Hubungan Eropa-Indonesia
Sejarah
Hubungan Indonesia dan Uni Eropa mengalami titik baru ketika Presiden Jokowi
melakukan kunjungan ke Brussels pada 21 April 2016. Presiden Jokowi menemui tiga
presiden dari tiga institusi utama Uni Eropa yakni Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk,
Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Jucker dan Presiden Parlemen Eropa, Martin Schulz.
[5]
Kunjungan tersebut kemudian menjadi tonggak sejarah untuk kerja sama masa depan
antara Indonesia dan Uni Eropa dengan dihasilkannya Pernyataan Bersama antara Presiden
RI, Presiden Dewan Eropa, Presiden Komisi Eropa yang berisi komitmen politik untuk
memulai negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Menyeluruh Indonesia-Uni Eropa,
komitmen politik pemberlakukan Lisensi FLEGT, mendorong penghapusan hambatan
minyak sawit, pembebasan visa Schengen, dan pencabutan larangan terbang serta kerja sama
memberantas terorisme, promosi perdamaian dan toleransi, juga pendidikan.[5]
Menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia sendiri, ada sejumlah isu yang menjadi prioritas
Indonesia dalam menjalin hubungan dengan Uni Eropa[6]:
Perdagangan
Perdagangan bilateral antara Uni Eropa dan Indonesia dalam komoditas non-migas
mencapai € 25,1 milliar pada tahun 2016. Dari jumlah tersebut, € 14,6 milliar merupakan
hasil dari ekspor Indonesia ke Uni Eropa. Pada tahun 2016, Uni Eropa merupakan tujuan
terbesar ketiga dari ekspor non-migas Indonesia setelah Amerika Serikat dan Tiongkok.
Ekspor utama Indonesia ke Uni Eropa adalah lemak dan minyak hewani atau nabati, mesin
dan peralatan, tekstil, alas kaki serta produk plastik dan karet. Minyak kelapa sawit dari
Indonesia merupakan komoditas yang paling banyak diekspor ke Uni Eropa. Jumlahnya
mencapai 49% dari total impor Minyak kelapa sawit di Uni Eropa. Sedangkan, ekspor Uni
Eropa ke Indonesia kebanyakan merupakan peralatan teknologi tinggi, perlengkapan bidang
transportasi, produk manufaktur dan bahan kimia. Nilai perdagangan Indonesia dengan Uni
Eropa di bidang jasa berjumlah € 6,1 milliar.[4]
Peresmian lisensi FLEGT-VPA yang dihadiri Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Perwakilan Tinggi Uni
Eropa untuk urusan Luar Negeri dan Keamanan, Federica Mogherini, dan Komisioner Uni Eropa bidang
lingkungan hidup, kelautan dan perikanan, Kermanu Vella di Brussels.[17]
Perjanjian Kemitraan Sukarela - Penegakkan Hukum Tata Kelola Perdagangan di
bidang Kehutanan (Forest Law Enforcement, Governance and Trade - Voluntary Partnership
Agreement /FLEGT- VPA) merupakan perjanjian kerja sama penanggulangan perdagangan
kayu ilegal dan tata kelola hutan yang berkesinambungan.[6] Uni Eropa dan Indonesia
menandatangani perjanjian ini pada 30 September 2013 dan berlaku sejak 1 Mei 2014.
Indonesia meratifikasi FLEGT VPA dengan mengeluarkan Peraturan Presiden No. 21 Tahun
2014 dan melalui Parlemen Uni Eropa pada bulan Maret 2014. Kesepakatan ini sendiri
diperoleh setelah melalui proses perundingan yang panjang sejak tahun 2007. [18] Setelah
hampir 10 tahun melakukan negosiasi, pada 15 November 2016, perjanjian ini sudah bisa
terlaksana secara penuh dengan adanya pengakuan terhadap Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
(SVLK) yang sudah sesuai dengan legalitas standar Uni Eropa. SLVK sendiri merupakan
sistem perdagangan kayu dengan mengutamakan perhatian terhadap prinsip legalitas,
pelacakan jejak kayu (traceability) dan keberlanjutan (sustainability) yang dalam
penyusunannya melibatkan banyak pemangku. Pada hari yang sama, kapal pengiriman yang
membawa kayu Indonesia yang bersertifikasi dikirim ke Belgia dan Inggris melalui
Pelabuhan Tanjung Priok.[18] Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara tropis pertama
yang mampu mendapat lisensi produk kayu dibawah FLEGT.[4] Dalam hubungan
perdagangan produk kayu, Indonesia merupakan eksportir terbesar ke Uni Eropa. Total
perdagangan produk kayu antara Indonesia dengan Uni Eropa mencapai € 485 juta pada
tahun 2015.[17]
Pendidikan Tinggi. Kerja sama di sektor pendidikan tinggi antara Indonesia dan Uni
Eropa dilakukan melalui penyelenggaraan Pemeran Pendidikan Tinggi Eropa, pemberian
beasiswa dan bantuan proyek Erasmus+;
Perdagangan. Keberlanjutan dari dukungan terhadap Bantuan untuk
Perdagangan (Aid for Trade).
Infrastruktur Hijau dan Pertumbuhan Hijau. Bantuan melalui Fasilitas Investasi
Asia (Asian Investment Facility) dan implementasi prinsip produksi dan konsumsi
berkelanjutan di bawah naungan SWITCH Asia.
Perubahan Iklim dan Kehutanan. Bantuan ini memberikan pembiayaan regional
baru dalam pengelolaan lahan gambut dan biodiversitas serta pembiayaan tematik dan
global dalam mendukung pencegahan deforestasi dan sertifikasi produk-produk
kehutanan (FLEGT).
Dukungan terhadap berbagai proyek dari masyarakat sipil.
Sejak 1995, Uni Eropa melalui Komisi Eropa juga telah menyediakan bantuan
kemanusiaan yang diberikan kapada Indonesia. Contohnya dalam rangka tanggap darurat
bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias, juga gempa bumi Yogyakarta. Uni
Eropa memberikan bantuan kemanusiaan sebesar € 246 juta.[19]
Dari sisi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, selain kerja sama di bidang
pendidikan, ada sejumlah kerja sama lain yang menjadi prioritas. Dalam kerja sama di bidang
mobilitas, Indonesia mendorong pembebasan visa Schengen bagi penduduk Indonesia yang
ingin pergi ke Eropa. Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan masyarakat
dan hubungan ekonomi kedua pihak. Indonesia juga mendorong peningkatan kerja sama
dalam mempromosikan kerukunan antar-agama dan toleransi/moderasi
Isu Terkini
Pencabutan Larangan Terbang Uni Eropa
Pada 14 Juni 2018, Komisi Eropa mengeluarkan Daftar Keselamatan Udara Uni
Eropa yang salah satunya berisi penghapusan larangan terbang ke Uni Eropa bagi seluruh
maskapai Indonesia. Berdasarkan daftar terbaru tersebut, 55 maskapai penerbangan Indonesia
yang masih berada dalam daftar lama kini sudah dapat beroperasi di wilayah Uni Eropa.
Pencabutan larangan terbang ini, merupakan hasil dari proses panjang yang terdiri dari
diplomasi, perbaikan regulasi standar keselamatan penerbangan Indonesia sejak 2007.[20]
Jumlah
260,580,739 jiwa 516,195,432 jiwa
penduduk
Pertumbuhan
0,86% 0,23% (2016)
penduduk
GDP Per
$ 12,400 $ 39,200
Kapita