TEKNOLOGI PENGOLAHAN
BERAS KE BERAS
(Rice to Rice Processing Technology)
Rokhani Hasbullah dan Tajuddin Bantacut
RINGKASAN
Banyakpermasalahan yangdihadapidalam proses pengolahan gabah ke beras, namun
demikian berbagai teknologi terus dikembangkan untuk meminimalkan kehilangan dan
meningkatkan kualitas produk beras. Seiiring dengan bertambahnya jumlah penduduk,
meningkatnya tingkat pendidikan dan pendapatanmaka polakonsumsi masyarakatberobah
dan menuntut pangan (beras) yang bermutu baik.
Tulisan ini membahas tentang teknologi pengolahan beras ke beras yang meliputi
kebutuhan mesin, level teknologi, kapasitas dan konfigurasi mesin yang dapat dijadikan
pertimbangan bagi para investor yang tertarik untuk mendirikan usaha pengolahan Beras
ke Beras (BKB).
Hasil yang dapat disimpulkan adalah bahwa masalah kualitas merupakan hal penting
yang harus segera diperbaiki. Industri pengolahan BKB diharapkan dapat menjadi solusi
dalam memperbaiki kualitas perberasan nasional sekaligus meningkatkan nilai tambah
perberasan di Indonesia.
Bulan
Jumlah pasokan (ton)
2002 2003 2004 2005
Jan 53,071 60,647 55,506 62,804
Peb 59,041 70,009 47.849 61,896
Mar 53,604 77,208 57,550 80,183
Apr 49,309 53,318 55,924 83,492
Mei 58,180 55,255 56,821 74,837
Jun 53,199 64,785 65,604 75,284
Juli 50,540 56,136 72,572 60,148
Ags 59,569 54,865 76,585 69,754
Sep 55.104 61,209 67,620 78,334
Okt 56,318 57,008 70,537 60,831
Nop 51,709 29,494 41,887 45,403
Des 33,496 52,317 69,028 53,201
Jumlah 643,140 692,251 737.483 806,167
Dengan teknologi dan manajemen yang dan meningkatnya efisiensi pengolahan. Hal
sederhana, beras dari penggilingan padi di ini dapat dicapai apabila perusahaan
Indonesia belum dapat bersaing baik di penggilingan memiliki sarana pengolahan
pasaran lokal maupun dunia. Kesulitan seperti pengering dan gudang penyimpanan
pemasaran beras dalam negeri dikarenakan yang memadai, serta penggilingan yang
beberapa faktor sebagai berikut : (i) mutu dilengkapi dengan mesin yang berfungsi untuk
produk relatif rendah, (ii) tingkat efisiensi memisahkan batu, memisahkan butir gabah,
produksi rendah, dan (iii) kepercayaan memisahkan butir kuning, memisahkan beras
konsumen terhadap beras dalam negeri yang kepala dengan butir pecah dan menir dengan
menurun akibat baku mutu yang tidak jelas aliran bahan yang kontinyu, serta gudang
dan terkadang tidak konsisten. Disisi lain, beras dengan kapasitas yang memadai.
pasar beras Indonesia pada saat ini telah Kapasitas Perusahaan Pengolahan
bergeser ke beras bermutu tinggi. berikut Beras ke Beras (PPBKB) dapat dirancang
kemasannya yang menarik dengan ukuran sesuai dengan kemampuan mendapatkan
yang variatif dan cenderung dalam bentuk bahan baku dari produksi beras asalan di
kemasan kecil (5, 10 dan 20 kg) terutama di daerah sekitarnya. Melihat pola pemasukan
daerah perkotaan dan kota besar (propmsi dan dan pengeluaran beras di sentra pemasaran,
ibukota). maka titik temu supply dan demand terjadi
Sejalan dengan perkembangan pada keseimbangan dinamis. Oleh karena itu,
preferensi (perilaku) konsumen, perbaikan PPBKB tidak menciptakan produk dengan
mutu beras harus dilakukan melalui penerapan pangsa baru, tetapi lebih pada pemenuhan
teknologi pengolahan yang tepat. Perbaikan permintaan beras bermutu tinggi dalam
tersebut dapat diukur dengan meningkatnya keseimbangan yang sama. Situasi ini
produktivitas, menurunnya tingkat kehilangan, mempengaruhi pola pengadaan bahan baku
'' Modifikasi SNI No.01-6128-1999 pada Derajat Sosoh dari100% menjadi 95%.
"> Modifikasi SNI No.01-6128-1999 pada Butir Patah dari 25% menjadi 20%, penambahan komponen Beras
Kepala 78%.
(RendemanN
67% J
yang ingin dicapai maka semakin besar Proses pengolahan BKB umumnya
terjadinya susut karena tahapan proses yang meliputi tahapan proses: penerimaan bahan
dilaluinya menjadi semakin panjang. baku, pemilahan berdasarkan varietas dan
mutu, sortasi untuk memisahkan benda asing
Neraca massa pada proses pengolahan
(batu) maupun butir gabah, penyosohan dan
BKB diperlihatkan pada Gambar 2. Dalam pengkilapan, pemisahan butiran (beras
menyusun neraca massa tersebut digunakan kepala, beras patah dan menir), dan
asumsi terjadi susut sebesar 5%, yakni pengemasan seperti diperlihatkan pada
penyusutan yang disebabkan oleh air, debu/ Gambar 3. Urutan proses, berdasarkan sur
kotoran, butir mengapur/rusak, butir vey ke beberapa industri pengolahan BKB,
berbeda antara industri yang satu dengan
menguning, butir gabah dan benda asing.
dengan industri lainnya tergantung kondisi
Hasil survey yang telah dilakukan di beberapa bahan baku, level teknologi yang dimiliki, tar
daerah menunjukkan bahwa pengolahan BKB get mutu yang ingin dicapai, efisiensi dan
dengan mesin sederhana adalah sekitar 3-4%, efektifitas operasionalnya, serta pengalaman
sedangkan jika menggunakan mesin yang dan kemampuan pengelolanya.
Mutul 86 9
Mutu II 91 4
Mutu III 93 2
Beras Asalan
Penerimaan
Bahan Baku
•< >•
PEMILIHAN
• Mutu
. Varietas
SORTASI
Pemisahan batu Batu
Pemisahan gabah Gabah
PEMISAHAN BUTIRAN
Pemisahan menir Menir
H
PENGEMASAN
•s/
BERAS KEMASAN
Gambar 3 : Bagan aiir proses pengolahan beras ke beras (rice to rice processing)
Karakteristik mutu
bahan baku Keputusan dalam pemilihan level teknologi
Kadar air Kadar air berkisar 14.0-15.0, hal inimenunjukkan bahwa kadar
dan butir patah air beras asalan cukup baik untuk diproses langsung tanpa
pengeringan tambahan. Proses pengolahan kembali dapat
menurunkan kadar air beras karena adanya panas yang
ditimbulkan selama proses berlangsung.
Beras kepala, butir utuh Kadar beras kepala bervariasi antara 60-84% sehingga untuk
peningkatan menjadi mutu beras yang lebih tinggi diperlukan
mesin length grader sebagai pemisah beras kepala dan butir
patah.
Butir menir Butir menir berkisar antara 1-5% sehingga diperlukan mesin
rotary shifter untuk memisahkan menir. Pemisahan menir
dilakukan sebelum pengkilapan (shinning) agar kerja mesin
lebih efisien. Menir yang dihasilkan dapat dijual atau diolah
menjadi tepung sebagai penghasilan tambahan (hasil
samping).
Butir mengapur, butir Beras asalan umumnya mengandung butir mengapur, butir
kuning/rusak, kuning/rusak, dan butir merah sehingga diperlukan color sorter
dan butir merah apabila ingin memproduksi beras mutu i dan II. Namun
demikian jika dikehendaki untuk memproduksi beras mutu III
dapat dilakukan by pass tanpa menggunakan color sorter.
Butir gabah dan Sebagian besar beras asalan umumnya mengandung butir
benda asing. gabah dan benda asing sehingga diperlukan paddy separator
untuk memisahkan butir gabah dan destoner untuk
memisahkan benda asing (batu).
Dalam merancang suatu aliran proses setiap tahapan proses dapat dilakukan moni
perlu memperhatikan kondisi bahan baku toring mutu sehingga dihasilkan beras sesuai
(mutu dan varietas), ruangan yang tersedia, dengan klasifikasi mutu yang diinginkan.
level teknologi, kapasitas dan mutu produk Proses produksi berjalan secara kontinyu
yang ingin dicapai serta efisien. Dengan dalam suatu sistem tertutup (closed system)
demikian seyogyanya aliran bahan dapat dimana aliran bahan dikendalikan dengan
masuk pada tahapan proses tertentu sesuai menggunakan bucket elevator dan dialirkan
kondisi bahan baku dan mutu produk yang melalui pipa-pipa.
akan dihasilkan. Setiap keluaran produk pada
Intake
Hodder
1 Conti
Air
Screen
nuous
weig
Mate
rial tank h Desto
Paddy
separa
I
ner
20Tx4 tor
her
•
Length
grader Bin
DDD
Length
grader
Rotary
Shifter
1
Finish
product packing
Sealing/ Finish
tank
Bin Bags
Sewing Product
D DDD DDD D
'
Store Stacking
Outlet Delivery
diperlukan untuk bangunan utama dan Pengolahan beras asalan menjadi beras
bangunan penunjang serta ruang terbuka. bermutu tinggi dengan kemasan yang menarik
Bangunan utama dan penunjang meliputi merupakan peluang usaha yang cukup
ruang produksi maupun non produksi seperti prospektif seiring berkembangnya usaha ritel
kantor, pos jaga dan Iain-Iain. Kebutuhan seperti Carefour, Hero Supermarket, Matahari
ruang untuk kantor disesuaikan dengan Putra Prima, Tiptop Supermarket, Yogya
keperluan, umumnya mencakup ruang untuk Toserba, Gelael, Makro, Superindo, Indomart,
Manage,, Bagian Keuangan dan Bagian Giant, Alfa Retailindo, dan Iain-Iain.
Operasi. Demikian juga ruang non produksi Persaingan pasar semakin ketat, dimana
lainnya ditetapkan sesuai keperluan dengan hanya produk dengan kualitas tinggi dan
metnanfaatkan bangunan yang telah ada. harga bersaing yang akan mampu merebut
Ruang terbuka sangat diperlukan untuk pasar. Oleh karena itu masalah kualitas
menunjang kenyamanan kerja seperti taman. merupakan hal penting yang harus segera
pekarangan dan tempat parkir. Dalam diperbaiki. Industri pengolahan BKB
penyusunar, tata letak bangunan PPBKB. diharapkan dapat menjadi solusi dalam
diperlukan data mengenai kebutuhan ruang memperbaiki kualitas perberasan nasional
dan jenis keterkaitan antar ruang. Untuk sekaligus meningkatkan nilai tambah
mengatasi pencemaran debu dan kebisingan, perberasan di Indonesia. Q
maka proses produksi sebaiknya dilakukan