipercaya kualitas produksinya, mencegah hal-hal
yang tidak diharapkan seperti kerusakan yang tiba-tiba terhadap peralatan atau
mesin pada saat beroperasi, menaikkan produktifitas dengan melakukan
beberapa perubahan guna memperoleh efisiensi.
Jumlah peralatan/mesin-mesin yang ada dalam bengkel cukup banyak
dan bermacam-macam jenisnya, serta setiap peralatan mesin memerlukan

14
waktu dan cara perawatan yang berbeda, maka perlu dibuat jadwal perawatan.
Dibuatnya jadwal perawatan yang baik menurut Sumantri(dalam
Yoto,1999:62) mempunyai maksud, antara lain untuk menyebarkan/membagi
beban perawatan sehingga beban perawatan dapat merata sepanjang tahun,
sesuai dengan skala prioritas, untuk meyakinkan bahwa tidak ada fasilitas dan
peralatan yang tidak dirawat, untuk meyakinkan bahwa tidak ada fasilitas dan
peralatan yang tidak dirawat, untuk meyakinkan bahwa seemua jenis peralatan
dan fasilitas pendukung produksi telah dilakukan perawatannya secara periodik
dengan frekuensi perawatan yang tertentu. Mengkoordinasikan pekerjaan
perwatan dengan bagian produksi, sehingga tidak akan terjadi kerusakan pada
mesin atau tidak ada peralatan yang tidak dapat digunakan untuk produksi,
memberikan gambaran mengenai seluruh pekerjaan perawatan yang dilakukan
saat ini sampai masa yang akan datang, agar dapat membuat formulasi
pekerjaan perawatan mingguan/perawatan rutin, mengatur waktu yang tersedia
dengan bagian produksi sehingga semua peralatan dapat dirawat tanpa
mengurangi produktifitasnya, mengatur atau memeriksa tersedianya tenaga
perawatan dan suku cadang, membantu perencanaan dimasa mendatang,
permintaan suku cadang, kebutuhan tenaga yang diperlukan, dan biaya
perawatan.

2. Macam-macam Perawatan
a. Perawatan Terhadap Peralatan
Yoto (1999:64) menjelaskan bahwa dalam melaksanakan kegiatan
perawatan dan atau perbaikan, memerlukan suatu keterampilan dan
pengetahuan serta pengalaman yang cukup tinggi. Sehingga dengan adanya
bagian perawatan tersebut, suatu bengkel diharapkan dapat dimanfaatkan
seecara optimal tanpa gangguan sehingga mencapai efektifitas dan efisiensi
yang tinggi. Dalam melaksanakan perawatan dan atau perbaikan pada setiap
peralatan mesin, maka perlu diadakan pencatatan. Kartu perawatan (service) ini
ditempel pada peraltan/mesin dan tertulis data seperti:
Nama alat/mesin :
Tanggal pembelian :

15
Tanggal mulai dipakai :
Tanggal diservice :
Yang menservice :
Komponen yang diganti :

b. Perawatan Bangunan Bengkel


Selain perawatan pada peralatan, dilakukan juga perawatan pada
bangunan bengkel yang juga merupakan bagian yang sangat penting. Oleh
sebab itu, perawatan gedung juga harus diprogram sedemikian rupa sehingga
tetap memenuhi syarat kekuatan, kebersihan, dan keindahan. Yoto (1999:65)
menjelaskan bahwa untuk keperluan perawatan tersebut, maka perlu
adanya penjadwalan yang jelas kapan gedung tersebut harus dicat, atau
diadakan rehabilitasi. Rehabilitasi disini dapat berupa perbaikan pada ruang-
ruang tertentu, ataupun rehabilitasi secara besar-besaran dalam arti untuk
perluasan atau perubahan bentuk bangunan.

16
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa


manajemen bengkel merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan bengkel. Bengkel/laboratorium harus direncanakan
dengan tepat mulai dari perencanaan jadwal, perencanaan kebutuhan
peralatan/mesin, dan perencanaan kebutuhan bahan praktik. Pengorganisasian
bengkel/laboratorium terdiri dari pengorganisasian peralatan/mesin-mesin,
pengorganisasian ruangan,dan pengorganisasian bahan praktik. Selain itu sarana
dan prasarana bengkel/laboratorium juga harus diawasi agar semua rencana dapat
terealisasikan sebagaimana mestinya dan organisasi bengkel berjalan dengan baik.
Bengkel juga perlu dilakuan perawatan agar peralatan/mesin-mesin tetap dalam
kondisi baik untuk digunakan dan tetap memenuhi standar keamanan.
Penataran guru adalah usaha untuk meningkatkan kompetensi guru atau
tenaga kependidikan menengah (termasuk didalamnya SMK). Pengalaman guru
teknik dalam mengajar menghasilkan keterampilan, ketangkasan, dan menambah
pengetahuan sehingga mempermudah pelaksanaan tugas atau pekerjaan dan
meningkatkan produktifitas kerja sehingga, jika SDM memiliki etos kerja yang
bagus maka manajemen bengkel akan berjalan sesuai tujuan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. 1988. Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum Pendidikan


IPA Umumi. Jakarta : Dirjen Dikti
Arikunto, S. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta : Rineka
Cipta
Arikunto, S.1988. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi P2LPTK.
Hasibuan, S.P. 1990. Manajemen Dasar: Pengertian dan Masalah. Jakarta: Haji
Mas Agung
Oetomo, S. & Tadjo, J. 1989. Manajemen Bengkel. Bandung: P3GT.
Robbins, S.P. 1987. Management Concept and Application. New Jersey: Printice
Hall
Terry, G.R. & Rull, L.W. 1982. Principles of Management. (4th ed). Illions: Dow
Jones-Irwin.
Terry, G.R. 1986. Asas-Asas Manajemen. Terjemah oleh Winardi. Bandung:
Alumni.
Yoto. 1999. Manajemen Begkel. Malang: Universitas Negeri Malang.

18

Anda mungkin juga menyukai