MAKALAH Pancasila Sebagai Sistem Etika 2
MAKALAH Pancasila Sebagai Sistem Etika 2
Disusun Oleh:
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kita
petunjuk_Nya sehingga makalah yang berjudul “ PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA”
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun berdasarkan berbagai sumber yang relevan dengan materi yang disajikan
dalam makalah ini. Adapun materi yang dipaparkan adalah mengenai pengertian etika,
pengertian nilai, norma dan moral. Nilai dasar, nilai instrumental, nilai praktis . Hubungan
nilai, norma dan moral. Serta aplikasi nilai, norma dan moral dalm kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan guna
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
maupun bagi para pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR
ISI................................................................................................................................
BAB I :
PENDAHULUAN..........................................................................................................
A. Latar
Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan
Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan
Penulisan...............................................................................................................
BAB II :
PEMBAHASAN...........................................................................................................
BAB III :
PENUTUP...................................................................................................................
A. Kesimpulan ......................................................................................................................
.
B. Saran ................................................................................................................................
.
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
1) Nilai Dasar
Meskipun nilai bersifat abstrak dan tidak dapat diamati oleh panca indra
manusia, namun dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku
manusia. Setiap orang miliki nilai dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau
makna yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar berifat universal karena karena
menyangkut kenyataan obyek dari segala sesuatu.
Contohnya tentang hakikat Tuhan, manusia serta mahkluk hidup lainnya. Nilai
dasar yang berkaitan dengan hakikat manusia maka nilai-nilai itu harus bersumber
pada hakikat kemanusiaan yang dijabarkan dalam norma hukum yang diistilahkan
dengan hak dasar (hak asasi manusia). Dan apabila nilai dasar itu berdasarkan kepada
hakikat suatu benda (kuatutas,aksi, ruang dan waktu) maka nilai dasar itu juga dapat
disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam kehidupan yang praksis. Nilai Dasar
yang menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila
2) Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai
dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum memiliki
formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai
instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari
maka itu akan menjadi norma moral. Namun apabila nilai instrumental itu berkaitan
dengan suatu organisasi atau Negara, maka nilai instrumental itu merupakan suatu
arahan, kebijakan, atau strategi yangbersumber pada nilai dasar sehingga dapat juga
dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
Dalam kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai instrumental dapat
ditemukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang merupakan penjabaran
Pancasila.
3) Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan pelaksanaan
secara nyata dari nilai-nilai dasar.
Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika
kebajikan, meskipun corak kedua mainstream yang lain, deontologis dan teleologis
termuat pula di dalamnya. Namun, etika keutamaan lebih dominan karena etika
Pancasila tercermin dalam empat tabiat saleh, yaitu kebijaksanaan, kesederhanaan,
keteguhan, dan keadilan. Kebijaksanaan artinya melaksanakan suatu tindakan yang
didorong oleh kehendak yang tertuju pada kebaikan serta atas dasar kesatuan akal –
rasa – kehendak yang berupa kepercayaan yang tertuju pada kenyataan mutlak
(Tuhan) dengan memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan dan nilai-nilai hidup
religius. Kesederhaaan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam
hal kenikmatan. Keteguhan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas
dalam menghindari penderitaan. Keadilan artinya memberikan sebagai rasa wajib
kepada diri sendiri dan manusia lain, serta terhadap Tuhan terkait dengan segala
sesuatu yang telah menjadi haknya (Mudhofir, 2009: 386).
1. Nilai ketuhanan
Secara hirarkis nilai ini bisa dikatakan sebagai nilai yang tertinggi karena
menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari
nilai ini. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan nilai,
kaedah dan hukum Tuhan. Pandangan demikian secara empiris bisa dibuktikan
bahwa setiap perbuatan yang melanggar nilai, kaedah dan hukum Tuhan, baik itu
kaitannya dengan hubungan antara manusia maupun alam pasti akan berdampak
buruk. Misalnya pelanggaran akan kaedah Tuhan tentang menjalin hubungan
kasih sayang antar sesama akan menghasilkan konflik dan permusuhan.
Pelanggaran kaedah Tuhan untuk melestarikan alam akan menghasilkan bencana
alam, dan lain-lain.
2. Nilai kemanusiaan
Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilaiKemanusiaan.
Prinsip pokok dalam nilai Kemanusiaan Pancasila adalah keadilan dan keadaban.
Keadilan mensyaratkan keseimbangan antara lahir dan batin, jasmani dan rohani,
individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang terikat
hukum-hukum Tuhan. Keadaban mengindikasikan keunggulan manusia dibanding
dengan makhluk lain, yaitu hewan, tumbuhan, dan benda tak hidup. Karena itu
perbuatan itu dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang
didasarkan pada konsep keadilan dan keadaban.
3. Nilai persatuan
Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat memperkuat persatuan dan
kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri merupakan perbuatan buruk, demikian
pula sikap yang memecah belah persatuan. Sangat mungkin seseorang seakan-
akan mendasarkan perbuatannya atas nama agama (sila ke-1), namun apabila
perbuatan tersebut dapat memecah persatuan dan kesatuan maka menurut
pandangan etika Pancasila bukan merupakan perbuatan baik.
4. Nilai kerakyatan
Dalam kaitan dengan kerakyatan ini terkandung nilai lain yang sangat penting
yaitu nilai hikmat/kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata
hikmat/kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan
tertinggi. Atas nama mencari kebaikan, pandangan minoritas belum tentu kalah
dibanding mayoritas. Pelajaran yang sangat baik misalnya peristiwa penghapusan
tujuh kata dalam sila pertama Piagam Jakarta. Sebagian besar anggota PPKI
menyetujui tujuh kata tersebut, namun memperhatikan kelompok yang sedikit
(dari wilayah Timur) yang secara argumentatif dan realistis bisa diterima, maka
pandangan minoritas “dimenangkan” atas pandangan mayoritas. Dengan
demikian, perbuatan belum tentu baik apabila disetujui/bermanfaat untuk orang
banyak, namun perbuatan itu baik jika atas dasar musyawarah yang didasarkan
pada konsep hikmah/kebijaksanaan.
5. Nilai keadilan
Apabila dalam sila kedua disebutkan kata adil, maka kata tersebut lebih dilihat
dalam konteks manusia selaku individu. Adapun nilai keadilan pada sila kelima
lebih diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila
sesuai dengan prinsip keadilan masyarakat banyak. Menurut Kohlberg (1995: 37),
keadilan merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan masyarakat.
Keadilan mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama derajatnya
dengan orang lain.
3. Sumber Politis
Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma
dasar (Grundnorm) sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan perundangan-
undangan di Indonesia. Hans Kelsen mengatakan bahwa teori hukum itu suatu norma
yang berbentuk piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh kekuatannya dari
suatu norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma, akan semakin abstrak
sifatnya, dan sebaliknya, semakin rendah kedudukannya, akan semakin konkrit norma
tersebut (Kaelan, 2011: 487). Pancasila sebagai sistem etika merupakan norma
tertinggi (Grundnorm) yang sifatnya abstrak, sedangkan perundang-undangan
merupakan norma yang ada di bawahnya bersifat konkrit.
Sila ketuhanan
1. Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala
sesuatu dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha
Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana dan sebagainya
2. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua
perintah_Nya dan menjauhi larangan-larangannya. Dalam memanfaatkan semua
potensi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah manusia menyadari,
bahwa setiap benda dan makhluk yang ada di sekeliling manusia merupakan
amanat Tuhan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya, harus dirawat agar tidak
rusak dan harus memperhatikank kepentingan orang lain dan makhluk-makhluk
Tuhan yang lain.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
1. Pangakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan segala hak dan kewajiban
asasinya
2. Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam sekitar
dan terhadap Tuhan
3. Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta, rasa,
karsa dan keyakinan.
Penerapan, pengamalan atau aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari-hari dapat
diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan baik setiap orang untuk memperoleh
lingkungan hidup yang baik dan sehat, hak setiap orang untuk mendapatkan informasi
lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup,
hak setiap orang untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang
sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dn sebagainya (Koesnadi
Hardjasoemantri, 2000 : 558).
Dalam hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengamalkan sila
ini, misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi udara agar udara yang dihirup
bisa tetap nyaman, menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan
sekitar, mengadakan gerakan penghijauan dan sebagainya.
Sila persatuan
1. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah indonesia
serta wajib membela dan menjunjung tinggi (patriotisme)
2. Pengakuan terhadap kebinekatunggalikaan suku bangsa (etnis) dan kebudayaan
bangsa yang memberikan arah dalam pembinaan kesatuan bangsa
3. Cinta dan bangsa akan bangs dan Negara indonesia (nasionalisme)
Aplikasi atau pengamalan sila ini bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain
dengan melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu
diperhitungkan dalam pengambilan kebijaksanaan dan pengendalian pembanguan
lingkungan di daerah dan penyuluhan dan dalam pengenalan tata nilai tradisional
dan tata nilai agama yang mendorong perilaku manusia untuk melindungi sumber
daya dan lingkungan (Salladien dalam Burhan Bungin dan Laely Widjajati, 1992 :
156-158).
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
Itu adalah tanda dari kemerosotan akhlak bangsa yang sulit untuk diobati
karena sila pertama untuk masyarakat yang demikian hanyalah tulisan belaka tanpa
diresapi maknanya. Sila persatuan Indonesia, dari bunyinya saja kita harusnya tahu
bahwa kita dituntun utuk saling bersatu membangun negeri Indonesia, dengan cara
menunjukkan rasa persatuan itu dengan sifat saling toleran, kompak, gotong-royong
walaupun di negara kita ini banyak sekali perbedaan. Ketidakpahaman mengenai
Pancasila masyarakat banyak yang bentrok dan lain sebagainya bahkan sampai
terjadinya pembunuhan .
Dengan kondisi seperti ini, sebagai mahasiswa, untuk menjunjung tinggi dan
mencintai Pancasila sebagai pandangan hidup, karena kelima sila Pancasila sesuai
dengan agama dan seyogyanya kita harus menjadi sarjana yang berakhlak mulia,
karena maju atau tidaknya suatu bangsa ditentukan oleh masyarakat bangsa itu
sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
di Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk
perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.
Pentingnya pancasia sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu
normatif untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran dalam kehidupan bernegara, seperti korupsi
(penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan.
B. SARAN
Indonesia sebagai masyarakat yang warganya menganut ideologi pancasila sudah
seharusnya menjadikan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai dasar dan
pijakan serta nilai-nilai Pancasila senantiasa harus diamalkan dalam setiap kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agar tercipta persatuan dan kesatuan antar
warga Indonesia.
Etika, norma, nilai dan moral harus senantiasa diterapkan dalam bersikap dan berperilaku
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terwujud perilaku yang sesuai dengan adat,
budaya dan karakter bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Pendidika Pancasila
untuk Perguruan Tinggi, Cetakan ke-1, Jakarta.
https://www.scribd.com/document/367785150/Pancasila-Sebagai-Solusi-Problem-Bangsa ,
diakses tanggal 23 september 2019