Anda di halaman 1dari 4

Putu Adrian Namas Surya

119112602
RPS 13
Pasar Monopoli
Manajer dari perusahaan yang beroperasi dalam pasar persaingan sempurna tidak memiliki
kekuatan atau kekuasaan untuk menetapkan harga produk, karena harga produk ditentukan
berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran dalam pasar. Sebaliknya manajer dari
perusahaan yang beroperasi dalam pasar monopoli memiliki kekuatan pasar yang besar untuk
menentukan harga produk, karena dalam pasar monopoli hanya terdapat satu perusahaan yang
beroperasi. Kekuatan pasar (market power) didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan harga produk tanpa kehilangan penjualan produk yang berarti. Perusahaan yang
memiliki kekuatan pasar ditandai dengan kurva permintaan yang memiliki slope negatif dan
menurun dari sisi kiri atas ke kanan bawah. Pengukuran kekuatan pasar yang dimiliki oleh suatu
perusahaan, dapat menggunakan beberapa ukuran berikut:
1. Elastisitas harga dari permintaan, yang mengukur sensitivitas dari kuantitas permintaan
produk terhadap perubahan harga dari produk itu. Suatu perusahaan yang memiliki elastisitas
permintaan kurang elastik, menunjukkan bahwa perusahaan itumemiliki kekuatan pasar yang
lebih besar daripada perusahaan yang memiliki elastisitas permintaan lebih elastik. Permintaan
kurang elastik berarti bahwa kenaikan harga produk hanya menurunkan kuantitas permintaan
dalam persentase yang lebih kecil, sebaliknya permintaan yang lebih elastik menunjukkan bahwa
peningkatan harga produk akan menurunkan kuantitas permintaan dalam persentase yang lebih
besar. Apabila elastisitas permintaan dari suatu perusahaan bersifat elastik sempurna (kurva
permintaan horizontal) seperti perusahaan yang berada dalam pasar persaingan sempurna, maka
perusahaan itu tidak memiliki kekuatan pasar.
2. Elastisitas harga-silang dari permintaan. Jika konsumen memandang dua produk itu sebagai
produk yang saling substitusi, maka elastisitas harga silang dari permintaan (EXY) adalah
positif. Elastisitas harga silang dari dua produk, mengukur sensitivitas dari kuantitas permintaan
produk yang satu terhadap perubahan harga dari produk yang lain. Perusahaan yang memiliki
elastisitas harga-silang yang semakin besar menunjukkan derajat substitusi antara produk yang
dijual dan produk lain dalam pasar semakin besar, sehingga perusahaan itu memiliki kekuatan
pasar yang semakin kecil. Sebaliknya perusahaan yang memiliki elastisitas harga silang semakin
kecil, menunjukkan derajat substitusi antara produk yang dijual dan produk lain dalam pasar
semakin kecil, sehingga perusahaan itu memiliki kekuatan pasar yang semakin besar. Dengan
demikian derajat kompetisi antar-produk dalam pasar dapat diukur menggunakan elastisitas
harga silang, di mana elastisitas harga silang yang semakin kecil menunjukkan pula derajat
kompetisi yang semakin rendah, sedangkan elastisitas harga silang yang semakin besar
menunjukkan derajat kompetisi yang semakin tinggi. Perusahaan yang berada dalam pasar
monopoli tidak memiliki kompetisi, sehingga produk yang dijual tidak dapat disubstitusi dengan
produk lain.
3. Indeks Lerner yang diperkenalkan oleh Abba Lerner untuk mengukur secara proporsional
kelebihan harga terhadap biaya marjinal. Indeks Lerner diukur sebagai I L = (P - MC) / P
Apabila perusahaan berada dalam pasar persaingan sempurna, di mana P = MC,
maka indeks Lerner akan bernilai sama dengan nol. Dengan demikian semakin tinggi angka
indeks Lerner, maka menunjukkan derajat kekuatan pasar semakin besar. Terdapat suatu
hubungan antara indeks Lerner (IL ) dan elastisitas harga dari permintaan (E). Seperti telah
diketahui bahwa apabila perusahaan berada dalam kondisi keseimbangan yang memaksimumkan
keuntungan, maka MR = MC. Secara konseptual diketahui bahwa: MR = P(1 + 1/E), sehingga
indeks Lerner dapat juga dinyatakan dalam bentuk: I L = (P - MR) / P = [ P - P(1 + 1/E) ] / P = 1
- (1 + 1/E) = -(1/E). Dalam bentuk ini dengan mudah dapat dilihat bahwa permintaan yang
kurang elastik (nilai E semakin kecil), maka indeks Lerner akan semakin besar, dan hal itu
menunjukkan derajat kekuatan pasar yang lebih besar. Secara konseptual derajat kekuatan suatu
perusahaan dalam pasar tertentu sangat tergantung pada ada atau tidak adanya hambatan-
hambatan untuk memasuki pasar itu. Suatu perusahaan dalam pasar tertentu dapat memiliki
derajat kekuatan pasar yang lebih besar hanya jika terdapat hambatan yang kuat dari perusahaan
baru untuk memasuki pasar itu. Semakin mudah sesuatu perusahaan baru memasuki pasar, maka
menyebabkan derajat substitusi antar-produk menjadi semakin besar, sehingga derajat kekuatan
dari perusahaan-perusahaan dalam pasar itu menjadi semakin kecil. Secara konseptual terdapat
beberapa jenis hambatan bagi perusahaan untuk memasuki suatu pasar tertentu, antara lain:
• Skala usaha ekonomis (economies of scale). Suatu jenis hambatan yang penting bagi
perusahaan baru untuk memasuki pasar adalah skala usaha yang ekonomis dari perusahaan yang
telah berada dalam pasar itu. Perusahaan yang memiliki skala usaha ekonomis ditandai dengan
kurva biaya rata-rata jangka panjang (LAC) yang menurun sepanjang suatu range output yang
besar , relatif terhadap permintaan untuk produk yang dihasilkan itu. Dengan demikian
perusahaan baru yang ingin memasuki pasar jenis produk ini harus mendirikan pabrik atau
fasilitas produksi yang besar agar mampu beroperasi dalam skala produksi yang tinggi sehingga
biaya produksi menjadi rendah. Jenis hambatan pada skala usaha ekonomies (economies of
scale) ini menyebabkan tidak semua perusahaan dapat bebas memasuki pasar, kecuali
perusahaan-perusahaan yang memiliki modal besar. Contoh industri yang memiliki derajat
kekuatan pasar yang besar karena skala usaha ekonomis (economies of scale) adalah industri
semen, otomotif, penyulingan minyak, baja, batubara, listrik, telepon, dll.
• Hambatan yang diciptakan oleh pemerintah. Misalnya Badan Usaha Milik Negara tertentu yang
dikhususkan untuk melayani masyarakat dalam produk tertentu, karena produk itu dianggap
strategik dan mencakup hajat hidup orang banyak.
• Hambatan dalam memperoleh input produksi. Salah satu kekuatan pasar yang dimiliki oleh
perusahaan dalam pasar tertentu dapat diperoleh melalui pengendalian terhadap input produksi
berupa bahan baku. Jika suatu perusahaan (atau beberapa perusahaan) mengendalikan semua
bahan baku penting yang dipergunakan untuk memproduksi produk tertentu, maka perusahaan
lain yang ingin memasuki pasar produk itu akan kesulitan memperoleh bahan baku, hal ini jelas
merupakan hambatan bagi perusahaan baru untuk memasuki pasar itu.
• Hambatan karena loyalitas merk. Kekuatan pasar suatu perusahaan dapat juga diciptakan
melalui loyalitas konsumen terhadap merk dari produk itu, sehingga perusahaan baru mengalami
kesulitan memasuki pasar karena sulit untuk bersaing dengan produk yang telah disenangi oleh
konsumen dalam pasar itu. Di Indonesia produk yang memiliki derajat kekuatan pasar karena
loyalitas merk dapat disebutkan antara lain: industri rokok, katakanlah rokok DJIE SAM SOE,
GUDANG GARAM, dan DJARUM, di mana hampir sebagian besar konsumen rokok di
Indonesia menyenangi dan loyal terhadap produk rokok dengan merk-merk tersebut.
Konsekuensinya perusahaan rokok baru yang ingin memasuki pasar akan mengalami kesulitan
dalam menjual produk rokok baru itu. Kekuatan pasar yang besar dari perusahaan-perusahaan
rokok DJIE SAM SOE, GUDANG GARAM, dan DJARUM, dapat dijadikan contoh sebagai
diperoleh karena adanya hambatan bagi perusahaan rokok lain untuk memasuki pasar karena
loyalitas dari konsumen rokok di Indonesia terhadap merk-merk tersebut
Memaksimumkan Keuntungan Ekonomis dalam Pasar Monopoli Melalui Pengendalian Output
Produksi Manajer yang bekerja pada perusahaan yang beroperasi dalam pasar monopoli dapat
menentukan titik output maupun harga pada kurva permintaan pasar yang akan memaksimumkan
keuntungan ekonomis bagi perusahaan monopoli itu. Dalam praktek dapat terjadi variasi
pengambilan keputusan yang memaksimumkan keuntungan ekonomis bagi perusahaan dalam
pasar monopoli. Sebagai misal, ada perusahaan monopoli yang memilih menetapkan harga
terlebih dahulu dan kemudian membiarkan permintaan pasar yang menentukan berapa banyak
unit produk yang akan dijual, sementara ada pula perusahaan monopoli yang memilih
menentukan tingkat output terlebih dahulu dan kemudian menjual output itu pada tingkat harga
pasar tertinggi. Perusahaan yang memilih menetapkan harga per unit produk terlebih dahulu dan
kemudian memasok output sesuai tingkat permintaan pasar monopoli umumnya dilakukan oleh
industri pos dan telekomunikasi, listrik, air minum, dan perusahaan utilitas lainnya. Sebaliknya
perusahaan yang memilih menentukan tingkat output tertentu dan kemudian menjual output itu
pada tingkat harga tertinggi dalam pasar monopoli pada umumnya dilakukan oleh industri
otomotif, semen, minyak, dll. Prinsip utama dalam memaksimumkan keuntungan bagi
perusahaan yang beroperasi pada semua bentuk pasar, termasuk pasar monopoli, adalah
beroperasi pada kondisi keseimbangan penerimaan marjinal (MR) sama dengan biaya marjinal
(MC), jadi beroperasi pada titik keseimbangan perusahaan di mana MR = MC.
Beberapa langkah yang dapat diikuti apabila perusahaan ingin memaksimumkan keuntungan
ekonomis dalam pasar monopoli melalui pengendalian output produksi, adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pendugaan fungsi permintaan dari produk Q = f(P), menemukan fungsi permintaan
invers P = f-1(Q), dan menentukan penerimaan marjinal dari penjualan produk itu, MR = f(Q).
Fungsi permintaan dapat diduga menggunakan model yang sesuai apakah model regresi linear
atau regresi non-linear. Sebagai misal apabila fungsi permintaan Q = f(P) telah dapat diduga
menggunakan model yang sesuai adalah model regresi linear, maka spesifikasi persamaan
permintaan adalah: Q = a + bP (b < 0). Selanjutnya persamaan permintaan ini dapat diubah ke
dalam bentuk fungsi permintaan invers P = f-1(Q) sebagai berikut: P = (-a/b) + (1/b)Q = A +
BQ , di mana A = (-a/b) dan B = (1/b). Penerimaan marjinal dari produk yang dijual dapat
dihitung sebagai berikut: TR = PQ = (A + BQ)(Q) = AQ + BQ2 MR = ∆TR / ∆Q = A + 2BQ = (-
a/b) + (2/b)Q Penerimaan marjinal mengukur tambahan penerimaan total bagi perusahaan
apabila kuantitas produk yang dijual bertambah satu unit.
2. Mencari informasi tentang biaya variabel rata-rata (AVC) dan biaya marjinal (MC) dari proses
produksi. Sebagaimana telah dibahas dalam konsep analisis biaya, informasi ini dapat diperoleh
melalui melakukan pendugaan fungsi biaya produksi jangka pendek. Sebagai misal apabila
pendugaan fungsi biaya total produksi jangka pendek menggunaan model regresi kubik: TC = a
+ bQ + cQ2 + dQ3 , maka fungsi biaya variabel rata-rata (AVC) dan biaya marjinal (MC)
adalah: AVC = TVC / Q = (bQ + cQ2 + dQ3 )/Q = b + cQ + dQ2 MC = ∆TC/∆Q = ∆TVC/∆Q =
b + 2cQ + 3dQ2
3. Menentukan tingkat output optimum yang menyamakan penerimaan marjinal dengan biaya
marjinal. Dengan demikian perusahaan monopoli harus beroperasi pada titik keseimbangan
perusahaan di mana: MR = MC. Apabila pendugaan fungsi permintaan Q = f(P) menggunakan
model regresi linear: Q = a + bP (b < 0), maka penerimaan marjinal dapat ditentukan sebagai
berikut: MR = f(Q) = (-a/b) + (2/b)Q. Selanjutnya apabila pendugaan fungsi biaya total: TC =
f(Q) menggunakan model regresi kubik: TC = a + bQ + cQ2 + dQ3 (a > 0, b >0, c < 0, d > 0, c2
< 3bd), maka biaya marjinal dapat ditentukan sebagai berikut: MC = ∆TC/∆Q = ∆TVC/∆Q = b +
2cQ + 3dQ2 Dengan demikian output Q yang memaksimumkan keuntungan ekonomis
perusahaan dalam pasar monopoli adalah: MR = MC (-a/b) + (2/b)Q = b + 2cQ + 3dQ2 3dQ2 +
(2c - 2/b)Q + (b + a/b) = 0
4. Menggunakan tingkat output optimum, Qoptimum dalam fungsi permintaan invers untuk
menetapkan harga jual optimum dari produk, Poptimum. Dengan demikian harga jual optimum
dari produk ditentukan sebagai berikut:
Poptimum = (-a/b) + (1/b)Qoptimum Selanjutnya sebelum keputusan aktual diambil perlu
dilakukan pemeriksaan mengikuti aturan-aturan berikut: a. Jika harga jual produk optimum
melebihi biaya rata-rata total perusahaan, Poptimum > ATCQ-optimum, maka perusahaan
monopoli harus berproduksi pada titik Qoptimum karena akan memberikan keuntungan
ekonomis. b. Jika AVCQ-optimum < Poptimum < ATCQ-optimum , maka perusahaan monopoli
harus berproduksi pada titik Qoptimum, meskipun untuk itu perusahaan akan menderita kerugian
dalam nilai yang lebih kecil daripada biaya tetap total (TFC). c. Jika Poptimum < AVCQ-
optimum, maka perusahaan monopoli harus menghentikan produksi atau menutup usaha, dengan
demikian perusahaan akan menderita kerugian sebesar nilai biaya tetap total ( = -TFC).

Anda mungkin juga menyukai