Disusun oleh:
1. Aprilia Khoerunnisa
2. Fira Novitriani
3. Sri Ramadhani
4. Sultan Thariq Kausar
Menyetujui
Pembimbing PKL
Mengetahui:
Kepala SMK Kesehatan Pelita
Disetujui Oleh:
Mega Listya,S.Farm.Apt
Penguji I
KATA PENGATAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan rahmatnya dan karunia-Nya kepada sehingga penulis dapat
menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan Di Rumah
Sakit Medika Dramaga Pada Tanggal 13 September - 09 Oktober 2021.
Penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Ujian Akhir Sekolah serta sebagai bukti bahwa telah melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) Penulis menyadari sebelumnya bahwa laporan ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
kesempurnaan laporan ini sangat diharapkan. Mudah-mudahan laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...ii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….….iii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...iv
BAB 1 PENDAHULUAN……..………..………………………………………v
1.1 Latar Belakang
PKL………………………………………………….
1.1 Rumus Masalah……………………………………………………………….2
1.2 Tujuan PKL…………………………………………………………………...3
1.3 Manfaat PKL………………………………………………………………….4
BAB 2 Tinjauan Pustaka………………………………………………………..5
2.1 Definisi Rumah Sakit…………...…………………………………………..6
2.2 Dasar Hukum Rumah Sakit…..…………………………………………….…7
2.3 Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit……………………………………...……….8
2.4 Persyaratan Pendirian Rumah Sakit…………………………………………9
2.5 Standar Kefarmasian Di Rumah Sakit……………………………………..10
2.6 Definisi Intalasi Farmasi…………………………………………………..11
BAB 3 Proses Kegiatan……………………………………………………….12
3.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan………………………………………………13
3.2 Kegiatan Di Rumah Sakit Medika Dramaga………….…………………….11
BAB 4 Pembahasan…………………………………………………………….12
4.1 Sejarah Rumah Sakit Medika Dramaga………………………………..……13
4.2 Visi&Misi Rumah Sakit……………………………………..………………14
4.3 Hasil Penelitian…………………………………………………….………..15
4.4 Penggolongan Obat………………………………………………………….16
BAB 5 Penutup…………...…………………………………………………….17
5.1 Kesimpulan………………………….………………………………………18
5.2 Kritik&Saran…………………………………………………….…………..19
BAB I
PENDAHULUAN
1. Menambah Keterampilan
Manfaat prakerin yang pertama yakni dapat menambah keterampilan,
pengetahuan, gagasan-gagasan seputar dunia usaha serta industri dan professional
dan handal. Pengetahuan dan keterampilan ini tentunya sangat bermanfaat untuk
siswa ketika sudah terjun ke dunia kerja. Pasalnya siswa tentunya sudah
menguasai gagasan-gagasan seputar dunia kerja melalui prakerin
2. Membentuk pola pikir
Manfaat prakerin berikutnya yakni dapat membentuk pola pikir, siswa-
siswi agar terkonstruktif baik serta memberikan pengalaman dalam dunia kerja.
Pengalaman sangat dibutuhkan kerja memulai terjun kedunia kerja. Pengalaman
tersebut bisa didapatkan dari mengikuti prakerin.
Dasar hukum Permenkes 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit adalah:
Masih dalam peraturan yang sama di Pasal 4 disebutkan klasifikasi rumah sakit
umum dibagi menjadi berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanannya, yaitu:
Pada pasal selanjutnya, tipe rumah sakit ini ditetapkan berdasarkan pelayanan,
Sumber Daya Manusia, peralatan, sarana dan prasarana, serta administrasi dan
manajemen.
Untuk rumah sakit kelas A harus memiliki fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 medik spesialis dasar, 5 spesialis penunjang medik, 12
medik spesialis lain, dan 13 medik subspesialis.
Baik sarana dan prasarana serta peralatan rumah sakit tipe A harus memenuhi
standar yang ditetapkan oleh menteri. Selain itu, peralatan radiologi dan
kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan undang-
undang.
Pada rumah sakit kelas A, pasien bisa menikmati layanan pelayanan medik
umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan
spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik
spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan
kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan pelayanan penunjang non klinik.
Rumah sakit umum kelas C lebih membatasi pelayanan mediknya, yang mana
paling sedikit menyediakan 4 medik spesialis dasar dan 4 spesialis penunjang
medik.
Di sini masyarakat bisa menikmati pelayanan medik umum, gawat darurat, medik
spesialis dasar, spesialis penunjang medik, medik spesialis gigi mulut,
keperawatan dan kebidanan, serta pelayanan penunjang klinik dan non klinik.
Beberapa contoh rumah sakit umum kelas C yang tersebar di Indonesia adalah:
Pada rumah sakit umum kelas D sedikitnya tersedia 2 pelayanan medik spesialis
dasar, dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan yang meliputi pelayanan medik
umum, gawat darurat, medik spesialis dasar, keperawatan dan kebidanan, serta
pelayanan penunjang klinik dan non klinik.
Beberapa rumah sakit umum kelas D yang bisa Anda temui di antaranya:
RSB Kartini, Jakarta
RS Rahman Rahim, Sidoarjo, Jawa Timur
RSUD Kota Tangerang
RSUD Dr R. Soedjati Soemodiardjo, Jawa Tengah
RSUD Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah
Masih dalam peraturan yang sama di Pasal 23, rumah sakit khusus dibagi
berdasarkan jenis-jenisnya, antara lain: rumah sakit khusus ibu dan anak, jantung,
kanker, orthopedi, paru, jiwa, kusta, mata, ketergantungan obat, stroke, penyakit
infeksi, bersalin, gigi dan mulut, rehabilitasi medik, telinga hidung tenggorokan,
bedah, ginjal, kulit, dan kelamin.
Sama halnya dengan rumah sakit umum, klasifikasi rumah sakit khusus juga
dibagi menjadi:
Penting Bagi Peserta BPJS Kesehatan untuk Mengetahui Tipe Rumah Sakit
Semakin banyak Anda mengetahui informasi seputar kesehatan, maka akan
semakin mudah bagi Anda untuk mendapatkan akses dan fasilitas sesuai dengan
kebutuhan. Sebagai peserta BPJS Kesehatan, Anda wajib mengetahui tipe-tipe
rumah sakit di atas agar tiap anggotanya dapat memilih dengan tepat rumah sakit
mana yang sesuai dengan pemeriksaan dan fasilitas yang dibutuhkan.
1) Memilih sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai
kebutuhan pelayanan rumah sakit.
3) Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuaan yang
berlaku.
4) Memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan rumah sakit.
5) Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku
6) Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan spesfikasi dan persyaratan kefarmasian.
2.8.1 Pemilihan
1. Jenis obat yang dipilih minimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan
jenis.
3. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug
of choice) dari penyakit yang prevalensi tinggi. Pemilihan obat di rumah
sakit merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) sesuai dengan
kelas rumah sakit masing-masing, Formularium RS, Formularium Nasional
(Fornas). Sedangkan pemilihan alat kesehatan d rumah sakit dapat
berdasarkan dari data pemakaian oleh pemakai, standar ISO, daftar harga
alat, daftar harga alat kesehatan yang dikeluarin oleh Ditjen Binfar dan
Alkes, serta spensifikasi yag ditetapkan oleh rumah sakit.
2.8.2 Perencanaan
2.8.3 Pengadaan
2.8.4 Pembelian
1. Ketersediaan barang.
2. Kualitas barang.
5. Cara pembayaran.
3. Lama penitipan.
6. Penerimaan
2. Kondisi kemasan.
3. Tanggal kadaluarsa.
4. Penyimpanan
5. Tujuan penyimpanan :
8. Menjaga ketersediaan.
2.8.8 Distribusi
2. Poliklinik.
3. Bangsal.
2. Perbekalan farmasi yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan
jumlah yang sangat dibutuhkan.
3. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola
(diatas jam kerja) maka pendistribusian menjadi tanggung jawab ruangan.
4. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat di ruang IFRS
kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
2.8.9 Pengendalian
2.8.10 Penghapusan
2.8.11.1 Pencatatan
2.8.11.2 Pelaporan
1. Laporan pembelian.
2. Laporan mutasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
25
fasilitas pelayannan kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar pelayanan
kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur dengan peraturan menteri kesehatan.
Berdasarkan ketemtuan peraturan perundang undangan tersebut dan perkembangn
konsep pelayanan kefarmasian, perlu ditetapkan suatu standar pelayanan
kefaramasian dengan peratuaran menteri kesehatan. Sekaligus meninjau kembali
peraturan menteri kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang standar pelayann
kefarmasian di Rumah sakit sebagaiman telah di ubah dengan peratran menteri
kesehatan Nomor 34 tahun 2016 tentang perubahan atas peraturan menteri
kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang standar pelayan kefarmasian di Rumah
sakit.
4.2.1 BHP
Bahan medis habis pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai ( single use ) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang undangan.
4.2.2 Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan Farmasi digunakan untuk menggambarkan praktek
kefarmasian berorientasi pelayanan kepada pasien yang menerapkan pengetahuan
dan keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat bagi pasien
secara individual.
Ruang lingkup fungsi farmasi klinis adalah :
1. Pengkajian resep / telaah resep
Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien, mengidentifikasi dan mencegah serta
mengatasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
Pengkajian resep yang dimulai dari pengkajian administrasi yang meliputi
kelengkapan resep, terdiri dari identitas dokter dan pasien (nama, umur, jenis
kelamin serta berat badan terutama untuk pasien anak). Pemeriksaan kesesuaian
farmasetik seperti bentuk sediaan, formularium, frekuensi, kekuatan stabilitas,
cara dan lama pemberian obat, serta pengkajian klinis yang terdiri dari adanya
alergi efek samping, interaksi obat, kesesuaian formularium.Pengkajian resep
dilakukan oleh apoteker.
2. Dispensing obat
Seluruh resep yang masuk ke instalasi akan dilayani seluruhnya sesuai dengan
25
prosedur mulai dari pemberian harga resep, peracikan, pengemasan sampai
penyerahan kepada pasien rawat jalan atau perawat untuk pasien rawat inap oleh
seluruh petugas farmasi yang dinas sesuai dengan wewenangnya masing-masing.
3. Pelayanan informasi obat (PIO)
Setiap hari instalasi farmasi Rumah Sakit Medika Dramaga menyediakan
pelayanan informasi obat bagi pasien, staf medis dan tenaga kesehatan yang
memerlukan
4. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang
pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari
wawasan atau data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat Pasien
5. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah didapat psien. Rekonsiliasi dilakukan
untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication eroor) seperti obat
tidak diberikan, duplikasi kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan
Obat (medication eroor) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu
Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain,antar ruang perawatan ,serta pada pasien
yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
6. Konseling
7. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
25
dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan
untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan
mengkaji masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang
rasional, dan menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien serta
profesional kesehatan lainnya.
25
dengan kerja farmakologi.
DIREKTUR
25
Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Medika Dramaga
DIREKTUR
Dr. R. Gioseffi. P, SPOG., MHKes
Supervisor Farmasi
Enrawani Damanik, S.Farm.,Apt
25
4.5 Penggolongan obat
Obat yaitu bahan atau panduan bahan-bahan yang digunakan
dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badan
pada manusia atau hewan.
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetik.Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat,
maka pemerintah menggolongkan obat menjadi beberapa bagian, yaitu:
4.5.1 Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas dipasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat
bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarnahitam.
Contohnya:Paracetamol ( Depkes RI , 2006 )
25
berikut ( Depkes RI 2006 )
25
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantugan
Contohnya:amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, dan fensiklidin.
3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai fotensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantunyan
Contohnya: amobarbital,pentabarbital,dan siklobarbital
4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat penggobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan
Contohnya: diazepam,estazolam,etilamfetamin,alprazolam
4.5.4 Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan tergantungan Contohnya:
Morfin, petidin (Depkes RI 2006) Obat narkotika ditandai dengan simbol
palang mendali atau palang swastika.
25
3. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan Contohnya: etilmorfina kodein, dan norkodeina.
4.5.5 Obat Generik
Obat Generik adalah obat dengan nama resmi Internasional Non
Proprietary Nme9INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau
buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungan (Kemenkes
RI 2010)
25
memastikan bahwa di resep tersebut terdapat indentitas pasien dan identitas
dokter lalu selanjutnya kajian Farmasetik yang dilakukan oleh tenaga kerja
kefarmasian untuk melihat nama sediaan obat,kekuatan sediaan obat,nomero,dan
signa pada resep asli agar dapat di billing dan di input ke dalam sistem,lalu yang
terakhir ada kajian klinis yaitu proses yang dilakukan oleh apoteker dalam
penyampaian informasi obat pada pasien yang meliputi bentuk sediaan,jumlah
obat,cara penggunaan,indikasi obat dan interaksi obat jika ada.
25
BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Praktek Kerja Lapangan adalah suatu bentuk program pengusahaan yang
diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu
tingkat keahlian profesional.Dimana keahlian profesional tersebut hanya dapat di
bentuk melalui tiga unsur utama yaitu, ilmu pengetahuan,teknik dan kiat,ilmu
pengetahuan dan teknik dapat di pelajari dan di kuasai kapan dan dimana saja kita
berada, sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses
mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri.
Kesimpulan berdasarkan Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Medika Dramaga,adalah sebagai berikut:
1. Cara pengerjaan resep melalui sistem
2. Cara penyimpanan obat obatan golongan High Alert harus dipisahkan di
lemari terpisah dengan tanda khusus
3. Cara penyimpanan obat di instalasi Farmasi RSMD tersusun secara alfabetis
4. Pelaporan obat obatan golongan Narkotika & Psikotropika harus di laporkan
setiap hari
5. Cara pembungkusan obat racikan puyer di press menggunakan mesin
25
Untuk pengadaan obat dan alat kesehatannya coba untuk bisa ditingkatkan
lagi
Diharapkan bisa memperbanyak penyediaan kursi tunggu untuk pasien yang
ingin mengambil obat
DAFTAR PUSTAKA
https://www.online-pajak.com/seputar-pph21/tipe-rumah-sakit
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__30_Th_2019_ttg_
Klasifikasi_dan_Perizinan_Rumah_Sakit.pdf
http://www.rsmedikadramaga.com/?page=sejarah
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2695768/7-golongan-obat-dan-
kegunaannya
25
LAMPIRAN
25
Gambar 2. Lemar penyimpanani obat OKT di apotek rawat inap
25
Gambar 4. Lemari penyimpanan syrup
25
Gambar 6. Obat-obatan yang sudah di siapkan untuk pasien
25
Gamabar 8. Etiket dan resep
25
Gambar 9. Kegiatan Sehari-hari selama PKL
25
Gambar 12. Kegiatan Sehari-hari Selama PKL
25
Gambar 11. Kegiatan Selama PKL di instalasi Farmasi Rumah Sakit Medika
Dramaga
25
25
25