Anda di halaman 1dari 23

PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR BERSIH KLINIK

DOKTER AGUS KRISTANTO, SP.Pd PANDEGLANG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Plumbing


Dosen Pengampu : Dr. Anis Masyruroh, S.T., M.T.

Disusun Oleh :

Agung Ramadhan (2201191002)


Kemal Daruquthni (2201191014)
Mariyani (2202191004)
Riko Akbar (2201191008)
Tri Kartini (2202191010)

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

UNIVERSITAS BANTEN JAYA

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Pengolahan Air Bersih ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata kuliah Plumbing. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Penyaluran Air
Bersih di sebuah gedung bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Anis Masyruroh, ST., M.T
selaku dosen Mata kuliah Plumbing yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Serang, 8 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................2


DAFTAR ISI ....................................................................................................................3
DAFTAR TABEL ............................................................................................................5
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................5
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................6
1.1 Latar Belakang .................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................7
BAB 2 METODELOGI ...................................................................................................8
2.1 Tahap Perencanaan..........................................................................................8
2.2 Acuan Dalam Perencanaan Sistem Instalasi Plambing .................................8
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................9
3.1 Sistem Plambing ...............................................................................................9
3.2 Kebutuhan Air Bersih ......................................................................................9
3.2.1 Kebutuhan Air Dingin ....................................................................................9
3.2.2 Kebutuhan Air Panas....................................................................................10
3.3 Sistem Penyaluran Air Bersih .............................................................................11
3.3.1 Sistem Sambungan Langsung.......................................................................11
3.3.2 Sistem Tangki Atap .......................................................................................12
3.3.3 Sistem Tangki Tekan.....................................................................................13
3.3.4 Sistem Tanpa Tangki (booster system) ..................................................13
3.4 Ground Tank dan Roof Tank ........................................................................13
3.4.1 Ground Tank ..........................................................................................13
3.4.2 Roof Tank ................................................................................................14
3.5 Diameter Pipa .................................................................................................15
BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................................17
4.1 Kebutuhan Air Bersih Dingin .......................................................................17
4.2 Kebutuhan Air Panas.....................................................................................18
4.3 Perhitungan Ground Tank dan Roof Tank ..................................................19
4.4 Diameter Pipa .................................................................................................20
4.4.1 Pipa Penyalur Air Bersih Dingin ...........................................................20
4.4.2 Pipa Penyalur Air Panas ........................................................................21
BAB 4 KESIMPULAN ..................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................23
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Daya Buang Rata-Rata Perlengkapan Saniter ...........................................15
Tabel 3. 2 Hubungan Daya Buang dan Kebutuhan Air ..............................................15
Tabel 3. 3 Data untuk Menentukan Diameter Pipa Penyalur (Atas Dasar
Kehilangan Tekanan 0,2 m) ..........................................................................................16
Tabel 3. 4 Kebutuhan Air Bersih Panas .......................................................................16
Tabel 4. 1 Standar Penggunaan Rata – Rata Air Bersih………………………………………….17
Tabel 4. 2 Kebutuhan Pipa Air Dingin Alat Plambing Per Seri Vertikal ..................20
Tabel 4. 3 Kebutuhan Pipa Air Panas Per Alat Plambing Per Seri Vertikal ............21

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 sistem sambungan langsung ........................................................................11
Gambar 2 sistem tangki atap .......................................................................................12
Gambar 3 sistem tangki tekan ......................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem Plumbing Sistem plumbing adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari bangunan gedung, oleh karena itu perencanaan sistem plambing haruslah
dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung itu
sendiri, dalam rangka penyediaan air bersih baik dari kualitas dan kuantitas serta
kontinuitas maupun penyaluran air bekas pakai atau air kotor dari peralatan saniter
ke tempat yang ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian lain dalam gedung
atau lingkungan sekitarnya.
Setiap usaha dan atau kegiatan pada dasarnya menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup yang perlu dianalisis sejak awal perencanaannya,sehingga
langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positifdapat
dipersiapkan sedini mungkin. Dan berdasarkan hal tersebut telah ditetapkan
peraturan pemerintah tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL). Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan
untukmenyediakan air bersih, baik dalam hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas
yangmemenuhi syarat dan pembuang air bekas atau air kotor dari tempat-tempat
tertentutanpa mencemari bagian penting lainnya untuk mencapai kondisi higienis
dankenyamanan yang diinginkan.
Perencanaan sistem plambing dalam suatu gedung, guna memenuhi
kebutuhan air bersih sesuai jumlah penghuni dan penyaluran air kotor secara efesien
dan efektif (drainase), sehingga tidak terjadi kerancuan dan pencemaran yang
senantiasa terjadi ketika saluran mengalami gangguan. Fungsi utama peralatan
plumbing gedung adalah menyediakan air bersih dan atau air panas ke tempat-
tempat tertentu dengan tekanan cukup, menyediakan air sebagai proteksi kebakaran
dan menyalurkan air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari lingkungan
sekitarnya.
Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, sehingga
ketersediaannya amatlah penting. Dalam keseharian air dimanfaatkan tidak hanya
terbatas untuk keperluan rumah tangga, tetapi juga untuk fasilitas umum, sosial dan
ekonomi. Kebutuhan air bersih terus meningkat seiring dengan perkembangan
populasi manusia. Melalui pertumbuhan penduduk, terjadi pergerakan dinamik
dalam masyarakat baik dalam segi kepadatan, sosial maupun ekonomi, sehingga
kebutuhan dan permintaan air bersih pun akan terus meningkat. Lingkungan dengan
kepadatan penduduk tinggi akan mengurangi kemudahan akses air bersih karena
masyarakat yang sebelumnya dapat memperoleh air bersih dari sumur gali, menjadi
kesulitan akibat lahan yang terbatas. Selain itu faktor kondisi alaengaruhi akses air
bersih. Pada daerah tertentu air bersih sulit didapatkan karena kondisi kontur dan
tanahnya. Salah satu cara untuk memperoleh air bersih adalah dengan
memanfaatkan operasional PDAM.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem penyaluran air bersih di Klinik Spesialis Dokter
Agus Kristanto?
2. Berapa kebutuhan air bersih pada perencanaan tersebut?
3. Berapa volume ground tank dan roof tank?
4. Apa saja jenis alat plambing yang digunakan (dan jumlahnya) ?
5. Apa jenis pipa dan berapa diameter pipa yang digunakan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem penyaluran air bersih di Klinik
Spesialis Dokter Agus Kristanto
2. Untung mengetahui berapa kebutuhan air bersih pada perencanaan
tersebut?
3. Untuk mengetahui berapa volume ground tank dan roof tank?
4. Untuk mengetahui apa saja jenis alat plambing yang digunakan (dan
jumlahnya)
5. Untuk mengetahui apa jenis pipa dan berapa diameter pipa yang
digunakan
BAB 2
METODELOGI
2.1 Tahap Perencanaan
1. Studi Literatur
Mempelajari SNI 03-6481-2000 tentang system Plambing dan SNI 03-7065-
2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing serta melakukan studi
literature mengenai teori – teori yang berhubungan dengan system plambing.
2. Pengumpulan data sekunder
Melakukan pengumpulan data sekunder berupa gambar rencana gedung,
daerah setiap lantai dan fungsi setiap lantai
3. Pengolahan Data
Melakukan perhitungan jumlah populasi berdasarkan denah dan fungsi setiap
lantai perhitungan kebutuhan air bersih dingin berdasarkan jumlah populasi
gedung dan kebutuhan air bersih panas berdasarkan jumlah alat plambing
serta perhitungan volume ground tank dan roof Tank.
4. Perencanaan Sistem Instalasi Plambing
Melakukan perencanaan teknis berupa konsep pengaliran air bersih dingin
dan panas, perencanaan jalur pipa dan penentuan diameter pipa air bersih
dingin dan panas

2.2 Acuan Dalam Perencanaan Sistem Instalasi Plambing


Acuan yang digunakan dalam perencanaan system instalasi plambing air
bersih dan air buangan gedung Klinik Dokter Agus SHL adalah :
- SNI 03-6481-2000 sistem plambing untuk menentukan unit beban alat
plambing
- SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing untuk
menentukan standar kebutuhan air bersih dingin dan panas
- Perancangan dan pemeliharaan system plambing (Noerbambang dan
Morimura, 2005) untuk menentukan volume ground tank dan roof tank.
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sistem Plambing
Mekanikal plambing secara umum merupakan suatu sistem penyediaan air
bersih dan penyaluran air buangan di dalam bangunan. Mekanikal plambing juga
dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan
pemasangan pipa dan peralatan di dalam gedung atau gedung yang bersangkutan
dengan air bersih maupun air buangan yang dihubungkan dengan sistem saluran
kota (Sunarno, 2005).
Plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem
plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan
perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara
seksama hubungannya dengan bagian-bagian kontruksi gedung serta dengan
peralatan lainnya yang ada pada gedung tersebut.
Dalam sistem plambing memerlukan peralatan yang mendukung
terbentuknya sistem plambing yang baik. Jenis peralatan plambing dalam artian
khusus, istilah peralatan plambing meliputi:
- Peralatan untuk menyediakan air bersih atau air bersih untuk minum.
- Peralatan untuk menyediakan air panas.
- Peralatan untuk pembuangan air buangan atau air kotor.
- Peralatan saniter (Plumbing Fixture)
3.2 Kebutuhan Air Bersih
3.2.1 Kebutuhan Air Dingin
Dalam perancangan ini digunakan pemakaian air rata – rata sehari per orang
sebesar 50 liter/orang/hari dengan jangka waktu pemakaian air rata –rata dalam
sehari 8 jam (SNI 03-7065, 2005). Adapun langkah – langkah perhitungan
kebutuhan air bersih dalam gedung pada penulisan ini menurut (Noerbambang &
Morimura 2005) adalah sebagai berikut :
1) Pemakaian air dalam satu hari
Qd = jumlah penghuni x pemakaian air per orang per hari
2) Kebutuhan air rata – rata pemakaian per hari
𝑄𝑑
𝑄ℎ =
𝑡
Dimana :
Qh = pemakaian air rata – rata (l/jam)
Qd = pemakaian air rata – rata (l/jam)
t = waktu pemakaian
3) Pemakaian air pada jam puncak
𝑄ℎ 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝐶1 × 𝑄ℎ
Dimana :
Qh maks : Pemakaian air (l/jam)
C1 : Konstanta 1,5 untuk bangunan rumah tinggal, 1,75 untuk bangunan
perkantoran, 2,0 untuk bangunan hotel/apartemen
Qh : pemakaian rata – rata (l/jam)
4) Pemakaian air pada menit puncak
𝑄𝑚 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝐶2 × 𝑄ℎ
Dimana :
Qm maks : Pemakaian air (l/menit)
C2 : Konstanta 3,0 untuk bangunan rumah tinggal, 3,5 untuk bangunan
perkantoran, 4,0 untuk bangunan hotel/apartemen
Qh : pemakaian rata – rata (l/jam)
3.2.2 Kebutuhan Air Panas
Perlu diperkirakan jumlah air bersih dan jumlah air panas yang dibutuhkan.
Angka ini sangat bervariasi untuk setiap rumah sakit (American Society of Heating,
Refrigerator and Air Condition Engineers 1967, menyarankan sekitar 300 – 400
liter per tempat tidur).
Untuk kebutuhan normal, 40°C merupakan suhu maksimal untuk bathtubs
dan shower. Bila suhu air yang disediakan melebihi 40°C harus dipasang kran
pengendali dan kran pencampur air panas dan dingin. Disarankan suhu air panas
tidak melebihi 60°C. Bila diperlukan air lebih panas misalnya untuk keperluan
dapur dan laundry, perlu dipasang sistem air lain atau ditambah booster pemanas.
Satu sumber memperkirakan bahwa laundry rumah sakit menggunakan air 40 liter
per kg. Cucian, 60 % merupakan air panas. Juga diperkirakan 5 liter air panas per
orang per sekali makan untuk dapur di Indonesia belum ada standar yang pasti.
Secara umum untuk memperkirakan kebutuhan air panas untuk dapur dan laundry
dapat didasarkan pada tipe dan jenis alat cuci yang digunakan, jumlah air panas
diperlukan untuk kegunaan umum, lamanya penggunaan puncak air panas, suhu air
pada kran, jenis dan kapasitas mesin/sistem pemanas air dan tipe sistem pemanas
air yang diinginkan. Pada setiap sistem air panas harus dipasang sistem pengaman
untuk mencegah terjadinya pecah atau ledakan saluran. Untuk ini dimohonkan
dapat berkonsultasi lebih lanjut pada tenaga ahli sistem air panas.
Untuk menghitung banyaknya air hangat (campuran air dingin dan panas)
yang dibutuhkan dalam satu hari. misal jumlah penghuni yang menggunakan air
panas adalah 4 orang maka jika menggunakan shower dan mandi pagi dan sore
maka : 4 orang x 45 liter (pemakaian shower) x 2 = 360 liter
Jadi dalam satu hari dengan asumsi dua kali mandi dengan shower kita
membutuhkan air hangat sebanyak 360 liter.
3.3 Sistem Penyaluran Air Bersih
3.3.1 Sistem Sambungan Langsung

Gambar 1 sistem sambungan langsung


Pada sistem sambungan Langsung, pipa distribusi dalam gedung disambung
langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih. Sistem ini dapat diterapkan
untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah, karena pada umumnya pada
perumahan dan gedung kecil tekanan dalam pipa utama terbatas dan dibatasinya
ukuran pipa cabang dari pipa utama. Ukuran pipa cabang biasanya diatur dan
ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum.
3.3.2 Sistem Tangki Atap

Gambar 2 sistem tangki atap


Pada sistem Tangki Atap air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah.
(dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah), kemudian
dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas
lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini, air didistribusikan ke seluruh bangunan.
Sistem Tangki Atap diterapkan karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing
hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka
air dalam tangki atap.
2. Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara otomatik
dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan.
3. Timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat
yang mendeteksi muka dalam tangki atap.
4. Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya
tangki tekan.
3.3.3 Sistem Tangki Tekan

Gambar 3 sistem tangki tekan


Prinsip kerja pada jenis system tangki ini adalah air yang telah ditampung
dalam tangki bawah dipompakan ke dalam suatu bejana/tangki tertutup sehingga
udara di dalamnya terkompresi. Kelebihan Sistem Tangki Tekan adalah:
1. Dari segi estetika tidak menyolok jika dibandingkan dengan tangki atap.
2. Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama
pompa-pompa lainnya.
3. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang
di atas menara.
Kekurangannya adalah pompa akan sering bekerja sehingga menyebabkan
keausan pada saklar lebih cepat. Biasanya dirancang agar volume udara tidak lebih
dari 30% terhadap volume tangki dan 70% volume tangki berisi air.
3.3.4 Sistem Tanpa Tangki (booster system)
Dalam system ini tidak digunakan tangki apapun. Air dipompakan langsung
ke system distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pompa
utama. Sistem ini sebenarnya dilarang di Indonesia, baik oleh Perusahaan Air
Minum maupun pada pipa-piap utama dalam pemukiman khusus.
3.4 Ground Tank dan Roof Tank
3.4.1 Ground Tank
Ground Tank (tangki bawah) digunakan sebagai tempat menampung air dari
sumber air untuk memenuhi kebutuhan air pada penghuni gedung selama satu hari.
Volume ground tank dihitung berdasarkan total kebutuhan air selama satu hari
kemudian di tambahkan 20% dari kebutuhan air tersebut sebagai factor keamanan.

Untuk mencari kapasitas ground tank perlu diketahui terlebih dahulu total
kebutuhan air bersih dan mengkalikan dengan faktor keamanan 20% untuk
mengatasi masalah kebocoran (Noerbambang, 2005). Untuk melakukan
perhitungan volume ground tank (VGT) dengan Q perharidilakukan dengan cara
menggunakan rumus (Noerbambang, 2005):

VGT (m³) = (Total air bersih x (Safety factor)+ Total air bersih)

𝑉=𝑝𝑥𝑙𝑥𝑡

Selanjutnya setelah mendapatkan volume ground tank, perlu dilakukan


perhitungan kapasitas ground tank untuk melayani jam puncak pada gedung DLH
Propinsi Jawa Barat dengan menggunakan rumus berdasarkan (Noerbambang,
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑡𝑎𝑛𝑘
2005): 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

Qp = Qr x C1
Qmak = Qp x C2
Dimana :
VGT = Volume ground tank
Qr = Debit rata-rata (m3/jam)
C1 = faktor jam puncak merupakan debit puncak pemakaian selama 1 jam
dalam 1 hari (1,5 - 2 )
C2 = faktor menit puncak merupakan debit puncak pemakaian air selama 1
menit dalam 1 jam (3 - 4)
Qp = kebutuhan jam puncak
Qmax = kebutuhan menit puncak
3.4.2 Roof Tank
Roof tank (tangki atap) dimaksudkan untuk menampung kebutuhan puncak
dan disediakan dengan kapasitas cukup untuk jangka waktu kebutuhan puncak
tersebut. Berdasarkan literatur Pynkyawati & Wahadamputera (2015), volume roof
tank adalah 1/3 dari kebutuhan air bersih. Kapasitas efektif roof tank dinyatakan
dengan rumus :
|𝑉𝑒 = |𝑄𝑝 − 𝑄𝑚𝑎𝑥 | × 𝑇𝑝 + (𝑄𝑝𝑢 × 𝑇𝑝𝑢)
Dimana :
Ve : kapasitas efektif tangki (liter)
Qp : kebutuhan puncak (liter/menit)
Q max : Kebutuhan jam puncak (liter/menit)
Qpu : Kapasitas pompa pengisi (liter/menit)
Tp : Jangka Waktu Kebutuhan Jam Puncak (menit)
3.5 Diameter Pipa
Untuk mengetahui diameter pipa ada beberapa metode yang dapat digunakan,
salah satunya adalah berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengembangan
SPAM. Variabel yang diperlukan adalah nilai kemiringan atau Gradien Hidrolis
dan panjang jaringan air yang dibutuhkan. Jika perbedaan tinggi ini lebih kecil dari
100 meter, tidak diperlukan bak pelepas tekan (BPT). Jika perbedaan tinggi ini lebih
besar dari 100 meter, diperlukan BPT, dipasang pada daerah yang sesuai, pada
ketinggian 100 meter di atas titik terendah. Berikut adalah persamaanya :
Untuk
Tabel 3. 1 Daya Buang Rata-Rata Perlengkapan Saniter
No Perlengkapan Saniter Daya Buang Rata – rata (liter/menit)
1 Kloset 120
2 Bak Mandi 90
3 Wastafel 60
4 Urinoir 60
5 Bidet 90
6 Bak Cuci Dapur 90
7 Shower 60
8 Bak Mandi 60

Tabel 3. 2 Hubungan Daya Buang dan Kebutuhan Air


Daya Buang Perlengkapan Saniter Kebutuhan Air
(liter/menit) (liter/menit)
1 600 50
2 1200 100
3 1800 120
4 2400 160
5 3000 180
6 3600 200
7 4200 215
8 4800 240
9 5400 360
10 6000 270
11 6600 280
12 7200 295
13 7500 320
14 15000 500
15 22000 700
16 30000 870

Tabel 3. 3 Data untuk Menentukan Diameter Pipa Penyalur (Atas Dasar


Kehilangan Tekanan 0,2 m)
No Diameter (inchi) Debit (liter/menit)
1 3/8 5
2 ½ 12,5
3 ¾ 30
4 1 65
5 1¼ 130
6 1½ 200
7 2 425
8 3 1500
9 4 2000

Tabel 3. 4 Kebutuhan Air Bersih Panas


Flat Hospital Hotel Pabrik Kantor
Saniter
Liter/menit
Wastafel 0,3 0,4 0,5 0,8 0,4
Shower 5 5 5 15 -
Bak cuci dapur 1,35 1,35 2 1,35 1,0
Bak cuci dapur ( 16,5 16,7 16,7 16,7 16,7
500 orang)
Bak Pantry 0,35 0,65 0,65 -
Faktor Reduksi 0,3 0,25 0,25 0,4 0,3
BAB 4
PEMBAHASAN
Plambing adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan
pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung yang bersangkutan dengan
air minum, air buangan dan air hujan yang dihubungkan dengan system kota atau
system lain yang dibenarkan (SNI 03-6481-2000).
Perencanaan pembangunan gedung erat kaitannya dengan ilmu system
plambing. System plambing tersebut sebagai gambaran rencana penyaluran air
bersih dan penyaluran pembuangan air kotor di sebuah gedung dengan maksimal.
Perencanaan konsep system plambing harus sesuai dengan jenis dan penggunaan
gedung, denah bangunan serta dapat memenuhi kebutuhan penghuni gedung
(Noerbambang dan Morimura, 2005).
Perencanaan system plambing air bersih pada gedung Klinik Spesialis Dokter
Agus Kristanto ini menerapkan system tangka atap dimana air yang berasal dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sumur (sebagai cadangan) ditampung
terlebih dahulu dalam ground tank. Air bersih yang berada dalam ground tank
kemudian di pompakan menuju roof tank. Air bersih dalam roof tank kemudian
dialirkan keseluruh alat plambing secara gravitasi. Jenis alat plambing yang
direncanakan adalah water closet flush valve, urinoir, lavatory dan kitchen sink.
Konsep penyaluran air bersih pada gedung Klinik Spesialis Dokter Agus Kristanto
dapat dilihat pada gambar 2.
4.1 Kebutuhan Air Bersih Dingin
Air bersih dingin diperlukan untuk aktivitas, memasak, mandi, cuci, kakus
penghuni gedung yang dialirkan keseluruh alat plambing pada lantai pada lantai 3
sampai dengan lantai 1 serta untuk memenuhi kebutuhan fasilitas kolam renang
pada lantai bawah. Kebutuhan air bersih dingin dihitung berdasarkan jumlah
populasi gedung. Untuk mengetahui kebutuhan air berdasarkan jumlah populasi
perlu diketahui terlebih dahulu standar penggunaan rata – rata air bersih menurut
SNI 03-7065-2005.
Tabel 4. 1 Standar Penggunaan Rata – Rata Air Bersih
Penggunaan Air Jumlah Populasi Standar Kebutuhan Kebutuhan Air
(orang) Air (L/o/h) (L/h)
Ruang Pasien 7 500 3500
Staff dan Pegawai 54 120 6.480
Laundry - - 265
Gizi - - 216
Kantin 4 15 60
Mushola 21 10 210
Mesh 4 120 480
Jumlah 90 11.211

Berdasarkan tabel di atas, jumlah populasi gedung Klinik Spesialis Dokter


Agus Kristanto adalah 90 orang dan kebutuhan air bersih dihitung dengan
menggunakan rumus :
Q = jumlah populasi x pemakaian rata – rata (L/orang/hari)……………..(1)
Dari hasil perhitungan didapatkan kebutuhan air bersih dingin berdasarkan jumlah
populasi gedung adalah 11.211 Liter/hari atau 11,211 m 3/hari.
4.2 Kebutuhan Air Panas
Air bersih panas diperlukan untuk aktivitas mandi yang berada di ruang
pasien. Kebutuhan air panas dihitung berdasarkan jumlah alat plambing. Pada
perencanaan ini alat plambing yang membutuhkan air panas hanya pancuran mandi
(shower) yang terletak di setiap ruang pasien. Kebutuhan air panas untuk shower
mengacu pada jumlah shower yang direncanakan di gedung Klinik Spesialis Dokter
Agus Kristanto tersebut adalah 7 buah.
Adapun langkah yang dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan air panas dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :
Qd = N x qd
Qh = Qd x factor pemakaian plambing (untuk rumah sakit 25%)
H = (Qd) (th-tc)
Dimana :
Qd : Jumlah air panas per hari (liter/hari)
Qh : Laju alir air panas maksimum (liter/jam)
H : Kapasitas pemanas (kcal/jam)
N : Jumlah alat plambing

Pemakaian air panas untuk shower adalah 50 liter/pemakaian dengan jumlah


shower 7 buah maka kebutuhan air panas pada perencanaan ini adalah sebesar 350
liter/hari atau 350 m3/hari dengan laju aliran maksimum 3.840 liter/jam.
Temperatur air panas pada tangki penyimpanan harus dibuat lebih tinggi dari pada
temperatur pemakaian pada tangka penyimpanan adalah 60◦C (Noerbambang dan
Morimura, 2005), dengan perbedaan temperatur sebesar 35◦C maka didapatkan
kapasitas pemanas yang dibutuhkan adalah 134.400 kcal/jam.
4.3 Perhitungan Ground Tank dan Roof Tank
Ground Tank (tangki bawah) digunakan sebagai tempat menampung air dari
sumber air dalam hal ini PDAM dan sumur sebagai pengganti untuk memenuhi
kebutuhan air pada penghuni gedung selama satu hari. Volume ground tank
dihitung berdasarkan total kebutuhan air selama satu hari kemudian di tambahkan
20% dari kebutuhan air tersebut sebagai factor keamanan. Kebutuhan air bersih
total adalah kebutuhan air bersih dingin dan kebutuhan air bersih panas.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan total kebutuhan air pada perencanaan ini
adalah 11,561 m3/hari. Diperkirakan tambahan sampai 20% untuk mengatasi
kebocoran dan penyiraman taman (Noerbambang dan Morimura, 1991). Sehingga
permakaian air rata-rata perhari menjadi 13,873 m3/hari. Volume ground tank yang
didapatkan adalah sebesar 15,75 m3 dengan dimensi panjang (P) sebesar 3,5 m,
lebar (L) sebesar 3 dan kedalaman (H) sebesar 1,5 m.
Roof tank (tangki atap) dimaksudkan untuk menampung kebutuhan puncak
dan disediakan dengan kapasitas cukup untuk jangka waktu kebutuhan puncak
tersebut. Berdasarkan literatur Pynkyawati & Wahadamputera (2015), volume roof
tank adalah 1/3 dari kebutuhan air bersih. Kapasitas efektif roof tank dinyatakan
dengan rumus :

|𝑉𝑒 = |𝑄𝑝 − 𝑄𝑚𝑎𝑥 | × 𝑇𝑝 + (𝑄𝑝𝑢 × 𝑇𝑝𝑢)


Dimana :
Ve : kapasitas efektif tangki (liter)
Qp : kebutuhan puncak (liter/menit)
Q max : Kebutuhan jam puncak (liter/menit)
Qpu : Kapasitas pompa pengisi (liter/menit)
Tp : Jangka Waktu Kebutuhan Jam Puncak (menit)

Kebutuhan air pada jam puncak (Qmax) adalah sebesar 43,35 liter/menit dengan
jangka waktu kebutuhan puncak (Tp) diasumsikan selama 60 menit. Kapasitas
pompa pengisi (Qpu) sama dengan nilai Q max sedangkan jangka waktu pompa
pengisi (Tpu) adalah 30 menit. Dari hasil perhitungan didapatkan kapasitas efektif
roof tank adalah 3,901 m3 dengan dimensi panjang (P) sebesar 3 m, lebar (L)
sebesar 1,5 m dan kedalaman (H) sebesar 1 m.
Hasil perhitungan :

𝑉𝑒 = (𝑄𝑝 − 𝑄𝑚𝑎𝑥 ) × 𝑇𝑝 + (𝑄𝑝𝑢 × 𝑇𝑝𝑢)


𝑉𝑒 = (86,7 − 43,35) × 60 + (43,35 × 30)
𝑉𝑒 = 2.601 + 1.300,5 = 3.901,5 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
= 3,901 𝑚3

4.4 Diameter Pipa


Jenis pipa yang digunakan dalam perencanaan ini ada dua jenis yaitu PVC
(Polyvinyl Chloride) untuk mengalirkan air bersih dingin dan pipa PPR
(PolyPropylene) untuk mengalirkan air bersih panas bertekanan. Material pipa PPR
ini mempunyai daya hantar panas yang rendah dan permukaan dalam yang licin
sehingga dapat mencegah pengendapan kotoran dalam pipa dan head loss yang
terjadi relatif akan lebih kecil (Wavin, 2011).
Diameter pipa ditentukan berdasarkan unit beban alat plambing (UBAP) yang
kemudian dikalikan dengan factor pemakaian air. Jika pipa melayani lebih dari satu
alat plambing maka unit beban dari setiap alat plambing tersebut akan
dikumulatifkan.
4.4.1 Pipa Penyalur Air Bersih Dingin
Tabel 4. 2 Kebutuhan Pipa Air Dingin Alat Plambing Per Seri Vertikal
Jenis Alat Jumlah Pemakaian rata – rata Hasil perkalian
Plambing Alat (liter/menit) (liter/menit)
Closet 17 120 2040
Urinoir 1 60 60
Wastafel 8 60 480
Lavatory 12 90 1080
Kitchen tub 1 90 90
Total daya buang perlengkapan 3.750
Sumber : data sekunder
Berdasarkan tabel 3.2 dengan jumlah daya buang perlengkapan tersebut
kebutuhan air bersih sebanyak 200 liter/menit.
1 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
Kebutuhan per alat plambing = × 200
5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
= 40
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Berdasarkan tabel 3.3, maka pipa penyaluran air bersih panas adalah ∅ 1 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖.
4.4.2 Pipa Penyalur Air Panas
Tabel 4. 3 Kebutuhan Pipa Air Panas Per Alat Plambing Per Seri Vertikal
Nama Alat Jumlah Alat Rata – rata pemakaian Hasil perkalian
Plambing (liter/menit) (liter/menit)
Wastafel 8 0,4 3,2
Shower 8 5 40
Faktor - 0,60 0,60
simpanan
Total 43,8
Kebutuhan air bersih panas per alat plambing adalah sebagai berikut :
1 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
= × 43,4
3 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
= 14,47
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3
Berdasarkan tabel 3.3 , maka pipa penyaluran air bersih panas adalah ∅ 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖.
4
BAB 4
KESIMPULAN
Penyaluran air bersih pada perencanaan penyediaan air bersih di Klinik ini
menggunakan system downfeed dimana air dari sumber PDAM atau sumur
ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (ground tank) kemudian di
pompakan ke tangki atas (roof tank) lalu didistribusikan secara gravitasi ke seluruh
alat plambing. Total kebutuhan air bersih pada perencanaan ini adalah 13,873
m3/hari. Volume ground tank yang direncanakan adalah sebesar 15,75 m 3 dan
volume roof tank sebesar 3,901 m3. Jenis alat plambing yang digunakan adalah
water closet flash valve, lavatory, kitchen sink dan urinoir dengan jumlah 55 unit.
Jenis pipa yang digunakan adalah PVC (Polyvinyl Chloride) untuk mengalirkan air
bersih dingin dan pipa PPR (PolyPropylene) untuk mengalirkan air bersih panas
bertekanan dan dengan rentang diameter pipa air bersih dingin adalah ∅ 1 inchi dan
pipa untuk air bersih panas adalah ∅ ¾ mm.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Annisa S, Dkk. (2018). Perencanaan Sistem Instalasi Plambing Air Bersih
Gedung Olifant School. Jurusan Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik.
ITENAS. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. Nomor 2 Volume 06.

Suhardiyanto. (2016). Perancangan Sistem Plambing Instalasi Air Bersih dan Air
Buangan Pada Pengembangan Gedung Perkantoran Bertingkat Tujuh Lantai.
Program Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas Mercu Buana :
Jakarta.

Badan Standar Nasional. (2000). SNI 03- 6481-2000 Sistem Plambing.

Badan Standar National. (2005). SNI 03- 7065-2005 Tata Cara Perencanaan Sistem
Plambing.

Wavin Standar. (2014). Standar Pipa PP R Produk Wavin Tigris. Diambil dari
website: http://www.pipapprwavin jakarta.com

Noerbambang, M. S., & Morimura, T. (2005). Perancangan dan Pemeliharaan


Sistem Plambing. Jakarta: Pradnya Paramita

Poerba Hartono. (2007). Utilitas Bangunan, Buku Pintar untuk Mahasiswa


Arsitektur Sipil. Jakarta : Djambatan.

Junaedi A.(2016).Simulasi Dan Perbandingan Distribusi Aliran Air Bersih Dengan


Menggunakan Softwarepipe Flow Expert Pada Perumahan Pt. Inalum Power
Plant Paritohan. Departemen Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas
Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai