Anda di halaman 1dari 56

Asuhan Keperawatan pada Ny.

P dengan Prioritas
Masalah pada Kebutuhan DasarGangguan Mobilitas Fisik di
Kelurahan Siti Rejo III
KecamatanMedan Amplas

KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

Disusun dalam rangka menyelesaikan

Program studi DIII Keperawatan

Oleh

Oleh

Anggia Mora Rangkuti

132500085

PROGRAM STUDI DIII

KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kasus ini yang merupakan salah
satu syarat untuk mengikuti tugas akhir program studi D III Keperawatan di
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul laporan kasus ini adalah :Asuhan Keperawatan pada Ny. P
dengan PrioritasMasalahpada Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilitas Fisikdi
Kelurahan Siti Rejo III Kecamatan Medan Amplas. Dalam penulisan laporan
kasus ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik moral
maupun material, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera


Utara.
2. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan
3. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil Dekan
II Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Wakil Dekan
III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kepselaku Ketua Prodi D III
Keperawatan Fakultas Keperawatan USU
7. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Ibu Siti Zahara, S.Kp, MNS selaku Dosen Penguji yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
9. Ibu Ellyta Aizar, SKp, M.Biomedselaku Dosen Pembimbing Akademik
saya yang telah memberikan support untuk kelancaran menyelesaikan
studi diploma selama ± 3 tahun.

Universitas Sumatera Utara


10. Terutama rasa syukur dan terimakasih yang begitu mendalam kepada
Orang Tua saya sendiri Ahmad Nasir Rangkuti dan ibunda yang sangat
saya sayangi Fauziah Hanum Hasibuan dan juga saudara kandung saya
Arie Azhari Rangkuti yang selalu memberi motivasi, dukungan moral
maupun material.
11. Terimakasih kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa/i D III Keperawatan
Fakultas Keperawatan USU, khususnya stambuk 2013.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis
dan bagi kita semua.

Medan, 6 September 2017

Anggia Mora Rangkuti

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ......................................................................................... i

Kata Pengantar ......................................................................................... ii

Daftar Isi ......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Tujuan ......................................................................................... 5
C. Manfaat ......................................................................................... 6

BAB II PENGELOLAAN KASUS........................................................................ 7

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan

Dasar Mobilisasi ......................................................................................... 7

1. Konsep Dasar Mobilisasi......................................................................... 7


2. Pengkajian ......................................................................................... 9
3. Analisa Data ......................................................................................... 12
4. Rumusan Masalah................................................................................... 14
5. Perencanaan ......................................................................................... 14
B. Asuhan Keperawatan Kasus......................................................................... 20
1. Pengkajian ......................................................................................... 20
2. Analisa Data ......................................................................................... 31
3. Masalah Keperawatan............................................................................. 33
4. Perencanaan ......................................................................................... 34
5. Pelaksanaan ......................................................................................... 39

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 48

A. Kesimpulan ......................................................................................... 48
B. Saran ......................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 50


LAMPIRAN
CATATAN PERKEMBANGAN

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan


salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi
adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-
hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),
mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non
verbal. Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau
berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik. Mobilisasi dan immobilisasi berada
pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan
mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi nyeri, dan
untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah baring
akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse)(Potter & Perry,
2005).
Mobilisasi adalah kondisi dimana dapat melakukan kegiatan dengan bebas
(Kozier, 1989). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan
mobilisasi yang mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas (Potter & Perry, 2006).
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2009). Immobilisasi
merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena
kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma
tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan
sebagainya (Hidayat, 2009).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Brunner Sudarth& Price mengatakan Stroke atau cedera
cerebrovaskuler(CVA), adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak. Sering ini adalah kulminasi penyakit
cerebrovaskuler selama beberapa tahun (Brunner & Suddarth, 2002), Stroke atau
penyakit cerebrovaskular mengacu kepada setiap gangguan neurologik mendadak
yang terjadi akibat pembatasan atau berhentinya aliran darah melalui sistem suplai
arteri otak. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan
infark serebrum. Istilah yang masih lama dan masih sering digunakan adalah
cerebrovaskular accident (CVA) (Price, 2006).
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) &
Smeltzeradalah kehilangan fungsi otak. Tanda-tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa
adanya penyebab lain selain vaskuler (Israr,2008).
Stroke adalah masalah neurologik primer di AS dan di dunia. Meskipun
upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden dalam beberapa
tahun terakhir, stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian, dengan laju
mortalitas 18% sampai 37% untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk stroke
selanjutnya.
Terdapat kira- kira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke yang
mempunyai beberapa kecacatan; dari angka ini, 40% memerlukan bantuan dalam
aktivitas kehidupan sehari- hari (Brunner & Suddarth, 2002). Stroke merupakan
masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang
siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau usia .
Spesialis Saraf Rumah Sakit Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo
menyatakan masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah
penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia
dan keempat di dunia, setelah India, Cina, dan Amerika.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan data terbaru dan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas
2013), stroke merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Prevalensi
stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil
dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil.
Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes.
Setiap tahun, hampir 700.000 orang Amerika mengalami stroke, dan
stroke mengakibatkan hampir 150.000 kematian. Di Amerika Serikat tercatat
hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian
akibat stroke.

Pada suatu saat, 5,8 juta orang di Amerika Serikat mengalami stroke, yang
mengakibatkan biaya kesehatan berkenaan dengan stroke mendekati 70 miliar
dolar per tahun. Pada tahun 2010, Amerika telah menghabiskan $ 73,7 juta untuk
menbiayai tanggungan medis dan rehabilitasi akibat stroke. Selain itu, 11% orang
Amerika berusia 55-64tahun mengalami infark serebralsilent; prevalensinya
meningkat sampai 40% pada usia 80 tahun dan 43% pada usia 85 tahun
(Medicastore, 2011).

Organisasi Strokedunia mencatat hampir 85% orang yang mempunyai


faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila menyadari dan mengatasi faktor
resiko tersebut sejak dini. Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian
akibat stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung
dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030
(Yastroki, 2012). Stroke secara luas diklasifikasikan ke dalam stroke iskemik dan
hemoragik.

Universitas Sumatera Utara


Faktor risiko stroke di antaranya adalah merokok, hipertensi,
hiperlipidemia, fibrilasi atrium, penyakit jantung iskemik, penyakit katup jantung,
dan diabetes (Goldszmith, 2013). Salah satu instrumen yang dapat digunakan
untuk menilai status neurologis penderita stroke, diantaranya ialah National
Institutes of HealthStroke Scale (NIHSS). Pemeriksaan ini meliputi beberapa
aspek neurologis, yaitu : kesadaran, motorik, sensorik, dan fungsi luhur.
Pemeriksaan ini dapat memprediksi outcome pasien baik untuk jangka panjang
maupun jangka pendek pasien stroke(National Institutes of Health Stroke
Scale,2010).
Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat
di Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%),
diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil. Terjadi peningkatan prevalensi stroke
berdasarkan wawancara (berdasarkan jawaban responden yang pernah didiagnosis
nakes dan gejala) juga meningkat dari 8,3 per1000 (2007) menjadi 12,1 per1000
(2013) (Riskesdas, 2013). Medan merupakan salah satu Kota di Indonesia yang
juga mengalami peningkatan prevalensi penyakit stroke.

Pernyataan diatas didukung dengan data survey yang dilakukan oleh


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam profil kesehatan Indonesia
(2013) menunjukkan di Kota Medan terdapat peningkatan prevalensi penyakit
stroke dari 7 per 1000 penduduk pada tahun 2007 menjadi 10 per 1000 penduduk
ditahun 2013. Gejala stroke dapat bersifat fisik, psikologis dan perilaku. Gejala
fisik yang paling khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya sensasi diwajah,
lengan atau tungkai disalah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, kesulitan menelan
dan hilangnya sebagian penglihatan disatu sisi, bahkan sampai kematian. Seorang
dikatakan terkena stroke jika salah satu atau kombinasi apapun dari gejala diatas
berlangsung selama 24 jam atau lebih (Feigin, 2007).

Kehilangan fungsi tubuh akibat penyakit stroke mengakibatkan


produktifitas pasien stroke terhalang dan berpengaruh pada status fungsional
pasien stroke (Junaidi, 2011). Status fungsional adalah suatu bentuk kemampuan
fungsi individu untuk melaksanakan aktivitas dan perawatan diri sehari-hari
secara mandiri, dan pemeliharaan diri. Indeks Barthel merupakan salah satu alat

Universitas Sumatera Utara


untuk mengukur status fungsional individu dan memiliki penilaian lima tingkat
ketergantungan, yaitu mandiri, ketergantungan ringan, ketergantungan sedang,
ketergantungan berat, dan ketergantungan total (Ropyanto, 2011).

Gangguan status fungsional pada umumnya menyebabkan pasien stroke


membutuhkan bantuan orang disekitarnya untuk dapat beraktivitas dan melakukan
perawatan diri seperti mandi, toileting, makan, minum, mengenakan pakaian,
berhias, kebersihan diri, berjalan maupun berpindah tempat (Fadlulloh, 2014).
Sekitar 22,70% pasien stroke bergantung pada pasangan ataupun perawatnya
dalam melakukan perawatan diri (Alaszewski, 2003). Efek yang paling banyak
terlihat yaitu, adanya kecacatan baik diwajah maupun dibagian ekstremitas,
dengan cara dilatih ataupun fisioterapi klien dapat menggerakkan kembali bagian
tubuh yang cacat ke bentuk normal. Latihan yang digunakan berupa latihan gerak
ROM (Range Of Motion) yang dilatih secara bertahap.

Penulis mengambil kasus dari latar belakang tersebut sebagai penyusunan


laporan dan pengambilan judulAsuhan keperawatan pada Ny. P dengan Prioritas
Masalah pada Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilitas Fisik di Kelurahan Siti Rejo
III Kecamatan Medan Amplas.

B. Tujuan

Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar mampu
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan masalah
gangguan mobilisasi dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa,
merencanakan intervensi keperawatan, melakukan implementasi,
hinggamelakukan evaluasi sebagai proses penilaian keberhasilan perawatan, dan
mampu mendokumentasi setiap asuhan keperawatan yang telah diberikan.

Universitas Sumatera Utara


C. Manfaat

1. Bagi Praktik Keperawatan


Menjadi bahan bacaan dalam menentukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah mobilisasi pada klien stroke.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan


Menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan serta menambah
wawasan dalam memahami penerapan langkah-langkah asuhan
keperawatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan
khususnya bagi pasien dengan masalah mobilisasi.
3. Bagi Klien
Untuk mencegah komplikasi penyakit dan membantu klien dalam bergerak
baik pasif maupun aktif.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar


Mobilisasi

1. Konsep Dasar Mobilisasi


1.1 Pengertian Mobilisasi dan Imobilisasi
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Immobilisasi adalah suatu
keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak
fisik. Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat
berbentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan
oksigen tubuh, mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu
normal yang mengalami tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3%
sehari (atropi disuse) (Potter dan Perry, 2005).
1.2 Tujuan Mobilisasi
Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk
melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri
(melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan
emosi dengan gerakan tangan non verbal (Potter dan Perry, 2005).
1.3 Jenis- jenis Mobilisasi
a. Mobilisasi Penuh
Merupakan keadaan dimana kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran sehari-hari.Mobilitas penuh ini merupakan fungsi dan saraf motoris,
volunter dan sensoris untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilisasi Sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang
jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sensorik pada area tubuhnya.

Universitas Sumatera Utara


Mobilisasi sebagian dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
trauma reversibel pada sistem muskulus skeletal, dislokasi sendi, dan tulang.
b. Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya tetap. Hal tersebut disebabkan oleh
rusaknya sistem saraf yang reversibel. Contohnya, terjadinya hemiplagia
karena stroke, praplegi karena cedera tulang belakang dan khususnya untuk
poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motoris dan sensoris.

1.4 Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi


1. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang
karena gaya hidup berdampak pada perilaku/kebiasaan sehari-hari
2. Proses penyakit/cedera
Proses penyakit mempengaruhi mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi
sistem tubuh.
Contoh : orang yang fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan
dalam ekstremitas bagian bawah.
3. Kebudayaan
Contoh : orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki
kemampuan mobilitas yang kuat.
4. Tingkat energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar dapat melakukan
mobilitas dengan baik perlu energi yang cukup
5. Usia & status perkembangan
Kemampuan mobilitas berbeda pd tiap tingkat usia, karena kemampuan &
kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.

Universitas Sumatera Utara


Latihan mobilisasi yang dilakukan pada klien stroke yaitu dengan melakukan
latihan rentang gerak atau sering disebut Range Of Motion (ROM).Range Of
Motion (ROM) yaitu, latihan gerakan yang mungkin dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki kemampuan menggerakkan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan masssa dan tonus otot sehingga dapat
mencegah kelainan bentuk, kekakuan, dan kontraktur.
Manfaat ROM yaitu:
1. Menentukan nilai kemampuan sendi, tulang, dan otot dalam melakukan
pergerakan.
2. Mengkaji tulang, sendi, dan otot
3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4. Memperlancar sirkulasi darah
5. Memperbaiki tonus otot
6. Meningkatkan mobilitas sendi
7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

2. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari sebagian sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap
pengkajian merupakan tahap dasar utama dalam pemberian asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan individu ANA (American Nursing Asosication)
(Nursalam, 2009).
Adapun pengkajianpada masalah pemenuhan kebutuhan mobilisasi
meliputi:
1. Riwayat keperawatan sekarang, meliputi klien yang menyebabkan terjadi
keluhan/gangguan dalam mobilitas atau imobilitas seperti adanya kelemahan
otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya
gangguan mobilitas.
2. Pengkajian keperawatan penyakit yang pernah diderita, berhubungan dengan
pemenuhan mobilitas, misalnya ada riwayat penyakit sistem neurologis,
riwayat penyakit kardiovaskular, riwayat penyakit sistem muskuluskletal,

Universitas Sumatera Utara


riwayat penyakit sistem pernafasan, riwayat penyakit pemakaian sedatif,
hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksania, dan lain-lain.
3. Kemampuan Fungsi Motorik, pengkajiannya antara lain pada kanan dan kiri
untuk menilai ada tidaknya kelemahan, kekuatan atau spatis.
4. Kemampuan Mobilitas, dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan
gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:
Tingkat 0 : Mampu merawat diri penuh
Tingkat 1 : Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 : Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3 :Memerlukan bantuan, pengawasan dan peralatan
Tingkat 4 : Sangat bergantung dan tidak dapat melakukan
atauberpartisipasidalam perawatan
5. Kemampuan Rentang Gerak, (Range Of Motion- ROM) dilakukan pada daerah
seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
Tabel 1 Kemampuan Rentang Gerak

Gerak Sendi Derajat Rentang Normal

Bahu Adduksi: gerakan lengan kelateral dari


posisi samping keatas kepala, telapak tangan 180
menghadap ke posisi yang paling jauh.
Siku Fleksi: angkat lengan bawah kearah depan
150
dan kearah atas menuju bahu.
Pergelangan tangan Fleksi: tekuk jari-jari
80-90
tangan kearah bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi: luruskan pergelangan tangan dari
80-90
posisi fleksi.
Hiperektensi: tekuk jari-jari tangan kearah
70-90
belakang sejauh mungkin.
Abduksi: tekuk pergelangan tangan kesisi
ibu jari ketika telapak tangan menghadap 0-20
keatas.

Universitas Sumatera Utara


Tangan dan Jari
Fleksi: buat kepalan tangan
Ekstensi: luruskan jari 90
Hiperektensi: tekuk jari-jari tangan 30
kebelakang sejauh mungkin. 20
Abduksi: kembangkan jari tangan 20
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari
posisi abduksi
Kaki dan jari
Dorsifleksi : menggerakkan kaki sehingga
jari-jari keki menekuk ke atas. 20-30
Plantar fleksi : menggerakkan kaki sehingga 45-50
jari-jari kaki menekuk ke bawah 10
Plantar fleksi : menggerakkan kaki sehingga 30-60
jari-jari kaki menekuk ke bawah 30-60
Fleksi : melengkungkan jari-jari ke bawah
Ekstensi : meluruskan jari-jari kaki

(Sumber: Hidayat, 2009)

6. Kekuatan Otot dan Gangguan Kordinasi, dalam mengkaji kekuatan otot


dapat dilakukan secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat
dibuat dalam enam derajat (0-5) derajat ini menunjukkan tingkat
kemampuan otot yang berbeda- beda, keenam derajat itu dapat dilihat
pada tabel (Hidayat, 2009)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2Derajat Kekuatan Otot

Derajat 5 Kekuatan normal dimana seluruh gerakan dilakukan otot


dengan tahanan maksimal dari proses yang dilakukan
berulang-ulang tanpa menimbulkan kelelahan.
Derajat 4 Dapat melakukan range of motion (ROM) secara penuh
dan dapat melawan tahanan organ.
Derajat 3 Dapat melakukan range of motion (ROM) secara penuh
dengan melawan gaya berat (gravitasi), tetap tidak dapat
melawan tahanan.
Derajat 2 Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat melakukan
range of motion (ROM) secara penuh.
Derajat 1 Kontraksi otot minimal terasa/teraba pada otot
bersangkutan tanpa menimbulkan gerakan.
Derajat 0 Tidak ada kontraksi otot sama sekali.
(Sumber: Hidayat, 2009).

7. Perubahan Psikologis, disebabkan karena adanya gangguan mobilitas


dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,
perubahan dalam mekanisme tulang, dan lain-lain.

3. ANALISA DATA

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status


kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap
dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan
lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan- perubahan atau respon
klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang
mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter& Perry, 2005).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta
kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien.

Universitas Sumatera Utara


Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan
sebagai berikut:

Tujuan pengumpulan data:

1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien


2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-
langkah

Tipe – tipe Data:

1. Data Subjektif

Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap


suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh
perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien terhadap status
kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan,
kecemasan, frustasi, mual, dan perasaan malu (Potter & Perry, 2005).

2. Data Objektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh


menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan
fisik.Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat
badan, tingkat kesadaran (Perry & Potter, 2005).

Universitas Sumatera Utara


4. RUMUSAN MASALAH
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan keseimbangan
tubuh dan mobilisasi aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data
yang yang selama pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang
mengidentifikasi ada atau resiko terjadi masalah. Saat mengidentifikasi
diagnosa keperawatan perawat menyusun strategi keperawatan untuk
mengurangi atau mencegah bahaya berhubungan dengan keseimbangan
tubuh buruk atau gangguan mobilisasi (Potter dan Perry, 2005).

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan


mobilisasi yaitu:

1. Hambatan mobilitas fisik


2. Hambatan mobilitas di tempat tidur
3. Hambatan mobilitas di kursi roda

Tetapi, berdasarkan pengkajian yang didapatkan dari klien, diagnosa


yang diangkat untuk dilakukan asuhan keperawatan secara komprehensif
yaitu:

1. Hambatan mobilitas
2. Defisit perawatan diri

5. PERENCANAAN

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana


tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan
diintervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan
Perry, 2005).
Rencana asuhan keperawatan bersifat individual, bergantung pada
kebutuhan dasar mobilisasi klien. Rencana asuhan keperawatan bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan klien untuk mempertahankan fungsi motorik
dan kemandirian (Perry dan Potter, 2005). Rencana asuhan keperawatan
didasari oleh beberapa tujuan dibawah ini:

Universitas Sumatera Utara


1. Menunjukan tingkat mobilisasi ditandai dengan indikator tingkat
ketergantungan fisik individu (0-4) yaitu mampu merawat diri sendiri secara
penuh, memerlukan penggunaan alat, memerlukan bantuan atau pegawasan
orang lain, dan peralatan, sangat tegantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan;
2. Meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas sendi;
3. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat;
4. Mencapai range of motion (ROM) penuh atau optimal;
5. Meningkatkan toleransi aktivitas;
6. Mencapai pola eliminasi normal;
7. Mencapai kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri
Sebagai rencana tindakan dari diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada gangguan mobilisasi North American Nursing Diagnosis Association-
International (NANDA), Nursing intervention classification (NIC), dan Nursing
Outcome Classification (NOC):

Diagnosa 1. Hambatan Mobilisasi Fisik berhubungan dengan Gangguan


Neuromuscular pada Ekstremitas Kiri Atas dan Bawah.
Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri dan terarah.
Batasan Karakteristik:
1. Penurunan waktu reaksi;
2. Kesulitan membolak-balik posisi tubuh;
3. Dispnea setelah beraktivitas;
4. Perubahan cara berjalan (misalnya,penurunan aktivitas, dan kecepatan
berjalan, kesulitan untuk memulai berjalan langkah kecil, berjalan dengan
menyeret kaki, pada saat berjalan badan mengayun ke samping);
5. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus;
6. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus;
7. Keterbatasan rentang pergerakan sendi;
8. Ketidakstabilan postur;
9. Pergerakan lambat;
10. Pergerakan tidak terkoordinasi.

Universitas Sumatera Utara


Faktor yang berhubungan:
1. Intoleransi aktivitas;
2. Perubahan metabolisme selular;
3. Ansietas;
4. Indeks masa tubuh diatas perentil ke-75 sesuai usia;
5. Gangguan kognitif;
6. Konstraktur;
7. Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia;
8. Fisik tidak bugar;
9. Penurunan ketahan tubuh;
10. Penurunan kendali otot;
11. Penurunan massa otot;
12. Gangguan muskuloskletal;
13. Gangguan neuromuscular;
14. Nyeri;
15. Program pembatasan gerak.

Tujuan:
1. Menunjukan tingkat mobilitas, ditandai dengan indikator (1-5):
ketergantungan, membutuhkan bantuan orang lain dan alat;
2. Penampilan seimbang;
3. Penampilan posisi tubuh;
4. Pergerakan sendi dan otot;
5. Melakukan perpindahan/ambulasi (Berjalan).

Kriteria Hasil:
1. Klien mampu melakukan latihan rentang gerak padasendi/ekstremitas yang
terganggu.
2. Klien mampu untuk berjalan tanpa alat bantu
3. Klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri

Universitas Sumatera Utara


Intervensi:
1. Kaji tingkat mobilisasi pasien dengan ( Tingkatan 0-4) secara berkala.
Rasional: Menunjukan perubahan tingkatan mobilisasi pasien setiap hari.
2. Kaji kekuatan otot/kemampuan fungsional mobilitas sendi dengan
menggunakan ( skala kekuatan otot 0-5) secara teratur.
Rasional: Menentukan perkembangan peningkatan kekuatan otot/mobilitas
sendi pasien sebelum dan sesudah dilakukan latihan rentang gerak (ROM).
3. Monitor tanda-tanda vital.
Rasional: Kelumpuhan otot mempengaruhi sirkulasi pada ekstremitas
4. Instruksi/bantu pasien melakukan latihan ROM pasif/aktif secara konsisten.
Rasional: Meminimalkan atrofi otot, mningkatkan sirkulasi, membantu
mencegah kontrakutur dan meningkatkan pemulihan fungsi kekuatan otot dan
sendi.
5. Instruksikan pasien pada aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
Rasional: Meningkatkan kemampuan aktivitas mandiri pasien, harga diri, dan
peran diri pasien sehari-hari.
6. Melibatkan pasien dalam perawatan untuk mengurangi depresi dan kebosanan
yang berkaitan dengan terapi mobilisasi range of motion (ROM).
Rasional: Peran pasien mendukung motivasi diri untuk menikmati pengobatan
dan perawatan yang diberikan.
7. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik (Fisioterapi) atau okupasi dan atau
rehabilitasi spesialis.
Rasional: Mendukung peningkatan kekuatan otot dan fungsi ekstremitas
fungsional dan mencegah kontraktur.

Diagnosa 2. Defisit Keperawatan Diri berhubungan dengan Kelemahan


Definisi: Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/
aktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.

Universitas Sumatera Utara


Batasan Karakteristik:
1. Ketidakmampuan mengakses kamar mandi;
2. Ketidakmampuan mengeringkan tubuh;
3. Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi;
4. Ketidakmampuan menjangkau sumber air;
5. Ketidakmampuan mengatur air mandi;
6. Ketidakmampuan membasuh tubuh.

Faktor Berhubungan:
1. Gangguan kognitif;
2. Penurunan motivasi;
3. Kendala lingkungan;
4. Ketidakmampuan merasakan bagian tubuh;
5. Ketidakmampuan merasakan hubungan spasial;
6. Gangguan muskuloskletal;
7. Gangguan neuromuscular;
8. Nyeri;
9. Gangguan persepsi;
10. Kelemahan.

Kriteria Hasil:
1. Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
2. Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri.
3. Mempertahankan aktivitas dalam penyediaan mandi.

Intervensi:
1. Kaji kemampuan dan tingkat kekuatan (skala 0-4) untuk melakukan
kebutuhan sehari-hari.
Rasional: Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan
kebutuhan secara individual

Universitas Sumatera Utara


2. Hindari untuk melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan sendiri,
tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional: Meningkatkan kemandirian dan harga diri.
3. Pertahankan mobilisasi, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
Rasional: Mendukung kemandirian fisik.
4. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau
keberhasilannya.
Rasional: Meningkatkan perasaan makna diri, meningkatkan kemandirian dan
mendorong pasien untuk berusaha secara berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara


B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
1. PENGKAJIAN

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN
I. BIODATAIDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 75 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Selamat no 146 B
Golongan darah : AB
Tanggal pengkajian : 18 Juli 2017

II. KELUHAN UTAMA


Ny.P mengeluh tangan dan kaki sebelah kirimengalami kelemahan dan tidak
dapat digerakkan sepenuhnya serta sulit untuk melakukan aktivitas.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


A. Provocative/ palliative
1. Apa penyebabnya
Klien mengalami kelemahan pada ekstremitas atas dan bawah sebelah
kiri(hemiparese sinistra) sehingga membuat klien sulit untuk beraktivitas.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Perawatan yang dilakukan selama dirumah sakit terutama bimbingan


melakukan ROM sangat berpengaruh terhadap pergerakan klien.

Universitas Sumatera Utara


B. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan

Klien mengatakan bahwa:”kaki dan tangannya terasa berat dan lemah tak
berdaya untuk bergerak sehingga kadang klien harus dibantu untuk mandi dan
berjalan menggunakan tongkat”.

2. Bagaimana dilihat

Klien terkadang duduk lama dikursi dan berbaring di tempat tidur. Klien
dapat berjalan sendiri dengan alat bantu tongkat dan menyeret kakinya ketika
berjalan.

C. Region
1. Dimana lokasinya
Bagian ekstremitas atas dan bawah sebelah kiri(hemiparese sinistra).
2. Apakah menyebar
Klien mengatakan:” yang dialaminya tidak menyebar”.

D. Severity (Menggangu aktivitas)

Klien mengatakan:” saat ini kelemahan pada ekstremitas atas dan bawah
sebelah kiri”.Dengan skala kekuatan otot 1 (Kontraksi otot minimal
terasa/teraba pada otot bersangkutan tanpa menimbulkan gerakan) yang
mengakibatkan sulit untuk melakukan mobilisasi fisik.

E. Time

Kelemahan terjadi sejak 2 tahun tetapi sudah banyak mengalami


perubahan mulai dari perubahan komunikasi dan pergerakan.

Universitas Sumatera Utara


VI. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengalami Hipertensisejak usia 55 tahun.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan:” pernah menjalani pengobatan di Rumah sakit
murni teguh sekitar setahun lalu untuk pemeriksaan, dan selebihnya
berobat herbal dan fisioterapi”.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Klien mengatakan:”pernah dirawat di rumah sakit Murni Teguh ”.
D. Lama dirawat
Klien mengatakan:”sudah pernah dirawat di RS Murni Teguh selama 1
Minggu dengan kasus stroke”.
E. Alergi
Klien mengatakan:” tidak ada alergi pada makanan/minuman dan obat”.
F. Imunisasi
Klien mengatakan:” bahwa dulu tidak ada dilakukan imunisasi”.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua
Klien mengatakan:” orang tua sudah meninggal”.
B. Saudara kandung
Klien mengatakan”saudara kandung meninggal karena hipertensi”.
C. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan : “ tidak ada penyakit keturunan seperti DM,
gangguan jiwa, tetapi memiliki riwayat penyakit hipertensi”.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan:”tidak ada anggota keluarga mengalami gangguan
jiwa”.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan:’’ayah, ibu,saudara 1 orang, dan suami sudah
meninggal.’’

Universitas Sumatera Utara


F. Penyebab meninggal

Klien mengatakan:” ibu, ayah dan suamiklien meninggal dikarenakan


sakit tua, adek meninggal akibat hipertensi”.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL


A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien mengatakan:” menerima segala kondisinya, dan tetap menjalani
keadaannyadan terus berusaha agar bisa sembuh karena klien percaya
bahwasanyadia bisa sembuh”.
B. Konsep diri
1. Gambaran Diri : Klien menerima keadaan yang sekarang, dan
tetap semangat untuk dirinya sembuh.
2. Ideal Diri : Klien ingin dapat melakukan aktivitasnyasendiri
3. Harga Diri : Klien tidak malu, dan tidak merasa kurang
karena anaknya yang masih ada menolongnya.
4. Peran Diri : Klien berperan sebagai orang tua .
5. Identitas :Klien berperan sebagai seorang Ibu
C. Keadaan emosi
Klien dapat mengontrol dirinya dengan baik.
D. Hubungan social
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan:” Anak dan menantu yang sangat berarti karena
anaknya yang merawatnya sekarang ini dan yang membantu dalam
melakukan aktivitas”.
b. Hubungan dengan keluarga
Klien mengatakan:” dengan keluarga hubungannya baik tidak ada yang
bermasalah”.
c. Hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan:" dengan orang lain juga tidak ada masalah”.

Universitas Sumatera Utara


d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan:” tidak ada hambatan dengan orang lain, bahkan
orang-orang yang disekitarnya selalu menolong jika pasien minta
bantuan.”
e. Spiritual
Klien beragama Kristen, pasien mengatakan sering pergi ke gereja
sewaktu sehat.

Universitas Sumatera Utara


VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Keadaan klien compos mentis, posisi klien lebih sering duduk,
keterbatasan melakukan aktifitas karena kaki dan tangannya sebelah kiri
yang terasa berat dan sulit untuk digerakan.
B. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu tubuh : 36 °C
b. Tekanan darah : 160/100 mmHg
c. Nadi : 72x/menit
d. Pernafasan : 24x/menit
e. TB : 160 cm
f. BB : 56 kg

C. Pemeriksaan Head to Toe


Kepala dan Rambut
a. Bentuk :Oval, tidak ada benjolan dan pembengkakan.
b. Kulit kepala : Berminyak, tidak ada iritasi

Rambut
a. Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut tidak
rata ada yang putih dan hitam.
b. Bau : Rambut berbau
c. Warna kulit : Kuning langsat

Mata
a. Kelengkapan Mata : Mata dalam keadaan simetris kiri
dan kanan.
b. Palpebra : Tidak ada kelainan, dan tidak ada
infeksi.
c. Konjungtiva dan Sklera : Konjungtiva anemis, tidak ada
kelainan.

Universitas Sumatera Utara


Hidung
a. Tulang hidung dan Posisi septum nasal : simetris
b. Lubang hidung : simetris dan bersih

Telinga
a. Bentuk telinga: simetris kiri dan kanan
b. Ukuran telinga : simetris kiri dan kanan
c. Lubang telinga : Cukup bersih dan tidak ada kelainan.

Mulut dan faring


a. Keadaan bibir : Mukosa bibir lembab
b. Keadaan gusi dan gigi: tidak ada perdarahan, gigi terlihat
kuning dan kurang bersih

Leher
a. Posisi trachea : Dalam keadaan simetris
b. Thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar
thyroid
c. Suara : Suara jelas
d. Denyut nadi kronis : Teraba dan Tidak Menonjol

Pemeriksaan integumen
a. Kebersihan : kulit pasien tampak sedikit berdaki
b. Warna : kecoklatan, sawo matang
c. Turgor : tidak ada kelainan
d. Kelembaban : lembab
e. Warna luka : tidak ada luka
f. Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan

Pemeriksaan payudara dan ketiak


a. Ukuran dan bentuk : Simetris kiri dan kanan
b. Warna payudara dan aerola : Sawo matang dan aerola
hitam
c. Kondisi payudara dan putting : Normal, menonjol
d. Aksila dan clavicula : Tidak terdapat benjolan

Universitas Sumatera Utara


Pemeriksaan thoraks/dada
a. Inspeksi thoraks : Tidak ada kelainan pada thoraks
b. Pernafasan : 24x/menit
c. Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan
bernafas

Pemeriksaan paru

a. Palpasi getaran suara : Teraba getaran yang sama


b. Perkusi : Resonan
c. Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan

Pemeriksaan jantung

a. Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan


b. Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan

Pemeriksaan muskouloskletal/Ekstremitas
a. Ekstremitas Atas : tidak simetris kiri dan kanan, bahu kirijatuh,
ROM (-) , kekuatan otot tangan kiri1 (Kontraksi otot minimal
terasa/teraba pada otot bersangkutan tanpa menimbulkan gerakan),
kekuatan otot tangan kanan 5 (Kekuatan normal dimana seluruh
gerakan dilakukan otot dengan tahanan maksimal dari proses yang
dilakukan berulang-ulang tanpa menimbulkan kelelahan), tidak
ada edema.
b. Ekstremitas Bawah : pasien mengalami kelemahan pergerakan
pada ekstremitas bawah sebelah kiri sehingga sulituntuk
melakukanaktivitasnya.kekuatan otot kaki kiri1 (Kontraksi otot
minimal terasa/teraba pada otot bersangkutan tanpa menimbulkan
gerakan), kekuatan otot kaki kanan 5 (Kekuatan normal dimana

Universitas Sumatera Utara


seluruh gerakan dilakukan otot dengan tahanan maksimal dari
proses yang dilakukan berulang-ulang tanpa menimbulkan
kelelahan), tidak ada edema.

Pemeriksaan neurologi
a. Nervus Olfaktoris/N I
Klien masih mampu mengidentifikasi bau dengan baik.
b. Nervus Optikus/N II
Klien mampu melihat dengan baik tanpa alat bantu, .
c. Nervus Okulomotoris/N III,Trochlearis/N IV,Abdusen/N VI
Klien mampu mengerakan bola mata dengan baik.
d. Nervus Trigeminus/N V
Klien mampu untuk membedakan panas/dingin, tajam/tumpul pada
ekstremitas bawah.
e. Nervus Fasalis/N VII
Wajah simetris kiri dan kanan,Klien sudah mampu mengerakan
otot wajahnya, tetapi jika berbicara cepat kata- kata klien menjadi
salah
f. Nervus Vestibulocochlearis/N VIII
Klien masih bisa mendengar dengan baik.
g. Nervus Glossopharingeus/N IX, Vagus/N X
Klien mampu untuk menelan, mengunyah dan membuka mulutnya
h. Nervus Aksesorius/N XI
Klien tidak mampu mengerakan bagian tangannya sebelah kiri dan
terasa lemah. Bahu kiri tidak simetris.

Universitas Sumatera Utara


Fungsi Motorik
Pasien mengalami kelemahan dibagian ekstremitas atas dan ektremitas
bawah sebelah kiri(hemiparese sinistra)

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


A. Pola makan dan minum
a. Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari
b. Nafsu/ selera makan : Nafsu makan normal
c. Nyeri ulu hati : Tidak mengalami nyeri
ulu hati
d. Alergi : Tidak ada alergi pada
makanan
e. Masalah makan dan minum : Tidak ada masalah.
B. Perawatan diri/ personal hygiene
a. Kebersihan tubuh : Mandi 1 kali sehari
b. Kebersihan gigi dan mulut : Gigi klien tampak kuning dan
kurang bersih.
c. Kebersihan pakaian/berhias : Klien terlihat sedikit lusuh karena
jarang mengganti baju dan tercium
aroma tidak sedap.
d. Kebersihan eliminasi : Klien dibantu oleh keluarga untuk
membersihkan diri selama BAB dan
BAK.

C. Pola kegiatan/aktivitas
Mandi: mandi dibantu oleh putri sendiri dan menantu klien dan
terkadang memerlukan bantuan pada bagian tubuh tertentu
(punggung, dan bagian ektremitas bawah).
Makan: Klien masih bisa untuk melakukan aktivitas makannya.
Eliminasi: klien mampu untuk mengontrol perkemihan secara baik.
Berpindah : Klien mampu berpindah posisi dengan bantuan tongkat.

Universitas Sumatera Utara


D. Pola eliminasi

1. BAB
a. Pola BAB :Tidak tentu
b. Karakteristik feses :Konsistensi lunak.
c. Riwayat perdarahan : Tidak ada riwayat perdarahan
d. Diare : Tidak ada mengalami diare
e. Penggunaan laksatif : Tidak ada menggunakan laksatif

2. BAK
a. Pola BAK : 3-5 kali sehari
b. Karakter urine : Bening, tidak berbau
c. Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: Tidak kesulitan
d. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih:Tidak ada
e. Penggunaan diuretik : Tidak ada
penggunaandiuretik

Universitas Sumatera Utara


2.ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah


Keperawatan
1 DO: Stroke
- Kaki dan tangan sebelah
kiri tidak dapat di
gerakkan Perfusi jaringan
- Kekuatan otot 1, kaki cerebral tidak
sebelah kiri diseret jika adekuat
berjalan
- Berjalan menggunakan
alat bantu yaitu tongkat Hambatan
mobilitas fisik
- Pantau TTV : Hemiplegia

- TD: 160/100 mmHg


- HR: 72x/i
- RR:24x/i Keterbatasan gerak
DS:
- Klien mengatakan kaki
dan tangan sebelah kiri
lemah dan tidak berdaya Hambatan
mobilitas fisik
- Klien mengatakan kaki
dan tangan sebelah kiri
terasa berat

2 DO: Stroke
- Klien mandi 1 kali
- Klien mandi dibantu oleh
keluarganya
- Gigi kuning dan kotor Perfusi jaringan
- Kuku panjang dan kotor cerebral tidak
- Rambut tampak adekuat

Universitas Sumatera Utara


berminyak dan berbau
- Pakaian sedikit lusuh
Defisit perawatan
karena jarang diganti diri
DS: Hemiplegia
- Klien mengatakan
mampu mandi sendiri
tetapi lama, dan ketika
mandi klien tidak Keterbatasan gerak
mampu untuk
menggosok tubuh
dibagian belakang dan
butuh bantuan orang Hambatan
lain mobilitas fisik
- Klien mengatakan tidak
mau merepotkan orang
lain Defisit perawatan
diri

Universitas Sumatera Utara


3. MASALAH KEPERAWATAN
1. HAMBATAN MOBILITAS FISIK
2. DEFISIT PERAWATAN DIRI

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular


pada tungkai sebelah kiri dan tangan sebelah kiri ditandai dengan klien
berjalan menggunakan tongkat, berjalan dengan kaki kiri menyeret, tangan
kiri tidak berdaya, TD: 160/100 mmHg, HR: 72 x/menit, RR: 24 x/menit,
kekuatan otot 1.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik di
tandai dengan klien mandi 1 x sehari, gigi kuning, rambut bau, pakaian
sedikit lusuh karena jarang diganti.

Universitas Sumatera Utara


4.PERENCANAAN

PERENCANAAN KEPERAWATAN

Hari/Tgl No. Dx Perencanaan Keperawatan


Sabtu18J 1.Mobilitas Tujuan:
uli 2017 fisik Setelah dilalukan tindakan keperawatan dengan
mengajarkan latihan tentang ROM diharapkan
tingkat mobilitas dan kekuatan otot meningkat.
Kriteria hasil:
1. Pasien dapat melakukan latihan rentang gerak
pada sendi ekstremitas yang lumpuh secara
mandiri
2. Bergerak sendiri di tempat tidur atau memerlukan
bantuan minimal pada tingkat yang realistis
3. Menunjukkan peningkatan mobilitas fisik
Rencana tindakan Rasional
1. Kaji tingkat 1. Menunjukkan perubahan
mobilisasi tingkatan mobilitas pasien
pasien dengan setiap hari
tingkatan 0-4
secara berkala
2. Kaji kekuatan 2. Menentukan
otot/kemampua perkembangan peningkatan
n fungsional kekuatan otot/mobilitas
mobilitas sendi sendi pasien sebelum dan
dengan sesudah dilakukan latihan
menggunakan rentang gerak(ROM)
skala kekuatan
otot 0-5 secara
teratur
3. Dukung dan 3. Meminimalkan atrofi otot
ajarkan latihan dan peningkatan

Universitas Sumatera Utara


ROM aktif dan pemulihan fungsi kekuatan
pasif otot dan sendi
4. Monitor tanda- 4. Kelumpuhan otot
tanda vital mempengaruhi sirkulasi
pada ekstremitas
5. Instruksikan 5. Meningkatkan kemampuan
klien pada aktifitas mandiri pasien,
aktifitas sesuai harga diri, dan peran diri
dengan klien sehari-hari
kemampuannya
setiap hari
6. Dukung 6. Menghindari depresi pada
klien/keluarga klien dan meningkatkan
untuk motivasi dan peran diri
memandang
keterbatasan
dengan realistis
7. Atur posisi 7. Postur tubuh yang benar
klien dengan mampu memberikan rasa
postur tubuh aman nyaman dan
yang benar menghindari cedera
8. Ajarkan 8. Mengubah posisi mampu
klien/keluarga mempertahankan/meningk
untuk mengubah atkan mobilisasi sendi dan
posisi setiap 2 otot
jam ( misalnya
miring kanan
miring kiri) jika
terlalu lama
dalam posisi
tidur ataupun
duduk

Universitas Sumatera Utara


Hari/Tgl No. Dx Perencanaan Keperawatan
2. Defisit Tujuan:
perawatan Setelah dilalukan tindakan keperawatan
diri Diharapkan pasien ataupun keluarga
pasien mampu melakukan tindakan
personal hygine.
Kriteria hasil:
1. Mendemonstrasikan perubahan gaya
hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
2. Melakukan aktifitas perawatan diri
dalam tingkat kemampuan sendiri.
3. Mengidentifikasi sumber pribadi
memberikan bantuan sesuai
kebutuhan.
Rencana Rasional
tindakan
1. Tanyakan 1. Agar mengetahui
Kemampuan kemampuan
Klien dalam klien dalam
melakukan melakukan
perawatan diri perawatan diri
2. Lakukan 2. Agar kebutuhan
personal personal hygiene
hygiene pada klien terpenuhi
klien jika dan
mulut kotor mempertahankan
dan kaji kebersihan dan
membrane penampilan yang
mukosa oral rapi
dalam
kebersihan

Universitas Sumatera Utara


tubuh pasien
3. Ganti pakaian 3. Agar tampak
klien bersih dan rapi
4. Kaji 4. Membantu dalam
kemampuan merencanakan
klien untuk pemenuhan
melakukan secara individual
aktifitas
perawatan
mandi secara
mandiri
5. Ajarkan 5. Meningkatkan
pasien untuk kemampuan
perawatan dalam
mandi, dalam pemenuhan
merawat mandi
mulut dan gigi
secara mandiri
6. Anjurkan 6. Untuk
pasien untuk mengetahui
tetap kemampuan
melakukan dalam melakukan
kebersihan kebersihan diri
diri secara secara teratur
teratur,
ingatkan
untuk tetap
mencuci
rambut dan
menggosok
gigi

Universitas Sumatera Utara


7. Dukung 7. Meningkatkan
kemandirian kemandirian dan
pasien dalam harga diri
aktifitas
mandi dan
oral hygiene
sendiri, tetapi
berikan
bantuan sesuai
kebutuhan
8. Berikan 8. Meningkatkan
umpan balik perasaan makna
yang positif diri,
untuk setiap meningkatkan
usaha yang kemandirian dan
dilakukan atau mendorong
keberhasilann pasien untuk
ya berusaha secara
kontinu

Universitas Sumatera Utara


5.PELAKSANAAN

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal No.D Implementasi Evaluasi


x
Minggu19- 1 1. Memberikan salam S: klien mengatakan
06-2017 terapeutik dan bahwa ektremitas
memperkenalkan diri bawah dan
2. Melakukan hubungan ekstremitasatas
saling percaya antara klien sebelah kiri sulit
dan perawat digerakkan dan terasa
3. Menilai kemampuan klien berat
dengan skala 0 -4 untuk O: - ektremitas atas
mengetahui pergerakan dan ekstremitas bawah
klien. sebelah kiri terlihat
4. Mengkaji kekuatan sulit digerakkan
otot/kemampuan -tingkat kemampuan
fungsional mobilitas sendi aktivitas pasien berada
dengan menggunakan skala pada tingkat 3 yaitu
kekuatan otot 0-5 memerlukan bantuan,
5. Mengukur tekanan darah, pengawasan, dan
nadi, dan pernafasan peralatan
6. Memberitahukan informasi -kekuatan otot
tentang pentingnya latihan ektremitas bawah
pergerakan kepada sebelah kiri1 dan
klien/keluarga. ekstremitas atas
7. Mengajarkan sebelah kiri 1
klien/keluargalatihan ROM - TTV klien :
pasif selama 30 menit, TD: 150/90 mmHg.
gerak sendi bahu adduksi, HR: 80 x/mnt.

Universitas Sumatera Utara


siku fleksi, pergelangan RR: 22 x/mnt
tangan fleksi, ekstensi, T : 36,7oC.
hiperekstensi, abduksi, A : Masalah
tangan dan jari fleksi, gangguan mobilitas
ekstensi, hiperekstensi, fisik belum teratasi
abduksi, adduksi, kaki dan P : Intervensi
jari dorsofleksi, plantar dilanjutkan dengan
fleksi, fleksi, ekstensi. menilai kemampuan
ROM dilakukan sebanyak klien untuk bergerak
4 kali sehari dengan dengan skala 0 – 4,
frekuensi gerakan 8 kali mengajarkan
8. Mengatur posisi dengan klien/keluarga latihan
postur tubuh yang benar ROM pasif untuk
9. Melakukan latihan ROM mempertahankan dan
pasif meningkatkan
10. Mendukung kekuatan dan
klien/keluarga untuk rajin ketahanan otot.
melakukan latihan ROM
dan melibatkan keluarga
dalam melakukan latihan
yang dibantu dengan buku
panduan latihan ROM

2 1. Menanyakan kemampuan S:- klien mengatakan


klien dalam melakukan lemas, sulit ke kamar
perawatan diri mandi dan malas
2. Mengkaji kemampuan melakukan personal
klien untuk melakukan hygien secara mandiri
aktifitas perawatan mandi sehingga mandi hanya
secara mandiri 1 kali sehari.
3. Mengajarkan O:baju pasien terlihat
klien/keluargacaraperawata lusuh dan

Universitas Sumatera Utara


n mandi, seperti cara mandi kotor,tercium bau
yang benar dan badan tidak sedap,
menganjurkan klien agar kuku pasien yang
melakukan kebersihan diri panjang dan kotor
secara teratur dengan sudah tidak ada karena
mandi minimal 2 kali sudah dipotong,
sehari rambut bau dan
4. Melakukan personal hygien berminyak
pada klien A: Masalah teratasi
5. Menganjurkan keluarga sebagian
mengganti pakaian klien P: intervensi
dengan pakaian bersih dilanjutkan dengan
6. Memotong kuku pasien menganjurkan klien
untuk melakukan
kebersihan diri secara
teratur seperti keramas
satu kali dua hari dan
tidak lupa melakukan
oral hygien setiap
mandi

Universitas Sumatera Utara


Hari/Tanggal No.D Implementasi Evaluasi
x
Senin20-06- 1 1. Menanyakan kemampuan S: -klien mengatakan
2017 klien dengan skala 0 -4 bahwa ektremitas
untuk mengetahui bawah sudah mulai
pergerakan klien. bisa digerakkan sedikit
2. Mengkaji kekuatan demi sedikit dan
otot/kemampuan ektremitas kiri atas
fungsional mobilitas sendi masih sulit digerakkan
dengan menggunakan skala O: - ektremitas atas
kekuatan otot 0-5. sebelah kiri masih
3. Mengukur tekanan darah, sulit digerakkan
nadi, dan pernafasan klien -jari-jari ekstremitas
4. Menganjurkan bawah sebelah kiri
klien/keluarga untuk sudah mulai bisa
mengubah posisi setiap 2 melakukan gerakan
jam ( misalnya miring fleksi dan ekstensi
kanan miring kiri) akibat -kekuatan otot
terlalu lama dalam posisi ektremitas atas sebelah
tidur ataupun duduk kiri1 dan
5. Memberitahukan informasi ekstremitasbawah
tentang pentingnya latihan sebelah kiri 2
pergerakan kepada - tingkat kemampuan
klien/keluarga. aktivitas pasien masih
6. Mendukung klien/keluarga berada pada tingkat 3
melakukan latihan gerakan yaitu memerlukan
pasif untuk bantuan, pengawasan,
mempertahankan dan dan peralatan
meningkatkan kekuatan - TTV klien :
otot serta ketahanan TD: 140/90 mmHg.

Universitas Sumatera Utara


ototdan melibatkan HR: 89 x/mnt.
keluarga dalam melakukan RR: 22 x/mnt
latihan yang dibantu T : 37,5oC.
dengan buku panduan A : Masalah
latihan ROM gangguan mobilitas
7. Mengatur posisi dengan fisik sebagian teratasi
postur tubuh yang benar P : Intervensi
8. Melakukan latihan ROM dilanjutkan dengan
pasif selama 30 menit, menanyakan
gerak sendi bahu adduksi, kemampuan klien
siku fleksi, pergelangan untuk bergerak dengan
tangan fleksi, ekstensi, skala 0 – 4,
hiperekstensi, abduksi, mengajarkan
tangan dan jari fleksi, klien/keluarga latihan
ekstensi, hiperekstensi, ROM pasif untuk
abduksi, adduksi, kaki dan mempertahankan dan
jari dorsofleksi, plantar meningkatkan
fleksi, fleksi, ekstensi. kekuatan dan
ROM dilakukan sebanyak ketahanan otot,
4 kali sehari dengan menganjurkan
frekuensi gerakan 8 kali keluarga untuk
mengubah posisi
setiap 2 jam.

2 1. Menanyakan kemampuan S:- klien mengatakan


klien dalam melakukan lemas, masih sulit ke
perawatan diri kamar mandi dan
2. Mengkaji kemampuan masih sulit melakukan
klien untuk melakukan personal hygien secara
aktifitas perawatan mandi mandiri terutama
secara mandiri mandi,klien mampu
3. Mengajarkan klienuntuk menggosok badan

Universitas Sumatera Utara


melakukan kebersihan diri sendiri tetapi untuk
secara teratur, seperti cara bagian tubuh belakang
keramas yang benar klien memerlukan
minimal satu kali dua hari bantuan anaknya
4. Melakukan personal hygien O:-aroma tidak sedap
pada klien pada badan klien
5. Menganjurkan keluarga sudah tidak tercium
untuk mengganti pakaian lagi
klien dengan pakaian -rambut bau dan
bersih berminyak
6. Mengajarkan personal -klien sudah mandi
hygiene pada klien dengan tetapi belum keramas
mulut kotor dan mengkaji dan gigi masih terlihat
membrane mukosa oral kotor
dalam kebersihan tubuh A: Masalah teratasi
pasien sebagian
7. Menganjurkan klien untuk P: intervensi
tetap melakukan dilanjutkan dengan
kebersihan diri secara mendukung
teratur kemandirian klien
untuk dapat
melakukan personal
hygene

Universitas Sumatera Utara


Hari/Tanggal No.D Implementasi Evaluasi
x
Selasa21-06- 1 1. Menanyakan kemampuan S: -klien mengatakan
2017 klien dengan skala 0 -4 bahwa ektremitas
untuk mengetahui bawah sebelah kiri
pergerakan klien. sudah mulai bisa
2. Mengkaji kekuatan digerakkan dan
otot/kemampuan ektremitas kiri atas
fungsional mobilitas sendi masih sulit digerakkan
dengan menggunakan skala -klien mengatakan
kekuatan otot 0-5. sering mengubah
3. Mengukur tekanan darah, posisi setiap dua jam
nadi, dan pernafasan dan dilakukan secara
4. Mengajarkan mandiri
klien/keluarga latihan O: - ektremitas atas
gerakan pasif untuk sebelah kiri masih
mempertahankan dan sulit digerakkan
meningkatkan kekuatan dengan kekuatan otot
otot serta ketahanan otot 1
dan melibatkan keluarga -ekstremitas bawah
dalam melakukan latihan sebelah kiri sudah
yang dibantu dengan buku dapat digerakkan
panduan latihan ROM dengan melakukan
5. Menganjurkan gerakan
klien/keluarga untuk fleksi,ekstensi,dorsofle
mengubah posisi setiap 2 ksi,plantarfleksi
jam ( misalnya miring dengan bantuan
kanan miring kiri) jika menyangga sendi
terlalu lama dalam posisi sehingga derajat
tidur ataupun duduk kekuatan otot
6. Mengatur posisi dengan ektremitas bawah 2
postur tubuh yang benar - tingkat kemampuan

Universitas Sumatera Utara


7. Melakukan latihan ROM aktivitas pasien berada
pasif selama 30 menit, pada tingkat 2 yaitu
gerak sendi bahu adduksi, memerlukan bantuan
siku fleksi, pergelangan atau pengawasan
tangan fleksi, ekstensi, orang lain
hiperekstensi, abduksi, - TTV klien :
tangan dan jari fleksi, TD: 130/90 mmHg.
ekstensi, hiperekstensi, HR: 80 x/mnt.
abduksi, adduksi, kaki dan RR: 24 x/mnt
jari dorsofleksi, plantar T : 37oC.
fleksi, fleksi, ekstensi. A : Masalah
ROM dilakukan sebanyak gangguan mobilitas
4 kali sehari dengan fisik sebagian teratasi
frekuensi gerakan 8 kali P : Intervensi
8. Menginstruksikan klien dilanjutkan dengan
pada aktifitas sesuai menganjurkan
dengan kemampuannya klien/keluarga untuk
setiap hari tetap melatih klien
9. Mendukung klien/keluarga dalam melakukan
untuk memandang ROM dan
keterbatasan dengan menganjurkan
realistis fisioterapi.

2 1. Menanyakan kemampuan S:- klien mengatakan


klien dalam melakukan mulai rajin ke kamar
perawatan diri mandi dan melakukan
2. Mengkaji kemampuan personal hygien,
klien untuk melakukan tetapimasih sulit
aktifitas perawatan mandi melakukan personal
secara mandiri, keramas, hygien yaitu mandi
dan oral hygien. secara mandiri.
3. Melakukan personal hygien O:-baju pasien terlihat

Universitas Sumatera Utara


pada klien bersih dan rapi.
4. Mendukung kemandirian -tidak tercium aroma
pasien dalam aktifitas tidak sedap pada
mandi, keramas dan oral badan klien
hygien sendiri, tetapi -rambut bersih dan
berikan bantuan sesuai rapi
kebutuhan -gigi dan mulut bersih
5. Memberikan umpan balik A: Masalah teratasi
yang positif untuk setiap sebagian
usaha yang dilakukan atau P: intervensi
keberhasilannya dilanjutkan dengan
terus mendukung klien
agar meningkatkan
kemandirian pasien
dalam aktifitas mandi,
keramas dan oral
hygien sendiri, tetapi
keluarga tetap
memberikan bantuan
dan pengawasan
sesuai kebutuhan klien

Universitas Sumatera Utara


BAB III

KESIMPULANDAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah di lakukan pengkajian pada klien Ny. P ada dua prioritas masalah
keperawatan yaitu Gangguan mobilisasi dan Defisit Perawatan Diri. Diagnosa
keperawatan prioritas adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan neuromuscular pada tungkai sebelah kiri dan tangan sebelah kiri
ditandai dengan klien berjalan menggunakan tongkat, berjalan dengan kaki kiri
menyeret, tangan kiri tidak berdaya, tanda-tanda vitalTD: 160/100 mmHg, HR:
72 x/menit, RR: 24 x/ menit. Kemudian dilakukan implementasi berdasarkan
intervensi yang direncanakan selama tiga hari dan hasil evaluasi di peroleh
yaituklien belum dapat melakukan aktivitas mandiri, sebagian besar aktivitas
pasien masih banyak di bantu oleh keluarga dan masih membutuhkan
pengawasan dari keluarga. Klien sudah mampu menggerakkan ekstremitas
bawah sebelah kiri dengan bantuan atau menyangga sendi dapat melakukan
latihan ROM sehingga tingkat kekuatan otot meningkat menjadi 2.Masalah
defisit perawatan diri pada klien sudah dapat diatasi dengan baik dan tetap perlu
bantuan dan pengawasan dari orang terdekat klien.Klien juga tetap melakukan
latihan ROM dengan rutin dibantu oleh keluarga agar mampu meningkatkan
skala kekuatan otot secara bertahap.

Universitas Sumatera Utara


B. SARAN
1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan perawat lebih optimal dalam memberikan pelayanan terhadap


kebutuhan dasar aktivas dan istirahat sehingga dapat mencegah masalah
kebutuhan dasar aktivitas dan istirahat yang buruk. Diperlukan dokumentasi
intervensi dan implementasi agar ada sinkron antara perawat di masing-masing
pelayanan kesehatan.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan bagi staf pengajar dapat meningkatkan pengayaan, penerapan,
dan pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa, meningkatkan ilmu
pengetahuan dan memberikan keterampilan yang lebih kepada mahasiswa
dan menambah referensi tentang pemahaman kebutuhan aktivitas dan
istirahat, serta pada mahasiswa dapat memahami kesenjangan antara teori dan
aplikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan imobilisasi.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2001). Proses dan dokumentasi keperawatan .Jakarta:Salemba Medika

Potter & Perry. (2006). Fundamental keperawatan. Edisi 4 volume 1. Jakart:EGC.

Potter & Perry. (2005). Fundamental keperawatan. Edisi 4 volume 2. Jakarta:EGC

Riyadi,S. (2015). Kebutuhan dasar manusia aktivitas istirahat diagnose NANDA


2015 Jakarta:Gosyen publishing.

Wilkonsolom,M.J. (2011). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi9.Jakarta:EGC

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai