Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL

TEKNOLOGI PENGOLAHAN
BERAS KE BERAS
(Rice to Rice Processing Technology)
Rokhani Hasbullah dan Tajuddin Bantacut

RINGKASAN
Banyakpermasalahan yangdihadapidalam proses pengolahan gabah ke beras, namun
demikian berbagai teknologi terus dikembangkan untuk meminimalkan kehilangan dan
meningkatkan kualitas produk beras. Seiiring dengan bertambahnya jumlah penduduk,
meningkatnya tingkat pendidikan dan pendapatanmaka polakonsumsi masyarakatberobah
dan menuntut pangan (beras) yang bermutu baik.
Tulisan ini membahas tentang teknologi pengolahan beras ke beras yang meliputi
kebutuhan mesin, level teknologi, kapasitas dan konfigurasi mesin yang dapat dijadikan
pertimbangan bagi para investor yang tertarik untuk mendirikan usaha pengolahan Beras
ke Beras (BKB).
Hasil yang dapat disimpulkan adalah bahwa masalah kualitas merupakan hal penting
yang harus segera diperbaiki. Industri pengolahan BKB diharapkan dapat menjadi solusi
dalam memperbaiki kualitas perberasan nasional sekaligus meningkatkan nilai tambah
perberasan di Indonesia.

PENDAHULUAN menggunakan lamporan kurang baik karena


Permasalahan utama yang dijumpai sangat tergantung pada cuaca yang sering
dalam proses pengolahan gabah/beras antara hujan, (iv) umumnya teknologi dan alat/mesin
lain: (i) mutu gabah masih rendah karena pengolahan gabah/beras yang digunakan
sistem budidaya yang tidak menggunakan sudah tua (ketinggalan) dan sifatnya tidak
paket teknologi yang lengkap, serta terpadu sehingga efisiensinya rendah, dan (v)
penanganan panen dan pascapanen yang limbah sekam dan dedak hasil pengolahan
kurang baik, (ii) panen raya yang terjadi pada gabah/beras belum dikelola dan dimanfaatkan
musim hujan dengan volume yang banyak secara maksimal.
dalam waktu yang bersamaan akan Makin pesatnya pertambahan penduduk
menyulitkan petani untuk melakukan Indonesia, tuntutan pemenuhan jumlah
pengeringan dan penyimpanan, (Hi) sebagian (kuantitas) produksi beras juga terus
besar penggilingan padi tidak dilengkapi meningkat. Disisi lain, dengan makin tingginya
dengan alat pengering mekanis (dryer) dan tingkat pendidikan masyarakat serta dengan
pengeringan dengan sinar matahari mudahnya penyebaran informasi seiring

Edisi No. 48/XV"[/Januan/2007 PANGAN 23


kemajuan teknologi. juga secara bertahap padi tersebut secara umum dapat dikelom-
mengubah pola konsumsi dan cara pandang pokkan menjadi perusahaan penggilingan padi
masyarakat terhadap mutu (kualitas) pangan sederhana (PPS), kecil (PPK), menengah
yang dikonsumsi. Perbaikan daya beli (PPM) dan besar (PPB). PPS, PPK dan PPM
masyarakat yang diharapkan meningkat merupakan mayoritas perusahaan peng
setelah Indonesia keluar dari krisis ekonomi gilingan yang ada di masyarakat. Karakteristik
akan menggeser peta permintaan ke arah PPS dan PPK secara umum menghasilkan
beras bermutu tinggi. beras yang bermutu rendah, skala
Jenis/tipe mesin penggilingan gabah ekonominya kecil dan jangkauan pemasaran
menjadi beras yang dimiliki oleh Penggilingan lokal atau terbatas pada pasar tradisional
Padi Sederhana (PPS) dan Penggilingan Padi bahkan hanya untuk konsumsi sendiri.
Kecil (PPK) sangat bervariasi sehingga tidak Menurut data dari Ditjen Tanaman Pangan
dapat memenuhi standar mutu yang dituntut Deptan, sebagian besar penggilingan padi
oleh pasar. Pemenuhan kebutuhan konsumen berada di Jawa yaitu mencapai 61.525 unit
akan beras dengan berbagai tingkat mutu atau sekitar 72 % dari total nasional (110.611
perlu diikuti dengan perbaikan penggunaan unit). Dari jumlah tersebut, propinsi Jawa Barat
teknologi yang lebih maju dan terintegrasi menduduki urutan pertama (31.842 unit)
secara komprehensif. PPS dan PPK yang disusul Jawa Timur (18.894 unit) dan Jawa
jumlahnya cukup banyak dan tersebar di Tengah (9.551 unit). Dengan melihat jumlah
seluruh Indonesia perlu bekerjasama untuk produksi padi dan sebaran penggilingan padi
menghasilkan beras dengan mutu yang lebih di Indonesia, nampaknya pendirian usaha
baik. Kehadiran investor baru untuk men- pengolahan BKB di Pulau Jawa cukup
dirikan pusat pengolahan ulang (reprocessing) beralasan dalam hal ketersediaan bahan baku.
dari beras bermutu rendah atau asalan yang Bahan baku bagi industri pengolahan BKB
diproduksi oleh PPS, PPK dan sebagian tidak tergantung pada musim panen, karena
Penggilingan Padi Menengah (PPM) menjadi beras asalan selalu ada sepanjang tahun.
beras dengan mutu tinggi diharapkan dapat Tabel 1 memperlihatkan pasokan beras
membangun mutualisme atau hubungan yang di pasar induk Cipinang selama empat tahun
saling menguntungkan. Makaiah ini mem terakhir. Data tersebut menunjukkan bahwa
bahas teknologi pengolahan beras ke beras pasokan beras mengalami peningkatan
yang meliputi kebutuhan mesin, ievel selama periode tahun 2004-2005. Dengan
teknologi, kapasitas dan konfigurasi mesin asumsi bahwa pasokan setara dengan
yang dapat dijadikan pertimbangan bagi para permintaan, maka volume perdagangan beras
investor yang tertarik untuk mendirikan usaha di Jakarta akan terus meningkat di masa
pengolahan Beras ke Beras (BKB). mendatang. Pemasukan beras selain Pasar
Induk juga sangat besar. Fakta di lapangan
MENGAPA PENGOLAHAN BERAS KE menunjukkan bahwa pembelian beras
BERAS langsung dari penggilingan padi oleh
pedagang Jakarta sangat besar. Demikian
Potensi Bahan Baku dan Pemasaran
juga dengan pembelian dari pasar iain,
misalnya Pasar Johar Bekasi. Total volume
Jumlah penggilingan padi di Indonesia
pasokan beras di DKI Jakarta diperkirakan
sudah cukup banyak, namun mutu beras yang
mencapai satu setengah juta ton/tahun.
dihasilkan masih sangat rendah. Penggilingan

24 PANGAN Edisi No. 48/XVI/Januari/2007


Tabel 1. Pemasukan beras varietas IR di Pasar Induk Cipinang Jakarta

Bulan
Jumlah pasokan (ton)
2002 2003 2004 2005
Jan 53,071 60,647 55,506 62,804
Peb 59,041 70,009 47.849 61,896
Mar 53,604 77,208 57,550 80,183
Apr 49,309 53,318 55,924 83,492
Mei 58,180 55,255 56,821 74,837
Jun 53,199 64,785 65,604 75,284
Juli 50,540 56,136 72,572 60,148
Ags 59,569 54,865 76,585 69,754
Sep 55.104 61,209 67,620 78,334
Okt 56,318 57,008 70,537 60,831
Nop 51,709 29,494 41,887 45,403
Des 33,496 52,317 69,028 53,201
Jumlah 643,140 692,251 737.483 806,167

Sumber: Perum BULOG Jakarta

Dengan teknologi dan manajemen yang dan meningkatnya efisiensi pengolahan. Hal
sederhana, beras dari penggilingan padi di ini dapat dicapai apabila perusahaan
Indonesia belum dapat bersaing baik di penggilingan memiliki sarana pengolahan
pasaran lokal maupun dunia. Kesulitan seperti pengering dan gudang penyimpanan
pemasaran beras dalam negeri dikarenakan yang memadai, serta penggilingan yang
beberapa faktor sebagai berikut : (i) mutu dilengkapi dengan mesin yang berfungsi untuk
produk relatif rendah, (ii) tingkat efisiensi memisahkan batu, memisahkan butir gabah,
produksi rendah, dan (iii) kepercayaan memisahkan butir kuning, memisahkan beras
konsumen terhadap beras dalam negeri yang kepala dengan butir pecah dan menir dengan
menurun akibat baku mutu yang tidak jelas aliran bahan yang kontinyu, serta gudang
dan terkadang tidak konsisten. Disisi lain, beras dengan kapasitas yang memadai.
pasar beras Indonesia pada saat ini telah Kapasitas Perusahaan Pengolahan
bergeser ke beras bermutu tinggi. berikut Beras ke Beras (PPBKB) dapat dirancang
kemasannya yang menarik dengan ukuran sesuai dengan kemampuan mendapatkan
yang variatif dan cenderung dalam bentuk bahan baku dari produksi beras asalan di
kemasan kecil (5, 10 dan 20 kg) terutama di daerah sekitarnya. Melihat pola pemasukan
daerah perkotaan dan kota besar (propmsi dan dan pengeluaran beras di sentra pemasaran,
ibukota). maka titik temu supply dan demand terjadi
Sejalan dengan perkembangan pada keseimbangan dinamis. Oleh karena itu,
preferensi (perilaku) konsumen, perbaikan PPBKB tidak menciptakan produk dengan
mutu beras harus dilakukan melalui penerapan pangsa baru, tetapi lebih pada pemenuhan
teknologi pengolahan yang tepat. Perbaikan permintaan beras bermutu tinggi dalam
tersebut dapat diukur dengan meningkatnya keseimbangan yang sama. Situasi ini
produktivitas, menurunnya tingkat kehilangan, mempengaruhi pola pengadaan bahan baku

Edisi No. 48/XVI/Januari/2007 PANGAN 25


yang antara lain dapat ditempuh melalui pola harga beli sudah lebih mahal. Pengadaan ini
kerjasama dengan PPS, PPK dan PPM. Pola dapat dilakukan untuk mengisi kekosongan
pemasaran beras oleh penggilingan padi relatif pada saat-saat tertentu apabila terjadi
sama, dimana pembeli datang dengan kekurangan bahan baku dari penggilingan.
mekanisme pasar normal (tidak ada intervensi,
dan sebagian ada kontrak tidak tertulis) serta Pengolahan BKB Meningkatkan Nilai
harga pembelian berlaku sesuai dengan pasar. Tambah
Semua penggilingan padi terbuka untuk Perusahaan pengolahan BKB (PPBKB)
bekerjasama. adalah suatu usaha dengan kegiatan utama
Upaya membangun kerjasama dapat pengolahan beras bermutu rendah menjadi
dilakukan dengan melakukan kontrak beras bermutu tinggi. Bahan baku berupa
pembelian dalam periode tertentu. Pembelian beras pecah kulit (brown rice) maupun beras
di awal adalah salah satu cara yang dinilai asalan dapat diperoleh dari pengusaha
efektif karena sebagian besar penggilingan penggilingan padi (PPS, PPK, PPM) dan pasar
padi menginginkan kepastian pasar. Disisi induk di sentra produksi dan diolah kembali
lain, PPBKB juga memerlukan jaminan dengan menggunakan teknologi modern.
pasokan bahan baku. Untuk membuat Dalam pengembangan lebih lanjut, hasil
perjanjian ini perlu dibuat kesepakatan samping berupa katul/dedak dan menir dapat
menurut daya, kemampuan dan mutu beras diolah sehingga mempunyai nilai ekonomis.
penggilingan. Variasi antar mereka (dalam Katul/dedak dapat diolah menjadi minyak
harga) sangat dimungkinkan karena dedak (rice branoil), bahan baku pakan ternak
perbedaan teknologi (peralatan dan mesin) dan pangan fungsional. Menir dapat diolah
sehingga mutu berasnya juga berbeda. menjadi bahan baku industri yaitu tepung
Analisis mutu produk dilakukan dan disepakati beras dan pati beras. Ketersediaan tepung dan
bersama karena biaya produksi dan marjin pati beras akan mendorong industri hilir
PPBKB sangat sensitif terhadap mutu bahan pengolahan produk-produk berbasis tepung
baku. dan pati beras seperti mie beras, pasta beras,
Berbeda dengan gabah, beras adalah bihun dan produk bakery.
produk yang tidak pernah hilang dengan Tahapan proses utama dalam PPBKB
transaksi nyata yang hampir sama sepanjang adalah proses sortasi (pemisahan), destoning
tahun. Lonjakan harga pada saat tertentu (pemisahan batu), wr)/'ten/ng(pemutihan) dan
adalah sinyal terjadinya pengadaan stock baik grading (pemisahan) mutu sesuai ceruk pasar
di tingkat industri maupun rumah tangga. Oleh yang membutuhkan. Aplikasi teknologi modern
karena itu, pasar juga merupakan sumber diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah
bahan baku. yang dinikmati oleh usaha penggilingan padi
Pengamatan di beberapa pasar induk kecil melalui sistem kemitraan antara PPS.
memperlihatkan bahwa transaksi terjadi dalam PPK dan PPBKB yang saling menguntungkan
berbagai tingkatan (mulai dari partai kecil, dalam perbaikan mutu.
sedang sampai partai besar (truk). Transaksi PPBKB secara rinci mempunyai tujuan
kecil dan menengah terjadi antara pedagang antara lain: (i) untuk mendapatkan nilai tambah
di pasar dengan pembeli yang jumlahnya ekonomi dari konversi beras mutu rendah atau
berkisar dari satuan kg sampai dengan ton. asalan produksi PPS, PPK, dan PPM menjadi
Transaksi volume besar terjadi antara beras bermutu tinggi dengan menggunakan
pedagang yang datang dari luar (representasi konfigurasi teknologi pengolahan beras yang
dari penggilingan) membawa beras dalam truk efektif dan efisien, (ii) sebagai salah satu
dengan pembeli melalui proses tawar- gerbang untuk mengembangkan usaha beras
menawar yang kompetitif. Dari sudut pandang komersial, (iii) untuk mengembangkan jalinan
pembiayaan, pengadaan partai besar lebih sistem kemitraan dengan penggilingan padi
menguntungkan, tetapi sudah melibatkan kecil, (iv) memantapkan pasar bagi
marjin bagi pedagang perantara sehingga perusahaan penggilingan padi kecil dengan

26 PANGAN Edisi No. 48/XVI/Januari/2007


kepastian harga yang lebih baik, dan (vi) masing daerah. Hal ini disebabkan adanya
membangun dan memantapkan bisnis perbedaan cara-cara penggolongannya.
produksi beras berkulitas tinggi. Beberapa cara penggolongan yang banyak
diterapkan dan dipraktekkan, yaitu: (i)
UPGRADING MUTU BERAS ASALAN berdasarkan varietas padi, (ii) berdasarkan
Klasifikasi Mutu Beras asal daerahnya, (iii) berdasarkan cara
pengolahannya, (iv) berdasarkan tingkat
Selain melihatdari sisi ketersediaannya, penyosohannya, dan (v) berdasarkan
dalam merancang pendirian PPBKB perlu gabungan antara varietas padi dengan tingkat
memperhatikan karakteristik bahan bakunya. penyosohannya (Winarno, 2004).
Mutu bahan baku yang diperoleh dari PPS dan Perbedaan tingkatteknologi pengolahan
PPK sangat bervariasi karena diproduksi oleh sangat mempengaruhi mutu beras yang
penggilingan yang tingkat teknologinya dihasilkan khususnya dalam komponen
beragam. Karakterisitik bahan baku penting mutunya seperti derajat sosoh, kadar air, beras
untuk diketahui karena terkait dalam pemilihan patah, menirdan sebagainya. Level teknologi
level teknologi yang akan digunakan dan pengolahan sangat menentukan dalam
analisis neraca massa dalam penghitungan upgrading mutu beras asalan. Alat/mesin yang
rendemen. digunakan serta umur alat/mesin tersebut
Umumnya mutu beras yang ada di secara langsung berpengaruh terhadap mutu
pasaran sangat bervariasi dan sebutan beras yang dihasilkan.
namanya beragam tergantung masing-

Tabel 2. Standarmutu beras nasional.

No. Komponen Mutu Mutu


I II III") IV' V

1 Derajat sosoh (% min) 100 100 95 95 85

2 Kadar air (% maks) 14 14 14 14 15

3 Beras kepala (% min) 100 95 84 78 60

4 Butir utuh (% min) 60 50 40 35 35

5 Butir patah (% maks) 3 5 15 20 35

6 Butir menir (% maks) 0 C 1 2 5

7 Butir merah (% maks) 0 0 1 3 3

8 Butir kuning/rusak (% maks) 3 0 1 3 5

9 Butir mengapur (% maks) 0 0 1 3 5

10 Benda asing (% maks) 0 0 0.02 0.02 0.2

11 Butir gabah (butir/100 g maks) 0 0 1 1 3

12 Campuran varietas lain (% maks) 5 5 5 5 10

'' Modifikasi SNI No.01-6128-1999 pada Derajat Sosoh dari100% menjadi 95%.
"> Modifikasi SNI No.01-6128-1999 pada Butir Patah dari 25% menjadi 20%, penambahan komponen Beras
Kepala 78%.

Edisi No. 48/XVI/Januan/2007 PANGAN 27


Klasifikasi mutu dilakukan melalui mutu IV, V dan off grade menjadi mutu I II
standarisasi yang mengacu pada SNI No.01- dan III.
6128-1999 tentang standar mutu beras. PPK, PPS dan PPMmenghasilkan beras
Persyaratan mutu tersebut meliputi dengan mutu yang relatif rendah (maksimum
persyaratan kualitatif dan kuantitatif. Standar mutu SNI III). Ini berarti bahwa beras yang
mutu beras nasional yang dikeluarkan SNI dan dihasilkan adalah bahan baku bagi PPBKB
standar yang telah di modifikasi oleh BULOG yang menempati posisi sebagai penghasil
dapat dilihat pada Tabel 2. beras mutu tinggi melalui reprocessing dan
Syarat-syarat dan standar mutu beras upgrading mutu beras asalan.
yang harus dipenuhi diatas, mempertim-
bangkan dua faktor penting. Pertama adalah Neraca Massa
pertimbangan yang erat kaitannya dengan
penyimpanan. Beras sedapat mungkin Pada pengolahan gabah kering giling
memiliki daya simpan yang tinggi atau lama. (GKG) menjadi beras sosoh umumnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya diperoleh rendemen sekitar 67 % pada
simpan tersebut, yaitu: derajat sosoh, kadar penggilingan padi modern. Komposisi beras
air dan kebersihan beras dari dedak atau sosoh ini meliputi beras kepala (53 %), butir
bekatul. Kedua adalah pertimbangan yang ada patah besar (8 %), butir patah kecil (4 %) dan
hubungannya dengan syarat-syarat mutu yang menir (2 %). Gambar 1 menunjukkan neraca
berlaku dalam perdagangan, seperti: massa pada pengolahan GKG menjadi beras
persentase beras patah, menir, kepala, dan sosoh pada penggilingan padi modern di In
donesia.
sebagainya. PPBKB dapat mengolah beras

(RendemanN
67% J

Gambar 1 : Neraca massa pengolahan gabah

28 PANGAN Edisi No. 48/XVI/Januari/2007


Dalam hal pengolahan beras asalan lebih lengkap dan modern adalah sekitar 4-
menjadi produk akhir sesuai mutu yang 5%. Berdasarkan asumsi tersebut, perkiraan
diinginkan juga akan terjadi susut (losses).
rendemen beras hasil pengolahan BKBadalah
Besarnya susut bervariasi tergantung mutu
beras asalan (kadar butiran gabah. benda seperti pada Tabel 3.
asing/batu, butir mengapur, butir kuning dan TEKNOLOGI PENGOLAHAN BKB
kotoran lainnya) dan mutu beras akhir yang
ingin dicapai. Semakin tinggi mutu beras akhir Aliran Proses

yang ingin dicapai maka semakin besar Proses pengolahan BKB umumnya
terjadinya susut karena tahapan proses yang meliputi tahapan proses: penerimaan bahan
dilaluinya menjadi semakin panjang. baku, pemilahan berdasarkan varietas dan
mutu, sortasi untuk memisahkan benda asing
Neraca massa pada proses pengolahan
(batu) maupun butir gabah, penyosohan dan
BKB diperlihatkan pada Gambar 2. Dalam pengkilapan, pemisahan butiran (beras
menyusun neraca massa tersebut digunakan kepala, beras patah dan menir), dan
asumsi terjadi susut sebesar 5%, yakni pengemasan seperti diperlihatkan pada
penyusutan yang disebabkan oleh air, debu/ Gambar 3. Urutan proses, berdasarkan sur
kotoran, butir mengapur/rusak, butir vey ke beberapa industri pengolahan BKB,
berbeda antara industri yang satu dengan
menguning, butir gabah dan benda asing.
dengan industri lainnya tergantung kondisi
Hasil survey yang telah dilakukan di beberapa bahan baku, level teknologi yang dimiliki, tar
daerah menunjukkan bahwa pengolahan BKB get mutu yang ingin dicapai, efisiensi dan
dengan mesin sederhana adalah sekitar 3-4%, efektifitas operasionalnya, serta pengalaman
sedangkan jika menggunakan mesin yang dan kemampuan pengelolanya.

Gambar 2 : Neraca massa pada pengolahan BKB.

Edisi No. 48/XVI/Januari/2007 PANGAN 29


Tabel 3. Perkiraan rendemen pada pengolahan BKB.

Produk Beras Rendemen Butir patah


(%) kecil dan menir
(%)

Mutul 86 9
Mutu II 91 4
Mutu III 93 2

Beras Asalan

Penerimaan
Bahan Baku

•< >•

PEMILIHAN
• Mutu
. Varietas

SORTASI
Pemisahan batu Batu
Pemisahan gabah Gabah

PENYOSOHAN & PENGKILAPAN


• Penyosohan
Katul
- Pengkilapan

PEMISAHAN BUTIRAN
Pemisahan menir Menir

Pemisahan beras kepala


Butir kuning/
mengapur
Pemisahan butir berwarna

H
PENGEMASAN

•s/

BERAS KEMASAN

Gambar 3 : Bagan aiir proses pengolahan beras ke beras (rice to rice processing)

30 PANGAN Edisi No. 48/XVI/Januari/2007


(1) Penerimaan bahan baku Demikian pula pada mesin shining juga
Bahan baku berupa beras asalan dilengkapi dengan alat ini. Setiap
diperoleh dari hasil PPS, PPK dan PPM. melewati tahapan proses pemutihan
serta pasar induk sentra produksi. Beras dilakukan pemisahan menir
asalan dituangkan dalam receiver hop menggunakan mesin pengayak (rotary
per (intake hopper) yang diletakkan lebih shifter).
rendah dibandingkan permukaan lantai (5) Pemisahan butiran
agar mudah untuk menuangkannya. Setelah melewati tahap penyosohan
Melalui bucket elevator, beras asalan selanjutnya dilakukan pemisahan beras
kemudian ditimbang menggunakan alat patah (broken) dan beras kepala
timbang kontinyu (continuous weigher) menggunakan mesin pemisah butiran
untuk mengetahui beratnya kemudian (length grader) dan hasilnya ditampung
ditampung pada tangki penampungan dalam bak penampungan (bin length
(storage bin) sesuai varietas dan grader). Persentase broken yang
mutunya. diinginkan sesuai klasifikasi mutu dapat
(2) Pemilahan bahan baku diatur secara otomatis menggunakan
Bahan baku dipilah sesuai varitas dan mesin ini.

mutunya, kemudian disimpan dalam bak (6) Pengemasan


penampungan (storage bin) yang ber Produk beras yang siap untuk
beda. Jumlah storage bin disesuaikan dikemas ditempatkan dalam bak produk
dengan banyaknya klasifikasi varietas jadi (finish good bin) sesuai varietas dan
yang akan ditangani. klasifikasi mutu untuk selanjutnya
(3) Sortasi dilakukan proses pengemasan. Fasilitas
Sebelum dilakukan pemolesan pengemasan meliputi bak pengepakan
(withening), dilakukan sortasi yang (packing bin), timbangan otomatis (aufo
bertujuan untuk memisahkan benda weigher) dan mesin perekat/jahit (seal
asing seperti batu dengan menggunakan ing/sewing machine). Timbangan
mesin pemisah batu (destoner) dan otomatis terdiri dari dua macam ukuran,
butiran gabah dengan menggunakan yaitu skala 0-10 kg untuk kemasan 5 kg
mesin pemisah gabah (paddyseparator). dan 0-40 kg untuk kemasan 10 atau 20
(4) Penyosohan dan Pengkilapan kg
Tahap penyosohan meliputi proses Pemilihan level teknologi didasarkan
pemutihan menggunakan mesin pemutih pada karakteristik bahan baku serta dengan
(rice withening) dan pengkilapan memperhatikan kelas mutu yang ingindicapai.
menggunakan mesin pengkilap (shin Dengan mengasumsikan bahan baku
ning). Pada mesin withening dilengkapi termasuk dalam klasifikasi mutu III, IV dan V,
kipas pengumpul katul (bran collecting maka dapat dipilih level teknologi seperti
fan) yang berfungsi untuk mengangkut disajikan pada Tabel 4.
katul yang dihasilkan menuju cyclone.

Edisi No. 48/XVI/Januari/2007 PANGAN 31


Tabel 4. Karakteristik mutu bahan baku dan kaitannya dengan pemilihan level teknologi.

Karakteristik mutu
bahan baku Keputusan dalam pemilihan level teknologi

Derajat sosoh Nilai derajat sosoh berkisar antara 85-95 %, sehingga


diperlukan mesin penyosohan (withening machine) dan atau
pengkilapan (shinning machine).

Kadar air Kadar air berkisar 14.0-15.0, hal inimenunjukkan bahwa kadar
dan butir patah air beras asalan cukup baik untuk diproses langsung tanpa
pengeringan tambahan. Proses pengolahan kembali dapat
menurunkan kadar air beras karena adanya panas yang
ditimbulkan selama proses berlangsung.

Beras kepala, butir utuh Kadar beras kepala bervariasi antara 60-84% sehingga untuk
peningkatan menjadi mutu beras yang lebih tinggi diperlukan
mesin length grader sebagai pemisah beras kepala dan butir
patah.

Butir menir Butir menir berkisar antara 1-5% sehingga diperlukan mesin
rotary shifter untuk memisahkan menir. Pemisahan menir
dilakukan sebelum pengkilapan (shinning) agar kerja mesin
lebih efisien. Menir yang dihasilkan dapat dijual atau diolah
menjadi tepung sebagai penghasilan tambahan (hasil
samping).

Butir mengapur, butir Beras asalan umumnya mengandung butir mengapur, butir
kuning/rusak, kuning/rusak, dan butir merah sehingga diperlukan color sorter
dan butir merah apabila ingin memproduksi beras mutu i dan II. Namun
demikian jika dikehendaki untuk memproduksi beras mutu III
dapat dilakukan by pass tanpa menggunakan color sorter.

Butir gabah dan Sebagian besar beras asalan umumnya mengandung butir
benda asing. gabah dan benda asing sehingga diperlukan paddy separator
untuk memisahkan butir gabah dan destoner untuk
memisahkan benda asing (batu).

Dalam merancang suatu aliran proses setiap tahapan proses dapat dilakukan moni
perlu memperhatikan kondisi bahan baku toring mutu sehingga dihasilkan beras sesuai
(mutu dan varietas), ruangan yang tersedia, dengan klasifikasi mutu yang diinginkan.
level teknologi, kapasitas dan mutu produk Proses produksi berjalan secara kontinyu
yang ingin dicapai serta efisien. Dengan dalam suatu sistem tertutup (closed system)
demikian seyogyanya aliran bahan dapat dimana aliran bahan dikendalikan dengan
masuk pada tahapan proses tertentu sesuai menggunakan bucket elevator dan dialirkan
kondisi bahan baku dan mutu produk yang melalui pipa-pipa.
akan dihasilkan. Setiap keluaran produk pada

32 PANGAN Edisi No. 48/XVI/Januari/2007


Dengan memperhatikan hal-hal diatas dirancang PPBKB dengan kapasitas 3-5 ton/
maka rancangan bagan aiir proses pada jam beras dan bersifat expandable.
PPBKB yang ideal adalah seperti pada Konfigurasi Mesin
Gambar 4. Pada level teknologi ini, bahan Berdasarkan rancangan bagan aiir
baku at any quality dapat diproses menjadi proses dapat diidentifikasi kebutuhan alat/
produk kualitas tinggi termasuk mutu SNI I, II mesin yang akan digunakan. Kebutuhan alat/
dan III. mesin utama serta fungsinya dapat dijelaskan
Mengenai penetapan kapasitas produksi, sebagai berikut:
sebaiknya ditentukan berdasarkan (1) Intakehopper, berfungsi sebagai fasilitas
kemampuan pengadaan bahan baku (beras untuk penerimaan bahan baku. Intake
asalan), distribusi beras (penyerapan pasar), hopper dipasang pada ketinggian rata
kapasitas mesin pada setiap tahapan proses dengan permukaan lantai untuk
serta kelayakan secara finansial. Penentuan memudahkan pemasukan bahan baku.
kapasitas dapat diketahui melalui survey (2) Air screen cleaner, berfungsi untuk
ketersediaan bahan baku dan penyerapan membersihkan kotoran debu dari beras
pasar, studi banding pada beberapa industri asalan dengan menggunakan winnower.
penggilingan padi dan industri alat/mesin (3) Continuous weigher, berfungsi untuk
penggilingan padi, serta identifikasi spesifikasi menimbang bahan baku sebelum
mesin-mesin pengolahan gabah/beras. dimasukkan ke dalam bak tanki bahan
Namun demikian, pada tahap awal dapat saja baku (material tank)

Intake
Hodder

1 Conti
Air
Screen
nuous

weig
Mate
rial tank h Desto
Paddy
separa

I
ner
20Tx4 tor
her


Length
grader Bin

DDD
Length
grader
Rotary
Shifter
1
Finish
product packing
Sealing/ Finish
tank
Bin Bags
Sewing Product

D DDD DDD D

'
Store Stacking
Outlet Delivery

Gambar 4 : Rancangan bagan aiir proses pengolahan BKB

Edisi No. 48/XVl/Januari/2007 PANGAN 33


(4) Material tank, berfungsi sebagai wadah menghembuskan kabut air sehingga
untuk menampung bahan baku setelah diperoleh beras putih yang mengkilap.
dilakukan penimbangan. (11) Length grader adalah mesin yang
(5) Destoner adalah mesin untuk berfungsi untuk memisahkan jenis beras
memisahkan batu dari beras. Konstruksi patah dari beras kepala berdasarkan
mesin ini terdiri dari unit pengumpan ukuran panjang beras. Butir patah yang
(hopper), unitpemisah, unitpengeluaran penjangnya lebih dari separuh panjang
dan unit penggerak. beras kepala tidak dapat dipisahkan
(6) Paddy separator berfungsi untuk dengan ayakan biasa, oleh karena itu
memisahkan gabah dari beras. Gerakan mesin ini sangat dibutuhkan untuk
eksentrik oleh roda gila (flywhee\) mendapatkan produk berkualitas tinggi.
mengubah gerak putar menjadi gerak (12) Finish product tank adalah tangki
bolak-balik (horizontal) yang bekerja penampungan sementara dari beras
sebagai sistem pengayakan yang akan yang dihasilkan untuk menunggu proses
menggetarkan talam pemisah. Talam pengemasan.
pemisah ini menampi secara terus (13) Auto bagging machine adalah mesin
menerus menyebabkan butir gabah yang berfungsi untuk mengkemas beras
terpisah. secara otomatis berdasarkan ukuran
(7) Withening machine (mesin pemutih berat tertentu, umumnya 5, 10, dan 20
beras) merupakan proses pemolesan kg-
lanjutan yang bertujuan untuk mengupas (14) Quality control device merupakan
kulit ari sehingga diperoleh beras putih. peralatan yang diperlukan untuk analisis
(8) Rice rotary shifter berfungsi untuk mutu beras yang dihasilkan, meliputi
memisahkan beras patah yang terjadi instrumen untuk penimbangan sampel,
selama proses penyosohan. Mesin ini pengukuran kadar air (moisture meter),
terdiri dari beberapa ukuran ayakan dan instrumen lainnya untuk pemutuan
(screen) yang masing-masing dihubung- beras.
kan dengan suatu outlet untuk hasil beras Pada dasarnya konfigurasi alat/mesin
kepala super, beras kepala medium, pengolahan BKB tersebut secara garis besar
beras patah dan menir serta dedak halus. dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu:
(9) Color sorter berfungsi untuk memisahkan (i) raw material handling part, (ii) millingpart,
beras berwarna maupun benda asing (Hi) packing part, dan (iv) dust collecting part
lainnya berdasarkan sensor optik dan alat pendukung lainnya. Diagram
sehingga diperoleh beras berkualitas konfigurasi mesin pengolahan BKB
tinggi. diperlihatkan pada Gambar 5.
(10) Shinning machine (mesin pengkilap)
berfungsi untuk memoles beras dengan

34 PANGAN Edisi No. 48/XVI/Januari/2007


Gambar 5 : Diagram aliran proses pengolahan BKB sesuai konfigurasi mesin

Edisi No. 48/XVI/Januari/2007 PANGAN 35


Pemilihan Lokasi dan Tata Letak Pabrik secara closed system', dimana aliran bahan
Pemilihan lokasi PPBKB merupakan dari tahapan proses yang satu ke tahapan
bagian dari proses pengambilan keputusan proses selanjutnya dilakukan secara tertutup
jangka panjang. Idealnyalokasi PPBKB harus menggunakan sistem conveyor/elevator.
dekat dengan bahan baku dan daerah Tata letak bangunan PPBKB didasarkan
pemasaran. Dengan kata lain, satuan biaya pada rancangan proses yang ditetapkan. Dari
produksi dan distribusi dapat ditekan pada penentuan tahapan proses selanjutnya
tingkat minimum sehingga dapat menghasil diketahui kebutuhan alat/mesin pengolahan
kan keuntungan yang maksimum. Faktor- dan kebutuhan bahan bakunya sehingga
faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi secara ekonomi efisien. Kebutuhan ruang
PPBKB antara lain sebagai berikut: PPBKB meliputi ruang produksi dan non
produksi yang secara keseluruhan terbagi
(1) Jarak dengan sumber bahan baku dalam beberapa pusat aktivitas: (1) proses
(2) Jarak dengan daerah pemasaran produksi, yang meliputi ruang penerimaan
(3) Sarana transportasi bahan baku, reprocessing, pengemasan, dan
(4) Tersedianya tenaga kerja pengawasan mutu, (2) penyimpanan produk
(5) Tersedianya fasilitas tenaga listrik jadi, (3) outlet pemasaran, (4) perlengkapan
(6) Tersedianya fasilitas pembuangan umum dan workshop, (5) kantor dan ruang
limbah
manager, dan (6) laboratorium pengujian
(7) Harga bahan bakar dan pelumas mutu.
(8) Tersedianya tanah Alat dan mesin yang akan digunakan
(9) Peraturan-peraturan yang berlaku dalam proses produksi perlu pengaturan
(10) Sikap dan ukuran komunitas secara cermat sehingga tidak mengganggu
(11) Fasilitas komunitas aliran bahan dan prosesnya berjalan secara
(12) Daerah industri efisien. Untuk menentukan tata letak mesin
(13) Kemungkinan perluasan pada masa perlu memperhatikan aliran proses, dimensi
yang akan datang alat dan jumlahnya serta kebutuhan tenaga
Setelah lokasi untuk pendirian PPBKB masing-masing alat.
dipilih, tahap selanjutnya adalah pengaturan
tata letak yaitu pengaturan suatu areal yang PENUTUP

diperlukan untuk bangunan utama dan Pengolahan beras asalan menjadi beras
bangunan penunjang serta ruang terbuka. bermutu tinggi dengan kemasan yang menarik
Bangunan utama dan penunjang meliputi merupakan peluang usaha yang cukup
ruang produksi maupun non produksi seperti prospektif seiring berkembangnya usaha ritel
kantor, pos jaga dan Iain-Iain. Kebutuhan seperti Carefour, Hero Supermarket, Matahari
ruang untuk kantor disesuaikan dengan Putra Prima, Tiptop Supermarket, Yogya
keperluan, umumnya mencakup ruang untuk Toserba, Gelael, Makro, Superindo, Indomart,
Manage,, Bagian Keuangan dan Bagian Giant, Alfa Retailindo, dan Iain-Iain.
Operasi. Demikian juga ruang non produksi Persaingan pasar semakin ketat, dimana
lainnya ditetapkan sesuai keperluan dengan hanya produk dengan kualitas tinggi dan
metnanfaatkan bangunan yang telah ada. harga bersaing yang akan mampu merebut
Ruang terbuka sangat diperlukan untuk pasar. Oleh karena itu masalah kualitas
menunjang kenyamanan kerja seperti taman. merupakan hal penting yang harus segera
pekarangan dan tempat parkir. Dalam diperbaiki. Industri pengolahan BKB
penyusunar, tata letak bangunan PPBKB. diharapkan dapat menjadi solusi dalam
diperlukan data mengenai kebutuhan ruang memperbaiki kualitas perberasan nasional
dan jenis keterkaitan antar ruang. Untuk sekaligus meningkatkan nilai tambah
mengatasi pencemaran debu dan kebisingan, perberasan di Indonesia. Q
maka proses produksi sebaiknya dilakukan

36 PANGAN Edisi No. 48/XVI/Januari/2007


DAFTAR PUSTAKA
Winarno, F.G. (2004). "GMP dalam Industri Penggilingan
Padi". Prosiding Lokakarya Nasional "Upaya
Barkema, A.D. (1993). "Reaching Consumers in the Peningkatan Nilai Tambah Pengolahan Padi".
Twenty - First Century: theShort Way Around the Rokhani, H. etal. (Penyunting). Sinar Jaya Bogor.
Barn". American journal of Agricultural Economics
75 (5): 1126-1133
BPS (2006). Ketersediaan Gabah dan Beras Nasional
2006 BPS Jakarta.
Mardianto, S.,Yana S dan NurKA(2005). Dinamika pola Dr.lr. Rokhani Hasbullah, MSi, Dosen Departemen
Pemasaran gabah dan Beras di Indonesia. Pusal Teknik Pertanian, FATETA, IPB.
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc. DosenDepartemen
Bogor. Tekrologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Noer Gaybita (2002). Paddy Processing and Marketing Pertanian, IPB. Memperoleh S1 (1984) Teknologi
in Indonesia Problem and Challenge. Internasional Industri Pertanian, IPB; S2 (1992) Environmental
Seminar, Jakarta 15 Agustus 2002. Engineering Asian Institute of Technology, Thailand,
Streeter, D.K.S.T.Sonka, and M.A Hudson (1991). dan S3(1997) Geographical Sciences and Planning,
"Information Technology, Coordination and The University of Queensland, Australia.
Competitiveness inFood andAgribusiness Sector".
American Journal ofAgricultural Economics 73 (5):
1465-1471.

Edisi No. 48/XVI/Januari/2007 PANGAN 37

Anda mungkin juga menyukai