Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI RUMAH SAKIT MEDIKA DRAMAGA


Jl. Raya Dramaga No.KM. 73, Rt.01/Rw.06.Margajaya Barat.
Kota Bogor. Jawa Barat 16680 Telp. (0251) 830 8900
Tanggal 13 September 2021 – 09 Oktober 2021
Laporan PKL ini sebagai tugas akhir Praktek Kerja Lapangan

Disusun oleh:
1. Aprilia Khoerunnisa
2. Fira Novitriani
3. Sri Ramadhani
4. Sultan Thariq Kausar

YAYASAN NURUL WALIDAIN T.H


SMK KESEHATAN PELITA
TERAKREDITASI “A”
Jurusan Farmasi dan Keperawatan
Jl.Raya Warung Borong Ciampea Telp./Fax.(0251)8627289 Bogor 16620
Email :smkkesehatan342@yahoo.com
Tahun Pelajar 2021-2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI RUMAH SAKIT MEDIKA DRAMAGA
JL.Raya Dramaga KM7,3 Margajaya Bogor Barat Kota Bogor

Menyetujui
Pembimbing PKL

Pembimbing Lapangan Pembimbing Sekolah

Mega Listya,S.Farm,Apt Dewanti Cahya Wangi,Amd.Far

Mengetahui:
Kepala SMK Kesehatan Pelita

Yosa Taufiq Ismail.S.T.M.P.D


HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


DI RUMAH SAKIT MEDIKA DRAMAGA
Jl.Raya Dramaga KM 7,3 Margajaya Bogor Barat Kota Bogor

Disetujui Oleh:

Pembimbing Lapangan Pembimbing Sekola

Mega Listya,S.Farm.Apt

Penguji I
KATA PENGATAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan rahmatnya dan karunia-Nya kepada sehingga penulis dapat
menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan Di Rumah
Sakit Medika Dramaga Pada Tanggal 13 September - 09 Oktober 2021.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua


pihak yang telah memu penyusunan laporan demi kesempurnaan laporan praktik
kerja lapangan (PKL) laporan ini dapat diselesainkan atas bantuan dan bimbingan
dari semua pihak untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Allah SWT yang memberikan nikmat dan hidayah-Nya kepada penulis


sehingga penulis bisa menyelesaikan prakerinnya dengan baik dan dapat
menyelesaikan laporannya dengan baik tanpa halangan dan hambatan apapun
2. dr.R Geoseffi Purnawarman.SpOG.MHKes Selaku Direktur Rumah Sakit
Medika Dramaga
3. Yosa Taufiq Ismail,S.T.M.Pd.. Selaku Kepala Sekolah SMK Kesehatan
Pelita Ciampea yang telah memberikan izin dan dukungan kepada penulis
dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
4. Apt.Enrawani Damanik, S.Farm Selaku Kepala Instlasi Farmasi Rumah Sakit
Medika Dramaga
5. Apt.Mega Listya Mara Indra, S.Farm Selaku Pembimbing Di Instalasi
Farmasi Di Rumah Sakit Medika Dramaga
6. Dewanti Cahya Wangi A.M.d.Farm Selaku Pembimbing Praktek Kerja
Lapangan (PKL)
7. Kepada orang tua atas izin dalam menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL)
ini bekal dan doa selalu menyertai penulis dalam melksanakan Praktik Kerja
Lapangan (PKL)
8. Serta pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun laporan
Praktik Kerja Lapangan(PKL)

Penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Ujian Akhir Sekolah serta sebagai bukti bahwa telah melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) Penulis menyadari sebelumnya bahwa laporan ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
kesempurnaan laporan ini sangat diharapkan. Mudah-mudahan laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya

Bogor, Oktober 2021


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...ii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….….iii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...iv
BAB 1 PENDAHULUAN……..………..………………………………………v
1.1 Latar Belakang
PKL………………………………………………….
1.1 Rumus Masalah……………………………………………………………….2
1.2 Tujuan PKL…………………………………………………………………...3
1.3 Manfaat PKL………………………………………………………………….4
BAB 2 Tinjauan Pustaka………………………………………………………..5
2.1 Definisi Rumah Sakit…………...…………………………………………..6
2.2 Dasar Hukum Rumah Sakit…..…………………………………………….…7
2.3 Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit……………………………………...……….8
2.4 Persyaratan Pendirian Rumah Sakit…………………………………………9
2.5 Standar Kefarmasian Di Rumah Sakit……………………………………..10
2.6 Definisi Intalasi Farmasi…………………………………………………..11
BAB 3 Proses Kegiatan……………………………………………………….12
3.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan………………………………………………13
3.2 Kegiatan Di Rumah Sakit Medika Dramaga………….…………………….11
BAB 4 Pembahasan…………………………………………………………….12
4.1 Sejarah Rumah Sakit Medika Dramaga………………………………..……13
4.2 Visi&Misi Rumah Sakit……………………………………..………………14
4.3 Hasil Penelitian…………………………………………………….………..15
4.4 Penggolongan Obat………………………………………………………….16
BAB 5 Penutup…………...…………………………………………………….17
5.1 Kesimpulan………………………….………………………………………18
5.2 Kritik&Saran…………………………………………………….…………..19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Pembelajaran di SMK Kesehatan Pelita merupakan jenjang


pendidikan yang mengutamakan pengembngan kemampuan peserta didik
untuk dapat bekerja pada bidang tertentu,kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan kerja, melihat peluang kerja dan dapat mengembangkan diri di
Era Globalisasi.

SMK menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan diberbagai


program keahlian yang di sesuaikan dengan lapangan kerja. program
keahlian tersebut dikelompokkan menjadi bidang keahlian sesuai dengan
kelompok bidang Industri/ bidang usaha/ asosiasi profesi. Jenis bidang dan
program keahlian diditetapkan oleh direktur Jendral pendidikan daasar dan
menengah.

Pendidikan di SMK dapat menerapkan berbagai pola penyelenggaraan


pendidikan yang dapat dilaksanakan secara terpadu,seperti:Pola Pendidikan
Sistim Ganda (PSG) yaitu Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan pendidikan
jarak jauh.

Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah bentuk pelaksanaan antara


program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang
diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung di dunia kerja untuk
mencapai tingkat keahlian tertentu. Tujuan PKL sendiri adalah untuk melatih
kemampuan-kemampuan dan dapat menerapkan teori yang telah diperoleh
saat disekolah.
Permendikbud Nomor 34 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) / Madrasah Aliyah Kejuruan ( MAK ).
Latar belakang diterbitkannya adalah:
1) Dalam rangka meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya
manusia Indonesia perlu dilakukan revitalisasi sekolah menengah kejuruan
atau madrasah aliyah kejuruan melalui penyempurnaan dan penyelarasan
kurikulum dengan kompetensi sesuai kebutuhan pengguna lulusan,
peningkatan jumlah dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan,
peningkatan kerja sama antar kementerian/lembaga, pemerintah daerah dan
dunia usaha/industri, peningkatan akses sertifikasi lulusan, dan program
lainnya.
2) Ketentuan yang mengatur mengenai Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan sebagaimana diatur dalam beberapa
peraturan menteri dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
hukum, kebutuhan masyarakat, dan tantangan global sehingga perlu diganti
dan disatukan dalam suatu peraturan menteri yang baru.
Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja yang profesional dibidangnya. Melalui Praktek Kerja Lapang
diharapkan dapat menciptakan tenaga kerja yang profesional tersebut.
Dimana para siswa yang melaksanakan Pendidikan tersebut diharapkan dapat
menerapkan ilmu yang didapat dan sekaligus mempelajari dunia industri.
Tanpa diadakannya Praktek Kerja Lapang ini kita tidak dapat langsung
terjun ke dunia industri karena kita belum mengetahui situasi dan kondisi
lingkungan kerja. Harapan utama dari PKL ini adalah agar siswa dapat
mengetehui bagaimana keadaan dunia kerja dan PKL wajib dilaksanakan
oleh para siswa- siswi di SMK.
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Secara umum, rumah sakit merupakan
suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus
dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personal yang terlatih dan
terdidik dalam menangani masalah medik modern, yang semuanya terkait
bersama-sama dalam maksud yang sama, yaitu untuk pemulihan dan
pemeliharaan kesehatan yang baik. Pada intinya, rumah sakit adalah suatu
lembaga komunitas yang merupakan instrumen masyarakat.(Ari Winanti,
Reviana,. Asmara, Arie., Soedjono, Asinik., Nuryani, Avi., Susiyanti. 2013)
Menurut Permenkes no 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana
fungsional yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian di rumah sakit
dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) melalui sistem satu
pintu. Instalasi farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai penaggung
jawab. Alat kesehatan yang dikelola oleh instalasi farmasi sistem satu pintu
berupa alat medis habis pakai atau peralatan non elektromedik, antara lain
alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung dan implant.
RS. Medika Dramaga adalah rumah sakit yang bertipe C madya dengan
kapasitas tempat tidur 105 tempat tidur, didukung oleh 37 Dokter Spesialis, 7
Dokter Gigi dan 13 Dokter Umum. Dengan visi menjadi rumah sakit dengan
pelayanan terbaik, terjangkau dan terpercaya di Bogor dan sekitarnya.
(http://www.rsmeikadrams.com/?page=sejarah. Dikutip 01 Februari 2020).
SMK Kesehatan Pelita Ciampea melaksanakan kegiatan Praktek Kerja
Lapangan di Rumah Sakit Medika Dramaga dimulai dari tanggal 13
September – 9 Oktober 2021. Kegiatan yang siswa/i lakukan yaitu,
melakukan
kefarmasian di Apotek Rawat Jalan, Depo Farmasi Rawat Inap, Apotek Eksekutif
dan Gudang Farmasi.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana pelayanan informasi obat di apotik rawat jalan di RSMD?
2. Bagaimana penyimpanan obat obatan High Alert di gudang farmasi
RSMD?
3. Bagaimana penyimpanan obat obatan yang benar untuk golongan
Narkotika dan Psikotropika?
4. Bagaimana proses telaah resep di apotik rawat jalan di RSMD?

1.3 Tujuan Praktik Kerja Lapangan(PKL)


Penyelenggaran PRAKERIN bertujuan untuk:
1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga
kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan tetos kerja yang
sesuai dengan tuntutan lapangan kerja
2. Memperkokoh hubungan keterkaitan dan kesepadanan (Link and Match)
antara smk dan lapangan kerja
3. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitas profisional
4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan

1.4 Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL)

1. Menambah Keterampilan
Manfaat prakerin yang pertama yakni dapat menambah keterampilan,
pengetahuan, gagasan-gagasan seputar dunia usaha serta industri dan professional
dan handal. Pengetahuan dan keterampilan ini tentunya sangat bermanfaat untuk
siswa ketika sudah terjun ke dunia kerja. Pasalnya siswa tentunya sudah
menguasai gagasan-gagasan seputar dunia kerja melalui prakerin
2. Membentuk pola pikir
Manfaat prakerin berikutnya yakni dapat membentuk pola pikir, siswa-
siswi agar terkonstruktif baik serta memberikan pengalaman dalam dunia kerja.
Pengalaman sangat dibutuhkan kerja memulai terjun kedunia kerja. Pengalaman
tersebut bisa didapatkan dari mengikuti prakerin.

3. Mengenalkan siswa pada pekerjaan lapangan


Manfaat prakerin selanjutnya yakni mengenalkan siswa-siswi pada
pekerjaan lapangan di dunia kerja dan usaha sehingga pada saatnya mereka terjun
ke lapangan pekerjaan yang sesunguhnya dapat beradaptasi dengan cepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit


2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization), Rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif),penyembuhan penyakit (kuratif) kepada
masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan
dan pusat penelitian medik.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016tentang
standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, pasal 1,rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelanggarkan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.

2.1.2 Dasar Hukum

Dasar hukum Permenkes 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit adalah:

1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahu


n 1945;
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lem
baran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Le
mbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Ne
gara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran N
egara Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembara
n Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Le
mbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L
embaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584) sebagaimana telah beb
erapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang P
emerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 567
9);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lemb
aran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lem
baran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 22
9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5942);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Lembaran Negara Republik Ind
onesia Tahun 2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Ind
onesia Nomor 6215);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi d
an Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan M
enteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Ke
rja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 201
8 Nomor 945);

2.1.3 Tujuan Rumah Sakit


Tujuan rumah sakit menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 tentang tujuan rumah sakit adalah:
1) Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
2) Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.
3) Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
4) Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya
manusia, dan rumah sakit.

2.1.4 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


1. Pelayanan medis
2. Pelayanan dan asuhan keperawatan
3. Pelayanan penunjang medis dan non medis
4. Pelayanan dan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
5. Pendidikan penelitian dan pengembangan
6. Administrasi umum dan keuangan

2.1.5 Klasifikasi Rumah Sakit


2.1.5.1 Tipe Rumah Sakit Umum

Masih dalam peraturan yang sama di Pasal 4 disebutkan klasifikasi rumah sakit
umum dibagi menjadi berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanannya, yaitu:

1. Rumah Sakit Umum Kelas A


2. Rumah Sakit Umum Kelas B
3. Rumah Sakit Umum Kelas C
4. Rumah Sakit Umum Kelas D

Pada pasal selanjutnya, tipe rumah sakit ini ditetapkan berdasarkan pelayanan,
Sumber Daya Manusia, peralatan, sarana dan prasarana, serta administrasi dan
manajemen.

1. Rumah Sakit Umum Kelas A

Untuk rumah sakit kelas A harus memiliki fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 medik spesialis dasar, 5 spesialis penunjang medik, 12
medik spesialis lain, dan 13 medik subspesialis.

Baik sarana dan prasarana serta peralatan rumah sakit tipe A harus memenuhi
standar yang ditetapkan oleh menteri. Selain itu, peralatan radiologi dan
kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan undang-
undang.

Pada rumah sakit kelas A, pasien bisa menikmati layanan pelayanan medik
umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan
spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik
spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan
kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan pelayanan penunjang non klinik.

Yang termasuk rumah sakit kelas A di Indonesia adalah:

 Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pu


sat, DKI Jakarta
 Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin, Bandung, Jawa Barat
 Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo, Surabaya, Jawa Timur
 Rumah Sakit Umum Pusat Dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawes
i Selatan

2. Rumah Sakit Umum Kelas B

Untuk rumah sakit kelas B, setidaknya disediakan fasilitas dan kemampuan


pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 4 spesialis penunjang medik, 8
spesialis lainnya, dan 2 subspesialis dasar.

Masyarakat yang mendapat rujukan ke rumah sakit kelas B bisa mendapatkan


fasilitas seperti pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan
medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik
spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan medik
subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik,
serta pelayanan penunjang non klinik.

Ini dia beberapa contoh rumah sakit tipe B di Indonesia

 RSAB Harapan Kita, Jakarta


 RSUP Dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah
 RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta
 RSU Tangerang, Banten
 RSUD Labuang Baji, Makassar, Sulawesi Selatan

3. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah sakit umum kelas C lebih membatasi pelayanan mediknya, yang mana
paling sedikit menyediakan 4 medik spesialis dasar dan 4 spesialis penunjang
medik.

Di sini masyarakat bisa menikmati pelayanan medik umum, gawat darurat, medik
spesialis dasar, spesialis penunjang medik, medik spesialis gigi mulut,
keperawatan dan kebidanan, serta pelayanan penunjang klinik dan non klinik.

Beberapa contoh rumah sakit umum kelas C yang tersebar di Indonesia adalah:

 RSUD Sayang, Cianjur, Jawa Barat


 RS Jakarta
 RSUD Sleman, Yogyakarta
 RSUD Rantau Prapat, Sumatra Utara
 RSUD Fauziah Bireuen, Aceh

4. Rumah Sakit Umum Kelas D

Pada rumah sakit umum kelas D sedikitnya tersedia 2 pelayanan medik spesialis
dasar, dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan yang meliputi pelayanan medik
umum, gawat darurat, medik spesialis dasar, keperawatan dan kebidanan, serta
pelayanan penunjang klinik dan non klinik.

Beberapa rumah sakit umum kelas D yang bisa Anda temui di antaranya:
 RSB Kartini, Jakarta
 RS Rahman Rahim, Sidoarjo, Jawa Timur
 RSUD Kota Tangerang
 RSUD Dr R. Soedjati Soemodiardjo, Jawa Tengah
 RSUD Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah

2.1.5.2 Mengenal Tipe Rumah Sakit Khusus

Masih dalam peraturan yang sama di Pasal 23, rumah sakit khusus dibagi
berdasarkan jenis-jenisnya, antara lain: rumah sakit khusus ibu dan anak, jantung,
kanker, orthopedi, paru, jiwa, kusta, mata, ketergantungan obat, stroke, penyakit
infeksi, bersalin, gigi dan mulut, rehabilitasi medik, telinga hidung tenggorokan,
bedah, ginjal, kulit, dan kelamin.

Sama halnya dengan rumah sakit umum, klasifikasi rumah sakit khusus juga
dibagi menjadi:

 Rumah Sakit Khusus Kelas A


 Rumah Sakit Khusus Kelas B
 Rumah Sakit Khusus Kelas C.

Penting Bagi Peserta BPJS Kesehatan untuk Mengetahui Tipe Rumah Sakit
Semakin banyak Anda mengetahui informasi seputar kesehatan, maka akan
semakin mudah bagi Anda untuk mendapatkan akses dan fasilitas sesuai dengan
kebutuhan. Sebagai peserta BPJS Kesehatan, Anda wajib mengetahui tipe-tipe
rumah sakit di atas agar tiap anggotanya dapat memilih dengan tepat rumah sakit
mana yang sesuai dengan pemeriksaan dan fasilitas yang dibutuhkan.

Yang perlu digaris-bawahi adalah sistem pelayanan BPJS Kesehatan memiliki


jenjang, yang artinya setiap tindakan perlu adanya rujukan untuk mendapatkan
pelayanan medis tertentu.

Jenjang untuk fasilitas kesehatan atau faskes ini terdiri dari:

1. Faskes tingkat 1 yang meliputi puskesmas, klinik, praktik dokter, praktik


dokter gigi, dan rumah sakit kelas D.
2. Faskes tingkat 2 yang merupakan lanjutan faskes tingkat 1 dengan rujukan
rumah sakit kelas C dan B.
3. Faskes tingkat 3 yang meliputi rumah sakit kelas A dengan sarana dan pra
sarana yang lebih lengkap.

2.6 Definisi Intalasi Farmasi Rumah Sakit


Menurut Permenkes no 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional
yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah
Sakit . Pelayanan kefarmasian adalah suatdu pelayanan langsung dan
bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Instalasi Farmasi harus memiliki Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang
sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan
tujuan Instalasi Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi
dan perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri.

2.7 Tugas Dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Tugas dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit menurut permenkes Nomor 72


Tahun 2016, antara lain:

1) Menyelenggarakan, mengkordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh


kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etik profesi.

2) Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis


habis pakai yang efektif, aman, bermutu, dan efisien.

3) Melaksanakan pengkajian dan pemantaun penggunaan sediaan farmasi, alat


kesehatan dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek terapi dan
keamanan serta meminimalkan resiko.

4) Melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi serta memberikan


rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien. Berperan aktif dalam
Komitmen atau Tim Farmasi dan Terapi.

5) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan pelayanan


kefarmasian.

6) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan


formularium rumah sakit.

Adapun fungsinya, meliputi:

1) Memilih sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai
kebutuhan pelayanan rumah sakit.

2) Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis


habis pakai secara efektif, efisien dan optimal.

3) Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuaan yang
berlaku.

4) Memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan rumah sakit.

5) Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku

6) Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan spesfikasi dan persyaratan kefarmasian.

7) Mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis


pakai ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

8) Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan


bahan medis habis pakai yang sudah tidak dapat digunakan.
2.8 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di IFRS

2.8.1 Pemilihan

Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan pembekalan farmasi yang


benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit
di rumah sakit. Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik meliputi:

1. Jenis obat yang dipilih minimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan
jenis.

2. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai


efek yang lebih baik dibandingkan obat tunggal.

3. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug
of choice) dari penyakit yang prevalensi tinggi. Pemilihan obat di rumah
sakit merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) sesuai dengan
kelas rumah sakit masing-masing, Formularium RS, Formularium Nasional
(Fornas). Sedangkan pemilihan alat kesehatan d rumah sakit dapat
berdasarkan dari data pemakaian oleh pemakai, standar ISO, daftar harga
alat, daftar harga alat kesehatan yang dikeluarin oleh Ditjen Binfar dan
Alkes, serta spensifikasi yag ditetapkan oleh rumah sakit.
2.8.2 Perencanaan

Hal yang perlu diperhatikan dalam perecanaan adalah daftar perbekalan


farmasi standar (umumnya mengacu pada Formularium Rumah sakit), kebutuhan,
persediaan atau stok sisa, prioritas dan waktu tunggu.

Ada beberapa metode perencanaan dalam pengadaan pembekalan farmasi


di rumah sakit, diantaranya:

1. Metode konsumsi, yaitu berdasarkan pemakaian periode sebelinya yang bisa


dilihat dari kartu stok.

2. Metode morbilitas, yaitu berdasarkan atas jumlah kasus atau kejadiaan.

3. Metode kombinasi, yaitu gabungan metode komsumsi dan metode


morbilitas, umumnya untuk kasus-kasus yang dapat diprediksi.

2.8.3 Pengadaan

Pengadaan dilakukan dengan dengan membuat surat pesanan (SP) yang di


tujukan ke Distributor/PBF. Proses pengadaan dapat dilakukan dengan pembelian
dan konsinyasi.

2.8.4 Pembelian

Dapat dilakukan dengan dua cara yakni pembelian langsung dan


pembelian melalui tender. Pertimbangan yang dilakukan dalam memilih PBF
(Bedagang Besar Farmasi) atau Distributor adalah sebagai berikut:

1. Ketersediaan barang.

2. Kualitas barang.

3. Besarnya potongan harga yang diberikan.

4. Kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu.

5. Cara pembayaran.

Konsinyasi adalah penitipan barang dagangan dengan pembayaran


kemudian (jual titip), umumnya untuk produk baru yang belum di kenal
konsumen.Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam konsinyasi:

1. Berasal dari perusahaan yang bersertifikat.


2. Sudah terdaftar (ada nomor Registrasi).

3. Lama penitipan.

4. Dilengkapi kartu stok.

5. Pemantaun secara berkala.

6. Penyimpanan dalam rak terpisah.

Produksiatau pembuatan sediaan farmasi di IFRS merupakan kegiatan


membuat, mengubah bentuk dan pengemasan sediaan farmasi, baik steril atau
non steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan rumah sakit.
Pembekalan farmasi yang di produksi di rumah sakit, antara lain:

1. Sediaan farmasi dengan formula khusus.

2. Sediaan farmasi dengan mutu sesuai standar, harga lebih terjangkau.

3. Sediaan farmasi dengan kemasan lebih kecil.

4. Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran.

5. Sediaan farmasi untuk penelitian.

6. Penerimaan

2.8.5 Prosedur penerimaan barang di IFRS.

Petugas menerima barang, produk diteruskan ke gudang disertai satu


salinan faktur penerimaan barang, untuk barang yang ditolak dikembalikan
kepada pengirim diserati surat penyerahan barang dengan alasan pengembalian.

Surat penyerahan barang disimpan petugas dan satu tembusan ke bagian


administrasi. Bagian administrasi mencatat pada kartu persediaan menurut data
pada faktur atau surat penyerahan barang. Faktur diarsipkan berdasarkan nomor
urutdan tanggal penerimaan. Faktur dilengkapi kop, ditanda tangani oleh petugas
dan di stempel.

2.8.6 Adapun syarat penerimaan :

1. Sesuai spesifikasi dalam surat pesanan.

2. Kondisi kemasan.

3. Tanggal kadaluarsa.

4. Penyimpanan
5. Tujuan penyimpanan :

6. Memelihara mutu sediaan farmasi.

7. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.

8. Menjaga ketersediaan.

9. Memudahkan pencarian dan pengawasan.


2.8.7 Pengaturan daripada penyimpanan :

1. menurut bentuk sediaan dan alfabetis.

2. menerapkan sistem FEFO dan FIFO.

3. menggunakan lemari rak palet.

4. menggunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika.

5. menggunakan lemari khusus untuk perbekalan farmasi yang memerlukan


penyimpanan pada suhu tertentu dilengkapi kartu stok obat.

2.8.8 Distribusi

2.8.8.1 Unit-unit distribusi di rumah sakit :

1. Farmasi pelayanan, Kamar operasi, IGD, Hemodialisa, ICU.

2. Poliklinik.

3. Bangsal.

4. Instalasi lain dilingkungan rumah sakit, fisioterapi.

5. unit-unit lain yang membutuhkan.

2.8.8. 2 Sistem pelayanan distribusi dapat dilakukan dengan cara :

2.8.8.2.1 Sistem persediaan lengkap diruangan

1. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk persediaan di ruang rawat


disiapkan dan dikelola oleh instalasi farmasi.

2. Perbekalan farmasi yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan
jumlah yang sangat dibutuhkan.

3. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola
(diatas jam kerja) maka pendistribusian menjadi tanggung jawab ruangan.

4. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat di ruang IFRS
kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.

5. Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan


interaksi obat pada setiap jenis obat yang disediakan di ruangan IFRS.
2.8.8.2.2 Sistem resep perorangan

Pendistribusian perbekalan farmasi berdasarkan resep perorangan, baik


pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan melalui instalasi farmasi.

2.8.8.2.3 Sistem Unit Dose Dispensing (UDD)

Pendistribusian perbekalan farmasi disiapkan dalam unit dosis tunggal


untuk penggunaan satu kali atau satu hari dosis perpasien. Sistem UDD sangat
dianjurkan untuk pasien rawat inap dengan tujuan meminimalisir kesalahan
pemberian obat.

2.8.9 Pengendalian

Tujuan pengendalian adalah supaya tidak terjadi kekosongan perbekalan


farmasi di unit-unit pelayanan. Kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian
sediaan farmasi adalah memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata
periode tertentu, menentukan stok pengamanan di gudang dan menentukan waktu
pemesanan sampai obat diterima.

2.8.10 Penghapusan

Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan


farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak dan mutu yang tidak
memenuhi standar yang berlaku. Tujuannya adalah menjamin perbekalan farmasi
yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku.
Penghapusan akan mengurangi beban penyimpanan maupun risiko terjadinya
penggunaan obat substandar.

Penghapusan di rumah sakit dilakukan di instalasi sanitasi dengan


menggunakan alat insenerator limbah medis sesuai prosedur yang berlaku.Untuk
melakukan penghapusan, petugas harus meminta izin penghapusan ke kepala
daerah setempat. Izin akan dikeluarkan dengan surat keputusan penghapusan dan
kepala daerah akan mengirim tim pelaksana penghapusan. Semua proses
penghapusan harus dibuat berita acara penghapusan perbekalan farmasi.

2.8.11 Pencatatan dan pelaporan

2.8.11.1 Pencatatan

Pencatatan bertujuan untuk memonitor transaksi perbekalan farmasi yang


masuk dan keluar. Pencatatan dilakukan secara manual (buku dan kartu stok) dan
komputerisasi .informasi yang diperoleh dari pencatatan :

1. Jumlah perbekalan farmasi yang tersedia ( sisa stok ).

2. Jumlah perbekalan farmasi yang diterima.


3. Jumlah perbekalan farmasi yang keluar.

4. Jumlah perbekalan farmasi yang rusak / hilang / kadaluarsa.

5. Jangka waktu kekosongan perbekalan farmasi.

2.8.11.2 Pelaporan

Kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi perbekalan


farmasi. Tujuannya agar tersedianya data yang akurat untuk bahan
evaluasi,informasi yang akurat dan data yang lengkap untuk membuat
perencanaan. Jenis laporan yang dibuat di gudang perbekalan farmasi adalah:

1. Laporan pembelian.

2. Laporan mutasi.

3. Laporan permintaan perbekalan farmasi tidak terlayani.

4. Laporan perbekalan farmasi yang hampir kadaluarsa (minimal 6 bulan


sebelum tanggal kadaluarsa) untuk diinformasikan ke dokter penulis resep.

5. Laporan perbekalan farmasi yang kadaluarsa.

6. Laporan ketersediaan obat.

7. Laporan stok opname.

2.8.12 Monitoring dan evaluasi

Tujuan monitoring dan evaluasi adalah:

1. Upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan perbekalan farmasi.

2. Sebagai masukan dalam perncanaan dan pengambilan keputusan.

3. Pengumpulan data untuk bahan evaluasi


BAB III
PROSES KEGIATAN
3.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan di Rumah Sakit Medika Dramaga
yang berlokasi di Jl.Raya Dramaga KM.7.3 Margajaya Bogor Barat, Kota Bogor.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini di lakukan kurang lebih selama 1(satu)
bulan, terhitung dari tanggal 13 September - 09 Oktober 2021.

Waktu Tempat Keterangan


07.00-14.00 WIB Apotik Rawat Jalan,Rawat Inap dan Pagi
Eksekutif
07.00-14.00 WIB Gudang Farmasi Pagi
13.00-20.00 WIB Apotik Rawat Jalan,Rawat Inap dan Siang
Eksekutif

3.2 Kegiatan di Rumah Sakit Medika Dramaga

Apotek Rawat Jalan,Rawat Inap dan Gudang Farmasi


Eksekutif
 Menyiapkan obat sesuai billingan  Menyiapkan amprahan untuk
resep depo farmasi
 Meracik sediaan puyer dan kapsul  Mendistribusikan obat ke depo
 Mengambil obat ke Gudang Farmasi farmasi
jika stok sediaan habis  Memesan obat obatan yang
 Mengisi kartu stok habis stok obatnya
 Menempelkan etiket  Merapikan obat yang datang
 Membuat paketan obat sesuai dengan abjad dan
 Membuka bungkus obat untuk dibuat sediaan obat
racikan yang sudah dipatenkan  Merapikan alat kesehatan
 Melakukan stok opname

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT MEDIKA DRAMAGA


4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Medika Dramaga
Rumah Sakit Medika Dramaga yang berkedudukan di kota Bogor, yang
anggaran dasarnya tertuang dalam Akta Pendirian dengan Akta Notaris,
tertanggal 1 Oktober 2010 Nomor 3 Peletakan batu pertama pembangunan rs
medika dramaga (RSMD) pada tanggal 11 Agustus 2011 pada tanggal 10
November 2012 adalah awal dari Operasional RS Medika Dramaga, yang
kemudian menjadi HARI ULANG TAHUN RSMD
RS.Medika Dramaga berdiri diatas lahan seluas 5,210M2 dengan No
Sertifikat Tanah/HGB :10.09.05.04.3.00428 Luas Bangunan RS Medika Dramaga
adalah 3.804.92M2 dengan IMB No. 645.3.735.BPPTPM.VI/2011 yang
beralamat Di Jalan Raya Dramaga KM 7,3 Kelurahan Margajaya Kecamatan
Bogor Barat, Kota Bogor
Klafikasi RS. Medika Dramaga adalah tipe C dengan kapasitas tempat
tidur 105 TT dengan visi menjadi Rumah Sakit dengan pelayanan terbaik,
terjangkau dan terpercaya di Bogor dan sekitarnya. Sejak mulai berdirinya RS
Medika Dramaga telah berkomitmen untuk mengutamakan keselamatan dan
memberikan pelayanan yang bersahabat kepada masyarakat berdasarkan
kejujuran dan profesionalisme
4.1.2 Visi & Misi Rumah Sakit Medika Dramaga
Visi Rumah Sakit Medika Dramaga :
Menjadi Rumah Sakit dengan pelayanan terbaik dan terpercaya di kota Bogor dan
Sekitarnya
Misi Rumah Sakit Medika Dramaga :
1. Meningkatkan SDM yang berkualitas secara berkesinambungan.
2. Menyediakan pelayanan spesialistik yang berorientasi pada kebutuhan
masyarakat
3. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu.
4. Bekerjasama lintas sektoral dengan berbagai instansi secara sinergis menjaga
mutu pelayanan.
4.1.3 Fasilitas Pelayanan :
1. Instalansi Rawat Jalan.
2. Instralansi Rawat Inap.
3. Penunjang Medis.
4. Pelayanan Medis Khusus.
5. Pelayanan 24 Jam.
6. Pelayanan Medis Umum.
7. Poli Eksekusif.
4.1.4 Filosofi
Filosofi Rumah Sakit adalah dengan landasan kemanusiaan, motivasi, jujur,
integritas yang tinggi akan mampu meningkatkan mutu playanan dan
keselamatan pasien.
4.1.5 Nilai-Nilai Dasar :
1. Kejujuran.
2. Kerja Keras.
3. Kerendahan hati.
4. Integritas.
5. Profesionalisme.
4.2. Standar Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian di Rumah sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pelayanan farmasi klinik.
Apoteker khususnya yang bekerja di rumah sakit dituntut untuk
merealisasikan perluasan paradigma pelayanan kefarmasian dan orientasi produk
menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan
secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat di
implementasikan. Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar dari
hal-hal yang tidak diinginkan termasuk tuntutan hukum. Dengan demikian, para
Apoteker indonesia dapat berkompetisi menjadi tuan rumah negara sendiri.
Perkembangan diatas dapat menjadi peluang sekaligus merupakan
tantangan bagi apoteker untuk maju meningkatkan kompetensinya sehingga dapat
memberikan pelayann kefarmasian secara komprehensif dan simultan baik yang
bersifat manajerial maupun farmasi kinik.
Strategi optimalisasi harus ditegakkan dengan cara memanfaatkan sistem
informasi Rumah sakit secara masksimal pada fungsi manajemen kefarmasian,
sehingga diharapakan dengan model ini akan terjadi efisiensi tenaga dan waktu.
Efisisensi yang diperoleh kemudian dimanfaatkan untuk melaksanan fungsi
pelayanan farmasi klinik secara intensif.
Dalam undang undang Nomor 44 tahun 2009tentang Rumah sakit
dinyatakan bahwa Rumah sakit dapat memenuhi persyaratan lokasi, bangunan
,prasaran,sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan
kefarmasian harus menjamin ketersediaaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau.
Selanjutnya dinyatakan bahwa pelayan sediaan farmasi di Rumah sakit
harus mengikuti standar pelayanan yang selanjutnya di amanahkan untuk di atur
dengan peraturan menteri kesehatan.
Dalam peraturan pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktik kefarmasian pada

25
fasilitas pelayannan kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar pelayanan
kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur dengan peraturan menteri kesehatan.
Berdasarkan ketemtuan peraturan perundang undangan tersebut dan perkembangn
konsep pelayanan kefarmasian, perlu ditetapkan suatu standar pelayanan
kefaramasian dengan peratuaran menteri kesehatan. Sekaligus meninjau kembali
peraturan menteri kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang standar pelayann
kefarmasian di Rumah sakit sebagaiman telah di ubah dengan peratran menteri
kesehatan Nomor 34 tahun 2016 tentang perubahan atas peraturan menteri
kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang standar pelayan kefarmasian di Rumah
sakit.
4.2.1 BHP
Bahan medis habis pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai ( single use ) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang undangan.
4.2.2 Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan Farmasi digunakan untuk menggambarkan praktek
kefarmasian berorientasi pelayanan kepada pasien yang menerapkan pengetahuan
dan keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat bagi pasien
secara individual.
Ruang lingkup fungsi farmasi klinis adalah :
1. Pengkajian resep / telaah resep
Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien, mengidentifikasi dan mencegah serta
mengatasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
Pengkajian resep yang dimulai dari pengkajian administrasi yang meliputi
kelengkapan resep, terdiri dari identitas dokter dan pasien (nama, umur, jenis
kelamin serta berat badan terutama untuk pasien anak). Pemeriksaan kesesuaian
farmasetik seperti bentuk sediaan, formularium, frekuensi, kekuatan stabilitas,
cara dan lama pemberian obat, serta pengkajian klinis yang terdiri dari adanya
alergi efek samping, interaksi obat, kesesuaian formularium.Pengkajian resep
dilakukan oleh apoteker.
2. Dispensing obat
Seluruh resep yang masuk ke instalasi akan dilayani seluruhnya sesuai dengan

25
prosedur mulai dari pemberian harga resep, peracikan, pengemasan sampai
penyerahan kepada pasien rawat jalan atau perawat untuk pasien rawat inap oleh
seluruh petugas farmasi yang dinas sesuai dengan wewenangnya masing-masing.
3. Pelayanan informasi obat (PIO)
Setiap hari instalasi farmasi Rumah Sakit Medika Dramaga menyediakan
pelayanan informasi obat bagi pasien, staf medis dan tenaga kesehatan yang
memerlukan
4. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang
pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari
wawasan atau data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat Pasien
5. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah didapat psien. Rekonsiliasi dilakukan
untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication eroor) seperti obat
tidak diberikan, duplikasi kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan
Obat (medication eroor) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu
Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain,antar ruang perawatan ,serta pada pasien
yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
6. Konseling

Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran


terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien
dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan
maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat
dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif
memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap
Apoteker.

7. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang

25
dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan
untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan
mengkaji masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang
rasional, dan menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien serta
profesional kesehatan lainnya.

8. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu
proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi
Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.

1. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan
kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat
yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim
yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek Samping Obat
adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang terkait
dengan kerja farmakologi.

8.Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan


kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat
yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim
yang

9.Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan


program evaluasi penggunaan Obat yang terstruktur
dan berkesinambungan secara kualitatif dan
kuantitatif.digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek Samping Obat
adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang terkait

25
dengan kerja farmakologi.

10.Dispensing Sediaan Steril

Dispensing sediaan steril harus dilakukan di


Instalasi Farmasi dengan teknik aseptik untuk
menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta
menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.

11.Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)

Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)


merupakan interpretasi hasil pemeriksaan kadar Obat
tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat
karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari
Apoteker kepada dokter.

Struktur Organisasi Rumah Sakit Medika Dramaga


Struktur Organisasi Rumah Sakit Medika Dramaga

DIREKTUR

Komite Keperawatan dan Wakil Direktur Satuan Pengawas Internal


Tenaga Kesehatan lain 25
Komite Medik
Komite PPI
Komite K3RS
Manger Umum Manager Medis & Manager Keuangan
Penunjang
Supervisor
Supervisor Keuangan
Kepegawaian & Supervisor Keperawatan
Diklat
Supervisor Supervisor Medis Supervisor Pelayanan
Kesekretariatan Pasien Jaminan
Supervisor Keperawatan
& Tata Usaha
Koordintor
Rumah Tangga Supervisor SIMRS IT

Koordinator Instalasi Farmasi


Logistik
Instalasi Radiologi
Koordinator Instalasi Laboratorium
Pendaftaran Instalasi Rekan Medik
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi
Instalasi Rawat Inap
Pemeliharaan Instalasi Gawat Darurat
Sarana Rumah Instalasi Kamar Bedah &
Sakit
Instalas Gizi
Instalasi Sanitasi
& Kesling

25
Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Medika Dramaga

Struktur Organisasi Instalasi Farmasi


Rumah Sakit Medika Dramaga

DIREKTUR
Dr. R. Gioseffi. P, SPOG., MHKes

Manager Penunjang Medis


Dr. Msy Erni Dia MS

Supervisor Penunjang Medis


Dr. Ovariadi Anwar

Supervisor Farmasi
Enrawani Damanik, S.Farm.,Apt

Koor Depo Farmasi Koor Depo Gudang Farmasi


Mega Listya, S.Farm.,Apt Rania Saputri, S.Farm.,Apt

- Apoteker Pelaksana - Asisten Apoteker


- Asisten Apoteker Pelaksana
Pelaksana

25
4.5 Penggolongan obat
Obat yaitu bahan atau panduan bahan-bahan yang digunakan
dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badan
pada manusia atau hewan.
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetik.Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat,
maka pemerintah menggolongkan obat menjadi beberapa bagian, yaitu:
4.5.1 Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas dipasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat
bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarnahitam.
Contohnya:Paracetamol ( Depkes RI , 2006 )

Gambar 1 Penandaan Obat Bebas

4.5.2 Obat bebas terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnnya termasuk obat
keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan
disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket
obat bebas terbatas adalah lingakaran biru dengan garis tepi berwarna
hitam.
Contohnya: CTM ( Depkes RI 2006 )

Gambar 2 Penandaan Obat Bebas Terbatas


Tanda peringatan selalu tercamtum pada kemasan obat bebas
terbatas, berupa 4 persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5
cm, lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai

25
berikut ( Depkes RI 2006 )

Gambar 3 Tanda Penandaan Pada Obat Bebas Terbatas


4.5.3 Obat keras dan Obat psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K
dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contohnya: Asam mefenamat. Obat psikotropika adalah obat keras
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pasa susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contohnys: Diazepam, phenobarbital ( depkes RI 2006)

Gambar 4 Penandaan Obat Keras


Menurut UU No 5 Tahun 1997 psikotopika digolongkan menjadi;
1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,serta
mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan
Contoh: etisklidina, tenosiklidina, dan metilendioksi metilamfetamin
(MDMA)
2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan dapat digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

25
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantugan
Contohnya:amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, dan fensiklidin.
3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai fotensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantunyan
Contohnya: amobarbital,pentabarbital,dan siklobarbital
4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat penggobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan
Contohnya: diazepam,estazolam,etilamfetamin,alprazolam
4.5.4 Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan tergantungan Contohnya:
Morfin, petidin (Depkes RI 2006) Obat narkotika ditandai dengan simbol
palang mendali atau palang swastika.

Gambar 5 Penandaan Obat Narkotika


Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Kemenkes RI,2014):
1. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan yang tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
Contohnya: kokain, opium, heroin, dan ganja.
2. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan,
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantugan Contohnya: fentanil, metadon,
morfin, dan petidin

25
3. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan Contohnya: etilmorfina kodein, dan norkodeina.
4.5.5 Obat Generik
Obat Generik adalah obat dengan nama resmi Internasional Non
Proprietary Nme9INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau
buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungan (Kemenkes
RI 2010)

Gambar 6 Penandaan Obat Generik


4.5 Kegiatan selama PKL
4.1.3 Hasil Penelitian
Pelayanan informasi obat di Rumah Sakit Medika Dramaga dilakukan secara
rinci oleh Apoteker rawat jalan yang bertugas di Instalasi Farmasi rawat jalan
tersebut. Hal yang diinformasikan kepada pasien meliputi informasi sediaan
obat,cara penggunaan,bentuk sediaan,jumlah obat dan indikasi obat tersebut.
Untuk obat obatan golongan High Alert di gudang farmasi di simpan di dalam
lemari dengan pinggiran yang diberikan garis merah dan juga di beri stiker
bertulisan High Alert berwarna merah pada masing masing kemasan obatnya.
Untuk penyimpanan obat obatan golongan Narkotika & Psikotropika di
Instalasi Farmasi rawat jalan di Rumah Sakit Medika Dramaga di simpan di
dalam lemari dengan pintu dan kunci ganda dengan kunci yg berbeda pada
masing masing pintu sesuai dengan prosedur yang di tetapkan oleh pemerintah di
indonesia untuk seluruh unit farmasi yang menyediakan obat obatan golongan
Narkotika & Psikotropika.
Proses telaah resep di Rumah Sakit Medika Dramaga memiliki 3 kajian,yang
pertama kajian Administrasi yang dikerjakan oleh tenaga kerja kefarmasian untuk

25
memastikan bahwa di resep tersebut terdapat indentitas pasien dan identitas
dokter lalu selanjutnya kajian Farmasetik yang dilakukan oleh tenaga kerja
kefarmasian untuk melihat nama sediaan obat,kekuatan sediaan obat,nomero,dan
signa pada resep asli agar dapat di billing dan di input ke dalam sistem,lalu yang
terakhir ada kajian klinis yaitu proses yang dilakukan oleh apoteker dalam
penyampaian informasi obat pada pasien yang meliputi bentuk sediaan,jumlah
obat,cara penggunaan,indikasi obat dan interaksi obat jika ada.

25
BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Praktek Kerja Lapangan adalah suatu bentuk program pengusahaan yang
diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu
tingkat keahlian profesional.Dimana keahlian profesional tersebut hanya dapat di
bentuk melalui tiga unsur utama yaitu, ilmu pengetahuan,teknik dan kiat,ilmu
pengetahuan dan teknik dapat di pelajari dan di kuasai kapan dan dimana saja kita
berada, sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses
mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri.
Kesimpulan berdasarkan Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Medika Dramaga,adalah sebagai berikut:
1. Cara pengerjaan resep melalui sistem
2. Cara penyimpanan obat obatan golongan High Alert harus dipisahkan di
lemari terpisah dengan tanda khusus
3. Cara penyimpanan obat di instalasi Farmasi RSMD tersusun secara alfabetis
4. Pelaporan obat obatan golongan Narkotika & Psikotropika harus di laporkan
setiap hari
5. Cara pembungkusan obat racikan puyer di press menggunakan mesin

5.2 Kritik & Saran


Kritik dan saran yang dapat kita sampaikan untuk Rumah Sakit Medika
Dramaga yaitu:
 Sebaiknya ditambah lagi tenaga kerja kefarmasian agar lebih cepat dalam
menyiapkan obat
 Sebaiknya Penyimpanan obat nya lebih tertata rapih

25
 Untuk pengadaan obat dan alat kesehatannya coba untuk bisa ditingkatkan
lagi
 Diharapkan bisa memperbanyak penyediaan kursi tunggu untuk pasien yang
ingin mengambil obat

DAFTAR PUSTAKA
https://www.online-pajak.com/seputar-pph21/tipe-rumah-sakit

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__30_Th_2019_ttg_
Klasifikasi_dan_Perizinan_Rumah_Sakit.pdf

http://www.rsmedikadramaga.com/?page=sejarah

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2695768/7-golongan-obat-dan-
kegunaannya

25
LAMPIRAN

Gamabar 1. Rak penyimpanan obat generik dan paten di rawat jalan

25
Gambar 2. Lemar penyimpanani obat OKT di apotek rawat inap

Gambar 3. Lemari penyimpanan racikan kapsul

25
Gambar 4. Lemari penyimpanan syrup

Gambar 5. Kartu stok

25
Gambar 6. Obat-obatan yang sudah di siapkan untuk pasien

Gambar 7. resep dokter

25
Gamabar 8. Etiket dan resep

25
Gambar 9. Kegiatan Sehari-hari selama PKL

Gambar 10. Kegiatan Sehari-hari selama PKL

Gambar 11. Kegiatan Sehari-hari selama PKL

25
Gambar 12. Kegiatan Sehari-hari Selama PKL

25
Gambar 11. Kegiatan Selama PKL di instalasi Farmasi Rumah Sakit Medika
Dramaga

25
25
25

Anda mungkin juga menyukai