Anda di halaman 1dari 3

MATA KULIAH

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUSKI

TUGAS 15
JUST IN TIME

Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Persyaratan Akademik


Mata Kuliah Model Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Widyatama

Disusun Oleh :

Alqizza Lukmanul Hakim 40521110021

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS WIDYATAMA
SK.Ketua Badan Akrediasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor 204/SK/BAN-PT/Akred/S/I/2018
BANDUNG
2021
1. Apa saja kendala dalam JIT? Jelaskan!
Kendala Just in Time ialah sebagai berikut :
- Perusahaan mengeluarkan biaya pemesanan bahan baku yang lebih tinggi. Ini
dikarenakan perusahaan harus membeli bahan baku sesering mungkin ketika ada
pesanan.
- Pemasok terkadang terlambat dalam mengirim bahan baku, yang menimbulkan
lead time (waktu tunggu) yang tidak tepat. Lead time disini yaitu tenggang waktu
yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku
itu sendiri, dengan adanya keterlambatan pengiriman bahan baku maka kegiatan
produksi menjadi terganggu, karena perusahaan tidak memiliki persediaan.
- Perusahaan harus menambah biaya bahan baku dari produk yang rusak. Harusnya
dengan menerapkan metode just in time, perusahaan dapat mencegah kesalahan
dalam proses produksi agar mencapai zero defect (tidak ada produk yang rusak).
Ini karena prinsip dari just in time menekankan pentingnya zero defect, sehingga
perusahaan dapat menghemat biaya.

2. Apa perbedaan mendasar manajemen persediaan tradisional dan Just In Time?

Perbedaan yang paling mendasar antara manajemen persediaan tradisional dengan


just in time ialah penyediaan stok, dimana manajemen persediaan tradisional
biasanya memuat stok yang banyak tanpa ada forecast/permintaan terlebih dahulu.
Sedangkan untuk metode just in time hanya menyediakan stok ketika ada permitaan.

3. Apakah Just In Time dapat diterapkan di UMKM? Jelaskan jawaban anda!


Menurut saya, metode just in time tidak dapat diterapkan pada jenis usaha skala
UMKM, hal ini dikarenakan permintaan konsumen secara tiba-tiba, misal penjual
seblak, apabila ada pembeli, penjual biasanya hanya tinggal melaksanakan proses
memasak, tidak dengan proses penyediaan bahan baku. Dapat dibayangkan, apabila
ada setiap pembeli datang, sang penjual harus menyediakan/meminta penyediaan
bahan baku ke supplier, tentu saja hal ini dapat mengganggu kelangsungan proses
produksi suatu UMKM.

4. Bagaimana strategi implementasi JIT?


Memulai proses di dalam sebuah fasilitas manufaktur dan menurunkan persediaan
barang dan mempercepat aliran ke pabrik. Jika batch besar tiba di kapal hanya untuk
dipindahkan satu demi satu ke pabrik, total persediaan tidak akan menurun banyak,
bahan baku dan pembelian barang-barang persediaan tetap besar. Barang cacat yang
dikeluarkan dari gudang akan merusak proses produksi. Sebuah pendekatan umum
sekarang adalah mempekerjakan pemasok untuk membangun pembelian dalam JIT.
Agar mendapatkan keinginan pemasok untuk mengirimkan dengan cara JIT, sebuah
perusahaan harus memiliki sebuah jadwal kebutuhan yang relatif pasti untuk
beberapa periode ke depan. Pemasok siap, lalu mencocokkan jadwal produksi mereka
dengan kebutuhan pembeli. Keuntungan dari JIT dapat dinikmati oleh kedua pihak,
pemasok dan pembeli. Pembeli dapat memindahkan produk langsung ke lantai
produksi untuk segera digunakan, mengurangi jumlah kebutuhan ruang
penyimpanan. Kualitas harus tinggi dan pemasok akan menentukan seorang rekan
yaitu perusahaan dan mungkin terutama memilih untuk memasok bagian-bagian lain
dan kontrak untuk masa depan

5. Bagaimana sistem Just-In-Time dapat meminimalkan total biaya persediaan?


Pengurangan waktu setup adalah aspek yang penting bagi suksesnya implementasi
Just In Time. Dengan melihat formula economic order Quantitiy (EOQ) klasik, maka
biaya setup dianggap sebagai sebuah pengganti waktu setup, ketika biaya setup
dikurangi maka nilai EOQ menjadi kecil sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk
mengadakan persediaan menjadi kecil.

Anda mungkin juga menyukai