Anda di halaman 1dari 27

PERCOBAAN III

PENYEARAH TAK TERKENDALI TIGA FASA SETENGAH


GELOMBANG

3.1 TUJUAN PERCOBAAN


Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:
 Menjelaskan prinsip kerja penyearah tiga-fasa setengah gelombang tak
terkendali.
 Membuat rangkaian penyearah tiga-fasa setengah gelombang tak
terkendali.
 Mengukur besaran output dan input dari suatu rangkaian penyearah tiga-
fasa setengah geombang tak terkendali.
 Menghitung parameter-parameter unjuk kerja suatu rangkaian penyerah
tiga-fasa setengah gelombang tak terkendali.
 Menentukan frekuensi gelombang output dari suatu rangkaian penyearah
tiga-fasa setengah gelombang tak terkendali.

3.2 TEORI DASAR


Gambar 3.1 memperlihatkan diagram rangkaian penyearah tiga-
fasa setengah gelombang tak terkendali berbeban resistif. Nama lain
penyerah tersebut adalah penyearah tga-fasa tiga-pulsa atau penyearah
bintang tiga-fasa (three-phase star rectifier). Dalam gambar tersebut,
tegangan bolak-balik (ac) tiga-fasa akan disearahkan diwakili oleh
tegangan sekunder transformator tiga-fasa yang hubungan bintang (Y).
Primer transformatornya dapat terhubung bintang (Y) atau segitiga/delta.
Untuk mempermudah analisisnya, maka beban yang disuplay oleh
penyearah ini diambil yang bersifat resistif saja. Gambar 3.2
memperlihatkan bentuk-bentuk gelombang untuk beban resistif.

3-1
Gambar 3.1Penyearah tiga-fasa setengah gelombang tak terkendali

Tegangan fasa pada input penyearah dalam hal ini dimisalkanmempunyai


persamaan:
Va = VaN = Vm sin ωt ............................................................ (3-1)
Vb = VbN = Vm sin (ωt - 2/3) .............................................. (3-2)
Vc = VcN = Vm sin (ωt - 2/3) ............................................... (3-3)
dimana :
Vm= harga maksimum tegangan fasa (fasa ke netral) pada input penyerah
ωt= 2ft = sudut fasa sesaat gelombang tegangan input
f = frekuensi gelombang tegangan input

3-2
Gambar 3.2 Bentuk-bentuk gelombang dari penyerah pada Gambar 3.1

Untuk /6 < ωt < 5/6, Va lebih positif dari Vb maupun Vc,
sehingga dioda D1 konduksi serta D2 dan D3 mem-blok. Fasa “a” mensuplai
arus ia melalui D1, beban dan kembali ke titik netral (N). Tegangan yang
muncul di beban adalah tegangan Va.
Untuk 5/6 < ωt < 3/2, Vb lebih positif dari Va maupun Vc,
sehingga dioda D2 konduksi serta D1 dan D3 mem-blok. Fasa “b” mensuplai
arus ib melalui D2, beban dan kembali ke titik netral (N). Tegangan yang
muncul di beban adalah tegangan Vb.
Untuk 3/2 < ωt < 13/6, Vc lebih positif dari Va maupun Vb,
sehingga dioda D3 konduksi serta D1 dan D2 mem-blok. Fasa “c” mensuplai
arus ic melalui D3, beban dan kembali ke titik netral (N). Tegangan yang
muncul di beban adalah tegangan Vc.
Untuk 13/6 < ωt < 17/6, sikluskembali berulang dimana Va lebih
positif dari Vb maupun Vc, sehingga dioda D1 kembali konduksi serta D2 dan
D3 mem-blok. Demikian seterusnya.

3-3
Dari pembahasan diatas dapat dikatakan bahwa dalam satu siklus
ketiga dioda konduksi secara berurutan dimana setiap dioda akan konduksi
selama 1/3 siklus (atau selama t = 2/3ω). Terlihat dari Gambar 3.2 bahwa
dalam satu siklus dihasilkan tiga buah pulsa. Oleh sebab itu penyearah ini
disebut juga penyearah tiga-fasa “tiga-pulsa”. Persamaan untuk tegangan
output adalah:
Va = Vm sin ωt untuk /6 < ωt < 5/6
Vb = Vm sin (ωt - 2/3) untuk 5/6 < ωt < 3/2
Vc = Vm sin (ωt - 2/3) untuk 3/2 < ωt < 13/6............ (3-4)
Jika f dan T berturut-turut adalah frekuensi dan periode gelombang
tegangan input, serta f’ dan T’ berturut-turut adalah frekuensi dan periode
gelombang tegangan output beban), maka dari Gambar 3.2 terlihat bahwa:
ωT = 2.............................................................................. (3-5)
dan
ωT’ = 2/3 ........................................................................... (3-6)
Sehingga:
T’ = T/3 .............................................................................. (3-7)
dan
F’ = 1/T’ = 3/T = 3f ............................................................ (3-8)
Jadi dapat disimpulkan bahwa frekuensi gelombang output adalah 3 kali
frekuensi gelombang input.
Dengan menggunakan rumus harga rata-rata dan harga efektif, maka untuk
penyerah tiga-fasa setengah gelombang ini didapatkan:
3V m √3
V dc = =0,827 V m....................................................... (3-9)
2
1
3 √3 2
V rms =V m [0,5+ ] =0,8407 V m.......................................... (3-10)
8
Jika Vs adalah harga efektif tegangan input per fasa, maka persamaan (3-9)
dan (3-10) diatas dapat dinyatakan lain:
Vdc = 1,1695 Vs..................................................................... (3-11)
Vrms = 1,189 Vs...................................................................... (3-12)

3-4
Untuk beban resistif dengan resistansi R, berlaku:
Idc = 0,827 Im.......................................................................... (3-13)
Irms = 0,8407 Im ..................................................................... (3-14)
Dimana:
Harga maksimum arus beban = Vm/R
Dalam gambar terlihat pula bahwa arus dioda sama dengan arus sekunder
(input) per fasa. Besarnya adalah:
Is = Id (rms) = 0,4854 Im ........................................................ (3-15)
Is (av) = Id = 0,2757 Im .......................................................... (3-16)

3.3 DIAGRAM RANGKAIAN


D1
a
A1
Trafo 3-Fasa Rm D2
b +
S A2
io
D3
V3 220 V / 380 V c R
Regulator ∆
AC 3 - fasa V2
VO
127 V /220V V1
Y
Rm

_
N

Gambar3.3 Diagram rangkaian penyearah tiga-fasa setengahgelombang


tak terkendali.

3.4 ALAT DAN BAHAN


 Osiloskop
 Regulator ac tiga-fasa
 Dioda
 Ampremeter
 Voltmeter
 Tahanan geser
 Kabel secukupnya

3-5
3.5 PROSEDUR PERCOBAAN
(1) Membuat rangkaian seperti pada Gambar 3.3 dimana beban yang
digunakan tahanan geser 75Ω/3A [Rm adalah resistor dengan 1Ω].
(2) Dalam keadaan output regulator ac tiga-fasa minimum, lalu menutup
saklar S, kemudian menaikkan tegangan antar-fasa dari output regulator
(Vp) hingga tegangan fasa sekunder transformator tiga-fasa mencapai
36 V. [Melihatpenunjukan V1].
(3) Mencatat tegangan fasa pada sekunder transformator 3-fasa.
[Melihat penunjukan V1].
(4) Mencatat harga rata-rata dari tegangan output, arus beban, arus input,
dalam salah satu fasa, dan arus dalam dioda (terlihat pada penunjukan
V2, A2 dan A1). Lalu memasukkan data ke dalam tabel yang telah
disediakan.
(5) Dengan menggunakan osiloskop 2 saluran, mengamati dan
menggambarkan bentuk gelombang dari tegangan beban, arus beban,
arus input dalam salah satu fasa, dan arus dalam salah satu
dioda.Catatan: harus dijaga dalam penggunaan probe agar terminal (+)
tidak terhubung singkat dangan terminal (-).
(6) Mencatat harga efektif (rms) dari tegangan output, arus beban, arus
input dalam salah satu fasa, dan arus dalam salah satu dioda. [Melihat
penunjukan V2, A2 dan A1]. Lalu memasukkan data ke dalam tabel
yang telah disediakan.
(7) Mengulangi langkah ketiga sampai keenam diatas untuk tegangan
output regulator antar-fasa sebesar 30 V.
(8) Mengulangi langkah nomor 1 sampai 6 di atas untuk keadaan beban
induktif (L = 300 mH) dengan tegangan output antar-fasa transformator
tiga-fasa sebesar 39 V dan 35 V.
(9) Tegangan output regulator diatur kembali dan membuka saklar S.
Percobaan selesai.

3-6
3.6 HASIL PERCOBAAN

Tabel 3.1 Tabel hasil pengamatan penyearah tiga-fasa setengah


gelombang

Vs Vdc Idc Is(av) Id Vrms Irms Is Id(rms)


Keterangan
(V) (V) (A) (A) (A) (V) (A) (A) (A)

Beban 36 47 0,62 0,19 0,19 103 1,08 0,50 0,50

Resistif 30 38 0,5 0,17 0,17 84 0,86 0,42 0,42

Beban 39 48 0,62 0,19 0,19 111 1,12 0,51 0,51

Induktif 35 44 0,55 0,18 0,18 96 0,96 0,46 0,46

Tabel 3.2 Tabel hasil pengamatan gelombang pada osiloskop

Bentuk Konstanta
Gambar Beban /
No Gelombang Fy Fx
No Kondisi
yang dipantau (V/div) (ms/div)
1 3.4 vo Beban resistif 20 5
2 3.5 io Vs = 36 V 0,5 5
3 3.6 is= id R = 76 Ω 0,2 5
Beban induktif
4 3.7 vo 20 5
Vs = 39 V
5 3.8 io 0,2 5
R = 76 Ω
6 3.9 is= id 0,2 5
L = 300 mH

3-7
Gambar 3.4 Bentuk gelombang vo dengan Vs = 36 V (Fy = 20 V/div, Fx=
5 ms/div)

Gambar 3.5 Bentuk gelombang io dengan Vs = 36 V (Fy= 0,5 V/div, Fx=


5 ms/div)

3-8
Gambar 3.6 Bentuk gelombang is = id dengan Vs = 36 V (Fy= 0,2 V/div,
Fx = 5ms/div)

Gambar 3.7 Bentuk gelombang vo dengan Vs = 39 V (Fy= 20 V/div, Fx =


5 ms/div)

3-9
Gambar 3.8 Bentuk gelombang io dengan Vs = 39 V (Fy = 0,2 V/div, Fx =
5 ms/div)

Gambar 3.9 Bentuk gelombang is = id dengan Vs = 39 V (Fy= 0,2 V/div,


Fx = 5 ms/div)

3-10
3.7 ANALISIS HASIL PERCOBAAN
3.7.1 Perhitungan Besaran Penyearahan
1.Besaran Penyearahan Teoritis
a. Beban Resistif
Data Pertama
Vs = 36 V ; R = 76 Ω
V s x 3 √6
 Vdc =

36 x 3 √ 6
=

= 42,103 V
V dc
 Idc =
R
42,103
=
76
= 0,55 A
1+3 √ 3
 Vrms = V s √

1+3 √ 3
=36 √

= 42,80 V
V rms
 Irms =
R
42,80
=
76
= 0,563 A
I dc
 Is (av) = Id =
3
0,55
=
3
= 0,18 A
I rms
 Is = Id (rms) =
√3

3-11
0,563
=
√3
= 0,32 A
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.4

b. Beban Induktif
Data Pertama
Vs = 36 V ; R = 76 Ω ; L = 300 mH
V s x 3 √6
 Vdc =

39 x 3 √6
=

= 45,61 V
V dc
 Idc =
R
45,61
=
76
= 0,60 A
1+3 √ 3
 Vrms = V s √

1+3 √ 3
=39 √

= 46,36 V
3x
 Irms =
Vs
R
π√
3x
=
39

76
π

= 0,60 A
V dc
 Is (av) = Id =
3R
45,61
=
3 x 170,2

3-12
= 0,20 A
I rms
 Is = Id (rms) =
√3
0,26
=
√3
= 0,34 A
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.5

2. Besaran Penyearahan Terkoreksi


Untuk menentukan nilai terkoreksi dalam suatu besaran penyearahan,
maka digunakan rumus:
Nilai Hasil Percobaan
Nilai Terkoreksi =
Faktor Koreksi
Untuk menentukan faktor koreksi suatu besaran penyearahan, dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 3.3 Faktor koreksi untuk menentukan nilai terkoreksi
FAKTOR KOREKSI
V dc I dc V rms I rms
0,969 1,05 2,305 1,879

a. Beban Resistif
Data Pertama
Vdc = 47 V ; Idc = 0,62 A ; Vrms = 103 V ; Irms = 1,08 A
V dc 47
 Vdc’ = = = 48,50 V
F k−V 0,969
dc

I dc 0,62
 Idc’ = = = 0,59 A
F k− I 1,05
dc

V dc 103
 Vrms’ = = = 44,69 V
F k−V 2,305
rms

V dc 1,08
 Irms’ = = = 0,57 A
F k− I 1,879
rms

3-13
I s (av) 0,19
 Is(av)’ = Id’ = = = 0,18 A
F k− I 1,05
dc

I d (rms) 0,50
 Id(rms)’ = Is= = = 0,26 A
F k− I rms
1,879
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.4

b. Beban Induktif
Data Pertama
Vdc = 48 V ; Idc = 0,62 A ; Vrms = 111 V ; Irms = 1,12 A
V dc 48
 Vdc’ = = = 49,53 V
F k−V 0,969
dc

I dc 0,62
 Idc’ = = = 0,59 A
F k− I 1,05
dc

V dc 111
 Vrms’ = = = 48,15 V
F k−V 2,305 rms

V dc 1,12
 Irms’ = = = 0,59 A
F k− I 1,879
rms

I s (av) 0,19
 Is(av)’ = Id’ = = = 0,18 A
F k− I 1,05dc

I d (rms) 0,51
 Id(rms)’ = Is = = = 0,27 A
F k− I rms
1,879
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.5

3.7.2 Perhitungan Parameter Penyearahan


1. Parameter Penyearahan Aktual
a. Beban Resistif
Data Pertama

3-14
V rms
 FFV =
V dc
103
=
47
= 2,19
I rms
 FFI =
I dc
1,08
=
0,62
= 1,74
 RFV =√ ¿ ¿
= √ ( 2,19 )2−1
= √ 3,7961
= 1,95
 RFI =√ ¿ ¿
= √ ( 1,74 )2−1
= √ 2,0276
= 1,43
V dc . I dc
 η = x 100%
V rms . I rms
47 x 0,62
= x 100%
103 x 1,08
29,14
= x 100%
111,24
= 26 %
V dc . I dc
 TUF =
3(V ¿ ¿ s . I s )¿
47 x 0,62
=
3(36 x 0,50)
29,14
=
54
= 0,54

3-15
 CF
Dari gambar 3.6 diketahui:
x = Tinggi satu div
y = Tinggi puncak
dimana:
x = 8 mm
y = 19 mm
Fy = 0,2 volt/div
Rm = 1 Ω
Maka,
19
Is(peak) = ×0,2
8
= 0,47
I s( peak)
CF =
Is
0,47
=
0,50
= 0,95
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.4

b. Beban Induktif
Data Pertama
V rms
 FFV =
V dc
111
=
48
= 2,31
 RFV =√ ¿ ¿
= √ ( 2,31 )2−1
= √ 4,3361
= 2,08

3-16
I rms
 FFI =
I dc
1,12
=
0,62
= 1,80
 RFI =√ ¿ ¿
= √ ( 1,80 )2−1
= √ 2,24
= 1,49
V dc . I dc
 η = x 100%
V rms . I rms
48 x 0,62
= x 100%
111 x 1,12

29,76
= x 100%
59,67
= 23 %
V dc . I dc
 TUF =
3(V ¿ ¿ s . I s )¿
48 x 0,62
=
3(39 x 0,51)
29,76
=
124,32
= 0,49
 CF
Dari gambar 3.9 diketahui:
x = Tinggi satu div
y = Tinggi puncak
dimana:
x = 7 mm
y = 13 mm
Fy = 0,2 volt/div
Rm = 1 Ω

3-17
Maka,
13
Is(peak) = ×0,2
7
= 0,37
I s( peak)
CF =
Is
0,37
=
0,51
= 0,72
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.5

2. Parameter Penyearahan Teoritis


a. Beban Resistif
Data Pertama
2
= 2 π + π √3
 FFV=FFI

27 18
= 1,016
 RFV=RFI = √¿ ¿
= √ ( 1,016 )2−1
= 0,182
100
 η =
FF 2
100
= 2
(1,016)
= 96,76 %
27
 TUF =
π √ 12 π 2 +9 π √3
= 0,66
24 π
 CF =
√ 4 π +3 √3
= 2,06
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.4

3-18
b. Beban Induktif
Data Pertama
2 √3
 FFV =π
√ +
27 18 π
= 1,016
2 πx
 FFI =
√ 9
= 1,001
2 √3 1
 RFV =π
√ + −
27 18 π π 2
= 0,182
2 πx
 RFI =
√ 9
−1

= 0,046
2700
 η =
π √ 3 x( 4 π 3 √3)
= 98,26%
9
 TUF =
√ 4 π3 x
= 0,674

 CF =
√ x
= 2,092
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.5

3. Parameter Penyearahan Terkoreksi


Jika nilai yang terkoreksi penuh tidak memenuhi syarat maka akan
diambil nilai yang logis yang mendekati nilai teoritis. Jika FFV’<1 atau
FFI’< 1 maka dicaru nilai yang logis.
Sebagai contoh diambil data dari table 3.1
a. Beban Resistif

3-19
Data Pertama
F k −V dc . V rms
 FFV’ =
F k −V rms. V dc
0,969 x 103
=
2,305 x 47
= 0,92
I rms
 FFI’ =
I dc
1,08
=
0,62
= 1,74
 RFV’ =√ ¿ ¿
= √ ( 0,92 )2−1
= (-0,08)
 RFI’ =√ ¿ ¿
= √ ( 1,74 )2−1
= 1,42
V dc ' . I dc '
η = 100
V rms ' . I rms '
F k V rms . F k I rms .V dc . I dc
= 100
F k V dc . F k I dc .V rms . I rms

2,305 x 1,879 x 47 x 0,62


= 100
0,969 x 1,05 x 103 x 1,08
= 111,51%
Yang Logis :
V dc ' . I dc
η = 100
V rms ' . I rms
48,50 x 0,62
= 100
44,69 x 1,08
= 62,31%
V dc ' . I dc '
TUF =
V s . I s'

3-20
48,50 x 0,59
=
36 x 0,26
28,615
=
9,36
= 3,05
I s( peak)
CF =
Is '
0,47
=
0,26
= 3,61
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.4

b. Beban Induktif
Data Pertama
F k −V dc . V rms
FFV’ =
F k −V rms. V dc
0,969 x 111
=
2,305 x 48
= 0,97
I rms
FFI’ =
I dc
1,12
=
0,62
= 1,80
RFV’ =√ ¿ ¿
= √ ( 0,97 )2−1
= (-0,03)
RFI’ =√ ¿ ¿
= √ ( 1,80 )2−1
= 0,8
V dc ' . I dc '
η = 100
V rms ' . I rms '

3-21
F k V rms . F k I rms .V dc . I dc
= 100
F k V dc . F k I dc .V rms . I rms

2,305 x 1,879 x 48 x 0,62


= 100
0,969 x 1,05 x 111 x 1,12
= 101,90%
Yang Logis :
V dc ' . I dc
η = 100
V rms ' . I rms
49,53 x 0,62
= 100
48,15 x 1,12
= 56,94%
V dc ' . I dc '
TUF =
V s . I s'
49,53 x 0,59
=
39 x 0,27
29,2227
=
10,53
= 2,77
I s( peak)
CF =
Is '
0,37
=
0,27
= 1,37
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.5

3.7.3 Perhitungan presentase kesalahan untuk besaran penyearahan dan


parameter penyearahan
Dari hasil perhitungan diatas maka dapat dibandingkan presentase kesalahan
antara hasil percobaan dan hasil analisa percobaan dengan rumus sebagai
berikut:

3-22
Nilai Terkoreksi
Error (%) = | |
Nilai Teoritis – 1 x100%

Sebagai contoh, diambil data pertama dari hasil perhitungan nilai terkoreksi
dan teoritis.
a. Beban resistif
Data pertama
48,50
 |
Error (%) = 42,10 – 1 x100%|
= 15,2%

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.4

b. Beban induktif
Data pertama
49,53
 |
Error (%) = 45,61 – 1 x100%|
= 8,5%

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.5

3-23
Tabel 3.4 Hasil analisis percobaan dengan beban resistif

Beban Resistif
Item Vs Nilai Nilai Nilai Error
Aktual Teoritis Terkoreksi (%)
V dc 36 47 42,10 48,50 15,2
(V ) 30 38 35,08 39,22 11,8
I dc 36 0,62 0,54 0,59 9,2
(A) 30 0,5 0,45 0,48 6,6
V rms 36 103 42,80 44,69 4,1
(V) 30 84 35,67 36,44 2,1
I rms 36 1,08 0,55 0,57 3,6
(A) 30 0,86 0,46 0,46 0
I s (av ) 36 0,19 0,18 0,18 0
(A) 30 0,17 0,15 0,16 6,6
36 0,50 0,31 0,26 16,1
I s ( A)
30 0,42 0,26 0,22 15,3
36 0,19 0,18 0,18 0
I d ( A)
30 0,17 0,15 0,16 6,6
I d (rms ) 36 0,50 0,31 0,26 100
( A) 30 0,42 0,26 0,22 15,3

FF V 36 2,19 1,01 0,92 8,9


30 2,21 1,01 0,92 8,9
RF V 36 1,95 0,18 -0,08 55,5
30 1,97 0,18 -0,08 55,5
FF I 36 1,74 1,01 1,74 72,2
30 1,72 1,01 1,72 70,2
RF I 36 1,43 0,18 1,42 688,8
30 1,4 0,18 1,39 672,2

Lanjutan Tabel 3.4 Hasil analisis percobaan dengan beban resistif

Beban Resistif
Item Vs Nilai Nilai Nilai Error
Aktual Teoritis Terkoreksi (%)
36 26 96 62,31 35
η (%)
30 26 96 62,59 34,8

3-24
36 0,54 0,66 3,05 362,1
TUF
30 0,50 0,66 2,85 331,8
36 0,95 2,06 3,61 75,2
CF
30 N/A 2,06 N/A N/A

Tabel 3.5 Hasil analisis percobaan dengan beban induktif

Beban Resistif
Item Vs Nilai Nilai Nilai Error
Aktual Teoritis Terkoreksi (%)
V dc 39 48 45,61 49,53 8,5
(V ) 35 44 40,93 45,40 10,9
I dc 39 0,62 0,60 0,59 1,6
(A) 35 0,55 0,53 0,52 1,8
V rms 39 111 46,36 48,15 3,8
(V) 35 96 41,61 42,64 2,4
I rms 39 1,12 0,60 0,59 1,6
(A) 35 0,96 0,53 0,51 3,7
I s (av ) 39 0,19 0,20 0,18 10
(A) 35 0,18 0,17 0,17 0
39 0,51 0,34 0,27 20,5
I s ( A)
35 0,46 0,31 0,24 22,5
39 0,19 0,20 0,18 10
I d ( A)
35 0,18 0,17 0,17 0
Lanjutan Tabel 3.5 Hasil analisis percobaan dengan beban induktif

Beban Resistif
Item Vs Nilai Nilai Nilai Error
Aktual Teoritis Terkoreksi (%)
I d (rms ) 39 0,51 0,34 0,27 20,5
( A) 35 0,46 0,31 0,24 22,5

FF V 39 2,31 1,01 0,97 4,5


35 2,18 1,01 0,91 9,9
RF V 39 2,08 0,18 -0,03 83,3
35 1,93 0,18 -0,08 55,5
FF I 39 1,80 1,00 1,80 80
35 1,74 1,00 1,80 80
RF I 39 1,49 0,04 0,8 1900
35 1,42 0,04 0,8 1900
η (%) 39 23 98,26 56,94 42,0

3-25
35 26 98,26 62,47 36,4
39 0,49 0,67 2,77 313,4
TUF
35 0,50 0,67 2,81 319,4
39 0,72 2,09 1,37 34,4
CF
35 N/A 2,09 N/A N/A

3.8 KESIMPULAN DAN SARAN


3.8.1 Kesimpulan
pada praktikum yang telah dilakukan disimpulkan bahwa
penyearah tak terkendali tiga-fasa setengash glombang atau penyearah
tiga-fasa tiga pulsa tidak hanya menghitung besaran AC saja, tetapi
besaran AC dapat dikonversikan menjasdi besaran DC, terbukti dengasn
tegangan keluarannya dapat memutar motor DC.

3.8.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum semua alat ukur yang akan
digunakan harus diperiksa terlebih dahulu dan dalam membaca alat ukur
sangat diperlukan ketelitian.

3-26
DAFTAR PUSTAKA

PNUP.2016.jobsheet Praktikum Elektronika Daya (Pernyearah Tak Terkendali

Tiga Fasa Setengah Gelombang). Makassar: tidak diterbitkan.

3-27

Anda mungkin juga menyukai